BLEACHING
OLEH:
1. Ade Martha Sidauruk 0409 100 4021
2. Tri Septi Utami 0409 100 4022
3. Ayu Jembar Sari 0409 100 4030
4. Elvira Dwijayati 0409 100 4037
5. Indah Tama Romauli 0409 100 4041
6. Rizky Amenta Tarigan 0409 100 4042
7. Lela Helda Sari 0409 100 4043
8. Annisa Citra Utami 0409 100 4054
9. Amelia Monika 0409 100 4058
BLEACHING
1
Bleaching merupakan suatu cara pemutihan kembali gigi yang berubah warna sampai
mendekati warna gigi asli dengan proses perbaikan secara kimiawi. Tujuannya adalah untuk
mengembalikan estetis penderita.
3
MACAM-MACAM BAHAN BLEACHING
Perubahan warna yang terjadi dapat diakibatkan oleh perdarahan karena trauma,
preparasi kavitas ruang pulpa yang tidak baik, obat-obatan sterilisasi saluran akar, bahan
pengisi saluran akar, maupun penggunaan bahan tumpatan Bahan pemutih melalui intra
korona merupakan oksidator / reduktor yang kuat karena daya penetrasi yang kuat untuk
menembus bahan organik pada tubuli dentin dan interprismatik enamel Sifat self limiting dan
tidak residual yang dipakai yaitu Hidrogen Peroksida, Sodium Perborat dan Karbamid
Peroksida.
Hidrogen Peroksida
Hidrogen peroksida dikenal sebagai dihidrogen dioksida, hidrogen dioksida, oksidol
dan peroksida, dengan rumus kimia H2O2, pH 4.5, cairan bening, tidak berwarna dan tidak
berbau, dan lebih kental dari air. Memiliki sifat oksidator yang sangat kuat dan digunakan
sebagai bahan pemutih, juga sebagai desinfektan. Hidrogen peroksida relatif tidak stabil dan
mengalami dekomposisi secara perlahan dan melepaskan oksigen. Hidrogen peroksida dapat
larut dalam air dan menyebabkan suasana asam, dan pH dipengaruhi oleh konsentrasinya,
untuk pH 1 % larutan adalah 5.0-6.0. Hidrogen peroksida dapat terurai menjadi air dan
oksigen secara spontan dengan reaksi sebagai berikut :
4
peroksida dengan konsentrasi 30-35%. Beberapa produk OTC menggunakan hidrogen
peroksida 6% tersedia dalam bentuk pasta.
Karbamid peroksida, juga dikenal sebagai hidrogen peroksida urea, perhydrol urea dan
perhydelure. dengan rumus kimia CH6N2O3, atau CH4N2O.H2O2 dapat diperoleh dalam berbagai
konsentrasi antara 3 sampai 15%. Preparat komersial yang terkenal mengandung kira-kira 10%
karbamid peroksida dengan pH rata-rata 5 sampai 6,5. Karbamid peroksida merupakan kristal
yang berwarna putih, tidak toksik. Kandungan bahan pemutih gigi yang utama adalah
karbamid peroksida sebagai unsur aktif 10-15%, dan sisanya sekitar 85% adalah unsur non
aktif terdiri dari glyserin atau propilen glikol, sodium stannate, bahan penyegar dan lain-lain.
Karbamid peroksida dapat mengandung karbopol (polimer karboksipolimetilen) sebagai
5
campuran. Bahan ini dapat menambah kekentalan dan daya lekat serta memperlambat proses
pelepasan oksigen dari karbamid sehingga memungkinkan oksigen bereaksi lebih lama
dengan bahan yang menyebabkan pewarnaan. Sejumlah asam akan ditambahkan untuk
mengurangi pH antara 5.0-6.5 yang akan meningkatkan shelf life. Rendahnya pH ini
diperdebatkan karena meningkatkan kemungkinan rusaknya email dan dentin. Batas pH kritis
yang ditetapkan untuk etsa email adalah 5.2-5.8 sedangkan untuk dentin 6.0-6.8.
