Struktur Apbd Dan Kode Rekening Serta Teknis Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (Rka-Skpd)
Struktur Apbd Dan Kode Rekening Serta Teknis Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (Rka-Skpd)
SERTA
TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RKA-SKPD)
WAKTU PEMBELAJARAN
Jangka waktu yang diperlukan untuk memberikan materi ini adalah 480 menit.
METODE PEMBELAJARAN
1. Ceramah
2. Paparan
3. Diskusi dan tanya jawab
4. Praktek dan latihan
1
ALAT BANTU PEMBELAJARAN
1. LCD/Overhead Projector
2. White Board
3. Flip Chart
4. Spidol
REFERENSI
2
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler
dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4540);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4577);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan
dan penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4585);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4614);
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
3
A. STRUKTUR APBD DAN KODE REKENING
PENDAHULUAN
4
dari:
Struktur APBD merupakan satu
kesatuan yang terdiri dari: a. pendapatan daerah;
a. pendapatan daerah;
b. belanja daerah; dan b. belanja daerah; dan
c. pembiayaan daerah.
c. pembiayaan daerah.
Struktur APBD diklasifikasikan menurut urusan
pemerintahan daerah dan organisasi yang bertanggung
jawab melaksanakan urusan pemerintahan tersebut
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang
disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan
yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.
Pendapatan Daerah
5
d. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut
obyek pendapatan sesuai dengan undang-undang tentang
pajak daerah dan retribusi daerah.
Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup:
a. bagian laba atas penyertaan modal pada
perusahaan milik daerah/BUMD;
b. bagian laba atas penyertaan modal pada
perusahaan milik pemerintah/BUMN; dan
c. bagian laba atas penyertaan modal pada
perusahaan milik swasta atau kelompok usaha
masyarakat.
Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah,
disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah
yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi
daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang
mencakup:
a. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan;
b. jasa giro;
c. pendapatan bunga;
d. penerimaan atas tuntutan ganti kerugian
daerah;
e. penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk
lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah;
f. penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing;
g. pendapatan denda atas keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan;
6
h. pendapatan denda pajak;
i. pendapatan denda retribusi;
j. pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;
k. pendapatan dari pengembalian;
l. fasilitas sosial dan fasilitas umum;
m. pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan; dan
n. pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.
7
alam;
c. dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada
kabupaten/kota;
d. dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang
ditetapkan oleh pemerintah; dan
e. bantuan keuangan dari provinsi atau dari
pemerintah daerah lainnya.
Hibah adalah penerimaan daerah yang berasal dari
pemerintah negara asing, badan/lembaga asing,
badan/lembaga internasional, pemerintah,
badan/lembaga dalam negeri atau perorangan, baik
dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan/atau
jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu
dibayar kembali.
Pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
yang ditransfer langsung ke kas daerah, dana
perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah
dianggarkan pada SKPKD.
Retribusi daerah, komisi, potongan, keuntungan selisih
nilai tukar rupiah, pendapatan dari penyelanggaraan
pendidikan dan pelatihan, hasil penjualan kekayaan
daerah yang tidak dipisahkan dan hasil pemanfaatan atau
pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
yang dibawah penguasaan pengguna anggaran/pengguna
barang dianggarkan pada SKPD.
Belanja Daerah
Belanja daerah meliputi semua
pengeluaran dari rekening kas
Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari
umum daerah yang mengurangi
ekuitas dana, merupakan rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas
kewajiban daerah dalam satu
tahun anggaran dan tidak akan dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun
diperoleh pembayarannya
kembali oleh daerah. anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya
8
kembali oleh daerah.
Belanja daerah dirinci menurut urusan pemerintahan
daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis,
obyek dan rincian obyek belanja.
Belanja daerah dipergunakan dalam rangka
mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang
terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang
penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang
dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan
pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang
ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.
Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan
untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah
yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan
dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas
umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan
sosial.
