Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM REVIEW ANALISIS FILM “THE DIVING

BELL AND THE BUTTERFLY 2007 “

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN KELUARGA

Oleh:
Kelompok 4/E 2016
Rohibul Fahmi 162310101273
Friska Ayu Purwantiwi 162310101274
Ari Wijaya 162310101276
Nabillah Linda K. P 162310101280
Fathkiyatur R. 162310101291

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
A. IDENTITAS KELUARGA

1. Gambaran singkat tentang film (sebutkan anggota keluarga dalam


film dan deskripsikan khusus anggota keluarga yang akan menjadi
pasien anda
Judul Film : The Diving Bell And The Butterfly
Genre : Drama Biografi
Pemeran :
1. Jean Dominique Bauby (Mathieu Amalric) sebagai Tokoh Utama
2. Celine (Emnauelle Seigner) sebagai Mantan Istri
3. Theophile (Kate Bosworth) sebagai Anak
4. Celeste (Hunter Parrish) sebagai Anak
5. Hortense (Kristen Stewart) sebagai Anak
6. Papinou (Max Von Sydow) sebagai Ayah Jean Do

Jean Dominique Bauby yang biasa di panggil Jean Do adalah seorang


editor sukses sebuah majalah fashion terkemuka di Paris. Suatu ketika
Jean Do mendadak terserang stroke langka sehingga seluruh tubuhnya
lumpuh kecuali mata kiri, imajinasi dan ingatannya. Jean Do mengalami
koma selama 3 Minggu dan divonis oleh dokter dengan penyakit Sindrome
terkunci. Jean Do tidak bisa berbicara dan hanya bisa mengedipkan mata.
Jean Do yang ketika itu sangat frustasi lambat laun mulai bisa menerima
keadaannya dan mencoba belajar berkomunikasi dengan orang lain
menggunakan kedipan mata. Jean Do memiliki 3 orang anak yang
bernama Theophile, Celeste dan Hortense. Ibu 3 orang anak tersebut
bernama Celine. Pada mulanya kehidupan Jean Do sangat bahagia dengan
keluarga namun pada suatu ketika kebahagiaan itu sirna dan Jean Do
mengalami keadaan seperti saat ini. Jean Do berfikir bahwa keadaannya
sekarang merupakan karma akibat penghianatannya terhadap istrinya.
Diketahui bahwa Jean Do memiliki kekasih yaitu Ines.
Kondisi yang tak kunjung membaik akhirnya menginspirasinya untuk
menulis sebuh buku dimana merupakan salah satu cita-citanya. Jean Do
menulis sebuh buku autobiografi tentang dirinya. Jean Do menulis buku
dengan dibantu oleh perawat yang setiap kali membantunya
berkomunikasi dengan mengucapkan huruf dan Jean Do akan berkedip
saat Perawat mengucapkan huruf yang diinginkannya.

2. Tipe Bentuk Keluarga : Single adult living alone dikarenakan Jean


Do dalam film diceritakan sudah tidak tinggal satu rumah dengan Celine
dan 3 orang anaknya.

3. Latar belakang budaya (etnis) : Dalam film The Diving Bell and The
Butterfly ini mayoritas berkulit putih. Kehidupan dalam film ini mengikuti
budaya eropa dengan bahasa kesehariannya adalah bahasa Perancis.

4. Penggunaan jasa perawatan : Untuk penggunaan jasa perawatan


kesehatan dalam film ini diceritakan Jean Do dirawat pada sebuah rumah
sakit. Dalam kesehariannya Jean Do sangat tergantung pada Perawat
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari begitu juga dalam terapi
keperawatannya. Dalam komunikasi Jean Do selalu dilatih oleh perawat
dengan ejaan huruf untuk berkomunikasi.

5. Status kelas sosial : Status ekonomi keluarga Jean Do termasuk


kedalam ekonomi kelas menengah atas. Diketahui bahwa Jean Do adalah
seorang editor sukses sebuah majalah fashion terkemuka di Paris. Dalam
kesehariannya Jean Do terbiasa dengan fasilitas yang mewah.

