Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

I. IDENTITAS SAP

Mata Kuliah : Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi

Pokok Bahasan : Prinsip Gizi Seimbang Pada Dewasa

Sub Pokok Bahasan : Kebutuhan Gizi Seimbang Bagi Dewasa

Sasaran : Masyarakat Desa Tokelan, Situbondo

Target : Bapak-bapak & Ibu-ibu Desa Tokelan, Situbundo

Hari/tanggal : Selasa, 17 Mei 2016

Jam : 08.00 WIB

Waktu : 30 Menit

Tempat : di Balai Desa Tokelan, Situbondo

II. IDENTIFIKASI MASALAH

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia


serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan
masyarakat, serta untuk mempertinggi kesadaran masyarakat atas pentingnya hidup sehat.
Peningkatan kemakmuran ternyata diikuti oleh perubahan gaya hidup. Pola makanan,
terutama di kota-kota besar bergeser dari pola makanan tradisional yang banyak
mengkonsumsi karbohiWordPress.comdrat, sayuran dan serat ke pola makanan masyarakat
barat yang komposisinya banyak mengandung lemak, protein, gula dan garam tetapi kurang
serat.

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan masalah
penting, karena selain mempunyai risiko mengalami berbagai penyakit, juga dapat
mempengaruhi produktivitas kerjanya. Karena itu pemantauan keadaan tersebut perlu
dilakukan oleh setiap orang secara berkesinambungan.

Angka prevalensi kegemukan atau obesitas penduduk usia dewasa di Indonesia lebih
tinggi dibandingkan angka terjadinya kekurangan gizi, terutama di kota-kota besar dan pada
tahun-tahun terakhir ini juga diikuti terjadi di pedesaan. Laporan Depkes tahun 2005
menunjukkan bahwa di dua belas kota di Indonesia yang menderita kegemukan sebanyak
1
22,5%, yang 54,2% diantaranya menderita kegemukan tingkat berat (obesitas). Bila dilihat
dari kelompok umur, 41-55 tahun ternyata prevalensi gemuknya lebih tinggi yaitu 33,7%,
yang 59,0% diantaranya termasuk obesitas.

III. TUJUAN PENYULUHAN INTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan masyarakat dapat memahami


tentang Kebutuhan Gizi Seimbang Bagi Dewasa

IV. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan di harapkan bapak-bapak dan ibu-ibu desa
Tokelan, Situbondo dapat menjelaskan kembali :
1. Pengertian Gizi pada dewasa
2. Prinsip Gizi pada dewasa
3. Fakto-faktor yang mempengaruhi gizi dewasa
4. Kebutuhan gizi seimbang pada dewasa
5. Menu harian seimbang pada dewasa
6. Penilaian Status Gizi Dewasa
7. Beberapa masalah yang sering dijumpai pada dewasa

V. MATERI
Terlampir (lampiran 2)

VI. METODE
1. Cermah
2. Tanya Jawab

VII. MEDIA
1. Materi SAP
2. LCD
3. Laptop
4. Soal Pre Dan Post Tes
5. Leaflet

VIII. PENGORGANISASIAN

1. Moderator

Membuka acara, memperkenalkan diri dan tim penyuluh. mengatur proses penyuluhan,
tanya jawab, serta menutup acara.

2
2. Penyaji

Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan mudah dipahami peserta penyuluhan.

3. Fasilitator
Mengevaluasi penyuluh, moderator, peserta, dan jalannya proses penyuluhan
4. Observer
Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana kegiatan penyuluhan
5. Notulen
Mencatat pertanyaan yang di ajukan audien/peserta penyuluhan, dan masukan dari
fasilitator
6. Peserta
Mendengarkan, memperlihatkan, mengerjakan soal pretest, serta mengajukan pertanyaan

