Anda di halaman 1dari 212

MODUL BAHAN AJAR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Judul Modul


Unit kompetensi ini bertujuan untuk mempersiapkan peserta diklat menjadi
pelaksana las oksi-asetilin memiliki pengetahuan dan keterampilan
melakukan rutinitas las oksi-asetilin dengan kondisi Pemelajaran sebagai
berikut :
 Memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan tentang
pekerjaan las oksi-asetilin.
 Sasarannya adalah segala macam pekerjaan yang menggunakan proses
pengelasan oksi-asetilin yang ada di industri maupun di bengkel-bengkel
kerja, meliputi :
- Menyiapkan material untuk pengelasan.
- Mengeset peralatan.
- Mengoperasikan paralatan dan menyiapkan alat-alat bantu.
- Melakukan pengelasan.
 Penekanan Pemelajaran dari unit ini adalah hal-hal praktik tentang
melakukan rutinitas las oksi-asetilin pada bahan pelat baja lunak, besi
tuang dll.
 Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja yang harus selalu
diperhatikan.
 Penggunaan alat-alat yang sesuai dengan fungsi dan kegunaannya.
 Bekerja berdasarkan prosedur operasi standar.
Setelah selesai mempelajari modul ini siswa/peserta diklat dapat mampu
melakukan rutinitas pengelasan, pematrian, pemotongan, dengan panas
dan pemanasan, dengan kode modul F.

B. Prasyarat
Kemampuan awal yang harus dimiliki oleh peserta diklat yang akan
mempelajari modul ini adalah telah menguasai dan lulus pada Pemelajaran
modul D yaitu mengikuti prosedur kesehatan dan keselamatan kerja pada

Mekanik Otomotif 1
Modul Melaksanakan Prosedur Pengelasan, Pematrian, Pemotongan, dengan Panas dan Pemanasan
MODUL BAHAN AJAR

modul E yaitu penggunaan dan pemeliharaan peralatan dan perlengkapan


tempat kerja.

C. Petunjuk Penggunaan Modul


1. Kompetensi

Pada bagian ini memuat uraian kompetensi yang akan dipelajari terdiri
dari kode kompetensi, kompetensi, sub kompetensi, kriteria Kinerja
dimana peserta diklat akan menemukan unit-unit kompetensi yang
akan membimbing dalam pencapaian pengetahuan dan keterampilan
untuk mencapai kompetensi.
Bagian ini sangat penting bagi peserta diklat. Setiap peserta diklat
harus mengikuti setiap Tahap Belajar (sesuai urutan) sehingga akan
mencapai kompetensi. Ingat: tanggung jawab untuk proses belajar ada
pada diri dan usaha dalam penyelesaian tahapan belajar akan dihargai
melalui kemampuan peserta diklat untuk mencapai kompetensi.

2. Cek Kemampuan

Pada bagian ini, siswa/peserta diklat diperkenankan mengidentifikasi


kemampuan awal terhadap penguasaan kompetensi yang akan dipelajari
pada modul ini tahapan/langkah nyata yang diperlukan untuk
menampilkan tugas mulai dari awal sampai selesai. Tahapan ini disusun
dalam urutan Kinerja.

3. Bagaimana peserta diklat akan dinilai


Dalam sistem berdasarkan kompetensi, penilai akan mengumpulkan
bukti dan membuat pertimbangan mengenai pengetahuan, pemahaman
dan Kinerja tugas-tugas dan sikap peserta diklat terhadap pekerjaan.
Peserta diklat akan dinilai untuk menentukan apakah telah mencapai
kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam Kriteria
Kinerja.
Pada pelatihan berdasarkan kompetensi, pendekatan yang banyak
digunakan untuk penilaian adalah ‘Penilaian Acuan Patokan /Criterion-

Mekanik Otomotif 2
Modul Melaksanakan Prosedur Pengelasan, Pematrian, Pemotongan, dengan Panas dan Pemanasan
MODUL BAHAN AJAR

Referenced Assessment’. Pendekatan ini mengukur Kinerja terhadap


sejumlah standar. Standar yang digunakan dijelaskan dalam Kriteria
Kinerja.
Penilaian dapat dilaksanakan dengan tujuan sebagai bantuan dan
dukungan belajar.Tipe penilaian ini adalah formatif dan merupakan
proses yang sedang berjalan.
Penilaian dapat juga dilaksanakan untuk menentukan apakah peserta
diklat telah mencapai hasil program belajar (contohnya pencapaian
kompetensi dalam unit), tipe penilaian ini adalah sumatif’, merupakan
penilaian akhir. Penilaian mungkin dilaksanakan di industri (di tempat
kerja) atau di lembaga pelatihan (di luar tempat kerja) kapanpun
memungkinkan.

4. Tipe penilaian

a. Tes tertulis

Tes tertulis akan menilai pengetahuan peserta diklat dan


pemahaman konsep dan prinsip yang merupakan dasar Kinerja
tugas-tugas peserta diklat. Tes tertulis biasanya berupa seri
pertanyaan Pilihan Ganda atau beberapa bentuk tes tertulis objektif
lainnya yaitu tes dimana setiap pertanyaan memiliki satu atau
beberapa jawaban.
b. Tes unjuk kerja

Tes Kinerja akan menilai kompetensi peserta diklat dalam


menampilkan tugas-tugas elemen terhadap standar yang dijelaskan
dalam kriteria Kinerja. Maka, setiap peserta diklat akan menerapkan
pengetahuan dan pemahaman terhadap Kinerja tugas-tugas.

Guru/pembimbing biasanya menggunakan daftar cek analisis elemen


sebagai pedoman untuk menentukan kompetensi peserta diklat dan
akan memberikan umpan balik mengenai Kinerja dan jika perlu,
merencanakan pelatihan lanjutan jika belum mencapai kompetensi
pada usaha/kesempatan pertama.
Mekanik Otomotif 3
Modul Melaksanakan Prosedur Pengelasan, Pematrian, Pemotongan, dengan Panas dan Pemanasan
MODUL BAHAN AJAR

5. Strategi belajar yang disarankan


Belajar dalam sistem berdasarkan kompetensi berbeda dengan yang
‘diajarkan’ di kelas oleh guru. Pada sistem ini, peserta diklat akan
bertanggung jawab terhadap kegiatan belajar sendiri. Artinya bahwa
setiap peserta diklat perlu merencanakan belajar sendiri dengan
guru/pembimbing dan kemudian melaksanakannya dengan sungguh-
sungguh sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

Proses yang disarankan untuk belajar:

1. Baca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap


belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi
proses belajar yang telah direncanakan.

2. Buat catatan terhadap apa yang telah dibaca.

3. Pikirkanlah bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh


berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah
dimiliki.

4. Rencanakan aplikasi praktik pengetahuan dan keterampilan.

5. Coba kerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktik yang terdapat


pada tahap belajar.

6. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan


pengetahuan yang telah dimiliki.

7. Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh


guru/pembimbing, orang yang telah berpengalaman lainnya atau
rekan sesama siswa yang telah memiliki kemampuan yang lengkap
tentang kompetensi yang sedang dipelajari.

8. Ajukan pertanyaan kepada guru/pembimbing tentang konsep sulit


yang ditemukan.

9. Menerapkan praktik kerja yang aman.

10. Mengamati indikator kemajuan personal melalui kegiatan praktik.

Mekanik Otomotif 4
Modul Melaksanakan Prosedur Pengelasan, Pematrian, Pemotongan, dengan Panas dan Pemanasan
MODUL BAHAN AJAR

11. Mempraktikkan keterampilan baru yang telah diperoleh.

12. Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar.

Jika ada sesuatu yang tidak dimengerti pada penggunaan modul ini,
tanyakan pada guru/pembimbing untuk membantu kelancaran
pelaksanaan Pemelajaran yang dilakukan. Pusatkan pada pencapaian
pengetahuan dan keterampilan baru.

2. Metode penyampaian
Terdapat tiga prinsip metode penyampaian yang dapat digunakan, dan
hal tersebut dijelaskan di bawah ini. Dalam beberapa kasus, kombinasi
metode mungkin sesuai. Modul ini telah didesain sebagai sumber belajar
utama dalam ketiga situasi.

a. Belajar bebas

Belajar bebas membolehkan peserta diklat untuk belajar secara


individu, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing.
Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, setiap peserta
diklat disarankan untuk menemui guru/pembimbing setiap saat untuk
mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

b. Belajar berkelompok

Belajar berkelompok memungkinkan peserta diklat untuk datang


bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam belajar
berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai
dengan kecepatan belajar masing-masing, belajar berkelompok
memberikan interaksi antara peserta, guru/pembimbing dan
pakar/ahli dari tempat kerja.

c. Belajar terstruktur

Belajar terstruktur meliputi pertemuan kelas secara formal yang


dilaksanakan oleh guru/pembimbing atau ahli lainnya. Kegiatan
belajar terstruktur umumnya mencakup topik-topik tertentu.