6. Aktivitas rekreasi dan waktu luang :

a. Ketika Jean Do divonis oleh dokter dengan penyakit sindrome


terkunci Jean Do pernah menemui Celine di sebuah gedung tinggi
dengan pemandangan pantai.
b. Jean Do juga pernah pergi kesuatu tempat dengan suasana padang
rumput dengan angin yang kencang bersama perawat yang biasanya
menemani Jean Do terapi dan juga Jean Do pernah pergi ketempat
yang sama bersama Celine dan 3 anaknya.
c. Jean Do pernah dibawah pergi oleh Celine ke sebuah pantai dimana
pertama kalinya Jean Do setelah divonis sindrome terkunci bertemu
dengan 3 orang anaknya.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA :


a. Tahap perkembangan keluarga dalam film The Diving Bell and The
Butterfly memasuki dalam tahapan “Keluarga dengan usia pertengahan”.
b. Di dalam film Still Alice keluarga belum sepenuhnya melaksanakan sesuai
dengan tahap perkembangan keluarga
1. Dalam film tersebut diceritakan bahwa Jean Do dan Celine tetap
mempertahankan kontak dengan ke 3 anaknya. Jean Do tak jarang
meluangkan waktunya untuk sekedar pergi atau bertemu dengan ke 3
anaknya.

Genogram

J C

Keterangan :

P : Papinou T L H
J : Jean Do
C : Celine
T : Theophile
L : Celeste
H : Hortense
Gambaran Ecomap

TEMPAT TEMPAT
REKREASI IBADAH PEKERJAAN

FASILITAS
KESEHAT
J AN

P
C

T L H

Keterangan :

P : Papinou
J : Jean Do
C : Celine
T : Theophile
L : Celeste
H : Hortense

Keterangan :
1 garis menandakan hubungan yang lemah
2 garis menandakan hubungan yang normal
3 garis menandakan hubungan yang kuat

Analisis ecomap

Dalam Film The Diving Bell and The Butterfly terdapat sebuah keluarga
Jean Do yang mana beliau sudah berpisah dengan Celine istrinya dan Jean Do
tinggal seorang diri. Celine tinggal bersama ke 3 anak dari dirinya dan Jean Do.
Jean Do mempunyai seorang Ayah yang mana beliau sangat sayang dengan
Ayahnya. Meskipun Jean Do sudah berpisah dengan Celine namun kedekatan
mereka sangat baik dan juga Jean Do sangat dekat dengan ke 3 anaknya.

Saat Jean Do telah divonis mengidap sindrome terkunci, beliau selalu


berada dan dirawat di Rumah sakit sehingga kehidupannya sangat erat kaitannya
dengan fasilitas kesehatan. Jean Do juga sering dibawa kesebuah tempat rekreasi
seperti pantai dan padang rumput oleh orang-orang terdekatnya. Pernah suatu
ketika Jean Do dibawa oleh Celine kesebuh gereja untuk berdo’a meminta
kesembuhan, nmaun nampakya sewaktu sehat Jean Do jarang pergi ke gereja.

Jean Do merupakan seorang editor sukses disebuah majalah fashion


terkemuka di Paris sehingga Jean Do sangat sibuk dalam pekerjaannya tersebut.
C. DATA LINGKUNGAN
1. Karakteristik tempat tinggal
Dalam film ini diceritakan bahwa Jean Do tinggal di Rumah Skit untuk
menjalani perawatan setelah divonis sindrome terkunci oleh dokter. Dalam
film tersebut digambarkan bahwa ruangan yang ditempati Jean Do ketika
siang hari cukup pencahayaan oleh sinar matahari, namun ketika malam
percahayaan oleh lampu kurang sehingga suasana dalam ruangan tersebut
redup. Dalam ruangan Jean Do banyak terdapat alat-alat kesehatan untuk
menunjang kehidupannya Jean Do.
2. Karakteristik Lingkungan Sekitar
Dalam film tersebut digambarkan bahwa lingkungan sekitar ruangan
diamana Jean Do dirawat adalah lorong-lorong yang sepi dan pada suau
lorong tetentu banyak pasien alin yang kondisinya tidak jauh berbeda
dengan Jean Do.
3. Sistem Pendukung Jaringan Sosial Keluarga
Dalam film tersebut, sistem pendukung yang dimunculkan adalah anak-
anaknya, Celine, teman, para perawat dan dokter. Perawat selalu
memberikan motivasi kepada Jean Do yang pada saat itu mengalami
frustasi oleh keadaanya, namun perawat tersebut berhasil membuat Jean
Do mau berkomunikasi dengan keterbatasannya. Peawat tersebut juga
membantu Jean Do dalam menulis sebuah buku biografi dirinya. Celine
juga memberikan dukungan kepada Jean Do, Celine juga melakukan
komunikasi dengan Jean Do dengan Cara sama seperti yang perawat
lakukan.
D. Struktur keluarga