IX. KEGIATAN PEMBELAJARAN

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1 8 Menit Pembukaan :
 Memberi Salam  Menjawab salam
 Perkenalan  Mendengarkan dan
 Menjelaskan tujuan memperhatikan
pembelajaran  Menjawab/mengerjakan
 Melaksanakan pretest soal pretest
2 10 Menit Pelaksanaan :
 Menjelaskan materi penyuluhan  Menyimak dan
secara ber-urutan dan teratur mendengarkan
Materi:
a. Pengertian Gizi pada
dewasa
b. Prinsip Gizi pada dewasa
c. Fakto-faktor yang
mempengaruhi gizi dewasa
d. Kebutuhan gizi seimbang
pada dewasa
e. Menu harian seimbang pada
dewasa

3
f. Penilaian Status Gizi
Dewasa
g. Beberapa masalah yang
sering dijumpai pada
dewasa

3 5 Menit Evaluasi :
Meminta masyarkat untuk  Bertanya dan Menjawab
menjelaskan kembali atau
menyebutkan :
a. Pengertian Gizi pada
dewasa
b. Prinsip Gizi pada
dewasa
c. Fakto-faktor yang
mempengaruhi gizi
dewasa
d. Kebutuhan gizi
seimbang pada dewasa
e. Menu harian seimbang
pada dewasa
f. Penilaian Status Gizi
Dewasa
g. Beberapa masalah yang
sering dijumpai pada
dewasa
4 7 Menit Penutup :
 Mengucapkan terimakasih dan  Menjawab salam
mengucapkan salam  Menjawab/mengerjakan
 Melaksanakan Pretest soal pretest

X. SETING TEMPAT

Balai Desa Tokelan, Situbondo

4
DENAH TEMPAT

AUDIEN PEMATERI AUDIEN

AUDIEN AUDIEN

AUDIEN AUDIEN

AUDIEN AUDIEN AUDIEN AUDIEN AUDIEN

XI. REFERENSI/DAFTAR PUSTAKA

Suparisa, I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.


Almatsier S, Susirah S, Moesijanti S, 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan.
Jakarta : PT.Gramedia Putaka Utama, 159-195
Badriah, Dewi Laelatul. 2011. Gzi Dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung : Refika
Aditama.

XII. PENGESAHAN

Menyetujui: Malang, 17 Mei 2016


Dosen Pembimbing/Fasilitator Penyuluh

(Tri Mardiyanti M.Mid) (---------------------) NIP.


NIM:....................

Mengetahui:
Kaprodi DIV Kebidanan Malang

(Naimah, SKM, M.Kes)


` NIM. 196612311986032005

5
Lampiran 1
EVALUASI
Soal Pre dan Post Test

Essay :
1. Jelaskan apa pengertian Gizi seimbang pada dewasa ?
2. Sebutkan prinsip gizi pada dewasa ?
3. Apa fakto-faktor yang mempengaruhi gizi dewasa ( minimal 3 ) ?
4. Sebutkan apa saja kebutuhan gizi seimbang pada dewasa ?
5. Berikan contoh menu harian seimbang pada dewasa ?
6. Bagaimana cara penilaian status gizi dewasa ?
7. Sebutkan beberapa masalah yang sering dijumpai pada dewasa?

Lampiran 2
MATERI PENYULUHAN

Kebutuhan Gizi Seimbang Bagi Dewasa

1. Pengertian
Menu adalah rangkaian beberapa macam hidangan atau masakan yang disajikan atau
dihidangkan untuk seseorang atau sekelompok orang untuk setiap kali makan, yaitu dapat
berupa hidangan pagi, siang, dan malam.
Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah
dan proporsi yang sesuai sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan
dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan.

Penyelidikan membuktikan bahwa apabila manusia sudah mencapai usia lebih dari 20
tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah terhenti. Ini berarti, makanan tidak lagi
berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk mempertahankan keadaan gizi yang sudah
didapat atau membuat gizinya menjadi lebih baik. Dengan demikian, kebutuhan akan unsur-
unsur gizi dalam masa dewasa menjadi konstan, kecuali jika terjadi kelainan-kelainan pada
tubuhnya, seperti sakit dan sebagainya. Sehingga mengharuskan tubuh mendapatkan
kebutuhan zat gizi yang lebih dari pertumbuhan tubuh, tetapi untuk mempertahankan keadaan

6
gizi yang lebih dari biasanya, tubuh memerlukan aktivitas untuk mempertahankan kondisi
tubuh.

