Teknologi Pengolahan Sawit
Teknologi Pengolahan Sawit
Kelompok : VI (Enam)
Nama : Maria Simaremare (1507034848)
Nadya Eka Putri (1507036966)
Rahmat Ade Agustias (1507036341)
Kata Kunci : Artisanal, sawit offgrade, sterilisasi, yield, asam lemak bebas, kadar
air.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Metode Tradisional
Metode pengolahan tradisional merupakan proses ekstraksi buah sawit yang
paling praktis dan sederhana namun membosankan dan tidak tepat guna [Ekine dan
Onu, 2008], prinsip pengolahan tidak begitu sulit namun kurang efisien [Altes dan
Wiemer, 1989]. Secara umum metode ini hanya mengandalkan tenaga manusia
(dilakukan secara manual) untuk mengolah buah kelapa sawit dengan menggunakan
media air panas untuk proses ekstraksi buah. Oleh karena itu diperlukan tenaga kerja
yang tidak sedikit dalam proses pengolahannya. Sumber bahan baku yang digunakan
berasal dari pekarangan rumah masyarakat. Metode pengolahan secara tradisional
merupakan metode pengolahan yang dilakukan ditempat pemanen maupun disekitar
masyarakat namun proses pengolahannya berjalan lambat [Hyman, 1990].
Metode pengolahan tradisional hanya menghasilkan presentasi minyak yang
sedikit serta kualitas minyak yang rendah. Faktor utama penyebabnya adalah tahapan
proses dan peralatan yang digunakan. Secara umum tahapan proses yang digunakan
terdiri dari pelumatan buah, pemisahan fiber dan nut, dan mengekstraksi minyak
dengan cara merendam hasil buah pelumatan (digester) menggunakan air panas.
Minyak yang diperoleh memiliki kualitas yang buruk (kadar ALB, kadar kotoran dan
kadar air tinggi ) karena menggunakan teknologi yang sederhana (low technology)
[Zu dkk, 2012]. Minyak yang dihasilkan memiliki dua type yaitu soft oil dan hard oil.
Soft oil memiliki kadar ALB 7 – 12% dan hard oil pada umumnya 20% namun dapat
mencapai 30 – 50% [Hyman, 1990].
Adzimah dan seckley [2009] menyatakan untuk melumat buah pada bagian
digester pengolahan dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia. Pelumatan
buah dapat dilakukan dengan dengan secara loaked/pounding dan foot tramping.
Motede pounding dilakukan dengan cara menumbuk buah didalam lumpang (lesung)
menggunakan alat penumbuk (mortar) dan foot tramping merupakan metode
pelumatan dengan cara menginjak – injak buah.
2. Metode Artisanal
Metode ekstraksi artisanal merupakan pengembangan metode tradisional. Pada
ekstraksi artisanal proses produksi dilakukan dengan menambah beberapa peralatan
dan alur proses sebagai cara untuk meningkatkan yield (rendemen). penambahan
peralatan berupa alat pengepres merupakan langkah untuk meningkatkan yield
(rendemen). Pengepres yang digunakan ada dioperasikan secara manual dan
menggunakan motor sebagai pengerak alat. Keuntungan metode ekstraksi artisanal
yaitu mudah digunakan, biaya produksi murah, bisa dilakukan oleh pekerja yang
tidak memiliki keterampilan, dan kerja yang digunakan tidak banyak [Hyman, 1990].
Sumber bahan baku diproduksi berasal dari petani.
Pada umumnya pengepresan yang digunakan pada metode artisanal yaitu
hydraulic press. Beberapa jenis pengepresan lain yang dapat digunakan yaitu spindle
press, dan UNATA press. Pertimbangan pemilihan alat press berdasarkan
kemampuan pengepresan untuk mengeluarkan minyak dan berdasarkan pertimbangan
ekonomis. Untuk pengepresan yang menggunakan motor memiliki konversi yang
tinggi namun tidak ekonomis [Hyman, 1990].
b) Kadar air
Kadar air yang terdapat dalam minyak tergantung pada efektivitas pengolahan
buah serta tingkat kematangan buah. Proses pengolahan di pabrik tidak terlepas dari
air karena merupakan bahan penunjang proses ekstraksi. Tingkat kematangan buah
juga mempengaruhi kadar air dalam minyak. Buah sawit yang terlalu matang akan
memiliki kadar air lebih banyak sedangkan buah mentah memiliki sedikit kadar
minyak. Untuk itu diperlukan sistem pemanenan tepat waktu dan pengolahan yang
efektif agar minyak yang diperoleh memiliki mutu yang berkualitas. Kadar air
maksimal pada CPO yang diolah yaitu 0,1% [Ketaren, 1986].
