Anda di halaman 1dari 9

Nama : Fatah Hilman Setiawan

Kelas : 5-02 D3 Pajak Regular

Absen : 12

Jumlah Kata : 2745

Anilisis Akuntansi Perpajakan Petemuan 3 : Akuntansi PPN dan PPnBM

Galang Budiman telah menjadi distributor alat-alat kesehatan dengan nama usaha “Sejati”
sejak 04 April 2015. Lokasi usahanya berada di Jl. Merpati No. 2, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,
12560. Sejak 30 April 2015, Galang Budiman telah mendaftarkan usahanya menjadi Wajib Pajak
sehingga memiliki NPWP: 07.372.454.7-123.000 dan KLU: 15413. Namun, status sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP) baru disandang usahanya pada tanggal 13 Mei 2016. Diketahui
bahwa alat – alat kesehatan merupakan barang kena pajak, sehingga penyerahannya akan
dikenakan PPN. Ketika buka pada tanggal 04 April 2015 atas transaksi-transaksi penyerahan alat-
alat kesehatan yang dilakukannya, Galang Budiman belum boleh menerbitkan faktur pajak dan juga
tidak boleh memungut PPN karena pada saat itu dia belum menjadi Pengusaha Kena Pajak,
sementara dia baru menjadi Pengusaha Kena Pajak pada tanggal 13 Mei 2016, sehingga
pengusaha Galang Budiman baru boleh menerbitkan faktur pajak dan juga memungut PPN atas
transaksi yang dilakukan setelah tanggal 13 Mei 2016. Sejak kapan seseorang dapat dikatakan
sebagi Pengusaha Kena Pajak?, sebenarnya ada 3 cara atau metode seseorang bisa menjadi
Pengusaha Kena Pajak yang pertama adalah secara Mandatory, yaitu apabila seorang pengusaha
/ bisnis / perusahaan memiliki pendapatan atau peredaran bruto (omzet) dalam suatu bulan dalam
satu tahun buku telah melampaui batasan peredaran bruto (omzet) Rp 4,8 Milliar, wajib melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak paling lama akhir bulan berikutnya
setelah bulan saat jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya melebihi Rp 4,8 Milliar.
Dalam kasus ini dapat kita lihat bahwa Galang Budiman baru menjadi Pengusaha Kena Pajak pada
tanggal 13 Mei 2016, mungkin saja pada bulan lalu (April 2016) peredaran bruto yang dimilikinya
sudah lebih dari batasan bruto yaitu sebesar Rp 4,8 Milliar, sehingga dirinya harus melaporkan
usahanya untuk kemudian dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak paling lambat adalah akhir
bulan Mei 2016 berbeda dengan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang harus
dilakukan Paling lama 1 Bulan setelah kewajiban perpajakannya muncul dan sudah memenugi sarat
subjektif serta objektif dari pengenaan Pajak.

Cara yang kedua adalah yaitu secara Voluntary (Sukarela) cara dimana ketika pengusaha /
bisnis / perusahaan yang peredaran brutonya belum melebihi batasan Rp 4,8 Milliar dalam suatu
bulan dalam 1 tahun tetapi mereka tetap memilih dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, jadi
bisa saja dalam kasus diatas, sebenarnya dalam bulan lalu (April 2018) Galang Budiman peredaran
bruto dari usahanya belum melebihi Rp 4,8 Milliar, tetapi karena kemauannya sendiri, Galang
Budiman memilih untuk tetap menjadi Pengusaha Kena Pajak. Adapun beberapa alasan mengapa
pengusaha yang peredaran brutonya masih dibawah batasan Rp 4,8 Milliar secara Voluntary
memilih dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak diantaranya : agar sang pengusaha dianggap
memiliki sistem yang sudah baik dan juga dianggap legal secara hukum karena sudah menjadi
Pengusaha Kena Pajak dan juga tertib membayar pajak, Menjadi Pengusaha Kena Pajak berarti
perusahaan dianggap besar dan akan mempermudah untuk menjalin kerja sama dengan
perusahaan lainnya, kemudian dapat melakukan transaksi penjualan kepada Bendaharawan
Pemerintah dan masih banyak lagi. Mungkin saja Galang Budiman memiliki salah satu tujuan
tersebut. Cara yang ketiga adalah dengan ditetapkan menjadi Pengusaha Kena Pajak secara
Jabatan yaitu apabila seorang pengusaha tersebut peredaran brutonya (omzet) dalam suatu bulan
dalam satu tahun buku sudah melebihi batas peredaran bruto sebesar Rp 4,8 Milliar maka Direktorat
Jenderal Pajak akan menetapkan pengusaha tersebut menjadi Pengusaha Kena Pajak secara
jabatan dengan dilakukan berdasarkan hasil Pemeriksaan atau hasil Verifikasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, hasil pemeriksaan dan verifikasi
tersebut dilakukan berdasarkan data dan informasi yang dimiliki oleh Direktoran Jenderal Pajak.

