GGGGGGGGGGGGG
GGGGGGGGGGGGG
Keterlibatan dokter gigi sehubungan dengan Kedokteran Gigi Forensik dapat dibagi menjadi
3 bidang (Cameron dan Sims, 1973) yaitu :
a. Perdata noncriminal
b. Kriminal
c. Penelitian
Fotografi forensik dapat diambil sesaat setelah korban meninggal dunia di tempat kejadian
perkara (TKP), yaitu tergolong post mortem. Fotografi ante mortem juga dapat didapat pada
saat korban tersebut masih hidup berupa gambaran mengenai wajah, kepala, dan gigi geligi
korban.
Bukti bukti yang dapat dikumpulkan dapat berupa jejas gigit, bekas kekerasan berupa luka
dan lebam di kulit, serta apapun yang dapat membantu proses penyidikan berlangsung.
Salah satu cara identifikasi jenis kelamin manusia pada pemeriksaan forensik, khususnya
forensik dental, dilakukan melalui pemeriksaan gigi-geligi, tulang rahang, dan antropologi
ragawi. Identifikasi jenis kelamin melalui gigi-geligi dapat dilakukan pada berbagai kondisi
mayat, misal: terbakar, tenggelam, dll (masih ada jaringan ikatnya). Sedangkan identifikasi
jenis kelamin melalui tulang rahang dan antropologi ragawi akan sangat akurat apabila
mayat korban telah menjadi tengkorak, misal: korban ditemukan bertahun-tahun dari waktu
kejadian, identifikasi bongkar kubur, dll (sudah tidak ada jaringan ikatnya).
Gigi-geligi Wanita Pria
Outline bentuk gigi Relatif lebih kecil Relatif lebih besar
Lapisan email dan dentin Relatif lebih tipis Relatif lebih tebal
Bentuk lengkung gigi Cenderung oval Tapered
Ukuran cervico-incisal, mesio- Lebih kecil Lebih besar
distal caninus bawah
Outline incisive pertama atas Lebih bulat Lebih persegi
Lengkung gigi Relatif lebih kecil Relatif lebih besar
Data gigi yang pernah dibuat sebelumnya (data antemortem) merupakan syarat utama
untuk melakukan identifikasi dengan cara perbandingan ini.
Identifikasi dengan cara membandingkan data ini akan dapat member hasil
identifikasi hingga tingkat individual,dapat menunjuk siapa orang yang diidentifikasi
tersebut.Deggggggggggggggggngan cara membandingkan data akan diperoleh 1 dari
4 situasi berikut ini;
o Identifikasi positive; item/bahan perbandingan antemortem dan postmortem
memiliki databavffffffffffffffffffffffffffse khas dan tidak terdapat perbedaan
hasil observasi
o Identifikasi kemungkinan; adamya kesamaan antara item/bahan perbandingan
antemortem dan postmortem. Namun beberapa informasi hilang atau kualitas
item yang buruk sehingga tidak bisa dikembangkan menjadi positive
identification
o Bahan bukti identifikasi tidak cukup ; bahan bukti penunjang tidak cukup
tersedia untuk perbandingan dan identifikasi definitive namun identitas korban
tidak ditemukan
o Eksklusi; bahan/bukti antemortem dan post-mortem sepenuhnya tidak sesuai
Kekurangan dari pemakaian metode perbandingan data ante mortem dan post
mortem ini adalah
o sering dijumpai kesulitan untuk mendapatkan data antemortem; belum semua
orang memiliki arsip data gigi dengan baik dan eadaan gigi setiap orang dapat
berubah karena proses tumbuh kembang, kerusakan dan perawatan
o Kualitas evidence yang diberikan, seringkali hanya terdapat fragment rahang
untuk diidentifikasi
o Restorasi gigi dapat terlepas atau meleleh pada suhu tinggi. Acrilic meleleh
dibawah suhu 540C, emas dan amalgam meleleh dibawah suhu 870C dan
porselen meleleh di bawah temperature 1100 C. Terkadang temperature
ekstrem jugamengakibatkan gigi exploded atau shrunken (menyusut)
RAHASIA KEDOKTERAN
Dokter gigi dapat membuka kerahasiaan pasien bila :
1. Ada perintah dari hakim, sesuai pasal 180 ayat (1) KUHAPidana.
2. Ada permintaan tertulis dari penyidik, sesuai pasal 133 KUHAPidana.
3. Untuk melaksanakan perintah atasan, sesuai pasal 51 KUHP, contohnya dokter militer.
4. Untuk melaksanakan ketentuan U ndang Undang, sesuai p asal 50 KUHPidana.
5. Kasus yang dihadapi menyangkut kepentingan umum yang membahayakan ketertiban
umum, dimana pendapat dan keterangan yang diberikan dokter dapat memberi nilai
bagi proses keadilan.
VISUM ET REPERTUM
1. Visum et Repertum terbagi dalam 5 bagian:
Pembukaan:
- Kata “Pro Justisia” artinya untuk peradilan
- Tidak dikenakan materai
- Kerahasiaan
2. Pendahuluan: berisi landasan operasional ialah obyektif administrasi:
- Identitas penyidik (peminta Visum et Repertum, minimal berpangkat Pembantu
Letnan Dua)
- Identitas korban yang diperiksa, kasus dan barang bukti
- identitas TKP dan saat/sifat peristiwa
- Identitas pemeriksa (Tim Kedokteran Forensik)
- Identitas saat/waktu dan tempat pemeriksaan
3. Pelaporan/inti isi
- Dasarnya obyektif medis (tanpa disertai pendapat pemeriksa)
- Semua pemeriksaan medis segala sesuatu/setiap bentuk kelainan yang terlihat dan
diketahui langsung ditulis apa adanya (A-Z)
4. Kesimpulan: landasannya subyektif medis (memuat pendapat pemeriksa sesuai dengan
pengetahuannya) dan hasil pemeriksaan medis (poin 3)
5. Penutup: landasannya Undang-Undang/Peraturan yaitu UU no. 8 tahun 1981 dan LN no.
350 tahun 1937 serta Sumpah Jabatan/Dokter yang berisi kesungguhan dan kejujuran
tentang apa yang diuraikan pemeriksa dalam Visum et Repertum tersebut.