Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN RESIKO

RISK GRADING MATRIKS

Disusunoleh :

Herry Octa Winarto (20160309061)

Dosen :

dr. Arjati W Daud, MARS

PROGRAM STUDI PASCASARJANA

MANAJEMEN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA

2017
STUDI KASUS RISK GRADING MATRIX ASSESSMENT

Untuk setiap kasus dibawah ini, mohon dikaji Dampak, Frekuensi dan Tindakan yang akan
dilakukan berdasarkan Matriks Assesment.

1. Tn Joko Suryono usia 42 tahun di rawat oleh dr Andi SpPD di ruang Melati kelas III
kamar 301 RS Griya Husada dengan keluhan mual dan muntah selama 4 hari. Tn Joko
Suryono adalah pasien lama RS Griya Husada dan sudah sering keluar masuk RS setahun
terakhir dengan diagnosa Gastritis Kronis..
Pada keesokan harinya masuk lagi seorang pasien bernama Tn Joko Sungkono usia 60
tahun dirawat juga oleh dokter Andi SpPD dengan keluhan sering sakit kepala, pusing,
berputar-putar serta hilangnya keseimbangan disertai mual dan muntah yang dirasakan
hampir setahun terakhir. Dalam anamnesa Tn Joko Sungkono sering pingsan bila sakit
kepalanya kambuh. Dr Andi SpPD menginstruksikan untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium dan CT Scan kepala untuk Tn Joko Sungkono dan sudah dijadwalkan untuk
pemeriksaan CT Scan pada keesokan hari. Diagnosa sementara adalah Dispepsia dan
Vertigo. Saat itu kelas III di RS Griya Husada sedang penuh karena banyaknya pasien
DBD yang dirawat di RS tersebut. Peraturan di RS Griya Husada tidak memperbolehkan
merawat pasien dengan nama yang sama di dalam satu kamar untuk mencegah terjadinya
error.
Keesokan harinya Perawat Neni mendatangi Tn Joko Suryono untuk dibawa ke ruang CT
Scan. Tetapi untungnya pada saat akan dilakukan pemeriksaan, petugas Radiologi
mengecek kembali nama dan No MR pasien yang ternyata berbeda dengan No MR yang
berada pada Gelang Identitas pasien. Pemeriksaan CT Scan dibatalkan dan Tn Joko
Suryono diantar kembali ke kamarnya. Kejadian ini pernah terjadi dalam 4 tahun yang
lalu.

Jawaban :

Analisa grading resiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat
resiko suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya. Derajat resiko didapatkan dengan
rumus:

SkorResiko = Dampak x Probabilitas


Berdasarkan table 1 diketahui bahwa tingkat resiko kasus ini berdasarkan dampak klinis
ialah 1/ tidak signifikan (baris warna biru), dimana tidak ditemukan cedera, sedangakan tingkat
resiko berdasarkan probabilitas/ frekuensi berdasarkan tabel 2, ialah 2 (baris warna hijau) yaitu
jarang/ Unlikely (>2-5 tahun/ kali).
Seperti tampak pada table matrik grading resiko diatas (Tabel 3), maka kasus ini masuk
dalam kategori rendah (kolom biru), sehingga perlu dilakukan tindakan investigasi sederhana
paling lama 1minggu diselesaikan dengan prosedur rutin.
2. Tn Ali, 58 tahun, direncanakan operasi apendectomi dengan anastesi spinal oleh dokter
bedah disebuah RS T. Semua pemeriksaan menjelang operasi telah dilakukan dan tidak
ada kelainan, termasuk toleransi operasi. Dokter bedah maupun dokter anestesi telah
melakukan visite pre operasi. Informed consent juga sudah ditandatangani.
Keesokan harinya, operasi dimulai sesuai jadwal, dr Anastesi mulai menyuntikkan obat
anestesi di daerah Lumbal, saat itu Tn Ali berteriak kesakitan. Beberapa saat kemudian
dokter bedah mulai memeriksa ambang rasa nyeri pasien, ternyata pasien masih belum
merasakan respons pembiusan bahkan Tn Ali masih merasa kesakitan. Dokter bedah
menanyakan obat anestesi yang diberikan pada Tn Ali. Setelah dicek oleh Perawat
Anastesi, ternyata obat yang diberikan pada Tn Ali bukan obat anestesi seperti yang
diresepkan, melainkan obat jantung yang bersifat neurotoksik. Kedua obat tersebut dalam
bentuk ampul dan sangat mirip bentuknya. Tn Ali selanjutnya dipindahkan ke ICU
karena merasa sangat kesakitan dan mengalami shock. Setelah dua hari, pasien
dikonsulkan ke dokter neurologi RS Y. Kemudian bilas spinal, tetapi karena sudah
terlalu lama maka kerusakan sudah bersifat irreversible sehingga Tn Ali mengalami
paraplegia. Menurut catatan laporan insiden kejadian ini belum pernah terjadi sejak 10
tahun RS T berdiri.
Jawaban :

Analisa grading resiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat
resiko suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya. Derajat resiko didapatkan dengan
rumus:

