Anda di halaman 1dari 22

Laporan Lengkap Pembuatan larutan baku |

Kimia Dasar
BAB I

LATAR BELAKANG

I.1 Latar Belakang

Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu sistem homogen yang

mengandung dua atau lebih zat yang masing-masing komponennya tidak bisa dibedakan

secara fisik disebut larutan, sedangkan suatu sistem yang heterogen disebut campuran.

Larutan standar dalam titrasi memegang peranan yang amat penting, hal ini disebabkan

larutan ini telah diketahui konsentrasi secara pasti (artinya konsentrasi larutan standar adalah

tepat dan akurat).

Percobaan pembuatan dan pembakuan larutan ini sangat berperan penting dalam proses

analisa volumetrik yang merupakan analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang

dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan

reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.

Dalam bidang farmasi, analisa volumetri inilah yang digunakan untuk menentukan

kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih kecil

sehingga lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu

perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin.

I.2 Maksud & Tujuan

I.2.1 Maksud Percobaan

- Mengenal macam-macam larutan baku

- Membuat larutan baku dengan konsentrasi tertentu.

I.2.2 Tujuan percobaan

- Dapat membuat larutan baku dari bahan padat dengan konsentrasi tertentu

- Dapat membuat larutan baku dari bahan cair dengan konsentrasi tertentu
I.3 Prinsip Percobaan

Pembuatan larutan baku NaOH dan HCl dengan konsentrasi tertentu dilakukan dengan

melarutkan homogen NaOH/HCl ke dalam pelarut aquadest. Pembakuan NaOH dengan

menggunakan larutan baku primer Kalium biftalat dititrasi dengan NaOH 0,1 N dengan

menggunakan indikator PP hingga terjadi titik akhir. Pembakuan HCl dengan menggunakan

larutan baku primer Natrium carbonat dititrasi dengan HCl 0,1 N dengan menggunakan indikator

PP hingga terjadi titik akhir.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

II.1.1 Definisi Larutan

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, kecuali dinyatakan

lain pelarut digunakan air suling (1).

Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan

masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan terdiri atas zat

terlarut dan pelarut (2)

Larutan adalah campuran homogen dalam suatu campuran terdapat molekul-molekul,

atom-atom, ion-ion dan zat atau lebih disebut campuran, karena susunannya dapat diubah-

ubah disebut campuran homogen, karena komponen-komponen penyusunnya telah kehilangan

sifat fisiknya dan susunannya sangat seragam sehingga tidak dapat diamati (3).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah tekanan dan

suhu. Kelarutan zat padat dan cairan tidak terpengaruh oleh tekanan, sedangkan kelarutan gas-

gas akan bertambah, apabila tekanan diperbesar (3)

II.1.2 Komponen Larutan

Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutannya, yaitu pelarut dan zat yang

dilarutkan dalam pelarut tersebut, zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut. Apabila dua atau

lebih komponen dicampurkan dan dalam larutan sama. Dalam hal ini baik alkohol maupun air

dapat disebut zat terlarut atau pelarut. (4)

II.1.3 Jenis-Jenis Larutan

- Gas dalam gas – seluruh campuran gas

- Gas dalam cairan – oksigen dalam air

- Cairan dalam cairan – alkohol dalam air

- Padatan dalam cairan – gula dalam air

- Gas dalam padatan – hidrogen dalam paladium

- Cairan dalam padatan – Hg dalam perak


- Padatan dalam padatan – alloys

II.1.4 Kosentrasi Larutan

Kosentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Apabila zat

terlarut banyak sekali, sedangkan pelarutnya sedikit, maka dapat dikatakan bahwa larutan itu

pekat atau kosentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya bila zat yang terlarut sedikit sedangkan

pelarutrnya sangat banyak, maka dapat dikatakan larutan itu encer atau kosentrasinya sangat

rendah.

Banyak cara untuk memeriksa kosentrasi larutan, yang semuanya menyatakan kuantitas

zat terlarut dalam kuantitas pelarut (atau larutan). Dengan demikian, setiap sistem kosentrasi

harus menyatakan butir-butir berikut (5) :

1. Satuan yang digunakan untuk zat terlarut

2. Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan.

3. Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua.

Kosentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara yaitu :

a. Persen Volum

Persen volum menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 liter larutan, misalnya :

Alkohol 76% berarti dalam 100 liter larutan alkohol terdapat 76 liter alkohol murni.

b. Persen Massa

Persen Massa menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan contohnya

: Sirup merupakan larutan gula 80% artinya dalam 100 gram sirup terdapat 80 gram gula.

c. Molaritas

Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut perkilo gram pelarut tang terkandung

dalam suatu larutan molaritas (m) tidak dapat di hitung dari kosentrasi molar (M), kecuali jika

rapatan (densitar) larutan itu di ketahui.

d. Molalitas

Molaritas menyatakan jumlah Mol zat terlarut setiap kilogram dalam 1 liter larutan

contohnya : NaCl berarti 1 liter larutan terdapat 0,1 Mol NaCl


e. Normalitas

Normalitas suatu larutan adalah jumlah gram ekuivalen zat terlarut yang terkandung di

dalam 1 liter larutan. Batas ekuivalen adalah fraksi bobot molekul yang berkenaan dengan satu

satuan tertentu, reaksi kimia dan 1 gram ekuivalen adalah fraksi yang sama dari pada 1 mol.

f. Fraksi Mol

Fraksi mol suatu dalam larutan didefinisikan sebagai banyaknya mol (n) komponen itu,

dibagi dengan jumlah mol keseluruhan komponen dalam larutan itu.

Jumlah fraksi seluruh komponen dalam setiap larutan adalah :

X (terlarut) =n (terlarut)

n (terlarut) + n (pelarut)

X (Pelarut) =n (pelarut)

n (terlarut) + n (pelarut)

Dalam persentase fraksi mol dinyatakan sebagai mol persen.


II.1.5 Perbandingan antara berbagai skala konsentrasi

Skala konsentrasi molar dan normalitas sangat bermanfaat untuk. Eksperimen volumetri

dimana kuantitas zat terlarut dalam larutan dengan volume bagian larutan itu. Skala normalitas

sangat menolong dalam membandingkan volume dua larutan yang diperlukan untuk bereaksi

secara kimia (4).

Keterbatasan skala normalitas adalah bahwa suatu larutan mungkin mempunyai lebih

dari satu nilai normalitas, bergantung pada reaksi yang menggunakannya. Kosentrasi molar

larutan sebaliknya merupakan suatu bil tetap karena bobot molekul zat itu tidak bergantung

pada reaksi yang menggunakannya (4).

Skala fraksi mol sangat berguna dalam karya-karya teoritas karena banyak sifat-sifat

fisika larutan dapat dinyatakan dengan lebih jelas dalam perbandingan jumlah molekul pelarut

dan zat terlarut. (6).

Kimia volumetri yaitu pembuatan larutan baku. Zat murni di timbang dengan teliti,

kemudian di larutkan dalam labu ukur sampai volume tertentu dengan tepat. Dimana

normalitasnya diperoleh dengan perhitungan larutan-larutan baku primer yaitu natrium oksalat,

kalium bikromat, natrium karbonat, kalium iodida.

Zat-zat kimia yang dipakai untuk membuat larutan harus memenuhi syarat :

1. Zat yang digunakan harus murni dan mempunyai rumus molekul yang pasti.

2. Zat yang digunakan harus mempunyai berat ekuivalen yang pasti.

3. Zat yang digunakan mudah di keringkan.

4. Stabil dimana larutan baku primer dapat dipakai untuk menentukan

kadar larutan yang tidak diketahui.

II.1.6 Larutan Baku

Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti,

dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas). Senyawa

yang digunakan untuk membuat larutan baku dinamakan senyawa baku.

Senyawa baku dibedakan menjadi dua, yaitu :


1. Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan larutan

standar dan untuk membuat larutan baku yang konsentrasi larutannya dapat dihitung dari hasil

penimbangan senyawanya dan volume larutan yang dibuat. Contohnya : H₂C₂O₄ . 2H₂O, Asam

Benzoat (C₆H₅COOH), Na₂CO₃, K₂Cr₂O₇, As₂O₃, KBrO₃, KIO₃, NaCl, dll.

Syarat-syarat baku primer :

- Diketahui dengan pasti rumus molekulnya

- Mudah didapat dalam keadaan murni dan mudah dimurnikan

- Stabil, tidak mudah bereaksi dengan CO₂, cahaya dan uap air

- Mempunyai Mr yang tinggi

2. Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer kareana

sifatnya yang tidak stabil, dan kemudian digunakan untuk membakukan larutan standar. Contoh

: larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.

Contoh larutan baku primer :

- NaOH, H₂C₂O₄ (as. oksalat), C₆H₅COOH (as. benzoat), KHP

- HCl, Na₂B₄O₇ (nat. tetraborat), Na₂CO₃ (nat. karbonat)

- KMnO₄, H₂C₂O₄, As₂O₃ (arsen trioksida)

- Iodium, As₂O₃, Na₂S₂O₃.5H₂O baku (nat. tio sulfat)

- Serium (IV) Sulfat, As2O₃, serbuk Fe pa.

- AgNO₃, NaCl, NH₄CNS

- Na₂S₂O₃, K₂Cr₂O₇, KBrO₃, KIO₃

- EDTA, CaCO₃ pa, Mg pa

Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di

capai. Umumnya indikator yang digunakan adalah indikator azo dengan warna yang spesifik

pada berbagai perubahan pH.

Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara

zat yang dianalisis dan larutan standar.

Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang

menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.
Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir

titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada

suatu senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik ekuivalen ini tidak dapat diamati, karena itu perlu

bantuan senyawa lain yang dapat menunjukkan saat titrasi harus dihentikan. Senyawa ini

dinamakan indikator.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik adalah

sebagai berikut :

- Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.

- Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang

kuantitatif/stokiometrik.

- Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia maupun

secara fisika.

- Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator

potensiometrik dapat pula digunakan.

II.2 Uraian Bahan

1. Air Suling (1)

Resmi : Aqua Destilata

Lain : Air Suling,Aquades

m : H₂O / 18,02

rian : Cairan Jernih,tidak berwarna,tidak berbau,tidak mempunyai rasa

an :-

mpanan : Didalam wadah tertutup baik

aan : Sebagai pelarut

2. Natrium Hidroksida (1)

Nama resmi : Natrium Hydroxydium

Lain : Natrium hidroksida

m : NaOH/40.00
an : Bentuk batang,massa hablur atau keeping-keping ,rapuh dan mudah meleleh basah,sangat

Alkalis dan korosif,

utan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%)

mpanan : Mengandung tidak kurang dari 97,5% akali jumlah dihitung sebagai NaOH dan tidak lebih dari

2,5% NaCO3

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

3. Kalium Biftalat (1)

Resmi : Kalium Hidrogenftalat

Nama lain : Kalium biftalat

Rm/Bm : CO2 H,C6H4,CO2K. / 204,44

Pemberian : Serbuk hablur,putih tidak berwarna

Kelarutan : Larut perlahan dalam air,larutan jernih

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

ungan : Menggandung tidak kurang dari 99,9% dan tidak lebih dari 1001,0% C8H5KO4,dihitung terhadap

zat yang telah dikeringkan.

Khasiat :-

Kegunaan : Sebagai baku primer

4. Asam Klorida (1)

: Acidum Chloridum

: HCl, Asam Klorida

: Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap

dan bau hilang

basaan : Larutan yang sangat encer masih bereaksi asam kuat terhadp kertas lakmus P

: Dalam wadah tertutup baik

egunaan : Zat tambahan

5. Natrium Karbonat (1)

Nama Resmi : Natrii Carbonas

Nama Lain : Natrium Karbonat


: Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih

: Dalam wadah tertutup baik

gunaan : Zat tambahan, keratolitikum

6. Fenolftalein (1)

Nama Resmi : FenolFtalein

Nama Lain : PP

RM/BM : C20H14O4

: Tidak berwarna dalam suasana asam dan alkali lemah dan memberikan warna merah dalam

larutan alkali kuat

Kegunaan : Indikator
BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

A. Alat yang digunakan

Adapun alat - alat yang digunakan dalam percobaan pembuatan larutan baku antara lain

timbangan analitik, labu ukur 50 ml dan 100 ml, gelas erlenmeyer, pipet volum 25.0 ml, kaca

arloji, sendok anduk, buret , oven dan botol semprot.

B. Bahan yang digunakan

Bahan – bahan yang diperlukan pada saat percobaan kesetimbangan yaitu Aquadest,

Tissue, HCl, NaOH, Na₂CO₃, K. H. Fhtalat, indikator FenolFtalein dan kertas perkamen.
III.2 Cara Kerja

III.2.1 Pembuatan dan pembakuan NaOH 0,1 N

a). Pembuatan larutan baku sekunder NaOH 0,1 N

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan lalu menimbang seksama NaOH sebanyak

0,2260 gr dengan timbangan analitik diatas wadah kaca arloji. Memasukkan ke

dalam erlenmeyer dan menambahkan sedikit aquadest hingga larut. Memindahkan kedalam

labu ukur 50 ml, dibilas erlemeyer lalu menambahkan aquadest hingga tepat 50 ml skala labu

ukur, kemudian menghomogenkan. Memindahkan larutan NaOH ke dalam erlenmeyer dan

menutup rapat lalu memberi label NaOH.

b). Pembuatan Larutan Baku primer Kalium Biftalat

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan lalu memanaskan Kalium Biftalat di dalam

oven selama 2 jam dengan suhu 180⁰ C - 280⁰ C dan menimbang seksama kalium Biftalat

sebanyak 0,1010 gr dengan timbangan analitik di atas kertas perkamen. Memasukkan hasil

timbangan ke dalam erlenmeyer dan menambahkan sedikit aquadest. Memindahkan ke dalam

labu ukur sambil membilas erlemeyer kemudian menambahkan aquadest hingga 100 ml ke

dalam labu ukur kemudian menghomogenkan.


c). Pembakuan NaOH dengan Kalium Biftalat

Menyiapkan alat dan bahan dan membersihkannya atau mencuci buret dengan aquades

lalu membilas dengan larutan NaOH. mengisi buret dengan larutan NaOH hingga tepat skala 0

pada buret. Memipet kalium Biftalat masing-masing 25 ml ke dalam erlenmeyer dan


menambahkan indikator Fenolftaleien 4 tetes, homogenkan. Titrasi dengan NaOH secara

perlahan-lahan dan tetes demi tetes sambil terus menghomogenkan hingga terjadi perubahan

warna menjadi merah muda kemudian mencatat volume titrasi NaOH tepat saat perubahan

warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Ulangi lagi dua kali percobaan.

III.2.1 Pembuatan dan pembakuan HCl 0,1 N

a). Pembuatan larutan baku sekunder HCl 0,1 N

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan kemudian mengukur seksama HCl

sebanyak 0,8360 gr dengan menggunakan pipet skala lalu memasukkan ke dalam labu ukur

100 ml dan menambahkan aquadest hingga tepat 100 ml skala labu ukur, kemudian

menghomogenkan. Memindahkan larutan HCl ke dalam erlenmeyer dan ditutup rapat dan

memberikan label HCl


b). Pembuatan Larutan baku primer Natrium Karbonat

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan lalu memanaskan Natrium karbonat

didalam oven selama 2 jam dengan suhu 180⁰ C - 280⁰ C. Selanjutnya menimbang Natrium

karbonat sebanyak 0,103 g dengan timbangan analitik diatas kertas perkamen dan

memasukkan hasil timbangan ke dalam erlenmeyer dan menambahkan sedikit aquadest.

memindahkan ke dalam labu ukur dan menambahkan aquadest hingga 100 ml dalam labu ukur

kemudian menghomogenkannya.

c). Pembakuan HCl dengan Natrium Karbonat

Menyiapkan alat dan bahan lalu membersihkannya atau mencuci buret dengan

aquadest lalu membilas dengan larutan HCl. Mengisi buret dengan HCl hingga tepat skala 0

pada buret. Memipet Natrium carbonat masing-masing 25 ml ke dalam labu erlenmeyer dan

menambahkan indikator Fenolftaleien 4 tetes. Mencampurkan atau menggoyangkan hingga

homogen. Titrasi dengan HCl secara perlahan-lahan dan tetes demi tetes sambil terus

dihomogenkan sampai warna merah muda pada larutan hilang. Mencatat volume titrasi HCl

tepat saat perubahan warna dari merah muda menjadi jernih. Mengulangi lagi dua kali

percobaan.