9
masyarakat dan desa; l. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
w. statistik;
x. arsip; dan
y. komunikasi dan m. sosial;
informatika.
n. tenaga kerja;
o. koperasi dan usaha kecil dan menengah;
p. penanaman modal;
q. kebudayaan;
r. pemuda dan olah raga;
s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;
t. pemerintahan umum;
u. kepegawaian;
v. pemberdayaan masyarakat dan desa;
w. statistik;
x. arsip; dan
y. komunikasi dan informatika.
10
d. lingkungan hidup; c. ekonomi;
e. perumahan dan fasilitas
umum;
f. kesehatan; d. lingkungan hidup;
g. pariwisata dan budaya;
h. pendidikan; dan
i. perlindungan sosial. e. perumahan dan fasilitas umum;
f. kesehatan;
g. pariwisata dan budaya;
h. pendidikan; dan
i. perlindungan sosial.
11
f. belanja bagi hasil;
g. bantuan keuangan; dan
h. belanja tidak terduga.
12
terlebih dahulu dilakukan audit sesuai dengan ketentuan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara, dan wajib memberikan pertanggungjawaban atas
penggunaan dana subsidi lepada kepala daerah.
Peraturan pelaksanaan penganggaran belanja subsidi
lebih lanjut dituangkan dalam peraturan kepala daerah.
Belanja hibah, digunakan untuk menganggarkan
pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau
jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya,
dan kelompok masyarakat/ perorangan yang secara
spesifik telah ditetapkan peruntukannya.
Bantuan sosial, digunakan untuk menganggarkan
pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang
kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Bantuan sosial diberikan tidak
secara terus menerus/tidak berulang setiap tahun
anggaran, selektif dan memiliki kejelasan peruntukan
penggunaannya.
Belanja bagi hasil, digunakan untuk menganggarkan
dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi
kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota
kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah
daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
Bantuan keuangan, digunakan untuk menganggarkan
bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari
provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan
kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah
kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah
daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau
peningkatan kemampuan keuangan.
Belanja tidak terduga, merupakan belanja untuk
kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan
13
berulang seperti penanggulangan bencana alam dan
bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya,
termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan
daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.
14
manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk
tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan,
irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.
Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap
berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal hanya
sebesar harga beli/bangun aset.
Belanja honorarium panitia pengadaan dan administrasi
pembelian/pembangunan untuk memperoleh setiap aset
yang dianggarkan pada belanja modal dianggarkan pada
belanja pegawai dan/atau belanja barang dan jasa.
Belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai,
belanja barang dan jasa, serta belanja modal untuk
melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan
daerah dianggarkan pada belanja SKPD berkenaan.
Surplus/(Defisit) APBD
15
melaksanakan program dan kegiatan tersebut.
Defisit anggaran, terjadi apabila anggaran pendapatan
daerah diperkirakan lebih kecil dari anggaran belanja
daerah.
Batas maksimal defisit APBD untuk setiap tahun
anggaran berpedoman pada penetapan batas maksimal
defisit APBD oleh Menteri Keuangan.
Dalam hal APBD diperkirakan defisit, ditetapkan
pembiayaan untuk menutup defisit tersebut yang
diantaranya dapat bersumber dari sisa lebih perhitungan
anggaran tahun anggaran sebelumnya, pencairan dana
cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan, penerimaan pinjaman, dan penerimaan
kembali pemberian pinjaman atau penerimaan piutang.
Pembiayaan Daerah
c.
cadangan;
hasil penjualan kekayaan
a. sisa lebih perhitungan anggaran tahun
daerah yang dipisahkan;
d. penerimaan pinjaman anggaran sebelumnya (SiLPA);
daerah;
e. penerimaan kembali b. pencairan dana cadangan;
pemberian pinjaman; dan
f. penerimaan piutang
daerah. c. hasil penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan;
d. penerimaan pinjaman daerah;
e. penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan
16
f. penerimaan piutang daerah.
Pengeluaran pembiayaan Pengeluaran pembiayaan mencakup:
mencakup:
17
Setiap program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek
serta rincian obyek yang dicantumkan dalam APBD
menggunakan kode program, kode kegiatan, kode
kelompok, kode jenis, kode obyek dan kode rincian obyek.
Urutan susunan kode rekening Untuk tertib penganggaran kode dihimpun menjadi
APBD dimulai dari kode urusan
pemerintahan daerah, kode satu kesatuan kode anggaran yang disebut kode rekening.
organisasi, kode program, kode
kegiatan, kode akun, kode
kelompok, kode jenis, kode Urutan susunan kode rekening APBD dimulai dari
obyek, dan kode rincian obyek.
kode urusan pemerintahan daerah, kode organisasi, kode
program, kode kegiatan, kode akun, kode kelompok, kode
jenis, kode obyek, dan kode rincian obyek.
18
SKPD sama dengan pengklasifikasian anggaran
Pendapatan Daerah dan anggaran Belanja Daerah pada
Struktur APBD. Khusus untuk Jenis Belanja Bunga,
Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Subsidi,
Belanja Bantuan Keuangan, Belanja Bagi Hasil dan
Belanja Tidak Terduga hanya boleh dianggarkan pada
anggaran belanja SKPKD sama halnya dengan anggaran
Pembiayaan.
Surat Edaran Kepala Daerah Berdasarkan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan
berupa Pedoman Penyusunan
Usulan Program, Kegiatan dan
Anggaran SKPD berdasarkan dengan surat edaran kepala daerah yang di dalamnya memuat
prinsip-prinsip kinerja meliputi
antara lain: Kebijakan Umum Kebijakan Umum APBD (KUA) serta Prioritas dan Plafon
APBD, Prioritas dan Plafon
Anggaran (PPA), Standar Anggaran (PPA) yang ditetapkan, Pemerintah Daerah melalui
Analisa Belanja, Tolok Ukur
Kinerja, Standar Biaya dan
formulir RKA-SKPD yang
Pejabat Pengelola Keuangan (PPKD) menyusun Rancangan
19
digunakan oleh SKPD untuk APBD. Rancangan APBD yang disusun, merupakan agregasi dari
menyusun Usulan Program,
Kegiatan dan Anggarannya.
usulan-usulan yang telah disusun dan diajukan oleh organisasi
pemerintah daerah maupun Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) dalam lingkup pemerintah daerah yang dituangkan dalam
masing-masing Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah (RKA-SKPD). Usulan-usulan dimaksud
merupakan jumlah anggaran pendapatan, belanja setiap program
dan kegiatan serta pembiayaan yang hendak direalisasikan dalam
satu tahun anggaran.
20
berikutnya yang dituangkan keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang
dalam prakiraan maju.
dituangkan dalam prakiraan maju. Dalam kaitan itu, maka
dalam setiap penganggaran belanja untuk mendanai
program dan kegiatan agar menghitung kebutuhan dana
Prakiraan Maju (forward
estimate) adalah perhitungan untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang
kebutuhan dana untuk tahun
anggaran berikutnya dari tahun direncanakan guna memastikan kesinambungan program
yang direncanakan guna
memastikan kesinambungan dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar
program dan kegiatan yang
telah disetujui dan menjadi penyusunan anggaran tahun berikutnya atau kita kenal
dasar penyusunan anggaran
tahun berikutnya.
dengan konsep prakiraan maju (forward estimate).
Setiap usulan anggaran belanja untuk mendanai
setiap program dan kegiatan yang dituangkan dalam RKA-
SKPD sebagai dasar penyusunan APBD harus
memperhitungkan atau mengistemasikan kebutuhan dana
untuk program dan kegiatan yang sama yang akan
dilaksanakan pada tahun anggaran berikutnya. Estimasi
kebutuhan dana yang akan dianggarkan pada tahun
berikutnya akan menjamin kesinambungan pelaksanaan
program dan kegiatan akan dilaksanakan.
21
aparatur.
22
ANALISA STANDAR BELANJA
23
satu tahun anggaran.
Biaya Program/Kegiatan
24
Kewajaran setiap biaya
kebijakan anggaran, kemungkinan ditetapkan plafon atau
program atau kegiatan yang
dianggarkan oleh SKPD, batas atas anggaran belanja bagi setiap SKPD sesuai dengan
dipengaruhi oleh plafon atau
batas atas anggaran belanja target kinerja pelayanan yang diinginkan. Plafon anggaran
SKPD yang bersangkutan, tolok
ukur kinerja dan standar biaya. tersebut merupakan salah satu aspek yang dipertimbangkan
untuk menilai kewajaran biaya setiap program atau kegiatan
yang dianggarkan oleh SKPD. Disamping itu, kewajaran
Penilaian terhadap kewajaran
anggaran biaya dari usulan biaya suatu program atau kegiatan dipengaruhi oleh tolok
program atau kegiatan
dikaitkan dengan kebijakan ukur kinerja dan standar biaya yang akan dibahas berikut
anggaran, tolok ukur kinerja,
dan standar biaya ini.
Tolok ukur kinerja adalah Tolok ukur kinerja adalah ukuran keberhasilan yang
ukuran keberhasilan yang
dicapai pada setiap program dicapai pada setiap program atau kegiatan. Tolok ukur
atau kegiatan yang digunakan
sebagai dasar pengukuran
kinerja keuangan dalam sistem
kinerja digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja
anggaran berbasis kinerja/
prestasi kerja, terutama untuk keuangan dalam sistem anggaran berbasis kinerja/prestasi
menilai kewajaran anggaran
biaya suatu program atau kerja, terutama untuk menilai kewajaran anggaran biaya
kegiatan.
suatu program atau kegiatan. Tolok ukur kinerja mencakup
Tolok ukur kinerja mencakup
dua hal: unsur keberhasilan
yang diukur dan tingkat
dua hal: unsur keberhasilan yang diukur dan tingkat
pencapaian setiap unsur
keberhasilan. pencapaian setiap unsur keberhasilan. Setiap program atau
kegiatan minimal mempunyai satu unsur ukuran
keberhasilan dan tingkat pencapaiannya (target kinerja)
yang digunakan sebagai tolok ukur kinerja.
25
Standar Biaya
Standar biaya, dengan lain
perkataan, merupakan Standar biaya, dengan lain perkataan, merupakan
perbandi-ngan antara anggaran
belanja dengan target kinerja perbandingan antara anggaran belanja dengan target kinerja
yang dapat juga dinamakan
dengan biaya rata-rata per
satuan output
yang dapat juga dinamakan dengan biaya rata-rata per
satuan output. Standar biaya tersebut menjadi dasar untuk
untuk menilai kewajaran biaya suatu program atau kegiatan,
karena menunjukkan hubungan rasional antara input
dengan outputnya.
26
mendanai dari anggaran sumber pendapatan atau
pembiayaan yang lain berdasarkan target pelayanan yang
diharapkan atau (2) menyesuaikan target pelayanan dengan
tersedianya sumber dana.
Standar Pelayanan
27
SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
28
Belanja Langsung
29
Pendekatan Standar Biaya Langsung
atau Standar Biaya Total?
Pembebanan Anggaran
Belanja Tidak Langsung
30
Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD), anggaran belanja
tidak langsung dibebankan pada Kelompok Belanja Tidak
Langsung.
Dalam struktur anggaran SKPD Pembebanan anggaran belanja tidak langsung pada
pembebanan anggaran belanja
tidak langsung hanya SKPD hanya dianggarkan jenis belanja pegawai sesuai
dianggarkan jenis belanja
pegawai sesuai dengan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
ketentuan perundang-undangan.
31
Anggaran belanja langsung dibebankan dalam jenis belanja:
untuk kegiatan yang outputnya
berupa barang modal (Aset
Tetap) atau kegiatan investasi a. Belanja pegawai
dalam struktur anggaran SKPD
dibebankan sebagai Belanja
Modal. b. Belanja barang dan jasa
c. Belanja modal
32
PENILAIAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH
Selanjutnya untuk penilaian 1. Masukan (Input), yaitu tolok ukur kinerja berdasarkan
kinerja suatu kegiatan, program,
dan SKPD dapat digunakan tingkat atau besaran sumber-sumber: dana, sumber daya
ukuran Penilaian Kinerja
Pemerintah Daerah yang manusia, material, waktu, teknologi, dan sebagainya
didasarkan pada 5 (lima)
indikator, yaitu: Masukan,
Keluaran, Hasil, Manfaat dan
yang digunakan untuk melaksanakan program dan atau
Dampak.
kegiatan.