1. Pola-pola komunikasi

Di dalam film, Pola komunikasi dalam keluarga tersebut terganggu


karena jean-Do yang mengalami sindrom terkunci dimana terjadi
kelumpuhan sepenuhnya secara fisik dan juga terpasang traekeostomi
dan dia tidak bisa bebicara sama sekali sehingga komunikasinya
dengan mata kirinya saja dikarenakan mata sebelah kananya
mengalami infeksi yang harus ditutup dengan dijahit. Karena hal itu
jean-Do berkomunikasinya dibantu oleh seorang terapis bicara yang
mengembangkan sebuah sistem komunikasi dengan mengedipkan mata
kirinya saat dia membaca daftar kata ,huruf demi huruf yang
ditunjukkan dan dibacakan oleh ahli terapisnya karena
keterbatasannya menyampaikan sesuatu yang diinginkan sehingga sulit
untuk berinteraksi untuk menyampaikan respon atau umpan balik
terhadap semua orang yang berbicara dengannya. Dia mengungkapkan
perasannya dengan berbicara sendiri pada dirinya karena sekelilingnya
tidak bisa mendegar suaranya. Sebelum mengalami penyakit tersebut
jean-Do komunikasinya dengan anak-anaknya tetap baik meskipun
tidak tinggal satu rumah. Namun setelah mengalami penyakit tersebut
dengan keterbatasannya semua anggota keluarga bisa menerima dan
mulai memahami cara berinteraksi dengan jean-Do.

2. Struktur kekuasaan

Didalam film tersebut jean-Do dan istrinya sudah becerai dan tidak
hidup bersama dalam satu rumahh sehingga pengambil keputusan di
kuasai oleh masing-masing dari jean-Do dan mantan istrinya.
3. Struktur peran

Di dalam keluarga tersebut struktur peran jean-Do sebelum


mengalami penyakit tersebut cukup baik ditunjukkan dengan setiap
hari libur jean-Do mengunjungi rumah mantan istrinya untuk menemui
anak-anaknya dan berliburan bersama mereka. Akan tetapi setelah
mengalami penyaki tersebut jeanDo yang harus tinggal dirumah sakit
Maritim di Berck mantan istrinya tetap menjenguknya namun tidak
membawa anak-anaknya. Setelah bebrapa hari jean-Do dipertemukan
oleh mantan istrinya dengan anak-anaknya saat merayakan hari ayah.

4. Nilai-nilai keluarga
Dalam film ini nilai-nilai kelurga sesuai dengan nilai-nilai kelompok
komunitas yang lebih luas ditunjukkan dengan lingkungan ,etika kerja
dan etika konsumsi ada kesesuaian dengan komunitas yang luas. Kelas
sosial dan latar belakang kebudayaan keluarga jean-Do juga tidak
mempengaruhi nilai-nilai keluarga.
E. Fungsi keluarga

1. Fungsi afektif

Didalam film ini deangan keadaan yang dialami oleh jean-Do sekarang
membuat anggota keluarganya meberikan perhatian khusus dan juga
anggota keluarga merasakan bahwa jean-Do berkebutuhan kusus
terutama dalam proses penyembuhannya.

