Anda di halaman 1dari 2

Penyusunan Feasibility Studi (FS) IPAL Komunal IPK Sukaregang

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan
Berdasarkan bab-bab sebelumnya mengenai gambaran umum dan analisis maka
disimpulkan :
1. Sebanyak 56 Industri Penyamakan Kulit (IPK) 5 industri tidak beroperasi.
Tersebar di Kawasan Sukaregang yang terletak di Kecamatan Garut Kota
khususnya di Kelurahan Kota Wetan, Kelurahan Regol dan Desa Suci.
2. Sebagian besar industri tidak memiliki dokumen lingkungan, ijin lingkungan dan
ijin usaha.
3. Terbatasnya kewenangan dan masalah penganggaran berkaitan dengan masih
tergabungnya lingkungan hidup dalam Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kabupaten Garut.
4. Jumlah limbah yang dihasilkan Industri Penyamakan Kulit (IPK) dan masuk ke
dalam sungai diperkirakan mencapai ± 17600 m 3/hari. Kelompok pencemar
industri yang terdapat pada limbah penyamakan kulit yaitu organik terurai,
organik sulit terurai, padatan tersuspensi, logam berat, anorganik terlarut dan
asam basa.
5. IPAL eksisting yang sudah ada tetapi tidak digunakan ada 3 (tiga) :
 IPAL 1 (kapasitas 250 m3/hari) : Jl. Gagak Lumayung
 IPAL 2 (kapasitas 250 m3/hari) : Jl. Bratayudha
 IPAL 3 (kapasitas 100 m3/hari) : Jl. Sudirman
6. Berdasarkan hasil survey wawancara terhadap 25 responden pengusaha IPK
diperoleh informasi mengenai :
 Pemahaman pengusaha penyamakan kulit tentang peraturan
pengelolaan lingkungan hidup masih kurang
 Pengetahuan pengusaha tentang pengelolaan limbah kulit masih kurang
 Belum adanya perda yang mengatur pengelolaan limbah kulit
 Masih adanya anggapan bahwa biaya pengelolaan limbah kulit sangat
tinggi, sehingga harus dibantu oleh pemerintah

 Pengusaha kulit di Sukarengang masih melakukan pembuangan limbah


cair pabrik nya ke saluran air yang terdekat, sungai, selokan dan saluran
irigasi

LAPORAN AKHIR 1
Penyusunan Feasibility Studi (FS) IPAL Komunal IPK Sukaregang

 Pengusaha yang mempunyai IPAL sendiri masih sedikit dibandingkan


dengan pengusaha yang tidak mempunyai IPAL. Namun, pengusaha yang
mempunyai IPAL pun tidak menggunakannya
 Hampir seluruh responden (96%) berminat terhadap pengembangan
IPAL Terpusat. Namun pengusaha belum bisa menentukan berapa
kemampuan mereka untuk mengeluarkan biaya pengembangan IPAL
tersebut
 Kelembagaan yang diusulkan nantinya untuk mengelola IPAL tambahan
adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
 Estimasi biaya untuk membangun IPAL Terpusat di Kawasan Copong
adalah Rp. 110.010.449.120,-.Estimasi biaya operasional dan pemeliharaan
IPAL di Kawasan Copong adalah Rp 268,96 per m3.

Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan diatas maka rekomendasi untuk mengendalikan pencemaran
lingkungan akibat dari limbah IPK di Kawasan Sukaregang yaitu sebagai berikut :
1. Penetapan zonasi pemanfaatan ruang di wilayah IPK Sukaregang harus jelas.
2. Setiap industri harus mengurus dokumen lingkungan, ijin lingkungan dan ijin
usaha.
3. Jika dimungkinkan Lingkungan Hidup menjadi badan yang berdiri sendiri.
4. Berdasarkan karakteristik limbah yang disebutkan diatas teknologi pengolahan
limbah yang dibutuhkan industri penyamakan kulit harus menggunakan
teknologi pengolahan yang lengkap (Fisika, Biologi dan Kimia).
5. Jika dilihat dari kapasitas eksisting ke-3 IPAL sudah tidak mencukupi untuk
mengolah limbah yang dihasilkan. Sehingga diperlukan IPAL Terpusat yang
direncanakan dibangun di Kawasan Copong Desa Sukamantri Kabupaten Garut.
6. Pengusaha yang belum masuk ke IPAL eksisting, nantinya diharuskan mengolah
limbahnya di IPAL Terpusat. Dan dialirkan ke IPAL dengan menggunakan sistem
perpipaan.

LAPORAN AKHIR 2

Anda mungkin juga menyukai