Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN POLYGON
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Ukur Tanah
IIpada Semester III
Dosen pengampu : Totok Yulianto, ST.,MT.

Disusun Oleh Kelompok 2 :


1. Aldi Mubaroq (1694094006)
2. Andik Nur Azis
(1694094016)
3. M. Abdaul Ikhwan (1694094029)
4. Laela Akmalinda Soraya
(169409402)
5. Ridho Uday Mahendra
(1694094046)
6. M. Natsir Andre (16940940)
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI TEBUIRENG JOMBANG
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi


Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2ini.

Adapun laporan ini telah kami usahakan semaksimal


mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami tidak
lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam pembuatan laporan ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari


sepenuhnya bahwa ada banyak kekurangan dari laporan ini, baik
dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya
saran dan kritik dari pembaca kepada kami, khususnya Bapak
Totok Yulianto, ST., selaku dosen pengampu agar kami dapat
memperbaiki laporan ini.

Akhirnya kami mengharapkan semoga dari Laporan


Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini dapat memenuhi penilaian kami
pada matakuliah ilmu ukur tanah pada semester 3 ini.

2
Jombang, 02
Desember 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................iii
BAB I............................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................2
1.3 Tujuan Praktikum.................................................2
1.4 Manfaat Praktikum..............................................2
1.5 Sistematika Laporan............................................2
1.6 Waktu dan Tempat Praktikum...............................2
BAB II...........................................................................3
LANDASAN TEORI..........................................................3
2.1 Pengertian Polygon.............................................3
2.2 Theodolit............................................................4
2.3 Pengoperasian Theodolit......................................5
2.4 Kesalahan dalam Pengukuran Menggunakan
Theodolit....................................................................6
2.5 Pengolahan Data Hail Pengukuran........................7
BAB III........................................................................10
PENGOLAHAN DATA.....................................................10

3
3.1 Tahapan Pengambilan Data Pengukuran..............10
5.1 Lembar Asistensi...............................................13
BAB VI........................................................................14
PENUTUP....................................................................14
6.1 Kesimpulan.......................................................14
6.2 Saran................................................................14
DOKUMENTASI.............................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................17

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengukuran adalah suatu disiplin ilmu yang mencakup


semua metode mengukur, memproses, dan
menyebarluaskan informasi mengenai bentuk fisik bumi dan
lingkungannya. Secara sederhana surveying meliputi
pekerjaan pengukuran jarak dan sudut.

Ilmu ukur tanah adalah bagian rendah dari ilmu yang


lebih luas yang dinamakan ilmu geodesi. Ilmu geodesi
mempunyai dua maksud yaitu:

a. Maksud ilmiah: menentukan bentuk permukaan bumi

b. Maksud praktis : membuat bayangan yang


dinamakan peta dari sebagian besar atau sebagian
kecil permukaan bumi

Maksud praktis adalah maksud untuk membuat peta


ataupun cara-cara pengukuran dibumi untuk berbagai
keperluan seperti halnya pemetaan, penentuan posisi relatif
dan sebagainya yang dilakukan pada daerah yang relatif
sempit sehingga untuk kelengkungan permukaan bumi
dapat diabaikan. Maksud ini dicapai dengan melakukan
pengukuran-pengukuraan diatas permukaan bumi yang
mempunyai bentuk tidak beraturan, karena adanya gunung-
gunung yang tinggi dan lembah-lembah yang curam.
Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang
mendatar untuk mendapat hubungan mendatar titik-titik
yang diukur diatas permukaan bumi dan pengukuran-

1
pengukuran tegak guna mendapat hubungan tegak antara
titik-titik yang diukur.

Untuk memindahkan keadaan dari permukaan bumi


yang tidak beraturan dan yang melengkung pula ke bidang
peta yang datar, diperlukan bidang perantara yang dipilih
sedemikian, hingga pemindahan keadaan itu dapat
dilakukan dengan semudah-mudahnya. Dari situlah kami
bermaksud untuk melakukan suatu praktikum dan akhirnya
selama satu semester ini kami telah melakukan praktikum
tersebut dan kami susun dalam bentuk laporan ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagimana cara melakukan pengukuran polygon


tertutup dengan theodolith?

2. Bagaimana cara menghitung sudut pada polygon


tertutup?

3. Bagaimana cara menentukan koordinat suatu titik pada


polygon tertutup?

4. Bagaimana cara menghitung jarak optis dengan


theodolith?

1.3 Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui penggunaan alat ukur Theodolith.

2
2. Untuk mengetahui sudut sautu titik dengan alat ukur
Theodolith.

3. Untuk mengetahui koordinat suatu titik dengan alat


ukur Theodolith.

4. Untuk mengetahui jarak dengan alat ukur Theodolith.

1.4 Manfaat Praktikum

Menambah pengetahuan mengenai pengukuran dalam


bidang Teknik Sipil, sehingga dapat merencanakan suatu
gambar perencanaan dari kondisi existing yang telah diukur
dengan alat.

1.5 Sistematika Laporan


Bab I Pendahuluan
Bab II Dasar Teori
Bab III Pengolahan Data
Bab IV Analisis Data Pengukuran
Bab V Penutup

1.6 Waktu dan Tempat Praktikum

Tanggal : 23 November 2017

Waktu : 09.00 WIB – selesai

Tempat : Lapangan Kampus B Universitas Hasyim


Asy’ari

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Polygon

Polygon adalah serangkaian garis lurus di permukaan


tanah yang menghubungkan titik-titik di lapangan, dimana
pada titik-titik tersebut dilakukan pengukuran sudut dan
jarak.

Ada dua macam bentuk poligon:

1. Poligon terbuka : Polygon yang tidak mempunyai


syarat geometris. Polygon ini tidak mempunyai sudut
dalam, jadi pengukuran dimulai dari titik awal tapi tidak
kembali ke titik awal. Pengukuran poligon terbuka biasa
digunakan untuk mengukur jalan, sungai, maupun
irigasi.

Poligon terbuka terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Terikat sempurna

Dikatakan terikat sempurna apabila kita


mempunyai data koordinat pada titik awal dan titik
akhir berupa data koordinat dan elevasi (x, y, z).

b. Tidak terikat sempurna

Dikatakan tidak terikat sempurna apabila hanya


mempunyai data koordinat dan elevasi pada titik
awal saja. Polygon terbuka tidak terikat sempurna
ini tidak bisa dikoreksi sehingga hanya surveyor-
surveyor handal dan berpengalaman banyak lah

4
yang bisa mengunakan ini karena tingakat
ketelitian dan kesalahan sudutnya hanya kecil.

2. Poligon Tertutup : Polygon yang mempunyai syarat


geometris. Polygon ini mempunyai sudut dalam untuk
tiap titiknya. Yang dimaksud tertutup yaitu apabila
mulai dari titik satu kemudian ke titik dua dan
seterusnya yang akan kembali ke titik satu lagi. Fungsi
dari kembali ke titik satu lagi adalah digunakan untuk
mengoreksi besaran sudut pada tiap segi banyak
tersebut.

2.2 Theodolit

Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang


digunakan untuk menentukan tinggi permukaan tanah
(kontur) dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Di dalam
theodolit sudut yang dapat dibaca bisa sampai pada satuan
sekon (detik). Di dalam pekerjaan-pekerjaan yang
berhubungan dengan ukur tanah, theodolit sering digunakan
dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi,
maupun pengamatan matahari.

Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti


pesawat penyipat datar bila sudut vertikalnya dibuat 90º.
Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit
dapat dibidikkan ke segala arah. Di dalam pekerjaan

5
bangunan gedung theodolit sering digunakan untuk
menentukan sudut siku-siku pada perencanaan/pekerjaan
pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur
ketinggian suatu bangunan bertingkat.

