Anda di halaman 1dari 6

A.

Relativitas Moral Dalam Bisnis


Menurut De George, ada tiga pandangan umum yang dianut. Pandangan pertama adalah
norma etis berbeda antara 1 tempat dengan tempat lainnya. Artinya perusahaan harus mengikuti
norma dan aturan moral yang berlaku di negara tempat perusahaan tersebut beroperasi. Yang
menjadi persoalan adalah anggapan bahwa tidak ada nilai dan norma moral yang bersifat universal
yang berlaku di semua negara dan masyarakat, bahwa nilai dan norma moral yang berlaku di suatu
negara berbeda dengan yang berlaku di negara lain. Oleh karena itu, menurut pandangan ini norma
dan nilai moral bersifat relatif. Ini tidak benar, karena bagaimanapun mencuri, merampas, dan
menipu dimanapun juga akan dikecam dan dianggap tidak etis.
Pandangan kedua adalah bahwa nilai dan norma moral sendiri paling benar dalam arti
tertentu mewakili kubu moralisme universal, yaitu bahwa pada dasarnya norma dan nilai moral
berlaku universal, dan karena itu apa yang dianggap benar di negara sendiri harus diberlakukan
juga di negara lain (karena anggapan bahwa di negara lain prinsip itu pun pasti berlaku dengan
sendirinya). Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa moralitas menyangkut baik buruknya
perilaku manusia sebagai manusia, oleh karena itu sejauh manusia adalah manusia, dimanapun dia
berada prinsip, nilai, dan norma moral itu akan tetap berlaku.
Pandangan ketiga adalah immoralis naif. Pandangan ini menyebutkan bahwa tidak ada
norma moral yang perlu diikuti sama sekali.
Menurut De George prinsip yang paling pokok yang berlaku universal, khususnya dalam
bisnis adalah prinsip integritas pribadi atau integritas moral. Ada dua keunggulan prinsip integritas
pribadi dibandingkan dengan prinsip lainnya. Pertama, prinsip integritas pribadi tidak punya
konotasi negatif seperti halnya pada prinsip-prinsip moral lainnya, bahkan pada kata etika dan
moralitas itu sendiri. Bagi banyak orang, kata etika, apalagi prinsip etika, mempunyai nada
moralitas dan paksaan dari luar. Kedua, bertindak berdasarkan integritas pribadi berarti bertindak
sesuai dengan norma-norma perilaku yang diterima dan dianut diri sendiri dan juga berarti
memberlakukan pada diri sendiri norma-norma juga dianut oleh etika dan moralitas. Dengan kata
lain, prinsip integritas pribadi mengandung pengertian bahwa norma yang dianut adalah norma
yang sudah diterima menjadi milik pribadi dan tidak lagi bersifat eksternal.
B. Tanggung Jawab Moral dan Sosial Bisnis

Tanggung Jawab Moral Bisnis


Terdapat berbagai pandangan mengenai tanggung jawab moral bisnis. Ada yang berpendapat
bahwa bisnis adalah koporasi impersonal yang bertujuan untuk memperoleh laba. Sebagai institusi
impersonal atau pribadi, bisnis tidak mempunyai nurani, sehingga tidak bertanggung jawab secara
moral (Weiss, 1994:888). Namun, menurut pandangan Kenneth Goodpastern dan John Metthews
mengatakan bahwa bisnis adalah analog dengan individu, yang mempunyai kehendak, nurani,
tujuan, dan strategi (Weiss, 1994:90). Pengertian individu disini adalah orang-orang yang
mendukung nilai-nilai moral mewakili bisnis. Oleh karena itu, sangat wajar kalu bisnis mempunyai
tanggungjawab moral dan sosial sebagaimana halnya pribadi individu. Denagn demikian, dapat
disimpulkan bahwa bisnis menyerupai institusi personal sehingga mempunyai nurani.
Perusahaan mempunyai tanggungjawab secara moral untuk menyampaikan secara jujur
kemajuan dan kondisi ekonomis-finansial korporasi kepada pemegang saham. Bertanggungjawab
secara sosial kepada masyarakat atau negara dimana perusahaan tersebut beroperasi, berkewajiban
moral untuk menyediakan kondisi dan lingkungan kerja yang sehat dan aman, memberikan upah
yang adil kepada pegawai, menginfomasikan dengan benar kepada konsumen mengenai produk
yang dihasolkan serta jasa-jasa pelayanan yang diberikan.