(1 November 2018) Membayar uang langganan telepon kepada PT Telkom sebesar Rp720.500
(termasuk PPN). Nomor kwitansi: 11233/Plg/XI/2018, dalam hal ini terdapat pemungutan PPN yang
dilakukan oleh PT Telkom kepada Usaha Sejati, terdapat Pajak Masukan yang nantinya dapat
dikreditkan oleh Usaha Sejati, Kwitansi dari pembayaran telepon kepada PT Telkom merupakan
salah satu dokumen yang dipersamakan dengan Faktur Pajak yang diatur dalam PER-10/PJ/2010.

Beban Telepon 655.000

PPN – Masukan 65.500

Kas 702.500

(2 November 2018) Menerima pembayaran senilai Rp6.500.000 dari Bapak Andi Kusuma untuk
pelunasan 1 unit peralatan kesehatan tipe KB-100 dan 1 unit peralatan kesehatan tipe BK-105.
Kedua peralatan ini telah diserahkan pada 15 Oktober 2018. Dalam transaksi ini Usaha Sejati akan
memotong PPN dari Bapak Andi Kusuma, dan perlu kita ingat untuk saat terutang PPN terutang
saat mana yang lebih dahulu antara penyerahan barang atau jasa kena pajak dengan pembayaran
diterima atau dilakukan. Yang lebih dahulu dilakukan itulah yang menjadi saat terutang PPN, hal ini
juga dikaitkan dengan pembuatan Faktur Pajak, Faktur Pajak dibuat saat terutangnya PPN yaitu
diantara kedua transaksi tersebut. Di kasus ini terlihat bahwa kedua peralatan telah diserahkan
terlebih dahulu pada tanggal 15 Oktober 2018, sehingga PPN mulai terutang pada tanggal tersebut.
Dan ditanggal 2 November 2018 kita hanya perlu mencatat kas yang masuk.

15 Oktober Piutang Usaha 7.150.000

Penjualan 6.500.000

PPN – Keluaran 650.000

COGS xxxxx

Inventory xxxxx

2 November Kas 7.150.000

Piutang Usaha 7.150.000

(3 November 2018) Menerima 8 peralatan kesehatan senilai Rp24.722.000 dari PT Modena,


manufaktur peralatan kesehatan. Pembayaran telah dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2018.
Dalam kasus ini maka Usaha Sejati akan dipungut PPN sehingga terdapat Pajak Masukan, kita lihat
bahwa pembayaran telah lebih dahulu dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2018 sehingga PPN mulai
terutang pada tanggal tersebut.

10 Oktober Peralatan 24.722.000

PPN – Masukan 2.472.200

Kas 27.194.200

(4 November 2018) Menerima pembayaran senilai Rp1.375.000 (termasuk PPN) dari Ibu Irene
Wijaya sebagai pelunasan peralatan kesehatan yang telah diserahkan pada 01 November 2018.
Dalam kasus ini akan terdapat Pajak Keluaran karena Usaha Sejati melakukan penjualan sehingga
melakukan pemungutan kepada Ibu Irene Wijaya. Barang telah diserahkan pada tanggal 1
November 2018 sehingga PPNnya terutang pada tanggal tersebut. Sementara pada tanggal 4
November 2018 kita hanya perlu mencatat Kas yang diterima.