2. Fungsi sosialisasi

Didalam film ini menunjukkan cara membesarkan anak dalam


keluarga tidak ditunjukkan karena jean-Do dan mantan istrinya sudah
tidak tinggal satu rumah. Namun anak-anaknya tinggal bersama
mantan istrinya Celine. Perilaku anak-anaknya sangat baik ditunjukkan
dengan mereka bisa menerima kondisi ayahnya yang tidak bisa apa-
apa dan mau menghibur dan sesekali menemani ayahnya

3. .Fungsi perawatan kesehatan

Didalam film ini hubungan perawatan kesehatan dengan jean-Do


sangat kuat dengan kondisi jean-Do yang perlu penanganan kusus
untuk perawatan proses penyembuhannya sehingga semua diserahkan
pada pihak rumah sakit tentang semua cara dan proses
penyembuhannya ditujukkan dengan jean-Do harus tinggal sementara
di rumah sakit dan melakukan terapis fisiknya untuk latihan mobilisasi
di mana anggota tubuhnya dipindahkan dan mobilisasi pada kepalanya
agar dapat memutar 90 derajat. Dia menceritakan bahwa bahkan
dengan ekspresi wajah yang terbatas, ia masih memiliki berbagai
emosi setiap kali ia dibersihkan atau diberikan mandi. Semua pelayan
kesehatan slalu mengecek tentang perkembangan nya setiap hari. Dan
lingkungan jean-Do selalu dijaga karena dia harusmenggunakan
beberapa alat bantu pada tubuhnya. pola tidur dan istirahat jean-Do
juga terganggu karena dia selalu membayangkan masa lalunya ,anak-
anaknya dan keinginan keinginannya yang belum terpenuhi sebelum
sakit sehingga menggangu fikirannya. Namun meskipun keadaanya
tidak bisa apa-apa kecuali dengan mengedipkan mata sebelah kirinya
keluarga yaitu celine dan anak-anaknya tetap menghibur jean-Do
dengan mengajak dia berlibur kepantai dan juga untuk memperingati
hari ayah. Dalam hal ini peran keluarga terhadap kesembuhan jean-Do
cukup baik dan juga keluarga menrima dan merasa puas dengan
perawatan yang diberikan oleh pelayan kesehatan dirumah sakit
tersebut ditunjukkan dengan keluarga berkomunikasi dengan baik
kepada pelayan kesehatan terkait kondisi jean-Do
F. Koping keluarga

Di dalam film ini menunjukkan bahwa jean-Do yang mengalami kondisi


sindrom terkunci yang sangat jarang ditemui penyakit tersebut membuat
dia terpukul dan merasa putus asa dengan keadaan yang menurutnya
sangat menyiksa dan menghancurkan semua yang diharapkan dan juga
jean-Do mengatakan pada ahli terapinya menggunakan terapi kedipannya
bahwa dia mengatakan ingin mati. Setelah jean-Do menjalani hari-hari
yang menurutnya menyiksa perlahan bisa menerima dan jean-Do ingat
bahwa meskipun dia kondisi fisknya lumpuh tetapi mentalnya normal
sehingga dia menghadapi stresornya dengan ingin menulis tentang semua
yang dialami dan dirasakanya selama menderita sindrom terkunci ini
dengan dibantu oleh Seorang wanita dari penerbit tempat jean-Do
melakukan kontrak penerbitan buku orisinalnya untuk melakukan dikte
dengan menggunakan terapis bicara. Teman -teman, kekasihnya ,ayah
jean-Do dan keluarga mengunjunginya dan juga menelfonnya dengan
memberikan dukungan kepada jean-Do. Mantan istrinya yaitu Celine dan
anak-anaknya juga menyempatkan untuk berlibur bersama ke pantai. Jadi
strtegi koping internalnya yang digunakan oleh jean-Do pengontrolan
makna dari masalah dan untuk startegi eksternal nya dengan memelihara
hubungan dengan komunitas. Semua strategi tersebut digunakan oleh jean-
Do untuk mengurangi stresor dan lebih menerima kondisi yang dia
alaminya.
G. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KELUARGA

