TINJAUAN PUSTAKA
Istilah sel berasal dari Bahasa latin, yaitu cella atau cellula yang berarti ruang
kecil. Istilah tersebut pertama kali digunakan oleh Robert Hooke pada 1665 untuk
memberi nama rongga-rongga kecil yang dilihatnya pada irisan tutup botol gabus.
Pada umumnya, sel memiliki ukuran yang sangat kecil. Satuan untuk ukuran sel
adalah micrometer (µm) atau sering disebut micron. Kisaran ukuran diameter sel
adalah 5-500 µm. Akan tetapi, ada sel yang berukuran relatif besar (10-100x ukuran
sel biasa) sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang, contohnya sel telur hewan-
hewan pengeram seperti reptil dan burung ( Abdrahman, Deden, 2008).
Semua sel dibatasi oleh suatu membran yang disebut membran plasma,
sementara daerah di dalam sel disebut sitoplasma. Berdasarkan organisasi
internalnya, sel dapat dibedakan menjadi sel prokariotik dan sel eukariotik. Disebut
prokariotik jika inti selnya tidak dibatasi selaput (tidak mempunyai membrane inti),
misalnya bakteri. Disebut eukariotik jika sudah mempunyai membran inti (selaput
inti), misalnya sel-sel hewan dan tumbuhan (Mulyani, Sri. 2006)
Pada sel prokariotik tidak ada membran yang memisahkan DNA dan bagian
dari sel lainnya, dan daerah tempat DNA terkonsentrasi di sitoplasma disebut
nukleotid. Kebanyakan prokariotik merupakan organisme uniseluler dengan sel
berukuran kecil (berdiameter 0,7-2,0 µm dan volumenya sekitar 1 µm3 ) serta
umumnya terdiri dari selubung sel, membran sel, sitoplas,a, nukleotid, dan beberapa
struktur lain (Rahmawati, Dian. 2014)
Tidak seperti sel prokariotik, sel eukariotik memiliki nukleus. Diameter sel
eukariotik biasanya 10 hingga 100 µm, sepuluh kali lebih besar daripada bakteri.
Sitoplasma eukariotik adalah diantara nukleus dan membran sel. Sel sitoplasma ini
terdiri dari medium semicair yang disebut sitosol, yang didalamnya terdapat organel-
organel dengan bentuk dan fungsi terspesialisasi serta sebagian besar tidak dimiliki
prokariotik. Kebanyakan organel dibatasi oleh satu lapis membran, namun ada pula
yang dibatasi oleh dua membran, misalnya nukleus (Rahmawati, Dian. 2014)
Selain nukleus, sejumlah organel lain dimiliki hampir semua sel eukariotik,
yaitu mitokondria, retikulum endoplasma, badan golgi serta peroksisom. Lisosom
yang menguraikan komponen sel yang rusak dan benda asing yang dimasukkan oleh
sel, ditemukan pada sel hewan tetapi tidak pada sel tumbuhan. Kloroplas, tempat
terjadinya fotosintesis, hanya ditemukan pada sel-sel tertentu daun tumbuhan dan
sejumlah organisme uniseluler. Baik sel tumbuhan maupun sejumlah organisme
uniseluler memiliki satu atau lebih vakuola, yaitu organel tempat menyimpan nutrient
dan limbah serta tempat terjadinya sejumlah reaksi penguraian (Rahmawati, Dian.
2104)
Adapun fungsi dari bagian-bagian organel sel adalah sebagai berikut :
Sitoplasma merupakan cairan sel yang berada di luar inti, terdiri atas
air dan zat-zat yang terlarut serta berbagai macam organel sel hidup. Organel-
organel yang terdapat dalam sitoplasma antara lain:
2. Ribosom, terdiri dari atas dua unit kaya akan RNA, berperan dalam sintesis
protein. Ribosom ada yang menempel pada RE kasar dan ada yang terdapat
bebas dalam sitoplasma (Campbell, et all. 2008).
6. Plastida, organel yang hanya terdapat pada tumbuhan. Bentuk, ukuran dan
pigmentasinya bermacam-macam. Ada tiga macam plastida yaitu kloroplas,
leukoplas, dan krmoplas (Mulyani, Sri., 2008)
II.2.3 Plasmolisis
Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang
diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola (Salisbury and Ross, 1992).
Plasmolisis menunjukkan bahwa sel mengalami sirkulasi keluar masuk suatu zat ,
artinya suatu zat / materi bisa keluar dari sel, dan bisa masuk melalui membrannya.
Adanya sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam, tetapi dinamis dengan
lingkungannya, jika memerlukan materi dari luar maka ia harus mengambil materi itu
dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga
materi dari luar itu bisa masuk.
Jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air ditentukan oleh
perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya di dalam sel. Jika potensial
larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke potensial air yang lebih rendah
yaitu dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya,
artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada
kemungkinan bahwa volume sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak
dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Plasmolisis
merupakan keadaan membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel . Sel daun
Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis.
Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami
plasmolisis (Tjitrosomo, 1987).
Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan sifat
permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-
sel yang terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang
berwarna kebiru-biruan berarti ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi
udara. Jika isinya air murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula
dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasma yang menembus lubang-lubang
kecil pada dinding sel.Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema,
dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu sehingga molekul gula
dapat masuk dengan mudah (Salisbury, 1995).
DAFTAR PUSTAKA
Grafindo :Bandung
Hidayatullah : Jakarta