SKENARIO 2
Disusun oleh:
Kelompok Tutorial L
UNIVERSITAS JEMBER
2018
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
Anggota :
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan tutorial skenario 1 pada Blok
Blok XV : Perawatan Penyakit dan Kelainan Gigi
Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
Tim Penyusun
SKENARIO 2
PENDAHULUAN
Semen ionomer kaca adalah bahan restorasi yang paling akhir berkembang
dan mempunyai sifat perlekatan yang baik. Semen ini melekat pada enamel dan
dentin melalui ikatan kimia. Kekurangan SIK jika dibandingkan dengan bahan
tumpatan lain adalah kurang estestik, sulit dipolish, dan mempunyai sifat brittle
(Robert, 2002).
Semen ionomer kaca terdiri dari campuran bubuk dan cairan yang kemudian
dicampur dengan air. Bubuk semen ionomer kaca adalah kaca aluminosilikat dan
cairannya adalah larutan dari asam poliakrilik. Beberapa sifat yang dimiliki semen
ionomer kaca adalah bersifat biokompatibilitas terhadap jaringan gigi, sifat
perlekatan baik secara kimia terhadap dentin dan enamel, serta mempunyai
beberapa sifat fisis (Robert, 2002).
Semen ionomer kaca melepaskan ion fluor dalam jangka waktu yang cukup lama
sehingga dapat menghilangkan sensitivitas dan mencegah terjadinya karies sekunder.
Kemampuan dalam melepaskan ion fluor terhadap compressive strength dari bahan
restorasi Semen ionomer kaca, mengakibatkan korelasi negatif antara pelepasan
ion fluoride dengancompressive strength. Bahan material yang memiliki tingkat
pelepasan ion fluoride yang lebih tinggi, secara umum mempunyai kekuatan yang
lebih rendah dari material yang memiliki tingkat pelepasan ion fluoride yang
rendah (Robert, 2002).
Semen ionomer kaca sering disebut dengan ASPA (Alumine Silicate and
polyacrylic acid ). Reaksi yang terbentuk dari Semen ionomer kaca adalah reaksi
antara alumina silikat kaca dalam bentuk powder dengan asam poliakrilik sebagai
liquid. Selain sebagai bahan restorasi, Semen ionomer kaca dapat digunakansebagai
bahan perekat, bahan pengisi untuk restorasi gigi anterior dan posterior,
pelapiskavitas, penutup pit dan fisur, bonding agent pada resin komposit, serta sebagai
semen adhesif pada perawatan ortodontik. Ukuran partikel gelas Semen ionomer
kaca bervariasi, yaitu sekitar 50 µm sebagai bahan restorasi dan sekitar 20 µm
sebagai bahan luting (Robert, 2002)
BAB II
DISKUSI
1. Semen ionomer kaca : suatu bahan restorasi gigi yang dapat digunakan
untuk restorasi kavitas tekanan kunyah rendah dan memiliki warna yang
hampir sama dengan gigi
2. Karies media klas 1 black: karies sudah mencapai enamel dan setengah
dentin yang mengenai pit dan fissure bagian oklusal pada bagian gigi
posterior, jika pada gigi anterior pada foramen caecum.
STEP 3. Brainstorming
Kavitas Restorasi
Bahan Restorasi
(Semen Ionomer Kaca)
PEMBAHASAN
b. Type II – Restorasi
Karena sifat perekatnya, kerapuhan dan estetika yang cukup memuaskan, SIK juga
digunakan untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang seperti abrasi servikal.
Abrasi awalnya diakibatkan dari iritasi kronis seperti kebiasaan menyikat gigi yang
terlalu keras (Craig, 2004).
SumberGambar: https://zahnsply.com/gc-fuji-vii-capsules.html
SumberGambar: https://pinkblue.in/gc-gold-label-9-posterior-restorative.html
4. Apabila ketebalan dentin pada kavitas hanya tersisa ±0,5 mm maka perlu
diaplikasikan liner untuk melindungi pulpa seperti Ca(OH)2 karena glass ionomer
mengandung asam lemah pada cairannya sehingga masih memungkinkan
terjadinya iritasi pada pulpa. Akan tetapi pada keadaan kavitas masih tebal
pemberian liner tidak diperlukan karena pada dasarnya glass ionomer sangat
biokompatibel dengan jaringan pulpa. Glass ionomer dapat melepaskan ion fluor
dan berikatan dengan ion kalsium sehinggan membentuk ikatan fluoroapatit yang
mampu memberikan perlindungan terhadap zat kariogenik. Selain itu berat jenis
molekul asam poliakrilat yang tinggi menyebabkan dapat bergabung dengan
mudah dengan ion kalsium sehingga sulit masuk ke dalam tubuli dentin.