DATA DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN TINDAKAN JURNAL


MALADAPTIF KEPERAWATAN KEPERAWATAN RUJUKAN
/ TERAPI
KELUARGA
Jean-Do yang Gangguan proses Intervensi keperawatan yang 1. Meyakinkan ”Family
mengalami penyakit keluarga Tn. Jeann-Do disarankan untuk keluarga bahwa Adaptation to
stroke dan Locked- b.d pergeseran kekuatan menyelesaikan masalah : pasien sedang Stroke : A
Syndrome anggota keluarga d.d Tn Dukungan Keluarga diberikan Metasynthesi
Sehingga tidak Jean-Do yang 1. Yakinkan keluarga bahwa perawatan s of
dapat berbicara mengalami penyakit pasien sedang diberikan terbaik Qualitative
seperti biasanya dan stroke dan Locked- perawatan terbaik 2. Menilai reaksi Research
hanya Syndrome 2. Nilailah reaksi emosi emosi keluarga Based on
berkomunikasi Sehingga tidak dapat keluarga terhadap kondisi terhadap Double
menggunakan berbicara seperti pasien kondisi pasien ABCX
matanya untuk biasanya dan hanya 3. Dukung harapan yang 3. Mendukung Model”
berkedip berkomunikasi realistis harapan yang
menggunakan kedipan 4. Dengarkan kekhawatiran, realistis
mata. perasaan dan pertanyaan dari 4. Mendengarkan
keluarga kekhawatiran,
5. Fasilitasi komunikasi akan perasaan dan
kekhawatiran/perasaan antara pertanyaan dari
pasien dan keluarga atau keluarga
antar anggota keluarga 5. Memfasilitasi
6. Tingkatkan hubungan saling komunikasi
percaya dengan keluarga akan
7. Identifikasi sifat dukungan kekhawatiran/p
spiritual bagi keluarga erasaan antara
8. Identifikasi kesepakatan pasien dan
terkait harapan antara pasien, keluarga atau
keluarga, dan tenaga antar anggota
kesehatan keluarga
6. Meningkatkan
hubungan
saling percaya
dengan
keluarga
7. Mengidentifika
si sifat
dukungan
spiritual bagi
keluarga
8. Mengidentifika
si kesepakatan
terkait harapan
antara pasien,
keluarga, dan
tenaga
kesehatan
H. TERAPI KELUARGA

Judul Film : The Diving Bell and Butterfly

Masalah Keluarga : film ini bercerita tentang Jean Dominique Bauby seorang
penulis yang baru bangun dari komanya, setelah itu dokter memberitahu bahwa ia
terkena sebuah Syndrome setelah komanya itu. Penyakit yang dideritanya
termasuk penyakit langka dimana setiap orang yang menderita penyakit tersebut
merasa lemas badannya namun tidak sampai menyerang mentalnya. Bauby
semenjak sadar tak dapat bicara sehingga saat ia berkomunikasi hanya
mengandalkan kedipan mata.

Terapi Keluarga : terapi keluarga dalam jurnal tersebut yaitu melakukan


adaptasi keluarga. Adaptasi keluarga sendiri merupakan proses dimana keluarga
terlibat dalam respon langsung terhadap klien dan menyadari bahwa ada
perubahan yang sistematis yang terjadi di dalam keluarga tersebut.

Indikasi Terapi Keluarga : untuk membantu keluarga agar semua anggota


keluarga dapat memberikan dukungan terhadap klien, agar klien tidak merasa
depresi yang dapat mengakibatkan putus asa serta klien dapat terbiasa dengan
keadaannya saat ini

Kontra Indikasi Terapi Keluarga : tidak ada kontra indikasi

Persiapan Terapi Keluarga : perawat mengumpulkan seluruh anggota keluarga


untuk menyampaikan edukasi terhadap keluarga yang memiliki anggota keluarga
dengan penyakit stroke.
Prosedur Terapi Keluarga :