.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

K.H Fhtalat yang ditimbang = 0,101 g

Tabel pengamatan hasil pembakuan NaOH dengan K.H Fhtalat

Volume K.H Pembacaan skala buret


No.Titrasi Volume titrasi
Fhtalat Titik awal Titik Akhir

1 25ml + PP 0 1,2 1,2 ml

2 25ml + PP 1,2 2,6 1,4 ml

3 25ml + PP 2,6 3,9 1,3 ml

Volume Rata-Rata =

Na₂CO₃ yang ditimbang = 0,103 g


Tabel pengamatan hasil pembakuan HCl dengan Na₂CO₃

Volume Pembacaan skala buret


No.Titrasi Volume titrasi
Na₂CO₃ Titik awal Titik Akhir

1 25ml + PP 0 2,8 2,8 ml

2 25ml + PP 2,8 5,1 2,5 ml

3 25ml + PP 5,1 7,9 2,6 ml

Volume rata-rata =

IV.2 Perhitungan dan Reaksi

IV.2.1 Perhitungan Bahan Yang Ditimbang

1. NaOH 0,1 N 50 ml

NaOH Na+ + OH-

BM= Mr Na + Mr O + Mr H = 23 + 16 + 1 = 40

BE = BM = 40

W= N x L x BE

W= 0,1 x 0,1 x 40

W= 0,2 g 2000 mg

2. HCl 0,1 N 100 ml

HCl H+ + Cl-

BM = Mr H + Mr Cl = 1 + 35,5 = 36,5

BE = BM = 36,5

Bj HCl = 1,18 g/ml

% = 37 %

N=

N=

N = 11,96 N

Pengenceran V₁ x N₁ = V₂ x N₂

100 x 0,1 = V₂ x 11,96


V₂ = 0,836 ml

IV.2.2 Perhitungan normalitas hasil titrasi untuk

1. NaOH 0,1 N 50 ml

Diketahui Volume titrasi rata-rata = 1,3ml

BE = BM K.H fhtalat = 204,44

Mol grek NaOH = mol grek K.H fhtalat

V titrasi x N NaOH =

N NaOH =

N NaOH =

N NaOH = 0,3800 x Faktor pengenceran

N NaOH = 0,3800 x

N NaOH = 0,0950 N

2. Perhitungan HCl 0,1 N 100 ml

Na₂CO₃ + 2HCl 2NaCl + H₂CO₃

BM = 106

BE = ½ BM = 53

Mol grek HCl = mol grek Na₂CO₃

V titrasi x N HCl =

N HCl =

N HCl =

N HCl = 0,7389339 x Faktor pengenceran

N HCl = 0,7389339 x

N HCl = 0,1847 N

IV.2.3 Reaksi
1.
NaOH Na+ + OH-
2.
HCl H+ + Cl-
3.
4.
Na₂CO₃ + 2HCl 2NaCl + H₂CO₃
IV.3 Pembahasan

Ketelitian dalam pengenceran merupakan salah satu faktor untuk memperoleh

ketetapan konsentrasi yang diinginkan, karena itu pengenceran akan lebih baik bila dilakukan

dalam labu ukur untuk membuat larutan dari bahan padat, maka ditimbang sejumlah zat

tertentu zat padat dilarutkan dalam air sampai volume tertentu sesuai konsentrasi yang

diinginkan. Konsentrasi larutan yang tepat akan diperoleh pengambilan zat padat dan

pengembangan dikerjakan dengan teliti dan sebersih mungkin.

Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantatif yang biasa digunakan dalam

labu ukur untuk menentukan konsentrasi dari reaktrasi.

Titik akhir adalah titik fitrasi pada indikator berubah untuk mengindikasi titik akhir dalam

rekasi indikator visual.

Titik ekuivalen adalah titik konsentrasi asam dengan konsentrasi basa atau titik di mana

jumlah basa yang ditambahkan dengan jumlah asam yang dinetralkan. Dalam percobaan ini

indikator yang digunakan adalah fenolftalein, hal ini disebabkan karena fenol mempunyai warna

ungu dan tak berwarna atau penambah nion hidroksida, menghilangkan untuk

menggantikannya mengubah indikator-indikator menjadi warna ungu. Fenolftalein juga

digunakan tanda bereaksinya antara NaOH yang telah diraksikan Fenolftalein dengan kalium

biftalat.
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari percobaan di atas dapat diperoleh kesimpulan yaitu :

1. Untuk membuat NaOH 0,1 N ditimbang 0,226 mg NaOH padat dalam 100 ml aquades dan untuk

membuat HCl 0,1 N dipipet 0,8360 ml dalam 100 ml aquadest

2. N NaOH yang diperoleh setelah pembakuan 0,0950 N

N HCl yang diperoleh setelah pembakuan 0,1847 N

V.2 Saran

Sebelum masuk Lab kordinator bahan harus siapkan bahan yang akan dipakai

sebelum praktikum dimulai.


DAFTAR PUSTAKA
1. Dirjen POM.Farmakope Indonesia, Edisi Ke-III. Jakarta :Departemen Kesehatan RI. 1979.

2. http/kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2009/0700009/index.html.diakses tanggal 11
November 2011.

3. Isfar Anshary. Kimia I. Penerbit : Srikandi. Surakatra.2002.

4. Benny karyadi. Kimia. Jakarta.2000

5. Ralp.H.Putrucci. Kimia dasar, Jilid 2

6. E. G. Jereme. L. Rossenberg. Kimia Dasar

7. Tim Asisten. Penuntun Kimia Dasar. STIFA Kebangsaan. Makassar. 2011

Anda mungkin juga menyukai