2. Prinsip Gizi pada dewasa


Yang disebut dewasa adalah usia 19-55 tahun. Usia ini di kenal sebagai usia produktif.
Dikatakan usia produktif karena bila sukses ditandai dengan keberhasilan dari suatu hasil
usahanya selama rentang waktu tertentu, seja remaja misalnya sukses pencapaian tingkat
pendidikan, berhasil berwira usaha, mapan dan alim.
Ciri khas orang dewasa telah dicapai dengan tinggi badan maksimal dan tidak bertambah
lagi. Disamping itu terjadi pula perubahan metabolisme sesuai bertambahnya usia. Yang
penting di usia ini adalah memelihara sel-sel tubuh guna menghindari berbagai jenis penyakit
degeneratif yang bisa lebih cepat datang, bila asupan gizi kurang bermutu. Pada wanita harus
lebih hati-hati, utamanya karena akan hamil dan menyusui, yang membutuhkan asupan gizi
yang sangat bagus mutunya. Jangan sampai wanita memiliki resiko melahirkan bayi dengan
BBLR.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi seimbang pada dewasa


Angka kecukupan gizi (AKG) pada orang dewasa didasarkan pada usia, pekerjaan, jenis
kelamin, dan kondisi khusus seperti pada kondisi ibu hamil dan ibu menyusui. Adapun faktor
yang mempengaruhi AKG pada orang dewasa adalah :
a. Usia
Kebutuhan zat gizi pada orang dewasa 40-50 kal/kg berat badan (BB). Semakin
bertambah umur, kebutuhan zat gizi seseorang relatif lebih rendah untuk tiap kilo
gram berat badannya.
b. Aktivitas
Kebutuhan zat gizi seseorang ditentukan oleh aktivitas yang dilakukan sehari-hari.
Makin berat aktivitas yang dilakukan, kebutuhan zat gizi makin tinggi, terutama
energi. Misalnya, seorang pria dewasa dengan pekerjaan ringan membuthkan energi
sebesar 2800 kalori. Sedangkan bila bekerja berat membutuhkan energi sebesar 3600
kalori.
c. Jenis Kelamin
Kebutuhan zat gizi juga berbeda antara laki-laki dan perempuan, terutama pada
usia dewasa. Perbedaan ini terutama disebabkan oleh komposisi tubuh dan jenis
ativitasnya.

7
d. Kondisi khusus (hamil dan menyusui)
Pada masa hamil dan menyusui, kebutuhan zat gizi meningkat karena
metabolisme tubuh meningkat, konsumsi makanan juga meningkat untuk kebutuhan
diri sendiri, bayi yang dikandung dan persiapan produksi ASI.
e. Pendapatan
Pendapatan memepengaruhi daya beli terhadap makanan. Semakin baik
pendapatan maka akan semakin baik pula makanan yang dikonsumsi baik dari segi
kualitas maupun kuantitas. Penduduk yang berpendapatan cukup masih banyak yang
tidak memanfaatkan bahan makanan bergizi dalam menyediakan makanan keluarga.
Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan akan bahan makanan yang bergizi dan ke
engganan unuk mengkonsumsi bahan makanan murah walaupun mereka tahu banyak
mengandung gizi.
f. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik status gizinya. Ini
disebabkan karena seseorang yang mengenyam pendidikan biasanya lebih
memahami dalam menerima informasi-informasi mengenal gizi.
g. Sosial budaya
Budaya mempengaruhi kebiasaan makan dan perilaku makan seseorang apabila
perilaku tersebut merupakan perilaku makan yang tidak seimbang aka akan
mengakibatkan masalah gizi.

