Anda di halaman 1dari 23

PROSES PENGERINGAN PADA BETON

Disusun Oleh :
Nama :Niko Yuga Ade Putra
NPM :171130020
Jurusan :Teknik Sipil
Mata Kuliah : Kimia Dasar

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI JAKARTA


2017/2018
Proses pengeringan pada beton

Proses Pengeringan Cor Beton & Cara Perawatannya

Meskipun telah dicetak dengan kualitas mutu terbaik, produk beton harus tetap
disimpan dengan baik agar saat dipasang kualitas mutunya tidak berkurang. Merawat beton
setelah proses pengeringan menjadi tahap yang perlu diperhatikan oleh pabrik.

Setidaknya, setelah proses produksi beton harus terlindung dari hal ini agar kualitas
mutunya tetap terjaga:

1. Gangguan mekanis

2. Proses pengeringan yang terlalu cepat akibat suhu yang terlalu panas

Ada banyak hal yang dapat menyebabkan beton rusak akibat gangguan mekanis. Biasanya
kesalahan ini dilakukan oleh pabrik karena ia salah dalam perhitungan waktu proses
produksi.

Misalnya saja, bekisting yang terpasang pada beton dibongkar terlalu cepat. Seharusnya
sebelum melakukan bekisting, pabrik terlebih dahulu mengetahui umur beton yang cukup
sehingga tidak akan menyebabkan kerusakan ketika bekisting diobngkar. Dalam
membongkar bekisting kayu pun harus diusahakan ia dalam kondisi basah. Hal ini dapat
mengurangi resiko terbukanya sambungan-sambungan kayu dan pengeringan
beton.Pembongkaran bekisting harus dilaksanakan dengan hati-hati.
Sedangkan untuk proses pengeringan yang terlalu cepat, anda dapat melakukan
perawatan khusus dengan bantuan air. Perawatan dengan air ini sebaiknya segera dilakukan
setelah beton mulai mengeras atau sebelum terjadi retak susut basah.

Perawatan dengan air ini dilakukan dengan cara menyelimutinya dengan bahan
lembaran yang menyerap air yang harus dibuat jenuh air dahulu. Proses ini biasanya akan
memakan waktu minimal 7 hari. Semua bahan perawatan dan lembaran harus dipastikan
menempel pada permukaan beton.

Perawatan lain yang dapat anda lakukan yakni menggunakan membran cair. Anda
baru dapat melakukan perawatan dengan membran cair ketika permukaan beton segera
sesudah air sudah meninggalkan permukaan atau dalam kondisi kering. Anda harus membuat
pelindung sebelum lapisan membran cukup kering, hal ini berguna melindungi beton ketika
hujan tiba-tiba turun. Ketika lapisan membran rusak maka anda harus melakukan perawatan
dari awal kembali dengan memberikan pelapisan ulang.

Perawatan yang lain Anda dapat menggunakan selimut kedap air, metode ini berguna
untuk menjaga permukaan beton sehingga tidak kehilangan kelembaban air di permukaan
nya. Kondisi beton yang dipasang selimut kedap air harus basah. Menggunakan selimut
kedap air merupakan cara perawatan beton terbaik karena ia aman walaupun tertiup angin
atau terjadi kerusakan pada bagian lembaran selimut saat proses perawatan berlangsung.

Ada lagi proses perawatan beton dengan teknik form in place, teknik ini dilakukan
dengan cara mempertahankan cetakan sebagai dinding penahan pada tempatnya selama
waktu yang diperlukan beton dalam proses perawatan. Atau Anda juga bisa menggunakan
perawatan dengan uap, perawatan dengan uap harus dilaksanakan secara terus-menerus
sampai kondisi beton mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton yang berumur 28 hari.

Campuran Untuk Mempercepat Proses Pengeringan Beton

Material beton memiliki beberapa campuran tambahan atau biasa disebut chemical
additive, dan campuran tambahan yang berupa serbuk atau cair. Material ini akan
mempengaruhi kondisi mutu beton yang akan dihasilkan nanti

Ada beberapa bahan pembentuk beton yang dapat mempercepat dan memperlambat
proses pengeringan. Campuran tambahan yang direkomendasikan untuk mempercepat proses
pengeringan beton adalah plasticizer / water reducing admixtures. Cara kerja campuran beton
ini adalah mengurangi kadar air dengan konsistensi tertentu untuk mempercepat waktu
pengeringan beton

Sedangkan untuk memperlambat proses pengeringan beton Anda bisa memanfaatkan


retarder. Reporter merupakan bahan kimia tambahan yang dapat memperlambat waktu
pengeringan yang biasa digunakan saat pengecoran dalam kondisi alam atau memanfaatkan
cuaca sangat panas. Retarder komposisi campuran air yang lebih untuk mempertahankan
kekentalan beton.

Bahan Tambah untuk Campuran Beton

Bahan tambah (admixture) adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan,
yang ditambahkan ke dalam campuran adukan beton selama pengadukan, dengan
tujuan untuk mengubah sifat adukan atau betonnya. (Spesifikasi Bahan
Tambahan untuk Beton, SK SNI S -18-1990-03).

Berdasarkan ACI (American Concrete Institute), bahan tambah adalah


material selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beton
atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan berlangsung.

Penambahan bahan tambah dalam sebuah campuran beton atau mortar


tidak mengubah komposisi yang besar dari bahan lainnya, karena penggunaan
bahan tambah ini cenderung merupakan pengganti ata u susbtitusi dari dalam
campuran beton itu sendiri. Karena tujuannya memperbaiki atau mengubah sifat
dan karakteristik tertentu dari beton atau mortar yang akan dihasilkan, maka
kecenderungan perubahan komposisi dalam berat -volume tidak terasa secara
langsung dibandingkan dengan komposisi awal beton tanpa bahan tambah.
Penggunaan bahan tambah dalam sebuah campuran beton harus
memperhatikan standar yang berlaku seperti SNI (Standar Nasional Indonesia),
ASTM (American Society for Testing and Materials) atau A CI (American
Concrete Institute) dan yang paling utama memperhatikan petunjuk dalam
manual produk dagang.

Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan
menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan
bahan tambah yang bersifat mineral (additive).

Chemical admixtures (bahan tambah kimia)

Menurut standar ASTM , terdapat 7 jenis bahan tambah kimia, yaitu:

Tipe A, Water-Reducing Admixtures

Tipe B, Retarding Admixtures

Tipe C, Accelerating Admixtures

Tipe D, Water Reducing and Retarding Admixtures

Tipe E, Water Reducing and Accelerating Admixtures

Tipe F, Water Reducing, High Range Admixtures

Tipe G, Water Reducing,High Range Retarding Admixtures

a. Water-Reducing Admixtures (Plasticizer)

Water-Reducing Admixtures adalah bahan tambah yang mengurangi air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu. Bahan tambah ini biasa
disebut water reducer atau plasticizer.