1 November Piutang Usaha 1.375.000

Penjualan 1.250.000

PPN – Keluaran 125.000

COGS xxxxx

Inventory xxxxx

4 November Kas 1.375.000

Piutang Usaha 1.375.000

(5 November 2018) Menyerahkan 5 unit peralatan kesehatan yang masing-masing berharga


Rp2.750.000 kepada Klinik “Prima”. Uang muka sejumlah Rp3.000.000 telah diterima Galang
Budiman pada 30 Oktober 2018. Dapat kita lihat, uang muka diterima pada tanggal 30 Oktober
sehingga pada saat pembayaran uang muka akan dipungut PPN dan juga saat terjadinya
penyerahan barang pada tanggal 5 November, dalam kasus ini yang dipungut adalah Klinik Prima
sehingga akan terdapat Pajak Keluaran bagi Usaha Sejati.

30 Oktober Cash 3.300.000

Unearned Revenue 3.000.000

PPN – Keluaran 300.000

5 November Accounts Receiveable 11.825.000

Unearned Revenue 3.000.000

PPN – Keluaran 1.075.000

Sales 13.750.000

(6 November 2018) Membayar uang muka pemasangan iklan senilai Rp220.000 (termasuk PPN)
kepada PT Iklanindo. Faktur Pajak Nomor: 010.000.17.00001234.

Prepaid Expense (Uang Muka Iklan) 200.000

PPN – Masukan 20.000

Cash 220.000

(7 November 2018) Menyampaikan tagihan senilai Rp112.550.000 kepada Kementerian Kesehatan


untuk 20 unit peralatan kesehatan yang telah diserahkan pada 05 November 2018. Dalam kasus ini
Usaha Sejati melakukan penyerahan kepada Kementrian Kesehatan yang merupakan pemungut,
sehingga untuk transaksi ini walaupun Usaha Sejati yang melakukan penjualan tetapi Kementerian
Kesehatanlah yang melakukan pemungutan.

Piutang Usaha 112.550.000

PPN – Keluaran Pemungut 11.255.000


Penjualan 112.550.000

PPN – Keluaran 11.255.000

(8 November 2018) Menerima perlengkapan kantor senilai Rp250.000 dari CV Pelangi.


Pembayaran telah dilunasi sebelum perlengkapan kantor diterima. Faktur Pajak Nomor:
010.000.17.00001130 tanggal 03 November 2018. Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa pembayaran
dan Faktur Pajak sudah dikeluarkan pada tanggal 3 November sehingga PPN terutang pada tanggal
tersebut, Usaha Sejati akan dipungut oleh CV Pelangi dan mencatat Pajak Masukan atas pembelian
perlengkapan kantor.

3 November Peralatan 250.000

PPN – Masukan 25.000

Kas 275.000

(9 November 2018) Membayar jasa perbaikan minibus senilai Rp962.500 (termasuk PPN) kepada
CV Prima Usaha. Faktur Pajak Nomor: 010.000.17.00000352 tanggal 07 November 2018. Dapat
kita lihat bahwa Faktur Pajak sudah terbit pada tanggal 7 November sehingga PPN terutang pada
saat tersebut. Usaha Sejati akan dipungut oleh CV Prima Usaha dan mencatat adanya Pajak
Masukan atas pembayaran jasa perbaikan.

Beban Perbaikan 875.000

PPN – Masukan 87.500

Kas 962.500

(10 November 2018) Menyerahkan 12 unit peralatan kesehatan yang masing-masing senilai
Rp650.000 kepada RS Bersalin “Kasih Ananda”. Pembayaran disepakati pada 30 November 2018.
Dalam transaksi tersebut dapat dilihat saat terutangnya PPN adalah pada tanggal 10 November
karena tanggal tersebut dilakukan penyerahan terlebih dahulu dibanding saat pembayarannya.

10 November Piutang Dagang 8.580.000

Penjualan 7.800.000

PPN – Keluar 780.000

COGS xxxxx

Inventory xxxxx

30 November Kas 8.580.000

Piutang Dagang 8.580.000

(11 November 2018) Menerima Faktur Pajak Nomor: 01.000.17.00020471 tanggal 04 November
2018 dari PT Hygienimart atas pembelian peralatan kesehatan dengan harga total sebesar
Rp43.225.000 (termasuk PPN). Dalam transaksi tersebut PPN terutang pada saat 4 November
(yaitu saat pembelian peralatan terjadi) Usaha Sejati dipungut oleh PT Hygienimart sehingga
terdapat Pajak Masukan yang nantinya dapat dikreditkan.

4 November Peralatan 39.295.454,55

PPN – Masukan 3.929.545,45

Kas 43.225.000
(12 November 2018) Mengirimkan 1 unit peralatan kesehatan senilai Rp1.150.000 kepada PT
Timur. Uang muka sebesar Rp500.000 telah diterima pada tanggal 08 November 2018. Pelunasan
akan dilakukan setelah invoice diterima PT Timur. Pada saat uang muka diterima (8 November)
maka akan dilakukan pemungutan PPN atas uang muka dan juga pada saat pengiriman barang
terjadi akan dikenakan Pemungutan PPN. Dalam hal ini yang dipungut adalah PT Timur, sehingga
akan terdapat Pajak Keluaran bagi Usaha Sejati.

8 November Cash 550.000

Unearned Revenue 500.000

PPN – PK 50.000

12 November Accounts Receiveable 715.000

Unearned Revenue 500.000

PPN – PK 65.000

Sales 1.150.000

(13 November 2018) Menerima Faktur Pajak Nomor: 010.000.17.00002341 tanggal 27 Juli 2018
dari PT Merkuri Persada (NPWP: 01.235.798.6-411.000) atas pembelian sejumlah peralatan
kesehatan tipe DS-103 senilai Rp25.570.000 pada tanggal yang sama dengan tanggal Faktur Pajak.
Dapat dilihat bahwa pajak terutang pada tanggal 27 Juli karena terjadi transaksi pembelian pada
tanggal tersebut tetapi Faktur Pajaknya dibuat atau dikirimkan 3 bulan setelah transaksi sehingga
Pajak Masukan yang didapatkan oleh Usaha Sejati tidak bisa dikreditkan karena sudah melebihi
batas 3 bulan.

27 Juli Peralatan 25.750.000

PPN – Masukan 2.575.000

Kas 28.325.000

Kemudian akan ditutup

Biaya PM yang tidak dapat dikreditkan 2.575.000

PPN – Masukan (Tidak dapat dikreditkan) 2.575.000

(14 November 2018) Menyerahkan printer senilai Rp712.500 kepada Budi Suroso, salah satu
karyawan. Printer dibeli pada Mei 2018 dan digunakan untuk operasional usaha. Pembayaran
dilakukan dengan cara memotong gaji bulanan Budi Suroso pada akhir November 2018.
Penyerahan Printer kepada karyawan sendiri dengan tujuan untuk operasional usaha termasuk
kedalam kategori pemberian Cuma Cuma/pemakaian sendiri dan akan dipungut PPN. PPN terutang
pada saat penyerahan printer dilakukan.

14 November Biaya Promosi 783.750

Persediaan Barang 712.500

PPN – Keluaran 71.250

(15 November 2018) Menerima Faktur Pajak Nomor: 010.000.17.00001702 tertanggal 27 Oktober
2018 atas pembelian ATK dari CV Permata Bunda dengan nilai PPN Rp125.700. PPN terutang pada
saat pembelian tanggal 27 Oktober (tertulis di Faktur).

27 Oktober Peralatan 1.257.000


PPN – Masukan 125.700

Kas 1.382.700

(16 November 2018) Diterima Nota Retur Nomor: NR-05/XI/2018 tanggal 12 November 2018 dari
Klinik “Bunda Mulia” untuk pengembalian peralatan kesehatan senilai Rp2.150.000. Total nilai
peralatan kesehatan yang telah diserahkan sebelumnya kepada Klinik “Bunda Mulia” pada 30
Oktober 2018 berjumlah Rp8.750.000 dengan Nomor Faktur Pajak 010.000-17.00001678. Pada
saat melakukan penjualan maka akan ada Pajak Keluaran yang dipungut oleh Usaha Sejati dan
ketika terjadi Retur Penjualan maka Pajak Keluaran yang sebelumnya sudah dicatat akan di hapus
sejumlah Retur Penjualan tersebut.

30 Oktober Piutang Dagang 9.625.000

Penjualan 8.750.000

PPN – Keluaran 875.000

16 November Retur Penjualan 2.150.000

PPN – Keluaran 215.000

Piutang 2.365.000

(17 November 2018) Membayar tagihan dan menerima Faktur Pajak atas pembelian peralatan
kesehatan seharga Rp6.875.000 kepada CV Perdana. Faktur Pajak Nomor: 010.000.17.00000432
tanggal 31 Oktober 2018. PPN terutang pada tanggal 31 Oktober karena di dalam Faktur Pajak
sudah tercatat transaksi pada tanggal 31 Oktober.

31 Oktober Peralatan 6.875.000

PPN – Masukan 687.500

Utang Dagang 7.562.500

17 November Utang Dagang 7.562.500

Kas 7.562.500

(18 November 2018) Menyerahkan 3 unit peralatan kesehatan senilai Rp 13.230.000 untuk RS
Harapan Kami. Uang muka senilai Rp5.000.000 telah diterima pada 15 November 2018. Sisa
tagihan akan dilunasi pada akhir November 2018. Sama halnya dengan kasus pada tanggal 12 dan
juga pada tanggal 5 November, ketika uang muka diterima maka akan dikenakan PPN dan juga
akan dikenakan ketika Penyerahan barang/ Pelunasan (mana yang lebih dahulu).

15 November Cash 5.500.000

Unearned Revenue 5.000.000

PPN – Keluaran 500.000

18 November Accounts Receiveable 9.053.000

Unearned Revenue 5.000.000

PPN – Keluaran 823.000

Sales 13.230.000
(19 November 2018) Membayar Rp37.500.000 atas pembelian peralatan kesehatan. Faktur Pajak
Nomor: 010.000.17.00001672 tanggal 08 November 2018 dari PT Solusi Sehat. Dalam kasus ini
PPN terutang pada tanggal 8 November karena Faktur Pajak sudah lebih dulu keluar berarti bisa di
asumsikan bahwa sudah terjadi penyerahan barang pada tanggal 8 November dari PT Solusi Sehat
ke Usaha Sejati, dalam hal ini Usaha Sejati akan mendapatkan Pajak Masukan karena dipungut
oleh PT Solusi Sehat.

8 November Peralatan 37.500.000

PPN - Masukan 3.750.000

Utang Dagang 41.250.000

(20 November 2018) Memberikan peralatan kesehatan senilai Rp750.000 (harga perolehan)
kepada Hendra Kusnadi karyawan Galang Budiman yang paling senior. Hendra Kusnadi memiliki
NPWP: 07.753.456.7-124.000 sejak 04 Februari 2015. Dalam transaksi ini tetap terjadi Pemungutan
PPN, karena pemberian Cuma cuma atau pemakaian barang baik hasil produksi sendiri atau bukan
untuk kepentingan pengusaha sendiri, pengurus atau karyawan tetap dikenakan PPN.

Biaya Promosi 825.000

Persediaan Barang Dagang/Penjualan 750.000

PPN – Keluaran 75.000

COGS 750.000

Inventory 750.000

(21 November 2018) Menerima pembayaran senilai Rp500.000 dari Bapak Bambang Irawan (tidak
ber-NPWP) atas pembelian peralatan kesehatan tipe RY-100 secara tunai. Dalam transaksi ini harus
tetap dilakukan pemungutan walaupun Bapak Bambang Irawan tidak memiliki NPWP, karena
pemungutan PPN tidak memandang apakah PT atau Perseorangan atau apakah dia ber NPWP
atau tidak. Tetapi dilihat dari barang/jasa yang menjadi objek Transaksi.

Kas 550.000

Penjualan 500.000

PPN – Keluaran 50.000

COGS xxxxx

Inventory xxxxx

(23 November 2018) Memberikan secara cuma-cuma kepada Panti Asuhan “Dhuafa Mulia” (tidak
ber-NPWP) 10 unit peralatan kesehatan tipe CV-198. Harga jual peralatan tersebut Rp4.143.750
dengan keuntungan sebesar 20% dari harga jual. Sama halnya dengan nomor 20 pemberian Cuma
Cuma akan terjadi pemungutan PPN dan akan dicatat sebagai Biaya Promosi.

