Anda di halaman 1dari 13

KANDANG METABOLIK

LAPORAN PRAKTIKUM

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan Dan Manusia


Yang dibimbing oleh Bapak Dr. Abdul Gofur, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 6 / Offering I
Endah Retno Atdha Sari (170342615502)
Farida Ariyani (170342615518)
Muhammad Haidar Amrullah (130342615319)
Mega Berliana (170342615550)
Vina Rizkiana (170342615504)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Oktober 2018
A. TANGGAL PRAKTIKUM
Kegiatan praktikum kandang metabolik dilaksanakan pada hari Kamis
dan Jumat, tanggal 4 dan 5 Oktober 2018 di Green House Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Negeri Malang.

B. TUJUAN
Kegiatan praktikum ini bertujuan sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat merangkai kandang metabolik dengan benar.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan kandang metabolik
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara koleksi sampel makanan, minuman,
urine, dan feses pada Mencit (Mus muculus).

C. DASAR TEORI
Tikus putih merupakan binatang asli dari Asia, India dan Eropa bagian
barat, yang termasuk ordo Rodentia, sehingga masih berkerabat dekat dengan
hewan pengerat lainnya. Makanan tikus putih adalah biji-bijian, daun, batang
dan serangga. Tikus jenis ini sering digunakan sebagai obyek penelitian
biomedis, pengujian dan pendidikan. Hal tersebut karena kelengkapan organ,
kebutuhan nutrisi, metabolisme dan komponen biokimia yang hampir mirip
dengan manusia (Arifin, 2007).
Tikus putih memiliki struktur anatomi yaitu memiliki lima pasang
kelenjar susu. Distribusi dari jaringan mammae menyebar dan membentang dari
garis tengah atas panggul, dada dan leher. Pada tikus putih, paru-paru kiri terdiri
dari satu lobus, sedangkan patu-paru kanan terdiri dari empat lobus (Baynes,
2003).
Kondisi kandang tikus yang tidak sesuai dengan yang seharusnya akan
berdampak buruk terhadap kondisi tikus. Salah satu dampak buruknya adalah
tikus yang dipersiapkan untuk penelitian bisa mati (Baynes, 2003).
Sistem pencernaan adalah sistem yang mengatur asimilasi nutrisi yang
dibutuhkan untuk memperoleh energi serta dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan. Sistem pencernaan vertebrata memiliki berbagai variasi dalam
setiap kelasnya. Keberagaman ini disebabkan oleh kebutuhan nutrisi tiap
individu yang berbeda dan caranya dalam mengambil nutrisi dan kebutuhannya
dari lingkungan (Stevens, 2014).
Sistem pencernaan dimulai dari mulut dan berakhir pada anus. Berperan
untuk mengubah makanan yang masuk menjadi energi dan juga pada
pengeluaran zat sisa yang tidak diperlukan lagi. Makanan masuk melalui rongga
mulut dan selanjutnya di esofagus terjadi proses pemecahan makanan dengan
bantuan enzim (Stevens, 2008). Selanjutnya makanan masuk ke usus halus
dimana terjadi penyerapan nutrisi. Nutrisi tersebut disalurkan ke seluruh bagian
tubuh yang membutuhkan (Parsons, 2008). Selanjutnya makanan tersebut
masuk ke usus besar, terjadi proses penyerapan air sekitar 90% dan produk
sisanya dikeluarkan melalui anus (Stevens, 2008).
Pada sistem pencernaan, terdapat beberapa parameter untuk melihat
keadaan sistem pencernaan pada suatu hewan (Stevens, 2008). Parameter
tesebut masing-masing memiliki perhitungan sebagai berikut :
- Consumption Rate (CR) = makanan yang dikonsumsi
Relative Consumption Rate = makanan yang dikonsumsi/rata-rata berat hewan x 100%
- Growth Rate (GR) = berat tubuh hewan
Relative Growth Rate = berat tubuh hewan/berat tubuh hewan rata-rata x 100%
- Food Conversion Efficiency = berat tubuh hewan/makanan yang dikonsumsi x 100%
Kandang metabolisme berperan dalam perkembangan ilmu kesehatan
dan gizi. Eksperimen ini digunakan untuk menentukan parameter-parameter
seperti, kebutuhan nutrisi hewan, kemampuan mencerna nutrisi, ekskresi
endogen, keseimbangan mineral dalam tubuh dan laju ekskresi urin. Prinsip
kerja dari ekserimen ini adalah pengambilan data dari jumlah dan frekuensi
hasil ekskresi dari hewan tersebut (Hendriks, 1999).
Bagian atas kandang metabolisme tersusun atas atap yang terbuat dari
bahan polikarbonat. Pada bagian luar kandang terdapat tempat pakan hewan
yang ukurannya telah disesuaikan agar hewan tidak bersarang di dalamnya.
Tempat makan tersebut didesain dengan laci agar tidak ada kontaminasi antara
urin hewan dengan pakannya. Urin yang keluar akan diukur dan dialirkan
dengan corong bagian bawah kandang yang bermuara pada tabung untuk
mewadahi urin tersebut. Sedangkan feses hewan dialirkan ke tabung yang
berbeda, yaitu bersebelahan dengan tabung urin hewan (Hendriks, 1999).
D. ALAT DAN BAHAN

ALAT : 1. Kandang Metabolik


2. Neraca digital
3. Gelas Ukur
4. Pinset
BAHAN : 1. Mencit (Mus muculus)
2. Pellet susu A
3. Air mineral
4. Alkohol 70%
5. Tissue

E. PROSEDUR KERJA

Memasang cincin koleksi urine pada corong transmisi

Kemudian memasukkan corong transmisi pada kontainer bawah

Memutar corong pada kontainer sehingga posisi corong mengunci

Meletakkan perangkat pemisah pada corong dan memastikan lengan perangkat pemisah cocok
dengan bagian lain dari kandang

Menggeser kontainer bawah yang berada dalam posisi terbuka pada dudukan kandang menuju
dudukan yang tersedia

Menempatkan pijakan hewan diatasnya

Memastikan tempat pijakan hewan berada dalam posisi terkunci / rapat


Meletakkan kandang tikus pada penopang pijakan hewan, kemudian ditutup
menggunakan penutup dengan cara memutar searah jarum jam

Memasang kotak makan dengan cara meletakkan kotak makan pada slide yang tersedia di
kandang, kemudian dipasang kotak yang menampung makanan yang jatuh atau tidak
dimakan

Memasang terlebih dahulu penyangga botol pada kandang

Meletakkan botol minum pada lubang yang tersedia

Air minum yang jatuh akan dikoleksi pada tabung koleksi

Memastikan kandang yang dirakit dalam posisi terkunci dengan cara memastikan
keamanan kandang dengan memutar bagian kandang searah jarum jam

Meletakkan tabung yang digunakan untuk koleksi urin pada bagian tengah bawah
kandang

Kemudian memasang tabung koleksi feses berdekatan dengan tabung koleksi urin

Kandang metabolik telah sepenuhnya dirakit dan siap untuk digunakan

Menimbang pellet susu A sebanyak 10 gram kemudian masukkan ke kotak makan.


Mengisi botol minum dengan air matang sebanyak 10 mL

Memasukkan mencit ke dalam kandang metabolic

Diamati jumlah makan dan minum yang dikonsumsi setelah 24 jam. Diamati jumlah urin
dan feses selama 24 jam
F. HASIL PENGAMATAN
Tabel hasil pengamatan metabolik kandang pada mencit (Mus muculus)

Berat Jumlah Jumlah Sisa Jumlah Jumlah


Sisa Pakan
Berat Badan Pakan Minum Minum Feses Yang Urin Yang
Pada
Badan Mencit Yang Yang Pada Dikeluarkan Dikeluarkan
Kandang
Mencit Sesudah Diberikan Diberikan Kandang Mencit Mencit
(gram)
Perlakuan (gram) (mL) (mL) (gram) (mL)

29 gram 29,5 gram 25 gram 50 ml 14,5 gram 45 ml 1 gram 0,9 ml

- Waktu perlakuan: 22 Jam.