Plasticizer dapat digunakan dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Kadar semen tetap, air dikurangi


Cara ini untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau faktor air
semen (fas) yang rendah. Dengan faktor air semen yang rendah akan meningkatkan
kuat tekan beton. Dengan penambahan plasticizer, walaupun fas rendah, beton tetap
memiliki sifat workabilitas yang baik.
2. Kadar semen tetap, air tetap
Cara ini untuk memproduksi beton dengan slump yang lebih tinggi. Tingginya
nilai slump akan memudahkan penuangan adukan.
3. Kadar semen dikurangi, faktor air semen tetap
Cara ini dilakukan untuk memperoleh beton dengan penggunaan semen yang
lebih sedikit, sehingga mengurangi biaya.

Komposisi dari plasticizer diklasifikasikan secara umum menjadi 5 kelas:

1. Asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam


2. Modifikasi dan turunan asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam
3. Hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya
4. Modifikasi hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya

Berdasarkan prosentase pengurangan jumlah air, plasticizer/water reducer dibedakan menjadi


3 macam:

1. Normal water reducer : Penggunaan jenis ini mampu mengurangi air antara 5 – 10%.
2. Mid-range water reducer : Penggunaan jenis ini mengurangi air antara 10 – 15%.
3. High-range water reducer : Jenis ini biasa disebut superplasicizers, mampu
mengurangi air antara 20 – 40%.

Mekanisme adanya penambahan plasticizer dapat dijelaskan sebagai berikut:

Senyawa diserap oleh bidang muka antara air dengan zat padat. Partikel padat tersebut
mengandung muatan sisa pada permukaannya dapat positif, negatif ataupun keduanya. Pada
pasta semen, akibat perbedaan muatan tersebut, partikel dengan muatan berbeda yang
posisinya berdekatan menyebabkan gaya elektrostatik, selanjutnya partikel mengalami
flokulasi/ penggumpalan. Sejumlah air diikat oleh gumpalan tersebut dan diserap pada
permukaan padat, sedang sedikit air yang tersisa mampu mengurangi viskositas/kekentalan
pada pasta dan juga pada beton. Molekul pada plasticizer berfungsi menetralisir muatan pada
permukaan atau membuat seluruh permukaan tersebut bermuatan seragam. Kemudian
partikel tersebut saling tolak menolak (tidak lagi saling tarik menarik), sehingga semua
partikel saling berpencar/dispersi dalam pasta. Hal ini membuat sebagian besar air mampu
untuk mengurangi viskositas pada semen dan beton. Interaksi pada permukaan ini hampir
pasti diketahui terjadi pada partikel semen, dan dapat pula terjadi pada fraksi terhalus dari
agregat halus.
Contoh produk plasticizer:

1. Plastiment NS
Produk ini dikeluarkan oleh Sika, dengan bahan dasar polimer padat. Plastiment NS
memenuhi standar ASTM C-494 Tipe A dan AASHTO M-194 Tipe A. Plastiment NS
direkomendasikan untuk digunakan pada aplikasi beton kualitas tinggi dengan
peningkatan kuat tekan awal dan waktu ikatan normal. Produk ini dapat mengurangi
air sampai dengan 10% untuk memperoleh beton yang mudah dikerjakan dengan kuat
tekan dan kuat lentur yang lebih tinggi. Dosis yang digunakan adalah 130 – 265 ml
untuk tiap 100 kg semen.
2. Plastocrete 161W
Merupakan produk Sika dengan bahan polimer dan telah memenuhi persyaratam
ASTM C-494 Tipe A. Direkomendasikan untuk digunakan pada beton kualitas tinggi
dengan workabilitas sangat baik dan waktu ikatan cepat. Plastocrete 161W
memberikan hasil yang optimal apabila dikombinasikan dengan fly ash (abu terbang).
Dosis yang digunakan adalah 195 – 650 ml/100 kg semen.
3. Plastocrete 169
Produk Sika dengan tujuan ganda, yaitu sebagai reducer dan retarder. Produk
ini telah memenuhi syarat ASTM C-494 Tipe A. Digunakan untuk beton normal dan
memerlukan retarder. Tujuan ganda Plastocrete 169 sebagai water reducer normal dan
set retarder memberikan fleksibilitas yang tinggi pada penggunaannya dan dapat
dikombinasikan untuk meningkatkan kualitas maupun nilai ekonomis. Apabila
digunakan untuk reducer, digunakan dosis 261-391 ml/100 kg semen. Apabila
digunakan sebagai set retarder, dosis 390-520 ml/100 kg berat semen.
4. Viscocrete 4100
Merupakan produk Sika yang digunakan sebagai high range water reducer dan
superplasticizer. Produk ini telah memenuhi syarat ASTM C-494 Tipe A dan F.
Bahan tambah ini dapat digunakan dengan dosis rendah untuk mengurangi air antara
10-15% dan apabila digunakan dengan dosis tinggi mampu mengurangi air hingga
40%. Produk ini dapat digunakan untuk Self Compacting Concrete (SCC) karena
dapat memberikan workabilitas yang tinggi. Viscocrete 4100 tidak mengandung
formaldehid dan kalsium klorida serta tidak menyebabkan korosi pada tulangan baja.
Untuk tujuan umum dosis yang direkomendasikan sebanyak 195-520 ml/100 kg
semen. Apabila diinginkan pengurangan air secara maksimum, dosisnya dapat
mencapai 780 ml/100 kg semen.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan bahan tambah ini adalah air yang
dibutuhkan, kandungan air, konsistensi, bleeding, dan kehilangan air pada saat beton
segar, laju pengerasan, kekuatan tekan, dan lentur, ketahanan terhadap perubahan
volume, susut pada saat pengeringan. Berdasarkan hal tersebut, menjadi hal penting
untuk melakukan pengujian sebelum pelaksanaan pencampuran terhadap bahan
tambah tersebut.

