Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Epistemologi dalam filsafat sains

Istilah “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu “episteme” yang berarti

pengetahuan dan ‘logos” berarti perkataan, pikiran, atau ilmu. Kata “episteme” dalam bahasa

Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya menundukkan, menempatkan, atau meletakkan.

Maka, secara harafiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk

menempatkan sesuatu dalam kedudukan setepatnya. Bagi suatu ilmu pertanyaan yang mengenai

definisi ilmu itu, jenis pengetahuannya, pembagian ruang lingkupnya, dan kebenaran ilmiahnya,

merupakan bahan-bahan pembahasan dari epistemologinya.

Epistemologi sering juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Epistemologi lebih

memfokuskan kepada makna pengetahuan yang berhubungan dengan konsep, sumber, dan

kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lain sebagainya.

Beberapa ahli yang mencoba mengungkapkan definisi dari pada epistemologi adalah P.

Hardono Hadi. Menurut beliau epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan

mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya,

serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Tokoh lain

yang mencoba mendefinisikan epistemoogi adalah D.W Hamlyin, beliau mengatakan bahwa

epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan,

dasar dan pengandaian – pengandaian serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai

penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.

Runes dalam kamusnya menjelaskan bahwa epistemology is the branch of philosophy

which investigates the origin, stukture, methods and validity of knowledge. Itulah sebabnya kita
sering menyebutnya dengan istilah epistemologi untuk pertama kalinya muncul dan digunakan

oleh J.F Ferrier pada tahun 1854 (Runes, 1971-1994).

Epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan

sumber pengetahuan, asal pengetahuan, sifat, metode, dan kesahihan pengetahuan. Dengan

belajar epistemologi dan filsafat ilmu diharapkan dapat membedakan antara pengetahuan dan

ilmu serta mengetahui dan menggunakan metode yang tepat dalam memperoleh suatu ilmu

serta mengetahui kebenaran suatu ilmu itu ditinjau dari isinya.

1) Objek Pengetahuan Sains

Objek pengetahuan sain (yaitu objek-objek yang diteliti sain) adalah semua objek yang empiris

sebab bukti-bukti yang empiris diperlukan untuk menguji bukti rasional yang telah dirumuskan

dalam hipotesis. Jujun S. Suriasumantri (Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, 1994:105)

menyatakan bahwa objek kajian sain hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup

pengalaman manusia. Yang dimaksud pengalaman adalah pengalaman indera.

Objek-objek yang dapat diteliti oleh sain banyak sekali: alam, tetumbuhan, hewan dan manusia

dan kejadian-kejadian disekitar alam, semuanya dapat diteliti oleh sain. Dari penelitian itulah

muncul teori-teori sain. Teori-teori dikelompokkan dalam masing-masing cabang sain.

2) Cara Memperoleh Pengetahuan Sains

Rasionalisme ialah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur

pengetahuan belum didukung oleh empiris. Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur

oleh akal pula. Dicari dengan akal ialah dicari dengan logis. Diukur dengan akal artinya diuji
apakah temuan itu logis atau tidak. Bila logis, benar; bila tidak, salah. Dengan akal itulah aturan

untuk mengatur manusia dan alam.

Empirisme adalah paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan ada

bukti empiris yang didasarkan pada pengalaman yang menggunakan indera. Empirisme juga

disebut sebagai ilmu bukti, kaum ahli ilmu pengetahuan empiris itu diperoleh dengan jalan

observasi (pengamatan) atau experiment (praktik).

Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empirisnya, yang

tertukur. Positivisme mengatakan air kopi ini 80 derajat celcius. Ukuran-ukuran ini operasional,

kuantitatif dan tidak memungkinkan perbedaan pendapat. Positivisme sudah dapat disetujui

untuk memulai upaya membuat aturan untuk mengatur manusia dan alam.

Metode Ilmiah mengatakan untuk memperoleh pengetahuan yang benar dilakukan langkah

berikut: logico-hypothetico-verificartif. Maksudnya, mula-mula buktikan bahwa itu logis,

kemudian ajukan hipotesis kemudian lakukan pembuktian hipotesis itu secara empiris. Metode

Ilmiah secara teknis dan rinci dijelaskan dalam satu bidang ilmu yang disebut Metode Riset.

2.2. Aspek Epistemologis fisika klasik dan contohnya

Fisika klasik adalah fisika yang didasari prinsip-prinsip yang dikembangkan


sebelum bangkitnya teori kuantum, biasanya termasuk teori relativitas khusus dan teori
relativitas umum. Cabang-cabang yang termasuk fisika klasik antara lain adalah, mekanika
klasik (hukum gerak Newton, Lagrangian dan mekanika Hamiltonian), Elektrodinamika
klasik (persamaan Maxwell), termodinamika klasik dan teori Chaos klasik.
contoh-contoh
a. Mekanika Klasik
Dalam Mekanika diformulasikan Persamaan Hamiltonian (yang kemudian dipakai
dalam Fisika Kuantum), persamaan gerak benda tegar, teorielastisitas,hidrodinamika.

Mekanika klasik di sini menggambarkan dinamika partikel atau sistem partikel.


Dinamika partikel demikian, ditunjukkan oleh hukum-hukum Newton tentang gerak,
terutama oleh hukum II Newton. Hukum ini menyatakan, “Sebuah benda yang
memperoleh pengaruh gaya atau interaksi akan bergerak sedemikian rupa sehingga laju
perubahan waktu dari momentum sama dengan gaya tersebut”. Sebuah benda bermassa m
yang bergerak dengan kecepatan v memiliki energi kinetik yang didefinisikan oleh :
𝐾 = 1⁄2 𝑚𝑣 2
dan momentum linear p yang didefinisikan oleh :
𝑝 = 𝑚𝑣
Apabila sebuah benda bertumbukan dengan benda lain, maka untuk menganalisis
tumbukannya dengan menerapkan kedua hukum kekekalan berikut:
1. Kekekalan Energi : Energi total sebuah sistem terpisah (resultan gaya luar yang
bekerja padanya nol) selalu konstan. Ini berarti (dalam kasus ini) bahwa energi total
kedua partikel sebelum tumbukan sama dengan energi total kedua partikel setelah
tumbukan.
2. Kekekalan Momentum Linear : Momentum linear total sebuah sistem terpisah selalu
konstan. Artinya, momentum linear total kedua partikel sebelum tumbukan sama
dengan momentum linear total kedua setelah tumbukan. Karena momentum linear
adalah sebuah vektor, maka penerapan hukum ini biasanya memberikan dua buah
persamaan, satu bagi komponen x dan yang lainnya bagi komponen y. Penerapan lain
dari kekekalan energi berlaku ketika sebuah partikel bergerak dibawah pengaruh
sebuah gaya luar F. Terdapat juga energi potensial V yang sedemikian rupa sehingga
untuk gerak satu dimensi berlaku,
𝑑𝑉
𝐹= −
𝑑𝑥

b. Prinsip Hamilton
Jika ditinjau gerak partikel yang terkendala pada suatu permukaan bidang, maka
diperlukan adanya gaya tertentu yakni gaya konstrain yang berperan mempertahankan
kontak antara partikel dengan permukaan bidang. Namun sayang, tak selamanya gaya
konstrain yang beraksi terhadap partikel dapat diketahui. Pendekatan Newtonian
memerlukan informasi gaya total yang beraksi pada partikel. Gaya total ini merupakan
keseluruhan gaya yang beraksi pada partikel, termasuk juga gaya konstrain. Oleh
karena itu, jika dalam kondisi khusus terdapat gaya yang tak dapat diketahui, maka
pendekatan Newtonian tak berlaku. Sehingga diperlukan pendekatan baru dengan
meninjau kuantitas fisis lain yang merupakan karakteristik partikel, misal energi
totalnya. Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan prinsip Hamilton, dimana
persamaan Lagrange yakni persamaan umum dinamika partikel dapat diturunkan dari
prinsip tersebut. Energi total E adalah jumlah energi kinetik dan potensial,

𝐸 =𝐾+𝑉

Ketika partikel bergerak, K dan V dapat berubah, tetapi E tetap konstan. Bila
sebuah benda yang bergerak dengan momentum linear p berada pada kedudukan r dari
titik asal O, maka momentum sudut I nya terhadap titik O didefinisikan :

𝐼 =𝑟×𝑝
c. Persamaan Lagrange
Persamaan gerak partikel yang dinyatakan oleh persamaan Lagrange dapat
diperoleh dengan meninjau energi kinetik dan energi potensial partikel tanpa perlu
meninjau gaya yang beraksi pada partikel. Energi kinetik partikel dalam koordinat
kartesian adalah fungsi dari kecepatan, energi potensial partikel yang bergerak dalam
medan gaya konservatif adalah fungsi dari posisi. Jika didefinisikan Lagrangian sebagai
selisih antara energi kinetik dan energi potensial.Dari prinsip Hamilton, dengan
mensyaratkan kondisi nilai stasioner maka dapat diturunkan persamaan
Lagrange.Persamaan Lagrange merupakan persamaan gerak partikel sebagai fungsi dari
koordinat umum, kecepatan umum, dan mungkin waktu.Kegayutan Lagrangian
terhadap waktu merupakan konsekuensi dari kegayutan konstrain terhadap waktu atau
dikarenakan persamaan transformasi yang menghubungkan koordinat kartesian dan
koordinat umum mengandung fungsi waktu.Pada dasarnya, persamaan Lagrange
ekiuvalen dengan persamaan gerak Newton, jika koordinat yang digunakan adalah
koordinat kartesian.
Hukum-hukum gerak Newton baru memiliki arti fisis, jika hukum-hukum tersebut
diacukan terhadap suatu kerangka acuan tertentu, yakni kerangka acuan inersia (suatu
kerangka acuan yang bergerak serba sama – tak mengalami percepatan). Prinsip
Relativitas Newtonian menyatakan, “Jika hukum-hukum Newton berlaku dalam suatu
kerangka acuan maka hukum-hukum tersebut juga berlaku dalam kerangka acuan lain
yang bergerak serba sama relatif terhadap kerangka acuan pertama”. Konsep partikel
bebas diperkenalkan ketika suatu partikel bebas dari pengaruh gaya atau interaksi dari
luar sistem fisis yang ditinjau (idealisasi fakta fisis yang sebenarnya). Gerak partikel
terhadap suatu kerangka acuan inersia tak gayut (independen) posisi titik asal sistem
koordinat dan tak gayut arah gerak sistem koordinat tersebut dalam ruang.Dikatakan,
dalam kerangka acuan inersia, ruang bersifat homogen dan isotropik.Jika partikel bebas
bergerak dengan kecepatan konstan dalam suatu sistem koordinat selama interval waktu
tertentu tidak mengalami perubahan kecepatan, konsekuensinya adalah waktu bersifat
homogen.

d. Elektrodinamika Klasik
Persamaan Maxwell adalah himpunan empat persamaan diferensial parsial yang
mendeskripsikan sifat-sifat medan listrik dan medan magnet dan hubungannya dengan
sumber-sumbernya, muatan listrik dan arus listrik, menurut teori elektrodinamika
klasik. Keempat persamaan ini digunakan untuk menunjukkan bahwa cahaya adalah
gelombang elektromagnetik. Secara terpisah, keempat persamaan ini masing-masing
disebut sebagai Hukum Gauss, Hukum Gauss untuk magnetisme, Hukum induksi
Faraday, dan Hukum Ampere. Keempat persamaan ini dengan Hukum Lorentz
merupakan kumpulan hukum lengkap dari elektrodinamika klasik.
Hukum Gauss menerangkan bagaimana muatan listrik dapat menciptakan dan
mengubah medan listrik. Medan listrik cenderung untuk bergerak dari muatan positif ke
muatan negatif. Hukum Gauss adalah penjelasan utama mengapa muatan yang berbeda
jenis saling tarik-menarik, dan yang sama jenisnya tolak-menolak. Muatan-muatan
tersebut menciptakan medan listrik, yang ditanggapi oleh muatan lain melalui gaya
listrik. Hukum Gauss untuk magnetisme menyatakan tidak seperti listrik tidak ada
partikel "kutub utara" atau "kutub selatan". Kutub-kutub utara dan kutub-kutub selatan
selalu saling berpasangan.
Hukum induksi Faraday mendeskripsikan bagaimana mengubah medan magnet
dapat menciptakan medan listrik. Ini merupakan prinsip operasi banyak generator
listrik. Gaya mekanik (seperti yang ditimbulkan oleh air pada bendungan) memutar
sebuah magnet besar, dan perubahan medan magnet ini menciptakan medan listrik yang
mendorong arus listrik yang kemudian disalurkan melalui jala-jala listrik.
Memori inti magnetik An Wang (1954) adalah penerapan Hukum Ampere. Tiap
inti magnetik merupakan satu bit. Hukum Ampere menyatakan bahwa medan magnet
dapat ditimbulkan melalui dua cara: yaitu lewat arus listrik (perumusan awal Hukum
Ampere), dan dengan mengubah medan listrik (tambahan Maxwell). Koreksi Maxwell
terhadap Hukum Ampere cukup penting: dengan demikian, hukum ini menyatakan
bahwa perubahan medan listrik dapat menimbulkan medan magnet, dan sebaliknya.
Dengan demikian, meskipun tidak ada muatan listrik atau arus listrik, masih
dimungkinkann buat memiliki gelombang osilasi medan magnet dan medan listrik yang
stabil dan dapat menjalar terus-menerus. Keempat persamaan Maxwell ini
mendeskripsikan gelombang ini secara kuantitatif, dan lebih lanjut lagi meramalkan
bahwa gelombang ini mestilah memiliki laju tertentu yang universal. Laju ini dapat
dihitung cukup dari dua konstanta fisika yang dapat diukur (konstanta elektrik dan
konstanta magnetik).
Laju yang dihitung untuk radiasi elektromagnetik tepat sama dengan laju cahaya.
Cahaya memang merupakan salah satu bentuk radiasi elektromagnetik (seperti juga
sinar X, gelombang radio dan lain-lainnya). Dengan demikian, Maxwell memadukan
dua bidang yang sebelumnya terpisah, elektromagnetisme dan optika.

e. Termodinamika Klasik
Termodinamika adalah cabang ilmu pengetahuan yang membahas antara panas
dan bentuk – bentuk energi lainnya.Michael A Saad dalam bukunya menerangkan
Termodinamika merupakan sains aksiomatik yang berkenaan dengan transformasi
energi dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Energi dan materi sangat berkaitan erat,
sedemikian eratnya sehingga perpindahan energi akan menyebabkan perubahan tingkat
keadaan materi tersebut.
Hukum pertama dari termodinamika menyatakan bahwa energi tidak dapat
diciptakan dan tidak dapat dihilangkan namun berubah dari satu bentuk menjadi bentuk
yang lainnya.Hukum ini mengatur semua perubahan bentuk energi secara kuantitatif
dan tidak membatasi arah perubahan bentuk itu. Pada kenyataannya tidak ada
kemungkinan terjadinya proses dimana proses tersebut satu – satunya hasil dari
perpindahan bersih panas dari suatu tempat yang suhunya lebih rendah ke suatu tempat
yang suhunya lebih tinggi. Pernyataan yang mengandung kebenaran eksperimental ini
dikenal dengan hukum kedua termodinamika.

2.3. Aspek epistemologis Fisika Modern dan Contohnya


Fisika modern merupakan salah satu bagian dari ilmu fisika yang mempelajari
perilaku materi dan energi pada skala atomik dan partikel-partikel subatomik atau
gelombang.Ilmu fisika modern dikembangkan pada awal abad 20, dimana perumusan-
perumusan dalam fisika klasik tidak lagi mampu menjelaskan fenomena-fenomena yang
terjadi pada materi yang sangat kecil.Oleh karena itu biasa disebut sebagai pengembangan
fisika klasik. Fisika modern diawali oleh hipotea Planck yang emngatakan bahwa besaran
energy suatu benda yang berosilasi tidak lagi bersifat kontinu, namun bersifat
diskrit(kuanta). Sehingga muncullah istilah fisika kuantum dan ditemukannya konsep
dualism partikel-gelombang.
Adapun tokoh-tokoh besar dalam fisika modern anatara lain:
1. Max Planck (1900), memperkenalkan ide bahwa energi dapat di bagi-bagi menjadi
beberapa paket atau kuanta. Ide ini secara khusus digunakan untuk menjelaskan sebaran
intensitas radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam.
2. Albert Einstein (1905), menjelaskan fotoelektrik dengan menyimpulkan bahwa energi
cahaya datang dalam bentuk kuanta yang disebut foton.
3. Niels Bohr (1913), menjelaskan garis spectrum dari atom hydrogen dengan
menggunakan kuantisasi.
4. Louis de Broglie (1924), memberikan teorinya tentang gelombang benda.
5. Paul Dirac (1927), menggabungkan mekanika kuantum dengan relastivitas khusus.
Seiring dengan perkembangan zaman, ditemukan hal-hal baru yang berhubungan
denganpembelajaran Fisika Modern, misalnya perkembangan teori black hole,penemuan
partikelpartikelbaru, perkembangan jagad raya, penemuan benda langit, fenomena alam,
aplikasiaplikasi baru dalam teknologi dan sebagainya. Penemuan-penemuan Tersebut terus
berkembang, dan menjadi bagian dari perkembangan ilmu fisika secara luas.
2.4. Aspek epistemologis Fisika Kuantum dan Contohnya
Teori kuantum merupakan salah satu teori yang membalikkan cara berpikir kita
tentang dunia fisik. Apa yang semula dianggap serba jelas dan pasti, ternyata pada level
atom-subatom justru bertingkah tidak jelas dan sama sekali tidak dapat dipastikan. Sebelum
teori kuantum, cara kita melihat dunia banyak dipengaruhi tradisi berpikir Cartesian.
Tradisi ini melihat dunia kurang lebih seperti jam mekanis yang setiap gerakannya
merupakan interaksi unsur-unsur pembentuknya yang serba pasti. Alam bekerja menurut
hukum yang mekanis. Segala sesuatu yang ada di alam dapat dijelaskan dalam pengertian
tatanan dan gerakan bagian-bagiannya.
ketika teori kuantum lahir, muncul kehebohan yang sangat luar biasa, sehingga
ilmuwan sekaliber Einstein dan Heisenberg terpaksa mengakui keterbatasankerangka
konseptual Cartesian di hadapan sifat alam yang temyata tidak pasti. Heisenberg
mengatakan bahwa reaksi keras pada perkembangan fisika modernmutakhir hanya dapat
dipahami bila orang menyadari bahwa bangunan besar fisika mulai retak; dan kegoyahan
itu menyebabkan perasaan bahwa dasar-dasar ilmu menjadi rapuh. Keterkejutan yang sama
juga melanda Einstein. Ia menyatakan rasa gamang yang sama: "Semua usaha
menyesuaikan landasan teori fisika dengan pengetahuan baru itu sama sekali gagal.
Rasanya seolah-olah tanah yang kita pijak runtuh dan tidak ada landasan yang dapat
dijadikan sebagai tempat berpijak bangunan teori yang baru."
Memang, penelitian yang dilakukan di wilayah atom dan subatom membuat para
ilmuwan berhadapan dengan realitas yang aneh, sama sekali tidak terduga, dan
meruntuhkan kerangka konseptual mereka. Sedap kah mereka mengajukan pertanyaan pada
alam melalui eksperimen mereka, alam akan menjawab dengan paradoks, dan semakin
mereka berusaha memperjelas simasi im, semakin tajam paradoks yang mereka peroleh.
Pada titik tertentu, ternyata atom tersusun dari bidang-bidang ruang luas dimana
partikel yang sangat kecil-elektron-bergerak mengelilingi nukleus (inti atom). Lebih jauh
lagi, partikel subatom pun-proton, neutron, dan elektronternyata bukan semacam benda
padat seperti yang dibayangkan fisika klasik. Partikel im merupakan entitas yang memiliki
aspek ganda yang saling berkontradiksi, tergantung pada cara melihatnya, kadang tampak
sebagai gelombang, yang artinya membentang dalam dimensi ruang yang luas, dan kadang
sebagai partikel, yaitu entitas yang terbatas pada volume yang sangat kecil.
Gambaran proses fisik yang dibawa teori kuantum sangat berbeda dengan
pengalaman hidup sehari-hari kita. Gambaran yang khas ini membuat kita bertanyatanya,
apakah dunia kuantum memang "seperti itu" atau apakah itu sekadar cara bicara yang
paling cocok, meskipun aneh, yang memungkinkan kita melakukan penghitungan.
Mungkin, kita dapat memperoleh jawaban yang sepenuhnya selaras dengan hasil penelitian
yang didasarkan pada penelitian laboratorium yang menggunakan aparatus pengukuran
klasik, namun demikian sebaiknya kita tidak mempercayai teori semacam itu. Pada
dasarnya, persoalan yang muncul adalah persoalan filsafat, yang jauh melampaui apa yang
dapat diselesaikan hanya dengan penggunaan sumber daya ilmu itu sendiri. Pada
kenyataannya, persoalan yang diangkat teori kuantum ini adalah persoalan istimewa bila
bukan, persoalan yang sangat menantang dalam perdebatan filosofis mendasar antara kaum
realis dan positivis.
Niels Bohr sering bicara teori kuantum dari sudut pandang positivistik. Suatu ketika
ia menulis pada seorang teman bahwa: Dunia kuantum itu tidak ada. Yang ada hanyalah
penjelasan fisika kuantum yang abstrak. Berpikir bahwa tugas fisika adalah menyingkap
bagaimana adanya alam adalah pendapat yang keliru. Fisika berhubungan dengan apa yang
dapat kita katakan tentang alam.
Realitas kuantum memang tidak jelas dan sulit dipastikan. Fisikawan danfilsuf
Prancis, Bernard d'Espagnat mengatakan sifat realitas kuantum itu "separuh tertutup".
Refleksi paling filosofis dari para eksponen teori kuantum berasal dari Werner Heisenberg.
Ia merasa perlu meminjam konsep potentia-nya Aristotcles. Heisenberg menulis:
Dalam eksperimen peristiwa atom, kita berhadapan dengan hal-hal yang faktual,
dengan fenomena yang sama nyatanya dengan fenomena hidup seharihari. Namun
demikian, atom atau partikel-pardkel elementer tidak sangat nyata; atom atau partikel itu
mempakan kemungkinan-kcmungkinan atau potensialitas, dan bukan benda atau fakta
seperti pada umumnya.
Realitas yang "separuh tertutup", yang merupakan sifat elektron, direpresentasikan
dalam pemikiran kita dengan fungsi gelombang yang diasosiasikan dengan elektron ini.
Ketika seorang fisikawan berpikir tentang "apa yang dilakukan" elektron, yang ada di
benak ilmuwan ini adalah fungsi gelombang. Jelas, bahwa fungsi gelombang tidak dapat
diakses dengan tingkatkemudahan seperti akses pada kehadiran objektif bola biliar. Namun
demikian,fungsi gelombang tidak berfungsi dalam pola pikir kuantum dengan cara yang
sama dengan konsep positivistik, yakni sebagai sarana penghitungan. Fungsi gelombang
yang mirip roh itu tampaknya dapat menjadi sarana pembawa potensialitas realitas
kuantum yang "separuh tertutup" ini.
Selain membuat konsepsi kita tentang apa yang masuk akal tetap cair, teorikuantum
mengajak kita menyadari ketiadaan epistemologi universal, tidak ada cara otontatif yang
dapat kita gunakan untuk mendapatkan semua pengetahuan. Sementara kita dapat
memahami dunia hidup sehari-hari dengan kejelasan Newtoniannya, kita hanya dapat
memahami dunia kuantum bila kita bersedia menerima dunia tersebut dengan
ketidakpastian Heisenbergianisme. Bersikeras pada penjelasan elektron objektif yang naif
hanya akan membawa kita pada kegagalan. Ada semacam lingkaran epistemologis: cara
kita memahami suatu entitas harus selaras dengan sifat entitas itu; sifat entitas itu dapat
disingkap melalui apa yang kita ketahui tentang entitas itu. Kita tidak dapat mengelak dari
lingkaran epistemologis yang rumit itu. Contoh teori kuantum mendorong kepercayaan
bahwa lingkaran itu dapat dinalar dan mungkin dipahami.
Di zaman sekarang sudah banyak sekali manfaat dari fisika modern yang kita
rasakan dikehidupan kita sehari hari baik dalam bidang komunikasi, industri, lebih-lebih
dibidang kedokteran atau biologi kebutuhan akan citra objek yang lebih kecil membuat
peranan fisika modern sanagat besar terutama sejak dibuatnya mikroskop electron dan
mikroskop laser karena dengan kedua jenis mikroskop ini objek kecil seperti sel darah
manusia atau sel-sel dalam organ tubu manusia atau hewan dapat dilihat dengan jelas,
sehingga sangat membantu dalam diagnose penyakit.Selain itu masih banyak lagi.Semua
ini merupakan jasa dari pengenbangan yang biasa kita sebut fisika modern.

Anda mungkin juga menyukai