5 Powder glass ionomer dapat disimpan di dalam lemari pendingin untuk
meningkatkan working time sementara liquidnya tidak dapat disimpan di tempat
dengan suhu dingin
7. Liquid tidak dapat dibiarkan diluar tempat penyimpanan terlalu lama karena
komposisi aquades pada liquid glass ionomer mudah menguap.
9. Saat reaksi setting pH glass ionomer bertambah dari yang awal berkisar 4-5
menjadi 6,7-7.
1. Preparasi Kavitas
Preparasi kavitas untuk baha semen ionomer kaca modifikasi resin
tidak memerlukan persyaratan preparasi konvensional, tetapi cukup
mengambil struktur gigi yang karies. Yang perlu diperhatikan adalah
pengambilan dentin yang lunak dengan melakukan ekskavasi dengan baik,
dengan menggunakan bur diamond bulat atau tapered. Perlindungan pulpa
dengan peletakan Ca(OH)2 diberikan pada kavitas yang dalam dengan
ketebalan dentin yang tersisa kurang dari 0,5 mm dan pada dentin yang
sangat permeable seperti pada gigi anak-anak.
2. Pencocokan warna
Sebagai suatu ketentuan, warna yang spesifik dipilih sesuai dengan
warna yang diinginkan untuk bagian gigi yang akan direstorasi. Namun
demikian, pada praktek yang sebenarnya pemilihan warna seharusnya
dilakukan dengan mengambil warna dan translusensi dengan
mempertimbangkan strukttur gig yang hilang. Pada kasusu restorasi yang
memerlukan jumlah enamel yang lebih bnyak daripada dentin, maka lebih
dipilih warna yang disesuaikan dengan enamel yaitu C2 dan D2. Untuk
kavitas yang dalam, warna keukningan atau kecoklatan yaitu A dan B lebih
dipilih.
3. Pemakaian Dentin conditioner
Dentin conditioner harus selalu digunakan. Hal ini dimaksudkan
untuk menyingikirkan smear layer dari kavitas dan juga memiliki efek
signifikan pada kekuatan adhesif bahan semen ioonomer kaca modifikasi
resin. Kegagalan dalam menggunakan dentin conditioner dapat
mengakibatkan pemisaha restorasi atau adanya garis coklat. Waktu standar
untuk pengaplikasiannya adalah 10 detik kemudian dicuci 30 detik untuk
memperoleh hasil yang diinginkan.
Dentin conditioner dipergunakan adalah asam poliakrilik 10%.
Waktu pengaplikasian tidak boleh lebih dari 20 detik karena dapat
menyebabkan demineralisasi pada dentin dan enamel serta membuka
tubulus dentin.
a. Saliva Ejector
Alat ini mempuyai diameter 4 mm. Digunakan untuk menghisap saliva yang
tertumpuk didalam mulut. Penggunaan saliva ejector adalah ujungnya dari
diletakkan didasar mulut. Pada posisi initer kadang membuat pasien tidak
nyaman karena diletakkan terus menerus didasar mulut, di bawah tekanan
negatif yang konstan dapat menarik jaringan lunak dan menimbulkan lesi
jaringan lunak.
b. Gulungan Kapas atau Cotton Roll
Gulungan Kapas atau Cotton Roll Digunakan kedokteran gigi memiliki beberpa
ukuran panjang dan besar. Namun yang sering digunakan adalah cotton
roll nomor 2 dengan panjang inchi dan diameter inchi. Cotton roll dapat
menyerap saliva cukup efektif sehingga menghasilkan isolasi jangka pendek
pada rongga mulut. Biasanyacotton roll harus sering diganti karena akan sering
terbashi oleh saliva. Penggunaancotton roll bersama saliva ejector efektif dalam
meminimalkan aliran saliva (Roberson dkk, 2002)
c. Isolator karetatauRubber Dam
Dari semua metode isolasi daerah kerja tidak ada yang seefektif dari rubber dam.
Lembaran karet inidengangigi-gigi yang menonjol melalui lubang pada
lembaran itu memberikan isolasi yang positif dan jangka panjang pada gigi yang
perlu dirawat. Penggunaan dari rubber dam merupakan keharusan untuk
prosedur operatif. Rubber dam terdiridari 2 bagian yaitu isolator karet dan klem.
d. Pembersihan Gigi
Gigi dibersihkan dengan rubber cups dan pumice yang dicampur dengan air. Bila
ada karang gigi dibersihkan terlebih dahulu.
e. Tahap preparasi
Gigi fraktur Karena trauma dibuat bavel pada seluruh tepi enamel selebar 2-3
mm dari tepi kavitas dengan diamond fissure bur dengan sudut 450Gigi dengan
karies dibersihkan dengan diamond fissure bur atau excavator, kemudin dibuat
bevel seperti di atas.
Tahap pertama adalah memperoleh akses ke dentin yang terkena karies.