Mekanik Otomotif 5
Modul Melaksanakan Prosedur Pengelasan, Pematrian, Pemotongan, dengan Panas dan Pemanasan
MODUL BAHAN AJAR

3. Orang yang dapat membantu anda dalam pencapaian unit


standar kompetensi ini
Siswa/peserta diklat akan dipertemukan oleh seseorang yang dapat
membantu dalam proses belajar termasuk guru/pembimbing dan teman
belajar.
a. Guru/pembimbing
Guru/Pembimbing adalah orang yang telah berpengalaman dalam
kompetensi tertentu. Peran guru/pembimbing dalam Pemelajaran
adalah:
 Membantu peserta diklat untuk merencanakan proses kegiatan
belajar.
 Membimbing peserta diklat melalui tugas-tugas pelatihan yang
dijelaskan dalam tahap kegiatan belajar.
 Membantu peserta diklat dalam memahami konsep dan praktik
baru dan menjawab pertanyaan mengenai proses belajar setiap
peserta diklat.
 Membantu peserta diklat untuk menentukan dan mengakses
sumber tambahan lain yang diperlukan untuk kegiatan belajar.
 Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
 Merencanakan seorang ahli/pendamping guru dari tempat kerja
untuk membantu jika diperlukan.
 Merencanakan proses penilaian dan menyiapkan perangkatnya.
 Melaksanakan penilaian terhadap penguasaan kompetensi setiap
peserta diklat.
 Menjelaskan tentang sikap, pengetahuan dan keterampilan dari
satu kompetensi yang perlu untuk diperbaiki dan merundingkan
rencana kegiatan belajar peserta diklat selanjutnya.
 Mencatat pencapaian kemajuan belajar peserta diklat.

b. Teman belajar/sesama peserta diklat

Teman belajar/sesama peserta diklat juga selain merupakan sumber


dukungan dan bantuan juga dapat mendiskusikan proses belajar
Mekanik Otomotif 6
Modul Melaksanakan Prosedur Pengelasan, Pematrian, Pemotongan, dengan Panas dan Pemanasan
MODUL BAHAN AJAR

dengan mereka. Pendekatan ini dapat menjadi sesuatu yang


berharga dalam membangun kerjasama dalam lingkungan kelas
belajar dan dapat meningkatkan pengalaman belajar peserta diklat.

4. Tahapan Pemelajaran
a. Kegitan belajar
Setiap peserta diklat dapat meneruskan pada kegiatan belajar
selanjutnya apabila :
 Telah menyelesaikan seluruhnya tahapan belajar pada satu
kegiatan belajar.
 Telah melakukan seluruh tugas-tugas Pemelajaran.
 Telah menguasai seluruh kompetensi yang dipersyaratkan.
 Dapat menyelesaikan dan mampu memjawab semua pertanyaan
dengan benar yang disajikan dalam tes formatif.
 Telah menyelesaikan dan lulus (sesuai dengan kriteria standar
penilaian) pada setiap Kinerja yang ditampilkan melalui
penyelesaian lembaran kerja.

b. Penyelesaian kegiatan belajar.
Seorang peserta diklat dianggap telah lulus pada setiap kegiatan
belajar atau modul apabila :
 Telah menyelesaikan seluruhnya tahapan belajar pada satu
kegiatan belajar pada satu modul.
 Telah melakukan seluruh tugas Pemelajaran setiap kegiatan
belajar.
 Telah menguasai seluruh kompetensi yang dipersyaratkan.
 Dapat menyelesaikan dan mampu menjawab semua pertanyaan
yang disajikan dalam lembar evaluasi akhir.
 Telah menyelesaikan dan lulus (sesuai dengan kriteria standar
penilaian) pada setiap Kinerja yang ditampilkan melalui tes
Kinerja.

Mekanik Otomotif 7
Modul Melaksanakan Prosedur Pengelasan, Pematrian, Pemotongan, dengan Panas dan Pemanasan
MODUL BAHAN AJAR

D. Tujuan Akhir
Tujuan akhir dari kegiatan belajar pada modul ini adalah :
1. Memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan tentang
melakukan rutinitas las oksi-asetilin.
2. Sasarannya adalah segala macam pekerjaan yang berhubungan dengan
melakukan rutinitas las oksi-asetilin, yang terdiri dari :
a. Menyiapkan bahan untuk pengelasan.
b. Menghubungkan dan mengeset peralatan pengelasan.
c. Menentukan peralatan las, pengesetan dan alat bantu yang
digunakan.
d. Melakukan rutinitas pengelasan.
3. Penekanan Pemelajaran adalah pada hal-hal praktik tentang melakukan
rutinitas las oksi-asetilin.
4. Pelatihan dilakukan di bengkel pelatihan atau industri yang relevan
dengan persyaratan.
5. Tersedia bengkel kerja dengan kelengkapan peralatan yang cukup
memadai.
6. Tersedia sumber-sumber belajar dan media Pemelajaran.
7. Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja yang selalu diperhatikan.
8. Penggunaan alat-alat yang sesuai dengan fungsi dan kegunaannya.
9. Bekerja berdasarkan prosedur operasi standar.
10.Lingkungan kerja yang sehat dan aman dengan sirkulasi tata udara yang
memadai.

Mekanik Otomotif 8
Modul Melaksanakan Prosedur Pengelasan, Pematrian, Pemotongan, dengan Panas dan Pemanasan
MODUL BAHAN AJAR

E. Kompetensi
Unit Kompetensi : Melaksanakan Prosedur Pengelasan, Pematrian, Pemotongan dengan Panas dan Pemanasan
Kode : OPKR-10-006B
Alokasi Waktu : 80 Jam @ 45 menit
A B C D E F G
LEVEL KOMPETENSI KUNCI
1 - 1 - 1 2 2

KONDISI KINERJA 1. Batasan konteks


 Standar kompetensi ini digunakan untuk jasa pelayanan pemeliharaan/servis dan perbaikan
bidang perbengkelan.
2. Sumber informasi/dokumen dapat termasuk :
 Spesifikasi pabrik kendaraan.
 SOP (Standard Operation Procedures).
 Spesifikasi pabrik produk (contoh : lembar data keamanan pabrik).
 Kode area tempat kerja.
3. Pelaksanaan K3 harus memenuhi :
 Undang-undang tentang K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
 Penghargaan di bidang industri.

4. Sumber-sumber dapat termasuk :

Mekanik Otomotif 9
Modul Melaksanakan Prosedur Pengelasan, Pematrian, Pemotongan, dengan Panas dan Pemanasan
MODUL BAHAN AJAR

 Peralatan tangan/hand tool, perlengkapan pengelasan, perlengkapan pematrian, perlengkapan


pemotongan dengan panas dan perlengkapan pemanasan.
 Perlengkapan pengelasan harus meliputi : oxy acettylene dan arc metal secara manual (las
busur manual) dan dapat juga meliputi : gelas logam arc (MIG) dan tungsten arc (TIG).
 Perlengkapan pematrian harus termasuk satu atau lebih : listrik, flame heated irons, kompor.
 Sumber lainnya meliputi : perlengkapan pengukuran, perlengkapan penandaan, perlengkapan
pengangkatan.
5. Kegiatan
Kegiatan harus dilaksanakan di bawah kondisi kerja normal dan harus termasuk :
 Pengelasan, pemotongan dengan panas, pemanasan, pematrian lunak dan termasuk
pematrian dengan perak, pematrian keras.

Mekanik Otomotif 10
Modul Melaksanakan Prosedur Pengelasan, Pematrian, Pemotongan, dengan Panas dan Pemanasan
MODUL BAHAN AJAR

SUB MATERI POKOK PEMELAJARAN


KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR
KOMPETENSI SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
1. Pelaksanaan  Prosedur  Prosedur  Teliti dalam  Memahami macam-  Melaksanakan
prosedur pengelasan pengelasan (Oxy- pengaturan macam bahan kalibrasi
pengelasan dilaksanakan tanpa Asitilen). oksigen dan pengelasan. campuran untuk
menyebabkan  Penggunaan asitilin.  Memahami pengelasan.
kerusakan terhadap peralatan dan  Teliti dalam peralatan  Melaksanakan
komponen atau perlengkapan yang bahaya pengelasan dan pengelasan dasar
sistem lainnya. sesuai. kebocoran gas. keselamatan kerja. berdasarkan SOP.
 Informasi yang  Undang-undang  Memakai pakaian  Memahami  Menerapkan
benar diakses dari tentang K3. kerja/peralatan prosedur cara-cara keselamatan
spesifikasi pabrik  Persyaratan kerja yang pengelasan. kerja.
dan dipahami. keselamatan kerja. sesuai.  Memahami jenis
 Seluruh kegiatan pengelasan.
pengelasan  Memahami undang-
dilaksanakan undang K3.
berdasarkan SOP
(Standard
Operation
Procedures),
undang-undang K3
(Keselamatan dan
Kesehatan Kerja),
peraturan
perundang-
undangan dan
prosedur/kebijakan
perusahaan.

Mekanik Otomotif 11
Modul Melaksanakan Prosedur Pengelasan, Pematrian, Pemotongan, dengan Panas dan Pemanasan
MODUL BAHAN AJAR

SUB MATERI POKOK PEMELAJARAN


KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR
KOMPETENSI SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
2. Pelaksanaan  Prosedur pematrian  Prosedur pematrian.  Menghindari  Memahami  Melaksanakan
prosedur dilaksanakan tanpa  Penggunaan bahaya gas peralatan pematrian
pematrian menyebabkan peralatan dan pematrian. pematrian dan mengacu pada
kerusakan terhadap perlengkapan yang  Memakai pakaian keselamatan kerja. SOP.
komponen atau sesuai undang- kerja/peralatan  Memahami  Menerapkan
sistem lainnya. undang tentang K3. kerja yang prosedur cara keselamatan
 Informasi yang  Persyaratan sesuai. pematrian. kerja.
benar diakses dari keselamatan kerja.  Memahami undang-
spesifikasi pabrik undang K3.
dan dipahami.
 Seluruh kegiatan
pematrian
dilaksanakan
berdasarkan SOP
(Standard
Operation
Procedures),
undang-undang K3
(Keselamatan dan
Kesehatan Kerja),
peraturan
perundang-
undangan dan
prosedur/kebijakan
perusahaan.

Mekanik Otomotif 12
Modul Melaksanakan Prosedur Pengelasan, Pematrian, Pemotongan, dengan Panas dan Pemanasan
MODUL BAHAN AJAR

SUB MATERI POKOK PEMELAJARAN


KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR
KOMPETENSI SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
3. Pelaksanaan  Prosedur  Prosedur  Penghindaran  Memahami  Melaksanakan
prosedur pemotongan pemotongan bahaya panas. peralatan pemotongan
pemotong-an dengan panas dengan panas.  Memakai pakaian pemotongan mengacu pada
dengan panas dilaksana-kan tanpa  Penggunaan kerja/peralatan dengan panas dan SOP.
menyebabkan peralatan dan kerja yang keselamatan kerja.  Menerapkan
kerusakan terhadap perlengkapan yang sesuai.  Memahami keselamatan
komponen atau sesuai undang- prosedur cara kerja.
sistem lainnya. undang tentang K3. pemotongan.
 Informasi yang  Persyaratan  Memahami undang-
benar diakses dari keselamatan kerja. undang K3.
spesifikasi pabrik
dan dipahami.
 Seluruh kegiatan
pemotongan
dengan panas
dilaksanakan
berdasarkan SOP
(Standard
Operation
Procedures),
undang-undang K3
(Keselamatan dan
Kesehatan Kerja),
peraturan
perundang-
undangan dan
prosedur/kebijakan
perusahaan.