Gambar 2.1. Bagian – bagian Theodolith

Bagian-bagian Theodolit :
No. Nama Bagian
1 Teropong
2 Nivo tabung
3 Sekrup okuler & obyektif
4 Sekrup gerak vertikal
5 Sekrup gerak horizontal
6 Sekrup pengunci teropong
7 Sekrup pengunci sudut vertikal
8 Sekrup pengunci sudut horizontal
9 Nivo kotak

6
Bagian Bawah terdiri dari :
No Nama Bagian
.
1. Statip / Tripod
2. Tiga sekrup penyetel nivo kotak
3. Unting – unting
4. Sekrup repetisi
5. Sekrup pengunci pesawat dengan statip

2.3 Pengoperasian Theodolit

Cara kerja penyiapan alat theodolit :

1. Kendurkan sekrup pengunci perpanjangan statip.

2. Tinggikan setinggi dada pengukur.

3. Kencangkan sekrup pengunci perpanjangan.

4. Buat kaki statip berbentuk segitiga sama sisi.

5. Kuatkan kaki statif.

6. Atur kembali ketinggian statif sehingga tribar plat mendatar.

7. Letakkan theodolite di tribar plat.

8. Kencangkan sekrup pengunci centering ke theodolite.

9. Atur (levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-


benar tegak / vertical dengan menggerakkan secara
beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur
tersebut.

7
10. Atur (levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-
benar mendatar dengan menggerakkan secara beraturan
sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.

11. Posisikan theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci


centering kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga
tepat pada tengah-tengah titi ikat (BM), dilihat dari centering
optik.

12. Lakukan pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan


tanda T pada dinding.

13. Periksa kembali ketepatan nilai index pada system skala


lingkaran dengan melakukan pembacaan sudut biasa dan
sudut luar biasa untuk mengetahui nilai kesalahan index
tersebut.

2.4 Kesalahan dalam Pengukuran Menggunakan


Theodolit

1. Kesalahan pengukur :

a. Pengaturan alat tidak sempurna.

b. Salah taksir dalam pembacaan.

c. Salah catat.

2. Kesalahan pada theodolit:

a. Jarum kompas tidak benar-benar mengarah ke Utara

b. Jarum kompas tidak dapat bergerak bebas pada


porosnya

8
c. Garis bidik tidak tegak lurus sumbu mendatar

d. Garis skala 0º-180º atau 180º-0º tidak sejajar garis


bidik

e. Letak teropong eksentris

f. Poros penyangga magnet tidak sepusat dengan


skala lingkaran mendatar

3. Kesalahan alam:

a. Deklinasi magnet

b. Atraksi lokal

2.5 Pengolahan Data Hail Pengukuran

1. Perhitungan penutup sudut

( R−R ) +( L−L)
β=
2

Pengukuran yang dilakukan searah dengan jarum jam

β : sudut dalam

R : sudut horizontal biasa

L : sudut horizontal luar biasa

2. Perhitungan Koreksi Sudut Dalam

Sudut dalam ( β ) hasil pengukuran dapat dikoreksi


dengan kesalahan pengukuran setiap titik.

∑ β=( n−2 ) 180+ fβ

9
Kesalahan pengukuran setiap titik dihitung dengan,


K=
n

Keterangan :

∑β : jumlah sudut dalam sebelum terkoreksi

n : jumlah titi detail dan titik basis

fβ : kesalahan pengukuran

K : kesalahan pengukuran setiap titik

Koreksi yang dilakukan pada sudut dalam dilaksanakan


dengan mengurangi sudut dalam dengan kesalahan
pengurangan setiap titik.

β 2=β 1−K

Keterangan:

β 2 : β terkoreksi

β 2 : β sebelum terkoreksi

K :kesalahan pengukkuran tiap titik

3. Penentuan Azimuth Awal (φ)

Azimuth awal yang ditentukan berdasarkan koordinat


titik basis yang telah diketahui. Sedangkan φ AB
adalah sudut azimuth yang akan dicari besarnya.

