Anda di halaman 1dari 22

Entropi

A. Konsep Entropi

Dalam suatu sistem dengan sejumlah koordinat termodinamik sembarang, semua keadaan
yang dapat dicapai dari suatu keadaan mula tertentu melalui proses adiabatik terbalikkan,
terletak pada suatu permukaan.

Kita tinjau sistem yang mengalami proses reversibel dri keadaan 1 ke keadaan 2 melalui
lintasan A, dan kembali ke keadaan semula melalui lintasan B yang juga reversibel,
ditunjukkan gambar (hal 170)

Karena siklus reversibel, maka dapat dituliskan :


𝛿𝑄 2 𝛿𝑄 1 𝛿𝑄
∮ = 0 = ∮1 ( 𝑇 ) + ∮2 ( 𝑇 ) (5-27)
𝑇 𝐴 𝐵

Sekarang kita pandang siklus reversibel yang lain, dengan keadaan awal yang sama tetapi
kembali melalui lintasan C. Untuk siklus ini dapat kita tulis:

𝛿𝑄 2 𝛿𝑄 1 𝛿𝑄
∮ = 0 = ∮1 ( 𝑇 ) + ∮2 ( 𝑇 ) (5-28)
𝑇 𝐴 𝐶

Dengan mengurangkan persamaan (5-27) dengan persamaan (5-28), diperoleh:


2 𝛿𝑄 1 𝛿𝑄
∫1 ( 𝑇 ) + ∫2 ( 𝑇 ) (5-29)
𝐴 𝐵

𝛿𝑄
Karena ∮ sama untuk semua lintasan antara 2 dan 1, besaran ini hanya bergantung pada
𝑇
keadaan awal dan akhir saja. Besaran ini dapat digolongkan sebagai sifat sistem dan disebut
sebagai entropi yang dinyatakan dengan S. Entropi didefinisikan sebagai:
̅𝑄
𝛿
dS= ( ) (5-30)
𝑇 𝑟𝑒𝑣
perubahan entropi sistem yang mengalami perubahan keadaan 1 dan 2 reversibel adalah :

2 𝛿𝑄
S2-S1 = ∫1 ( 𝑇 ) (5-31)
𝑟𝑒𝑣

Entropi adalah besaran ekstensif sistem dan dalam sistem yang homogen sebanding dengan
massa atau jumlah mol sistem. Entropi jenis s adalah:
𝑆
𝑠 = 𝑚 (5-32)

dan entropi jenis molal 𝑠̅


𝑆
𝑠̅ = (5-33)
𝑛

B. Entropi Gas Ideal

Pada gas ideal, energi dalam hanya merupakan fungsi suhu atau dapat kita tuliskan sebagai:
𝑝 𝑅
du= 𝑐𝑣 𝑑𝑇 dan 𝑇 = 𝑣

dari hubungan penting pertama

𝑇𝑑𝑠 = 𝑑𝑢 + 𝑝𝑑𝑣

Sehingga
𝑑𝑇 𝑑𝑣
𝑑𝑠 = 𝑐𝑣 +𝑅 (5-50)
𝑇 𝑣

Entalpi untuk gas ideal juga hanya merupakan fungsi suhu atau
𝑣 𝑅
𝑑ℎ = 𝑐𝑝 𝑑𝑇 Dan 𝑇 = 𝑝

Dari hubungan termodinamika

𝑇𝑑𝑠 = 𝑑ℎ − 𝑣𝑑𝑝

Sehingga
𝑑𝑇 𝑑𝑝
𝑑𝑠 = 𝑐𝑣 −𝑅 (5-51)
𝑇 𝑝

C. Diagram TS

Untuk setiap jumlah kalor infinitesimal yang memasuki sistem dalam bagian
infinitesimal suatu proses terbalikkan, persamaannya ialah

𝑑𝑄𝑅 = 𝑇 𝑑𝑠
Jadi jumlah total kalor yang dipindahkan dalam proses terbalikkan ialah
𝑓
𝑄𝑅 = ∫𝑖 𝑇 𝑑𝑠

Integral ini dapat ditafsirkan secara grafis sebagai luas di bawah kurva pada diagram T yang
dirajah sepanjang sumbu Y dan S sepanjang sumbu X. Sifat kurva pada diagram TS ditentukan
oleh jenis proses terbalikkan yang dilaksanakan oleh sistem itu. Proses isoterm digambarkan
sebagai garis horisontal.

Dalam kasus proses adiabat terbalikkan, kita dapatkan:

𝑑𝑄𝑅
𝑑𝑆 =
𝑇
Dan 𝑑𝑄𝑅 = 0

Sehingga jika T tidak nol,

𝑑𝑆 = 0

Dan S adalah tetapan. Jadi selama proses adiabat terbalikkan berlangsung, entropi sistem
tetap, atau dengan perkataan lain sistem mengalami proses isentrop. Jelaslah bahwa proses
isotrop dalam diagram TS digambarkan sebagai garis vertikal.

Jika dua keadaan setimbang berdekatan infinitesimal, maka

𝑑𝑄 = 𝑇 𝑑𝑠,
𝑑𝑄 𝑑𝑆
Dan 𝑑𝑇 = 𝑇 𝑑𝑇

Pada volume tetap,

𝑑𝑄 𝜕𝑆
( ) = 𝐶𝑣 = 𝑇 ( )
𝑑𝑇 𝑣 𝜕𝑇 𝑣

Dan pada tekanan tetap,

𝑑𝑄 𝜕𝑆
( ) = 𝐶𝑝 = 𝑇 ( )
𝑑𝑇 𝑝 𝜕𝑇 𝑝

Untuk proses reversibel internal, perubahan entropi dinyatakan oleh:

𝛿 ̅𝑄
𝑑𝑆 = ( )
𝑇 𝑟𝑒𝑣

Persamaan ini juga dapat dituliskan dengan bentuk, (persamaan 5-34)


2

(𝛿𝑄)𝑟𝑒𝑣 = ∫ 𝑇𝑑𝑆
1

Persamaan (5-34) menyatakan bahwa perpindahan kalor pada sistem tertutup selama proses
reversibel internal dapat digambarkan dalam diagram suhu-entropi. Suhu merupakan besaran
yang tidak bergantung pada massa dan menyebabkan perpindahan kalor, karena itu suhu kita
pilih sebagai ordinat pada diagram. Besaran entropi kita pilih sebagai absis karena sebanding
dengan massa dan merupakan besaran ekstensif. Diagram dengan T sebagai ordinat dan s
sebagai absis, disebut diagram T-s, ditunjukkan gambar 5-14. Luasan yang diarsir
menyatakan sejumlah kecil kalor yang dipindahkan dan sama dengan Tds

Gambar hal 172 gambar 5-14

Diagram T-s mempunyai aplikasi yang paling luas dibandingkan dengan beberapa diagram
yang digunakan dalam termodinamika karena daerah di bawah sembarang garis proses
reversibel menyatakan jumlah kalor. Diagram ini dapat diterapkan untuk problem aliran
maupun non aliran, dan kalor selalu memegang peranan penting.