6
Dalam beberapa preparat, ditambahkan carbopol, suatu resin yang larut dalam air, untuk
memperlama pelepasan peroksida aktif dan meningkatkan masa penyimpanannya. Karbamid
peroksida 10% akan terurai menjadi urea, amonia, karbondioksida, dan sekitar 3,5% hidrogen
peroksida. Dalam 10 % larutan encer carbamid peroxide paling banyak digunakan pada home
bleaching. Bahan ini dapat dipecah lagi menjadi 3,35 % larutan hydrogen peroxide ( H2O2)
dan 6,65 % larutan ure (CHN2O). Untuk produk karbamid peroksida dengan konsentrasi
lebih dari 10% dianjurkan tidak digunakan di luar tempat praktek dokter gigi berdasarkan
faktor keamanan dan efektifitas oleh ADA. Pemutihan gigi menggunakan karbamid peroksida
10% juga telah disetujui di beberapa negara besar seperti Amerika (ADA), Canada (FDA) dan
Eropa (SCCNFP) karena lebih aman, murah dan efektif untuk pemutihan gigi vital. Beberapa
penelitian mengenai karbamid peroksida 10% menyatakan bahwa bahan ini membutuhkan
waktu lebih lama tetapi akan memutihkan gigi sama dengan konsentrasi tinggi, tanpa
perubahan ireversibel terhadap pulpa. Penggunaan bahan dengan konsentrasi 30%-50%
untuk in office bleaching, ternyata efektif, sedangkan pada konsentrasi10%-16% diginakan
untuk pemutihan ekstra korona Efektivitas bahan pemutih intra korona dipengaruhi oleh pH,
konsentrasi, suhu, waktu dan penyimpanan. Pada pH basa, proses oksidasi lebih aktif.
Penggunaan bahan dengan konsentrasi tinggi prosesnya lebih cepat namun perlu hati-hati
kemungkinan dapat menyebabkan kaustik pada jaringan lunak. Pengaruh adanya kenaikan
suhu tinggi atau pemanasan / energi cahaya menyebabkan reaksinya lebih cepat. Adanya
kontak bahan pemutih yang lama hasilnya lebih baik.
Sistem karbamid peroksida digunakan pada pemutihan eksterna dan dikaitkan dengan
berbagai kerusakan gigi dan jaringan lunak di sekitarnya ( biasanya ringan). Material ini dapat
mempengaruhi kekuatan resin komposit serta penutupannya dan meningkatkan proses korosi
amalgam. Oleh karena itu, material ini harus dipakai dengan sangat hati-hati, biasanya dibawah
pengawasan ketat dokter gigi.
sumber ( Martin Dunitz. Bleaching technigues in restorative dentistry. Alih bahasa Linda
Greenwall. Cetakan 1, London,2004 :30 – 44)
Bahan-bahan Bleaching
Bahan pemutih gigi dapat berperan sebagai oksidator atau reduktor, kebanyakan preparat
yang tersedia adalah oksidator. Macam-macam bahan-bahan pemutih gigi adalah sebagai
berikut (Grossman, 1998; Walton & Torabinejab, 1996) :
1. Hidrogen peroksida
7
Hidrogen peroksida merupakan oksidator kuat dan tersedia dalam
berbagai konsentrasi, yang paling umum di pakai adalah konsentrasi 30-35 %. Contoh larutan
hidrogen peroksida adalah superoxol, perhidrol. Cairan ini merupakan cairan bening tidak
berwarna dan tidak berbau.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi dekomposisi hidrogen peroksida adalah:
2. Pirozon
Pirozon adalah larutan hidrogen peroksida 25 % dalam eter 75 %. Larutan ini bersifat kaustik,
mudah menguap juga baunya merangsang menyebabkan rasa mual pada pasien.
3. Natrium perborat
Natrium perborat dapat diperoleh dalam bentuk bubuk. Bahan yang masih baru mengandung
kira-kira 95 % perborat dalam 9,9 % oksigen. Bahan ini bersifat alkali, lebih mudah dikontrol
dan lebih aman daripada cairan hidrogen pekat.