1. Pra Interaksi : lakukan pengkajian data dan catat kesehatan dari


klien, identifikasi identitas klien, lakukan pendekatan pada anggota
keluarga klien agar mudah saat melakukan pengkajian dan juga
memberikan edukasi terhadap anggota keluarga
2. Orientasi : melakukan salam dan senyum kepada klien dan
anggota keluarga klien. Memperkenalkan nama perawat kepada klien dan
juga anggota keluarga. Melakukan identifikasi identitas klien dan juga
anggota keluarga klien. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang
akan dilakukan perawat kepada klien dan anggota keluarga klien. Kontrak
waktu, tempat, dan kesediaan keluarga untuk menerima tindakan dari
perawat.
3. Kerja : jelaskan dan ajarkan pada pasien tenik untuk
terapi wicara selama 25 menit secara pelan-pelan dan ulangi agar pasien
dapat memahami.
4. Terminasi : melakukan evaluasi subjective. Melakukan
evaluasi objective. Berikan pesan yang positif. Mengingatkan klien untuk
selalu melakukan latihan terapi agar terbiasa dan juga mendapatkan
kemajuan dengan terapinya.
5. Evaluasi Terapi Keluarga : bagaimana keadaan fisik klien. Sikap klien
setelah pasien menerapkan terapi dukungannya tersebut. Menanyakan
bagaimana perasaan pasien setelah menerapkan terapi wicara.
I. CRITICAL APPRAISAL

Penulis Jurnal Kotomi Sakai, SLP


Ryo Momosaki, MD, PhD, MPH

Judul Jurnal Real-world Effectiveness of Speech Therapy Time on


Cognitive Recovery in Older Patients with Acute Stroke

Nama Jurnal, Edisi Progress in Rehabilitation Medicine 2016; Vol.1,


dan Tahun 20160004
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki
efektivitas keseharian penggunaan waktu terapi wicara
pada pemulihan kognitif pada pasien yang lebih tua
dengan stroke akut

Metode Penelitian Para peserta penelitian kohort retrospektif ini dirawat di


rumah sakit pasien dengan stroke akut terdaftar di
Jepang Rehabilitasi database antara Desember 2005 dan
September 2014. Para pasien dibagi menjadi dua
kelompok sesuai dengan jumlah waktu yang mereka
dihabiskan menjalani terapi bicara, yaitu, kelompok
terapi wicara intensitas tinggi dan kelompok kontrol.
analisis regresi linier multivariat dilakukan untuk
menilai hubungan antara efisiensi Kemerdekaan Ukur
Fungsional kognitif dan terapi wicara intensitas tinggi.
hasil: Dari 3341 pasien stroke yang memenuhi syarat
(usia rata-rata: 77 tahun) diekstrak dari database, 53%
menerima terapi wicara intensitas tinggi. Pasien dalam
kelompok terapi wicara intensitas tinggi memiliki skor
lebih tinggi secara signifikan kognitif Fungsional
efisiensi Kemerdekaan Ukur dibandingkan dengan
kelompok kontrol (mean, 0,17 vs 0,10, masing-masing

Hasil dan Hasil penelitian ini mengungkapkan Kesimpulannya,


Pembahasan analisis jurnal ini tentang keseharian dalam penggunaan
pengaturan latihan secara klinis telah menunjukkan
bahwa terapi wicara untuk rata-rata ≥ 20 menit / hari
dengan hasil yang sangat signifikan dikaitkan dengan
pemulihan kognitif yang baik pada pasien stroke akut
yang lebih tua yang menjalani terapi wicara.

Implikasi Sebagai perawat kita dapat memberikan terapi wicara


Keperawatan kepada pasien stroke untuk mengganti komunikasi
verbalnya agar komunikasi pasien dengan orang lain
dapat efekif. Dan membantu pasien untuk pemulihan
kognitifnya agar lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Friedman MR,Bowden VR,Jones E.2003.Family nursing : Research,Theory,and


Practice.5th ed.New Jersey:Precentice Hall

Ali Hesamzadeh, RN, PhD Student of Nursing, Asghar Dalvandi, RN, PhD,
Sadat Bagher Maddah, RN, PhD, Masoud Fallahi Khoshknab, RN, PhD,
Falollah Ahmadi, RN, PhD. Family Adaptation to Stroke : A Metasynthesis
of Qualitative Research based on Double ABCX Model. Asian Nursing
Research. 9 (2015). 177-184.

Anda mungkin juga menyukai