Gambar 5-14 memperlihatkan diagram T-s untuk uap. Daerah berbentuk kubah yang terdiri
dari dua fase cair-uap disebut kubah uap. Kubah uap dibatasi pada sebelah kiri oleh garis
cairan jenuh dan di sebelah kanan oleh garis uap jenuh. Puncak kubah merupakan titik kritis.
Di sebelah kiri garis cairan jenuh merupakan daerah cair. Daerah tepat dibawah kubah
merupakan daerah uap basah yang berupa campuran cairan air dan uap dan disebelah kanan
garis uap jenuh merupakan daerah uap. Pada suhu diatas titik kritis sudah tidak ada perbedaan
antara cairan dan uap. Untuk penyederhaan gambar, garis-garis horisontal dan garis-garis
vertikal yang menyatakan garis isotermal dan garis isentropik tidak digambarkan.

Garis panas lanjut (superheated) menyerupai bentuk garis uap jenuh. Dengan meningkatnya
nilai panas lanjut, garis ini bergerak menjauh dalam daerah panas lanjut.

Garis isokhorik terlihat khas pada gambar dengan karakteristik tajam pada perubahan
kemiringan setelah memotong garis uap jenuh.
Pada gambar terdapat tiga jenis garis isentalpi. Jenis pertama, pada daerah panas lanjut, garis
isentalpi seluruhnya terletak pada daerah ini. Jenis kedua garis isentalpi datang dari daerah
panas lanjut masuk daerah basah pada suhu tinggi dan terakhir masuk lagi ke daerah panas
lanjut pada suhu yang sedikit lebih rendah. Jenis ketiga garis isentalpi memotong garis kubah
jenuh dan masuk daerah basah dan tidak meninggalkan daerah basah pada suhu lebih rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa entalpi nyaris hanya merupakan fungsi suhu dalam daerah ini.

Gambar 5-15

D. Daur Carnot

Ketika sistem dalam suatu mesin menjalani sebagian daurnya, sejumlah kalor diserap dari
tandon panas. Pada bagian lain daur itu, kalor yang jumlahnya lebih sedikit dibuang
ketandon yang lebih dingin. Jadi boleh dikatan bahwa mesin bekerja di antara sepasang
tandon ini. Menurut kenyataan yang didapat dari pengalaman, sejumlah kalor selalu dibuang
ketandon yang lebih dingin, sehingga efisiensi mesin yang sebenarnya tidak pernah 100%.

Sebuah mesin yang bekerja dalam daur carnot disebut mesin carnot. Mesin carnot bekerja
antara dua tandon dengan cara khusus yang sederhana. Semua kalor yang diserapnya terjadi
pada suatu temperatur tinggi yang tepap, yaitu pada temperatur tandon panas, dan semua
kalor yang dibuangnya terjadi pada temperatur yang tetap yang lebih rendah, yaitu pada
temperatur tetap yang lebih rendah, yaitu pada temperator tandon dingin. Proses yang
menghubungkan isoterm temperatur tinggi dan rendah adalah keterbalikan dan adiabat.
Karena keempat proses itu keterbalikan, daur carnot merupakan daur keterbalikan.

Jika sebuah mesin bekerja hanya antara dua tandon dan menurut daur keterbalikan, mesin itu
tentu mesin carnot.

Sebuah mesin carnot yang menyerap kalor QH dari tandon panas pada temperatur TH dan
membuang kalor QH ketandon yang lebih dingin pada temperatur TC memiliki efisiensi ƞ
yang sama dengan 1-1 − | 𝑄𝑐 |/|𝑄𝐻 |. Karena berlangsung antara dua garis isotrop
yang sama maka
|𝑄𝑐| 𝑇𝑐
=
|𝑄𝐻| 𝑇𝐻

𝑇𝑐
𝜂 (𝑐𝑎𝑟𝑛𝑜𝑡) = 1 −
𝑇𝐻
Supaya mesin carnot efisisen 100 persen, Tc harus nol. Karena alam tidak menyediakan
tandon bertemperatur mutlak nol, maka mesin kalor yang efisiensinya 100 persen secara
praktis mustahil ada.

Diagram temperatur-entropi sangat cocok untuk meperliahatkan karakteristik daur carnot.


Kedua proses adiabat terblikkan digambarkan oleh dua garis vertikal, sehingga daur carnot
digambarkat oleh sebuah segiempat seperti yang diperlihatkan dalam gambar 8.3. Hal ini
benar, tidak bergantung pada sifat sistem dan banyaknya koordinat termodinamik yang bebas.

E. Entropi dan keterbalikan

Supaya kita mengerti arti fisis entropi dan peranannya dalam dunia ilmu, kita perlu
mempelajari semua perubahan entropi yang timbul ketika sistem mengalami suatu proses.
Jika kita menghitung perubahan entropi sistem dan menambahkan pada perubahan entropi
ini, perubahan entropi lingkungan lokalnya, kita dapat kuantitas yang merupakan jumlah dari
semua perubahan entropi yang timbul dalam proses khusus itu. Kita boleh menamakannya

Bila jumlah kalor yang berhingga diserap atau dibuang oleh sebuah tandon, maka perubahan
koordinatnya tandon persatuan massa sangat kecil. Jadi, perubahan entropi persatuan
massanya sangat kecil. Namun, karena massaa total tandon sangat besar, perubahan entropi
totalnya berhingga. Misalkan tandonnya bersentuhan dengan sebuah sistem dan kalor Q
diserap oleh tandon pada temperatur T. Tandon itu mengalami perubahan non disipatif yang
ditentukan sepenuhnya oleh kuantitas kalor yang diserap. Perubahan yang tepat sama dalam
tandon akan terjadi jika jumlah kalor Q dipindah secara terbalikkan. Jadi, perubahan entropi
tandon itu ialah Q/T. Ini berarti, bila mana sebuah tandon menyerap kalor Q pada temperatur
T dalam suatu sistem dalam proses apa saja, perubahan entropi tandon ialah Q/T.

Tinjaulah sekarang perubahan entropi semesta yang ditimbulkan oleh proses terbalikkan.
Pada umumnya proses ini akan disertai alairan kalor antara sistem dan sekumpulan tandon
yang kisaran temperaturnya antara Ti dan Tf. Selama berlangsungnya bagian infinitesimal
dari proses, yang manapun, sejumlah kalor đQR dipindahkan antara sistem dan salah satu
tandon yang bertemperatur T. Misalkan đQR bilangan positif. Jika đQR diserap oleh sistem
maka

𝑑𝑄𝑅
𝑑𝑆 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 = +
𝑇
𝑑𝑄𝑅
𝑑𝑆 𝑡𝑎𝑛𝑑𝑜𝑛 = −
𝑇
Dan perubahan entropi semester Ʃ dS adalah nol. Jika đQR dibuang oleh sistem, jelaslah
𝑑𝑄𝑅
𝑑𝑆 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 = −
𝑇
𝑑𝑄𝑅
𝑑𝑆 𝑡𝑎𝑛𝑑𝑜𝑛 = +
𝑇
Dan perubahan entropi semesta Ʃ dS juga nol. Jika đQR nol, baik sistem maupun tandon tidak
mengalami perubahan entropi, dan perubahan entropi semesta tetap nol. Karena hal ini
berlaku untuk bagian infinitesimal proses terbalikkan yang mana pun, tentulah berlaku juga
untuk semua bagian seperti itu. Jadi kita dapat mengambil kesimpulan bahwa bila proses
terbalikkan berlangsung, maka entropi semesta tidak berubah. Namun, proses alamiah tak
terbalikkan.

F. Entropi dan Ketakterbalikan

Bila sistem mengalami proses keterbalikan antara keadaan setimbang awal dan keadaan
setimbang akhir, perubahan entropi sistem ialah
𝑓
𝑑𝑄
∆𝑆 (𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚) = 𝑠𝑓 − 𝑆𝑖 = 𝑅 ∫
𝑇
𝑖

dengan R menyatakan proses terbalikkan sebarang yang dipilih, yang dijalani sistem dari
keadaan awal ke keadaan akhir. Integrasi tidak dilakukan pada balikkan. Hal ini dapat
dilakukan dengan mudah bila keadaan awal dan akhir adalah keadaan setimbang. Bila
keadaan awal atau keadaan akhirnya keadaan taksetimbang, harus dipakai metode khusus.
Mula-mula kita akan membatasi diri pada proses takterbalikkan yang menyangkut keadaan
awal dan akhir yang setimbang.

Proses yang menunjukkan ketakterbalikkan mekanis eksternal

(𝛼) Poses yang menyangkut lesapan isoterm dari kerja melalui sistem (yang tidak tetap tidak
berubah) menjadi energi internal sebuah tandon, misalnya:

1. pengaduan tak teratur dari cairan kental yang bersentuhan dengan sebuah tandon;

2. berhentinya cairan yang sedang bergetar atau berputar, yang bersentuhan dengan
sebuah tandon;

3. deformasi takelastik dari zat padat yang bersentuhan dengan sebuah tandon;

4. pemindahan listrik melalui hambat yang bersentuhan dengan sebuah tandon;

5. histeresismagnetik dari bahan yang bersentuhan dengan sebuah tandon.

Dalam hal proses yang menyangkut transformasi isoterm kerja W melalui sistem menjadi
energi internal sebuah tandon, tidak ada perubahan entropi sistem, karena koordinat
termodinamikanya tidak berubah. Terdapat aliran kalor Q ke dalam tandon dengan Q=W.
Karena tandon menyerap Q satuan kalor pada temperatur T, perubahan entropinya ialah
𝑄
+ ⁄𝑇 atau +𝑊⁄𝑇. Perubahan entropi semestanya ialah 𝑊⁄𝑇 dan ini akan merupakan
kuantitas yang positif.

(b) Proses yang menyangkut lesapan adiabat dari kerja menjadi energi internal sistem,
misalnya :

1. pengadukan takteratur dari cairan kental yang tersekat secara termal;

2. berhentinya cairan yang sedang berputar atau bergetar, yang tersekat secara termal;

3. deformasi takelastik dari zat padat yang tersekat secara termal;

4. pemindahan listrik melalui hambat yang tersekat secara termal;

5. histeresis magnetik bahan yang tersekat secara termal.

Dalam proses yang menyangkut transformasi adiabat dari kerja menjadi energi internal
sistem yang temperaturnya naik dari Ti ke Tf pada tekanan tetap, tidak ada aliran kalor dari
atau ke lingkungannya, sehingga perubahan entropi lingkunan lokalnya adalah nol. Untuk
menghitung perubahan entropi sistem , proses terbalikkan semula harus diganti oleh proses
terbalikkan yang membawa sistem dari keadaan mula (temperatur Ti, tekanan Pi) ke keadaan
akhir (temperatur Tf, tekanan Pf). Marilah kita ganti pelaksanaan takterbalikkan dari kerja itu
dengan aliran kalor isobar terbalikkan dari sederetan tandon yang temperaturnya berkisar
antara Ti sampai dengan Tf. Jadi perubahan entropi sistem ialah

𝑓
𝑑𝑄
∆𝑆 (𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚) = 𝑠𝑓 − 𝑆𝑖 = 𝑅 ∫
𝑇
𝑖

Untuk proses isobar,

𝑑𝑄𝑅= 𝐶𝑝𝑑𝑇

dan
𝑇𝑓
Δ𝑆 (𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚) = ∫ 𝐶 𝑑𝑇
𝑝
𝑇𝑖 𝑇

Proses yang menunjukkan keterbalikan mekanis internal

proses yang menyangkut transformasi energi internal suatu sistem menjadi energi mekanis,
kemudian dikembalikan menjadi energi internal lagi, misalnya:
1. gas ideal yang menerjang masuk ke ruang hampa (pemuaian bebas)

2. gas yang menerobos yang melewati sumbat porus (proses sernak)

3. membingkasnya kawat teregang ketika dipotong

4. pecahnya selaput sabun ketika ditusuk.

Dalam hal pemuaian bebas gas ideal, perubahan entropi lingkungan lokalnya nol. Untuk
menghitung perubahan entropi sistem, pemuaian bebas harus diganti dengan proses
terbalikkan yang membawa gas itu dari keadaaan semula (volum Vi , temperatur T) ke
keadaan akhir (volum Vf, temperatur T). Jelaslah proses terbalikkan yang paling
memudahkan ialah pemuaian isoterm trbalikkan pada temperatur T dari volum Vi menjadi
volum Vf. Jadi perubahan entropi sistem ialah

𝑓 𝑑𝑄
∆𝑆 (𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚) = 𝑠𝑓 − 𝑆𝑖 = 𝑅 ∫𝑖 𝑇

Untuk proses isoterm dari gas ideal,

𝑑𝑄𝑅=𝑃𝑑𝑉

Dan

𝑑𝑄𝑅 𝑑𝑉
= 𝑛𝑅
𝑇 𝑉

Sehingga

𝑉𝑓
𝑆 (𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚) = 𝑛𝑅 ln
𝑉𝑖

𝑉
Jadi perubahan entropi sesta ialah nR ln ( 𝑓⁄𝑉 ), dan ini merupakan bilangan positif.
𝑖

Proses yang menunjukkan ketidakterbalikkan termal eksternal

Proses yang menyangkut pemindahan kalor yang ditimbulkan oleh perbedaan temperatur
yang berhingga, misalnya:

1. penghantaran atau radiasi kalor dari suatu sistem ke lingkungannya yang lebih dingin

2. penghantaran atau radiasi kalor melalui suatu sistem (yang tidak berubah) dari tandon
panas ke tandon panas ke tandon yang lebih dingin.

Dalam hal penghantar Q satuan kalor melalui suatu sistem (yang tidak berubah) dari tandon
pada temperatur Ti ke tandon yang lebih dingin pada T2 , maka langkah berikut ini jelas:

Δ𝑆 (𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚) = 0
𝑄
Δ𝑆 (𝑡𝑎𝑛𝑑𝑜𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠) = −
𝑇1

𝑄
Δ𝑆 (𝑡𝑎𝑛𝑑𝑜𝑛 𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛) = +
𝑇2

dan

𝑄 𝑄
ΣΔ𝑆 = Δ𝑆 (𝑠𝑒𝑚𝑒𝑠𝑡𝑎) = −
𝑇2 𝑇1

Proses yang menunjukkan ketakterbalikan kimiawi

Proses yang menyangkut perubahan spontan struktur internal, komposisi kimia, kerapatan,
dari seterusnya misalnya:

1. Reaksi kimia
2. Difusi dua macam gas ideal yang lembam
3. Pencampuran alkohol dan air
4. Membekunya cairan sangat dingin
5. Pengembunan uap sangat jenuh
6. Pelarutan zat padat dalam air
7. Osmosis

Anggaplah difusi dua macam gas ideal yang lembam setara dengan dua proses pemurnian
bebas yang terpisah, yang utuk salah satu proses berlaku,

𝑉𝑓
∆𝑆 = 𝑛𝑅 ln
𝑉𝑖

Dengan mengambil satu mol masing-masing gas dengan Vi = v dan Vf = 2v, kita dapatkan

∑ ∆𝑆 = 2 𝑅 ln 2

Kuantitas ini merupakan bilangan positif. Semua hasil dirangkum dalam tabel 8.1.

Tabel 8.1 Perubahan entropi semesta akibat proses alamiah


Jenis ke tak Proses Perubahan Perubahan Perubahan
terbalikkan takterbalikkan entropi sistem entropi entropi semesta
∆𝑆 (𝑠𝑖𝑠) lingkungan lokal ∑ ∆𝑆
∆𝑆(𝑙𝑜𝑘𝑎𝑙)
Ketakterbalikkan Lesapan isoterm 0 𝑊
mekanis dari kerja melaui 𝑊 𝑇
eksternal sistem menjadi 𝑇
energi internal
sebuah tandon
Lesapan adiabat 𝑇𝑓 0 𝑇𝑓
dari kerja 𝐶 𝑝 ln 𝐶𝑝 ln
𝑇𝑖 𝑇𝑖
menjadi energi
internal sistem
Ketakterbalikkan Pemuaian bebas 𝑉𝑓 0 𝑉𝑓
mekanis internal gas ideal 𝑛𝑅 ln 𝑛𝑅 ln
𝑉𝑖 𝑉𝑖
Ketakterbalikkan Pemindahan 0 𝑄 𝑄 𝑄 𝑄
termal eksternal kalor melalui − −
𝑇2 𝑇1 𝑇2 𝑇1
medium dari
tandon panas ke
tandon lebih
dingin
Ketakterbalikkan Difusi dua 2R ln 2 0 2 R ln 2
kimia macam gas ideal
yang lembam

G. Entropi dan keadaan takseimbang

Perhitungan perubahan yang berkaitan dengan proses takterbalikan yang dibahas dalam pasal
8.6 tidak menimbulkan kesukaran khusus karena, lam semua hal sistem tidak berubah sama
sekali (dalam hal ini hanya perubahan entropi tandon yang harus dihitung). Atau juga pada
keadaan akhir sistem itu adalah keadaan setimbang yang dapat dihubungkan dengan proses
terbalikan yang sesuai. Namun, tinjaulah proses yang menyangkut ketakterbalikan termal
internal berikut ini. Sebatang penghantar termal yang pada mulanya mempunyai distribusi
temperatur takmerata karena ujungnya bersentuhan dengan tandon panas dan ujung lain
bersentuhan dengan tandon dingin, kita pisahkan dari tandon, disekat secara termal, dan
dijaga supaya tekanannya tetap. Aliran internal kalor akan menjadikan batang itu
bertemperatur serbasama, tetapi transisinya berlangsung dari keadaan awal yang takseimbang
ke keadaan akhir yang setimbang. Jelaslah bahwa kita tidak bisa menemukan satu proses
terbalikan yang dapat membawa sistem dari keadaan awal ke keadaan akhir yang semula.
Temperatur akhir yang sama untuk semua potongan. Cara ini mendefinisikan proses isobar
terbalikan yang takterhingga banyaknya, yang bisa dipakai untuk membawa sistem dari
keadaan tekseimbang awal keadaan setimbang akhir. Jika tidak ada suatu proses terbalikan
yang bisa membawa sistem dari i ke f, kita bisa mengambil proses terbalikan yang tak
terhingga banyaknya satu untuk setiap elemen volum.

Sebagai contoh, tinjaulah batang serbasama yang panjangnya L seperti yang dilukiskan dalam
gambar 8.4. suatu bagian volum pada x bermassa

𝑑𝑚 = 𝜌 𝐴 𝑑𝑥

Dengan 𝜌 menyatakan kerapatan dan A luas penampang. Kapasitas kalor potongan ini adalah

𝐶𝑝 𝑑𝑚 = 𝐶𝑝 𝜌 𝐴 𝑑𝑥

Anggaplah distribusi temperatur awalnya linier, sehingga potongan pada 𝑥 memiliki


temperatur awal

𝑇0 + 𝑇𝐿
𝑇𝑓 =
2
Jika tidak ada kalor yang hilang dan, supaya sederhana kita anggap, bahwa konduktifitas
termal, kerapatan, dan kapasitas kalor semua potongan tersebut tetap, maka temperatur
akhirnya ialah

𝑇0 − 𝑇𝐿
𝑇𝑓 =
2
Dengan mengintergrasikan Q/T ke seluruh perpindahan kalor secara isobar terbalikan,
antara elemen volum dan sederetan tandon yang temperaturnya antara Ti hingga Tf untuk
perubahan entropi satu elemen volum kita dapatkan
𝑇𝑓 𝑇𝑓
𝑑𝑇
𝐶𝑝 𝜌𝐴 𝑑𝑥 ∫ = 𝐶𝑝 𝜌𝐴 𝑑𝑥 ln
𝑇𝑖 𝑇 𝑇𝑖

𝑇𝑓
= 𝐶𝑝 𝜌𝐴 𝑑𝑥 𝑖𝑛 𝑇0 −𝑇𝐿
𝑇𝑜 − 𝑥
𝐿

Setelah diintegrasikan untuk seluruh panjang batang, kita dapatkan perubahan entropi
totalnya,
𝐿
𝑇0 𝑇0 − 𝑇𝐿
∑ ∆𝑆 = −𝐶𝑝 𝜌Α ∫ 𝑙𝑛 ( − 𝑥) 𝑑𝑥
0 𝑇𝑓 𝐿𝑇𝑓

Yang setelah diintegrasi dilakukan, kemudian disederhanakan maka

𝑇𝐿 𝑇0
∑ ∆𝑆 = 𝐶𝑝 (1 + ln 𝑇𝑓 + 𝑙𝑛𝑇𝐿 − ln 𝑇0 )
𝑇0 − 𝑇𝐿 𝑇0 − 𝑇𝐿

Untuk menunjukkan bahwa perubahan entropi positif marilah kita amabil harga menarik
untuk temperatur berikut : T0 = 400 K, TL = 200 K, maka temperatur akhirnya ialah Tf =
300K, jadi

1
∑ Δ𝑆 = 2,30𝐶𝑝 ( + 2,477 + 2,301 − 2 × 2,602) = 0,019𝐶𝑝
2,30

Metode yyang sama dapat dipakai untuk menghitung perubahan entropi sebuah sistem yang
mengalami proses dari keadaan awal yang tak setimbang, yang dikarakterisasi oleh distribusi
tekanan yang tak merata, ke keadaan akhir yang setimbang, yang tekanannya merata.

H. Prinsip pertambahan entropi

Perubahan entropi semesta yang berkaitan dengan setiap proses takterbaliakn yang kita tinjau
sampai sekarang ternyata positif. Jadi, kita dipaksa untuk percaya bahwa bila mana proses
takterbalikan terjadi, maka entropi semesta bertambah. Untuk menegakkan dalil yang di
kenal sebagai prinsip entropi ini secara umum, kita cukup membatasi perhatian pada proses
adiabat saja, karena telah kita lihat bahwa prinsip entropi berlaku untuk semua proses yang
menyangkut pemindahan kalor takterbalikkan. Kita mulai bukti ini dengan meninjau kasus
khusus dari proses takterbalikkan adiabat di antara dua keadaan setimbang dari suatu system.
1
∫ ln(𝑎 + 𝑏𝑥)𝑑𝑥 = 𝑏 (𝑎 + 𝑏𝑥) ln(𝑎 + 𝑏𝑥) − 𝑥

Konsep dasar

1. Sebagaimana lazimnya, misalkan system ini memiliki tiga koordinat bebas T, X, dan
XI dan keadaan awalnya di gambarkan oleh titik i pada diagram yang di perlihatkan
dalam gambar 8.5. misalkan system itu mengalami proses adiabat tak terbalikkan ke
keadaan f, maka perubahan entropinya ialah
∆𝑆 = 𝑆f - Si

Perubahan temperature bisa terjadi, bisa juga tidak. Untuk kedua kemungkinan itu, marilah
kita buat system itu mengalami proses adiabat terbalikkan f → 𝑘 dalam arah sedemikian
sehingga temperaturnya menjadi sama dengan temperature tendon yang telah kita pilih,
misalnya temperature T. Sekarang misalkan system di sentuhakan pada tendon itu, system
mengalami proses isotherm terbalikkan k → 𝑗, sehingga entropinya sama dengan semula.
Proses adiabat terbalikkan akhir 𝑗 → 𝑖 akan membawa system itu ke keadaan awalnya.

Perubahan entropi neto daur ulang ini adalah nol dan hanya terjadi ketika dua proses 𝑖 →
𝑓 𝑑𝑎𝑛 𝑘 → 𝑗 berlangsung. Akibatnya

(Sf – Si) + (Sj - Sk ) = 0

Jika ∆𝑆 menyatakan perubahan entropi yang berkaitan dengan bagian takterbalikkan dari daur

(∆𝑆 = 𝑆f - Si ), maka

∆𝑆 = 𝑆f - Sj

Satu-satunya pemindahan QR dalam daur ini terjadi selama proses isotherm 𝑘 → 𝑗 dengan

QR = TI(Sj – Sk)

Jumlah kerja neto W (neto) telah di lakukan dalam suatu daur dengan

W (neto) = QR
Jelaslah dari hokum kedua termodinamika bahwa kalor QR tidak bisa masuk ke dalam system
ini berarti QR tidak bisa positif karena jika hal ini terjadi kita akan mempunyai proses daur
yang tidak menghasilkan efek neto, melainkan hanya penyerapan kalor dari suatu tendon dan
kinerja sejumlah kerja yang setara dengan itu. Jadi, QR ≤ 0, dan

T(Sj – Sk) ≤ 0,

Dan akhirnya ∆𝑆 ≥ 0

2. Jika dianggap bahwa proses adiabat terbalikkan semula terjadi tanpa perubahan
entropi, kita bisa membawa system itu kembali ke i melalui satu proses adiabatic terbalikkan.
Lebih lanjut lagi, karena pemindahan kalor neto dalam daur ini nol, maka kerja netonya nol.
Jadi dalam kondisi ini, system dan lingkungannya dapat di pulihkan ke keadaan semula tanpa
menimbulkan perubahan apapun. Ini berarti proses semula terbalikkan. Karena ini
bertentangan dengan pernyataan semula, entropi system harus berubah. Jadi,

∆𝑆 > 0

3. Dimisalkan sistem tidak homogen dan temperatur maupun tekanannya tidak serba
sama, dan sistem mengalami proses adiabatik reversible. Dianggap sistem bisa dibagi
menjadi beberapa bagian dan kita bisa menentukan temperatur, tekanan, komposisi, dan
seterusnya untuk masing-masing bagian tergantung koordinatnya, maka kita dapat
mendefinisikan entropi sistem keseluruhan sebagai jumlahan dari entropi masing-masing
bagian. Jika dianggap bahwa kita dapat mengembalikan masing-masing bagian kembali ke
keadaan semula maka ∆S sistem keseluruhan adalah positif.

Kita harus mengambil dua anggapan, yaitu:

1. Entropi sistem boleh didefinisikan dengan cara membagi sistem menjadi bagian-
bagiannya dan menjumlah semua entropi dari bagian sistem ini,
2. Proses terbalikkan bisa diperoleh atau campuran dapat dipisahkan kembali serta reaksi
dapat berlangsung dalam arah yang berlawanan.

Kelakuan entropi semesta sebagai hasil proses jenis apapun.

Dapat dinyatakan: ∑ ∆s ≥0
I. Penerapan Prinsip Entropi dalam Teknik

Bila proses irreversible terjadi, entropi semesta bertambah.

1. Kita tinjau mesin kalor yang menjalani suatu daur sembarang seperti terlihat pada
gambar di bawah ini. Mesin mengambil kalor Q dari tandon pada temperatur TH
memberikan sejumlah kerja W, dan membuang kalor Q-W ke tandonyang lebih dingin
pada temperatur Tc. Menurut prinsip entropi,

∑ ∆s (semesta) = Q-W - Q ≥0
Tc TH

atau W ≤ Q – Tc Q ;
TH
𝑇𝑐
Sehingga W maks = Q (1 − (𝑇𝐻 )

Karena W maks/Q adalah efisiensi maksimum mesin yang mengambil sebuah kalor Q dari
tandon TH dan yang membuang kalor ke sebuah tandon pada Tc, dan karena 1- Tc/TH adalah
efisiensi mesin carnot maka didapat bahwa efisiensi maksimum setiap mesin yang bekerja
diantara sepasang tandon adalah efisiensi mesin efisiensi mesin Carnot yang bekerja di
antara pasangan tandon yang sama.

Tandon pada TH Tandon pada T

Q Q+W

W Pesawat
W
Pending
in
Q-W Q
Benda yang
Tandon pada Tc
temperaturnya
akan diturunkan
dari T1 ke T2
2. Misalkan kita ingin membekukan air atau mencairkan udara, maka kita turunkan
temperatur benda yang massanya berhingga dari T1 = T lingkungan ke T2 yang
dikehendaki.

Kita buat daftar perubahan entropi berikut:


∆s benda = S2 – S1
∆s zat pendingin = 0
Dan ∆s tandon = Q + W
T1
Dengan menerapkan prinsip entropi,

S2 – S1 + Q + W ≥ 0
T1
Sehingga W ≥ T1 (S1 – S2) – Q

Dapat disimpukan bahwa harga W terkecil adalah

W (min) = T1 (S1 – S2) – Q

J. Entropi dan energi tak tersedia

Misalkan sejumlah kalor Q dapat diambil dari sebuah tandon pada temperature T.
Dan kita ingin mengkonversikan kalor ini sebanyak mungkin menjadi kerja. Jika T0
temperature tandon terdingin yang kita miliki, maka

𝑇0
𝑊 (𝑚𝑎𝑘𝑠) = 𝑄( 1 − )
𝑇

Menyatakan jumlah energi maksimum yang tersedia untuk dijadikan kerja bila Q satuan kalor
diambil dari tandon bertemperature T. Jadi jelaslah bahwa setiap energi yang tinggal dalam
tandon T0 dan hanya bisa diambil dalam bentuk kalor. Kita dapat menegakkan dalil bahwa
bilamana proses tak terbalikkan terjadi, efek pada semesta sama dengan efek yang
ditimbulkan jika sejumlah energi tertentu dikonversikan dari bentuk yang sepenuhnya
tersedia untuk dijadikan kerja menjadi bentuk yang sama sekali tak tersedia untuk dijadikan
kerja. Jumlah energi E ini ialah T0 kali perubahan entropi semesta yang ditimbulkan oleh
proses tak terbalikan ini.

Misalkan kalor Q dihantarkan sepanjang batang dari daerah bertemperature T1 ke daerah


bertemperature T2. Setelah terjadi penghantaran, kita mempunyai kalor Q yang tersedia pada
temperature yang lebih rendah T2, dan jumlah kalor ini yang tersedia untuk kerja:
𝑇0
Kerja maksimum setelah penghantaran = 𝑄 (1 − 𝑇2)

Jika penghantaran tidak terjadi, kalor Q akan tersedia pada temperature yang lebih tinggi T1,
dan jumlah maksimum kerja yang bisa diperoleh ialah

𝑇0
Kerja maksimum sebelu penghantaran = 𝑄 ( 1 − )
𝑇1

Jelas, jumlah energi E yang menjadi tak tersedia untuk kerja ialah selisihnya

𝑇0 𝑇0
𝐸 = 𝑄 (1 − ) − 𝑄 (1 − )
𝑇1 𝑇2

𝑄 𝑄
= 𝑇0 ( 𝑇2 − 𝑇1)

= T0 ∆S

Kebenaran dalil itu telah untuk hal khusus mengenai penghantaran kalor. Karena kita tidak
bisa menangani semua proses takterbalikkan dengan cara yang sederhana, kita harus
mengambil pandangan yang lebih abstrak untuk menegakkan dalil itu secara umum.

Tinjaulah suatu gawai mekanis, misalnya benda yang tergantung atau pegas yang tertekan,
yang mampu melakukan kerja pada suatu sistem. Misalkan sistemnya bersentuhan dengan
sebuah tandon pada temperatur T merupakan lingkungan lokal dari sistem itu. Misalkan suatu
proses takterbalikkan terjadi sehingga gawai mekanis melakukan kerja W pada sistem, energi
internal sistem berubah dari Ui ke Uf dan kalor Q dipindahkan dari tandon ke sistem itu.
Menurut hukum pertama

𝑄 = 𝑈𝑓 − 𝑈𝑡 − 𝑊

Dan hukum kedua,

𝑆𝑓 − 𝑆𝑖 (sistem dan lingkungan lokal)>0

Sekarang kita ingin menimbulkan perubahan yang tepat sama dalam sistem dan lingkungan
lokal yang timbul akibat terjadinya proses takterbalikkan, tetapi hanya dengan proses
terbalikkan saja. Untuk melakukan hal itu, perlu pelayanan dari mesin carnot dan pesawat
pendingin yang harus dijalankan dalam hubungannya dengan gawai mekanis yang khusus
serta tandon yang khusus. Sebagai gawai mekanis yang khusus ini sebagaimana biasa kita
ambil benda yang bergantung atau pegas yang tertekan. Untuk tandon khusus, pilih
temperatur yang terendah katakan To. Ini meruoakan lingkungan bantunya. Dengan
pertolongan mesin Carnot yang cocok dan pesawat pendingin Carnot yang cocok yang
bekerja dalam daur, sehubungan dengan lingkungan bantunya, kita dapat menimbulkan pada
sistem dan lingkungan lokalnya, dengan proses terbalikkan saja, perubahan yang sama
dengan perubahan yang terjadi dalam proses takterbalikkan semula. Jika halini terlaksanakan,
perubahan entropi sistem dan lingkungan lokal sama saja dengan semula, karena prosesnya
berlangsung dari keadaan awal ke keadaan akhir yang sama. Namun lingkungan bantunya
mengalami perubahan entropi semesta selama proses terbalikkan berlangsung adalah nol.

Karena perubahan enropi sistem dan lingkungan lokalnya adalah positif, perubahan
entropi lingkungan bantunya negatif. Jadi tandon temperatur T0 harus memberikkan sejumlah
kalor, katakan E. Karena tidak ada energi tambahan yang muncul dalam sistem dan
lingkungan lokal, maka enregi E telah diubah menjadi kerja pada gawai mekanis bantu. Jadi
kita dapatkan hasil bahwa bila perubahan yang sama dengan perubahanyang dihasilkan
dalam sistem dan lingkungan lokal melalui proses tak terbalikkan dilaksanakansecara
terbalikkan, sejumlah energi E meninggalkan tandon bantu yang bertemperatur To dalam
bentuk kalor, dan muncul dalam bentuk kerja pada gawai mekanis bantunya. Dengan kata lain
energi E dikonversikan dari bentuk yang sama sekali tak tersedia ke dalam bentuk yang
sepenuhnya tersedia untuk kerja. Karena proses semula tidak dilakukan secara terbalikkan,
energi E tidak diubah menjadi kerja, jadi E adalah energi yang taktersedia-untuk-kerja yang
timbulkan akibat dilaksanakannya proses takterbalikkan.

Dengan mudah kita dapat menghitung energi yang menjadi taktersedia selama proses
takterbalikkan. Jika perubahan yang sama dilaksanakan secara terbalikkan, perubahan entropi
sistem dan lingkungan lokalnya sama seperti sebelumnya, yaitu 𝑆𝑓 − 𝑆𝑖 . Perubahan entropi
lingkungan bantu sama dengan perubahan entropi tandon bantu yang timbul karena
pembuangan E satuan kalor pada temperatur T0 , yaitu –E/T0. Karena jumlah perubahan
entropi dari sistem, lingkungan lokal, dan lingkungan bantuannya nol, maka:

𝐸
𝑆𝑓 − 𝑆𝑖 − = 0;
𝑇0

Sehingga 𝐸 = 𝑇0 (𝑆𝑓 − 𝑆𝑖 )
Jadi energi yang menjadi taktersedia-untuk-kerja ketika proses tak terbalikkan berlangsung
adalah T0 kali perubahan entropi semesta yang ditimbulkan oleh proses tak terbalikkan itu.
Karena tiak ada energi yang menjadi taktersedia-untuk-kerja ketika proses terbalikkan
berlangsung maka kerja maksimum diperoleh ketika proses terbalikkan berlangsung.

karena proses takterbalikkan terus menerus berlangsung dalam alam, maka energi terus
menerus berubah menjadi bentuk yang tersedia-untuk-kerja. Kesimpulan yang dikenal
sebagai prinsip degradasi energi yang mula-mula dikembangkan oleh Kelvin menyajikan
tafsiran fisis penting mengenai perubahan entropi semesta. Perlu dipahami bahwa energi yang
menjadi tak tersedia-untuk-kerja bukanlah energi yang hilang. Hukum pertama selalu
berlaku. Energi hanya ditransformasi dari satu bentuk ke bentuk lainnya.

K. Entropi dan ketakteraturan

Seperti yang telah diketahui konsep kerja yang dipakai dalam termodinamika adalah
konsep mikroskopik, jadi harus berkesinambungan dengan koordinat makroskopik.
Ketidakteraturan gerak molekul yang melawan gaya antar molekul tidak termasuk dalam
sistem kerja karna sistem kerjanya hanya mengangkut gerak yang teratur saja. Jika energi
dibebaskan menjadi energi internal maka gerak yang tak beraturan molekul semakin
bertambah. Jadi, saat lesapan isoterm atau adiabat menjadi energi internal berlangsung, gerak
rambat molekul dari tandon akan bertambah. Dengan demikian proses tersebut terjadi
pengangkutan transisi dari keteraturan menuju ketidakteraturan. Dapat kita simpulkan bahwa
semua proses alamiah didapatkan kecenderungan alam untuk mengikuti proses menuju ke
keadaan yang ketidakteraturannya lebih besar. Dengan kata lain, dapat dinyatakan pula
bahwa entropi sistem atau tandon adalah ukuran derajat kerambangan molekular yang ada
dalam sistem atau tandon. Dan kerambangan suatu sistem dapat dihitung dari teori peluang
dan diungkapkan sebagai kuantitas Ω yang dikenal sebagai peluang termodinamik.

Hubungan antara entropi dan kerambangan :

S = Tetapan In Ω

Dengan persamaan diatas menunjukkan bahwa entropi dalam keadaan tak setimbang yang
bersesuaian dengan derajat kerambangan tertentu, jadi bersesuaian dengan entropi tertentu.
L. Entropi dan arah ; entropi mutlak

Suatu proses selalu berlangsung dalam arah yang menimbulkan pertambahan entopi
semesta. Dalam sistem terisolasi , entropi sistem cenderung bertambah. Jadi untuk mencari
keadaan setimbang sistem yang terisolasi kita hanya perlu menjadikan entropi sebagai fungsi
koordinat tertentu . dan bila sistem tidak terisolasi, maka ia harus mempertahankan
temperatur dan tekanannya tetap sehingga nantinya akan terjadi perubahan entropi lain. Kita
juga dapat membuat tabel entropi karna didalamnya nanti terdapat banyak gambar keadaan
sistem yang bermacam – macam dengan bilangan yang sesuai dan nantinya akan didapatkan
keadaan baku mutlak dari suatu sistem sehingga dalam keadaan itu entropinya nol dan
didapatkan perubahan entropi dari keadaan nol ke setiap keadaan lain yang menggambarkan
keadaan mutlak dari entropi.

Plank mengemukakan bahwa entropi kristal tunggal suatu unsur murni pada temperatur nil
harus diambil nol. Namun, entropi nol mempunyai implikasi statistik yang menyatakan
secara kasar bahwa dalam keadaan itu tidak ada ketakteraturan molekular , anatomik,
elektronik, dan nuklir.

M. Aliran entropi dan produksi entropi

Tinjaulah penghantar kalor sepanjang kawat tembaga yang terletak antara tandon yang panas
pada temperatur 𝑇1 dan tandon yang lebih dingin pada 𝑇2 .

Andaikanlah arus kalor atau laji aliran kalor di lambangkan dengan 𝐼𝑄 . Dalam tiap satuan
waktu , tendon yang panas mengalami entropi 𝐼𝑄 /𝑇1 dan kawat tembaga mengalami
perubahan entropi. Hal ini di sebutkan karena sekali kawat itu mencapai keadaan tunak,
koordinat termodinamikanya tidak mengalami perubahan , dan tendon yang lebih dingin
mengalami kenaikan entropi 𝐼𝑄 / 𝑇1 . Perubahan entropi semeata tiap satuan waktu ialah 𝐼𝑄 /
𝑇2 - 𝐼𝑄 /𝑇1 yang tentu saja positif.

Namun, proses ini dapat dilihat dari sudut pandang yang perhatiannya terpusat pada kawat,
dan buka pada semesta. Karena tendon yang panas mengalami penurunan entropi,k ita dapat
mengatakan bahwa tendon kehilangan entropi melalui kawat, atau terjadi aliran entropi
melalui kawat sebesar 𝐼𝑄 / 𝑇1 per satuan waktu. Karena tendon yang lebih dingin mengalami
kenaikan entropi , dapat dinyatakan tendon ini mengambil entropi dari kawat , atau terdapat
aliran entropi yang keluar dari kawat yang sama dengan 𝐼𝑄 / 𝑇2 per satuan waktu. Tetapi 𝐼𝑄 /
𝑇2 lebih besar dari 𝐼𝑄 /𝑇1 , sehingga pandangan ini membawa pada suatu situasi yang
menyatakan bahwa aliran entropi yang keluar dari kawat melebihi yang masuk. Jika kita
dapat menganggap entropi sebagai kuantitas yang dapat mengalir, kita perlu mengaggap
bahwa entropi dihasilkan atau ditimbulkan di dalam kawat tersebut dengan laju yang cukup
untuk mengimbangi perbedaan antara laju keluar dan laju masuk. Jika laju produksi entropi
didalam kawat dapat ditulis ds / dτ , kita dapatkan
𝑑𝑠 𝐼 𝐼 𝑇1− 𝑇2
= 𝑇𝑄 - 𝑇𝑄 = 𝐼𝑄
𝑑τ 2 1 𝑇1 .𝑇2

Jika temperature tandonnya T+ ∆T dan T , sehingga hanya terdapat pada perbedaan


temperature yang kecil antara kedua ujung kawat itu, maka,
𝑑𝑠 ∆𝑇 𝐼𝑄 ∆𝑇
= 𝐼𝑄 𝑇2 =
𝑑τ 𝑇 𝑇

Karena 𝐼𝑄 menyatakan arus kalor, kita dapat menafsirkan 𝐼𝑄 / T sebagai arus entropi , atau
𝐼𝑄
𝐼𝑠 = 𝑇

Jika, dapatkan hasil yang menyatakan bahwa jika kalor di hantarkan sepanjang kawat yang
perbedaan temperature kedua ujungnya ∆𝑇 entropi mengalir melalui kawat dengan laju𝐼𝑠 dan
timbul didalam kawat dengan laju
𝑑𝑠 ∆𝑇
=𝐼𝑠
𝑑τ 𝑇

Sekarang andaikan ada beda potensial, ∆𝜀 , antara kedua ujung kawat yang menyebabkan
arus listrik I tetap mengalir pada kawat yang sama yang bersentuhan dengan tendon
bertemperatur T. Energi listrik I ∆𝜀 dibuang dalam kawat tiap satuan waktu dank kalor
I ∆𝜀
keluar dari kawat dengan laju I ∆𝜀. Perubahan entropi semesta per satuan waktu ialah
𝑇
yang merupakan bilangan positif. Produksi entropi dalam kawat terjadi dengan laju

𝑑𝑠 ∆𝜀
=𝐼
𝑑τ 𝑇
Entropi di timbulkan dalam kawat oleh aliran kalor dan aliran listrik dengan laju
𝑑𝑠 ∆𝑇 ∆𝜀
= 𝐼𝑠 +I
𝑑τ 𝑇 𝑇

Anda mungkin juga menyukai