Disusun Oleh :
Nama :Niko Yuga Ade Putra
NPM :171130020
Jurusan :Teknik Sipil
Mata Kuliah : Kimia Dasar
Meskipun telah dicetak dengan kualitas mutu terbaik, produk beton harus tetap
disimpan dengan baik agar saat dipasang kualitas mutunya tidak berkurang. Merawat beton
setelah proses pengeringan menjadi tahap yang perlu diperhatikan oleh pabrik.
Setidaknya, setelah proses produksi beton harus terlindung dari hal ini agar kualitas
mutunya tetap terjaga:
1. Gangguan mekanis
2. Proses pengeringan yang terlalu cepat akibat suhu yang terlalu panas
Ada banyak hal yang dapat menyebabkan beton rusak akibat gangguan mekanis. Biasanya
kesalahan ini dilakukan oleh pabrik karena ia salah dalam perhitungan waktu proses
produksi.
Misalnya saja, bekisting yang terpasang pada beton dibongkar terlalu cepat. Seharusnya
sebelum melakukan bekisting, pabrik terlebih dahulu mengetahui umur beton yang cukup
sehingga tidak akan menyebabkan kerusakan ketika bekisting diobngkar. Dalam
membongkar bekisting kayu pun harus diusahakan ia dalam kondisi basah. Hal ini dapat
mengurangi resiko terbukanya sambungan-sambungan kayu dan pengeringan
beton.Pembongkaran bekisting harus dilaksanakan dengan hati-hati.
Sedangkan untuk proses pengeringan yang terlalu cepat, anda dapat melakukan
perawatan khusus dengan bantuan air. Perawatan dengan air ini sebaiknya segera dilakukan
setelah beton mulai mengeras atau sebelum terjadi retak susut basah.
Perawatan dengan air ini dilakukan dengan cara menyelimutinya dengan bahan
lembaran yang menyerap air yang harus dibuat jenuh air dahulu. Proses ini biasanya akan
memakan waktu minimal 7 hari. Semua bahan perawatan dan lembaran harus dipastikan
menempel pada permukaan beton.
Perawatan lain yang dapat anda lakukan yakni menggunakan membran cair. Anda
baru dapat melakukan perawatan dengan membran cair ketika permukaan beton segera
sesudah air sudah meninggalkan permukaan atau dalam kondisi kering. Anda harus membuat
pelindung sebelum lapisan membran cukup kering, hal ini berguna melindungi beton ketika
hujan tiba-tiba turun. Ketika lapisan membran rusak maka anda harus melakukan perawatan
dari awal kembali dengan memberikan pelapisan ulang.
Perawatan yang lain Anda dapat menggunakan selimut kedap air, metode ini berguna
untuk menjaga permukaan beton sehingga tidak kehilangan kelembaban air di permukaan
nya. Kondisi beton yang dipasang selimut kedap air harus basah. Menggunakan selimut
kedap air merupakan cara perawatan beton terbaik karena ia aman walaupun tertiup angin
atau terjadi kerusakan pada bagian lembaran selimut saat proses perawatan berlangsung.
Ada lagi proses perawatan beton dengan teknik form in place, teknik ini dilakukan
dengan cara mempertahankan cetakan sebagai dinding penahan pada tempatnya selama
waktu yang diperlukan beton dalam proses perawatan. Atau Anda juga bisa menggunakan
perawatan dengan uap, perawatan dengan uap harus dilaksanakan secara terus-menerus
sampai kondisi beton mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton yang berumur 28 hari.
Material beton memiliki beberapa campuran tambahan atau biasa disebut chemical
additive, dan campuran tambahan yang berupa serbuk atau cair. Material ini akan
mempengaruhi kondisi mutu beton yang akan dihasilkan nanti
Ada beberapa bahan pembentuk beton yang dapat mempercepat dan memperlambat
proses pengeringan. Campuran tambahan yang direkomendasikan untuk mempercepat proses
pengeringan beton adalah plasticizer / water reducing admixtures. Cara kerja campuran beton
ini adalah mengurangi kadar air dengan konsistensi tertentu untuk mempercepat waktu
pengeringan beton
Bahan tambah (admixture) adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan,
yang ditambahkan ke dalam campuran adukan beton selama pengadukan, dengan
tujuan untuk mengubah sifat adukan atau betonnya. (Spesifikasi Bahan
Tambahan untuk Beton, SK SNI S -18-1990-03).
Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan
menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan
bahan tambah yang bersifat mineral (additive).
Water-Reducing Admixtures adalah bahan tambah yang mengurangi air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu. Bahan tambah ini biasa
disebut water reducer atau plasticizer.
1. Normal water reducer : Penggunaan jenis ini mampu mengurangi air antara 5 – 10%.
2. Mid-range water reducer : Penggunaan jenis ini mengurangi air antara 10 – 15%.
3. High-range water reducer : Jenis ini biasa disebut superplasicizers, mampu
mengurangi air antara 20 – 40%.
Senyawa diserap oleh bidang muka antara air dengan zat padat. Partikel padat tersebut
mengandung muatan sisa pada permukaannya dapat positif, negatif ataupun keduanya. Pada
pasta semen, akibat perbedaan muatan tersebut, partikel dengan muatan berbeda yang
posisinya berdekatan menyebabkan gaya elektrostatik, selanjutnya partikel mengalami
flokulasi/ penggumpalan. Sejumlah air diikat oleh gumpalan tersebut dan diserap pada
permukaan padat, sedang sedikit air yang tersisa mampu mengurangi viskositas/kekentalan
pada pasta dan juga pada beton. Molekul pada plasticizer berfungsi menetralisir muatan pada
permukaan atau membuat seluruh permukaan tersebut bermuatan seragam. Kemudian
partikel tersebut saling tolak menolak (tidak lagi saling tarik menarik), sehingga semua
partikel saling berpencar/dispersi dalam pasta. Hal ini membuat sebagian besar air mampu
untuk mengurangi viskositas pada semen dan beton. Interaksi pada permukaan ini hampir
pasti diketahui terjadi pada partikel semen, dan dapat pula terjadi pada fraksi terhalus dari
agregat halus.
Contoh produk plasticizer:
1. Plastiment NS
Produk ini dikeluarkan oleh Sika, dengan bahan dasar polimer padat. Plastiment NS
memenuhi standar ASTM C-494 Tipe A dan AASHTO M-194 Tipe A. Plastiment NS
direkomendasikan untuk digunakan pada aplikasi beton kualitas tinggi dengan
peningkatan kuat tekan awal dan waktu ikatan normal. Produk ini dapat mengurangi
air sampai dengan 10% untuk memperoleh beton yang mudah dikerjakan dengan kuat
tekan dan kuat lentur yang lebih tinggi. Dosis yang digunakan adalah 130 – 265 ml
untuk tiap 100 kg semen.
2. Plastocrete 161W
Merupakan produk Sika dengan bahan polimer dan telah memenuhi persyaratam
ASTM C-494 Tipe A. Direkomendasikan untuk digunakan pada beton kualitas tinggi
dengan workabilitas sangat baik dan waktu ikatan cepat. Plastocrete 161W
memberikan hasil yang optimal apabila dikombinasikan dengan fly ash (abu terbang).
Dosis yang digunakan adalah 195 – 650 ml/100 kg semen.
3. Plastocrete 169
Produk Sika dengan tujuan ganda, yaitu sebagai reducer dan retarder. Produk
ini telah memenuhi syarat ASTM C-494 Tipe A. Digunakan untuk beton normal dan
memerlukan retarder. Tujuan ganda Plastocrete 169 sebagai water reducer normal dan
set retarder memberikan fleksibilitas yang tinggi pada penggunaannya dan dapat
dikombinasikan untuk meningkatkan kualitas maupun nilai ekonomis. Apabila
digunakan untuk reducer, digunakan dosis 261-391 ml/100 kg semen. Apabila
digunakan sebagai set retarder, dosis 390-520 ml/100 kg berat semen.
4. Viscocrete 4100
Merupakan produk Sika yang digunakan sebagai high range water reducer dan
superplasticizer. Produk ini telah memenuhi syarat ASTM C-494 Tipe A dan F.
Bahan tambah ini dapat digunakan dengan dosis rendah untuk mengurangi air antara
10-15% dan apabila digunakan dengan dosis tinggi mampu mengurangi air hingga
40%. Produk ini dapat digunakan untuk Self Compacting Concrete (SCC) karena
dapat memberikan workabilitas yang tinggi. Viscocrete 4100 tidak mengandung
formaldehid dan kalsium klorida serta tidak menyebabkan korosi pada tulangan baja.
Untuk tujuan umum dosis yang direkomendasikan sebanyak 195-520 ml/100 kg
semen. Apabila diinginkan pengurangan air secara maksimum, dosisnya dapat
mencapai 780 ml/100 kg semen.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan bahan tambah ini adalah air yang
dibutuhkan, kandungan air, konsistensi, bleeding, dan kehilangan air pada saat beton
segar, laju pengerasan, kekuatan tekan, dan lentur, ketahanan terhadap perubahan
volume, susut pada saat pengeringan. Berdasarkan hal tersebut, menjadi hal penting
untuk melakukan pengujian sebelum pelaksanaan pencampuran terhadap bahan
tambah tersebut.
kondisi lalu lintas yang dilalui oleh mobile mixer tidak lancar
proses finishing yang memerlukan waktu yang lebih lama sehingga waktu
setting beton yang lebih lama diperlukan
Efek dari penggunaan retarding admixture yang perlu diwaspadai, antara lain :
Penggunaan bahan tambah ini harus memperhatikan dengan seksama waktu setting
yang lebih cepat dan curing yang dilakukan harus sesempurna mungkin untuk
mencapai kekuatan awal yang diinginkan lebih tinggi.
Yang termasuk jenis accelerator adalah : kalsium klorida, bromide, karbonat dan
silikat. Pada daerah-daerah yang menyebabkan korosi tinggi tidak dianjurkan
menggunakan accelerator jenis kalsium klorida. Dosis maksimum yang dapat
ditambahkan pada beton adalah sebesar 2 % dari berat semen.
CaCl 2 mungkin bertindak sebagai katalisator di dalam proses hidrasi C3S dan C 2 S
atau berfungsi sebagai pereduksi sifat alkalinitas dari larutan sehingga mempercepat
hidrasi silikat. Dengan menggunakan CaCl 2 proses hidrasi C 3A diperlambat , tetapi
proses hidrasi normal dari semen tidak berubah. CaCl 2 dapat ditambahkan untuk
digunakan bersama semen tipe III (rapid hardening) dan juga semen biasa/ Ordinary
Portland Cement (tipe I). CaCl 2 tidak boleh digunakan dengan semen yang
mempunyai kandungan alumina yang tinggi. Jumlah CaCl 2 yang ditambahkan pada
campuran harus dikontrol secara hati-hati. Asumsi :
Bahan tambah (admixture) adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan, yang
ditambahkan ke dalam campuran adukan beton selama pengadukan, dengan tujuan untuk
mengubah sifat adukan atau betonnya. (Spesifikasi Bahan Tambahan pada Beto, SK SNI S-
18-1990-03).
Berdasarkan ACI (American Concrete Intitute), bahan tambah adalah material selain
air, agregat, dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau mortar yang
ditambahkan sebelum atau selama pengadukan berlangsung.
Penambahan bahan tambah dalam sebuah campuran beton atau mortar tidak mengubah
komposisi yang besar dari bahan lainnya, karena penggunaan bahan tambah ini cenderung
merupakan pengganti atau substitusi dari dalam campuran beton itu sendiri. Karena tujuannya
memperbaiki atau mengubah sifat dan karakteristik tertentu dari beton atau mortar yang akan
dihasilkan, maka kecenderungan perubahan komposisi dalam berat-volume tidak terasa
secara langsung dibandingkan dengan komposisi awal beton tanpa bahan tembah.
Berdasarkan tujuan yang diharapkan terdapat beberapa tujuan pengunaan zat kimia
diantaranya yaitu:
a. Water Reduction. (Zat Kimia untuk mengurangi penggunaan air pada beton)
hal ini dimaksudkan agar diperoleh adukan dengan nilai fas yang tetap dengan
kekentalan yang sama atau dengan fas tetap, tapi didapatkan adukan beton yang lebih
encer. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh kuat tekan yang lebih tinggi, engan tidak
mengurangi kekentalannya, atau diperoleh beton dengan kuat tekan yang sama, tapi
adukan dibuat menjadi lebih encer agar lebih memudahkan dalam penuangan.
c. Accelerators (zat kimia untk mempercepat ikatan dan pengerasa campuran beton)
Diperlukan untuk mempercepat proses pengerjaan konstruksi beton, pencampuran
beton dilakukan di tempat atau dekat dengan penuangannya. Zat tambahan yang
diperlukan adlah CaCl2, Ca(NO3)2 dan NaNO3. Namun demikian lebih dianjurkan
menggunakan yang nitrat, karena penggunaan khlorida dapat mempercepat terjadinya
karat pada penulangan.
Pada kenyataan di lapangan terkadang diperlukan kondisi kombinasi dari ketiga
perilaku penambahan zat kimia tersebut yaitu untuk mengurangi penggunaan air dan
memperlambat proses ikatan campuran beton, atau untuk menguarangi air dan
mempercepat waktu pengikatan serta pengerasan campuran beton.
Jenis bahan tambah mineral (additive) yang ditambahkan pada beton dimaksudkan untuk
meningkatkan kinerja kuat tekan beton dan lebih bersifat penyemenan. Beton yang
kekuarangan butiran halus dalam agregat menjadi tidak kohesif dan mudah bleeding. Untuk
mengatasi kondisi ini biasanya ditambahkan bahan tambah additive yang berbentuk butiran
padat yang halus. Penambahan additive biasanya dilakukan pada beton kurus, dimana
betonnya kekurangan agregat halus dan beton dengan kadar semen yang biasa tetapi perlu
dipompa pada jarak yang jauh. Yang termasuk jenis additive adalah : pozzollan, fly ash, slag
dan silica fume.
Bahan tambahan mineral ini merupakan bahan padat yang dihaluskan yang ditambahkan
untuk memperbaiki sifat beton agar beton mudah dikerjakan dan kekuatan serta keawetannya
meningkat.
2. Water-Reducing
Penerapan:
o Untuk meningkatkan workabilitas
o Untuk meningkatkan kekuatan pada tingkat workabilitas yang sama
o Untuk memperbaiki sifat beton yang menggunakan agregat bergradasi jelek
Pengaruh:
o Memisahkan partikel-partikel semen dan meningkatkan fluiditas beton
o Mengurangi kebutuhan air pencampur
o Dapat mempengaruhi waktu setting beton
Keterangan:
Kandungan klorida harus dibatasi, overdosis lignosulphonates dapat menyebabkan
penundaan pengerasan yang berlarut-larut. Selanjutnya hal ini dapat mempengaruhi
kekuatan dan porositas beton.
3. High Range water Reducer Superplasticizers (HRWR)
Penerapan:
o Untuk memfasilitasi penempatan dan pemadatan (contoh pada elemen beton
bertulang yang ditulangi dalam jumlah banyak)
o Untuk meningkatkan kekuatan
o Untuk menghasilkan bentuk permukaan yang berkualitas tinggi
o Untuk memfasilitasi pumping
Pengaruh:
o Meningkatkan fluiditas beton dengan pengaruh yang kecil pada waktu setting
Keterangan:
Kecocokan dengan zat tambahan lain dalam campuran harus diperiksa, penambahan
kembali air pada beton lebih dari sekali untuk mengembalikan slump dapat
menyebabkan reduksi kekuatan ultimate.
4. Permeability Reducing
Penerapan:
o Untuk mengurangi perpindahan uap air
Pengaruh:
o Mengisi pori-pori dengan bahan-bahan yang reaktif, atau bahan penolak air
(water-repellent)
Keterangan:
Tidak akan mengubah beton kualitas rendah menjadi beton kedap air. Pengurangan
permeabilitas disebabkan oleh meningkatnya workabilitas dan pengerjaan yang lebih
baik
Sebenarnya masih ada tipe additive-additive lain, tapi pemanfaatannya sendiri untuk industri
readymix di Indonesia belum maksimal. Additive-additive tersebut yaitu:
a. VMA (viscosity-modifying admixtures)
b. SRA (shrinkage reducing admixture)
c. AWA (anti washout agent)
1. Pozzolan
Yang termasuk dalam Mineral Admixture adalah Pozzolan Pozzolan : Adalah bahan
yang mengandung senyawa silica dan Alumina dimana bahan pozzolan itu sendiri tidak
mempunyai sifat seperti semen, akan tetapi dengan bentuknya yang halus dan dengan adanya
air, maka senyawa-senyawa tersebut akan bereaksi secara kimiawi dengan Kalsium
hidroksida (senyawa hasil reaksi antara semen dan air) pada suhu kamar membentuk senyawa
Kalsium Aluminat hidrat yang mempunyai sifat seperti semen.
a. Pozzolan Alam (Natural) : Tufa, abu vulkanis dan tanah Diatomae. Di Indonesia
Pozzolan alam dikenal dengan nama TRASS.
b. Pozzolan Buatan (sintetis) : yang termasuk dalam jenis ini adalah hasil pembakaran
tanah liat dan hasil pembakaran batu bara (Fly Ash)
Mineral pembantu yang digunakan umumnya mempunyai komponen aktif yang bersifat
pozzolanik (disebut juga mineral pozzolan). Pozzolan adalah bahan alam atau buatan yang
sebagaian besar terdiri dari unsur-unsur silikat dan aluminat yang reaktif (Persyaratan Umum
Bahan Bangunan di Indonesia, PUBI-1982). Pozzolan sendiri tidak memiliki sifat semen,
tetapi dalam keadaan halus (lolos ayakan 0,21 mm) bereaksi dengan air dan kapur padam
pada suhu normal 24-27oC menjadi suatu massa padat yang tidak larut dalam air.
Pozzolan dapat dipakai sebagai bahan tambah atau pengganti sebagai semen portland. Bila
pozzolan dipakai sebagai bahan tambah akan menjadikan beton lebih mudah diaduk, lebih
rapat air, dan lebih tahan terhadap serangan kimia. Beberapa pozzolan dapat mengurangi
pemuaian akibat proses reaksi alkali-agregat (reaksi alkali dalam semen dengan silika dalam
agregat), dengan demikian mengurangi retak-retak beton akibat reaksi tersebut. Pada
pembuatan beton massa pemakaian pozzolan sangat menguntungkan karena menghemat
semen, dan mengurangi panas hidrasi (Kardiyono, 1996)
Berlawanan dengan reaksi hidrasi dari semen dengan air yang berlangsung cepat dan
kemudian membentuk gel kalsium silikat hidrat dan kalsium hidroksida, reaksi pozzolanik ini
berlangsung dengan lambat sehingga pengaruhnya lebih kepada kekuatan akhir dari beton.
Panas hidrasi yang dihasilkan juga jauh lebih kecil daripada semen portland sehingga efektif
untuk pengecoran pada cuaca panas atau beton masif.
Material pozzolan dapat berupa material yang sudah terjadi secara alami ataupun yang
didapat dari sisa industri. Masing-masing mempunyai komponen aktif yang berbeda.
komponen aktif mineral pembantu yang berasal dari material alami dan material sisa proses
industri. Umumnya material pozzolan ini lebih murah daripada semen portland sehingga
biasanya digunakan sebagai pengganti sebagian semen. Persentase maksimum pengantian ini
harus diperhatikan karena dapat menyebabkan penurunan kekuatan beton.
Kebutuhan air pada beton dapat meningkat untuk kelecakan yang sama karena ukuran
partikel meterial pozzolan yang halus. Namun bentuk partikel material ini akan
mempengaruhi kebutuhan akan airnya.
Dengan semakin banyaknya pemakaian beton di dalam industri konstrukstermasuk jalan
beton maka semakin banyak pula usaha untuk membuatnya semakin canggih dan semakin
ekonomis. Namun, seiring meningkatnya industri beton juga berdampak pada lingkungan
karena meningkatnya pemakaian energi untuk produksi beton.
Mineral pada campuran beton biasanya berupa pozzolan dan material lain pengganti agregat,
seperti agregat ringa dan berat, serat. Pozzolan merupakan bahan alami atau buatan yang
mempunyai sifat pozzolanik dengan unsure silika dan aluminat yang aktif. Silika dan
aluminat aktif ini akan bereaksi dengan kapur bebas, yang merupakan sisa reaksi hidrasi air
dengan semen, untuk menjadi tubermorite lagi yang sama dengan hasil hidrasi air dengan
semen sebelumnya, sehingga akan meningkatkan kuat tekan beton.
Tingkat pemanfaatan abu terbang dalam produksi semen saat ini masih tergolong amat
rendah. Cina memanfaatkan sekitar 15 persen, India kurang dari lima persen, untuk
memanfaatkan abu terbang dalam pembuatan beton. Abu terbang ini sendiri, kalau tidak
dimanfaatkan juga bisa menjadi ancaman bagi lingkungan. Karenanya dapat dikatakan,
pemanfaatan abu terbang akan mendatangkan efek ganda pada tindak penyelamatan
lingkungan, yaitu penggunaan abu terbang akan memangkas dampak negatif kalau bahan sisa
ini dibuang begitu saja dan sekaligus mengurangi penggunaan semen Portland dalam
pembuatan beton.
Sebagian besar abu terbang yang digunakan dalam beton adalah abu kalsium rendah (kelas
”F” ASTM) yang dihasilkan dari pembakaran anthracite atau batu bara bituminous. Abu
terbang ini memiliki sedikit atau tida ada sifat semen tetapi dalam bentuk yang halus dan
kehadiran kelambaban, akan bereaksi secara kimiawi dengan kalsium hidrosida pada suhu
biasa untuk membentuk bahan yang memiliki sifat-sifat penyemenan. Abu terbang kalsium
tinggi (kelas ASTM) dihasilkan dari pembakaran lignit atau bagian batu bara bituminous,
yang memiliki sifat-sifat penyemenan di samping sifat-sifat pozolan.
Hasil pengujian yang dilakukan oleh Poon dan kawan-kawan, memperlihatakan dua pengaruh
abu terbang di dalam beton, yaitu sebagai agregat halus dan sebagai pozzolan. Selain itu abu
terbang di dalam beton menyumbang kekuatan yang lebih baik dibanding pada pasta abu
terbang dalam komposisi yang sama. Ini diperkirakan lekatan antara permukaan pasta dan
agregat di dalam beton. More dan kawan-kawan, Mendapatkan workabilitas meningkat ketika
sebagian semen diganti oleh abu terbang.
Beton yang mengandung 10 persen abu terbang memperlihatkan kekuatan awal lebih tinggi
yang diikuti perkembangan yang signifikan kekuatan selanjutnya. Kekuatan meningkat 20
persen dibanding beton tanpa abu terbang. Penambahan abu terbang menghasilakan
peningkatan kekuatan tarik langsung dan modulus elastis. Kontribusi abu terbang terhadap
kekuatan di dapati sangat tergantung kepada faktor air-semen, jenis semen dan kualitas abu
terbang itu sendiri.
Dalam suatu kajian, abu terbang termasuk ke dalam kategori kelas F dengan kandungan
CaO2 rendah sebesar 1,37 persen lebih kecil daripada 10 persen yang menjadi persyaratan
minimum kelas C. Namun demikian kandungan SiO2 sukup tinggi yaitu 57,30 persen. Abu
terbang ini, selain memenuhi kriteria sebagai bahan yang memiliki sifat pozzolan, abu
terbang juga memiliki sifat-sifat fisik yang baik, yaitu jari-jari pori rata-rata 0,16 mili
mikron, ukuran median 14,83 mili-mikron, dan luas permukaan spesifik 78,8 m2/gram. Sifat-
sifat tersebut dihasilkan dengan menggunakan uji Porosimeter.
Hasil-hasil pengujian menunjukkan bahwa abu terbang memiliki porositas rendah dan
pertikelnya halus. Bentuk partikel abu terbang adalah bulat dengan permukaan halus, dimana
hal ini sangat baik untuk workabilitas, karena akan mengurangi permintaan air atau
superplastiscizer.
Tidak semua fly ash memenuhi persyaratan ASTM C.618
3. Slag
Kerak (slag),Blast Furnace slag : adalah bahan non metalik hasil samping dari pabrik
pemurnian besi dalam tanur yang mengandung campuran antara kalsium silikat dan kalsium
alumina silikat dan beberapa pengotor.
g. Bahan tambah untuk memperkuat ikatan beton lama dengan beton baru (bonding
agent for concrete)
Penuangan beton segar di atas permukaan beton lama sering mengalami kesulitan
dalam pengikatan (penyatuannya). Untuk mengatasinya, perlu ditambahkan suatu
bahan tambah agar terjadi ikatan yang menyatu atara permukaan yang lama dengan
permukaan yang baru, jenis bahan tambah tersebut biasanya disebut bonding agent
yang merupakan larutan polimer.