4. Kebutuhan gizi seimbang pada dewasa

Kebutuhan gizi orang dewasa berbeda-beda bagi setiap orang. Kebutuhan zat-zat gizi
bergantung pada berbagai faktor yaitu umur, tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, dan
aktivitas fisik. Oleh karena itu, dalam pemenuhan zat gizi harus disesuaikan dengan
kebutuhannya.

1. Kebutuhan energi
Kebutuhan energi pada usia dewasa menurun sesuai dengan bertambahnya usia, ini
dikarenakan menurunnya metabolisme basal dan berkurangnya aktivitas fisik. Kebutuhan
asupan energi akan menyebabkan kenaikan berat badan. Kebutuhan energi berbeda-bebeeda
bagi setiap orang. Anjuran kebutuhan energi ditetapkan dalam Angka Kecukupan Gizi
(AKG).

8
2. Kebutuhan karbohidrat
Konsumsi karbohidrat dianjurkan 50-60 persen dari total kebutuhan energi, terutama
dalam bentuk karbohidrat kompleks seperti yang terdapat dalam padia-padian (beras, jagung,
gandum dan hasil olahannya seperti roti) dan umbi-umbian (kentang, singkong dan ubi).
Sedangkan untuk karbohidrat sederhana seperti gula maksimum dikonsumsi 5 persen dari
kebutuhan energi total atau paling banyak 4-5 sendok sehari (Almatsier dkk, 2013).

3. Kebutuhan protein
Konsumsi protein dianjurkan 15-30 persen atau dari kebutuhan total energi. Kebutuhan
konsumsi protein pada kelompok usia dewasa digunakan untuk menggantikan protein yang
hilang akibat rutinitas sehari-hari melalui urin, feses, kulit dan rambut, serta untuk mengganti
sel-sel yang rusak. Konsumsi protein yang terlalu tinggi dapat meningkatkan hilangnya
kalsium melalui urin, sehingga resiko menderita osteoporosis bertambah. Asupan protein
lebih dari 2 kali jumlah yang dianjurkan dapat meningkatkan terjadinya penyakit jantung
koroner terutama sebagai akibat dari tingginya asupan lemak jenuh dan kolesterol yang
terdapat dalam makanan hewani Asupan lemak jenuh dianjurkan mengkonsumsi protein yang
berasal dari makanan nabati seperti tahu, tempe dan sebagainya (Almatsier dkk, 2013).

4. Kebutuhan lemak
Konsumsi lemak dianjurkan 25 persen dari total kebutuhan energi. Konsumsi lemak pada
usia dewasa dianjurkan mengkonsumsi daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, ikan, susu
tanpa lemak (skim) serta mengurangi santan dan goreng-gorengan (Almatsier dkk, 2013).

5. Kebutuhan mineral
Angka kebutuhan mineral pada usia dewasa umumnya dapat dipenuhi apabila makanan
sehari-hari sesuai dengan Pesan Gizi Seimbang (PGS). Beberapa mineral yang perlu
diperhatikan yaitu garam natrium, besi dan kalsium. Garam natrium terdapat dalam garam
dapur (NaCl) dan monosodium glutamat (MSG). Konsumsi garam natrium dibatasi hingga 6
g per hari ( 2400 mg per hari). Selain itu dianjurkan untuk membatasi makanan yang
diawetkan menggunakan garam seperti ikan asin, ikan asap, makanan kaleng, serta acar
begitupula dengan MSG. AKG besi pada perempuan dewasa muda lebih tinggi dibandingkan
dewasa setengah tua karena pada usia tersebut perempuan kehilangan besi setiap bulan
melalui menstruasi. Makanan sumber zat besi yang dianjurkan adalah daging merah, hati,
kuning telur, sayuran hijau, serta kacang-kacangan dan hsil olahannya sepertu tahu dan
tempe. Kalsium penting untuk pembentukan tulang dan menjaga agar tulang tetap kuat.
Asupan kalsium yang cukup setiap hari dapat mencegah terjadinya osteoporosis dikemudian

9
hari. Makanan kaya kalsium yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah susu dan hasil
olahannya (Almatsier dkk, 2013).