Mekanik Otomotif 13
Modul Melaksanakan Prosedur Pengelasan, Pematrian, Pemotongan, dengan Panas dan Pemanasan
MODUL BAHAN AJAR

SUB MATERI POKOK PEMELAJARAN


KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR
KOMPETENSI SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
4. Pelaksanaan  Prosedur pemnasan  Prosedur  Penghindaran  Memahami  Melaksanakan
prosedur dilaksanakan tanpa pemanasan. bahaya panas. peralatan sitem pemanasan
pemanasan menyebabkan  Penggunaan  Memakai pakaian pemanas dan mengacu pada
kerusakan terhadap peralatan dan kerja/peralatan keselamatan kerja. SOP.
komponen atau perlengkapan yang kerja yang  Memahami  Menerapkan
sistem lainnya. sesuai undang- sesuai. prosedur cara keselamatan
 Informasi yang undang tentang K3. pemanasan. kerja.
benar diakses dari  Persyaratan  Memahami undang-
spesifikasi pabrik keselamatan kerja. undang K3.
dan dipahami.
 Seluruh kegiatan
pemanasan
dilaksanakan
berdasarkan SOP
(Standard
Operation
Procedures),
undang-undang K3
(Keselamatan dan
Kesehatan Kerja),
peraturan
perundang-
undangan dan
prosedur/kebijakan
perusahaan.

Mekanik Otomotif 14
Modul Melaksanakan Prosedur Pengelasan, Pematrian, Pemotongan, dengan Panas dan Pemanasan
F. Pengecekan Kemampuan
Isi daftar cek kemampuan di bawah ini untuk mengukur sejauh mana
siswa/peserta diklat telah menguasai kompetensi yang akan dipelajari pada
modul ini, dan apabila siswa/peserta diklat telah mengusai kompetensi pada
setiap tugas belajar maka dapat meneruskan kegiatan belajar selanjutnya.
1. Tahap belajar I. Pelaksanaan Prosedur pengelasan

Dapat melaksanakan
Tugas-tugas tugas dengan
kompeten
1. Identifikasi peralatan las oksi asetilin.
2. Melakukan tindakan pengamanan
pada waktu menghubungkan dan
mengeset peralatan las.
3. Memasang regulator pada tabung gas
sesuai dengan jenis regulator.
4. Memasangkan selang las pada
regulator sesuai dengan macam
selang las.
5. Mamasang pembakar pada selang las
dengan aman.
6. Menentukan ukuran mulut pembakar
sesuai dengan ukuran tebal bahan.
7. Menentukan alat keselamatan kerja
yang digunakan sesuai dengan
standar.
8. Mempersiapkan alat bantu dalam
pengelasan sesuai dengan prosedur
operasi standar.
9. Menetukan jenis dan ukuran bahan
tambah.
10. Membuka dan mengatur tekanan
kerja.
11. Mempersiapkan bahan yang akan
dilas.
12. Mengatur nyala las.
13. Melakukan pengelasan.
14. Membersihkan bahan setelah dilas.
15. Mengamankan peralatan las setelah
selesai digunakan.
Catatan :
Kriteria standar yang harus dicapai oleh peserta diklat yang dianggap
telah kompeten adalah :
 Peralatan pengelasan diidentifikasi berdasarkan spesifiksi peralatan
pengawasan.
 Menghubungkan dan mengeset peralatan las dengan memperhatikan
tindakan pengamanan sesuai dengan prosedur operasi standar.
 Memasang setiap unit peralatan las dengan benar.
 Pemilihan ukuran mulut pembakar dan kawat las yang sesuai dengan
bahan yang digunakan.
 Pemilihan alat keselamatan kerja sesuai dengan standar
keselamatan.
 Pemilihan alat bantu las sesuai dengan prosedur operasional standar.
 Pengelasan dilakukan dengan aman dan sesuai dengan prosedur.
 Hasil lasan dibersihkan sesuai dengan prosedur operasi standar.
 Peralatan las diamankan setelah digunakan sesuai dengan prosedur
pengamanan peralatan las.

2. Tahap belajar II. Pelaksaan Prosedur Pematrian

Dapat melaksanakan
Tugas-tugas tugas dengan
kompeten
1. Mengidentifikasi peralatan dan bahan
patri keras sesuai tuntutan pengelasan.
2. Menyetel nyala api las sesuai tuntutan
pengelasan.
3. Mematri keras sambungan tumpang
sesuai tuntutan pengelasan.

Catatan :
Kriteria standar yang harus dicapai oleh peserta diklat yang dianggap
telah kompeten adalah :
 Peralatan dan bahan patri keras diidentifikasi berdasarkan spesifikasi
peralatan pengelasan.
 Perencanaan nyala api dilakukan sesuai dengan tuntutan benda
kerja.
 Pematrian dilakukan dengan aman dan sesuai prosedur.
3. Tahap belajar III. Pelaksanaan Prosedur Pemotongan dengan
Panas

Dapat melaksanakan
Tugas-tugas tugas dengan
kompeten
1. Mengatur dan mematikan nyala api.
2. Proses pemotongan dilakukan
berdasarkan SOP.
3. Memotong berbagai bentuk.
4. Mesin potong gas.
5. Permukaan potong dan sebab-
sebabnya.

Catatan :
Kriteria standar yang harus dicapai oleh peserta diklat yang dianggap
telah kompeten adalah :
 Persyaratan pemotongan ditentukan berdasarkan spesifikasi
pekerjaan pengelasan.
 Bahan dibersihkan dan disiapkan dengan menggunakan alat-alat dan
teknik yang sesuai berdasarkan prosedur operasi standar.

4. Tahap belajar IV. Pelaksanaan Prosedur Pemanasan


Dapat melaksanakan
Tugas-tugas tugas dengan
kompeten
1. Mengatur dan mematikan nyala api.
2. Proses pemanasan dilakukan sesuai
SOP.
Catatan :
Kriteria standar yang harus dicapai oleh peserta diklat yang dianggap
kompeten adalah :
 Persyaratan pemotongan ditentukan berdasarkan spesifikasi
pekerjaan pengelasan.
 Bahan dibersihkan dan disiapkan dengan menggunakan alat-alat dan
teknik yang sesuai berdasarkan prosedur operasi standar.

BAB II
PEMELAJARAN
A. Rencana Belajar Peserta Diklat
Buatlah rencana kegiatan belajar untuk mempermudah melakukan setiap
tahapan kegiatan belajar yang berkaitan dengan jenis kegiatan yang harus
dilakukan untuk mendapatkan kompetensi atau sub kompetensi tertentu,
tanggal kegiatan dilaksanakan, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai kompetensi atau sub kompetensi tertentu, tempat kegiatan
belajar yang mungkin dapat digunakan serta perubahan-perubahan
kegiatan belajar yang dilaksanakan. Untuk membuat rencana kegiatan
belajar gunakan format isian di bawah ini. Lakukanlah konsultasi secara
kontinyu kepada guru/pembimbing.
Kompetensi : Melaksanakan prosedur pengelasan, pematrian,
pemotongan dengan panas dan pemanasan.
Alokasi Waktu : 80 jam Pemelajaran
Tahun Pelajaran : ………./…………

Tempat Alasan Paraf


Jenis Kegiatan Tanggal Waktu
Belajar Perubahan guru
A.
Pelaksanaan
prosedur
pengelasan

Menyiapkan
bahan untuk
pengelasan
1. Memahami
spesifikasi
pengelasan.
2. Memahami jenis
sambungan dan
kode pengelasan.
3. Mengidentifikasi
ben-tuk
sambungan dan
kampuh.
4. Menyiapkan
bahan yang akan
dilas sesuai
dengan ukuran.
5. Menyiapkan
kampuh dan
sambungan.
Menghubungkan
dan mengeset
peralatan
pengelasan

1. Mengidentifikasi
pe-ralatan las.
2. Melakukan
tindakan
pengamanan
pada waktu
menghubung-kan
dan mengeset
peralatan las.
3. Memasang
regulator pada
tabung gas
sesuai dengan
jenis regulator.
4. Memasang
selang las pada
regulator.
5. Memasang
pembakar pada
selang las
dengan aman.
Menentukan
peralatan las,
pengesetan dan
alat bantu yang
digunakan

1. Menentukan
ukuran mulut
pembakar se-suai
dengan tebal
bahan.
2. Menentukan alat
keselamatan
kerja.
3. Mempersiapkan
alat bantu.
4. menentukan
jenis dan ukuran
bahan.

B.
Melaksanakan
prosedur
pematrian

1. Memahami teknik
pematrian.
2. Mempersiapkan
bahan.
3. Mengatur
tekanan kerja.
4. Mengatur nyala
las.
5. Melakukan
pematrian.
C.
Melaksanakan
prosedur
pemotongan
dengan panas
dan
pemanasan

1. Memahami
teknik
pemotongan dan
pemanasan.
2. Mempersiapkan
bahan.
3. Mengatur
tekanan kerja.
4. Mengatur
penyalaan las.
5. Melakukan
pemotongan
dengan panas.