Contoh : Kasus enron & KAP Arthur Anderse. Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking
tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi
terbesar di AS jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar.
Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard (perilaku jahat) : diantaranya
manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan
mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap
diminati para investor, kasus memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam gedung putih,
termasuk wakil presiden Amerika Serikat.

Tanggungjawab Sosial Bisnis


Tanggungjawab Sosial Bisnis (Corporate Social Responsibility atau CSR) adalah
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai laba dengan cara-cara yang sesuai dengan
aturan permainan dalam persaingan bebas tanpa penipuan dan kecurangan. Menaati aturan
permainan, dan kesopanan, serta tidak melakukan kecurangan dan tipu muslihat sebenarnya sudah
mengandung arti bahwa bisnis sampai batas tertentu mempunyai tanggungjawab moral.
CSR merupakan konsep yang bermaterikan tanggungjawab sosial dan lingkungan oleh
perusahaan kepada masyarakat luas, khususnya di wilayah perusahaan tersebut beroperasi.
Misalnya, CSR bisa berupa program yang memberikan bantuan modal kerja bagi para nelayan,
petani, pemberian beasiswa bagi pelajar yang tidak mampu dan berprestasi, perbaikan
infrastruktur, dan memelihara kondidi alam agar tetap sehat dan seimbang.
Implementasi CSR di perusahaan pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai
berikut:
a. Komitmen pimpinan
Perusahaan yang pimpinannya tidak tanggap dengan masalah-masalah social dan
lingkungan kecil kemungkinan akan mempedulikan aktivitas social.
b. Ukuran dan kematangan perusahaan
Perusahaan besar dan mapan lebih mempunyai potensi memberikan kontribusi
ketimbang perusahaan kecil.
c. Regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah
Semakin overlap-nya regulasi dan penataan pajak akan membuat semakin kecil
ketertarikan perusahaan untuk memberikan donasi atau sumbangan social kepada
masyarakat. Begitu pula sebaliknya.
Ada tiga alasan penting dan manfaat yang diperoleh suatu perusahaan dalam merespon dan
menerapkan CSR yang sejalan dengan operasi usahanya:

1. Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan wajar jika perusahaan juga turut
memperhatikan kepentingan masyarakat.
2. Kalangan bisnis dan masyarakat memiliki hubungan yang bersifat simbosis mutualisme
(saling mengisi dan menguntungkan).
3. CSR merupakan cara untuk mengeliminasi berbagai potensi penduduk untuk melakukan
hal-hal yang tidak diinginkan sebagai akses ekslusifme dan monopoli sumber daya alam
yang dieksploitasi oleh perusahaan tanpa mengedepankan kesempatan bagi sumber daya
manusia yang berdomisili di sekitar wilayah perusahaan.
Ada dua jalur tanggungjawab sosial perusahaan sesuai dengan dua jalur relasi perusahaan
dengan masyarakat, yaitu :

1. Terhadap relasi primer, misalnya memenuhi kontrak yang sudah dilakukan dengan
perusahaan lain, membyar hutang, memberi pelayanan kepada konsumen dan pelanggan
dengan baik.
2. Terhadap relasi sekunder, seperti bertanggungjawab atas operasi dan dampak bisnis
terhadap masyarakat, atas masalah-masalah seperti lapangan kerja, pendidikan, prasana
sosial, dan pajak.

Bisnis yang baik akan tetap mengindahkan prinsip tanggungjawab, kalau perlu mengorbankan
keuntungan jangka pendek demi keuntungan jangka panjang. Jadi, dari segi tuntutan bisnis dan
dan tuntutan etis, tanggungjawab sosial moral bisnis merupakan suatau tuntutan yang semakin
dirasakan relevansinya dalam operasi bisnis modern. Hanya saja pelaksanaan konkretnya
diserahkan kepada setiap pelaku bisnis sesuai dengansituasi yang diharapkan.

