Anda di halaman 1dari 7

FENOMENOLOGI AGAMA

TUGAS REFLEKSI FILM

Nama : Ines Nasywa Aulia


NPM : 2015410127
Kelas :
Dosen :

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
2018
AGORA

Agora merupakan sebuah film bergenre drama-sejarah yang disutradarai oleh


Alejandro Amenabar. Film ini berlatar tempat di Mesir, tepatnya di daerah Alexandria pada
akhir abad ke-4 setelah masehi, yang saat itu masih dibawah kekuasaan Kerajaan Romawi.
Mengisahkan mengenai kekisruhan kerajaan Romawi akibat konflik antara umat Kristiani dan
para penyembah berhala serta mengenai seorang filsuf wanita yang mendedikasikan seluruh
hidupnya bagi ilmu pengetahuan, Hypathia.

Film ini diawali dengan penjelasan Hypathia mengenai fenomena alam yang pada masa
kini disebut dengan gaya gravitasi. Hypathia merupakan seorang guru di sekolah Platonis pada
masa itu, dimana muridnya terdiri dari berbagai agama termasuk Kristen dan Yahudi. Ia juga
merupakan anak dari Theon Alexandricus, seorang kepala museum/perpustakaan di
Alexandria. Perpustakaan yang dimaksud merupakan pepustakaan yang termasuk ke dalam 7
Keajaiban Dunia Kuno, yang bukan hanya memiliki peran sebagai pusat ilmu pengetahuan
terlengkap pada masanya, tetapi juga sebagai tempat berdoa bagi para penyembah berhala.
Theon memiliki beberapa budak, salah satunya yaitu Davus, yang mana selalu mendampingi
Hypathia dan juga memegang peranan penting di sepanjang film ini.

Orestes, salah satu murid Hypathia menyatakan cintanya kepada Hypathia dengan
mengatakan bahwa ia menemukan harmoni didalam diri Hypathia. Tapi Hypathia menolaknya
dan berkata bahwa Orestes seharusnya mencari harmoni didalam hal lain, yaitu musik.

Pada masa itu, umat Kristiani baru memasuki daerah Alexandria. Dan keberadaannya
pun diijinkan oleh kekaisaran Romawi. Awal mula konflik terjadi ketika kaum Kristiani dan
para penyembah berhala saling mencemooh satu sama lain. Hingga sampai di suatu titik
dimana seorang Parabolani menantang seorang penyembah berhala untuk berjalan di atas api
yang membara. Parabolani tersebut berkata jika ia tidak terbakar, maka Tuhan-nya lah yang
benar-benar ada. Lalu Parabolani tersebut mulai berjalan di atas api, dan tidak terbakar maupun
terluka sedikit pun. Setelah itu umat Kristiani menggiring salah seorang umat penyembah
berhala dan menjatuhkannya di atas api tersebut, sehingga bajunya terbakar. Kejadian tersebut
disaksikan oleh Theon, dan ketika ia pulang ke rumah, ia menemukan sebuah salib milik salah
satu budak. Theon menginterogasi para budaknya dan berkata bahwa ia tidak menginginkan
benda itu ada didalam rumahnya, dan juga akan menghukum siapapun yang memiliki salib
tersebut. Dan ternyata salib tersebut milik seorang budak wanita, lalu Davus turun tangan dan
mengaku bahwa ia juga merupakan umat Kristiani. Hal itu dilakukannya agar Theon tidak
menghukum wanita tersebut. Theon mencambuk Davus hingga ia terluka, dan setelah itu
Hypathia datang ke kamar Davus untuk mengobati lukanya. Disana ia menemukan sebuah
miniatur teori Ptolemy karya Davus, yang esoknya dipamerkan di dalam kelas.

Pada suatu hari Davus mendengarkan khotbah seorang umat Kristiani, dan bertanya
apakah ia memiliki mukjizat. Dan orang Kristiani tersebut menunjukkan padanya sebuah
tempat yang diisi oleh para Kristiani, didominasi oleh orang-orang yang kelaparan dan tidak
memiliki harta benda. Disana Davus membagikan roti milik tuannya, dan orang Kristiani
tersebut mengatakan bahwa Davus terlihat seperti seorang Parabolani sejati. Setelah itu Davus
diajarkan cara berdoa kepada Tuhan Yesus. Tak lama berselang, Orestes menyatakan kembali
cintanya kepada Hypathia didepan publik, sambil memainkan sebuah alat musik yang nantinya
diserahkan kepada Hypathia. Davus, yang memiliki perasaan terhadap Hypathia merasa risau
akan hal tersebut, dan untuk pertama kalinya ia berdoa kepada Tuhan Yesus agar Hypathia
tidak dimiliki oleh siapapun. Keesokan harinya, didalam kelas Hypathia mempersembahkan
sebuah hadiah balasan kepada Orestes, yang ternyata merupakan sebuah kain yang ternodai
oleh darah haid. Tak terima dengan hal tersebut, Orestes membuang kain itu dan berjalan keluar
kelas.

Lalu tiba saat konflik agama mulai memanas. Hypathia, para muridnya, dan seluruh
umat penyembah berhala berkumpul atas perintah Olympius, seorang pemimpin dari umar
penyembah berhala. Ia menyerukan penyerangan kepada umat Kristiani, karena saat itu umat
Kristiani melempari berhala-berhala dengan buah-buahan maupun barang, sembari berkata
bahwa dewa mereka palsu karena tidak membalas semua ejekan dan lemparan umat Kristiani.
Hypathia secara tegas menolak gagasan tersebut, kareana ia tidak ingin muridnya terluka. Lalu
Hypathia mengusulkan untuk menggunakan cara baik-baik, yaitu berdiskusi antar pemimpin
umat. Lalu Olympius bertanya kepada Theon untuk keputusan terakhir, dan Theon berkata
bahwa penghinaan ini harus dijawab, sebuah keputusan yang nantinya akan disesali.

Seluruh umat penyembah berhala mempersiapkan senjata mereka dan menyerang umat
Kristiani di pusat kota. Umat Kristiani tidak menduga serangan tersebut, sehingga pada
awalnya mereka kewalahan dan kehilangan beberapa orang. Tapi tak lama setelah itu, keluarlah
para umat Kristiani yang lainnya dan akhirnya memukul mundur pada penyembah berhala.
Bahkan Theon terluka karena dipukuli oleh budaknya sendiri, tetapi berhasil diselamatkan oleh
Orestes. Karena kalah jumlah, para penyembah berhala kembali ke perpustakaan dan menutup
gerbang. Setelah itu para penyembah berhala menghabiskan hari-harinya didalam gerbang,
karena umat Kristiani berkumpul memenuhi diluar gerbang. Pada salah satu hari tersebut,
Hypathia dan para muridnya memperdebatkan teori Ptolemy yang menurut Orestes terlalu
rumit. Hingga akhirnya kembali pada teori Aristharcus, yaitu teori Heliosentris. Saat itu
Hypathia belum menemukan jawaban atas rasa ingin tahunya, sehingga pada masa-masa
mendatang di dalam film ini, Hypathia menghabiskan waktunya untuk memecahkan masalah
tersebut.

Lalu Kaisar Romawi menurunkan perintah bagi umat penyembah berhala untuk
meninggalkan perpustakaan dan mengizinkan umat Kristiani masuk. Perintah tersebut
membuat para penyembah berhala resah karena mereka tahu bahwa umat Kristiani akan
menghancurkan seluruh berhala dan perpustakaan. Dengan cepat Hypathia dan muridnya
mengumpulkan buku-buku penting untuk dibawa pulang ke rumah. Saat akhirnya umat
Kristiani berhasil memasuki area perpustakaan, para penyembah berhala segera berlari keluar
melalui gerbang belakang, menuju rumahnya masing-masing dengan kawalan dari tentara
romawi. Tetapi Davus berbalik arah, dan berjalan menuju kumpulan umat Kristiani. Davus
diterima dengan baik oleh umat Kristiani, dan bahkan turut membantu menghancurkan berhala.
Pada malam hari, Davus kembali ke Hypathia dan mulai menyerangnya secara seksual hingga
akhirnya ia berhenti dan terisak, dan ia menawarkan pedangnya kepada Hypathia. Hypathia
dengan segara mencabut kalung budak milik Davus, membebaskannya. Setelah itu dikisahkan
bahwa menyembah berhala tidak lagi iijinkan. Dan hanya agama Kristen serta Yahudi yang
disetujui oleh kekaisaran.

Bertahun-tahun kemudian, Orestes yang telah memeluk agama Kristen menjadi


pemimpin di Alexandria. Dan Davus menjadi seorang Parabolani sejati. Ia dan Parabolani yang
lain menyerang kaum Yahudi yang tengah menikmati pertunjukan teater dengan cara melempar
batu. Hal itu tentu saja membuat kaum Yahudi geram dan melaporkannya ke Orestes.

Pada masa itu Hypathia masih berhubungan baik dengan Orestes. Orestes menceritakan
perkataan Cyril, seorang pemimpin umat Kristiani kepada Hypathia, ketika mereka sedang
diatas perahu untuk membuktikan suatu teori mengenai bumi.

Pada suatu hari, terdengar teriakan dari pusat kota. Suara seorang wanita meneriakkan
nama Parabolani dan meminta pertolongan karena Alexandria terbakar. Tapi ternyata hal
tersebut merupakan jebakan dari kaum Yahudi. Mereka mengurung Parabolani di suat ruangan
dan melempari mereka dengan batu, sehingga banyak yang tewas. Hal ini memperburuk
keadaan, sehingga Parabolani menyerang kaum Yahudi dijalanan, terutama karena ucapan
Cyril, yang memerintahkan pembinasaan atas wanita dan anak-anak. Orestes berada ditengah-
tengah kebingungan, ia tidak bisa memenjarakan Cyril karena akan memperparah keadaan, tapi
ia juga merasa harus membantu kaun Yahudi. Hingga akhirnya kaum Yahudi pergi
meninggalkan kota Alexandria.

Pada suatu waktu, Synesius, mantan murid Hypathia yang kini menjabat sebagai uskup
di kota Cyrene datang ke Alexandria. Dengan tujuan menengahi perseteruan antara Orestes dan
Cyril. Lalu Orestes datang menemui Cyril saat ibadah Minggu di perpustakaan, saat itu Cyril
membacakan salah satu ayat dari alkitab yang mengatakan bahwa seharusnya perempuan
berpakaian tertutup dan diam dan tidak memiliki kekuasaan di atas pria. Lalu ia menyangkut-
pautkan hal tersebut kepada Hypathia dan menyebutnya sebagai seorang penyihir. Orestes yang
tidak terima akanhal tersebut lalu menolak berlutut didepan Cyril untuk menerima alkitab, dan
berbalik meninggalkan pertemuan. Hal itu menyebabkan Orestes dilempari batu saat berjalan
keluar.

Hypathia, yang telah menerima tuduhan serius dari Cyril berada didalam bahaya.
Nyawanya terancam oleh Parabolani. Pada masa ini, Hypathia terus berada di rumah sampai
akhirnya ia menemukan teori bahwa bumi mengelilingi matahari dalam bentuk orbit bulat yang
memanjang, dengan matahari sebagai pusatnya. Hal ini menjawab seluruh keingintahuannya.
Di tempat lain, Parabolani tengah berdiskusi untuk menculik dan membunuh Hypathia. Davus
tidak setuju dengan hal ini, dan mencoba pergi memperingatkan Hypathia. Tapi saat sampai
dirumahnya, Hypathia sedang berada di sebuah pertemuan dengan Orestes dan Synesius.
Mereka menyarankannya untuk dibaptis, agar tidak menjadi sasarn parabolani. Hypathia
menolak usul tersebut, ia berkata hanya mengabdi kepada ilmu pengetahuan dan tidak percaya
akan Tuhan. Setelah itu Hypathia meninggalkan ruang pertemuan tanpa dikawal, dan dengan
segera dicegah oleh Parabolani.

Hypathia digiring ke sebuah ruangan dan ditelanjangi, mereka berkata akan


mengulitinya. Davus, yang masih memiliki perasaan kepada Hypathia dengan segera
mengusulkan untuk melemparinya dengan batu. Saat Parabolani setuju dan pergi keluar
mencari batu, Davus mencekik mati Hypathia agar ia tidak perlu merasakan sakitnya dilempari
batu. Lalu saat Parabolani kembali, ia berkata bahwa Hypathia pingsan. Setelah itu Hypathia
dilempari oleh batu, dan dikisahkan bahwa tubuhnya dimutilasi, diseret disepanjang jalan serta
dibakar diatas susunan kayu api. Dan Orestes menghilang. Kekuasaannya atas Alexandria
digantikan oleh Cyril, dan juga Cyril dinobatkan sebagai nabi oleh gereja. 1200 tahun
kemudian, tepatnya pada abad ke-17. Johannes Keppler mengemukakan teorinya mengenai
pergerakan planet dalam bentuk elips, yang serupa dengan penemuan Hypathia. Walaupun
banyak karya-karya Hypathia yang tidak selamat, ia tetap dikenal sebagai seorang astronom
yang hebat.

Dari sudut pandang fenomenologi agama, film ini mengisahkan konflik agama yang
terjadi akibat adanya pluralisme agama. Dan juga sikap intoleran yang ditunjukkan oleh umat
Kristiani, sebagai penganut agama yang monoteisme. Pada film ini umat Kristiani memaksakan
keyakinannya atas keesaan Tuhan kepada kaum pagan. Juga tidak bisa menerima perbedaan
dengan kaum Yahudi. Saya tidak begitu mengetahui sejarah kerajaan Romawi dan agama
Kristen pada masa itu, tetapi berdasarkan film ini saya dapat menilai bahwa umat Kristiani
pada saat itu sangat sadis, tidak hanya kepada orang-orang yang berbeda kaum. Bahkan mereka
membantai wanita dan anak-anak yang tidak bisa melawan kekerasan tersebut. Walaupun saya
seorang muslim, tapi saya percaya bahwa semua agama mengajarkan kepada umatnya untuk
hidup rukun dan damai. Entah apakah Cyril yang berkuasa pada saat itu yang mengada-ngada
isi alkitab, ataukah film ini yang mendramatisir isi ayat dan kejadian-kejadian itu. Wallahualam
bi shawab.

Dari diri Hypathia, yang merupakan seorang filsuf dan astronom yang cerdas dapat
dilihat bahwa ia tidak percaya akan keberadaan Tuhan. Hal ini menambah daftar panjang
orang-orang jenius yang tidak percaya kepada Tuhan. Contohnya Stephen Hawking. Ia pernah
mengatakan bahwa, “Ketidaktahuan yang membuat orang zaman kuno menciptakan dewa
sebagai tuan atas setiap aspek kehidupan”. Juga Alan Turing, seorang penemu komputer yang
dapat memecahkan algoritma enigma pada masa perang dunia ke-2 mengatakan bahwa
materialisme lebih masuk akal daripada agama. Dan juga contoh terakhir yaitu Thomas A.
Edison, ia pernah mengatakan, “Saya belum pernah melihat bukti ilmiah sekecil apapun dari
gagasan religius tentang surga dan neraka, kehidupan masa depan untuk individu atau tentang
Tuhan pribadi”.

Pertanyaannya adalah, mengapa banyak orang jenius atau ber-IQ tinggi tidak percaya
kepada Tuhan maupun agama? Menurut saya hal itu karena mereka tidak dapat membuka hati
dan pikiran. Walaupun mereka pernah mengalami pengalaman beragama, mereka selalu
mengaitkannya dengan ilmu pengetahuan dan menolak bahwasannya hal tersebut ada
hubungannya dengan Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai