Chapter II PDF
Chapter II PDF
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Epidemiologi
Menurut Berman (2011) dan Wiederkehr (2012), pria lebih sering terkena Tinea
kruris daripada wanita dengan perbandingan 3 berbanding 1, dan kebanyakan
terjadi pada golongan umur dewasa daripada golongan umur anak-anak.
2.1.6. Diagnosis
Untuk menegakkan Tinea kruris, dibutuhkan penilaian asosiasi gambaran klinis
dengan uji diagnostik untuk mengisolasi dan mengidentifikasi jamur. Bahan yang
diperiksa berupa kerokan kulit. Bahan harus diperoleh sesteril mungkin untuk
menghindari pencemaran jamur lain. Kemudian bahan dapat dilakukan
pemeriksaan secara langsung maupun secara biakan (Bagian Kesehatan Anak FK
UI, 2002).
2.1.8. Penatalaksanaan
Terdapat banyak obat antijamur topikal untuk pengobatan infeksi dermatofit.
Lokasi ini sangat peka nyeri, jadi konsentrasi obat harus lebih rendah
dibandingkan lokasi lain, misalnya asam salisilat, asam benzoat, sulfur, dan
sebagainya. Obat-obat topikal ini bisa digunakan bila daerah yang terkena sedikit,
tetapi bila infeksi jamur meluas maka lebih baik menggunakan obat oral sistemik
(Graham-Brown, 2002).
Menurut Bagian Farmakologi FK UI (1995), Bagian Kesehatan Anak FK
UI (2002), dan Nasution M.A. (2005), obat-obat pada infeksi jamur pada kulit ada
2 macam yaitu :
1) Obat topikal, misalnya :
a) Golongan Mikonazole,
b) Golongan Bifonazole,
2.1.9. Pencegahan
Menurut Brooks (2001) dan Graham-Brown (2002), infeksi berulang pada Tinea
kruris dapat terjadi melalui proses autoinokulasi reservoir lain yang mungkin ada
di tangan dan kaki (Tinea pedis, Tinea unguium). Jamur diduga berpindah ke sela
paha melalui kuku jari-jari tangan yang dipakai menggaruk sela paha setelah
menggaruk kaki atau melalui handuk. Untuk mencegah infeksi berulang, daerah
yang terinfeksi dijaga agar tetap kering dan terhindar dari sumber-sumber infeksi
serta mencegah pemakaian peralatan mandi bersama-sama (Brooks, 2001).
2.1.10. Komplikasi
Pada penderita Tinea kruris dapat terjadi komplikasi infeksi sekunder oleh
organisme candida atau bakteri. Pemberian obat steroid topikal dapat
mengakibatkan eksaserbasi jamur sehingga menyebabkan penyakit menyebar
(Wiederkehr, 2012).
2.1.11. Prognosis
Prognosis Tinea kruris akan baik, asalkan kelembaban dan kebersihan kulit selalu
dijaga (Siregar, 2004).
2.2.2. Sikap
Menurut Notoatmodjo (2011), sikap merupakan reaksi atau respons seseorang
yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2011) menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai tiga komponen pokok, yakni :
1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Menurut Notoatmodjo (2011), sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :
1) Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespons (responding), berarti orang tersebut menerima ide.
3) Menghargai (valuing), apabila orang tersebut telah mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.
4) Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah dipilihnya.
2.2.3. Tindakan
Menurut Notoatmodjo (2011), ada beberapa tingkat-tingkat tindakan, yakni :
1) Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
2) Respons terpimpin (guided response), yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai
dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.
3) Mekanisme (mechanism), yaitu apabila seseorang telah melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
4) Adaptasi (adaptation), adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.