Pengaruhnya pada beton:


1. Kekuatan Tekan: Tegangan tekan beton bertambah karena adanya
pengurangan air, hal ini dikarenakan faktor a/s (air semen) berkurang.
Penambahan kekuatan diperkirakan ± 10%.
2. Setting Time: Dengan adanya water reducing admixture, setting time dari
campuran beton tidak berubah.
3. Workability: Bila tidak ada perubahan faktor air semen (a/s), water reducing
menambah workability beton. Untuk slump awal 25-75 mm dapat ditambah
dengan 50-60 mm.
4. Loss Slump: Tingkat kecepatan penurunan slump beton yang berisi air water
reducing admixture umumnya sama atau lebih besar dari beton biasa.
Dimana bila digunakan water reducing admixture (WRA) akan menambah
workability dan waktu pencampuran.
5. Air Entrainment: Dengan bahan dasar Lignosulphonate cenderung
meningkatkan jumlah kadar udara tapi tidak melampaui 2%. Bahan
dasar Salt hydroxy carboxylic dan Polysacharides tidak menambah kadar
udara dan bahkan sering mengurangi kadar udara.
6. Panas Hidrasi: Panas hidrasi tidak terpengaruh dengan adanya penggunaan
WRA.
7. Perubahan Bentuk: Perubahan bentuk (volume change) tidak terpengaruh
dengan adanya WRA.
8. Durability: Durabilitas tidak terpengaruh dengan adanya WRA kecuali airnya
dikurangi yang menyebabkan beton lebih padat dan impermeabel.

b. Tipe B “Retarding Admixtures”


Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk menghambat waktu
pengikatan beton. Penggunaanya untuk menunda waktupengikatan beton (setting
time) misalnya karen kondisi cuaca yang panas, atau memperpanjang waktu untuk
pemadatan untuk menghindari cold joints dan menghindari dampak penurunan saat
beton segar pada saat pengecoran dilaksanakan.
Bahan tambah dengan fungsi retarding digunakan dengan tujuan utama menunda
waktu initial dan final setting dari adukan beton segar, dan mempertahankan
workability beton pada cuaca panas, pada umumnya digunakan jika :

 pelaksanaan pengecoran mempunyai tingkat kesulitan cukup tinggi sehingga


memerlukan waktu pelaksanaan yang lebih lama dari waktu setting beton
normal

 lokasi batching plant yang cukup jauh

 kondisi lalu lintas yang dilalui oleh mobile mixer tidak lancar

 pengecoran dengan kondisi cuaca panas yang berpotensi mengakibatkan


kehilangan kelembaban lebih cepat

 proses finishing yang memerlukan waktu yang lebih lama sehingga waktu
setting beton yang lebih lama diperlukan

Penggunaan bahan tambah ini harus memperhatikan waktu penutupan permukaan


beton (sealing dan troweling) tidak boleh terburu-buru karena proses initial setting
dan bleeding yang lebih lambat dari beton normal, supaya memastikan proses
bleeding sudah sepenuhnya selesai sebelum dilakukan penutupan permukaan beton
(sealing dan trowelling).

Efek dari penggunaan retarding admixture yang perlu diwaspadai, antara lain :

 beberapa retarder mempunyai sifat menimbulkan gelembung udara dalam


beton

 beberapa retarder menyebabkan kehilangan slump yang lebih cepat walaupun


menyebabkan waktu setting yang lebih lambat memperbesar resiko susut
pengeringan dan rangkak yang lebih tinggi

c. Tipe C “Accelerating Admixtures”


Accelerating Admixtures adalah bahan tambah yang berfunsi untuk
mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton. Bahan ini
digunkan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan (hidrasi), dan mempercepat
pencapaian kekuatan beton.
Bahan tambah dengan fungsi accelerating digunakan dengan tujuan utama
mendapatkan kekuatan awal yang lebih tinggi pada beton yang dikerjakan, misalkan
jika elemen struktur beton yang diperlukan untuk segera dibebani oleh pekerjaan
berikutnya dalam kaitan dengan waktu pelaksanaan yang ketat.
Penggunaan bahan tambah ini harus memperhatikan kadar ion klorida terlarut dalam
beton keras yang disyaratkan, tidak boleh terlewati -- karena beresiko menimbulkan
korosi pada besi atau baja tulangan.

Penggunaan bahan tambah ini harus memperhatikan dengan seksama waktu setting
yang lebih cepat dan curing yang dilakukan harus sesempurna mungkin untuk
mencapai kekuatan awal yang diinginkan lebih tinggi.

Secara umum, kelompok bahan tambah ini dibagi menjadi tiga:


1) Larutan garam organic
2) Larutan campuran organic
3) Material miscellaneous

Yang termasuk jenis accelerator adalah : kalsium klorida, bromide, karbonat dan
silikat. Pada daerah-daerah yang menyebabkan korosi tinggi tidak dianjurkan
menggunakan accelerator jenis kalsium klorida. Dosis maksimum yang dapat
ditambahkan pada beton adalah sebesar 2 % dari berat semen.

Admixture yang mempercepat proses pengerasan atau pertumbuhan kekuatan pada


umur dini dari beton. Admixture ini sebenarnya tidak mempunyai efek tertentu
terhadap setting time sekali pun demikian, dalam praktek, setting time juga berkurang.

Yang biasa digunakan sebagai accelerator : Calcium Chlorida (CaCl 2 )

CaCl 2 mungkin bertindak sebagai katalisator di dalam proses hidrasi C3S dan C 2 S
atau berfungsi sebagai pereduksi sifat alkalinitas dari larutan sehingga mempercepat
hidrasi silikat. Dengan menggunakan CaCl 2 proses hidrasi C 3A diperlambat , tetapi
proses hidrasi normal dari semen tidak berubah. CaCl 2 dapat ditambahkan untuk
digunakan bersama semen tipe III (rapid hardening) dan juga semen biasa/ Ordinary
Portland Cement (tipe I). CaCl 2 tidak boleh digunakan dengan semen yang
mempunyai kandungan alumina yang tinggi. Jumlah CaCl 2 yang ditambahkan pada
campuran harus dikontrol secara hati-hati. Asumsi :

Penambahan 1 % CaCl 2 (terhadap massa semen) mempengaruhi kecepatan


pengerasan seperti kenaikan temperatur sebesar 6º C. Penambahan 1- 2% CaCl 2
umumnya cukup. CaCl 2 harus terdistribusi secara seragam pada campuran di
larutkan pada air pencampur. Pengaruh CaCl 2 menurunkan daya tahan terhadap
serangan sulfat terutama untuk campuran kurus (lean mix) dan meningkatkan resiko
reaksi alkali – agregat bagi agregat yang reaktif. Kemungkinan korosi tulangan pada
beton bertulang menjadi besar dengan adanya ion chlorida Cl pada campuran.
Accelerator yang tidak mempunyai resiko ini: Calcium formate.

d. Tipe D “Water Reducing and Retarding Admixtures”


Water Reducing and Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi
ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan
beton dengan konsistensi tertentu dan menghambat pengikatan awal.
Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi jumlah air
pengaduk yang diperlukan pada beton tetapi tetap memperoleh adukan dengan
konsistensi tertentu sekaligus memperlambat proses pengikatan awal dan pengerasan
beton. Dengan menambahkan bahan ini ke dalam beton, maka jumlah semen dapat
dikurangi sebanding dengan jumlah air yang dikurangi. Bahan ini berbentuk cair
sehingga dalam perencanaan jumlah air pengaduk beton, maka berat admixture ini
harus ditambahkan sebagai berat air total pada beton.

e. Tipe E “Water Reducing and Accelerating Admixtures”


