Anda di halaman 1dari 19

METODE PERSIDANGAN

A. Pengertian Persidangan

Sidang : Rapat, Rembuk, Musyawarah dalam situasi formal.

Persidangan adalah sebuah media atau tempat untuk merumuskan suatu permasalahan
yang muncul dalam suatu komunitas yang didalamnya mutlak terdapat beberapa perbedaan
faham dan kepentingan yang dimilikinya. Persidangan juga dibuat dalam rangka merumuskan
hal-hal yang menjadi kebutuhan sebuah kelompok/organisasi dalam menjalankan tata kerja
organisasi tersebut. Persidangan itu sendiri dibuat melalui mekanisme-mekanisme yang telah
dibuat sebelumnya.
Mekanisme yang ada didalam persidangan ini berfungsi untuk menjaga keteraturan
setiap elemen yang ada didalam sidang tersebut agar persidangan dapat berjalan lancar secara
harmonis dan kondusif.
Demi kelancaran sebuah persidangan, hendaknya didukung oleh beberapa perangkat-
perangkat yang ada didalamnya, diantaranya adalah :
1. Pimpinan sidang adalah Pimpinan sidang adalah orang-orang yang telah ditunjuk
sebelumnya oleh peserta sidang yang mempunyai tugas untuk mengarahkan sidang dan
,menetapkan hasil keputusan yang telah disepakati oleh seluruh peserta sidang. Pimpinan
sidang biasanya terdiri dari 3 (tiga) orang, yakni pimpinan sidang ketua; pimpinan sidang
sekretaris (notulen) yang bertugas untuk mencatat segala ketetapan yang telah disepakati
dalam persidangan untuk kemudian diarsipkan; dan pimpinan sidang anggota yang
mendampingi kedua pimpinan sidang ketua dan pimpinan sidang sekretaris.
2. Materi sidang adalah materi/konsep permasalahan yang akan dibahas didalam persidangan.
Materi ini merupakan rangkuman dari beberapa pokok-pokok permasalahan yang ada dalam
tubuh organisasi tersebut.
3. Peserta sidang adalah peserta yang mengikuti proses persidangan yang merupakan anggota
dari organisasi tersebut. Peserta sidang ini nantinya merupakan penentu setiap
kebijakan/keputusan dari permasalahan yang dibahas dalam persidangan.
Perangkat pendukung lainnya adalah palu siding, alat tulis menulis dan pengeras suara.
Adapun beberapa jenis ketukan palu sidang yang dilakukan oleh pimpinan sidang ketua
yakni :
1. ketukan palu 1 kali, dilakukan untuk menyepakati keputusan forum.
2. ketukan palu 2 kali, dilakukan untuk menskorsing/pending siding.
3. ketukan palu 3 kali, dilakukan untuk menetapkan hasil keputusan forum (konsideran) dari
tiap agenda sidang.

Beda Sidang dengan Diskusi

1. Waktu Perencanaan (Sidang terencana sedangkan diskusi lebih bersifat insidental)

2. Jenis dan Kuantitas Peserta (Sidang harus memenuhi syarat-syarat sahnya sidang)

3. Materi (sidang terdiri dari 1 jenis materi, sedangkan diskusi tidak terbatas)

4. Kekuatan hukum. (Sidang lebih memiliki kekuatan hukum)

B. Hakekat Tekhnik dalam Persidangan

Tekhnik adalah cara bersidang yang sesuai konstitusi atau aturan. Tujuan memahami
Tekhnik dalam bersidang adalah:
Tercapainya keputusan bersama dengan cara yang nikmat dan sah, serta memiliki kekuatan
hukum yang lebih untuk dipertahankan dikemudian hari.
C. Bentuk – Bentuk Persidangan
1. Ditinjau dari Jenis Peserta
Rapat Bidang, Rapat Pengurus, Rapat Panitia, Rapat Dewan, Sidang Komisi, Sidang
Parlemen dll

2. Ditinjau dari Jenis Keputusan


Kongres, Muktamar, MUSANG, MUSDA, MUSCAB, Rapat Internal, rapat Pleno”
dsb.
3. Ditinjau dari Waktu Pelaksanaan
Rapat Harian, Rapad dwimingguan, Rapat Bulanan, dsb
D. Sebuah diskusi memenuhi untuk dikatakan Persidangan kalau…….
1. Terdapat permasalahan
2. Terdapat peserta sidang yang sesuai quorum
3. Adanya petugas persidangan terutama pimpinan siding
4. Tersedianya kelengkapan sidang yang memadai
5. Terdapat draft atau kesepakatan tekhnis pra-persidangan seperti konvensi ketukan palu.
6. Terdapat keputusan.

E. Arti Strategis dan Nilai dari Persidangan

1. Sebagai alat Pemecahan Masalah


2. Sebagai Pemersatu dalam Dinamika Pemikiran
3. Ciri khas masyarakat intelektual

F. Mengapa Sidang Butuh Etika Khusus?


1. Menekan kemunculan pendapat yang bersifat subjektif
2. Menghindari timbulnya masalah baru
3. Menjaga agar proses persidangan tetap pada garis penyelesaian masalah, bukan adu
argumen”.
4. Melahirkan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan semua peserta siding
5. Demi kenyamanan bersidang
6. Hakekat Etika : adalah mencakup tata cara berinteraksi yang sopan, serta menjalankan
Tekhnik dalam Persidangan.

