Anda di halaman 1dari 13

ETIKA DALAM PENELITIAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tradisi praktik kedokteran “Barat” mengacu pada pedoman etika umum dari
Hipokrates (460-377 SM), yang intinya menolong, atau setidaknya, tidak merugikan
pasien. Meskipun pedoman tersebut hingga kini tetap menjadi dasar, dalam perjalanannya
tampak konflik antara riset yang bertujuan mencari upaya-upaya dalam menolong pasien
dan pelecehan terhadap pencegahan efek merugikan dari riset. Tercatat pada abad ke-3
SM dokter-dokter Alexandria berpendapat dan mempraktikkan bahwa pengetahuan
anatomi sangat diperlukan sebelum mengobati pasien. Atas dasar ini, viviseksi pada para
tahanan dapat dilakukan dengan harapan bahwa pengetahuan anatomi memberi manfaat
bagi umat manusia, namun tahanan dianggap manusia terkutuk. Kendati demikian,
belakangan pendapat tersebut disanggah, sehingga viviseksi dianggap sebagai
pembunuhan. Gelombang naik-turun keingintahuan di dunia kedokteran tercatat misalnya
di abad pertengahan Eropa, teori Galen mengemuka hingga eksperimen empiris yang
dianggap tidak diperlukan dan imoral. Sesudah masa Renaisans, teori Galen ditinggalkan.
Meningkatlah gairah penelitian yang sering menyentuh perasaan masyarakat. Sebagai
contoh, kasus Boston tentang vaksinasi 1721-1722 sewaktu terjadi wabah. Pemberian
vaksinasi pada waktu itu menimbulkan kematian 2% pada subjek yang mungkin tidak
menderita cacar.
Perang Dunia Kedua (PD II) mencatat titik nadir perhatian terhadap nilai dasar
etika Hipokrates, terutama dengan terungkapnya praktik-praktik dokter Nazi di kamp
konsentrasi Nuremberg, juga yang dilakukan oleh Jepang yang terkenal dengan Unit 731-
nya.
Upaya-upaya membakukan nilai dasar etika sesudah PD II terutama sebagai
reaksi terhadap hal-hal tersebut diatas. Berturut turut dapat kita catat, misalnya
Nuremberg Code 1947, Deklarasi World Medical Association/WMA, Deklarasi Hak
Asasi Manusia 1964, Belmont Report (National Commission for the Protection of Human

1
Subjects of Biomedical and Behavioral Research, 1978). Beberapa dokumen yang lebih
baru lebih berfokus pada pelaksanaan suatu penelitian maupun pada badan atau komisi,
yang mengkaji protocol penelitian apakah nilai-nilai etis sudah diterapkan.
Pedomanpedoman yang lebih baru, antara lain Good Clinical Practice (GCP) oleh WHO
(2001), Revisi Deklarasi WMA (2002), dan Pedoman Ethical Review Committee (ERC)
atau Institutional Review Board (IRB) (2000).1
Serupa dengan pemahaman filsafat yang secara etimologis melandaskan
gagasannya pada filos (cinta) dan sophia (kebijaksanaan), begitu pula dengan etika
sebagai bagian dari filsafat itu sendiri. Manifestasi ide/gagasan pada ranah kenyataan
yang mewujud dalam tata-aturan tentang mana yang baik dan mana yang buruk, untuk
kemudian distandarisasi sesuai dengan paradigma dan ideologi, cara pandang, ataupun
consensus yang berlaku (Althusser, 1984). Pun begitu, etika sendiri memiliki cara
pandang yang hampir sama dengan nilai, norma, ataupun moralitas. Pada aspek inilah,
tentunya etika menjadi pembeda pula antara manusia dengan hewan, lewat fungsi
makhluk sosial dan individual. Dengan demikian, hubungan manusia yang sudah
berikatan inilah yang menjadi dasaran bagi terciptanya sistematika organisasi dalam
birokrasi dengan keseluruhan legalitas dan legitimasi yang melingkupi. Namun, pada saat
ini tantangan demi hambatan yang menghadang sistematika tersebut, mulai dari
ketidakjelasan implementasi, kegamangan sistem etika/filsafat yang berawal dari
disfungsi konsensus dan berakhir pada ketidakberpihakan birokrasi itu sendiri kepada
masyarakat.2

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah
dalam makalah ini adalah apakah yang dimaksud dengan etika dalam penelitian?
1.3 Tujuan
Tujuan dari laporan ini, yaitu
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui etika dalam penelitian.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Diketahui definisi etika dalam penelitian.

2
2. Diketahuinya prinsip dasar dan kaidah etika penelitian.
3. Diketahuinya etika dan metode penelitian.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Etika penelitian


2.1.1 Definisi
Penelitian diartikan sebagai proses investigasi sistematik yang dirancang
untuk menghasilkan ilmu pengetahuan (generalizable knowledge). Dalam
kaitannya dengan klinikal maka penelitian (clinical research) diartikan sebagai
sebuah investigasi ilmiah (scientific investigation); mencakup etiologi,
pencegahan terhadap penyakit, diagnosis dan terapi dengan menggunakan subjek
manusia (human subject), populasi atau material yang berasal dari tubuh manusia.
Termasuk dalam penelitian tersebut adalah penggunaan jaringan atau kuman-
kuman patogen yang berkaitan dengan pasien.1
Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” dalam bentuk tunggal yang
berarti kebiasaan. Etika merupakan dunianya filsafat, nilai, dan moral yang mana
etika bersifat abstrak dan berkenaan dengan persoalan baik dan buruk. Yang mana
dapat disimpulkan bahwa etika adalah: (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk dan terutama tentang hak dan kewajiban moral; (2) kumpulan asas
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; (3) nilai mengenai benar atau salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Secara terminologis, De Vos
mendefinisikan etika sebagai ilmu pengetahuan tentang kesusilaan (moral).
Sedangkan William Lillie mendefinisikannya sebagai the normative science of the
conduct of human being living in societies is a science which judge this conduct to
be right or wrong, to be good or bad. Sedangkan ethic, dalam bahasa Inggris
berarti system of moral principles. Istilah moral itu sendiri berasal dari bahasa
latin mos (jamak: mores), yang berarti juga kebiasaan dan adat (Vos, 1987). Dari
hasil analisis K Bertens (2004: 6) disimpulkan bahwa etika memiliki tiga posisi,
yaitu sebagai (1) sistem nilai, yakni nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya,

3
(2) kode etik, yakni kumpulan asas atau nilai moral, dan (3) filsafat moral, yakni
ilmu tentang yang baik atau buruk. Dalam poin ini, akan ditemukan keterkaitan
antara etika sebagai sistem filsafat sekaligus artikulasi kebudayaan.2
Secara filosofi, etika dalam penelitian adalah suatu upaya untuk
memahami mengapa dan untuk apa para profesional khususnya tenaga kesehatan
melakukan penelitian. Setidak-tidaknya, para profesional dalam penelitiannya
mengetahui, bagaimana proses penelitian itu berjalan dan apa yang menjadi
kendala dalam pelaksanaannya.
Pada hakikatnya, penelitian (ilmiah) penting untuk mencari dan
mengungkapkan kebenaran (ilmu) yang diperlukan untuk menjalankan profesi
sehari-hari secara benar ditinjau dari aspek metodologi, etika, estetika, ataupun
hukum.3
2.1.2 Prinsip Dasar dan Kaidah Etika Penelitian
Etika mencakup norma untuk berperilaku, memisahkan apa yang seharusnya
dilakukan dan apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Rangkuman Etika
Penelitian meliputi butir-butir berikut:
a. Kejujuran
Jujur dalam pengumpulan bahan pustaka, pengumpulan data, pelaksanaan
metode dan prosedur penelitian, publikasi hasil. Jujur pada kekurangan atau
kegagalan metode yang dilakukan. Hargai rekan peneliti, jangan mengklaim
pekerjaan yang bukan pekerjaan Anda sebagai pekerjaan Anda.
b. Obyektivitas
Upayakan minimalisasi kesalahan/bias dalam rancangan percobaan, analisis
dan interpretasi data, penilaian ahli/rekan peneliti, keputusan pribadi,
pengaruh pemberi dana/sponsor penelitian.
c. Integritas
Tepati selalu janji dan perjanjian; lakukan penelitian dengan tulis, upayakan
selalu menjaga konsistensi pikiran dan perbuatan
d. Ketelitian
Berlaku teliti dan hindari kesalahan karena ketidakpedulian; secara teratur
catat pekerjaan yang Anda dan rekan anda kerjakan, misalnya kapan dan di

4
mana pengumpulan data dilakukan. Catat juga alamat korespondensi
responden, jurnal atau agen publikasi lainnya.
e. Keterbukaan
Secara terbuka, saling berbagi data, hasil, ide, alat dan sumber daya penelitian.
Terbuka terhadap kritik dan ide-ide baru.
f. Penghargaan terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
Perhatikan paten, copyrights, dan bentuk hak-hal intelektual lainnya. Jangan
gunakan data, metode, atau hasil yang belum dipublikasi tanpa ijin
penelitinya. Tuliskan narasumber semua yang memberikan kontribusi pada
riset Anda. Jangan pernah melakukan plagiasi..
g. Penghargaan terhadap Kerahasiaan (Responden)
Bila penelitian menyangkut data pribadi, kesehatan, catatan kriminal atau data
lain yang oleh responden dianggap sebagai rahasia, maka peneliti harus
menjaga kerahasiaan data tersebut.
h. Publikasi yang terpercaya
Hindari mempublikasikan penelitian yang sama berulang-ulang ke pelbagai
media (jurnal, seminar).
i. Pembinaan yang konstruktif
Bantu membimbing, memberi arahan dan masukan bagi mahasiswa/peneliti
pemula. Perkenankan mereka mengembangkan ide mereka menjadi penelitian
yang berkualitas.
j. Penghargaan terhadap Kolega/Rekan Kerja
Hargai dan perlakukan rekan penelitian Anda dengan semestinya. Bila
penelitian dilakukan oleh suatu tim akan dipublikasikan, maka peneliti dengan
kontribusi terbesar ditetapkan sebagai penulis pertama (first author),
sedangkan yang lain menjadi penulis kedua (co-author(s)). Urutan
menunjukkan besarnya kontribusi anggota tim dalam penelitian.
k. Tanggung Jawab Sosial
Upayakan penelitian Anda berguna demi kemaslahan masyarakat,
meningkatkan taraf hidup, memudahkan kehidupan dan meringankan beban

5
hidup masyarakat. Anda juga bertanggung jawab melakukan pendampingan
nagi masyarakat yang ingin mengaplikasikan hasil penelitian Anda
l. Tidak melakukan Diskriminasi
Hindari melakukan pembedaan perlakuan pada rekan kerja atau mahasiswa
karena alasan jenis kelamin, ras, suku, dan faktor-faktor lain yang sama sekali
tidak ada hubungannya dengan kompetensi dan integritas ilmiah.
m. Kompetensi
Tingkatkan kemampuan dan keahlian meneliti melalui pendidikan dan
pembelajaran seumur hidup; secara bertahap tingkatkan kompetensi Anda
sampai taraf Pakar.
n. Legalitas
Pahami dan patuhi peraturan institusional dan kebijakan pemeintah yang
terkait dengan penelitian Anda.
o. Rancang pengujian dengan hewan percobaan dengan baik
Bila penelitian memerlukan hewan percobaan, maka percobaan harus
dirancang sebaik mungkin, tidak dengan gegabah melakukan sembarang
perlakuan pada hewan percobaan.
p. Mengutamakan keselamatan Manusia
Bila harus mengunakan manusia untuk menguji penelitian, maka penelitian
harus dirancang dengan teliti, efek negatif harus diminimalkan, manfaat
dimaksimalkan; hormati harkat kemanusiaan, privasi dan hak obyek penelitian
Anda tersebut; siapkan pencegahan dan pengobatan bila sampel Anda
menderita efek negatif penelitian.4

2.1.3 Pedoman Etika Penelitian


Penelitian dibidang kedokteran, kesehatan secara umumnya, cenderung
hanya dianggap sebagai masalah teknis, tetapi tidak jarang hal ini menjadi
masalah yang berkaitan dengan etika, moral dan hukum, serta sering timbul
dilema dalam pelaksanaannya. Secara universal, pedoman etika penelitian pada
manusia bersumber dari:

6
1. Deklarasi Helsinki

Berisi prinsip-prinsip etika untuk para dokter sehubungan dengan penelitian

kepada manusia. selanjutnya, dokumen ini diberlakukan sebagai prinsip yang

dipakai secara luas dan pemerintah indonesia meratifikasinya. Deklarasi ini

terus di revisi, sampai terakhir diperbaharui tahun 2008 di kota Seoul.

Secara etis, penelitian dapat dibenarkan apabila:

a. Secara moral ada alasan penting dan relevansinya dengan cara

menghormati nilai kemanusiaan (respect for person)

b. Harus ada harapan cukup kuat, bahwa penelitian menghasilkan

pengetahuan yang bermanfaat (beneficence)

c. Memenuhi prinsip keseimbangan dan berlaku adil (justice)

d. Penggunaan subjek manusia pada penelitian hanya dapat dilakukan jika

mutlak diperlukan dan tidak ada jalan lain, meliputi analisis risiko untung

(risk and benefit)

e. Subjek penelitian harus secara sukarela dalam berperan serta sehingga

konsekuensinya harus sudah dapat diketahui sebelum pelaksanaan

penelitian (informed concent).3

Salah satu hal yang harus diperhatikan peneliti dari subjek adalah inform

concent atau persetujuan setelah penjelasan. IC merupakan salah satu bagian

penting dari persyaratan dalam penelitian yang melibatkan manusia dan organ

manusia, termasuk dalam penelitian biomedis dan reproduksi manusia. Untuk

tujuan tersebut, peneliti harus memberikan semua keterangan yang dimilikinya

7
mengenai penelitian yang akan dilaksanakan, manfaat yang akan diperoleh,

risiko-risiko yang akan terjadi baik untuk subjek maupun masyarakat.

IC yang dimaksud disini adalah seorang peneliti yang memberikan

informasi yang ia miliki mengenai penelitian yang akan dilaksanakan, meliputi

manfaat, nilai-nilai bagi masyarakat, risiko-risiko yang ada, dan adanya hukum

yang mengisyaratkan adanya 2 syarat penelitian medis pada manusia, yaitu

kriteria kepatuhan dan kriteria persetujuan.5

2. Implikasi Penelitian pada Manusia

Masalah etik yang mungkin akan timbul pada penelitian terhadap manusia

harus diatasi dengan memperhatikan hal-hal berikut ini.

a. Memberikan informasi tentang pengambilan spesimen yang akan

menyebabkan ketidaknyamanan dan rasa nyeri

b. Memberikan pengertian dan penjelasan tentang prosedur penelitian secara

jelas sehingga subjek mengetahui secara jelas rencana penelitian dan tidak

menimbulkan kehatiran subjek selama penelitian berlangsung

c. Keuntungan harus sebesar-besarnya, bukan saja untuk peneliti melainkan

harus diperoleh oleh subjek, masyarakat ilmiah dan masyarakat umum,

misalnya, hasil penelitian dipublikasikan dan diinformasikan dalam bentuk

artikel ilmiah, semi ilmiah/populer, ataupun ceramah.

d. Subjek berhak mendapat penjelasan tentang keuntungan dan kerugian bila

mengikuti penelitian ini, didalamnya dijelaskan latar belakang, tujuan

penelitian. Dalam hal ini, subjek diberikan kebebasan untuk memilih

8
apakah bersedia mengikuti penelitian ini kemudian subjek diminta mengisi

dan menandatangani lembar formulir kesediaan mengikuti penelitian.

e. Subjek diberi kebebasan untuk mengundurkan diri dari penelitian lebih

lanjut apabila dikehendaki.

f. Biaya penelitian ditanggung peneliti atau donor/sponsor penelitian

g. Penyulit dan komplikasi (adverse event) dari efek penelitian ini perlu

diberitahukan dan antisipasi sebelumnya.

h. Semua data hasil penelitian dijamin kerahasiaannya, diberitahukan kepada

masing-masing subjek penelitian.

i. Organisasi penelitian dibuat rapih dan dapat dipertanggung jawabkan bila

ada audit dari komite etik penelitian (Etichal Research Commette) ataupun

penyandang dana penelitian (Donor Agency/Sponsor)

3. Implikasi Penelitian pada Hewan Coba

Penelitian dengan menggunakan hewan coba untuk mengganti manusia

diperbolehkan, misalnya mengadakan percobaan pada otak mencit yang tidak

dapat dilakukan pada manusia. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam melakukan penelitian pada hewan coba antara lain sebagai berikut.

a. Replacement, yaitu mengganti hewan coba dengan alternatif lain seperti

kultur jaringan (cell lines) in vitro atau dipakai hewan invertebrata.

b. Reduction, yaitu model alternatif agar dapat mengurangi jumlah hewan

coba yang digunakan

c. Refinement, yaitu mengurangi/menghindari penderitaan dari rasa nyeri

ataupun stres.3

9
2.1.4 Etika dan Metode Penelitian
Dalam kaitannya dengan etika penelitian, oleh karena intensitas hubungan
antara peneliti dan yang diteliti kedua metode penelitian ini (survey dan
eksperimen semu) berbeda, maka implikasinya sedikit berbeda pula.
1. Pada penelitian survey hanya satu kali kontak antara peneliti dan responden,
yakni pada waktu pengambilan data. Intensitas hubungan antara peneliti
dengan yang diteliti (responden) dengan sendirinya tergantung pada data atau
informasi yang akan diperoleh atau dicari:
a. Apabila peneliti ingin memperoleh informasi tentang: identitas responden
(umur, pendidikan, agama, dsb), pengetahuan dan sikap responden,
perilaku berdasarkan recall maka cukup dengan wawancara.
b. Apabila peneliti ingin memperoleh informasi tentang perilaku responden
dengan menggunakan metode observasi (pengamatan), maka ini berarti
intensitas gangguan privacy responden lebih tinggi.
c. Apabila peneliti dalam pengambilan informasi kepada responden dengan
melakukan tindakan invasi.
2. Pada penelitian eksperimen kontak atau hubungan antara peneliti dengan
responden lebih intensif, yakni:
a. Pengambilan data awal (pretest) dan pengambilan setelah eksperimen
intervensi (posttest).
b. Tahap intervensi atau eksperimen, hubungan antara peneliti dengan
responden lebih intensif dan dalam waktu yang relative lama.
c. Dalam penelitian eksperimen, memang kelompok eksperimen atau
kelompok yang memperoleh perlakuan tertentu akan memperoleh
keuntungan (benefit), sekurang-kurangnya terpapar informasi yang baik
tentang suatu hal yang berguna bagi masyarakat.
3. Pada penelitian, dimana peneliti hanya melakukan analisis terhadap data yang
telah tersedia atau data sekunder, peneliti tidak secara langsung berhubungan
dengan responden.6

10
2.1.5 Langkah-Langkah Umum Penelitian sampai UP (Usulan Penelitian)
Perumusan masalah dan tujuannya

Perumusan suatu hipotesis

Penerapan metode kerja dan bahan penelitian

Metode pengumpulan data/sebagai hasil penelitian

Seminar UP: Akademik + Etika Penelitian

Izin meneiti + ethical clereance

Meneliti.3

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” dalam bentuk tunggal yang berarti
kebiasaan. Etika merupakan dunianya filsafat, nilai, dan moral yang mana etika bersifat
abstrak dan berkenaan dengan persoalan baik dan buruk. Yang mana dapat disimpulkan
bahwa etika adalah: (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan terutama
tentang hak dan kewajiban moral; (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak; (3) nilai mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Secara terminologis, De Vos mendefinisikan etika sebagai ilmu pengetahuan tentang
kesusilaan (moral).2
Etika mencakup norma untuk berperilaku, memisahkan apa yang seharusnya
dilakukan dan apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Rangkuman Etika Penelitian
meliputi butir-butir berikut: kejujuran, obyektifitas, integritas, ketelitian, keterbukaan,
penghargaan terhadap ha katas kekayaan intelektual (HAKI), penghargaan terhadap
kerahasiaan (Responden), publikasi yang terpercaya, pembinaan yang konstruktif,
penghargaan terhadap kolega/rekan kerja, tanggung jawab sosial, tidak melakukan
diskriminasi, kompetensi, legalitas, rancangan pengujian dengan hewan percobaan
dengan baik, dan mengutamakan keselamatan manusia.4

3.2 Saran
Agar mengetahui dasar etika penelitian yang dapat diaplikasikan kedalam
penelitian dan tidak merugikan masyarakat atau responden.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Darmadipura MS, Syukriani Y, Basbeth F, Sachrowardi Q, Fitrasanti BI, Juneman, dkk.


Isu etik dalam penelitian di bidang kesehatan. Jakarta: AIFI; 2013.
2. Syamsiyatun S, Wafiroh N. Filsafat, etika, dan kearifan local untuk kontruksi moral
kebangsaan. Geneva: Globethics.net; 2013.
3. Satari MH, Wirakusumah FF. Konsistensi penelitian dalam bidang kesehatan. PT Refika

Aditama. Cetakan Kesatu; 2011.

4. Yusuf SF. Metodelogi penelitian kesehatan. Padang: darmais Press; 2015.


5. Sujatno HRM. Metodologi Penelitian Biomedis. Bandung: Danamartha Sejahtera Utama

Bandung; 2008.

6. Notoatmodjo, S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka cipta; 2010.

13

Anda mungkin juga menyukai