c) Kadar kotoran
Kadar kotoran adalah keseluruhan bahan-bahan asing yang tidak larut dalam
minyak dan dinyatakan dengan persen (%) zat pengotor terhadap minyak atau
lemak. Pada umumnya penyaringan minyak dilakukan dengan rangkaian proses
pengendapan yaitu sentrifugasi. Metode sentrifugasi hanya dapat menyaring kotoran
yang berukuran besar, tetapi kotoran yang berupa serabut dan yang berukuran kecil
sulit disaring karena tidak ada perbedaan berat jenis dengan minyak. Kadar kotoran
maksimal pada CPO yang diolah yaitu 0,01% [Ketaren, 1986]
6 Titer, oC 40-47
BAB II
PERCOBAAN
Keterangan :
Y : Yield
Moe : Mass of oil extracted
Mm : Mass of the mash
2.2.3 Uji Kadar Asam Lemak Bebas
Kadar asam lemak bebas dihitung sebagai persentase berat asam palmitat
dan dilakukan dengan metode titrasi. Larutan titar yang digunakan yaitu larutan
kalium hidroksida (KOH) 0,1 N yang dibuat dengan cara melarutkan 2,8 gram KOH
dalam 500 mL air suling, kemudian distandarisasi dengan larutan asam oksalat 0,1 N
dengan cara :
1. Menimbang 3,15 gram asam oksalat lalu menambahkan aquades pada labu
ukur 500 mL hingga tanda batas.
2. Memasukkan larutan kedalam erlenmeyer sebanyak 25 ml
3. Menambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein
4. Menitrasi dengan larutan titar hingga timbul warna merah muda (merah
jambu) yang stabil.
𝑁𝑎𝑠.𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑥 𝑉𝑎𝑠.𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑂𝐻 =
𝑉𝐾𝑂𝐻
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengaruh Waktu Pengukusan terhadap Yield
Percobaan teknologi pengolahan sawit dilakukan dengan memvariasikan waktu
pengukusan yaitu selama 30 menit, 60 menit, dan 90 menit. Minyak sawit yang
didapat pada waktu pengukusan 30 mmenit yaitu 42,57 gram, pada waktu
pengukusan 60 menit yaitu 75,87 gram, dan pada waktu pengukusan 90 menit adalah
71 gram.
17.000
15.000
13.000
Yield (%)
11.000
9.000
7.000
5.000
0 20 40 60 80 100
Waktu (min)
2.600
2.400
2.200
2.000
ALB (%)
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0 20 40 60 80 100
Waktu (min)
Gambar 3.2 Kurva hubungan waktu pengukusan terhadap kadar asam lemak
bebas dari sawit offgrade
Penentuan kadar asam lemak bebas (ALB) dilakukan dengan menimbang berat
contoh uji, yaitu rata-rata seberat 5 gram. Berdasarkan Gambar 3.2 dapat dilihat
bahwa kadar ALB maksimum adalah saat pengukusan selama 60 menit yaitu sebesar
2,509%. Sedangkan kadar ALB minimum adalah saat pengukusan selama 90 menit
yaitu sebesar 1,777%.
Salah satu penyebab tingginya kadar ALB sawit yaitu karena terjadinya reaksi
hidrolisa antara minyak dengan air. Proses pengempaan akan menyebabkan daging
buah menjadi pecah, sehingga minyak dapat keluar dari sawit. Ketika ditambahkan
air panas, terjadi kontak antara minyak dalam buah sawit dengan air, sehingga terjadi
reaksi hidrolisa. Semakin lama reaksi hidrolisa berlangsung (kontak antara minyak
dan air semakin banyak), maka semakin tinggi kadar ALB yang terbentuk (Ketaren,
1986).
Perubahan kadar ALB yang tidak teratur terhadap perbedaan waktu pengukusan
disebabkan karena proses hidrolisa pada minyak. Pada tiap proses pembilasan
minyak, air panas yang digunakan tidak dengan jumlah yang sama pada setiap
variasi. Sehingga ada jumlah air yang digunakan lebih banyak dan ada juga lebih
sedikit pada saat pembilasan minyak. Apabila semakin banyak jumlah air yang
ditambahkan saat pembilasan, maka semakin besar proses kontak terjadinya hidrolisa
minyak membentuk ALB yang menyebabkan ALB akan semakin banyak, begitu juga
sebaliknya.
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0 20 40 60 80 100
Waktu (min)
Gambar 3.3 Kurva hubungan waktu pengukusan terhadap kadar air pada
minyak kelapa sawit offgrade
Saat proses pengempaan brondol sawit yang telah dikukus, sawit disiram
menggunakan air panas untuk memudahkan minyak terbawa dan mengalir untuk
ditampung. Semakin banyak air panas yang digunakan semakin besar pula kadar air
yang terkandung pada minyak sawit. Hasil pengukuran kadar air pada proses kali ini
memberikan hasil data yang tidak bisa disimpulkan apakah waktu pengukusan
berhubungan lurus atau terbalik terhadap kadar air. Hal ini disebabkan karena saat
proses pembilasan minyak menggunakan air panas, jumlah air yang digunakan pada
setiap proses pembilasan tidak menentu, sehingga menyebabkan kadar air pada setiap
variasi waktu perebusan mengalami perbedaan yang tidak teratur.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Yield semakin meningkat seiring bertambahnya waktu pengukusan. Yield
minimum didapat pada waktu pengukusan 30 menit yaitu sebesar 8,514%,
sedangkan yield maksimum didapat pada waktu pengukusan 60 menit yaitu
sebesar 15,174%.
2. Kadar asam lemak bebas (ALB) semakin meningkat seiring bertambahnya
waktu pengukusan. Kadar ALB minimum didapat pada waktu pengukusan 90
menit yaitu sebesar 1,777%, dan kadar ALB maksimum pada waktu
pengukusan 60 menit yaitu sebesar 2,509%.
3. Kadar air semakin meningkat seiring bertambahnya persen penambahan air
panas. Kadar air minimum didapat pada waktu pengukusan 60 menit yaitu
sebesar 2,491%, dan kadar air maksimum didapat pada waktu pengukusan 30
menit yaitu sebesar 4,53%.
4.2 Saran
Pada praktikum teknologi pengolahan sawit sebaiknya bahan, yang dalam hal
ini adalah buah sawit telah tersedia sebelum praktikum dimulai untuk menghemat
waktu proses praktikum. Proses pembilasan minyak dengan air panas hendaknya
dalam jumlah yang terukur untuk meminimalisir kesalahan analisa. Proses pemisahan
minyak dan air pada corong pisah harus benar-benar teliti agar tidak ada minyak yang
ikut terbuang bersama air.
DAFTAR PUSTAKA
PERHITUNGAN
Standarisasi larutan KOH dengan menggunakan larutan Asam oksalat 0,1 N
- Volume KOH yang digunakan (VKOH) = 29,2 mL
- Normalitas larutan Asam oksalat (N) = 0,1 N
- Volume Asam oksalat (V C2H2O4.2H2O) = 25 mL
𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑥 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑂𝐻 =
𝑉𝐾𝑂𝐻
0,1 𝑁 𝑥 25 𝑚𝐿
=
29,2 𝑚𝐿
= 0,085 N
A.1. Menghitung Yield Minyak
Waktu pengukusan 30 menit
𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑜𝑓 𝑜𝑖𝑙 𝑒𝑥𝑡𝑟𝑎𝑐𝑡𝑒𝑑
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑥 100 %
𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑜𝑓 𝑡ℎ𝑒 𝑚𝑎𝑠ℎ
42,57 𝑔𝑟
= 𝑥 100%
500 𝑔𝑟
= 8,514%
Waktu pengukusan 60 menit
𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑜𝑓 𝑜𝑖𝑙 𝑒𝑥𝑡𝑟𝑎𝑐𝑡𝑒𝑑
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑥 100 %
𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑜𝑓 𝑡ℎ𝑒 𝑚𝑎𝑠ℎ
75,87 𝑔𝑟
= 𝑥 100%
500 𝑔𝑟
= 15,174
Pengukusan 90 menit
𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑜𝑓 𝑜𝑖𝑙 𝑒𝑥𝑡𝑟𝑎𝑐𝑡𝑒𝑑
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑥 100 %
𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑜𝑓 𝑡ℎ𝑒 𝑚𝑎𝑠ℎ
71 𝑔𝑟
= 𝑥 100%
500 𝑔𝑟
= 14,2%
25,6 𝑥 𝑁 𝑥 𝑉
%𝐴𝐿𝐵 =
𝑊
25,6 𝑥 0,085 𝑁 𝑥 4,4 𝑚𝐿
=
5,02 𝑔𝑟
= 1,907 %
Waktu pengukusan 60 menit
Volume KOH yang digunakan (V) = 5,8 mL
Normalitas larutan KOH (N) = 0,085 N
Berat sampel minyak uji (W) = 5,03 gr
25,6 𝑥 𝑁 𝑥 𝑉
%𝐴𝐿𝐵 =
𝑊
25,6 𝑥 0,085 𝑁 𝑥 5,8 𝑚𝐿
= 𝑥 100%
5,03 𝑔𝑟
= 2,509%
Waktu pengukusan 90 menit
Volume KOH yang digunakan (V) = 4,1 mL
Normalitas larutan KOH (N) = 0,085 N
Berat sampel minyak uji (W) = 5,02 gr
25,6 𝑥 𝑁 𝑥 𝑉
%𝐴𝐿𝐵 =
𝑊
25,6 𝑥 0,085 𝑁 𝑥 4,1 𝑚𝐿
=
5,02 𝑔𝑟
= 1,777 %
A.3. Uji Kadar Air
Waktu pengukusan 30 menit
Initial weight = 12,12 gr
Final weight = 11,57 gr