Anda di halaman 1dari 3

Tuan AH berusia 57 Th dengan riwayat hipertensi 7 tahun datang ke klinik dengan keluhan pusing,

sakit kepala, mual , muntah dan nafsu makan menurun 2 minggu terakhir. Tuan AH memiliki
kebiasaan merokok dan mudah emosi. Pada pemeriksaan darah di laboratorium diperoleh data
laboratorium sebagai berikut :
Sodium 143 mEq/L (normal 135-147 mEq/L), Potasium 5.3 mEq/L (normal 3.5-5 mEq/L), Cl 106
mEq/L (normal 95-105 mEq/L), SrCr 2.9 mg/dL (normal 0.6-1.2 mg/dL), BUN 63 mg/dL (normal
8-18 mg/dL), 4+ Proteinuria , Mikroalbuminuria 700 mg/24 hrs (normal <30 mg/day).

Berikut ada resep yang diberikan oleh dokter:


KLINIK PRODI FARMASI FIKES UIN
Jl. Kertamukti No. 6, Pisangan, Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan, Banten
Telp. (021) 64983412 Obat yang tersedia di Klinik Prodi Farmasi
Ciputat, 27 Oktober 2018 Fikes UIN

R/ Osteocal 100 mg tab no - ..


S - .
Valsartan 80 mg tab no - .
s - .
Amlodipin 10 mg tab no
S -
Letonal 25 mg tab no
s

Pro : Tn. AH
Umur : 57 Th
TB/BB : 174/65
Alamat : Cirendeu

Siapkanlah resep tersebut untuk diberikan ke pasien !


Penambahan diuretik bila CrCl < 30 ml /min diuretik loop/diuretik tiazid/
ditemui naiknya kreatinin darah, dan darah merah menurun. Kreatinin merupakan senyawaan kimia yang ada dalam tubuh yang
dapat menggambarkan keadaan fungsi ginjal seseorang. Sedangkan pada pemeriksaan air seni selalu ditemui zat putih telur.

Osteoxxx, Valexxx 80 valsartan, amlodipine10 mg, Letoxxx 100.

gejala yang mungkin akan muncul selain gejala di atas antara lain sulit tidur, kram otot di
malam hari, bengkak (pada kaki, pergelangan kaki, dan di sekitar mata
terutama di pagi hari), gatal, sering buang air kecil pada malam hari,
Pasien dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm Hg
Pemeriksaan laboratorium rutin yang direkomendasikan sebelum memulai terapi antihipertensi adalah
urinalysis, kadar gula darah dan hematokrit; kalium, kreatinin, dan kalsium serum; profil lemak (setelah puasa 9
– 12 jam) termasuk HDL, LDL, dan trigliserida, serta elektrokardiogram. Pemeriksaan opsional termasuk
pengukuran ekskresi albumin urin atau rasio albumin / kreatinin. Pemeriksaan yang lebih ekstensif untuk
mengidentifikasi penyebab hipertensi tidak diindikasikan kecuali apabila pengontrolan tekanan darah tidak
tercapai.
Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan (parenkim) atau arteri
renal. Pada pasien-pasien dengan penyakit ginjal kronis, yang didefinisikansebagai: (1). fungsi ekskresi
berkurang dengan perkiraan GFR 1.5 mg/dl)23 atau (2). adanya albuminuria (>300mg/hari); tujuan
terapeutiknya adalah untuk memperlambat deteriorasi fungsi ginjal dan mencegah penyakit kardiovaskular.
Hipertensi terdeteksi pada mayoritas pasien dengan penyakit ginjal kronis dan pengontrolan tekanan darahnya
harus agresif, sering dengan dua atau lebih obat untuk mencapai target tekanan darah <130/80 mmHg. ACEI dan
ARB mempunyai efek melindungi ginjal (renoprotektif) dalam progress penyakit ginjal diabetes24-25 dan non-
diabetes.26 Salah satu dari kedua obat ini harus digunakan sebagai terapi lini pertama untuk mengontrol tekanan
darah dan memelihara fungsi ginjal pada pasien-pasien dengan penyakit ginjal kronis. Naiknya serum kreatinin
sebatas 35% diatas baseline dengan ACEI dan ARB dapat diterima dan bukan alasan untuk menghentikan
pengobatan kecuali bila terjadi hiperkalemia. Karena pasien-pasien dengan penyakit ginjal kronis memerlukan
beberapa obat antihipertensi, diuretik dan kelas obat antihipertensi ke tiga diperlukan (penyekat beta atau
antagonis kalsium). Diuretik tiazid dapat dapat digunakan tetapi tidak seefektif diuretik loop bila klearans
kreatinin <30 ml/min. Untuk penyakit ginjal lanjut (perkiraan GFR<30 ml/min per 1.73m3, setara dengan serum
kreatinin 2.5 3.0mg/dl), dosis diuretik loop (furosemid) lebih tinggi, bila perlu dikombinasi dengan obat lain.

Kehadiran dari hipertensi juga meningkatkan resiko dari CKD. Data kurang jelas dibanding dengan diabetes
melitus sebab ginjal mempunyai satu peran pokok di dalam pengembangan dan modulasi tekanan darah
tinggi. Penafsiran studi-studi epidemiologic mengenai kehadiran dari tekanan darah tinggi dan resiko dari
ginjal progresif penyakit bisa dibatasi oleh yang kebalikan menjadi penyebab. Hipertensi secara umum
mengembangkan secara serentak dengan penyakit ginjal progresif. Sebagai contoh,pada satu GFR dari 90
mL/min per 1.73m2, 40% dari individu sudah mengalami hipertensi; pada satu GFR dari 60 mL/min per
1.73m2, 55% mengalami hipertensi;dan pada satu GFR dari 30 mL/min per 1.73m2, di atas 75% mengalami
hypertension. Lagipula, satu analisa NHANES III menunjukkan penurunan kreatinina serum, yang
digambarkan sebagai. 1.6 mg/dL pada pria dan. 1.4 mg/dL untuk wanita-wanita, lebih umum pada
orang dengan hipertensi (9.1%) dibanding sendiri hipertensi(1.1%). Satu studi menonjol dari individu
dengan normal fungsi ginjal pada baseline, menunjukkan bahwa peningkatan tekanan adalah satu faktor
resiko untuk pengembangan awal CKD. Di dalam analisa MRFIT yang lain, keseluruhan resiko seumur
hidup tentang berkembangnya tahap 5 CKD untuk individu dengan hipertensi adalah 5.6%. Resiko
memvariasi secara dramatis dari variasi tekanan darah, dari 0.33 % pada langkah 1 hipertensi (tekanan
darah systolic 140 sampai 150 mmHg dan atau tekanan darah diastolic 90 sampai 100 mm Hg sampai 4.5%
untuk tekanan darah systolic lebih besar dari 180 mm Hg atau tekanan darah diastolic lebih besar dari 110
mm Hg di atas satu periode setelahnya dari kira-kira 16 tahun.

Anda mungkin juga menyukai