1. KEGIATAN BELAJAR 1
PERALATAN UTAMA LAS OKSI-ASETILIN DAN CARA
PENGGUNAANNYA
a. Tujuan kegiatan Pemelajaran
 Mengetahui macam-macam alat-alat utama dan alat bantu las oksi-
asetilin sesuai dengan jenis peralatan dan macam peralatan yang
digunakan.
 Memahami fungsi dan kegunaan alat-alat utama dan alat bantu las
oksi-asetilin sesuai dengan macam dan jenis alat utama dan alat
bantu.
 Menggunakan alat-alat utama dan alat bantu las gas sesuai dengan
fungsi dan kegunaan alat utama dan alat bantu.
 Mengeset alat-alat utama las oksigen-asetilin sesuai dengan prosedur
operasi standar.

b. Uraian materi Pemelajaran


1. Peralatan las oksi-asetilin
Untuk melakukan penyambungan logam dengan proses las oksi-
asetilin yang menggunakan pencampuran gas oksigen sebagai
gas pembakar dan gas asetilin sebagai bahan bakar digunakan
alat-alat khusus yang perlu dipahami jenis, fungsi dan
kegunaannya serta cara penanganan dari alat-alat tersebut.
Sehingga pada penggunaannya tidak terjadi kesalahan-kesalahan
yang pada akhirnya akan menimbulkan kecelakaan. Untuk itu,
ada beberapa alat utama las oksigen asetilin yang akan dijelaskan
jenis, fungsi serta kegunaan dari alat tersebut seperti di bawah
ini :
a. Tabung gas oksigen
Gas oksigen untuk proses pengelasan las gas disimpan dalam
botol (silinder gas) yang berbentuk tinggi langsing dan
berwarna biru, terbuat dari baja, dengan volume gas oksigen
pada tekanan 150 kg/cm² adalah 6000 liter. Pada bagian
atas botol gas terdapat katup pengeluaran gas yang terbuat
dari bahan tembaga dengan roda tangan dan socket yang
terdapat pada katup pengeluaran gas yang menggunakan ulir
kanan.

Kap pelindung

Roda katup Pengaman

Keran regulator

Gambar 1. Katup pengaman tabung gas oksigen [3]

Pada bagian bawah botol gas Katup

terdapat keping pengaman


lumer dengan maksud
apabila ada kelebihan
tekanan akibat panas yang
ditimbulkan oleh nyala balik
yang terjadi pada proses
pengelasan atau akibat dari
tabung gas terjatuh, maka
keping pengaman akan
terbuka secara otomatis.
Kerusakan pada katup
tabung gas akibat dari
kesalahan penggunaan
tabung gas akan
mengakibatkan mudah
terjadinya kebakaran di
sekeliling tempat kerja.
Untuk itu perlu kiranya
memperhatikan prosedur
yang benar tentang
pemakaian tabung gas.
Gambar 2. Tabung gas oksigen
[3]

b. Tabung gas asetilin


Gas asetilin untuk proses
pengelasan las gas disimpan dalam
botol (silinder gas) yang pendek
gemuk dan berwarna merah,
terbuat dari baja dengan volume
gas oksigen pada tekanan 15
kg/cm² adalah 6000 liter. Bagian
dalam botol gas asetilin dilapisi
dengan bahan berpori yang terbuat
dari asbes atau sutera tiruan yang
berfungsi untuk menyimpan cairan
aseton, yaitu cairan kimia di mana
gas asetilin dapat larut dengan
baik dan aman di bawah pengaruh
tekanan di dalamnya.
Gambar 3. Tabung gas asetilin [3]

Pada bagian atas botol gas terdapat katup pengeluaran gas yang
terbuat dari bahan tembaga dengan pembuka gas menggunakan
kunci gas khusus, serta socket yang terdapat pada katup
pengeluaran gas menggunakan ulir kiri. Pada bagian bawah botol
gas terdapat keping pengaman lumer dengan maksud apabila
ada kelebihan tekanan akibat panas yang ditimbulkan oleh nyala
balik yang terjadi pada proses pengelasan, maka keping
pengaman akan terbuka secara otomatis.
Cara penggunaan tabung gas asetilin secara aman adalah
sebagai berikut :
1. Letakkan tabung dengan posisi berdiri tegak.
2. Setiap pemakaian gas harus melalui regulator.
3. Tidak boleh diletakkan pada tempat panas.
4. Jauhkan dari sumber api, bahan mudah terbakar dan
benturan.
5. Tidak diperkenankan untuk menggoreskan elektroda.
6. Jangan mencabut tanda-tanda khusus yang terdapat pada
tabung gas.
Perbedaan antara tabung gas oksigen dan tabung gas asetilin adalah
sebagai berikut :
Tabung gas Tabung gas
Perbedaan
oksigen asetilin
Bentuk Tinggi lansing Pendek gemuk
Tekanan isi maksimum 150 kg/cm² 15 kg/cm²
Katup/pembuka katup Roda tangan Kunci shock
Baut dan mur pengikat Ulir kanan Ulir kiri

c. Generator pembangkit gas asetilin


Generator atau disebut juga pembangkit gas asetilin digunakan
untuk mendapatkan gas asetilin (C 2H2) dengan cara mencampurkan
air dengan kalsium karbida atau karbit (CaC 2) dengan reaksi kimia
sebagai berikut :
CaC2 + 2H2O -------- C2H2 + Ca(OH) 2 + Panas
Generator asetilin digunakan apabila proses pengelasan tidak
menggunakan tabung gas asetilin.
Menurut besarnya kapasitas tekanannya, generator pembangkit
gas asetilin dibedakan atas tiga jenis yaitu :
1. Generator tekanan rendah, dengan tekanan sampai 0,03 bar.
2. Generator tekanan sedang atau menengah, dengan tekanan
dari 0,03 – 0,2 bar.
3. Generator tekanan tinggi, dengan tekanan dari 0,2 – 1,1 bar.

Sedangkan menurut prinsip pencampuran di dalamnya, generator


dibedakan atas dua macam yaitu :
1. Generator asetilin sistem tetes
Prinsip pencampuran air dan karbit di dalam generator ini adalah karbit
disimpan pada laci karbit dan ditetesi air, sehingga karbit bereaksi
dengan air dan menghasilkan gas asetilin yang keluar melalui pipa
pengeluaran ke ruang gas asetilin. Selanjutnya gas asitilin dapat
dikeluarkan melalui kunci air menuju ke selang las.

Bagian-bagian utama genarator sisitem tetes adalah Pipa


: pengaman
a. Ruang karbit dan retor, Ruang gas
berfungsi untuk menyimpan
karbit yang akan Pembersih gas

dicampurkan dengan air


dengan cara diteteskan. Pada
ruang karbit terdapat laci
karbit tempat penyimpanan
karbit. Kunici air
Air

Laci karbit
Retor

Gambar 4. Generator sistim tetes [3]

b. Ruang air
Digunakan untuk menempatkan air yang befungsi untuk
mengkonsumsi air pencampur karbit dan penyaring gas asetilin
yang didapat dari hasil pencampuran.
c. Ruang gas asetilin
Berfungsi untuk menyimpan gas asetilin sementara sebelum
dikeluarkan melalui kunci air.
d. Kunci air
Berfungsi sebagai keran pengeluaran gas pada saat akan digunakan
untuk pengelasan.
e. Pengukur tekanan gas/manometer
Berfungsi untuk melihat besarnya tekanan gas asetilin yang
dihasilkan dari pencampuran di dalam ruang gas.

Cara melayani generator sistim tetes :


a. Isilah ruang air sampai batas lubang cerat.
b. Isi kunci air sampai batas lubang cerat kunci air, kemudian tutup
rapat-rapat katup cerat pada kunci air.
c. Keluarkan laci karbit dari dalam retor kemudian masukkan karbit
dan tutup retor dengan rapat.
d. Buka keran pengeluaran air sehingga air dari dalam ruang air
menetes ke dalam retor.
e. Perhatikan manometer pada generator, apabila jarum
penunjukkan tekanan sudah bergerak menandakan gas hasil
pencampuran karbit dan air sudah masuk ke dalam ruang gas.
f. Bukalah keran pengeluaran gas menuju ke tabung pembersih dan
ke kunci air.
g. Gas yang berada di dalam kunci air sudah dapat digunakan untuk
pengelasan.

2. Generator asetilin sistim lempar (celup)


Prinsip pencampuran air dan karbit di dalam generator ini adalah
karbit disimpan di ruang karbit kemudian melalui pengaturan katup,
karbit dikeluarkan dan dijatuhkan ke dalam ruang air, sehingga
karbit bereaksi dengan air yang akan menghasilkan gas asetilin dan
berkumpul di ruang gas. Selanjutnya gas asitilin dapat dikeluarkan
melalui kunci air menuju ke selang dan pembakar las.
Katup karbit

Katup pengaman

Ruang karbit Gas keluar

Manometer Kunci air

Ruang gas
Keran cerat

Jatuhan karbit

Pemasukan air

Ruang air Asetilin

Pengaduk

Gambar 5. Generator sistim lempar (celup) [3]

Untuk menggunakan generator yang aman digunakan pada pengelasan,


ada beberapa langkah penempatan dan pengamanan generator yang
disarankan, yaitu :
1. Tempatkan generator agak jauh dari tempat pengelasan.
2. Hindarkan dari nyala api, benda-benda panas dan terik matahari.
3. Periksa secara berkala tinggi air di dalam kunci air.
4. Berhati-hatilah terhadap kebocoron gas, periksalah dengan air sabun
bagian yang diindakasikan mengalami kebocoran.
5. Buanglah selalu sisa gas di dalam generator bila selesai digunakan.

d. Regulator las
Regulator pada pengelasan berfungsi sebagai alat penurun dan
pengatur tekanan isi menjadi tekanan kerja yang tetap besarnya sesuai
dengan yang dikehendaki. Pada regulator las terdapat dua alat
pengukur tekanan atau manometer, yaitu :
1. Manometer tekanan isi yang berfungsi untuk mengetahui jumlah
tekanan isi yang terdapat dalam silinder.
2. Manometer tekanan kerja yang berfungsi untuk mengetahui
besarnya tekanan kerja yang kita keluarkan untuk pengelasan.