4. Karbamid peroksida
Karbamid peroksida dikenal sebagai urea hidrogen peroksida, dapat diperoleh dalam berbagai
konsentrasi antara 3-15 %. Umumnya preparat ini mempunyai pH 5-6,5% dan mengandung
kira-kira 10 % karbamid peroksida, biasanya mengandung gliserin atau propilen glikol,
natrium stannat, asam fosfat atau asam sitrat dan aroma.
5. Larutan Mc. Innes
Larutan ini terdiri atas 5 bagian asam klorida 36 %, 5 bagian hidrogen peroksida 30 % dan 1
bagian eter, biasanya digunakan untuk menghilangkan noda pada kasus fluorosis.
8
6. Natrium peroksiborat monohidrat
Contoh bahan ini adalah amosan, yang melepaskan oksigen lebih banyak daripada natrium
perborat, diindikasikan untuk pemutihan gigi secara internal.
Pada tahap awal pewarnaan, kromogen berikatan dengan pelikel melaui ikatan hidrogen.
Pada tahap ini pewarnaan dapat dihilangkan dengan cara menyikat gigi. Paparan kromogen
yang terus menerus menyebabkan ikatan hidrogen pada permukaan luar gigi semakin kuat
9
sehingga warna gigi semakin gelap dan tidak dapat dihilangkan dengan hanya menyikat gigi.
Perawatan pemutihan gigi pada tahap ini dapat memberikan hasil yang lebih optimal dan
memuaskan.
Reaksi oksidasi-reduksi (redoks) yang terjadi selama proses pemutihan gigi, oksidator
seperti hidrogen peroksida mempunyai radikal bebas dengan elektron yang tidak
berpasangan, dimana elektron ini akan dilepaskan dan diterima oleh reduktor. Dengan adanya
pertukaran elektron ini, makan proses oksidasi terjadi dan gigi mengalami pemutihan.
Hidrogen
peroksida
11
Sumber : Johari Fahimah Nur .2010. Mekanisme Pemutihan Gigi Diskolorisasi
Ekstrakoronal dari Bahan Pemutih Golongan Peroksida. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
( Anissa Citra Utami)
No Keuntungan Kerugian
1 Jumlah kunjungan relatif singkat Bila digunakan dalam jangka waktu lama
harus berhati hati karena bahan tersebut
merupakan senyawa radikal bebas yang
berbahaya bagi tubuh
2 Perlengkapan yang diperlukan Peroksida memiliki efek buruk terhadap
sederhana jaringan keras gigi (pengikisan) karena
bersifat asam dan menyebakan sensitivitas
pada pulpa
Johari Fahimah Nur .2010. Mekanisme Pemutihan Gigi Diskolorisasi Ekstrakoronal dari
Bahan Pemutih Golongan Peroksida. Medan: Universitas Sumatera Utara.
(Tri Septi Utami)
12
Bleaching (pemutihan gigi) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu bleaching secara eksternal
yang dilakukan pada gigi vital yang mengalami perubahan warna dan bleaching secara
internal, dilakukan pada gigi non vital yang telah dirawat saluran akar dengan baik.
13
teknik pemutihan di rumah, biasa disebut juga teknik pemutihan dengan matriks.
Teknik ini dapat dilakukan pada malam hari saat tidur disebut nightguard vital
bleaching atau dipakai pada siang hari.Prosedur mouthguard bleaching adalah sebagai
berikut (Walton & Torabinejab,1996) :
1. Pasien diberi penjelasan, lakukan profilaksis, dibuat foto permulaan dan selama
perawatan.
2. Gigi dicetak, dibuat model lengkung rahang dari gips batu. Dua lapis relief die
diulaskan pada bagian bukal cetakan gigi untuk membentuk reservoir bagi bahan
pemutih.
3. Matriks plastik lunak setebal 2 mm dibuat dan dirapikan dengan gunting
sampai 1mm melewati tepi ginggiva.
4. Mouthguard dicoba pada mulut, lalu diangkat dan bahan pemutih dimasukkan
Ke dalam ruangan dari setiap gigi yang akan diputihkan. Kemudian
Mouthguard dipasang atas gigi dalam mulut dan kelebihan bahan pemutih gigi
dibuang.
5. Pasien harus dibiasakan menggunakan prosedur ini, biasanya 3-4 jam sehari
dan bahan pemutih diisi kembali setiap 30-60 menit.
6. Perawatan dilanjutkan selama 4-24 minggu, pasien diperiksa setiap 2 minggu.
3. Teknik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah Warng karena Fluorosis
Untuk memperbaiki pewarnaan karena fluorosis ini, cara yang lebih efektif adalah
teknik asam hidroklorik-pumis yang terkontrol atau disebut teknik pumis asam.
Sebetulnya cara ini bukan cara pemutihan gigi murni (oksidasi), melainkan suatu
teknik dekalsifikasi dan pembuangan selapis tipis email yang berubah warna (Walton
& Torabinejab, 1996).
(Ayu Jembar Sari)
isolasi gigi
Pasangkan pada gigi pasien Pasien tidur dengan menggunakan tray. Pada pagi
hari gigi diirigasi dan ditutup cotton pellet.
16
4. Teknik Kombinasi
Teknik kombinasi ialah cara bleaching yang menggabungkan teknik walking
bleach dengan teknik termokatalitik secara bergantian,sehingga hasilnya lebih cepat
dan memuaskan.
Prosedur teknik kombinasi adalah langkah pertama sama dengan teknik
termokatalitik, setelah dilakukan pemanasan, kapas yang telah dibasahi hidrogen
peroksida dalam kamar pulpa dikeluarkan lalu gigi dikeringkan. Kemudian pasta hasil
pencampuran superoxol dengan bubuk natrium perborat diletakkan dalam kamar
pulpa.Tindakan selanjutnya seperti teknik walking bleach (Walton & Torabinejab,
1996).
17
Indikasi Non vital Bleaching
Beberapa kasus perubahan warna yang disebabkan oleh:
Perdarahan karena trauma
Preparasi kavitas ruang pulpa yang tidak baik
Obat sterilisasi saluran akar
Bahan pengisi saluran akar
Bahan tumpatan amalgam
Bleaching intrakoronal
Indikasi:
Gigi yang telah dilakukan perawatan endodonti.
Kontraindikasi:
Ada karies atau restorasi yang besar.
Gigi dengan pengisian saluran akar yang tidak sempurna.
Bleaching ekstrakoronal
Indikasi:
Dilakukan pada gigi yang masih vital.
Pewarnaan yang terjadi di sebabkan oleh tetrasiklin atau plak.
Sumber: Tarigan, Rasinta. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC
( Tri Septi Utami)
KONTRAINDIKASI BLEACHING
18
Kontraindikasi bleaching ada 2 jenis diantaranya :
Kontraindikasi general (karena kondisi fisik)
Wanita hamil
Karena jika bleaching dilakukan pada wanita hamil, dapat meningkatakan efek
emetik (muntah)
Anak – anak
Biasanya anak – anak tidak kooperatif dengan operator atau tim medis,
sehingga menyusahkan untuk membuka mulut terlalu lama, dan berujung pada
tidak lancarnya proses bleaching.
Perokok Berat
Karena mudah relaps (kembali seperti semula warna giginya) atau tidak
berhasil dalam proses bleaching karena oral hygiene yang tidak dijaga.
Peminum Berat
Proses bleaching tidak mudah berhasil karena oral hygiene yang tidak dijaga,
serta menyebabkan relaps.
Kontraindikasi Lokal
Resesi Gingiva
Resesi gingiva (menurunnya gingiva dikarenakan tekanan, scalling, atau
prosedur perawatan) menyebabkan tidak adanya sulcus gingiva pada jaringan
periodontal. Hal ini menyebabkan dentin terbuka. Kalsium peroksida yang
berpaparan langsung dengan dentin menyebabkan efek abrasi yang iritatif,
karena langsung masuk ke tubulus dentin. Sehingga menyebabkan gigi ngilu
berlebihan.
Terdapat sariawan, gingivitis, dan periodontitis
Bahan bleaching mengandung Natrium perbonat yang bersifat alkali sehingga
bersifat iritatif jika digunakan pada kasus periodontitis atau kelainan mukosa
lainnya.
Karies Sekunder
Karies sekunder memperburuk keadaan karena efeknya bertolak belakang
dengan bleaching. Bleaching dilakukan dengan maksud pemutihan pada gigi,
tetapi karies sekunder yang berlangsung terus menerus justru mengubah warna
gigi dan sebagai sumber bakteri (oral hygiene buruk)
Lesi pada email
19
Lesi pada email menyebabkan perubahan warna gigi yang terus menerus
(white spot and black spot) sehingga proses bleaching tidak berjalan dengan
baik.
Alergi Peroksida
Peroksida merupakan bahan oksidator kuat. Bahan ini mudah menguap dapat
menyebabkan efek mual, emetik (muntah) pada pasien. Sehingga proses
bleaching tidak berlangsung dengan baik.
(Ayu Jembar Sari)
Ada 2 efek samping yang paling sering terjadi yaitu gigi sensitif dan iritasi pada gingiva.
Selain itu, sakit tenggorokan, rasa perih pada jaringna rongga mulut dan sakit kepala
merupakan efek sampaing tetapi jarang dilaporkan. Ketika efek samping pada seseorang
trejadi secara kebetulan selama proses bleaching, proses ini harus dihentikan. Bagi
kebanyakan orang efek samping yang mereka rasakan tidak pernah terlalu signifikan
dibandingkan dengan proses bleachingnya. Umumnya efek samping ringan pada seseorang
yang dapat ditoleransi selama proses bleaching akan menurun dalam beberapa hari setelah
mereka menyalesaikan perawatannya.
1. Gigi sensitif
Kemungkinan efek samping paling banyak yang orang sadari pada saat proses bleaching
adalah gigi sensitif. Beberapa pasien mempunyai riwayat gigi sensitif setelah sekali
pengaplikasian dari bahan bleaching. Gigi menjadi lebih sensitif terhadap udara, air panas
dan dingin dan sensitif terhadap makanan dan minuman yang manis. Bahan bleaching ini
merusak prisma rod enamel, kerusakan prisma rod enamel ini dapat menyebabkan
tresingkapnya dentin secara mikroskopis. Hydrogen peroxide dalam bentuk gel dan pasta,
secara kimia memiliki sifat hypertonic dibandingkan cairan pada struktur gigi dan jaringan
sekitarnya. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya penyerapan air dari tekanan yang lebih
rendah.Dalam hal ini dari email, tubulus dentin dan lapisan epitel mukosa atau gusi. Proses
dehidrasi tersebut menyebabkan rasa ngilu dan sensitif.
20
Gambar menunjukkan variasi foto dari enamel selama prosedur bleaching yang menggunakan
bahan carbamid peroxide. Terlihat perubahan poreus yang meningkat (kerusakan prisma
enamel) terjadi pada saat waktu bleaching ditingkatkan. Kerusakan yang menyeluruh pada
prisma rod enamel menjadikan gigi sensitif setelah bleaching.
2. Iritasi gingiva
Selama proses bleaching jaringna gingiva dapat menjadi iritasi. Iritasi gingiva dapat emluas
dihubungkan dengan konsentrasi peroxide yang ditemukan pada bahan bleaching. Bisa juga
dikarenakan tray mendorong melawan gingiva selama proses bleaching yang menyebabkan
trauma mekanis. Larutan bleaching dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan trauma
khemis. Hal-hal ini dapat menyebabkan resesi gingiva secara permanen.
3. Resorpsi eksternal
Pada laoran klinis dan pemeriksaan secara histologis menunjukkan bahwa pemutihan secara
eksternal biasanya merangsang resorpsi akar daerah serviks. Bahan oksidator, terutama
hydrogen peroxyde 30 % mungkin penyebabnya. Akan tetapi mekanisme yang tepat
mengenai dirusaknya periodontium atau sementum belum dapat dijelaskan secara lengkap.
Bisa jadi bahan iritasi kimia masuk melalui tubulus dentin. Bahan kimia yang
dikombinasikan dengan panas tampaknya menyebabkan nekrosis sementum, inflamasi
21
ligamen periodontium dan resorpsi akar. Proses ini kemungkinan besar meningkat dengan
adanya bakteri.
22
Bahan bleaching dapat tertelan. Hal ini tidak dapat dihindari selama proses bleaching. Ketika
bahan tersebut tertelan, dapat menyebabkan iritasi pada jaringan mukosa pada tenggorokan.
(Amelia Monika)
Efek samping bahan bleaching terhadap jaringan keras gigi dan pulpa (Biokompetibel)
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat perubahan morfologi email dan
dentin terhadap karbamid peroksida 10%, juga terhadap hidrogen peroksida. Hidrogen
peroksida memiliki potensi yang berpengaruh pada email, karena pH-nya yang asam.
Konsentrasi 30% dapat menurunkan kekerasan email dan dentin, yaitu 5 menit pada dentin
dan 15 menit pada email. Dengan penambahan waktu kontak selama satu minggu, terbukti
dapat menurunkan rasio kalsium dan phosphor di email, dentin dan sementum sehingga
mengindikasikan terjadinya demineralisasi.Beberapa penelitian menyatakan bahwa terjadi
sedikit perubahan morfologi email pada pH yang bervariasi. Penelitian secara in vitro yang
menguji bahan pemutih hydrogen peroksida 6% terhadap email menyatakan bahwa
pengikisan email akibat penggunaan bahan tersebut masih dapat diterima. Karbamid
peroksida secara signifikan tidak memberikan pengaruh pada jaringan email dan dentin.
Karbamid peroksida 10% menurunkan kekuatan mikrodentin tetapi meningkat kembali
setelah 14 hari akibat remineralisasi saliva.Efek terhadap dentin dan sementum dipengaruhi
juga oleh waktu kontak dan konsentrasi. Hidrogen peroksida 30% dapat merubah struktur
kimia dentin dan sementum sehingga menjadikannya lebih mudah untuk kehilangan
komponen organik. Pemakaian hidrogen peroksida dapat menyebabkan perubahan sel-sel
enzim di dalam pulpa yang mungkin dapat menyebabkan timbulnya sensitifitas pada pulpa.
Pengamatan secara klinis terhadap bahan pemutih karbamid peroksida dan hydrogen
peroksida memperlihatkan tingkat yang bervariasi dalam sensitivitas gigi yang timbul pada
24-48 jam setelah pemutihan.Peroksida terdeteksi di dalam pulpa 15 menit setelah email
terpapar hidrogen peroksida 10%, 15% dan 30% sehingga menimbulkan terganggunya kerja
enzim22. Sementara pada penelitian secara in vivo pada karbamid peroksida 10% dengan
teknik home bleaching, ternyata tidak didapat perubahan pulpa ireversibel.
Efek sistemik
Pada konsentrasi tinggi bahan pemutih gigi dapat bersifat bakteriostatik dan pada
konsentrasi sangat tinggi dapat bersifat mutagenik dan memungkinkan untuk menyebabkan
kerusakan pada ikatan DNA. Bagaimanapun, tubuh memiliki mekanisme untuk perbaikan
secara langsung terhadap kerusakan, sedangkan kemampuan hidrogen peroksida untuk
menimbulkan efek karsinogenik lebih disebabkan karena derivat peroksida dan mekanisme
lain untuk meregulasi hydrogen peroksida. Sebagai oksidan, hidrogen peroksida dihubungkan
dengan pengaruhnya terhadap resiko karsinogenesis, mutagenesis dan toksisitas. Pengaruh
hydrogen peroksida banyak dikaitkan dengan dihasilkannya radikal oksigen yang reaktif,
yaitu radikal hidroksil (OH).
Potensi karsinogenisitas
24
penggunaan peroksida sebagai bahan pemutih tetap menjadi kontroversial. Marshal dkk.
melaporkan bahwa konsentrasi rendah hydrogen peroksida (0.7-3%) dapat menghambat dan
menurunkan insidensi terjadinya tumor di mukosa pipi hamster. Penelitian ini diuji kembali
oleh Li dkk. yang menyimpulkan bahwa seluruh bukti memperlihatkan bahan home
bleaching yang mengandung peroksida aman bila digunakan sesuai anjuran.
sumber : jurnal kedokteran gigi UI
http://staff.ui.ac.id/internal/130675261/publikasi/HidrogenVSES006baru.pdf
( Indah Tama Romauli)
Sebagaimana perawatan gigi yang lain, pemutihan gigi pun harus dilakukan terapi
pemeliharaan yang aplikasinya merupakan kerjasama antara dokter gigi dan pasien. Untuk
mengatasi rasa sensitif pada gigi setelah bleaching dengan pemberian bahan desensitizing
berupa Pottasium nitrate, fluor atau penggunaan bahan pemutih yang mengandung komposisi
air dan fluoride. Meningkatnya konsentrasi ion Potassium ekstraseluler pada kavitas dentin
yang paling dalam dapat memblok tubulus dentin yang terbuka, sehingga dapat mengurangi
rasa sensitif pada gigi. Pasien diinstruksikan untuk menggunakan bahan desensitizing 10-30
menit sebelum menggunakan bahan pemutih tau dapat juga menggunakan pasta gigi yang
mengandung Potassium nitrate selama 2-3 minggu untuk mengurangi sensitivitas. Jika terjadi
iritasi gingiva setelah bleaching, pada saat tray dimasukkan kedalam mulut pasien maka bahan
bleaching yang keluar dari tray langsung dibersihkan dengan jari atau sikat gigi. Atau dengan
pemberian obat untuk menghilangkan ulser yang disebabkan oleh proses bleaching tersebut.
Bleaching juga sering menyebabkan resorpsi akar daerah serviks. Untuk menghindari hal ini,
bahan oksidator jangan dibiarkan terpapar terhadap kamar pulpa dan dentin lebih dari yang
diperlukan agar hasil klinisnya memuaskan. Perubahan morfologi enamel yang lebih kasar
dapat dirasakan oleh lidah, hal ini terjadi karena hilangnya air dari permukaan gigi. Untuk
mengurangi efek yang timbul, beberapa produk menambahkan kandungan air atau fluor
kedalam bahan pemutih.
Apabila akan melakukan prosedur restorasi sebaiknya ditunda setidaknya satu minggu setelah
bleaching untuk menghindari adanya pengurangan perlekatan dari bahan tambalan yang
menghambat polimerisasi dari bahan bonding. Jika ada tambalan amalgam pada gigi yang
akan di bleaching, sebaiknya diganti dengan bahan komposit untuk menghindari terjadinya
pelepasan merkuri pada bahan tambalan amalgam.
(Rizky Amenta Tarigan)
26
REFERENSI
1. Walton & Torabinejad. 1996. Bleaching. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.
2. Grossman. 1998. Teknik Bleaching. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.
3. Milly Armilia, drg. 2002. Bleaching (Pemutihan) pada Gigi yang Mengalami
Perubahan Warna. Makalah. Bandung : Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas
Padjadjaran
4. Sumber: Tarigan, Rasinta. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC
5. Johari Fahimah Nur .2010. Mekanisme Pemutihan Gigi Diskolorisasi Ekstrakoronal
dari Bahan Pemutih Golongan Peroksida. Medan: Universitas Sumatera Utara.
6. Goldstein and Garber. 1995. Bleaching Mechanism. United States
7. Feinman. 1987. Bleaching Mechanism. Dental School of Illinois.
27