G. Istilah – istilah dalam Persidangan


1. Pending, adalah menghentikan sidang sejenak dikarenakan terdapat kendala tekhnis atau
prinsip. Contoh ; makan, shalat, kebakaran dsb.
2. Skorsing, adalah menghentikan sidang sejenak untuk melakukan lobying, dikarenakan
sulitnya mencapai kesepakatan antar peserta sidang yang berseteru.
3. Lobying, merupakan proses diskusi antar peserta sidang diluar pengaturan pimpinan sidang.
4. Pencerahan, merupakan upaya seorang peserta sidang untuk meluruskan kesalahfahaman
yang terjadi antara peserta sidang yang lain.
5. Voting, merupakan prosesi pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak setelah
jalan musyawarah mengalami kebuntuan.
6. Quorum, merupakan syarat sebelum persidangan dimulai, agar keputusan dapat dianggap
sah.
7. Interupsi, yaitu memotong pembicaraan orang lain.
 Interupsi Poin of Order. Dilakukan jika terdapat disfungsi peserta sidang (termasuk petugas”
sidang) yang dianggap mengganggu jalannya persidangan.
 Interupsi Poin of Clarification. Dilakukan jika terdapat penyampaian pendapat atau
informasi yang butuh klarifikasi.
 Interupsi Poin of Information. Dilakukan untuk menyampaikan informasi tambahan yang
dianggap membantu maupun informasi yang sifatnya tehnis.
 Interupsi Poin of Personal Previllage. Dilakukan jika terdapat pendapat yang terlalu
menyudutkan pihak tertentu, diluar substansi permasalahan
MATERI KERANGKA BERFIKIR ILMIAH

Definisi.
Pertama yang harus didefinisikan adalah kata definisi itu sendiri. Mengapa
demikian? Tanpa kita sadari secara penuh, sebenarnya “Definisi” adalah unsur pengetahuan yang
kita butuhkan. Baik dalam kehidupan Ilmiah maupun dalam kehidupan sehari-hari kita sering
berurusan dengan “Definisi”.
Lalu apa defenisi dari “Defenisi”? Secara sederhana defenisi adalah Batasan
/Membatasi sesuatu sehingga kita dapat memiliki pengertian terhadap sesuatu atau memberikan
pengertian/penjelasan tentang sesuatu hal dan disertai dengan batasan-batasan sehingga hal
tersebut menjadi jelas. Karena teori ini mengharuskan adanya “Batas” dalam sebuah objek yang
hendak didefinisikan, secara langsung juga membutuhkan sesuatu yang menjadi karakteristiknya.
Apa karakteristik itu? Secara singkat dapat kita sebut sebagai Genera (Jenis)
dan Difffferentia (Sifat pembeda). Dapat disimpulkan bahwa inti dari definisi yang pertama ini
adalah menjelaskan sesuatu yang terbatas. Konsekwesinya, jika sesuatu tidak terbatas maka tidak
dapat didefinisikan.
Jika kita mencoba mendefinisikan judul diatas (kerangka berpikir ilmiah) maka kurang
lebih seperti berikut:
Kerangka adalah sesuatu yang menyusun atau menopang yang lain, sehingga sesuatu
yang lain dapat berdiri, dan Berpikir merupakan gerak akal dari satu titik ke titik yang lain. Atau
bisa juga gerak akal dari pengetahuan yang satu ke pengetahuan yang lain. Pengetahuan pertama
kita adalah ketidaktahuan (kita tahu bahwa kita sekarang tidak mengetahui sesuatu), pengetahuan
yang kedua adalah tahu (kemudian kita mengetahui apa yang sebelumnya tidak kita tahu). Wajar
kemudian ada juga yang mendefinisikan berpikir sebagai gerak akal dari tidak tahu menjadi tahu.
Tapi yang penting (inti pembahasannya) adalah adanya gerak akal.
Ilmiah adalah sesuatu hal/penyataan yang bersifat keilmuan yang sesuai dengan hukum-
hukum ilmu pengetahuan. Atau sesuatu yang dapat dipertanggung jawabkan, dengan
menggunakan metode Ilmiah (Prosedur atau langkah-langkah sistematis yang perlu diambil guna
memperoleh pengetahuan yang didasarkan atas uji coba hipotesis serta teori secara terkendali).
Satu hal yang menjadi garis bawah adalah “kebenaran ilmiah tidak mutlak, melainkan bersifat
sementara, relatif, metodologis, pragmatis, dan fungsionalis, dan pasti Epistemologis”. Dengan
demikian dalam kacamata dunia Ilmiah berdasarkan metode ilmiah, ilmu pengetahuan sebagai
hasil fikir manusia akan terus bertambah tanpa mengenal batas akhir.
Permasalahan Berfikir Ilmiah sudah tentu tidak terlepas dari kajian filsafat ilmu, karena
ia merupakan bagian dari pengetahuan ilmiah. Sebelum memasuki pembahasan mendalam
penting kiranya saya jelaskan secara singkat apa itu filsafat? (Mengingat kajian kita nantinya
akan banyak bersinggungan dengan keilmuan ini).
Filsafat atau Falsafah (Arab) Pilosopia (Latin) bada dasarnya berasal dari bahasa
Yunani “Philo” yang berarti cinta dan “Sophia” yang berarti arif, bijaksana / pandai. Secara
bahasa semula Filsafat lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan, kepandaian. Namun, cakupan
pengertian “Sophia” yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu “Sophia” tidak hanya berarti
kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan
intelektual, pertimbangan sehat dll.