Gambar 6. Regulator las [1]

Menurut jenisnya, regulator las dibedakan atas dua jenis, yaitu :


1. Regulator satu tingkat, dimana tekanan isi dalam tabung gas
dturunkan sekaligus menjadi tekanan kerja pengelasan.
2. Regulator dua tingkat, dimana untuk mendapatkan tekanan kerja
yang dikehendaki, tekanan isi gas di dalam tabung diturunkan secara
bertingkat.
Manometer trkanan isi Manometer tekanan kerja

G Katup C

Gas masuk

Gas keluar

Gambar 7. Bagan regulator [3]

Prinsip kerja regulator yang digunakan pada pengelasan dengan las


oksigen-asetilin adalah sebagai berikut :
1. Bila katup tabung gas dibuka, maka gas akan masuk ke dalam ruang A
dengan jumlah tekanan gas dapat dilihat pada manometer G.
2. Apabila katup pengeluaran gas pada regulator F diputar searah jarum
jam, maka pegas E menekan membran D yang akan mendorong katup C
sehingga terbuka.
3. Gas yang berada di ruang A akan masuk ke dalam ruang B dengan
besarnya tekanan gas pada ruang B dapat dilihat pada manometer B.
Gas yang keluar dari ruang B dapat dilakukan dengan memutarkan
keran pengeluaran F.
4. Bila keran pengeluaran gas F dibuka, maka gas yang berada di ruang B
akan keluar menuju pembakar las melalui selang las.
5. Apabila keran F diputar berlawanan dengan jarum jam, maka gas yang
berada di ruang A akan menekan katus tertutup.
Untuk memungkinkan regulator terhindar dari kerusakan pada saat
pemasangan dan pelaksanaan pengelasan, maka ada beberapa hal yang
harus diperhatikan pada saat menggunakan regulator yaitu :
1. Jangan memegang regulator dengan tangan atau sarung
tangan yang berminyak.
2. Jangan memegang regulator pada bagian manometer tetapi
peganglah pada bagaian badan regulator.
3. Pasang regulator tabung gas oksigen pada tabung gas
oksigen dan regulator gas asetilin untuk tabung gas asetilin.
4. Sebelum membuka katup tabung gas, pastikan regulator
dalam keadaan tertutup.
5. Putar secara perlahan baut pengatur pengeluaran gas pada
regulator agar jarum pengatur pada manometer tidak menerima
hentakan tekanan gas yang tinggi secara tiba-tiba.
6. Berdirilah di samping tabung gas, jangan berada persis di atas
regulator dan katup tabung gas pada saat mengatur tekanan kerja
regulator.
7. Jangan menggunakan regulator yang sudah rusak agar
pengaturan gas melalui regulator berjalan normal.

Perbedaan regulator gas asetin dan regulator gas asetilin pada umumnya adalah
sebagai berikut :
Regulator gas
Perbedaan Regulator gas asetilin
oksigen
Warna dasar Biru, hitam dan Merah
atau abu-abu
Skala ukuran tekanan 250 kg/cm² 30 kg/cm²
isi maksimum
Skala ukuran tekanan 12 kg/cm² 3 kg/cm²
kerja maksimum
Baut dan mur pengikat Ulir kanan Ulir kiri dengan tanda
keratan pada bagian
tengah mur pengikat

b. Selang las
Selang las berfungsi sebagai saluran gas dari silinder atau generator
ke pembakar las. Selang las harus memiliki kekuatan terhadap
tekanan gas ±10 kg/cm² tetapi tidak kaku. Selang las umumnya
memiliki ukuran standar garis tengah 5 mm, 6 mm atau 7,5 mm.
Selang las pada pengelasan las oksi-asetilin berwarna hijau, biru
atau merah. Selang berwarna biru atau hijau digunakan untuk selang
gas oksigen, sedangkan selang yang berwarna merah digunakan
untuk gas asetilin dengan pemasangan selang pada tabung gas
diikat menggunakan klem dan pada kedua ujung selang las baik
yang akan disambungkan dengan pembakar maupun yang
disambungkan dengan tabung gas melalui naple atau alat
penyambung selang.
Untuk menghindarkan selang las dari kerusakan pada saat
digunakan, maka selang las harus dipelihara dan diamankan dari
penggunaan yang tidak sesuai dengan prosedur. Ada hal-hal
penting yang harus diperhatikan pada saat menggunakan selang las
di antaranya adalah :
1. Penggunaan selang las hendaknya tidak mengganggu lalu
lintas dan tidak terlipat pada saat digunakan.
2. Tidak diperkenankan menggunakan kawat atau isolasi untuk
mengikat dan menutup kebocoran pada sambungan dan selang
las.
3. Gunakan alat penyambung dan pengikat selang las khusus.
4. Hindarkan selang dari kontak dengan sumber panas, percikan
bunga api, kejatuhan benda panas, benda tajam serta dari
minyak.
5. Tidak diperkenankan menekuk selang las untuk menghentikan
aliran gas pada selang.
6. Tiup terlebih dahulu selang untuk menghilangkan debu
dengan tekanan udara sebelum selang dipasangkan.
7. Periksa secara berkala kondisi selang yang digunakan dari
kebocoran, hangus atau dari sambungan yang longgar.
8. Periksalah kebocoran selang las dengan mencelupkan selang
ke dalam air pada tekanan kerja biasa.
9. Potong bagian selang yang bocor dan gunakanlah alat
penyambung selang untuk menyambungkan kembali selang yang
telah dipotong.
10. Apabila terjadi nyala balik pada saat melakukan pengelasan,
periksalah bagian dalam selang. Apabila terjadi kerusakan,
gantilah selang dengan yang baru.
11. Gulung selang dengan baik dan gantungkan pada gantungan
selang apabila selang telah selesai digunakan.

b. Pembakar
Pembakar pada pengelasan las oksi-asetilin (las karbit) berfungsi
sebagai alat untuk mencampur gas asetilin dan gas oksigen serta
mengatur pengeluaran gas campuran tersebut ke mulut pembakar
dan dapat digunakan untuk proses pengelasan.
1. Pembakar las
Pembakar mempunyai dua jenis yang dibedakan pada sistem
pemcampuran gas di dalam pembakar yaitu :
a. Pembakar las tekanan rendah atau pembakar injector
Pada pembakar jenis ini, tekanan kerja gas oksigen lebih
besar dibandingkan dengan tekanan gas asetilin. Gas oksigen
masuk ke dalam mulut pembakar melalui injector sehingga
kecepatan gas oksigen bertambah, yang akan menarik gas
asetilin ke dalam pipa pencampur. Campuran gas tadi akan
keluar melalui mulut pembakar dan siap dinyalakan untuk
pengelasan.
Pembakar tekanan rendah biasanya digunakan untuk
pengelasan menggunakan generator pembangkit gas asetilin.
Pada bagian pangkal mulut pembakar tertera nomor mulut
pembakar, kapasitas mulut pembakar dan besarnya tekanan
kerja gas oksigen. Sedangkan tekanan gas asetilin tidak
tercantum karena pada penggunaan generator, tekanan gas
yang ada di dalam generator tidak tetap tergantung dari
sedikit banyaknya jumlah gas di dalam generator.
b. Pembakar tekanan rata atau pembakar mixer
Pembakar tekanan rata dipergunakan untuk pengelasan
dengan konsumsi gas tekanan tinggi atau tekanan sedang.
Pada penggunaan pembakar jenis ini, tekanan gas oksigen
dengan asetilin yang digunakan sama. Kedua macam gas
masuk ke dalam pencampur gas atau mixer dan bercampur
dengan sendirinya kemudian keluar ke mulut pembakar
melalui pipa pencampur gas.
Pada pembakar tekanan rata atau pembakar mixer hanya
tertera nomor mulut pembakar saja, kapasitas pembakar,
besarnya tekanan gas oksigen yang digunakan dan gas
asetilin biasanya tertera pada daftar pemakaian alat yang
menyertai tersebut.
Pada gambar di bawah ini ditunjukkan gambar masing-masing
jenis pembakar seperti disebutkan di atas dan alur
pencampuran gas yang terjadi di dalam kedua pembakar
sehingga terlihat jelas perbedaan secara prinsip pencampuran
gas yang terjadi di dalam pembakar, baik itu untuk pembakar
tekanan rendah atau pembakar ijector maupun pembakar
tekanan rata atau pembakar mixer.
Ruang pencampur

Nosel injektor Asetilin

Gambar 8. Pembakar tekanan rendah [10]

Gambar 9. Pembakar tekanan rata [10]


Pada bagian ujung pembakar las terdapat mulut pembakar (tip),
dimana dalam penggunaannya mulut pembakar dapat diganti sesuai
dengan kebutuhan pengelasan. Besarnya ukuran mulut pembakar
diukur berdasarkan banyaknya gas yang keluar melalui mulut
pembakar tiap jam atau berdasarkan besarnya garis tengah lubang
mulut pembakar.
Pemilihan ukuran mulut pembakar pada pengelasan tergantung pada
tebal bahan yang akan dilas.

Gambar 10. Mulut pembakar las [12]

2. Pembakar potong
Pembakar potong berfungsi untuk :
a. Memanaskan bahan yang akan dipotong sampai temperatur
lumer.
b. Memotong bahan yang telah lumer melalui penekanan tinggi
gas oksigen.
Bentuk pembakar potong berbeda dengan pembakar las karena
pada pembakar potong terdapat tiga katup gas yaitu :
a. Katup gas asetilin yang berfungsi untuk mengeluarkan gas
asetilin pada waktu pemanasan awal sebelum melakukan
pemotongan bahan.
b. Katup gas oksigen untuk mengeluarkan gas oksigen untuk
pemanasan awal.
c. Katup gas oksigen untuk mengeluarkan gas oksigen untuk
pemotongan.
Ada beberapa bentuk pembakar potong yang sering digunakan untuk
memotong pelat tipis maupun pelat tebal. Pada gambar di bawah ini
akan ditunjukkan beberapa macam bentuk pembakar potong tangan
yang umum digunakan.