X b− X a
φAB=arc tg
Y b−Y a

10
Karena apabila kita menghitunng harga φAB selalu
didapatkan harga φAB 90 ° sedangkan azimuth
berharga antara 0° sampai dengan 360 ° maka
untuk mencari besarnya azimuth dipakai cara sebagai
berikut:
Kwadran X b −X a Y b−Y a Azimuth (φ)
I + + AB
II + - 180−φAB
III - - 180+φAB
IV - + 360−φAB

4. Perhitungan Azimuth (φ)

Azimuth φAB merupakan azimuth awal yang telah


kami hitung sebelumnya sedangkan sudut β
berdasarkan hasil pengukuran dilapangan. Dari dua
besaran (φAB dan β) yang telah diketahui ini maka
dapat dicari besarnya azimuth selanjutnya (misal φB 1)
dengan rumus sebagai berikut:

φB 1=φAB ± βB± 180 °

Rumus tersebut berlaku umum dengan ketentuan tanda


(+) sbb:

a. Untuk ±180 dapat dipakai plus (+) atau tanda (-)


pilih salah satu berdasarkan (+) dari β harus
berlawanan arah.

b. Untuk ±β dipakai tanda (+) bila sudut β


berada disebelah kiri arah jurusan (berlawanan
arah jarum jam) dan dipakai tanda (-) bila sudut

11
β berada disebelah kanan arah jurusan. (searah
jarum jam)

Kesalahan (Cfy / Cfx) ini dibagikan pada tiap-tiap sisi


sebanding dengan jaraknya:

D
∆ y= .Cfy /Cfx
∑D

Untuk mencari Cfy :

Cfy=∑ d cos azimuth+ ( Y b−Y a ) Untuk mencari Cfx :

Cfx=∑d sin azimuth+ ( X b −X a )

5. Menghitung koordinat

Dari perhitungan azimuth, selanjutnya akan digunakan


untuk menghitung koordinat. Besaran yang digunakan
disamping azimuth adalah jarak anatara dua titik dan
koordinat awal.

Rumus perhitungan koordinat :

Dari titik tetap A (Xa,Ya) dan B (Xb,Yb) yang dijadikan


sebagai koordinat awal untuk perhitungan koordinat
titik 1-akhir adalah:

X 1=X b+ DB 1 sin φ B 1+∆ xB 1

Y 1=Y b + DB 1 cos φ B 1+∆ yB 1

Keterangan:

X1 = koordinat x titik 1

Y1 = koordinat y titik 1

12
DB 1 = jarak antara titik B dengan titik 1

∆ xB 1 = koreksi jarak x (B-1)

∆ yB 1 = koreksi jarak y (B-1)

13
BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1 Tahapan Pengambilan Data Pengukuran

14
Gambar 3.1 Tahapan Pengambilan Data Pengukuran

15
16
17
5.1 Lembar Asistensi

18
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Jadi, untuk mencari azimuth titik awal maka data 2 titik harus sudah
diketahui koordinatnya. Dan untuk mencari azimuth titik selanjutnya
maka azimuth titik awal dijadikan sebagai acuan.

2. Jadi, untuk mencari koordinat suatu titik maka koordinat suatu titik
harus sudah diketahui yang kemudian ditambahkan dengan data absis
& koordinat sebelum terkoreksi dan sesudah terkoreksi.

3. Jadi, untuk mencari jarak optis antar titik maka data tiap koordinat
harus sudah diketahui semuanya.

6.2 Saran

Sebelum melakukan pengukuran, kita harus mengetahui & memahami


bagimana cara menggunakan alat Theodolith agar tidak terjadi kesalahan
dalam pengukuran dan dalam pengambilan data. Kita juga harus
memperhatikan waktu yang efektif & efisien dalam melaksanakan
pengukuran, dimana waktu yang efektif & efisein tersebut pada pukul 08.00
– 11.00 dan 14.00 – 17.00.

19
DOKUMENTASI

20
21
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Slamet. 2012. Ilmu Ukur Tanah (Edisi Revisi). Yogyakarta :


UGM

22
23

Anda mungkin juga menyukai