Contoh : Perusahaan harus mematuhi aturan-aturan hukum dan adat yang berlaku disekitarnya.
Kembali lagi seperti yang terjadi di kasus PT Preefort karena kurangnya tanggung jawab atas
kesejahteraan masyarakat sekitar maka terjadilah kecemburuan sosial. Masyarakat sekitar
beranggapan bahwa PT preefort hanya mengeruk kekayaan alam di daerah mereka tanpa
memperhatikan kesejahteraan mereka, salah satunya penyebab kecemburuan sosial
tersebut adalah karyawan preefort rata – rata di rekrut dari luar Papua yang pada akhirnya mereka
memutuskan melakukan suatu tindakan anarkis dengan membunuh para personil TNI yang
bertugas menjaga keamanan PT Freeport tersebut.

G. Alasan Meningkatnya Perhatian Dunia Bisnis Terhadap Etika

Perhatian terhadap etika bisnis semakin meningkat di kalangan dunia bisnis. Perusahaan-
perusahaan besar multinasional telah mempunyai kode etik, memiliki bagian khusus yang
mengawasi pelaksanaan kode etik, dan memasukkan etika sebgai mata tataran dalam pelatihan
pegawainya.
Leonard Brooks menyebut enam alasan mengapa dunia bisnis makin mengingkatkan perhatian
terhadap etika bisnis (Rindjin, 2004:91), yaitu:

1. Krisis publik tentang kepercayaan


Publik kurang percaya pada kredibilitas dan kontribusi perusahaan kepada masyarakat.
Skandal demi skandal perusahaan telah terjadi, sehingga memudarkan kepercayaan publik.
2. Kepedulian terhadap kualitas kehidupan kerja
Meningkatnya nilai-nilai masyarakat pada mutu kehidupan kerja seperti fleksibilitas waktu
kerja, penekanan pada kebugaran dan kesehatan, dan pengasuhan anak di perusahaan.
3. Hukuman terhadap tindakan yang tidak etis
Dimana akan dikenakan pada perusahaan-perusahaan yang melakukan tindakan ilegal,
seperti diskriminasi pekerjaan, pelanggaran standar polusi, serta keamanan dan kesehatan
kondisi kerja.
4. Kekuatan kelompok pemerhati khusus
(Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM) yang bisa menyampaikan kritik di media massa
dimana bisa memberikan dampak negatif pada kepercayaan konsumen apabila ditemukan
penyimpangan yang dilakukan korporasi.
5. Peran media dan publisitas
Media Massa sebagai pihak sebagai pihak berkepentingan sangat berpengaruh dalam
membentuk opini publik tentang korporasi.
6. Mengubah format organisasi dan etika perusahaan
Bagi korporasi yang memiliki jaringan usaha yang luas mempunyai aliansi, mitra usaha,
dan pusat keuntungan yang independen, timbul masalah etis yang menyangkut oprasional
korporasi. Struktur organisasi, hubungan tanggungjawab antatrunit dan jaringan korporasi
senantiasa perlu dikaji ulang.

SIMPULAN :
1. Ada 3 pandangan umum mengenai relativitas moral dalam bisnis. Menurut De George
prinsip yang berlaku universal dalam bisnis adalah prinsip integritas pribadi atau integritas
moral, karena mengandung pengertian bahwa norma yang dianut adalah norma yang sudah
diterima menjadi milik pribadi dan tidak lagi bersifat eksternal.
2. Tanggungjawab moral dan sosial bisnis merupakan aktivitas perusahaan sebagai integral
guna kelangsungan hidup perusahaan. Dalam berbisnis perusahaan memiliki
tanggungjawab moral dan sosial baik kepada pemegang saham, masyarakat, negara,
maupun lingkungan sekitar.
3. Meningkatnya perhatian dunia bisnis terhadap etika dikarenakan adanya krisis publik
tentang kepercayaan, kepedulian terhadap kualitas kehidupan kerja, peran media dan
publisitas, dan adanya kekuatan kelompok pemerhati khusus.

REFERENSI :
Rindjin, Ketut. (2004). Etika Bisnis dan Implementasinya. PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Sutrisna Dewi. (2010). Etika Bisnis, Konsep Dasar, Implementasi dan Kasus. Denpasar: Udayana
University Press

Keraf, Dr. A. Sonny. (1998). Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai