Makalah Sistem Pencernaan Pada Hewan
Makalah Sistem Pencernaan Pada Hewan
A. Pendahuluan
Bagi semua hewan, makanan yang secara nutrisi memadai sangat diperlukan
untuk homeostasis, yaitu keseimbangan yang tunak (steady-state,) dalam fungsi-
fungsi tubuh. Komposisi makanan yang seimbang menyediakan bahan bakar untuk
kerja seluler, dan juga semua bahan-bahan yang diperlukan oleh tubuh untuk
membangun molekul organiknya sendiri. Berikut ini akan dikaji kebutuhan nutrisi
hewan dan melihat beberapa keanekaragaman adaptasi untuk memperoleh dan
mengolah makanan.
B. KEBUTUHAN NUTRISI
1
tubuhnya dari oksidasi molekul organik karbohidrat, protein, dan lemak. Monomer
setiap bahan-bahan ini dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan ATP
melalui respirasi seluler, meskipun umumnya karbohidrat dan lemak merupakan
penghasil bahan bakar utama. Lemak sangat kaya akan energi; oksidasi lemak
membebaskan energi sekitar dua kali jumlah energi yang dibebaskan dari karbohidrat
atau protein dalam jumlah yang sama.
GAMBAR 41.1 Pengaturan bahan bakar seluler dengan homeostasis. Penggunaan dan
penyimpanan yang dilakukan tubuh terhadap glukosa, yang merupakan bahan bakar seluler utama,
diatur dengan sangat ketat. Setelah makanan dicerna, glukosa dan monomer lain diserap ke dalam
darah dari saluran pencemaan. (1) Jika kadar glukosa dalam darah meningkat di atas kadar yang
ditentukan (titik pasang, set point), (2) pankreas akan mensekresikan insulin, suatu hormon, ke dalam
darah. (3) Insulin akan meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel-sel tubuh dan merangsang sel-sel
hati dan sel-sel otot untuk menyimpan dan menimbun glukosa dalam bentuk glikogen. Sebagai
akibatnya, kadar glukosa darah menjadi turun. (4) Ketika kadar glukosa turun di bawah titik pasang,
(5) pankreas akan mensekresikan hormon glukagon, yang melawan pengaruh insulin. (6) Glukagon
menggalang perombakan glikogen dan pembebasan glukosa ke dalam darah, yang meningkatkan kadar
glukosa dalam darah.
Di antara waktu-waktu makan atau ketika kalori yang dimakan lebih sedikit
dibandingkan dengan kalori yang dikeluarkan (saat olahraga berat, misalnya), bahan
bakar akan diambil dari tempat penyimpanan dan dioksidasi, dan bisa terjadi
penurunan bobot tubuh. Tubuh manusia umumnya memakai glikogen dalam hati
dulu, dan kemudian diikuti oleh penggunaan glikogen dan lemak otot.
2
dengan demikian, kurang makan biasanya hanya terjadi ketika kemarau panjang,
perang, atau bentuk krisis lain yang dengan demikian hebatnya mengganggu atau
merusak persediaan makanan. Penyebab lain kekurangan makanan adalah anorexia
nervosa, kelainan pola makan yang berkaitan dengan penolakan kompulsif terhadap
lemak tubuh.
3
meningkatkan selera makan dan bobot tubuh. Sesungguhnya mekanisme umpan-balik
ini mengatur bobot tubuh sekitar titik bobot tubuh (titik pasang, set point) yang cukup
ketat pada beberapa individu dan pada kisaran bobot yang lebih lebar pada individu
lain. Para peneliti juga telah mengidentifikasi beberapa gen yang terlibat dalam
homeostasis lemak dan beberapa sinyal kimiawi yang mendasari peranan pengaturan
(regulasi) yang dimiliki oleh otak. Beberapa di antara sinyal dan antagonis sinyal itu
sedang dikembangkan menjadi pengobatan yang sangat potensial untuk obesitas.
Selain menyediakan bahan bakar seluler, makanan seekor hewan juga harus
menyediakan semua bahan mentah yang diperlukan untuk biosintesis. Sebagai
organisme heterotrof, hewan tidak dapat membuat molekul organik dari bahan
mentah yang seluruhnya anorganik, Untuk mensintesis molekul yang diperlukan
untuk tumbuh dan memulihkan dirinya sendiri, seekor hewan harus mendapatkan
prekursor organik (kerangka karbon) dari makanannya. Dengan memperoleh suatu
sumber karbon organik (seperti gula), dan suatu sumber nitrogen organik (seperti
asam amino dari pemecahan protein), hewan itu dapat membuat berbagai ragam
molekul organik. Sebagai contoh, satu jenis asam amino dapat menyediakan nitrogen
untuk sintesis beberapa jenis asam amino lain yang kemungkinan tidak ada dalam
makanan yang dikonsumsi.
Seekor hewan yang komposisi makanannya tidak mengandung satu atau lebih
nutrien esensial dikatakan menjadi salah makan (malnourished)—(ingat bahwa
kurang makan atau undernourished mengacu pada defisiensi kalori). Sebagai contoh,
sapi dan hewan lain yang hanya memakan tumbuhan dapat menderita defisiensi
mineral jika memakan rumput yang tumbuh di atas tanah yang defisien akan mineral
penting (GAMBAR 2). Salah gizi atau malnutrisi (malnutrition) jauh lebih umum
ditemukan dibandingkan dengan kurang gizi (undernutrition) dalam populasi
4
manusia, dan bahkan mungkin saja seorang individu yang kelebihan makan
(overnourished) ternyata mengalami salah makan.
Terdapat empat kelas nutrien esensial: asam amino esensial, asam lemak
esensial, vitamin, dan mineral. Hewan memerlukan 20 asam amino untuk membentuk
protein, dan sebagian besar spesies hewan dapat mensintesis sekitar separuh di
antaranya, selama makanannya mengandung nitrogen organik. Asam amino sisanya,
asam amino esensial (essentialamino acid), harus diperoleh dari makanan dalam
bentuk siap pakai. Delapan asam amino bersifat esensial dan harus terdapat dalam
makanan manusia dewasa (asam amino yang kesembilan, histidin, esensial bagi bayi).
Komposisi makanan yang tidak mengandung satu atau lebih asam amino
esensial akan mengakibatkan suatu bentuk salah gizi yang dikenal sebagai defisiensi
protein. Defisiensi protein merupakan jenis salah gizi yang paling umum pada
manusia. Defisiensi itu terdapat paling banyak pada daerah geografis di mana terdapat
kesenjangan yang besar antara persediaan makanan dan ukuran populasi. Korbannya
umumnya adalah anak-anak. Jika anak-anak ini bisa bertahan hidup melewati masa
bayi, kemungkinan mereka akan mengalami hambatan pertumbuhan fisik dan
barangkali mental.
Gambar 2. Proses mendapatkan nutrien esensial. Seekor jerapah, hewan pemakan tumbuhan dari
Afrika Timur, mengunyah tulang-belulang tua dari seekor mamalia yang telah mati. Tulang
mengandung kalsium fosfat, dan osteofagia (pemakan tulang) umum ditemukan di antara hewan-
hewan herbivora yang hidup di mana tanah dan tumbuhannya defisien akan unsur fosfor, nutrien
mineral yang diperlukan untuk membuat ATP, asam nukleat, fosfolipid, dan tulang.
Sumber asam amino esensial yang paling penting adalah daging, telur, keju,
dan produk hewan lainnya. Protein dalam produk hewani adalah lengkap, yang berarti
bahwa produk hewani menyediakan semua asam amino esensial dalam perbandingan
yang tepat. Sebaliknya, sebagian besar protein tumbuhan adalah tidak lengkap, yang
defisien akan satu atau lebih asam amino esensial. Jagung, misalnya, defisien akan
asam amino lisin. Orang-orang yang karena desakan ekonomi terpaksa mendapatkan
hampir semua kalorinya dari jagung akan memperlihatkan gejala-gejala defisiensi
protein, seperti halnya juga yang akan terjadi pada orang-orang yang hanya memakan
nasi, kentang, atau gandum. Akan tetapi, seorang vegetarian dapat memperoleh semua
asam amino esensial dalam jumlah yang mencukupi dengan cara memakan kombinasi
makanan tumbuhan yang saling melengkapi satu sama lain. Buncis, misalnya,
menyediakan lisin yang tidak terkandung dalam jagung; dan sementara buncis
defisien dalam metionin, asam amino ini terdapat dalam jagung. Dengan demikian,
makanan yang terdiri atas buncis dan jagung dapat menyediakan semua asam amino
esensial (GAMBAR.3). Kombinasi sayur-sayuran hrus dikonsumsi pada satu hari yang
5
sama. Karena tubuh tidak dapat menyimpan asam amino, maka defisiensi suatu asam
iziino esensial akan menghambat sintesis protein dan membatasi penggunaan asam
amino lainnya. Sebagian besar kebudayaan, melalui cara mencoba-coba, telah
mengembangkan komposisi makanan yang seimbang sehingga mencegah defisiensi
protein. Hewan dapat mensintesis sebagian besar asam lemak yang memerlukannya.
Asam lemak esensial (essential fatty acid), asam emak yang tidak dapat disintesis
oleh hewan, adalah asam lemak tak jenuh jenis tertentu (asam lemak yang memiliki
ikatan rangkap). Pada manusia, misalnya, asam linoleat harus ada dalam makanan
dalam bentuk siap pakai. Asam lemak esensial ini diperlukan untuk membuat
beberapa fosfolipid yang ditemukan dalam membran sel. Sebagian besar komposisi
makanan menyediakan asam lemak esensial dalam jumlah yang mencukupi, sehingga
defisiensi sangat jarang terjadi.
Gambar 3. Asam amino esensial dari komposisi makanan yang dikonsumsi seorang vegetarian.
Jagung memiliki sedikit soteusin dan lisin. Buncis memiliki banyak sekali isoleusin dan lisin, tetapi
sedikit triptofan dan metionin. Seorang manusia dewasa dapat memperoleh kedelapan asam amino
esensial yang dibutuhkan dengan cara memakan makanan yang terbuat dari jagung dan buncis.
Sejauh ini, terdapat 13 vitamin yang esensial bagi manusia yang telah
diidentifikasi. Senyawa-senyawa tersebut dikelompokkan ke dalam dua kategori:
vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak (TABEL .1). Vitamin
6
yang larut dalam air meliputi vitamin B kompleks, yang terdiri atas beberapa senyawa
yang umumnya berfungsi sebagai koenzim dalam proses metabolik penting. Vitamin
C, juga larut dalam air, diperlukan untuk sintesis jaringan ikat. Kelebihan vitamin
yang larut dalam air diekskresikan dalam urin, dan kelebihan jenis vitamin ini dalam
jumlah sedang kemungkinan tidak membahayakan.
7
Vertebrata memerlukan iodin untuk membuat hormon tiroid, yang mengatur
laju metabolisme. Natrium, kalium, dan klor adalah penting bagi fungsi saraf dan juga
memiliki pengaruh besar pada keseimbangan osmotik antara sel dengan cairan
interstisial. Sebagian besar orang mengkonsumsi lebih banyak garam (natrium
klorida) dibandingkan dengan yang mereka perlukan. Rata-rata penduduk Amerika
Serikat memakan garam yang cukup untuk menyediakan sekitar 20 kali dari jumlah
natrium yang diperlukan. Konsumsi garam yang berlebihan dan beberapa mineral lain
dapat mengganggu keseimbangan homeostasis dan menyebabkan efek samping yang
bersifat toksik. Sebagai contoh, terlalu banyak natrium dikaitkan dengan tekanan
darah tinggi; kelebihan besi dapat menyebabkan kerusakan hati.
1. Makanan
8
Paus berpunggung bengkok dan paus baleen lainnya menggunakan lempengan seperti sisir yang
menggantung pada rahang atas (baleen) untuk menyaring invertebrata kecil dari volume air yang
sangat besar. Paus itu membuka mulutnya dan mengisi kantung mulut yang digelembungkannya
dengan air, kemudian menutupnya dan mengkontraksikan kantung itu. Hal tersebut akan memaksa air
keluar dari mulut melalui baleen tersebut, dan mulut paus tersebut kini penuh dengan makanan yang
terjerat.
Larva ngengat memakan daun sambil menggali jalannya melalui mesofil daun ek, meninggalkan jejak
feses hitam di belakangnya.
Gambar 6. Hewan pemakan cairan: seekor nyamuk. Parasit ini telah menusuk kulit manusia
inangnya dengan bagian mulut yang berbentuk seperti jarum yang bersaluran dan mengisi saluran
pencernaannya dengan darah.
Gambar 7. Hewan pemakan potongan besar: Seekor Ular Piton. Sebagian besar hewan menelan
potongan makanan yang reiatif besar, meskipun jarang sekali yang sebesar mangsa dalam gambar ini.
Dalam pemandangan yang menakjubkan ini, seekor ular piton batu sedang memulai menelan seekor
gazelle (sejenis antelop dari genus Gazella sp). Ular itu akan menghabiskan waktu sekitar dua minggu
atau lebih berdiam di tempat yang sepi untuk mencema makanannya.
9
membuat terowongan melalui bagian dalam daun (Gambar 5). Cacing tanah, adalah
juga pemakan substrat atau, lebih spesifik, Pemakan deposit (deposit-feeder).
Memakan sambil membuat jalannya melalui kotoran, cacing tanah menyelamatkan
bahan organik yang telah busuk sebagian, yang dikonsumsi bersama-sama dengan
tanah.
10
- Menggunakan setae, contohnya copepoda, Crustacea, paus, beberapa teleostei.
c. Hewan pemakan cairan, hewan ini mengambil makanan yang berupa cairan
11
mengkatalisis pencernaan dari masing-masing kelas makromolekul yang ditemukan
dalam makanan. Pencernaan kimiawi ini umumnya didahului oleh fragmentasi
makanan secara mekanis—dengan cara mengunyah, misalnya. Pemecahan makanan
menjadi potongan-potongan yang lebih kecil akan meningkatkan luas permukaan
yang akan terpapar ke getah pencernaan yang mengandung enzim-enzim hidrolitik.
a. Pencernaan Intraseluler
12
GAMBAR 8. Pencernaan intraseluler pada Paramecium. Paramecium memiliki suatu struktur
pengambilan makanan khusus yang disebut lekukan mulut, yang bermuara di "mulut" sel (sitostom).
Silia yang melapisi lekukan mulut itu akan menarik air dan partikel makanan yang tersuspensi, yang
sebagian besar adalah bakteri, menuju ke mulut di mana makanan itu dibungkus ke dalam vakuola
makanan yang berfungsi sebagai kompartemen pencernaan miniatur. Aliran sitoplasmik akan
membawa vakuola makanan mengelilingi sel, sementara enzim-enzim hidrolitik disekresikan ke dalam
vakuola tersebut. Sementara molekul dalam makanan itu dicerna, nutrien (gula, asam amino, dan
molekul kecil lainnya, yang digambarkan di sini dengan tanda panah kecil berwana hitam) diangkut
melewati membran vakuola tersebut ke dalam sitoplasma. Kemudian, vakuola itu akan menyatu
dengan lubang anus, yaitu suatu daerah khusus pada membran plasma di mana bahan-bahan yang tidak
tercerna dapat dikeluarkan.
b. Pencernaan Ekstraseluler
Pada sebagian besar hewan, paling tidak beberapa hidrolisis terjadi melalui
pencernaan ekstraseluler {extracellular digestion), yaitu perombakan makanan di luar
sel. Pencernaan ekstraseluler terjadi di dalam kompartemen yang bersambungan,
melalui saluran-saluran, dengan bagian luar tubuh hewan.
Banyak hewan dengan bangun tubuh yang relatif sederhana memiliki kantung
pencernaan dengan pembukaan tunggal. Kantung ini, yang disebut rongga
gastrovaskuler (gastrovascular cavity), berfungsi dalam pencernaan dan distribusi
nutrien ke seluruh tubuh (yang merupakan alasan mengapa ada kata vaskuler dalam
istilah tersebut). Hidra yang termasuk hewan cnidaria, merupakan contoh yang baik
mengenai bagaimana suatu rongga gastrovaskuler bekerja. Hidra adalah karnivora
yang menyengat mangsa dengan organel khusus yang disebut nematosis dan
kemudian menggunakan tentakel untuk memasuk-kan makanan melalui mulut ke
dalam rongga gastrovaskuler (GAMBAR 9). Dengan adanya makanan di dalam rongga
itu, sel-sel khusus gastrodermis, lapisan jaringan yang melapisi rongga itu,
mensekresikan enzim pencernaan yang merusak atau merombak jaringan lunak pada
mangsanya menjadi potongan-potongan kecil. Sel-sel gastrodermal kemudian akan
13
menelan partikel makanan, dan sebagian besar hidrolisis makromolekul yang
sesungguhnya terjadi secara intraseluler seperti pada Paramecium dan spons. Setelah
hidra selesai mencerna makanannya, bahan-bahan yang tidak tercerna yang masih
tetap berada di dalam rongga gastrovaskuler, seperti eksoskeleton krustase kecil,
dikeluarkan melalui sebuah pembukaan tunggal, yang berfungsi ganda sebagai mulut
sekaligus anus.
GAMBAR 10. Saluran Pencernaan. (a) Saluran pencernaan seekor cacing tanah meliputi sebuah
faring berotot yang menyedot makanan masuk melalui mulut. Makanan lewat melalui esofagus, lalu
disimpan dan dilembutkan di dalam tembolok. Rempela berotot, yang mengandung sedikit butiran
pasir dan kerikil, menggerus makanan itu, Pencernaan dan penyerapan terjadi dalam usus halus, yang
memiliki lipatan dorsal, disebut Hosol, yang meningkatkan luas permukaan untuk penyerapan nutrien.
(b) Seekor belalang memiliki beberapa ruangan pencernaan yang dikelompokkan ke dalam tiga daerah
utama: perut depan, dengan esofagus dan tembolok; perut tengah; dan perut belakang. Makanan
dilembutkan dan disimpan dalam tembolok, tetapi sebagian besar pencernaan terjadi dalam perut
belakang. Sekum lambung, kantung yang memanjang dari perut tengah, berfungsi untuk menyerap
makanan. (c) Seekor burung memiliki tiga ruangan terpisah—tembolok, lambung, dan rempela—di
mana makanan digerus dan dicincang sebelum masuk ke dalam usus halus. Pada sebagian besar
burung, pencernaan kimiawi dan penyerapan nutrien terjadi dalam usus halus.
Berlawanan dengan hewan cnidaria dan cacing pipih, sebagian besar hewan;
termasuk nematoda, anelida, moluska, artropoda, ekinodermata, dan kordata;
memiliki pipa atau tabung pencernaan yang memanjang antara dua pembukaan, mulut
dan anus. Pipa atau tabung ini disebut saluran pencernaan lengkap (complete
digestive tract) atau saluran pencernaan (alimentary canal). Karena makanan
bergerak sepanjang saluran itu dalam satu arah, pipa itu dapat diorganisasikan
menjadi daerah terspesialisasi yang melaksanakan pencernaan dan penyerapan nutrien
14
secara bertahap (GAMBAR 10). Makanan yang ditelan melalui mulut dan faring akan
lewat melalui esofagus yang menuju ke tembolok, rempela, atau lambung, bergantung
pada spesies. Tembolok dan lambung adalah organ yang umumnya berfungsi untuk
penyimpanan dan penumpukan makanan, sementara rempela akan menggerusnya.
Makanan kemudian akan memasuki usus halus, di mana enzim-enzim pencernaan
menghidrolisis molekul makanan, dan nutrien diserap melewati lapisan pipa
pencernaan tersebut ke dalam darah. Bahan buangan yang tidak tercerna akan
dikeluarkan melalui anus.
a. Rongga Mulut
Pencernaan makanan secara fisik dan kimiawi dimulai dalam mulut. Selama
pengunyahan, geligi dengan berbagai ragam bentuk akan memotong, melumat, dan
menggerus makanan, yang membuat makanan tersebut lebih mudah ditelan dan
meningkatkan luas permukaannya. Kehadiran makanan dalam rongga mulut (oral
cavity) akan memicu refleks saraf yang menyebabkan kelenjar ludah mengeluarkan
ludah melalui duktus (saluran) ke rongga mulut. Bahkan sebelum makanan
sesungguhnya berada dalam mulut, ludah bisa dihasilkan sebagai antisipasi karena
adanya hubungan yang telah diketahui antara makan dan waktu dalam satu hari,
aroma masakan atau rangsangan lain.
15
Pada manusia, lebih dari satu liter ludah disekresikan ke dalam rongga mulut
setiap hari. Terlarut dalam ludah adalah glikoprotein licin (kompleks karbohidrat-
protein) yang disebut musin, yang melindungi lapisan lunak rongga mulut dari
kerusakan akibat gesekan dan melumasi makanan supaya lebih mudah ditelan. Ludah
mengandung buffer (dapat atau penyangga) yang membantu mencegah pembusukan
geligi dengan cara menetralkan asam dalam mulut. Zat antibakteri dalam ludah juga
akan membunuh banyak bakteri yang memasuki mulut melalui makanan.
b. Faring
c. Esofagus
16
2. Lambung Menimbun Makanan Dan Melaksanakan Pencernaan
Pendahuluan
Lambung (stomach) berada pada sisi kiri rongga abdomen, persis di bawah
diafragma. Karena organ besar ini dapat menyimpan keseluruhan makanan yang
dimakan dalam satu waktu, maka kita tidak perlu makan terus menerus. Dengan
dinding yang sangat elastis dan lipatan yang mirip akordon, lambung dapat meregang
untuk menampung atau mengakomodasi sekitar 2 liter mkanan dan air.
Lambung terdiri empat bagian yaitu bagian kardiak, fundus, badan lambung
dan pilorus. Pada kedua ujung lambung terdapat klep (sfingter). Klep pertama terletak
pada ujung yang berbatasan dengan kerongkongan disebut sfingter esofageal. Fungsi
sfingter esofageal adalah untuk menjaga makanan masuk atau pada saat muntah. Klep
kedua terdapat pada ujung yang berbatasan dengan duodenum disebut sfingter
pilorus.
Yang juga ditemukan dalam getah lambung adalah pepsin, enzim yang
memulai hidrolisis protein. Pepsin memecahkan ikatan peptida yang berdekatan
dengan asam amino tertentu, sehingga memotong-motong protein menjadi
polipeptida yang lebih kecil. Pepsin merupakan salah satu di antara sedikit enzim
yang berkerja paling baik dalam lingkungan yang sangat asam. Sesungguhnya, pH
getah lambung yang rendah mendenaturasi protein dalam makanan, yang
meningkatkan pemaparan ikatan peptidanya ke pepsin.
17
sudah banyak pepsinogen yang diaktifkan oleh asam, terjadi suatu rentetan reaksi
kimia karena pepsin itu sendiri dapat mengaktifkan molekul pepsinogen yang lain.
Sekitar setiap 20 detik, isi lambung dicampur melalui kerja kontraksi otot
polos. Kita bisa merasakan lapar ketika lambung kosong kita berkontraksi. (sensasi
lapar, juga dikaitkan dengan pusat otak yang memonitor status nutrisi darah). Sebagai
akibat pencampuran dan kerja enzim, makanan yang baru ditelan akan menjadi bubur
nutrien yang dikenal dengan nama kim asam (acid chyme).
Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu duodenum (usus dua belas jari),
jejunum (usus kosong) dan ileum (usus penyerapan). Pada duodenum bermuara dua
saluran, yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Di dalam jejunum, makanan
mengalami pencernaan secara kimiawi oleh enzim yang dihasilkan didinding usus,
sehingga makanan semakin halus dan cenderung encer. Enzim yang dihasilkan antara
lain :
a. Pencernaan Karbohidrat.
18
enzim adalah spesifik untuk menghidrolisis disakarida yang berbeda. Disakaridase itu
dibuat dan berada dalam membran dan matriks ekstraseluler yang menutupi epitelium
usus halus yang juga merupakan tempat penyerapan gula. Dengan demikian, tahapan
akhir dalam pencernaan karbohidrat adalah tahapan yang menghasilkan monomer
yang kaya energi dan terjadi dimana monomer-monomer ini sesungguhnya diserap ke
dalam darah.
b. Pencernaan Protein
d. Pencernaan Lemak
Hampir semua lemak dalam suatu hidangan mencapai usus halus dalam
kondisi sepenuhnya belum tercerna. Hidrolisis lemak adalah permasalahan khusus,
karena molekul lemak tidak larut dalam air. Garam empedu dari kantung empedu
yang disekresikan ke dalam lapisan duodenum akan melapisi droplet-droplet lemak
yang sangat kecil dan mencegahnya agar tidak menyatu, suatu proses yang disebut
emulsifikasi. Karena droplet itu kecil maka luas permukaan lemak yang besar
menjadi terpapar ke lipase, enzim yang menghidrolisis molekul lemak.
19
Dengan demikian, makromolekul dari makanan secara sempurna dihidrolisis
menjadi monomer komponen penyusunnya ketika peristalsis menggerakkan
campuran kim dan getah di sepanjang usus halus. Sebagian besar pencernaan
diselesaikan lebih awal dalam perjalanan ini, sementara kim masih berada di dalam
duodenum. Daerah dalam usus halus sisanya, jejunum dan ileum, terutama berfungsi
dalam penyerapan nutrien dan air.
Di dalam ileum terdapat banyak lapisan atau lekukan yang disebut vili atau
jojot usus. Vili berfungsi memperluas permukaan usus sehingga proses terjadinya
penyerapan nutrien dan air akan lebih sempurna.
Nutrien berupa glukosa, asam amino, vitamin, mineral dan air akan diserap
oleh kapiler darah dalam vili, kemudian diangkut menuju hati melalui pembuluh
darah (vena porta). Di dalam hati, sebagian zat makanan berupa asam lemak dan
gliserol yang terdiri dari molekul berukuran lebih besar, akan diangkut melalui
pembuluh kil, yaitu pembuluh getah bening atau pembuluh limfe.
20
Dari Usus besar (kolon) merupakan kelanjutan dari usus halus. Kolon
terdiri dari tiga bagian yaitu kolon naik, kolon datar dan kolon turun. Kolon memiliki
tambahan usus yang disebut umbai cacing atau apendiks. Umbai cacing ini belum
diketahui fungsinya secara pasti, karena jika ada orang yang dihilangkan umbai
cacingnya ternyata tidak mengalami gangguan sistem pencernaan. Peradangan yang
terjadi pada umbai cacing disebut apendisitis.
Pada pertemuan antara usus halus dan usus besar terdapat suatu penyempitan
yang disebut klep ileosekum. Klep ini berfungsi untuk menjaga makanan yang sudah
masuk ke dalam usus besar, tidak dapat kembali ke usus halus.
21
tubuh mangsanya. Beberapa gigi taring itu berlubang, seperti alat suntik, sementara
yang lain meneteskan racunnya di sepanjang lekukan pada permukaan gigi itu. Ular
secara umum memiliki adaptasi anatomis penting lain yang dikaitkan dengan
pengambilan makanan. Rahang bawah tertaut secara longgar dengan tengkorak
melalui ligamen elastis yang memungkinkan mulut dan kerongkongan membuka
sangat lebar untuk menelan mangsa yang besar.
22
yang menampung mikroorganisme simbiotik. Ujung-ujung keras yang pada dinding
tembolok itu akan menggerus daun tumbuhan dan mikroorganisme akan merombak
selulosa. Banyak herbivora termasuk kuda memiliki mikroorganisme simbiotik
dalam sekum besar, kantung dimana usus besar dan usus halus menyatu. Bakteri
simbiotik pada kelinci dan beberapa hewan pengerat hidup dalam usus besar dan juga
dalam sekum. Namun demikian, karena sebagian besar nutrien diserap dalam usus
halus, hasil sampingan fermentasi oleh bakteri dalam usus besar yang berpotensi
sebagai nutrien hilang terikut dalam feses. Kelinci dan rodensia mendapat nutrien ini
kembali dengan cara memakan sebagian fesesnya dan melewatkan makanan itu
melalui saluran pencernaannya untuk kedua kalinya. Koala, hewan marsupial
Australia, juga mempunyai sekum yang membesar, di mana bakteri simbiotik
memfermantasi daun-daun eukaliptus yang dirajang halus (gambar 41.17). Adaptasi
paling rumit untuk makanan herbivora telah berkembang pada ruminansia, termasuk
sapi dan domba (gambar 41.18).
23