Skor Resiko = Dampak x Probabilitas

Berdasarkan table 1 diketahui bahwa tingkat resiko kasus ini berdasarkan dampak klinis
ialah 4/ cidera luas / berat (baris warna coklat), dimana ditemukan cacat, lumpuh, kehilangan
fungsi motorik/sensorik/psikologis atau intelektul (irreversible), tidak berhubungan dengan
penyakit, sedangakan tingkat resiko berdasarkan probabilitas/ frekuensi berdasarkan tabel 2,
ialah 1 (baris warna biru) yaitu sangat jarang/ rare (>5 tahun/ kali).
Seperti tampak pada table matrik grading resiko diatas (Tabel 3), maka kasus ini masuk
dalam kategori tinggi (kolom kuning), sehingga perlu dilakukan tindakan investigasi
komprehensif / RCA paling lama 45 hari kaji dengan detail dan perlu tindakan segera serta
membutuhkan perhatian top manajemen.
3. Pasien Tn. A 65 tahun dengan Penyakit Lambung Kronis dirujuk oleh dokter Spesialis
Penyakit Dalam di Riau untuk dilakukan tindakan Endoskopi di RS. Bina Sejahtera
Jakarta. Sebelumnya kepada pasien telah dijelaskan bahwa tindakan ini merupakan
Prosedur One Day Care (ODC) dengan pembiusan dan pasien diharuskan untuk puasa
sebelum masuk Rumah Sakit.
Pasien masuk RS pada hari Sabtu tanggal 12 Agustus 2006 jam 08.00, dan tindakan
direncanakan jam 09.00 WIB. Setelah melalui persiapan di ruang ODC, jam 10.00 WIB,
pasien dibius olleh dokter Spesialis Anastesi. Kemudian Dokter Spesialis Penyakit Dalam
akan mulai melakukan tindakan, tapi saat monitor dinyalakan ternyata monitor TV yang
biasa dipergunakan untuk Endoskopi tidak dapat menampilkan gambar. Diputuskan
untuk menghentikan tindakan, pasien dibangunkan dan direncanakan untuk dilanjutkan
pada hari Senin tanggal 14 Agustus 2006. Pasien mempertanyakan tertundanya
pelayanan dimana sudah dilakukan pembiusan tapi ternyata tindakan tidak dapat
dilaksanakan, disamping itu Tindakan yang seharusnya hanya ODC, akhirnya harus
dirawat sampai 2 hari menunggu alat yang akan dikirim Suplier. Kejadian seperti ini
belum pernah terjadi sejak 6 tahun selama Rumah Sakit dibuka.

Jawaban :
Analisa grading resiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat
resiko suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya. Derajat resiko didapatkan dengan
rumus:

Skor Resiko = Dampak x Probabilitas

Berdasarkan table 1 diketahui bahwa tingkat resiko kasus ini berdasarkan dampak klinis
ialah 2/ cedera ringan (baris warna hijau), dimana ditemukan cedera ringan, misalnya luka lecet,
dan dapat diatasi dengan pertolongan pertama, sedangakan tingkat resiko berdasarkan
probabilitas/ frekuensi berdasarkan tabel 2, ialah 1 (baris warna biru) yaitu sangat jarang/ rare
(>5 tahun/ kali).
Seperti tampak pada table matrik grading resiko diatas (Tabel 3), maka kasus ini masuk
dalam kategori moderat (kolom hijau), sehingga perlu dilakukan tindakan investigasi sederhana
/risiko sedang, paling lama 2 minggu. Manajer / Pimpinan Klinis sebaiknya menilai dampak
terhadap biaya dan kelola resiko.
4. Hari Minggu tgl 13 Agustus jam 19.00 Tn B usia 70 thn masuk ke Bangsal Perawatan
Rawat Inap VIP Mawar RS S diantar anaknya dengan Diagnosa Stroke. Tn B mengalami
kelumpuhan pada bagian tubuh sebelah kiri, keadaan umum baik dan masih sadar. Saat
ituTn B didampingi oleh anaknya Tn G.
Keesokan harinya Tn B ditemukan terjatuh dari tempat tidur, saat diperiksa Tn B sudah
tidak sadarkan diri. Tn B mengalami perdarahan di otak dan akhirnya meninggal
keesokan harinya..Kejadian ini pernah terjadi 4 tahun yang lalu.
Jawaban :
Analisa grading resiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat
resiko suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya. Derajat resiko didapatkan dengan
rumus:

Skor Resiko = Dampak x Probabilitas

Berdasarkan table 1 diketahui bahwa tingkat resiko kasus ini berdasarkan dampak klinis
ialah 5/ katastropik (baris warna merah), dimana ditemukan kematian yang tidak berhungan
dengan perjalanan penyakit, sedangkan tingkat resiko berdasarkan probabilitas/ frekuensi
berdasarkan tabel 2, ialah 1 (baris warna biru) yaitu sangat jarang / rare (>5 tahun/ kali).
Seperti tampak pada table matrik grading resiko diatas (Tabel 3), maka kasus ini masuk
dalam kategori ekstrim (kolom merah), sehingga perlu dilakukan tindakan investigasi
komprehensif/RCA, paling lama 45 hari membutuhkan tindakan segera, perhatian sampai ke
Direktur.

Anda mungkin juga menyukai