6. Kebutuhan vitamin
Angka kebutuhan vitamin pada kelompok usia dewasa umumnya dapat dipenuhi apabila
makanan sehari-hari sesuai dengan Pesan Gizi Seimbang (PGS).
Angka Kecukupan Gizi (AKG) dianjurkan untuk digunakan sebagai standar guna
mencapai status gizi yang optimal. Angka Kecukupan Gizi (AKG) atau Recommended
Dietary Allowances (DRA) merupakan kecukupan rata-rata zat gizi sehari bagi hampir semua
orang sehat (97,5 persen) menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh aktifitas fisik,
genetik dan keadaan fisiologis. AKG ini mencerminkan asupan rata-rata sehari yang
dikonsumsi oleh populasi dan bukan merupakan perorangan/individu (Amelia, 2014).

Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi orang dewasa umur 30-64 tahun
Indonesia disajikan pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi per orang per hari umur 19-64 tahun

Kelompok Umur
Pria Wanita

19-29 30-49 50-64 19-29 30-49 50-64


Jenis Gizi
tahun Tahun tahun tahun tahun tahun

Karbohidrat (gr) 375 394 349 309 323 285

Protein (gr) 62 65 65 56 57 57

Lemak (gr) 91 73 65 75 60 53

Vitamin

- Vitamin A (mg) 600 600 600 500 500 500

- Vitamin D (mg) 15 15 15 15 15 15

- Vitamin E (mg) 15 15 15 15 15 15

10
- Vitamin B1
1,4 1,3 1,2 1,1 1,1 1
(mg)

- Vitamin B2
1,6 1,6 1,4 1,4 1,3 1,1
(mg)

- Vitamin B3
15 14 13 12 12 10
(mg)

- Vitamin C
90 90 90 75 75 75
(mg)

Lanjutan Tabel 2.1

Kelompok Umur
Pria Wanita
Jenis Zat
19-29 30-49 50-64 19-29 30-49 50-64
Gizi
tahun Tahun tahun tahun tahun tahun
Mineral
- Kalsium
1100 1000 1000 1100 1000 1000
(mg)
- Zat besi
35 35 30 26 26 12
(mg)
Sumber : Departemen Kesehatan RI Tahun 2013

5. Menu harian seimbang pada dewasa


MENU PAGI
Menu URT Kalori
Roti tawar 3 iris 175 kal
Telur dadar 1 butir 50 kal
Susu 1gls 50 kal
Jus jeruk 1 gls 50 kal
Pukul 10.00 WIB
Buah pisang 1 bh sdg 50 kal

11
MENU SIANG
Menu URT KALORI
Nasi 1 piring sdg 175 kal
Ikan rica-rica 1 ptg sdg 50 kal
Tempe 1 ptg 34 kal
Tumis sawi putih 1 mangkok kcl 75 kal
Buah pepaya 1 bh 50 kal
Pukul 16.00 WIB
Bubur kacang hijau 1 mangkok sdg 80 kal

MENU MALAM
Menu URT Kalori
Nasi 1 piring sdg 175 kal
Ayam panggang 1 ptg sdg 150 kal
Tahu 1 ptg 34 kal
Tumis kangkung 1 mangkok kcl 75 kal
Buah apel 1 ptg 50 kal

6. Penilaian Status Gizi Dewasa

Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi
seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif maupun
subjektif, kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Data objektif dapat
diperoleh dari data pemeriksaan laboratorium perorangan, serta sumber lain yang dapat diukur
oleh anggota tim “penilai”(Arisman, 2010).