Water Reducing and Accelerating Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi
ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan
beton dengan konsistensi tertentu dan menghambat pengikatan awal.
Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi jumlah air
pengaduk yang diperlukan pada beton tetapi tetap memperoleh adukan dengan
konsistensi tertentu sekaligus mempercepat proses pengikatan awal dan pengerasan
beton. Beton yang ditambah dengan bahan tambah jenis ini akan dihasilkan beton
dengan waktu pengikatan yang cepat serta kadar air yang rendah tetapi tetap
workable. Dengan menggunakan bahan ini diinginkan beton yang mempunyai kuat
tekan tinggi dengan waktu pengikatan yang lebih cepat (beton mempunyai kekuatan
awal yang tinggi).
Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan mempercepat
proses ikatan. Pengaruhnya pada beton:
1. Kekuatan. Pada saat accelerator mencapai peningkatan kekuatan awal beton,
pengaruh kekuatan beton dapat diabaikan. Jika bahan water reducing
dicampur accelerator, keuntungan kekuatan jangka panjang akan diapat
berhubungan langsung dengan penurunan rasio air-semen (a/s).
2. Setting Time. Setting time beton yang mengandung accelerator lebih pendek
daripada beton biasa yang tidak mengandung accelerator. Pengaruh kalsium
klorida pada setting time lebih besar daripada kalsium format.
3. Workability. Baik kalsium klorida dan kalsium format memberikan sedikit
peningkatan dalam workabilitas. Peningkatan yang lebih besar dalam
workabilitas dapat diperoleh dengan kombinasi accelerator dengan bahan
water reducing.
4. Air Entrainment. Hampir semua accelerator tidak mengandung derajat air
entrainment.
5. Bleeding. Admixture accelerator tidak mempengaruhi bleeding.
6. Panas Hidrasi. Accelerator meningkatkan tingkatan panas yang dihasilkan
dan memberikan kenaikan temperature yang lebih besar daripada campuran
bahan biasa. Total panas hidrasi tidak mempengaruhi.
7. Perubahan Volume. Kalsium klorida meningkatkan creep maupun drying
shrinkage. Kalsium format meningkatkan drying shrinkage tetapi data yang
ada menunjukkan ada sedikit pengaruh pada creep.
8. Durability. Kalsium klorida mempunyai kemampuan memecahkan pasivity
alamiah yang diberikan beton dengan menggunakan semen portland, dengan
demikian akan memperbesar korosi pada baja atau logam tertanam.
Bahan tambah dengan fungsi water reducing + retarding digunakan dengan tujuan
utama untuk menambah kekuatan beton karakteristik jangka panjang. Penggunaan
bahan tambah ini pada umumnya tidak mengubah kadar semen dan komposisi agregat
yang digunakan pada desain mix untuk beton normal yang direncanakan

f. Tipe F “Water Reducing High Range Admixtures”


Water Reducing High Range Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan
kondisi tertentu, sebanyak 12% atau lebih.
Bahan tambah dengan fungsi HRWR digunakan untuk mendapatkan tingkat
konsistensi yang diinginkan atau ditetapkan spesifikasi dengan mengurangi berat air
sebesar 12% atau lebih (sampai 40%). Tujuan dan penggunaannya sama dengan
bahan tambah tipe A dengan pengurangan berat air > 12%. HRWR atau bahan tambah
tipe F pada umumnya diaplikasikan atau dicampurkan di lokasi pengececoran.
Dengan menmbahkan bahan ini ke dalam beton, diinginkan untuk mengurangi jumlah
air pengaduk dalam jumlah yang cukup tinggi sehingga diharapkan kekuatan beton
yang dihasilkan tinggi dengan jumlah air sedikit, tetapi tingkat kemudahan pekerjaan
(workability beton) juga lebih tinggi. Bahan tambah jenis ini berupa superplasticizer.
Yang termasuk jenis superplasticizer adalah : kondensi sulfonat melamine
formaldehyde dengan kandungan klorida sebesar 0,005 %, sulfonat nafthalin
formaldehyde, modifikasi lignosulphonat tanpa kandungan klorida. Jenis bahan ini
dapat mengurangi jumlah air pada campuran beton dan meningkatkan slump beton
sampai 208 mm. Dosis yang dianjurkan adalah 1 % - 2 % dari berat semen.
Superplasticizer adalah zat-zat polymer organik yang dapat larut dalam air yang telah
dipersatukan dengan menggunakan proses polymerisasi yang komplek untuk
menghasilkan molekul-molekul panjang dari massa molecular yang tinggi. Molekul-
molekul panjang ini akan membungkus diri mengelilingi partikel semen dan
memberikan pengaruh negatif yang tinggi sehingga antar partikel semen akan saling
menjauh dan menolak. Hal ini akan menimbulkan pendispersian partikel semen
sehingga mengakibatkan keenceran adukan dan meningkatkan workabilitas.
Perbaikan workabilitas ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan beton dengan
workability yang tinggi atau menghasilkan beton dengan kuat tekan yang tinggi.
Bahan ini merupakan sarana untuk menghasilkan beton mengalir tanpa terjadi
pemisahan (segregasi/ bleeding) yang umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air
yang besar, maka bahan ini berguna untuk pencetakan beton di tempat-tempat yang
sulit seperti tempat pada penulangan yang rapat.
Superplasticizer dapat memperbaiki workabilitas namun tidak terpengaruh besar
dalam meningkatkan kuat tekan beton untuk faktor air semen yang diberikan. Namun
kegunaan superplasticizer untuk beton mutu tinggi secara umum sangat berhubungan
dengan pengurangan jumlah air dalam campuran beton. Pengurangan ini tergantung
dari kandungan air yang digunakan, dosis dan tipe dari superplasticizer yang dipakai.
(L.J. Parrot, 1998).
Superplasticizer tidak akan menjadikan “encer” semua campuran beton dengan
sempurna, oleh karenanya campuran harus direncanakan untuk disesuaikan.
Untuk meningkatkan workability campuran beton, penggunaan
dosis superplasticizer secara normal berkisar antara 1-3 liter tiap 1 meter kubik beton.
Larutan superplasticizer terdiri dari 40% material aktif. Ketika superplasticizer
digunakan untuk mengurangi jumlah air, dosis yang digunakan adalah lebih besar, 5
sampai 20 liter tiap 1 meter kubik beton. (Neville, 1995)
Menurut (Edward G Nawy, 1996). Superplasticizer dibedakan menjadi 4 jenis:
1. Koondensasi sulfonat melamin formaldehyde (SMF) dengan kandungan
klorida sebesar 0,005%.
2. Sulfonat nafthalin formaldehid (SNF) dengan kandungan klorida yang dapat
diabaikan.
3. Modifikasi lignosulfonat tanpa kandungan klorida.
4. Carboxyl acrylic ester copolymer.
Keempat jenis bahan tambahan ini terbuat dari sulfonat organik dan disebut
superplasticizer karena bahan ini dapat mengurangi air pada campuran beton
sementara slump beton bertambah sampai 8 in (208 mm) atau lebih. Bahan-bahan ini
digunakan untuk menghasilkan beton “mengalir” tanpa terjadinya pemisahan yang
tidak diinginkan dan umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air yang besar untuk
meningkatkan kekuatan beton, karena memungkinkan pengurangan kadar air guna
mempertahankan workabilitas yang sama.
Jenis SMF dan SNF yang disebut garam sulfonik lebih sering digunakan karena lebih
efektif dalam mendispersikan butiran semen, juga mengandung unsur-unsur yang
memperlambat pengerasan.

g. Tipe G “Water Reducing, High Range Retarding Admixtures”


Water Reducing, High Range Retarding admixtures adalah bahan tambah yang
berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12 % atau lebih sekaligus
menghambat pengikatan dan pengerasan beton. Bahan ini merupakan gabungan
superplasticizer dengan memperlambat waktu ikat beton. Digunakan apabila
pekerjaan sempit karena keterbatasan sumberdaya dan ruang kerja.
Bahan tambah dengan fungsi HRWR + retarding digunakan untuk mendapatkan efek
serupa dengan bahan tambah tipe D dengan pengurangan berat air yang digunakan
sebesar 12% atau lebih (sampai 40%). Tujuan dan penggunaannya sama dengan
bahan tambah tipe D. Pencampuran bahan tambah tipe G dapat dilakukan di batcing
plant atau di lokasi proyek. Beberapa jenis superplasticizer mempunyai klasifikasi
sebagai bahan tambah tipe G.
Latar belakang penggunaan Bahan Tambah (admixture) untuk Campuran Beton

Untuk keperluan tertentu terkadang campura n beton tersebut masih ditambahkan


bahan tambah berupa zat-zat kimia tambahan (chemical additive) dan mineral/material
tambahan. Zat kimia tambahan tersebut biasanya berupa serbuk atau cairan yang secara
kimiawi langsung mempengaruhi kondusi campuran beton. Sedangkan mineral/material
tambahan yang berupa agregat yang mempunyai karakteristik tertentu. Penambahan zat-zat
kimia atau mineral tambahan ini diaharapkan dapat merubah performa dan sifat-sifat
campuran beton sesuai dengan kondisi dan tujuan yang diinginkan, serta dapat pula sebagai
bahan pengganti sebagian dari material utama penyusun beton. Standar pemberian bahan
tambahan beton ini pun sudah diatur dalam SNI S-18-1990-03 tentang Spesifikasi Bahan
Tambahan pada Beton.

Bahan tambah (admixture) adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan, yang
ditambahkan ke dalam campuran adukan beton selama pengadukan, dengan tujuan untuk
mengubah sifat adukan atau betonnya. (Spesifikasi Bahan Tambahan pada Beto, SK SNI S-
18-1990-03).

Berdasarkan ACI (American Concrete Intitute), bahan tambah adalah material selain
air, agregat, dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau mortar yang
ditambahkan sebelum atau selama pengadukan berlangsung.

Penambahan bahan tambah dalam sebuah campuran beton atau mortar tidak mengubah
komposisi yang besar dari bahan lainnya, karena penggunaan bahan tambah ini cenderung
merupakan pengganti atau substitusi dari dalam campuran beton itu sendiri. Karena tujuannya
memperbaiki atau mengubah sifat dan karakteristik tertentu dari beton atau mortar yang akan
dihasilkan, maka kecenderungan perubahan komposisi dalam berat-volume tidak terasa
secara langsung dibandingkan dengan komposisi awal beton tanpa bahan tembah.

Pengunaan bahan tambah dalam sebuah campuran beton harus memperhatikan


standar yang berlaku seperti SNI, ASTM (American Society for Testing and Materials) atau
ACI (American Concrete Intitute) dan yang paling utama memperhatikan petunjuk dalam
manual dagang.

Tujuan Penggunaan Bahan Tambah (admixture) untuk campuran pada beton

Berdasarkan tujuan yang diharapkan terdapat beberapa tujuan pengunaan zat kimia
diantaranya yaitu:

a. Water Reduction. (Zat Kimia untuk mengurangi penggunaan air pada beton)
hal ini dimaksudkan agar diperoleh adukan dengan nilai fas yang tetap dengan
kekentalan yang sama atau dengan fas tetap, tapi didapatkan adukan beton yang lebih
encer. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh kuat tekan yang lebih tinggi, engan tidak
mengurangi kekentalannya, atau diperoleh beton dengan kuat tekan yang sama, tapi
adukan dibuat menjadi lebih encer agar lebih memudahkan dalam penuangan.

b. Redater (Zat kimia untuk memperlambat proses ikatan campuran beton)


Biasanya diperlukan untuk beton yang tidak dibuat dilokasi penuangan beton. Proses
pengikatan campuran beton sekitar 1 jam. Sehingga apabila sejak beton dicampur
sampai penuangan memerlukan waktu lebih dari 1 jam, maka perlu ditambahkan zat
kimia ini. Zat tambahan ini berupa gula, sucrose, sodium glukonate, glucose, citric
acis, dan tartaric acid.

c. Accelerators (zat kimia untk mempercepat ikatan dan pengerasa campuran beton)
Diperlukan untuk mempercepat proses pengerjaan konstruksi beton, pencampuran
beton dilakukan di tempat atau dekat dengan penuangannya. Zat tambahan yang
diperlukan adlah CaCl2, Ca(NO3)2 dan NaNO3. Namun demikian lebih dianjurkan
menggunakan yang nitrat, karena penggunaan khlorida dapat mempercepat terjadinya
karat pada penulangan.
Pada kenyataan di lapangan terkadang diperlukan kondisi kombinasi dari ketiga
perilaku penambahan zat kimia tersebut yaitu untuk mengurangi penggunaan air dan
memperlambat proses ikatan campuran beton, atau untuk menguarangi air dan
mempercepat waktu pengikatan serta pengerasan campuran beton.

A. BAHAN TAMBAH MINERAL (ADDITIVE)

Jenis bahan tambah mineral (additive) yang ditambahkan pada beton dimaksudkan untuk
meningkatkan kinerja kuat tekan beton dan lebih bersifat penyemenan. Beton yang
kekuarangan butiran halus dalam agregat menjadi tidak kohesif dan mudah bleeding. Untuk
mengatasi kondisi ini biasanya ditambahkan bahan tambah additive yang berbentuk butiran
padat yang halus. Penambahan additive biasanya dilakukan pada beton kurus, dimana
betonnya kekurangan agregat halus dan beton dengan kadar semen yang biasa tetapi perlu
dipompa pada jarak yang jauh. Yang termasuk jenis additive adalah : pozzollan, fly ash, slag
dan silica fume.

Adapun keuntungan penggunaan additive adalah (Mulyono T, 2003) :

o Memperbaiki workability beton


o Mengurangi panas hidrasi
o Mengurangi biaya pekerjaan beton
o Mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat
o Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika
o Menambah keawetan (durabilitas) beton
o Meningkatkan kuat tekan beton
o Meningkatkan usia pakai beton
o Mengurangi penyusutan
o Membuat beton lebih kedap air (porositas dan daya serap air pada beton rendah)

Pengaruh Bahan Tambah Mineral Pembantu


Bahan mineral pembantu saat ini banyak ditambahkan ke dalam campuran beton dengan
berbagai tujuan, antara lain untuk mengurangi pemakaian semen, mengurangi temperatur
akibat reaksi hidrasi, mengurangi atau menambah kelecakan beton segar. Cara pemakaiannya
pun berbeda-beda, sebagai bahan pengganti sebagian semen atau sebagai tambahan pada
campuran untuk mengurangi pemakaian agregat. Pembuatan beton dengan menggunakan
bahan tambah akan memberikan kualitas beton yang baik apabila pemilihan kualitas
bahannya baik, komposisi campurannya sesuai dan metode pelaksanaan pengecoran,
pemeliharaan serta perawatannya baik.

Bahan tambahan mineral ini merupakan bahan padat yang dihaluskan yang ditambahkan
untuk memperbaiki sifat beton agar beton mudah dikerjakan dan kekuatan serta keawetannya
meningkat.

Chemical Admixture (Additive) :


Bahan-bahan admixture yang dapat larut dalam air digolongkan sebagai chemical admixture
Mineral Admixture :
Bahan-bahan admixture yang tidak dapat larut dalam air digolongkan sebagai mineral
admixture
Ada 4 jenis bahan additive, yaitu:
1. Air-Entraining (AEA)
Penerapan:
o Untuk meningkatkan ketahanan beku/cair
o Untuk meningkatkan workabilitas
Pengaruh:
o Menghasilkan butiran-butiran udara kecil yang banyak dalam beton
Keterangan:
Efisiensi semakin berkurang seiring dengan meningkatnya suhu, kadar semen tinggi
dan kehadiran fly ash

2. Water-Reducing
Penerapan:
o Untuk meningkatkan workabilitas
o Untuk meningkatkan kekuatan pada tingkat workabilitas yang sama
o Untuk memperbaiki sifat beton yang menggunakan agregat bergradasi jelek
Pengaruh:
o Memisahkan partikel-partikel semen dan meningkatkan fluiditas beton
o Mengurangi kebutuhan air pencampur
o Dapat mempengaruhi waktu setting beton
Keterangan:
Kandungan klorida harus dibatasi, overdosis lignosulphonates dapat menyebabkan
penundaan pengerasan yang berlarut-larut. Selanjutnya hal ini dapat mempengaruhi
kekuatan dan porositas beton.
3. High Range water Reducer Superplasticizers (HRWR)
Penerapan:
o Untuk memfasilitasi penempatan dan pemadatan (contoh pada elemen beton
bertulang yang ditulangi dalam jumlah banyak)
o Untuk meningkatkan kekuatan
o Untuk menghasilkan bentuk permukaan yang berkualitas tinggi
o Untuk memfasilitasi pumping
Pengaruh:
o Meningkatkan fluiditas beton dengan pengaruh yang kecil pada waktu setting
Keterangan:
Kecocokan dengan zat tambahan lain dalam campuran harus diperiksa, penambahan
kembali air pada beton lebih dari sekali untuk mengembalikan slump dapat
menyebabkan reduksi kekuatan ultimate.

4. Permeability Reducing
Penerapan:
o Untuk mengurangi perpindahan uap air
Pengaruh:
o Mengisi pori-pori dengan bahan-bahan yang reaktif, atau bahan penolak air
(water-repellent)
Keterangan:
Tidak akan mengubah beton kualitas rendah menjadi beton kedap air. Pengurangan
permeabilitas disebabkan oleh meningkatnya workabilitas dan pengerjaan yang lebih
baik

Sebenarnya masih ada tipe additive-additive lain, tapi pemanfaatannya sendiri untuk industri
readymix di Indonesia belum maksimal. Additive-additive tersebut yaitu:
a. VMA (viscosity-modifying admixtures)
b. SRA (shrinkage reducing admixture)
c. AWA (anti washout agent)

Tipe-tipe Mineral Admixture yaitu:


1. Material cementitious
Dapat bereaksi langsung dengan air. Bahan ini mengandung silikat dan kalsium
aluminosilikat. Contoh: Blast Furnace Slag, yaitu bahan buangan industri baja yang
menggunakan tanur pijar.
2. Material pozzolanic
Material yang dapat bereaksi dengan kapur bebas (Ca(OH)2) plus air. Komposisinya
didominasi oleh siliceous dan aluminous. Contoh: Abu Terbang kelas F, yaitu sisa
buangan Industri Pembangkit Listrik yang menggunakan batubara jenis bituminous atau
anthracite. Selain itu, silica fume (hasil sampingan produksi elemen silicon), juga bahan
pozzolanic. Komposisinya didominasi oleh unsur amorphous silica.
3. Material pozzolanic dan cementitious
Material ini dapat bereaksi dengan air saja atau dengan kapur bebas (Ca(OH)2) plus air.
Komposisinya didominasi oleh siliceous, aluminous dan kapur. Contoh: Abu Terbang
kelas C, yaitu sisa buangan Industri PLTU yang menggunakan barubara jenis lignite atau
subbituminous.
4. Material inert
Material ini tidak bereaksi secara kimiawi dengan unsur-unsur semen. Contoh: bahan
buangan pabrik batu marmer, bahan kuarsa yang sudah dihaluskan dan lain-lain.

Jenis-Jenis bahan tambah mineral adalah :

1. Pozzolan
Yang termasuk dalam Mineral Admixture adalah Pozzolan Pozzolan : Adalah bahan
yang mengandung senyawa silica dan Alumina dimana bahan pozzolan itu sendiri tidak
mempunyai sifat seperti semen, akan tetapi dengan bentuknya yang halus dan dengan adanya
air, maka senyawa-senyawa tersebut akan bereaksi secara kimiawi dengan Kalsium
hidroksida (senyawa hasil reaksi antara semen dan air) pada suhu kamar membentuk senyawa
Kalsium Aluminat hidrat yang mempunyai sifat seperti semen.

Bahan Pozzolan terbagi 2 yaitu :

a. Pozzolan Alam (Natural) : Tufa, abu vulkanis dan tanah Diatomae. Di Indonesia
Pozzolan alam dikenal dengan nama TRASS.

b. Pozzolan Buatan (sintetis) : yang termasuk dalam jenis ini adalah hasil pembakaran
tanah liat dan hasil pembakaran batu bara (Fly Ash)

Mineral pembantu yang digunakan umumnya mempunyai komponen aktif yang bersifat
pozzolanik (disebut juga mineral pozzolan). Pozzolan adalah bahan alam atau buatan yang
sebagaian besar terdiri dari unsur-unsur silikat dan aluminat yang reaktif (Persyaratan Umum
Bahan Bangunan di Indonesia, PUBI-1982). Pozzolan sendiri tidak memiliki sifat semen,
tetapi dalam keadaan halus (lolos ayakan 0,21 mm) bereaksi dengan air dan kapur padam
pada suhu normal 24-27oC menjadi suatu massa padat yang tidak larut dalam air.
Pozzolan dapat dipakai sebagai bahan tambah atau pengganti sebagai semen portland. Bila
pozzolan dipakai sebagai bahan tambah akan menjadikan beton lebih mudah diaduk, lebih
rapat air, dan lebih tahan terhadap serangan kimia. Beberapa pozzolan dapat mengurangi
pemuaian akibat proses reaksi alkali-agregat (reaksi alkali dalam semen dengan silika dalam
agregat), dengan demikian mengurangi retak-retak beton akibat reaksi tersebut. Pada
pembuatan beton massa pemakaian pozzolan sangat menguntungkan karena menghemat
semen, dan mengurangi panas hidrasi (Kardiyono, 1996)
Berlawanan dengan reaksi hidrasi dari semen dengan air yang berlangsung cepat dan
kemudian membentuk gel kalsium silikat hidrat dan kalsium hidroksida, reaksi pozzolanik ini
berlangsung dengan lambat sehingga pengaruhnya lebih kepada kekuatan akhir dari beton.
Panas hidrasi yang dihasilkan juga jauh lebih kecil daripada semen portland sehingga efektif
untuk pengecoran pada cuaca panas atau beton masif.
Material pozzolan dapat berupa material yang sudah terjadi secara alami ataupun yang
didapat dari sisa industri. Masing-masing mempunyai komponen aktif yang berbeda.
komponen aktif mineral pembantu yang berasal dari material alami dan material sisa proses
industri. Umumnya material pozzolan ini lebih murah daripada semen portland sehingga
biasanya digunakan sebagai pengganti sebagian semen. Persentase maksimum pengantian ini
harus diperhatikan karena dapat menyebabkan penurunan kekuatan beton.
Kebutuhan air pada beton dapat meningkat untuk kelecakan yang sama karena ukuran
partikel meterial pozzolan yang halus. Namun bentuk partikel material ini akan
mempengaruhi kebutuhan akan airnya.
Dengan semakin banyaknya pemakaian beton di dalam industri konstrukstermasuk jalan
beton maka semakin banyak pula usaha untuk membuatnya semakin canggih dan semakin
ekonomis. Namun, seiring meningkatnya industri beton juga berdampak pada lingkungan
karena meningkatnya pemakaian energi untuk produksi beton.

Mineral pada campuran beton biasanya berupa pozzolan dan material lain pengganti agregat,
seperti agregat ringa dan berat, serat. Pozzolan merupakan bahan alami atau buatan yang
mempunyai sifat pozzolanik dengan unsure silika dan aluminat yang aktif. Silika dan
aluminat aktif ini akan bereaksi dengan kapur bebas, yang merupakan sisa reaksi hidrasi air
dengan semen, untuk menjadi tubermorite lagi yang sama dengan hasil hidrasi air dengan
semen sebelumnya, sehingga akan meningkatkan kuat tekan beton.

2. Fly Ash (Abu Batu Bara)


Abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash) merupakan limbah padat yang dihasilkan
dari pembakaran batubara pada pembangkit tenaga listrik. Limbah padat ini terdapat dalam
jumlah yang cukup besar. Jumlah tersebut cukup besar, sehingga memerlukan pengelolaan
agar tidak menimbulkan masalah lingkungan, seperti pencemaran udara, perairan dan
penurunan kualitas ekosistem.
Salah satu penanganan lingkungan yang dapat diterapkan adalah memanfaatkan limbah
tersebut untuk keperluan bahan bangunan seperti batako dan paving blok serta pembenah
lahan pertanian. Namun, hasil pemanfaatan tersebut belum dapat dimasyarakatkan, karena
berdasarkan PP No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18
Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, abu terbang dan
abu dasar dikategorikan sebagai limbah B3 karena terdapat kandungan oksida logam berat
yang akan mengalami pelindian secara alami dan mencemari lingkungan.
Pada ASTM C.618 ditetapkan 2 jenis Fly ash yaitu Fly ash Kelas F dan Fly ash kelas C,
perbedaan utama diantara dua jenis fly ash ini adalah jumlah kalsium,Silika, Alumina dan
kadar Besi, sifat kimia dari fly ash tersebut sangat dipengaruhi oleh kandungan kimia dari
batubara dibakar (yaitu, antrasit, bituminous, dan lignit).
Fly-ash atau abu terbang yang merupakan sisa-sisa pembakaran batu bara, yang
dialirkan dari ruang pembakaran melalui ketel berupa semburan asap, yang telah digunakan
sebagai bahan campuran pada beton. Fly-ash atau abu terbang di kenal di Inggris sebagai
serbuk abu pembakaran. Abu terbang sendiri tidak memiliki kemampuan mengikat seperti
halnya semen. Tetapi dengan kehadiran air dan ukuran partikelnya yang halus, oksida silika
yang dikandung oleh abu terbang akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida yang
terbentuk dari proses hidrasi semen dan menghasilkan zat yang memiliki kemampuan
mengikat.
Menurut ACI Committee 226 dijelaskan bahwa, fly-ash mempunyai butiran yang
cukup halus, yaitu lolos ayakan N0. 325 (45 mili mikron) 5-27%, dengan spesific gravity
antara 2,15-2,8 dan berwarna abu-abu kehitaman. Sifat proses pozzolanic dari fly-ash mirip
dengan bahan pozzolan lainnya. Menurut ASTM C.618 (ASTM, 1995:304) abu terbang (fly-
ash) didefinisikan sebagai butiran halus residu pembakaran batubara atau bubuk batubara.
Fly-ash dapat dibedakan menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal yang dihasilkan dari
pembakaran batubara antrasit atau batubara bitomius dan abu terbang kelas C yang dihasilkan
dari batubara jenis lignite atau subbitumes. Abu terbang kelas C kemungkinan mengandung
zat kimia SiO2 sampai dengan dengan 70%.

Tingkat pemanfaatan abu terbang dalam produksi semen saat ini masih tergolong amat
rendah. Cina memanfaatkan sekitar 15 persen, India kurang dari lima persen, untuk
memanfaatkan abu terbang dalam pembuatan beton. Abu terbang ini sendiri, kalau tidak
dimanfaatkan juga bisa menjadi ancaman bagi lingkungan. Karenanya dapat dikatakan,
pemanfaatan abu terbang akan mendatangkan efek ganda pada tindak penyelamatan
lingkungan, yaitu penggunaan abu terbang akan memangkas dampak negatif kalau bahan sisa
ini dibuang begitu saja dan sekaligus mengurangi penggunaan semen Portland dalam
pembuatan beton.
Sebagian besar abu terbang yang digunakan dalam beton adalah abu kalsium rendah (kelas
”F” ASTM) yang dihasilkan dari pembakaran anthracite atau batu bara bituminous. Abu
terbang ini memiliki sedikit atau tida ada sifat semen tetapi dalam bentuk yang halus dan
kehadiran kelambaban, akan bereaksi secara kimiawi dengan kalsium hidrosida pada suhu
biasa untuk membentuk bahan yang memiliki sifat-sifat penyemenan. Abu terbang kalsium
tinggi (kelas ASTM) dihasilkan dari pembakaran lignit atau bagian batu bara bituminous,
yang memiliki sifat-sifat penyemenan di samping sifat-sifat pozolan.

Hasil pengujian yang dilakukan oleh Poon dan kawan-kawan, memperlihatakan dua pengaruh
abu terbang di dalam beton, yaitu sebagai agregat halus dan sebagai pozzolan. Selain itu abu
terbang di dalam beton menyumbang kekuatan yang lebih baik dibanding pada pasta abu
terbang dalam komposisi yang sama. Ini diperkirakan lekatan antara permukaan pasta dan
agregat di dalam beton. More dan kawan-kawan, Mendapatkan workabilitas meningkat ketika
sebagian semen diganti oleh abu terbang.

Beton yang mengandung 10 persen abu terbang memperlihatkan kekuatan awal lebih tinggi
yang diikuti perkembangan yang signifikan kekuatan selanjutnya. Kekuatan meningkat 20
persen dibanding beton tanpa abu terbang. Penambahan abu terbang menghasilakan
peningkatan kekuatan tarik langsung dan modulus elastis. Kontribusi abu terbang terhadap
kekuatan di dapati sangat tergantung kepada faktor air-semen, jenis semen dan kualitas abu
terbang itu sendiri.

Dalam suatu kajian, abu terbang termasuk ke dalam kategori kelas F dengan kandungan
CaO2 rendah sebesar 1,37 persen lebih kecil daripada 10 persen yang menjadi persyaratan
minimum kelas C. Namun demikian kandungan SiO2 sukup tinggi yaitu 57,30 persen. Abu
terbang ini, selain memenuhi kriteria sebagai bahan yang memiliki sifat pozzolan, abu
terbang juga memiliki sifat-sifat fisik yang baik, yaitu jari-jari pori rata-rata 0,16 mili
mikron, ukuran median 14,83 mili-mikron, dan luas permukaan spesifik 78,8 m2/gram. Sifat-
sifat tersebut dihasilkan dengan menggunakan uji Porosimeter.

Hasil-hasil pengujian menunjukkan bahwa abu terbang memiliki porositas rendah dan
pertikelnya halus. Bentuk partikel abu terbang adalah bulat dengan permukaan halus, dimana
hal ini sangat baik untuk workabilitas, karena akan mengurangi permintaan air atau
superplastiscizer.
Tidak semua fly ash memenuhi persyaratan ASTM C.618

3. Slag
Kerak (slag),Blast Furnace slag : adalah bahan non metalik hasil samping dari pabrik
pemurnian besi dalam tanur yang mengandung campuran antara kalsium silikat dan kalsium
alumina silikat dan beberapa pengotor.

4. Bahan Tambah Lainnya


a. Air entraining
Bahan tambah ini membentuk gelembung-gelembung udara berdiameter 1mm atau
lebih kecil di dalam beton atau mortar selama pencampuran, dengan maksud
mempermudah pengerjaan beton pada saat pengecoran dan menambahkan ketahanan
awal beton.
b. Beron tanpa slump
Beton tanpa slump didefinisikan sebagai beton yang mempunyai slump sebesar 1 inch
(25.4 mm) atau kurang, sesaat setelah pencampuran. Pemilihan bahan tembah ini
tergantung pada sifat-sifat beton yang diinginkan terjadi, seperti sifat plastisnya,
waktu pengikat dan pencapaian kekuatan, efek beku cair, kekuatan dan harga dari
beton tersebut.
c. Polimer
Ini adalah produk bahan tambah yang baru yang dapat menghasilkan kekutan tekan
beton yang tinggi sekitar 15000 psi (1.00 psi = 6.9 Mpa) atau lebih, dan kekuatan
belah tariknya sekitar 1.500 psi atau lebih. Beton dengan kekuatan tinggi ini biasanya
diproduksi dengan menggunakan polimer dengan cara :
1) Memodifikasi sifat beton dengan mengurangi air di lapangan
2) Menjenuhkan dan memancarkannya pada temperature yang sangat tinggi di
laboratorium.
d. Bahan pembantu untuk mengeraskan permukaan beton
Permukaan beton yang harus menanggung beban-beban yang berat dan hidup serta
selalu dalam keadaan berputar atau berpindah-pindah, seperti lantai untuk bengkel-
bengkel alat-alat berat(heavy equipment) dan lainnya. Pembebanan ini akan
menyebabkan pengausan pada permukaan beton, yang sering bertambahnya
menyebabkan rusaknya permukaan beton tersebut. Unutk menghindari hal ini dapat
digunakan dua jenis bahan untuk mengeraskan beton, yaitu:
1) Agregat beton terbuat dari bahan kimia
2) Agregat metalik, terdiri dari butiran-butiran yang halus.
e. Bahan pembantu kedap air (water proofing)
Jika beton terletak di dalam air atau berada di dekat permukaan air tanah (misalnya
beton yang digunakan pada permukaan tunnel) maka beton tersebut tidak boleh
mengalami rembesan sehingga harus diusahakan agar kedap air. Salah satu bahan
yang dapat digunakan adalah bahan yang mempunyai pertikel-pertikel halus dan
gradaso yang menerus dalam pencampuran beton. Bahan-bahan semacam itu akan
mengurangi permeabilitas.

f. Bahan tambah pemberi warna


Beton yang dieksposes permukaannya biasanya memerlukan keindahan bahan yang
digunakan untuk member warna pada permukaan beton ini cat (coating), yang
dilapiskan setelah pengerjaan beton selesai. Cara lain adalah menambahkan bahan
warna, misalnya oker masih segar. Bahan-bahan ini biasanya dicampurkan dalam
suatu adukan yang mutunya terjamin baik. Cara ini merupakan cara yang terbaik.
Selain itu dapat pemeberian warna pula dilakukan dengan cara menaburkan pasir
silica atau agregat metalik selagi permukaan beton dalam keadaan segar.

g. Bahan tambah untuk memperkuat ikatan beton lama dengan beton baru (bonding
agent for concrete)
Penuangan beton segar di atas permukaan beton lama sering mengalami kesulitan
dalam pengikatan (penyatuannya). Untuk mengatasinya, perlu ditambahkan suatu
bahan tambah agar terjadi ikatan yang menyatu atara permukaan yang lama dengan
permukaan yang baru, jenis bahan tambah tersebut biasanya disebut bonding agent
yang merupakan larutan polimer.

Anda mungkin juga menyukai