G. ANALISIS DATA
Hasil perhitungan analisis:
Makanan yang dikonsumsi Mencit:
- = Jumlah pakan yang diberikan – Sisa pakan pada kandang
= 25 gram – 14,5 gram
= 10,5 gram
Minuman yang dikonsumsi Mencit:
- = Jumlah minum yang diberikan – Sisa minuman pada kandang
= 50 ml – 45 ml
= 5 ml.
Pertambahan Berat Badan pada Mencit:
- = [Berat badan Mencit sebelum perlakuan – Berat badan mencit sesudah
Perlakuan]
= [29 gram – 29,5 gram]
= 0,5 gram.
Jumlah Feses yang dikeluarkan Mencit:
- = Jumlah feses yang dikeluarkan
= 1 gram.
Jumlah Urin yang dikeluarkan Mencit:
- = Jumlah urin yang dikeluarkan
= 0,9 ml.
Parameter Pencernaan
- Consumption Rate (CR) = makanan yang dikonsumsi
= 10,5 gram.
- Relative Consumption Rate = makanan yang dikonsumsi / rata-rata berat hewan x
100%
= 10,5 gram / 29,25% x 100%
= 38,987%
- Growth Rate (GR) = berat tubuh hewan
= 29,5 gram
- Relative Growth Rate = berat tubuh hewan/berat tubuh hewan rata-rata x 100%
= 29,5 gram / 29,25 gram x 100%
= 100,85%
- Food Conversion Efficiency = berat tubuh hewan/makanan yang dikonsumsi x
100%
= 29,5 gram / 10,5 gram x 100%
= 280, 95%

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan diatas dapat diketahui


bahwa, jumlah makanan yang dikonsumsi Mencit sebanyak 10,5 gram, jumlah
minuman yang dikonsumsi sebanyak 5 ml, pertambahan berat badan sebanyak
0,5 gram, jumlah feses yang dikeluarkan sebanyak 1 gram, dan jumlah yang
dikeluarkan sebanyak 0,9 ml.
Pada perhitungan parameter pencernaan didapatkan hasil yaitu, tingkat
konsumsi (Consumpsion Rate) sebesar 38,987%, tingkat pertumbuhan
(Growth rate) sebesar 100,85%, dan Efisiensi konversi makanan (Food
Conversion Efficiency) sebesar 280,95%. Hal ini dikarenakan waktu yang
digunakan dalam pengamatan ini dibatasi dalam waktu 22 jam, sehingga data
yang didapatkan tidak terlalu signifikan dan kurang valid.

H. PEMBAHASAN
Percobaan kandang metabolik dilakukan dengan memperlakukan
mencit di dalam suatu kandang yang terbuat dari metal dan plastik. Kandang
merupakan faktor penting dalam lingkungan fisik hewan laboratorium. Hal ini
dapat mempengaruhi kesejahteraan hewan dan bertindak sebagai variabel
eksperimental (RAR 2003). Kandang metabolik merupakan kandang yang
diatur sedemikian rupa sehingga kotoran dan urine jatuh langsung ke dalam
penampung atau tabung koleksi secara terpisah, urine langsung di tampung
dengan tabung yang bersih, tidak berkontak dengan tikus (Majalah kedokteran
andalas tanpa nama, 2004). Perakitan kandang metabolic dilakukan dengan
hati-hati dan teliti, komponen kandang dipastikan terpasang sesuai tempatnya
dan benar terkunci untuk menjaga tikus tidak keluar dari kandang. Kandang
ditempatkan dalam suhu kamar dengan cahaya tak langsung dan disimpan di
dalam green house.
Pada saat percobaan kandang metabolik, mencit yang dimasukkan
kedalamnya bertujuan untuk diamati jumlah makan dan minum yang
dikonsumsinya dan juga jumlah urin dan feses yang dikeluarkan selama 24 jam.
Tingkat konsumsi mencit didefinisikan sebagai jumlah pakan yang dikonsumsi
dari pakan yang telah disediakan (Parakkasi, 1999). Konsumsi pakan
merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan kehidupan pokok dan
produksi mencit. Hasil pengamatan selam 24 jam menunjukkan hasil bahwa
konsumsi makan mencit adalah sebesar 10,5 gram. Tingkat konsumsi dari
mencit dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Bobot badan individu mencit,
tipe dan tingkat produksi, jenis pakan dan faktor lingkungan merupakan hal
yang mempengaruhi konsumsi pakan (Church, 1979). Selain itu cita rasa,
tekstur, ukuran dan konsistensi pakan juga turut mempengaruhi tingkat
konsumsi pakan (Wiseman dan Cole, 1990). Sifat dan komposisi pakan juga
akan turut mempengaruhi tingkat konsumsi. Pakan yang berkualitas baik dapat
dilihat dari komposisi kandungan zat didalamya yang akan menyebabkan
mencit memiliki tingkat konsumsi yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan
pakan berkualitas rendah.
Digestive atau pencernaan adalah proses pemecahan zat-zat makanan
sehingga dapat diabsorpsi oleh saluran pencernaan (Nurcahyo,2005).
Kecernaan makanan didefinisikan sebagai jumlah pakan yang diserap oleh
tubuh hewan atau yang tidak disekresikan melalui feses. Pengukuran kecernaan
dilakukan dengan pemberian pakan yang diketahui jumlahnya, lalu berat feses
yang diekskresikan ditimbang. Faktor yang mempengaruhi kecernaan makanan
ialah jenis hewan, komposisi makanan, cara pengolahan makanan dan jumlah
pakan yang dikonsumsi oleh hewan (McDonald, 1980).
Pengukuran bobot badan dan tinggi badan dilakukan untuk menyatakan
adanya pertumbuhan. Pertumbuhan murni mencakup pertumbuhan dalam
bentuk bobot dan jaringan-jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak) dan
organ tubuh (Anggorodi, 1994). Menurut Forrest et al. (1975), potensi
pertumbuhan seekor ternak sangat dipengaruhi oleh faktor bangsa, jenis
kelamin, pakan, lingkungan dan manajemen pemeliharaan. Selama 24 jam,
mencit yang dipergunakan sebagai hewan coba pada kandang metabolik
mengalami peningkatan pertambahan bobot, yang semula memiliki bobot 29
gram bobotnya naik sebesar 0,5 gram menjadi 29,5 gram. Hal ini tidak sesuai
dengan teori yang ada, dimana menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988),
kecepatan tumbuh seekor tikus sebesar 5 gram per hari.
Urin yang dikeluarkan dari hewan coba mencit dipengaruhi dari
beberapa hal yaitu zat diuretic misalnya alkohol yang akan menghambat
reabsorpsi Na+ sehingga mengakibatkan konsentrasi ADH berkurang dan
berakibat pada reabsorpsi air yang terhambat dan volume urin meningkat.
Volume urin yang dikeluarkan mencit juga dipengaruhi oleh suhu. Peningkatan
suhu merangsang pembuluh abdominal mengerut sehingga aliran darah di
glomerulus dan filtrasi menurun. Meningkatnya reabsorpsi dan menurunnya
aliran darah dapat mengurangi volume urin yang diproduksi. Emosi juga
berpengaruh pada produksi urin mencit, ketika mencit stress karena kebisingan
dan hal lain yang mengganggu keamanannya maka mencit akan cenderung
mengeluarkan banyak urin (Budiyanto, 2013).
Parameter pencernaan pada mencit ini memiliki tingkat konsumsi
(Consumpsion Rate) sebesar 38,987%, tingkat pertumbuhan (Growth rate)
sebesar 100,85%, dan Efisiensi konversi makanan (Food Conversion
Efficiency) sebesar 280,95%. Berdasarkan hasil dari parameter diatas dapat
dijelaskan bahwa, parameter pencernaan pada mencit (Mus muculus) sangat
baik dikarenakan memiliki tingkat konsumsi, tingkat pertumbuhan, dan
efisiensi konversi makanan yang cukup tinggi (Stevens, 2008).
Pada kegiatan praktikum ini dilakukan dengan banyak keterbatasan alat
dan waktu yang terbatas sehingga dimungkinkan adanya kesalahan dan
kurangnya ketelitian Hal ini dikarenakan waktu yang digunakan dalam
pengamatan ini dibatasi dalam waktu 22 jam, sehingga data yang didapatkan
tidak terlalu signifikan dan kurang valid.

I. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Kandang metabolik merupakan seperangkat peralatan yang berguna untuk
mengatur jumlah makanan maupun minuman yang dikonsumsi dan koleksi
urin maupun feses dalam jangka waktu 24 jam maupun lebih. Perakitan
kandang metabolic harus dilakukan dengan tepat dan teliti untuk mencegah
terjadinya kesalahan dalam pengamatan.
2. Kandang metabolik digunakan untuk observasi secara menyeluruh
mengenai fungsi metabolisme dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
proses metabolisme mencit sebagai hewan coba dengan mengontrol
makanan dan minuman hewan coba.
3. Cara koleksi sampel pakan dan minum adalah dengan memasang tempat
makan dan minum dibagian luar dari kandan serta memasang tabung koleksi
untuk sisa makanan dan minumannya. Koleksi sampel urin dan feses
dilakukan dengan memasang bilik koleksi secara terpisah sehingga
memudahkan dalam pengukuran urin dan feses yang dikeluarkan mencit.
4. Tingkat konsumsi dari mencit dapat dipengaruhi oleh bobot badan individu
mencit, tipe dan tingkat produksi, jenis pakan, faktor lingkungan, serta sifat
dan komposisi pakan.
5. Faktor yang mempengaruhi kecernaan makanan ialah jenis hewan,
komposisi makanan, cara pengolahan makanan dan jumlah pakan yang
dikonsumsi oleh hewan.
6. Urin yang dikeluarkan dari hewan coba mencit dipengaruhi oleh zat diuretic,
konsentrasi ADH, suhu dan emosi.
J. DAFTAR RUJUKAN
Anggorodi, H. R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Arifin, Helmi, dkk. 2007. Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap Fetus
pada Mencit Diabetes. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi; 12(01):
32-40
Baynes, JW. 2003. Role Of Oxidative Stress In Diabetic Complications. A New
Perspective Onan Old Paradigm. Diabetes; 48:1-9
Budiyanto, Budiyanto. 2013. Organ Sistem Ekskresi pada Hewan. (Online),
http://budisma.web.id/organ-sistem-ekskresi-padahewan.html.
Diakses pada tanggal 8 Oktober 2018.
Church, D.C. 1979. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminant. Vol : 1
Second Edition. John Wiley and Sons. New York
Forrest. J.C, E.D. Aberle, H.B Hendrik, M.D. Judge and R.A. Markel. 1975.
Principle of Meat Science. W.H. Freeman and Co, San Fransisco.
Hendriks, W. H., Wamberg, S., dan M.F. Tarttelin. 1999. A metabolism cage
forquantitative urine collection and accurate measurement of water
balance inadult cats (Felis catus). Journal of Animal Physiology
and Animal Nutrition. 82: 94-105
Mc Donald, L.E. 1980. Veterinary Endocrinology and Reproduction. Lea and
Febiger, Philadelphia
Nurcahyo, H. 2005. Materi Biologi Program Pembimbingan Olimpiade
Biologi di SMA Negeri 1 Kalasan. Yogyakarta : FMIPA UNY
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Cetakan
Pertama Penerbit UP. Jakarta
Parsons T.J, Power C, dan Manor O., 2003. Infant Feeding and Obesity
Through The Lifecourse. (Online),
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1719654/pdf/v088p
00793.pdf). pp.793, Diakses pada tanggal 8 Oktober 2018.
RAR. 2003. Housing and Husbandry Guidelines for Laboratory Animals.
(Online), http://www.ahc.umn.edu/rar/housing.html. Diakses pada
tanggal 8 Oktober 2018.
Smith, J.B. dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan Dan
Penggunaan Hewan Percobaan Di Daerah Tropis. UI Press. Jakarta.
hlm. 37- 57
Stevens, G. Edward, Hume, Ian D.. 2004. Comparative Physiology of
theVertebrate Digestive System . Cambridge: Cambridge University
Press.
Tanpa nama. 2004. Pengaruh Pemberian Jengkol Pada Saluran Kemih.
Majalah Kedokteran Andalas Vol 28 No 2.
Wiseman, J. and Cole, P. J. A. 1990. Feedstuff Evaluation. Cambridge:
University Press.

K. LAMPIRAN

Gambar 1. Meletakkan Makanan dan Minuman pada tempat Kandang Metabolik

Gambar 2. Merangkai Kandang Metabolik dan Memasukkan Mencit (Mus muculus) untuk
dilakukan perlakuan
Gambar 3. Jumlah Sisa Makanan, Feses, dan Urin yang dikeluarkan Mencit

Gambar 4. Menimbang Mencit (Mus muculus), Feses, Makanan, Minuman, dan Urin Pada
Kandang Metabolik sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan.

Anda mungkin juga menyukai