Pembahasan.
Seorang filosof pada dasarnya bukan sosok yang menakutkan / kafir / tidak familier,
karena tujuan awal dari filsafat sendiri adalah Love of Wisdom sehingga orang yang berfikir
filsafat hakekatnya adalah pencari kebijaksanaan & mencintainya. Istilah ini konon pertama di
perkenalkan oleh pytagoras.[6]
Jika diatas kita sudah membahas makna Filsafat secara bahasa, sekarang bagaimana
pemaknaan filsafat itu menurut para filosof besar? Plato; Filsafat adalah pengetahuan yang
berminat mencapai pengetahuan kebenaran asli. Aristoteles; Filsafat adalah ilmu
(Pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalam ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Al-Farbi; Filsafat adalah ilmu pengetahuan ttg
alam wujud, bagaimana hakekat yang sebenarnya. Hasbullah Bakry; Ilmu filsafat adalah ilmu
yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam.
Disini penulis akan menitik beratkan pada tradisinya, bukan sekedar pengertiannya.Dari
sekian filosof yang kita kenal baik didunia barat maupun timur, ada satu tradisi yang hampir-
hampir menjadi benang merah ketika menyelesaikan sesuatu sdengan jalan filosofis, yaitu tradisi
berfikir. Filsafat yang mempunyai arti sebagai berpikir secara radikal, menyeluruh dan
sistematis. Maksudnya, dengan berpikir radikal (bhs Yunani radix=akar) atau sampai ke akar-
akarnyabukan cuman dlohirnya, sehingga melihat sesuatu secara menyeluruh dan tersusun
sehinggadiharapkan kita dapat lebih arif dalam melihat persoalan. Ketika dilekatkan dengan kata
ilmu maka berarti secara radikal, menyeluruh, komperhensif, diskriptif dan
sistematis[8] terhadap ilmu.
Menurut Jujun S. Suriasumantri filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi
(filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Lebih
lanjut Jujun mengatakan bahwa semua sistem kefilsafatan selalu berkisar pada masalah Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi karena, ketiga sub sistem tersebut selalu berkaitan satu sama lain.
Ontologi ilmu terkait dengan Epistemologi ilmu, dan Epistemologi ilmu terkait dengan Aksiologi
ilmu.
Atau secara sederhana dapat kita katakan bahwa: Epistemologi adalah ilmu yang
membahas tentang sumber pengetahuan berikut kevalidan sebuah sumber. Kedua Ontologi,
membahas tentang hakikat sesuatu dalam hal eksistensi dan esensi. Atau dengan kata lain
keberadaan dan keapaan sesuatu. Ketiga aksiologi, membahas tentang kegunaan sesuatu. Dalam
materi ini saya akan lebih banyak membahas aspek Epistemologi, yang lainnya hanya untuk
memperjelas saja.
Menurut William S. Sahakian; Epistemologi merupakan “pembahasan mengenai
bagaimana kita mendapatkan pengetahuan : Apakah sumber pengetahuan? Apakah hakikat,
jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? Apakah manusia dimungkinkan untuk mendapatkan
pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manusia.
Secara Bahasa / Lughowi, Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, episteme, yang
berarti pengetahuan. Istilah yang sama dalam bahasa yunani adalah Genosis, sehingga dalam
sejarahnya istilah Epistemologi ini pernah juga disebut “Genoseologi”.[9] Pengetahuan dalam
hal ini ada beberapa persoalan pokok yang secara garis besar terbagi dua. Pertama, persoalan
tentang apa yang kelihatan (phenomena/appearance) versus hakikat (noumena/essence): Apakah
sumber pengetahuan? Dari mana sumber pengetahuan yang benar itu datang? Bagaimana cara
diketahuinya? Benarkah ada realita di luar pikiran kita? Apakah kita mengetahuinya?. Kedua,
tentang mengkaji kebenaran atau verifikasi: Apakah pengetahuan kita itu benar (valid)?
Bagaimana kita dapat membedakan yang benar dan yang salah?. (Ringkasnya; Bagaimana kita
mengetahui atau memperoleh pengetahuan dan bagaimana menguji kebenaran pengetahuan tsb /
Evaluatif dan Kritis)[10].
Lantas apa itu pengetahuan? Ada yang mengatakan pengetahuan adalah informasi atau
ide, yang telah diterima sebagai fakta yang benar, bisa jadi itu diperoleh dengan pengindraan
atau kegiatan empirik secara langsung maupun melalui proses penalaran rasional terhadap ide-
ide yang telah ada dalam alam pikir manusia.[11] Dikemudian hari orang yang lebih
menekankan kegiatan empirik untuk memperoleh pengetahuan dikatagorikan dalam penganut
faham Empirisme sedangkan yang mengandalkan pada rasionalitas disebut sebagai penganut
faham Rasionalisme sebagaimana sejarah Filsafat Barat mencatat; Ada dua aliran pokok dalam
epistemologi. Pertama, idealism atau rasionalism (Plato), yaitu suatu aliran pemikiran yang
menekankan pentingnya peran “akal”, “idea”, “category”, “form”, sebagai sumber ilmu
pengetahuan, dan mengesampingkan peran “indera”. Kedua,
adalah realism atauempiricism (Aristoteles), yaitu aliran pemikiran yang lebih menekankan
peran “indera” sebagai sumber sekaligus alat memperoleh pengetahuan, serta menomorduakan
akal. Kedua aliran tersebut lahir pada zaman Yunani antara tahun 423 sampai dengan tahun 322
sebelum Masehi.
Selanjutnya dalam sejarah filsafat Islam tercatat aliran epistemologi yang menekankan
pentingnya integrasi metode rasionalism dan empiricsm yang melahirkan metode eksperimen.
Dalam metode ini pertentangan antara penalaran rasio dan empiri seperti yang dianut Barat
dihilangkan. Metode ini dikembangkan oleh sarjana-sarjana Muslim pada abad keemasan Islam,
yaitu ketika ilmu dan pengetahuan lainnya mencapai titik kulminasi antara abad IX dan XII
Masehi. Kemudian diperkenalkan di dunia Barat oleh filsuf Roger Bacon (1214-1294) serta
dimantapkan sebagai paradigma ilmiah atas usaha Francis Bacon (1561-1626). Fakta ini
diperkuat oleh H.G. Wells yang menyatakan bahwa “jika orang Yunani adalah bapak metode
ilmiah, maka orang Muslim adalah bapak angkatnya”. Dalam perjalanan sejarah maka lewat
orang Muslimlah dunia modern sekarang ini mendapatkan kekuatan dan cahayanya, dan diakui
telah memberi sumbangan besar bagi lahirnya renaissans dalam peradaban Barat (Insya Allah
akan dibahas nanti, jika memungkinkan, jika tidak ya tetap bisa dipelajari & bisa dibaca).
Setelah mengetahui pokok dasar dari epistemologi adalah “Bagaimana kita mendapat
pengetahuan” perlu kiranya kita mengetahui sumber-sumber pengetahuan. Secara umum ada
beberapa mazhab pemikiran yang berusaha menawarkan sumber-sumber
pengetahuansebagai mana berikut:
1. Skriptualisme
Skriptualisme adalah sebuah sistem berpikir yang dalam menilai kebenaran digunakan
teks kitab. Asumsi dasar yang terbangun adalah teks dalam kitab mutlak adanya, oleh
karenanya dalam penilain kebenaran harus sesuai dengan teks kitab. Mempertanyakan teks
kitab sama saja dengan mempertanyakan kemutlakan. Biasanya kaum skriptual adalah orang
yang beragama secara sederhana. Maksudnya, peran akal dalam wilayah keagamaan sangat
sempit bahkan hampir tidak ada. Akal dianggap terbatas dan tidak mampu menilai, olehnya
kembali lagi ke teks kitab. Namun dalam wilayah epistemologi, skriptualisme memiliki
beberapa kekurangan, antara lain:
o Tidak memiliki alasan yang jelas, mengapa kita harus mempercayai kitab tersebut. Kalau
yang mutlak adalah teks kitab, maka pertanyaannya “Bagaimana caranya diantara banyak
kitab menilai bahwa kitab inilah yang benar”. Kalau kita langsung percaya, maka kitab
lain juga harus kita langsung percaya. Nah, kalau kontradisi, kitab yang mana benar?
Artinnya, kelemahan pertamanya adalah butuh sesuatu dalam membuktikan kebenaran
sebuah kitab.
o Dari kelemahan pertama dapat kita turunkan kelemahan berikutnya, yakni: terjebak pada
subjektifitas. Artinya, kebenaran sebuah kitab sangat tergantung pada umatnya.
Kebenaran Al Qur’an, walau berbicara universal, hanya dibenarkan oleh umat Islam.
Umat Nasrani, Budha dan sebagainya meyakini kitab mereka masing-masing. Sementara
kita tidak dapat memaksakan kitab kita pada umat lain sebagaimana kita pun pasti tidak
akan menerima teks kitab umat lain
o Kelemahan ketiga adalah teks adalah “tanda” atau simbol yang membutuhkan penafsiran.
Kitab tidak bisa berinteraksi langsung, tetapi melewati proses penafsiran. Sementara
dalam penafsiran sangat tergantung kualitas intelektual dan spiritual seseorang. Makanya
kemudian, adalah wajar jika sebuah teks dapat dimaknai berbeda. Sebagai contoh, surah
80:1
2. Idealisme Platonian
Pemikiran Plato dapat digambarkan kurang lebih seperti ini. Sebelum manusia lahir
dan masih berada di alam ide, semua kejadian telah terjadi. Olehnya, manusia telah memiliki
pengetahuan. Ketika terlahir di alam materi ini, pengetahaun itu hilang. Untuk itu yang harus
manusia lakukan kemudian adalah bagaimana mengingat kembali. Pengetahuan yang kita
miliki hari ini kemarin dan akan datang sebetulnya (dalam perspektif teori ini) tidak lebih dari
pengingatan kembali. Teori ini juga sering disebut sebagai teori pengingatan kembal. Namun
sebagai alat penilaian, teori ini memiliki beberapa kekurangan.
 Tidak ada landasan yang memutlakkan bahwa dahulu kita pernah di alam ide
 Turunan dari yang pertama, kalaupun (jadi diasumsikan teori ini benar) ternyata sebelum
lahir kita telah memiliki pengetahuan, maka persoalannya adalah apakah pengetahuan
kita saat ini selaran dengan pengetahuan kita sewaktu di alam ide. Kalau dikatakan
selaras, apa yang dapat dijadikan bukti.
 Ketiga, tidak diterangkan dimanakah ide dan material itu menyatu (saat manusia belum
dilahirkan), dan mengapa disaat kita lahir, tiba-tiba pengetahuan itu hilang. Kalau
dikatakan material kita terlalu kotor untuk menampung ide, maka mengapa saat ini kita
bukan saja memiliki ide, tapi bahkan mampu mengembangkan ide disaat material kita
justru semakin kotor.
3. Empirisme
Doktrin empirisme berlandaskan pada pengalaman dan persepsi inderawi. Oleh
karena itu, kebenaran dalam doktrin ini adalah sesuatu yang dapat ditangkap oleh indra
manusia. Bangunan sains kita pada hari ini sangat kental nuansa empirisnya. Tetapi
empirisme memiliki kekurangan sebagai berikut:
 Indera terbatas mata misalnya memiliki daya jangkau penglihatan yang berbeda.
Begitupun telinga dan indera lainnya. Olehnya indera hanya bisa menangkap hal-hal yang
bersifat terbatas atau material pula. Makanya fenomena penyembahan dan jatuh cinta
misalnya, tidak dapat dijawab dengan tepat oleh kaum empiris.
 Indera dapat mengalami distorsi. Sebagai contoh terjadinya fatamorgana atau pembiasan
benda pada dua zat dengan kerapatan molekul berbesa. Ketika kita masukkan pensil ke
dalam gelas berisi air kita akan melihatnya bengkok karena kerapatan molekul air, gelas
dan udara sebagai medium berbeda. Padahal jika kita periksa ternyata pensil tetap lurus.
4. Kaum Perasa (Intuisi)
Kaum perasa selalu menjadikan perasaannya sebagai tolok ukur kebenaran. Ciri khas
mereka adalah “Yakin saja”. Mereka menganggap dirinya sebagai orang yang paling mampu
mendengar suara hatinya, dan menjadikan suara hatinya sebagai ukuran kebenaran. Banyak
orang beragama seperti ini padahal sistem berpikir macam ini memiliki kekurangan dalam
pembuktian kebenaran sebagai berikut:
 Tidak jelas yang didengar itu adalah suatu hati atau justru sekedar gejolak emosional,
atau bahkan (dengan pendekatan orang beragama) justru bisikan setan. Jangan sampai
hanya gejolak emosi lantas dianggap suara hati, atau bisikan setan. Nah persoalannya
bagaimana membedakannya?
 Kalau pun didengar adalah suara hati, maka akan subjektif. Karena hati orang berbeda.
Jika subjektif, maka yang didapatkan adalah relativitas, bukan kemutlakan.
 Tidak punya landasan mengapa kita mesti mengikuti suara hati. Kalau akal menjustifikasi
penggunaan hati berarti tidak konsisten. Tetapi kalau menggunakan hati sebagai alasan
mengapa harus mengikuti suara hati, maka kembali ke point sebelumnya.
Selanjutnya dalam kacamata Epistemologi ada beberapa istilah yang penting untuk
diketahui seperti
1. Skeptisme;
Dalam bahasa yunaninya adalah Skeptomai maknanya saya berfikir dengan
seksama atau saya lihat dengan teliti, kemudian diturunkan arti yang dihubungkan dengan
kata tersebut yaitu “Saya Meragukan”. Adalah Naif jika ada orang yang tidak pernah
meragukan sesuatu apapun, dengan meragukan maka proses verifikasi akan terjadi.
2. Subjektivisme;
Mengandaikan bahwa satu-satunya hal yang dapat kita ketahui dengan pasti ada
dalam diri kita sendiri & kegiatan sadar kita. Dengan kata lain pengetahuan yang bukan
AKU adalah pengetahuan yang tidak langsung. Sehingga muncul apa yang disebut dengan
The Problem of Bridge (Soal Jembatan Pengetahuan), yaitu Bagaimana orang dapat keluar
dari pikirannya sendiri dan mengetahui dunia objektiv diluar kita? Bagaimana kita bisa tau
bahwa gagasan itu memang sesuai dengan Objeknya sendiri (Bukan cuman ilusi kita)
3. Relativisme;
Mengingkari adanya dan diketahuinya kebenaran yang Objektiv dan Universal
oleh manusia (Kebenaran yang ada dimanusia adalah kebenaran yang bersifat relatif).
Mana yang Rasional..? Menurut Kang Jalal, sesutu kadang dianggap tidak rasional
karena tiga hal. Pertama tidak empiris. Sesuatu yang tidak dicerna indra manusia biasanya
dianggap tidak rasional. Hal ini umumnya menghinggapi orang yang sangat empiris. Kedua
menyimpang dari rata-rata. Sewaktu perang Khaibar, kaum muslim menundukkan benteng
terakhir kaum Yahudi. Para sahabat sejumlah 50 laki-laki yang kuat tidak mampu mengangkat
pintu benteng itu, tapi Sayyidina Ali mampu mengangkatnya sendirian. Ini dianggap tidak
rasional, padahal hal ini rasional hanya tidak seperti kebanyakan. Ketiga tidak tahu.
Ketidaktahuan adalah kelemahan yang orang berusaha tutupi dengan penisbahan stigma
irasional.
Rasionalisme tidak menutup diri dari teks, pengalaman atau persepsi inderawi, juga
perasaan. Akan tetapi kaum rasionalis menggunakan akal dalam menilai semua yang ditangkap
oleh bagian diri kita. Namun bagi sekelompok orang, akal tidak dapat digunakan untuk menilai
kebenaran. Alasannya, akal terbatas. Artinya penggunaan akal sangat dekat dengan mengakal-
akali sesuatu.
Memang benar bahwa akal terbatas dibanding PenciptaNya (selanjutnya dibahas dalam
materi NDP / Dasar-Dasar Kepercayaan), akan tetapi akal sebagai potensi untuk tahu, dimana
batasnya? Hukum akal menyatakan bahwa sebab selalu mendahului, lebih kuat dari akibat. Jadi
kesadaran akal sebagai ciptaan atau akibat pasti memiliki keterbatasan dihadapkan dengan
penciptaNya. Cuma persoalannya adalah sejauh mana kita gunakan akal kita untuk mengetahui.
Dalam kacamata seorang filsuf bahwa manusia adalah binatang berakal. Secara Biologis
manusia memiliki syarat-syarat kebinatangan seperti respirasi, eksresi, regenerasi dan
sebagainya. Bedanya Cuma satu, akal. Artinya manusia yang tidak menggunakan akalnya bisa
lebih buruk daripada binatang.
Kadang orang merancukan antara akal dan otak. Katanya, otaklah yang berpikir. Untuk
menjawab hal ini sederhana. Seandainya otak yang berpikir, maka tentu saja kerbau adalah
makhluk yang cerdas karena volume otaknya lebih besar dari manusia. Ternyata kedokteran
modern menemukan bahwa dalam otak terdapat sel yang disebut neuron. Neuron inilah yang
mengkoordinasikan kerja syaraf dalam tubuh dimana tubuh disisi kanan diatur melalui tulang
belakang menuju ke otak kiri begitupun sebaliknya. Artinya otak tidak ada hubungannya dengan
akal. Otak tidak lebih dari sebuah organ seperti jantung, paru-paru dan sebagainya. Dalam diri
kita ada beberapa fakultas pengetahuan, diantaranya:
 Indera, yang mencakup warna, bentuk, bunyi, bau,dam sebagainya. Perbedaan dengan
empirisme, empirisme menjadikan indera sebagai tolok ukur sedang rasionalisme
menjadikan indera sebagai sumber pengetahuan namun bukan utama.
 Khayal. Hasil persekutuan ide yang tidak memiliki realitas eksternal. Misalnya ide manusia
dan monyet yang kesemuanya memiliki realitas eksternal, namun jika digabungkan menjadi
kera sakti yang hanya memiliki realitas internal (dalam ide) tapi tidak direalitas eksternal.
 Wahmi. Berkaitan dengan perasaan. Benci, cinta, rindu, jengkel dan sebagainya. Ilmu secara
wahmiyah seperti pada kaum perasa diatas. Cuma perbedaannya wahmi masih dikontrol,
bukan sebagai patokan utama.
 Akal. Fakultas dalam diri kita yang mengontrol semuanya.
Kita telah sampai pada pentingnya akal dalam menilai sesuatu. Namun, persoalannya
lagi bahwa ternyata akal pun masih bisa salah. Artinya akal tidak mutlak. Untuk menjawab hal
ini, kita kembali ke pendefinisian awal. Berpikir adalah gerak akal. Hal ini berarti menandakan
adanya proses.
Seorang pemikir telah membantu kita menyusun prinsip atau aturan berpikir tersebut
yang sering disebut logika aristotelian atau logika formal sebagai berikut:
1. Prinsip identitas. Prinsip ini menyatakan bahwa sesuatu hanya sama dengan dirinya sendiri.
Secara matematis dirumuskan: X=X
2. Prinsip non kontradiksi. Prinsip ini menyatakan bahwa tiada sesuatu pun yang
berkontradiksi. Sesuatu berbeda dengan bukan dirinya. Jika diturunkan melalui rumus
matematika: X ≠ X
3. Prinsip kausalitas. Prinsip ini menyatakan bahwa tidak ada sesuatupun yang kebetulan.
Setiap sebab melahirkan akibat.
4. Prinsip keselarasan. Prinsip ini menyatakan bahwa setiap akibat selaras dengan sebabnya.
Beberapa metode yang bermunculan sesuai dengan bidang keilmuannya diantaranya
phytagoras mengembangkan metode perhitungan matematika, democritus dengan mengajukan
konsep mekanisme. Dan metode ilmiah akhirnya menjadi sebuah tahapan yang bervariasi sesuai
dengan disiplin ilmumyang dihadapi & untuk jelasnya silahkan baca buku logika atau kajian.
TAUHID
A. Pengertian Tauhid
Tauhid adalah sikap dasar seorang muslim yang menjadikan Allah sebagai satu-satunya
Dzat yang berhak disembah dan dipatuhi segara perintah dan larangan-Nya. Tauhid juga
menjadikan seorang muslim hanya menjadikan Allah Swt sebagai tujuan. Secara harfiyah, tauhid
artinya “satu”, yakni Tuhan yang satu, tiada Tuhan selain-Nya (keesaan Allah). Tauhid
terangkum dalam kalimat tahlil, yakni Laa Ilaaha Illaallaah (tiada Tuhan selain Allah).
B. Macam-Macam Tauhid
1. Tauhid Rububiyyah adalah keyakinan bahwa Allah-lah satu-satunya pencipta dan
pemelihara alam semesta; bahwa Allah adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk,
dan Allahlah yang mengatur dan mengubah keadaan mereka.
“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap
dan terang” (QS. Al An’am: 1).
2. Tauhid Uluhiyyah adalah keyakinan bahwa Allah-lah satu-satunya yang berhak disembah
dan dimintai pertolongan.
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan”(Qs. Al-Fatihah: 5).
3. Tauhid Al Asma’ was Sifat adalah keyakinan bahwa hanya Allah yang memiliki nama dan
sifat yang sesuai dengan yang Allah tetapkan bagi diri-Nya dalam Al Qur’an dan hadits,
yakni Asmaul Husna.
C. Perkara - Perkara yang merusak tauhid Adalah:

1. Memakai segala bentuk cincin atau benang-benang buhul baik terbuat dari kuningan atau
tembaga atau terbuat dari besi atau kulit untuk menolak atau menghilangkan bala. Ini adalah
perbuatan syirik.

2. Jampi-jampi atau mantera-mantera bid'ah yang tidak ada tuntunan dari Rasulullah SAW. ,
gendam dan segala bentuk Tamimah serta azimat-azimat dan kata-kata yang tidak dapat
dimengerti dari jampi-jampi, meminta tolong kepada jin dalam mengungkap bentuk
penyakit atau mengobati sihir ataupun dengan mengalungkan tamimah pada leher-leher
manusia atau binatang baik berbentuk benang atau ikatan-ikatan yang tertulis dengan
kalimat-kalimat bid'ah yang tidak terdapat dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah atau bahkan
tertulis dengan al-Qur'an serta As-Sunnah, karena menurut pendapat yang benar hal ini tidak
dibolehkan, karena perbuatan ini sebagai perantara terjadinya perbuatan syirik.
Rasulullah SAW. bersabda : (( “ Sesungguhnya Ruqyah - yang berbau syirik - , serta
Tamimah dan Tiwalah adalah syririk " )) HR. Ahmad & Abu Dawud. Perlu kita perhatikan,
perbuatan seperti menggantungkan kertas, tembaga ataupun besi yang ditulisi ayat-ayat kursi
atau perbuatan meletakkan mushaf / Al Qur'an disertai dengan keyakinan bahwasanya
semuanya itu bisa menyelamatkan atau menolak dari kecelakaan atau keburukan-keburukan
lain. Sebagian kertas-kertas tadi dibentuk menyerupai telapak tangan atau dalam bentuk
menyerupai mata, maka hal ini tidak dibolehkan selama disertai dengan keyakinan menolak
'Ain. Rasulullah SAW. bersabda : (( “ Barang siapa yang bergantung pada sesuatu maka ia
akan diserahkan kepadanya - sesuatu tersebut, maksudnya Allah akan berlepas diri darinya”
). HR. Ahmad, Tirmidzi & Al-Hakim.