Penilaian status gizi dibagi menjadi dua, yaitu penilaian secara langsung dan
penilaian secara tidak langsung. Penilaian secara langsung meliputi antropometri, klinis,
biokimia dan biofisik. Sedangkan penilaian secara tidak langsung meliputi survei konsumsi
makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

Penilaian status gizi orang dewasa pada prinsipnya adalah berdasarkan pengukuran
fisik atau antropometri, yaitu menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Pengukuran
Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan antara protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa dkk, 2001).
12
IMT dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Berat Badan ( kg )

IMT =

Tinggi Badan ( cm )2

Intepretasi nilai IMT untuk Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT
Kurus <17,0
Normal >18,5-25,0
Overweight >25,0 – 27,0
Obesitas >27,0
Sumber : Departemen Kesehatan RI Tahun 2014

Pengukuran survei konsumsi makanan adalah untuk mengetahui kebiasaan makan dan
gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah
tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan
tersebut. Metode yang digunakan dalam mengukur konsumsi makanan dibagi atas dua metode
yaitu metode kualitatif dan metode kuantitif (Supariasa dkk, 2001).

Metode kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi


menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan (food habits)
serta cara-cara memperoleh bahan makanan. tersebut. Salah satunya adalah frekuensi makan
(food frequency). Tujuannya adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi
sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu setiap hari, minggu,
bulan, tahun. Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan dan
frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada
dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering
oleh responden. Sedangkan metode kuantitatif adalah untuk mengetahui jumlah makanan
yang dikonsumsi. Salah satunya adalah Recall 24 jam. Penggunaan recall 24 jam dengan
mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu
(Supariasa dkk, 2001).

13
7. Beberapa masalah yang sering dijumpai pada dewasa
 Dampak Gizi pada Orang Dewasa

Dalam mengkonsumsi gizi yang tidak seimbang akan berdampak buruk bagi kesehatan.

1. Dampak kekurangan gizi pada orang dewasa


Penurunan produktivitas kerja dan derajat kesehatan disebabkan oleh kekurangan
sumber energi secara umum dan kekurangan sumber protein.
a. Anemia : disebabkan kekurangan mengkonsumsi makanan sumber zat besi
b. Gondok : kelainan kelenjar tiroid karena kurangnya mengkonsumsi Iodium
c. Kebutaan : disebabkan kurangnya mengkonsumsi vitamin A

2. Dampak Gizi Lebih pada Orang Dewasa


Menurut Depkes RI tahun 2005, prevalensi kegemukan di Indonesia relatif tinggi.
Kegemukan dapat mengurangi kemolekan tubuh, juga bisa mengurangi kelincahan gerak
tubuh dan sering kali lebih cepat menimbulkan kelelahan.
Kegemukan merupakan salah satu risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Penyakit
kardiovaskuler merupakan salah satu dari penyakit degeneratif yang sekarang sudah
menduduki tempat nomor satu penyebab kematian di Indonesia. Dari berbagai penelitian
menunjukkan adanya hubungan antara dislipidemia, diabetes melitus, hipertensi, obesitas
dengan penyakit jantung koroner sebagai salah satu bentuk penyakit kardiovaskuler.
Kegemukan atau obesitas terjadi karena konsumsi makanan yang melebihi kebutuhan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) per hari tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang
mencukupi. Bila kelebihan ini terjadi dalam jangka waktu lama, dan tidak diimbangi dengan
aktivitas yang cukup untuk membakar kelebihan energi, lambat laun kelebihan energi tersebut
akan diubah menjadi lemak dan ditimbun di dalam sel lemak di bawah kulit. Akibatnya orang
tersebut akan menjadi gemuk. Kegemukan mempengaruhi umur rata-rata seseorang dan
berisiko untuk terjadinya penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, hipertensi (tekanan
darah tinggi), penyakit jantung koroner, atritis, dan kanker.

 Penyakit degeneratif pada orang dewasa :

1. Penyakit Gula Darah (Diabetes Melitus)


Diabetes melitus adalah sekumpulan gejala yang disebabkan karena meningkatnya kadar
gula dalam darah karena insulin secara absolut atau relatif atau menurunnya tingkat sensivitas
insulin. Tipe DM pada orang dewasa adalah DM yang tidak bergantung pada insulin, di mana
jumlah insulinnya cukup banyak, hanya saja kerjanya yang sudah tidak optimal atau tidak
sensitif lagi terhadap kenaikan kadar gula dalam darah. Konsensus Pengelolaan DM di
Indonesia telah disusun oleh PERKENI tahun 2002 antara lain memberikan pedoman tentang
14
kebutuhan gizi orang dengan diabetes dan dianjurkan penggunaan Daftar Bahan Makanan
Penukar (DBMP) dalam penyuluhan perencanaan makan orang dengan diabetes.
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes memperbaiki kebiasaan
gizi dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, dan beberapa
tambahan tujuan khusus yaitu :
– Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan keseimbangan asupan
makanan dengan insulin atau obat hipoglikemik oral dan tingkat aktivitas.
– Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
– Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang
memadai pada orang dewasa.
– Berat badan memadai diartikan sebagai berat badan yang dianggap dapat dicapai dan
dipertahankan.
– Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang menggunakan
insulin seperti hipoglikemia, penyakit-penyakit jangka pendek, masalah yang
berhubungan dengan latihan jasmani dan komplikasi kronik diabetes seperti penyakit
ginjal, neuropati autonomik, hipertensi, dan penyakit jantung.
– Meningkatkan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.

2. Penyakit Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) dan Penyakit Jantung Koroner


Hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah meningkat melebihi batas normal.
Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu
terjadinya hipertensi. Faktor gizi berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui beberapa
mekanisme. Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi yang
berhubungan dengan diet seseorang, walaupun faktor usia juga berperan, karena pada usia
lanjut pembuluh darah cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang. Pembuluh yang
mengalami aterosklerosis, resistensi dinding pembuluh darah tersebut akan meningkat. Hal ini
akan memicu jantung untuk meningkatkan denyutnya agar aliran darah dapat mencapai
seluruh bagian tubuh.
Merokok, tekanan darah tinggi dan peningkatan kadar kolesterol plasma/serum adalah
faktor risiko utama terjadinya asterosklerosis, sedangkan penyebab sekunder adalah stress,
kurang gerak, peningkatan trigliserida plasma.

3. Artritis Gout
Gout adalah salah satu penyakit artritis yang disebabkan oleh metabolisme abnormal
purin yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Hal ini diikuti dengan
terbentuknya timbunan kristal berupa garam urat di persendian yang menyebabkan
peradangan sendi pada lutut dan jari.

15
Tujuan diet artritis gout adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal,
serta menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin. Diet pada penderita ini rendah purin,
rendah lemak, cukup vitamin dan mineral. Diet ini dapat menurunkan berat badan, bila ada
tanda-tanda berat badan berlebih.
4. Kanker.
Kanker adalah pembelahan dan pertumbuhan sel secara abnormal yang tidak dapat
dikontrol sehingga cepat menyebar. Sel-sel ini dapat merusak jaringan tubuh sehingga
mengganggu fungsi organ tubuh yang terkena.
Beberapa faktor pnyebab gangguan gizi yang dapat timbul pada penyakit kanker adalah :
– Kurang nafsu makan yang disebabkan karena faktor psikologis dan lost renponse
terhadap kanker berupa cepat kenyang atau perubahan terhadap indra pengecap.
– Gangguan asupan makanan dan gangguan gizi karena gangguan pada saluran cerna,
gangguan absorpsi zat gizi, dan kehilangan cairan serta elektrolit karena muntah dan
diare.

– Perubahan metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak.

– Peningkatan pengeluaran energi.

Kesimpulan

Saran

16
Daftar Pustaka

Suparisa, I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.


Almatsier S, Susirah S, Moesijanti S, 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan.
Jakarta : PT.Gramedia Putaka Utama, 159-195
Badriah, Dewi Laelatul. 2011. Gzi Dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung : Refika
Aditama.

17

Anda mungkin juga menyukai