Obesitas Pada Anak
Obesitas Pada Anak
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui fenomena obesitas atau kegemukan pada anak balita di
Indonesia.
1.3.2. Untuk mengetahui dan memahami upaya yan dilakukan pemerintah dalam
menekan angka prevalensi obesitas atau kegemukan pada anak balita.
2.2. Balita
2.2.1. Pengertian Balita
Balita adalah kelompok anak usia dibawah lima tahun. Masa balita merupakan
periode penting dalam tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dasar pada masa balita ini
akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Perkembangan
kemampuan bahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensinya berjalan
sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Soetjiningsih, 1995).
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun dan anak prasekolah 3-5
tahun. Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
kegiatan penting seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan
berjalan sudah bertambah baik. Namun, kemampuan lain masih terbatas. (Budi Sutoma,
2010).
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa masa balita merupakan periode
penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di
masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode
selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat
dan tidak akan pernah terulang, karena tu sering disebut golden age atau masa
keemasan.
Untuk mengetahui ada tidaknya penurunan atau kenaikan berat badan (BB)
dapat dilihat pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Prinsipnya adalah anak yang sehat,
bertambah umur bertambah berat badan. Menurut Standar WHO BB ideal anak laki-laki
usia 2 tahun adalah 12,2 kg dan anak perempuan 11,5 kg. untuk seterusnya setelah usia
2 tahunsampai 5 tahun, pertambahan BB rata-rata 2-2,5 kg per tahun. Pemntauan
panjang / tinggi badan juga perlu agar dapat diketahui keadaan tau status gizi yang lebih
akurat.
Indikator Pertumbuhan
Z-score BB/PB atau
PB/U atau TB/U BB/U IMT/U
BB/TB
Sangat gemuk Sangat gemuk
Di atas 3 Lihat Catatan 1
(Obes) (Obes)
Gemuk Gemuk
Di atas 2 Lihat (Overweight) (Overweight)
Catatan 2
Risiko Gemuk
Risiko Gemuk
Di atas 1 (Lihat
(Lihat Catatan 3)
Catatan3)
0
(Angka
Median)
Di bawah -1
BB Kurang
Pendek (Stunted) Kurus
Di bawah -2 (Underweig Kurus (Wasted)
(Lihat Catatan 4) (Wasted)
ht)
BB Sangat
Sangat Pendek Kurang Sangat Kurus
Sangat Kurus
Di bawah -3 (Severe Stunted) (Severe (Severe
(Severe Wasted)
(Lihat Catatan 4) Underweig Wasted)
ht)
Sumber: Modul C Pelatihan Penilaian Pertumbuahan Anak WHO 2005
Catatan:
1. Seorang anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak
menjadi masalah kecuali anak yang sangat tinggi mungkin mengalami gangguan
endokrin seperti adanya tumor yang memproduksi hormon pertumbuhan. Rujuklah
anak tersebut jika diduga mengalami gangguan endokrin (misalnya anak yang tinggi
sekali menurut umurnya, sedangkan tinggi orang tua normal).
2. Seorang anak berdasarkan BB/U pada katagori ini, kemungkinan mempunyai
masalah pertumbuhan, tetapi akan lebih baik bila anak ini dinilai berdasarkan indikator
BB/PB atau BB/TB atau IMT/U.
4. Pemberian kelambu berinsektisida dan pengobatan bagi ibu hamil yang positif malaria
Kelompok 0 – 6 Bulan
1. Promosi menyusui (konseling individu dan kelompok)
Kelompok 7 – 23 Bulan
1. Promosi menyusui
3. Suplementasi Zink
6. Fortifikasi besi
4.1. Kesimpulan
Kegemukan (obesitas) berbeda dengan kelebihan berat badan (Oberweight).
Kegemukan yaitu penimbunan lemak tubuh yang berlebihan sehingga berat badan
anak balita jauh di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan anak. Dan
overweight adalah suatu keadaan berat badan anak balita yang melebihi berat
badan normal atau seharusnya.
Hingga hari ini, Indonesia masih menghadapi paradox dalam hal kesehatan gizi
masyarakat, terutama pada kelompok usia anak yaitu mengenai persoalan
kekurangan gizi (malnutrisi) di satu sisi dan peningkatan prevalensi kegemukan
dan obesitas di sisi lainnya, terutama di kota-kota besar di Indonesia.
Saat ini, pemerintah bersama organisasi profesi dan organisasi masyarakat
sedang melakukan inisiatif baru dalam bentuk suatu gerakan untuk menanggulangi
perbaikan gizi baik kekurangan maupun kelebihan gizi, yang mana memfokuskan
pada Percepatan Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan atau Scalling
Up Nutrition (SUN).
4.2. Saran
Dalam upaya menekan angka prevalensi kegemukan dan obesitas pada ank,
diharapkan tidak hanya keluarga yang berperan ataupun hanya pemerintah saja yang
berperan, namun dari semua pihak baik pemerintah, masyarakat, dan peran dari yang
lainnya. Hal ini ditujukan agar target penurunan angka prevalensi kegemukan dan
obesitas pada anak dapat tercapai secepatnya.
Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,
2003.
Budi Sutoma, Dwi Yanti Anggraini. 2010. Menu Sehat Alami untuk Batita dan Balita.
Jakarta : Demedia, 2010.
Dietz, WH. 1995. Childhood Obesity, Text book of Pediatriies Nutrition. New york : Raven
Press, 1995.
Dina Agoes, Maria Poppy. 2003. Mencegah dan Mengatasi Kegemukan pada Balita.
Jakarta : Puspa Swara, 2003.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Kesehatan MAsyarakat : Ilmu dan Seni. Yogyakarta : PT
Rineka Cipta, 2003.
RI, UU. 2012. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Jakarta : s.n.,
2012.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC, 1995.
Sulistiyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta :
Graha Ilmu, 2011.
Supariasa, I Nyoman Dewa, Bachtiar Bakri, Ibnu Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi.
s.l. : EGC, 2002.
Syarifah, Fitri. 2013. Liputan 6. Liputan 6.com. [Online] Maret 02, 2013. [Cited: April 21,
2013.] http://health.liputan6.comread525236menkes-obesitas-pada-
balitapenyebab-kematian-utama-di-indonesia.htm.
Uripi. 2004. Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Perilaku Ibu dalam Pemenuhan Gizi
Seimbang pada Balita. s.l. : Universitas Sumatera Utara, 2004.
Wahyu, Genis Ginanjar. 2009. Obesitas pada Anak. Yogyakarta : Penerbit B First, 2009.
2012. Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Sadar Gizi dalam Rangka
Seribu Hari Pertama Kehidupan. Jakarta : s.n., 2012.
Liputan6.com, Jakarta : Masalah gizi adalah hal yang sangat penting dan
mendasar dari kehidupan manusia. Namun, ternyata bukan hanya masalah kekurangan
gizi yang menjadi masalah di Indonesia tapi kelebihan gizi yang dinilai juga merupakan
penyebab kematian utama Indonesia.
Seperti dicatat dari data Riskesdas, tahun 2010 prevalensi gizi kurang pada balita
di Indonesia masih sebesar 17,9 persen dan stunting masih 35,6 persen.
Di samping itu, diperkirakan 14.2% balita di Indonesia mengalami gizi lebih dan
kegemukan (obesitas). Bahkan, pada kelompok dewasa, prevalensi gizi lebih telah
mencapai 21%.
“Kelebihan gizi merupakan risiko utama penyakit tidak menular (PTM) yang juga
merupakan salah satu penyebab utama kematian di Indonesia”, ujar Menteri Kesehatan,
Nafsiah Mboi seperti dikutip dari siaran Pers, Sabtu (2/3/2013).
Menurut Menkes, walaupun Indonesia sudah berhasil menurunkan angka gizi
buruk, tapi masih butuh usaha ekstra untuk mencapai target MDG’s. “Kita sudah berhasil
menurunkan angka gizi buruk. Tetapi untuk menurunkan membutuhkan extra effort untuk
mencapai target MDGs”, kata Menkes.
Seperti diketahui, kekurangan gizi di Indonesia selain dapat menimbulkan masalah
kesehatan (morbiditas, mortalitas dan disabilitas), juga menurunkan kualitas sumber daya
manusia (SDM) suatu bangsa. Bahkan, kekurangan gizi dapat menjadi ancaman bagi
ketahanan dan kelangsungan hidup suatu bangsa.
Untuk menanggulangi perbaikan gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi, saat
ini pemerintah bersama organisasi profesi dan organisasi masyarakat, sedang
melakukan inisiatif baru dalam bentuk suatu gerakan yang difokuskan pada Percepatan
Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan atau Scaling Up Nutrition (SUN).
"Gerakan ini mengintegrasikan intervensi langsung dan intervensi tidak langsung yang
diselenggarakan oleh berbagai sektor pembangunan,"tambah Nafsiah. (Syarifah, 2013)