3. Termasuk yang merusak tauhid adalah meminta keberkahan kepada seseorang dan
mengusap-usapkan tangan padanya dan meminta berkahnya atau meminta keberkahan
kepada pohon-pohonan, batu-batuan atau benda lainnya. Bahkan Ka'bah tidak boleh
mengusap-usap dindingnya dengan niat mengambil berkah dari materinya. Umar bin
Khaththab R.A. berkata ketika akan mencium hajar aswad : (( " Sesungguhnya aku
mengetahui bahwasannya engkau hanyalah sebuah batu yang tidak dapat mendatangkan
bahaya dan tidak pula mendatangkan manfa’at, kalau saja aku tidak melihat
Rasulullah SAW. mencium-mu maka aku tidak akan mencium-mu” .

4. Termasuk perkara-perkara yang merusak tauhid adalah berkorban dengan menyembelih


untuk selain Allah Ta'ala seperti untuk para wali, syetan-syetan dari jin dan manusia dengan
maksud untuk mendapatkan manfaat dan atau menolak bahaya dari mereka, perbuatan inilah
yang disebut syirik besar. Sebagaimana tidak diperbolehkan menyembelih untuk selain
Allah Ta'ala, tidak diperbolehkan pula menyembelih ditempat yang dilakukan
penyembelihan untuk selain Allah Ta'ala walaupun dia bermaksud menyembelih untuk
Allah Ta'ala ( seperti di tempat peribadatan orang-orang musyrik, dsb ) yang demikian ini
untuk menutup jalan menuju kesyirikan.

5. Bernadzar kepada selain Allah Ta'ala, karena nadzar adalah ibadah yang tidak boleh
ditujukan kepada selain Allah Ta'ala.
6. Meminta pertolongan serta perlindungan kepada selain Allah Ta'ala. Rasulullah SAW.
bersabda kepada Ibnu Abbas R.A. : (( “ Jika engkau meminta pertolongan, maka mintalah
kepada Allah Ta'ala, dan jika engkau berlindung, berlindunglah kepada Allah Ta'ala “ )) dari
sabda Rosul SAW. diatas kita bisa mengetahui bahwa meminta pertolongan kepada jin
adalah terlarang.

7. Termasuk perkara yang merusak tauhid adalah berlebih-lebihan dalam mengkultuskan para
wali dan orang-orang saleh, yaitu dengan menyamakan derajat mereka dengan Rasulullah
SAW. atau menyangka bahwasannya diantara mereka ada yang mencapai derajat ma’sum (
tidak pernah salah ).

8. Perkara lain yang membatalkan tauhid seseorang adalah thowaf dikuburan. Ini adalah
perbuatan syirik. Dan tidak dibolehkan bagi seorang muslim melakukan sholat dikuburan
karena ditakutkan akan dijadikan sarana untuk berbuat syirik, maka bagaimanakah
hukumnya terhadap mereka yang dengan sengaja sholat dikuburan yang memperuntukkan
(sholatnya) untuk si mayit yang ada dikuburan atau dengan menjadikan kuburan sebagai
tempat untuk melakukan acara ritual ibadah lainnya ..?! Naudzubillah.

9. Terdapat larangan untuk mendirikan bangunan diatas kuburan, atau dengan membangun
kubah-kubah serta masjid-masjid diatasnya dan atau dengan mengkapurnya, hal ini dalam
rangka melindungi tauhid sesorang.

10. Perbuatan lainnya yang membatalkan tauhid adalah melakukan perbuatan sihir, mendatangi
tukang sihir, dan para dukun serta para peramalatau orang-orang yang sejenis dengan
mereka. Karena sesungguhnya para tukang sihir adalah kafir, maka tidak boleh mendatangi
mereka, menanyakan sesuatu kepadanya (yang tidak diketahui dari perkara ghaib), ataupun
mempercayai ucapan mereka walaupun mereka disebut (oleh masyarakat) sebagai para wali
atau syaikh- syaikh, dan atau yang sejenisnya.

11. Termasuk yang merusak tauhid adalah “ Tathayyur « yaitu persangkaan buruk atau rasa
pesimis dengan mendasarkan kepada hal-hal yang bukan sebab syar'i baik melalui burung-
burung, menghitung hari-hari, nama-nama bulan, atau dengan pribadi seseorang, semua itu
tidak boleh. Karena perbuatan diatas adalah syirik sebagaimana hadits diatas yang
menerangkan tentang hal ini.
12. Termasuk yang merusak tauhid adalah bergantung kepada sebab musabab semata, seperti
bergantungnya seseorang kepada dokter, proses penyembuhan dari suatu penyakit, atau
mendapatkan jenis pekerjaan dengan mengesampingkan sisi tawakal kepada Allah Ta'ala.
Seharusnya ketika seseorang pergi ke dokter untuk berobat , atau dalam mencari rezki,
hatinya senantiasa bergantung kepada Allah semata-mata dan bukan dengan bergantung
kepada sebab.

13. Di antara yang dapat merusak tauhid adalah meramal dengan menggunakan bintang-bintang
atau menggunakannya bukang dalam hal yang semestinya, maka tidak diperbolehkan untuk
menyingkap tabir terhadap perkara yang akan terjadi dimasa datang atau perkara-perkara
ghaib lainnya yang tentunya semua ini terlarang.

14. Termasuk dalam hal ini adalah meminta hujan dengan perantara bintang-bintang dan atau
musim-musim dengan satu keyakinan bahwasannya turunnya hujan atau tidak, itu
disebabkan oleh bintang-bintang, Tetapi semestinya sesorang harus berkeyakinan
bahwasannya turunnya hujan atau tidak adanya hujan merupakan kehendak Allah semata,
sehingga kalaupun turun hujan dia akan berkata : ( Sesunggunya hujan ini turun karena
rahmat serta karunia Allah ) .

15. Termasuk perkara yang membatalkan tauhid adalah memalingkan suatu bentuk amalan
ibadah hati kepada selain Allah, seperti kecintaan yang mutlak atau takut, yang ditujukan
kepada mahkluq

16. Di antara yang bisa merusak tauhid adalah merasa aman dari makar Allah atau adzab-Nya
dan putus asa terhadap rahmat-Nya, akan tetapi hendaklah seseorang takut dari makar Allah
dan tidaklah putus asa terhadap rahmat Allah. Maka jadilah orang yang senantiasa takut dan
berharap kepada Allah Ta'ala

17. Termasuk perkara yang bisa merusak tauhid adalah tidak sabar terhadap taqdir Allah dan
berkeluh kesah serta menolak takdir dengan perkataan-perkataan : ( Ya Allah… kenapa
Engkau timpakan hal ini kepadaku ?…atau kenapa Engkau timpakan kepada si fulan ..ini
dan ini, atau : Ya Allah…kenapa semuanya jadi begini ?. ) Atau yang lainnya seperti
ratapan-ratapan tangisan yang berlebih-lebihan, dan mengoyak-ngoyak baju, serta
mengacak-acak rambut.
18. Berbuat riya' dan sum'ah ( berharap agar supaya orang lain mendengar apa yang
diperbuatnya ) , serta tidaklah dia beramal melainkan semata-mata dia hanya mengharap
untuk mendapatkan imbalan di dunia ini.

19. Termasuk perkara yang membatalkan tauhid adalah taat kepada ulama dan pemimpin, serta
yang lainnya dalam menghalalkan perkara yang telah diharamkan oleh syari’at atau
mengharamkan perkara yang telah halalkan oleh syari’at, karena ketaatan yang demikian
adalah merupakan jenis perbuatan syirik.

20. Di antara perkara yang bisa merusak tauhid seseorang adalah ucapan (‫ “ ) مــاشـاء هللا و شئت‬ini
merupakan kehendak Allah dan kehendak mu “, dan ucapan (‫ “ ) لوال هللا وفـالن‬kalau tidak
karena Allah dan karena mu “, atau ucapan (‫“ ) توكلت على هللا وفـالن‬aku bertawakkal kepada
Allah dan kepada si fulan “ , seharusnya memakai kalimat ( ‫ ) ثــم‬yang artinya
“kemudian “ bukan ( ‫ ) و‬yang artinya “ dan “ dalam kalimat-kalimat diatas. Karena
Rasulullah SAW. memerintahkan kepada para sahabatnya (( Apabila hendak bersumpah,
hendaklah mereka mengucap : ( ‫ " ) ورب الكعبة‬Demi Tuhan ka'bah " , atau mengucap : ( ‫مــاشاء‬
‫ " ) هللا ثم شئت‬Ini merupakan kehendak Allah, kemudian kehendakmu " )) Hadits riwayat An-
Nasa’i.

21. Termasuk perkara yang merusak tauhid adalah mencela masa, zaman, hari, atau bulan.

22. Di antara perkara yang membatalkan tauhid adalah menghina serta mempermainkan agama
atau para Rosul, Al-Qur'an, dan Sunnah, atau menghina para ulama serta orang-orang sholeh
dengan sebab mereka menerapkan serta menampakkan sunnah-sunnah seperti memelihara
jenggot, memakai siwak, memendekkan celana sampai mata kaki dan sebagainya.

23. Menamai seseorang dengan nama ( ‫ “ ) عبد النبى‬Hamba nabi “ atau (‫ “ ) عبد الكعبة‬Hamba
ka’bah “ atau (‫ “ ) عبد الحسين‬Hamba husein “ semuanya tidak boleh, karena penghambaan
hanya diperuntukkan bagi Allah semata, seperti : ( ‫ “ ) عبد هللا‬Hamba Allah “ atau ( ‫عبد‬
‫ “ ) الرحمن‬Hamba – Dzat – yang Maha Pengasih “ .

24. Termasuk perbuatan yang merusak tauhid adalah menggambar sesuatu yang bernyawa
(manusia & hewan) kemudian mengagungkannya dan menempelkannya di dinding, majlis-
majlis, dan atau tempat-tempat lain.
25. Di antara perkara yang meniadakan tauhid adalah meletakkan, atau menggambar, atau
membiarkan salib ada pada pakaian (dengan penuh kesadaran akan hukumnya), padahal
semestinya salib-salib itu harus dipecahkan serta diratakan dengan tanah.

26. Termasuk yang membatalkan tauhid adalah memberikan wala’ (loyalitas) terhadap orang-
orang kafir dan orang-orang munafik serta mengagukan dan menghormati mereka, atau
memanggil mereka dengan panggilan " Ya..sayyid (tuan)" .

27. Termasuk perkara yang meniadakan tauhid serta membatalkannya adalah berhukum kepada
selain hukum Allah dan menyamakan perundang-undangan yang dibuat oleh manusia
dengan syari’at yang hakim ini, dengan satu keyakinan bahwasannya perundang-undangan
yang dibuat oleh manusia sama kedudukannya dengan syari’at ini atau dia lebih baik serta
lebih layak dan cocok untuk segala zaman. Termasuk dalam hal ini adalah mereka yang rela
dengan pemberlakuan perundang-undangan diatas.

28. Di antara perkara yang merusak tauhid adalah bersumpah dengan selain Allah, seperti
bersumpah dengan “ Nama seorang Nabi “ atau dengan kalimat “Amanah“ atau sejenisnya,
Rasulullah SAW. bersabda : (( “ Barang siapa yang bersumpah kepada selain Allah, maka
dia telah kafir atau telah syirik “ )) . Hadits Riwayat Tirmidzi dan dihasankannya.

Anda mungkin juga menyukai