33
Tolok ukur kinerja program atau kegiatan yang diusulkan
suatu SKPD selama satu tahun anggaran, dalam hal ini,
dapat dikembangkan dari penilaian terhadap input-output
menjadi input-output-outcome-benefit-impact. Benefit pada
dasarnya merupakan outcome jangka menengah dan impact
merupakan outcome jangka panjang. Dalam perencanaan
anggaran daerah, oleh karena itu, indikator benefit dan
impact tidak dapat diestimasikan dalam periode satu tahun
anggaran.
34
e. dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode
rekening APBD, format RKA-SKPD, analisis standar
belanja dan standar satuan harga.
Surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan
RKA-SKPD diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus
tahun anggaran berjalan.
Berdasarkan pedoman penyusunan RKA-SKPD kepala
SKPD menyusun RKA-SKPD. RKA-SKPD disusun dengan
menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka
menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran
berdasarkan prestasi kerja.
Pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah
daerah dilaksanakan dengan menyusun prakiraan maju.
Prakiraan maju berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk
program dan kegiatan yang direncanakan dalam tahun
anggaran berikutnya dari tahun anggaran yang
direncanakan.
Pendekatan penganggaran terpadu dilakukan dengan
memadukan seluruh proses perencanaan dan penganggaran
pendapatan, belanja, dan pembiayaan di lingkungan SKPD
untuk menghasilkan dokumen rencana kerja dan anggaran.
Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja
dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara
pendanaan dengan keluaran yang diharapkan dari kegiatan
dan hasil serta manfaat yang diharapkan termasuk efisiensi
dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.
Untuk terlaksananya penyusunan RKA-SKPD
berdasarkan pendekatan-pendekatan tersebut di atas, kepala
SKPD mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan
2 (dua) tahun anggaran sebelumnya sampai dengan
semester pertama tahun anggaran berjalan.
Evaluasi bertujuan menilai program dan kegiatan yang
belum dapat dilaksanakan dan/atau belum diselesaikan
tahun-tahun sebelumnya untuk dilaksanakan dan/atau
35
diselesaikan pada tahun yang direncanakan atau 1 (satu)
tahun berikutnya dari tahun yang direncanakan. Dalam hal
suatu program dan kegiatan merupakan tahun terakhir
untuk pencapaian prestasi kerja yang ditetapkan, kebutuhan
dananya harus dianggarkan pada tahun yang direncanakan.
Penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja
berdasarkan pada indikator kinerja, capaian atau target
kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan
standar pelayanan minimal.
RKA-SKPD memuat rencana pendapatan, rencana
belanja untuk masing-masing program dan kegiatan, serta
rencana pembiayaan untuk tahun yang direncanakan dirinci
sampai dengan rincian objek pendapatan, belanja, dan
pembiayaan serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya.
RKA-SKPD juga memuat informasi tentang urusan
pemerintahan daerah, organisasi, standar biaya, prestasi
kerja yang akan dicapai dari program dan kegiatan.
Rencana pendapatan memuat kelompok, jenis, obyek
dan rincian obyek pendapatan daerah, yang
dipungut/dikelola/ diterima oleh SKPD sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya, ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan, yang terdiri atas peraturan daerah,
peraturan pemerintah atau undang-undang.
Rencana belanja memuat kelompok belanja tidak
langsung dan belanja langsung yang masing-masing
diuraikan menurut jenis, obyek dan rincian obyek belanja.
Rencana pembiayaan memuat kelompok penerimaan
pembiayaan yang dapat digunakan untuk menutup defisit
APBD dan pengeluaran pembiayaan yang digunakan untuk
memanfaatkan surplus APBD yang masing-masing diuraikan
menurut jenis, obyek dan rincian obyek pembiayaan.
Usulan program, kegiatan dan anggaran setiap SKPD
dituangkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Satuan
Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD). RKA-SKPD
36
merupakan dokumen yang digunakan untuk penyusunan
rencana kerja dan anggaran SKPD yang antara lain memuat
rencana program dan kegiatan, serta anggaran pendapatan,
belanja dan pembiayaan SKPD.
37
38