Campuran gas Injektor

Gambar 11. Macam bentuk pembakar potong [10]


3. Pemeliharaan pembakar
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada waktu
menggunakan pembakar yaitu :
a. Jangan memegang pembakar dengan tangan atau
menggunakan sarung tangan yang berminyak atau bahan
mudah terbakar lainnya.
b. Bagian mulut pembakar tidak dipergunakan untuk
memukul.
c. Apabila mulut pembakar tersumbat pada waktu pengelesan,
bersihkan bahan yang menyumbat lubang mulut pembakar
dengan menggunakan jarum pembersih khusus dengan
ukuran yang sesuai dengan ukuran lubang mulut pembakar.
d. Bersihkan bagian bibir mulut pembakar dengan
menggosokkan bibir mulut pembakar pada kayu atau
menggunakan kikir pembersih khusus.
e. Apabila terjadi nyala balik, deteksi semua kemungkinan
termasuk kelonggaran yang ada pada setiap sambungan
pembakar.
f. Untuk menghindari terjadinya nyala balik, gunakan selalu anti
nyala balik yang dipasangkan pada naple pembakar.

Gambar 12. Cara membersihkan mulut pembakar


1. Memasang dan menggunakan peralatan las
Di bawah ini ditunjukkan gambar rangkaian peralatan utama las gas
(oksi-asetilin) lengkap pada proses pengelasan :

4
2

Keterangan gambar.
3
1. Tabung gas asetilin 5
2. Tabung gas oksigen
3. Regulator gas asetilin 1
4. Regulator gas oksigen
5. Selang las 6
6. Pembakar las

Gambar 13. Seperangkat alat las oksi-asetilin

a. Memasang regulator
Regulator las dipasang pada tabung gas melalui socket (mur dan baut)
pengikat pada katup tabung gas. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan sebelum memasang regulator pada tabung gas yaitu :
1. Periksalah terlebih dahulu apakah peralatan, tangan dan alat bantu
lainnya sudah bersih dari minyak dan kotoran.
2. Tempatkanlah botol gas berdiri tegak dan terikat dengan kuat
sehingga terhindar dari botol terjatuh.
3. Pastikan regulator yang kita pasang sesuai dengan tabung gas yang
akan dipasang dengan melihat ciri-ciri tabung gas dan ciri-ciri
regulator yaitu warna dan socket yang digunakan.
4. Periksalah terlebih dahulu apakah socket (mur dan baut) pengikat
dalam keadaan bersih dan baik.
5. Gunakan seal tape pada ulir socket untuk memungkinkan ikatan
socket kuat dan tidak terjadi kebocoran.
6. Memegang regulator jangan pada bagian manometer, tetapi pada
bagian badan regulator.
Adapun langkah-langkah pemasangan regulator pada tabung gas adalah
sebagai berikut :
1. Bukalah katup botol sebentar untuk
membersihkan katup tabung gas dari debu yang akan menyumbat
katup.
2. Balutkan seal tape pada bagian ulir
socket yang ada pada regulator secukupnya.
3. Masukkan leher naple regulator pada katup
tabung gas dengan posisi leher regulator lurus dengan lubang katup
tabung gas.
4. Putar socket ke arah yang dapat
mengencangkan socket, sesuai dengan jenis ulir yang digunakan
menggunakan kunci pas atau kunci inggris sampai socket terkunci
dengan kuat.
5. Cek socket dari kebocoran dengan
mengeluarkan gas dalam tabung dan regulator dalam keadaan
tertutup menggunakan cairan sabun.
6. Apabila ada kebocoran, maka cairan sabun
akan bergelembung. Buka kembali socket dan tambahkan balutan
seal tape pada ulir socket.
7. Ulangilah pemasangan dari kegiatan awal
sampai regulator terpasang dengan benar pada tabung gas.

Gambar 14. Cara memasang regulator

b. Memasang selang las


Setelah regulator terpasang pada tabung gas, kemudian pasangkanlah
selang las pada bagian naple pengeluaran gas yang ada pada regulator.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam memasang
selang las yaitu :
1. Periksalah terlebih dahulu apakah peralatan, tangan dan alat
bantu lainnya sudah bersih dari minyak dan kotoran.
2. Pastikan selang las yang akan dipasang dalam keadaan masih baik
dan tidak ada yang bocor.
3. Periksalah terlebih dahulu apakah naple pada regulator dalam
keadaan bersih dan baik.
4. Gunakan cairan sabun untuk memudahkan memasukkan selang pada
naple regulator.
Langkah-langkah pemasangan selang las pada tabung gas :
1. Siapkan peralatan pemasangan selang las berupa obeng, tang,
kunci pas dan alat-alat bantu lainnya.
2. Masukkan klem pengikat selang ke dalam selang untuk
mempersiapkan pengikatan selang pada nepel regulator.
3. Baluri naple yang ada pada regulator dengan cairan sabun untuk
memudahkan memasukkan nepel kedalam selang.
4. Masukkan naple ke dalam selang dengan cara memutar secara
bolak-balik sampai ujung selang berada pada pangkal naple
regulator.
5. Masukkan pengikat selang pada pangkal naple yang sudah
tertutup selang.
6. Putar baut pengencang pada klem pengikat selang dengan
menggunakan obeng atau kunci pas.
7. Untuk mengecek apakah pemasangan yang dilakukan sudah
sempurna, cek bagian sambungan selang dengan menggunakan
cairan sabun.
8. Apabila sambungan selang masih bocor atau kurang sempurna
yang ditandai dengan gelembung cairan sabun, putar kembali klem
untuk mengencangkan ikatan.
Gambar 15. Cara memasang selang las

c. Memasang pembakar las


Setelah selang las terpasang pada regulator, pasangkanlah pembakar
las dengan memasukkan ujung selang las pada naple pembakar las. Ada
beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam memasang selang
las, yaitu :
1. Periksalah terlebih dahulu apakah peralatan,
tangan dan alat bantu lainnya sudah bersih dari minyak dan
kotoran.
2. Periksalah terlebih dahulu apakah naple pada
pembakar dalam keadaan bersih dan terpasang pada pembakar
dengan baik.
3. Gunakan cairan sabun untuk memudahkan
memasukkan selang pada naple regulator.
Langkah-langkah pemasangan selang las pada pembakar las :
1. Siapkan peralatan pemasangan
selang las berupa obeng, tang, kunci pas dan alat-alat bantu lainnya.
2. Masukkan klem pengikat ke
dalam selang untuk mempersiapkan pengikatan selang pada naple
pembakar.
3. Baluri naple yang ada pada
pembakar dengan cairan sabun untuk memudahkan memasukkan
nepel ke dalam selang.
4. Masukkan naple ke dalam selang
dengan cara memutar secara bolak-balik sampai ujung selang
berada pada pangkal nepel regulator.
5. Masukkan pengikat selang pada
pangkal nepel yang sudah tertutup selang.
6. Putar baut pengencang pada
klem pengikat selang dengan menggunakan obeng atau kunci pas.
7. Untuk mengecek apakah
pemasangan yang dilakukan sudah sempurna, cek bagian
sambungan selang dengan menggunakan cairan sabun.
8. Apabila sambungan selang masih
bocor atau kurang sempurna yang ditandai dengan gelembung
cairan sabun, putar kembali klem untuk mengencangkan ikatan.
Gambar 16. Cara memasang pembakar

d. Menggunakan peralatan las oksi-asetilin


Beberapa langkah yang harus diperhatikan untuk menggunakan
peralatan las gas (oksi-asetilin) setelah semua peralatan utama yang
diperlukan telah terpasang dengan aman yaitu :
1. Mengatur tekanan kerja
Langkah-langkah pengaturan tekanan kerja sebelum melakukan
pekerjaan pengelasan sangat penting diperhatikan karena ketepatan
pengaturan pengeluaran gas merupakan salah satu faktor penentu
pada keberhasilan proses pengelasan serta ketercapaian hasil lasan
yang sempurna. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Sebelum membuka katup tabung gas tutup katup
pengeluaran gas pada regulator dengan memutar baut pengatur
berlawanan arah jarum jam sampai terasa longgar.
b. Berdirilah disamping tabung gas, jangan berdiri dengan posisi
kepala tepat di atas regulator dan katup tabung gas agar
terhindar dari bahaya apabila katup tabung gas terloncat keluar
akibat longgar atau regulator pecah.
c. Bukalah katup tabung gas dengan perlahan. Untuk katup
tabung gas oksigen harus dibuka sampai putaran penuh,
sedangkan untuk tabung gas asetilin dibuka dengan memutar
katup ¼-1½ putaran. Jumlah tekanan isi tabung gas dapat
dilihat dalam regulator pada manometer tekanan isi.
d. Aturlah tekanan kerja dengan memutar baut pengatur
regulator searah jarum jam secara perlahan sambil
memperhatikan penunjuk jarum pada manometer tekanan kerja
sampai menunjukkan angka besarnya tekanan kerja yang
diinginkan.

Gambar 17. Mengatur tekanan kerja

2. Mengatur, menyalakan dan mematikan api las


Sebelum dilakukan pengaturan nyala las, terlebih dahulu akan
dijelaskan tentang jenis-jenis nyala las yang digunakan pada
pengelasan dengan las oksigen-asetilin.
Ada tiga jenis nyala las yang digunakan pada pengelasan dengan las
oksigen-asetilin yaitu :
a. Nyala netral
Jenis nyala ini digunakan untuk pengelasan baja lunak, baja
tahan karat, tembaga dan alumunium. Jumlah tekanan gas
oksigen dan asetilin yang keluar dari tabung gas melalui
pembakar las sama dengan ciri-ciri nyala las yaitu :
 Terdapat dua bentuk nyala yaitu nyala inti dan nyala
luar.
 Bentuk nyala inti panjang dan tumpul.
Nyala luar

Nyala inti

Gambar 18. Nyala netral [10]

b. Nyala karburasi
Nyala api karburasi adalah nyala api kelebihan gas asetilin. Jenis
nyala ini digunakan untuk pelapisan permukaan dan patri keras.
Ciri yang ditunjukkan oleh jenis nyala ini adalah :
 Terdapat tiga bentuk nyala yaitu nyala inti, nyala amplop
dan nyala luar.
 Bentuk nyala inti hampir sama pada jenis nyala netral
tetapi bentuknya lebih pendek.

Nyala luar

Nyala inti
Nyala amplop

Gambar 19. Nyala karburasi [10]

c. Nyala oksidasi
Nyala oksidasi adalah nyala api las kelebihan gas oksigen. Jenis
nyala ini digunakan untuk mengelas kuningan atau las patri
menggunakan kawat las kuningan atau perunggu. Ciri-ciri nyala
las oksidasi adalah :
 Bentuk nyala las ada dua yaitu nyala inti dan nyala luar.
 Bentuk inti nyala kecil dan runcing.
 Pada saat nyala las terjadi berbunyi desis.

Nyala luar

Nyala inti

Gambar 20. Nyala oksidasi [10]


Setelah mengatur besarnya tekanan kerja pada regulator las sesuai dengan
jenis pembakar dan nomor mulut pembakar yang digunakan, dilakukan
pengaturan pembakar untuk penyalaan dan mematikan api las dengan
mengikuti langkah-langkah berikut ini :

a. Bukalah katup pengeluaran gas


asetilin pada pembakar yang
berwarna merah secara perlahan,
kemudian goreskan korek api las
pada ujung mulut pembakar sampai
terbentuk nyala api.
b. Aturlah nyala api asetilin sampai
ujung nyala bergoyang dan tidak
timbul gejela pada ujung nyala,
dengan memperbesar atau
memperkecil katup pengeluaran gas
asetilin pada pembakar.
c. Pakailah kacamata las yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu.
d. Bukalah katup gas oksigen pada
pembakar las yang berwarna biru
secara
perlahan sehingga warna nyala las
berubah dari warna kuning sampai
berwarna biru.
e. Perbesar pengeluaran gas oksigen
dengan memutar katup pengeluaran
gas oksigen sampai nyala ekor
menghilang yang merupakan tanda
nyala netral.
f. Apabila katup pengeluaran gas
oksigen diputar seterusnya, inti nyala
akan berubah memendek dan
berbentuk runcing serta berbunyi
desis, maka nyala yang didapatkan
adalah nyala oksidasi (nyala
kelebihan oksigen).
g. Setelah terbentuk nyala netral,
pengeluaran gas asetilin diperbesar.
Hal ini menyebabkan nyala ekor akan
bertambah membesar dan didapat
adalah nyala karburasi (nyala
kelebihan gas asetilin).

Gambar 21. Mengatur nyala las

3. Mematikan nyala las dan menutup tabung gas


a. Mematikan nyala las
1. Tutup katup pengeluaran gas asetilin pada pembakar las, maka
nyala las akan mati dengan sendirinya.
2. Tutuplah katup gas oksigen pada pembakar las sesegera
mungkin setelah nyala las mati.
3. Setelah selesai digunakan, pembakar las sebaiknya disimpan
pada tempat yang aman agar tidak terjatuh atau terganggu
yang dapat mengakibatkan katup gas pada pembakar terbuka.

Gambar 22. Mematikan nyala las


b. Menutup tabung gas
1. Tutuplah katup pada tabung gas, baik yang terdapat pada tabung
gas asetilin maupun pada tabung gas oksigen sampai katup betul-
betul tertutup rapat. Jarum penunjuk tekanan isi silinder pada
manometer tekanan isi akan turun sampai ke skala nol.
2. Bukalah katup pengeluaran gas oksigen maupun asetilin pada
pembakar las untuk membuang sisa gas yang ada pada selang las
sampai jarum penunjuk tekanan kerja pada manometer
menunjukkan skala nol.
3. Gulungkan selang las dengan baik serta gantungkan dengan
aman.

c. Rangkuman materi Pemelajaran


Untuk melakukan penyambungan logam dengan proses las oksi-asetilin
yang menggunakan pencampuran gas oksigen sebagai gas pembakar dan
gas asetilin sebagai bahan bakar menggunakan alat-alat khusus, perlu
dipahami jenis, fungsi dan kegunaannya serta cara penanganan dari alat-
alat tersebut. Untuk itu ada beberapa alat utama las oksigen asetilin yang
digunakan :
1. Tabung gas oksigen
Tabung gas digunakan untuk menyimpan gas oksigen yang berbentuk
tinggi langsing dan berwarna biru terbuat dari baja dengan volume gas
oksigen pada tekanan 150 kg/cm² adalah 6000 liter. Pada bagian atas
botol gas terdapat katup.
2. Tabung gas asetilin
Gas asetilin untuk proses pengelasan las gas disimpan dalam botol
(silinder gas) yang berbentuk pendek gemuk dan berwarna merah
terbuat dari baja dengan volume gas oksigen pada tekanan 15 kg/cm²
adalah 6000 liter. Bagian dalam botol gas asetilin dilapisi dengan bahan
berpori yang terbuat dari asbes atau sutera tiruan yang berfungsi untuk
menyimpan cairan aseton. Cairan aseton yaitu cairan kimia dimana gas
asetilin dapat larut dengan baik dan aman di bawah pengaruh tekanan
di dalamnya.
Cara aman menggunaan tabung gas asetilin adalah sebagai berikut :
1. Letakkan tabung berdiri tegak.
2. Setiap pemakaian gas harus melalui regulator.
3. Tidak boleh diletakkan pada tempat panas
4. Jauhkan dari sumber api, bahan mudah terbakar dan
benturan.
5. Tidak diperkenankan untuk menggoreskan elektroda.
6. Jangan mencabut tanda-tanda khusus yang terdapat
pada tabung gas.
Perbedaan antara tabung gas oksigen dan tabung gas asetilin adalah sebagai
berikut :
Perbedaan Tabung gas oksigen Tabung gas asetilin
Bentuk Tinggi lansing Pendek gemuk
Tekanan isi 150 kg/cm² 15 kg/cm²
maksimum
Katup/pembuka Roda tangan Kunci sok
katup
Baut dan mur Ulir kanan Ulir kiri
pengikat
3. Generator pembangkit gas asetilin
Generator atau disebut juga pembangkit gas asetilin digunakan untuk
mendapatkan gas asetilin (C2H2) dengan cara mencampurkan air dengan
kalsium karbida atau karbit (CaC2).

Menurut besarnya kapasitas tekanannya generator pembangkit gas


asetilin dibedakan atas tiga jenis yaitu :
a. Generator tekanan rendah, dengan tekanan sampai
0,03 bar.
b. Generator tekanan sedang atau menengah, dengan
tekanan dari
0,03 – 0,2 bar.

c. Generator tekanan tinggi, dengan tekanan dari 0,2 –


1,1 bar.
Sedangkan menurut prinsip pencampuran di dalamnya, generator
dibedakan atas dua macam yaitu :
a. Generator asetilin sistim tetes
Prinsip pencampuran air dan karbit di dalam generator ini adalah,
karbit disimpan pada laci karbit dan ditetesi air, sehingga karbit
bereaksi dengan air dan menghasilkan gas asetilin yang keluar
melalui pipa pengeluaran ke ruang gas asetilin. Selanjutnya gas
asetilin dapat dikeluarkan melalui kunci air menuju ke selang dan
pembakar las.

b. Generator asetilin sistim lempar (celup)


Prinsip pencampuran air dan karbit di dalam generator ini adalah,
karbit disimpan di ruang karbit kemudian melalui pengaturan
katup, karbit dikeluarkan dan dijatuhkan ke dalam ruang air
sehingga karbit bereaksi dengan air yang akan menghasilkan gas
asetilin dan berkumpul di ruang gas. Selanjutnya gas asetilin
dapat dikeluarkan melalui kunci air menuju ke selang dan
pembakar las.
4. Regulator las

Regulator pada pengelasan berfungsi sebagai alat penurun dan


pengatur tekanan isi menjadi tekanan kerja yang tetap besarnya sesuai
dengan yang dikehendaki. Pada regulator las terdapat dua alat
pengukur tekanan atau manometer yaitu :
a. Manometer tekanan isi yang befungsi untuk
mengetahui jumlah tekanan isi yang terdapat dalam silinder.
b. Manometer tekanan kerja yang berfungsi
untuk mengetahui besarnya tekanan kerja yang kita keluarkan untuk
pengelasan.

Menurut jenisnya, regulator las dibedakan atas dua jenis yaitu :


a. Regulator satu tingkat, di mana tekanan isi dalam tabung gas
diturunkan sekaligus menjadi tekanan kerja pengelasan.
b. Regulator dua tingkat, di mana untuk mendapatkan tekanan kerja
yang dikehendaki, tekanan isi gas di dalam tabung diturunkan secara
bertingkat.

Regulator gas Regulator gas


Perbedaan
oksigen asetilin
Warna dasar Biru, hitam dan atau Merah
abu-abu
Skala ukuran tekanan 250 kg/cm² 30 kg/cm²
isi maksimum
Skala ukuran tekanan 12 kg/cm² 3 kg/cm²
kerja maksimum
Baut dan mur Ulir kanan Ulir kiri dengan
pengikat tanda keratan
pada bagian
tengah mur
pengikat

5. Selang las
Selang las berfungsi sebagai saluran gas dari silinder atau generator ke
pembakar las. Selang las harus memiliki kekuatan terhadap tekanan gas
±10 kg/cm², tetapi tidak kaku. Pada umumnya selang gas memiliki
ukuran standar garis tengah 5 mm, 6 mm atau 7,5 mm.
Selang las pada pengelasan las oksi-asetilin berwarna hijau, biru atau
merah. Selang berwarna biru atau hijau digunakan untuk selang gas
oksigen sedangkan selang yang berwarna merah digunakan untuk gas
asetilin. Pemasangan selang pada tabung gas diikat menggunakan klem
dan pada kedua ujung selang las baik yang akan disambungkan dengan
pembakar maupun yang disambungkan dengan tabung gas melalui
naple atau alat penyambung selang.