Untuk kasus kelas III akses diperoleh dari pembuangan ridge palatal karena ridge
ini tidak didukung oleh dentin yang sehat. Dinding labial sedapat
mungkin dipertahankan mengingat sampai saat ini tak satupun warna bahan
restorasi yang sama persis dengan warna gigi. Akses dari palatal memang lebih
menyusahkan operator namun akses dari labial jarang sekali dilakukan karena
akan menghasilkan estetika yang tidak begitu baik. Akses langsung bisa
dilakukan jika gigi tetangganya tidak ada.
Setelah akses tahap selanjutnya adalah pembuatan ragangan kavitas
atau outlinef orm.Ragangan pada kasus ini hanya dibuat berdasarkan perluasan
kariesnya yang mengenai email dan dentin. Semua email dan dentin yang
sebenarnya tidak terserang karies tetapi kelihatannya sudah lemah harus
dihilangkan.
Perluasan kavitas ini sebagai langkah dari pencegahan atau extension for
prevention. Untuk kelas III pada tahap resisten yaitu pembuatanbevel tidak
perlu dilakukan karena menghindari jaringan yang terbuang dan menghindari
kontakdengan gigi tetap pada tetangga. Bentuk kavitas biasanya telah
menyediakan retensi yang cukup tanpa membuat alur retensi khusus. Bentuk
retensi pada setiap kasus berbeda tergantung pada besar kavitasnya apakah kecil
atau besar Retensi pada kelas III adalahundercut. Undercut dibuat di dnding
gingival aproksimal dan undercut pendek berupa pit di dinding insisal. Pada
restorasi plastiskommposit proses pengetsaan juga merupakan suatu retensi
mekanis. Setelah preparasi selesai dilakukan tahap selanjutnya perlu dilakukan
pengecekan tepi kavitas agar tidak ada email dan dentin karies yang tersisa
sehingga tidak menyebabkan karies sekunder. Selanjutnya adalah pembersihan
kavitas, semua debris dan sisa preparasi diirigasi dengan aquade ststeril dan
kemudian dikeringkan. Terakhir kavitas perlu diperiksa lagi dari berbagai aspek
sebelum dilakukan penumpatan.
2. Tahap Persiapan Bahan
Rasio powder dan liquid yang dianjurkan oleh pabrik. Dilakukan pada paper
pad, Powder & Liquid terpisah. Serbuk dibagi menjadi 2 bagian, I bagian
dicampur sampai konsistensi milky, sisanya di mixing dan dilakukan wkt
total 45-60 detik (tgt pabrik)
a. Mixing
• dicampur dengan cepat dengan cara melipat. Pengadukan harus selesai dalam
waktu 40 detik.
• Cairan tidak boleh dikeluarkan sampai tepat sebelum waktu pengadukan
dilaksanakan (terjadi penguapan air penaikan viskositas).
• Konsistensi adonan :
Terlihat kental dan berkilat di permukaan asam poliakrilat masih basah & dapat
melekat ke struktur gigi
b. Penempatan bahan ke dalam kavitas
• Adukan semen segera ditempatkan dengan alat plastis filling dan syringe insulin
ke dalam kavitas gigi
• Selanjutnya dipasang sebuah matriks yang sudah dibentuk terlebih dahulu
(untuk memberi kontur)
c. Penyelesaian permukaan dari semen yang telah mengeras
• Prosedur penyelesaian
lanjutan, dianjurkan waktu penyelesaian selama 10 menit
• untuk mengurangi resiko rusaknya permukaan atau warna restorasi menjadi
agak kurang
d. Prosedur pasca restorasi
• Tambalan harus dilapisi lagi dengan bahan pelindung karena tepi semen yang
terbuka akibat baru dirapikan masih peka terhadap lingkungan Oleh karena itu,
restorasi GIC dilindungi dengan lapisan varnish atau resin.
Baum, 1997. Buku ajar ilmu konservasi gigi. Ed. 3. Jakarta : EGC.
Craig, Robert G., Powers, John M., Wataha, John C. 2004. Dental Materials
Properties and Manipulation 9th Edition. Mosby Elsevier, Missouri.
Hayari, Kemala. 2003. Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin sebagai Bahan
Restorasi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Medan
McCabe, John F., Walls, Angus W. 2008. Applied Dental Materials 9th Edition.
Blackwell Publishing, Oxford
Powers, JM., Wataha, JC. 2008. Dental Materials: Properties and Manipulation 9th
edition. Missouri : Mosby.
Rizzante FAP, Cunali RS, Bombonatti JFS, Correr GM, Gonzaga CC, Furuse AY.
2014. Indications and Restorative Techniques for Glass Ionomer Cement.
RSBO,12(1):79-87.
Robert G., John M. Powers. 2002. Restorative Dental Materials : 11 th
edition. Missouri : Mosby Inc.