Biaya Promosi 3.798.437,5

PPN – Keluaran 345.312,5

Persediaan Barang Dagang 3.453.125

(24 November 2018) Membayar tunai pembelian 2 unit mobil Sedan kepada PT Sahabat Mobil
dengan Harga Jual Rp300.000.000. Faktur Pajak Nomor: 010.000-17.00001243 tanggal 24
November 2018. Terdapat 2 cara penjurnalan yang dapat dilakukan yang pertama
Vehicle 660.000.000

Kas 660.000.000

Cara ini merupakan cara yang dianjurkan oleh PSAK 16 yaitu dengan cara mengkapitalisasi
sehingganya nantinya akan ada penyusutan setiap tahunnya sementara cara yang kedua

Aset 600.000.000

PPN – Masukan 60.000.000

Kas 660.000.000

Untuk cara ini maka PPN Masukannya dapat digunakan sebagai biaya karena PPN bukan termasuk
Pajak yang tidak boleh dijadikan sebagai pengurang.

(25 November 2018) Melakukan ekspor peralatan kesehatan ke Timor Leste dengan Nilai Ekspor
Rp200.000.000. PEB Nomor: 23456 tanggal 30 November 2018. Saat melakukan ekspor barang
maka tarif PPN nya adalah sebesar 0% jadi sama dengan 200.000.000 x 0% = 0 sehingga PPN =
0.

Piutang Dagang 200.000.000

Penjualan 200.000.000

(26 November 2018) Dibuat PIB Nomor 0000052 dan dibayar PPN terutang pada sebesar
Rp4.500.000 atas impor peralatan kesehatan dari Healthy Corp, Jepang. Disini coba kita abaikan
PPh Pasal 22, Maka DPP atas PPN adalah Nilai Impor, Nilai Impor terdiri dari CIF + BM + BM
Lainnya.

Peralatan 45.000.000

PPN – Masukan 4.500.000

Kas 49.500.000

(28 November 2018) Diserahkan peralatan kesehatan kepada PT Sehat Lestari yang berada di
kawasan berikat. Atas penyerahan tersebut PPN yang terutang sebesar Rp4.000.000 tidak
dipungut. Ketika terjadi penyerahan BKP/JKP didalam kawasan berikat maka tidak akan ada
pemungutan PPN sehingga hanya akan dicatat atas penyerahan barangnya saja.

Piutang Dagang 4.000.000

Sales 4.000.000

(29 November 2018) Menerbitkan Nota Retur Nomor R-01/2/18 dengan nilai Rp2.000.00 untuk
Faktur Pajak Nomor 010.900-17.00003487 kepada PT Abadi atas transaksi pembelian peralatan
kesehatan pada 30 Oktober 2018. Pada saat pembelian (30 Oktober) terdapat pemungutan PPN
sehingga terdapat Pajak Masukan bagi Usaha Sejati. Dan ketika barang itu di retur (dikembalikan)
maka Pajak Masukan yang kita peroleh atas pembelian barang tersebut akan berkurang sejumlah
barang yang diretur.

30 Oktober Persediaan xxxxx

PPN – Masukan xxxxx

Hutang Usaha xxxxx


29 November Hutang Usaha 2.200.000

Persediaan Retur Pembelian 2.000.000

PPN – Masukan 200.000

(30 November 2018) Selama bulan November 2018 telah dibelanjakan Rp15.000.000 untuk biaya
membangun sendiri satu unit gudang seluas 210 m2. PPN yang terutang atas kegiatan membangun
sendiri dilunasi tanggal 15 Desember 2018, NTPN: 1111223344556677. Kegiatan Membangun
sendiri apabila dilakukan tidak terkait dengan usahanya maka akan dikenakan PPN dengan DPP
Nilai lain sebesar 20% dari biaya yang dikeluarkan dan dihitung setiap bulannya. Dan kegiatan Pajak
Masukan atas kegiatan membangun sendiri tidak dapat di kreditkan.

Building in Progress 15.000.000

Cash 15.000.000

Building in Progress 300.000

Tax Payable (PPN) 300.000

(30 November 2018) Dikeluarkan dari pelabuhan Tanjung Priok peralatan kesehatan yang diimpor
dari Fitz Ltd, Jepang dengan nilai impor Rp55.000.000, PIB nomor 0000164 tanggal 30 November
2018. Atas impor tersebut mendapat fasilitas PPN dibebaskan.

Peralatan 55.000.000

PPN – Masukan 5.500.000

Kas 55.000.000

PPN Dibebaskan 5.500.000

Anda mungkin juga menyukai