6. Pembakar
Pembakar pada pengelasan las oksi-asetilin (las karbit) berfungsi
sebagai alat untuk mencampur gas asetilin dan gas oksigen serta
mengatur pengeluaran gas campuran tersebut ke melalui mulut
pembakar dan dapat digunakan untuk proses pengelasan.
a. Pembakar las
Pembakar mempunyai dua jenis yang dibedakan pada sistem
pencampuran gas di dalam pembakar yaitu :
1. Pembakar las tekanan rendah atau pembakar injector.
2. Pembakar tekanan rata atau pembakar mixer.
Pada bagian ujung pembakar las terdapat mulut pembakar (tip)
di mana dalam penggunaannya mulut pembakar dapat diganti
sesuai dengan kebutuhan pengelasan. Besarnya ukuran mulut
pembakar diukur berdasarkan banyaknya gas yang keluar melalui
mulut pembakar tiap jam atau berdasarkan besarnya garis
tengah lubang mulut pembakar. Pemilihan ukuran mulut
pembakar pada pengelasan tergantung pada tebal bahan yang
akan di las.
b. Pembakar potong
Pembakar potong berfungsi untuk memanaskan bahan yang akan
dipotong sampai temperatur lumer dan memotong bahan yang telah
lumer melalui penekanan tinggi gas oksigen.
Sebelum melakukan pengelasan dilakukan pemasangan dan pengesetan
peralatan las. Untuk memperlancar serta memberikan rasa aman pada
pelaksanaan pengelasan diperlukan pemasangan dan pengeseten
peralatan las yang benar, seperti :

1. Memasang regulator
Regulator las dipasang pada tabung gas melalui socket (mur dan
baut) pengikat pada katup tabung gas. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan sebelum memasang regulator pada tabung gas, yaitu :
a. Periksalah terlebih dahulu apakah peralatan, tangan dan alat
bantu lainnya sudah bersih dari minyak dan kotoran.
b. Tempatkanlah botol gas berdiri tegak dan terikat dengan kuat
sehingga terhindar dari botol terjatuh.
c. Pastikan regulator yang kita pasang sesuai dengan tabung gas
yang akan di pasang dengan melihat ciri-ciri tabung gas dan ciri-
ciri regulator yaitu warna dan socket yang digunakan.
d. Periksalah terlebih dahulu apakah socket (mur dan baut)
pengikat dalam keadaan bersih dan baik.
e. Gunakan seal tape pada ulir socket untuk memungkinkan ikatan
socket kuat dan tidak terjadi kebocoran.
f. Memegang regulator jangan pada bagian manometer tetapi pada
bagian badan regulator.

2. Memasang selang las


Setelah regulator terpasang pada tabung gas, pasangkanlah selang
las pada bagian nepel pengeluaran gas yang ada pada regulator. Ada
beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam memasang
selang las yaitu :
a. Periksalah terlebih dahulu apakah peralatan, tangan dan alat
bantu lainnya sudah bersih dari minyak dan kotoran.
b. Pastikan selang las yang akan dipasang dalam keadaan masih
baik dan tidak ada yang bocor.
c. Periksalah terlebih dahulu apakah naple l pada regulator dalam
keadaan bersih dan baik.
d. Gunakan cairan sabun untuk memudahkan memasukkan selang
pada naple regulator.

3. Memasang pembakar las


Setelah selang las terpasang pada regulator, kemudian pasangkanlah
pembakar las dengan memasukkan ujung selang las pada naple
pembakar las. Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan
dalam memasang selang las, yaitu :
a. Periksalah terlebih dahulu apakah peralatan, tangan dan alat
bantu lainnya sudah bersih dari minyak dan kotoran.
b. Periksalah terlebih dahulu apakah naple pada pembakar dalam
keadaan bersih dan terpasang pada pembakar dengan baik.
c. Gunakan cairan sabun untuk memudahkan memasukkan selang
pada naple regulator.
Setelah semua peralatan pengelasan dipasang dan diset dengan benar
dan aman, selanjutnya dapat dilakukan pengelasan dengan
mengoperasikan berbagai macam peralatan pengelasan seperti
diuraikan di atas.
Beberapa langkah yang harus diperhatikan untuk melayani peralatan las
gas (oksi-asetilin) setelah semua peralatan utama yang diperlukan telah
terpasang dengan aman yaitu :
1. Mengatur tekanan kerja
Langkah-langkah pengaturan tekanan kerja sebelum melakukan
pekerjaan pengelasan sangat penting diperhatikan karena ketepatan
pengaturan pengeluaran gas merupakan salah satu faktor penentu
pada keberhasilan proses pengelasan serta ketercapaian hasil lasan
yang sempurna.
2. Mengatur, menyalakan dan mematikan api las
Setelah mengatur besarnya tekanan kerja pada regulator las sesuai
dengan jenis pembakar dan nomor mulut pembakar yang digunakan,
maka dilakukan penyalaan las. Pengaturan nyala las dengan
menggunakan berbagai jenis nyala las yaitu :
a. nyala las netral.
b. nyala las karburasi.
c. nyala las oksidasi.
Setelah peralatan digunakan, langkah yang harus dilakukan adalah
mematikan dan menyimpan kembali peralatan las yang telah digunakan
dengan aman.

d. Tugas Pemelajaran
Pada penilaian Kinerja yang akan dilakukan, peserta diklat
dipersyaratkan menampilkan kemampuan sesuai dengan urutan
tugas yang disusun dalam analisis pokok bahasan. Untuk itu
disarankan kepada peserta diklat selalu berkonsultasi dengan
guru/pembimbing dalam melaksanakan suatu tugas dan revisi
terhadap teori yang dipelajari.
Untuk mendapatkan kemampuan yang sesuai dengan kriteria
standar, yang harus dicapai oleh peserta diklat yang dianggap
kompeten adalah :
1. Peralatan utama las oksi-asetilin diketahui sesuai dengan bentuk
dan fungsinya.
2. Prosedur dan teknik pengesetan peralatan utama las oksi-asetilin
dipahami sesuai dengan prosedur operasional standar yang
sesuai berdasarkan prosedur operasi standar.
3. Peralatan utama las digunakan sesuai dengan prosedur
operasional peggunaan alat utama las oksi-asetilin.
Lakukanlah tugas-tugas belajar di bawah ini :
1. Identifikasi semua peralatan utama pengelasan baik jenis, bentuk
maupun fungsi serta kegunaannya.
2. Pahami prosedur pengesetan peralatan las sesuai dengan
prosedur operasional standar.
3. Lakukan pengesetan peralatan las sesuai dengan urutan
pengesetan masing-masing peralatan utama las.
4. Lakukan penyalaan las untuk berlatih mengoperasikan perlatan
las dengan berbagai bentuk nyala las.

e. Tes formatif
1. Sebukan macam jenis peralatan utama las yang digunakan pada
pengelasan oksi-asetilin !
2. Sebutkan perbedaan antara tabung gas oksigen dan asetilin !
3. Sebutkan cara pengamanan tabung gas pada waktu melakukan
pengelasan !
4. Sebutkan fungsi generator dalam pengelasan !
5. Sebutkan macam generator las baik menurut besarnya kapasitas
generator maupun sistem pencampuran karbit di dalam generator
!
6. Sebutkan fungsi regulator las !
7. Sebutkan bagian utama regulator las yang menunjukkan fungsi
regulator las !
8. Sebutkan langkah pengamanan regulator pada waktu digunakan
pada proses pengelasan !
9. Sebutkan perbedaan antara regulator tabung gas oksigen dan
asetilin !
10. Sebutkan jenis pembakar las !
11. Bagaimanakah cara memelihara mulut pembakar agar pada
penggunaannya lubang pembakar tidak tersumbat ?
12. Bagaimanakah cara mengecek socket regulator yang telah
terpasang dalam keadaan tidak bocor ?
13. Bagaimanakah posisi berdiri pada saat membuka katup botol
gas ?
14. Bagaimanakah cara memutar katup botol gas agar aman dalam
pelaksanaan pengelasan ?
15. Sebutkan macam jenis nyala las !
16. Sebutkan ciri-ciri yang dapat dilihat pada jenis nyala las netral !
17. Sebutkan urutan penyalaan api las !
18. Sebutkan urutan mematikan nyala las setelah proses pengelasan
dilaksanakan !

f. Kunci jawaban
1. a. Tabung gas c. Selang las
b. Regulator d. Pembakar las
2. Perbedaan tabung gas oksigen dan asetilin
Tabung gas
Perbedaan Tabung gas asetilin
oksigen
Bentuk Tinggi lansing Pendek gemuk
Tekanan isi 150 kg/cm² 15 kg/cm²
maksimum
Katup/pembuka Roda tangan Kunci shock
katup
Baut dan mur Ulir kanan Ulir kiri
pengikat

3. a. Letakkan tabung berdiri tegak.


b. Setiap pemakaian gas harus melalui regulator.
c. Tidak boleh diletakkan pada tempat panas.
d. Jauhkan dari sumber api, bahan mudah terbakar dan
benturan.
e. Tidak diperkenankan untuk menggoreskan elektroda.
f. Jangan mencabut tanda-tanda khusus yang terdapat pada
tabung gas.
4. Membangkitkan gas asetilin melalui pencampuran karbit dan air
di dalam generator.
5. a. Menurut kapasitas tekanan :
 generator tekanan rendah
 generator tekanan sedang
 generator tekanan tinggi
 genetaror sistem tetes
b. Menurut prinsip pencampuran gas :
 genetaror sistem tetes
 generator sistem lempar (celup)
6. a. Mengetahui tekanan isi tabung gas
b. Megatur tekanan kerja yang konstan
7. a. Manometer tekanan isi
b. Manometer tekanan kerja
8. a. Tempatkanlah botol gas dengan posisi berdiri tegak dan terikat
dengan kuat sehingga terhindar dari botol terjatuh.
b. Pastikan regulator yang kita pasang sesuai dengan tabung gas
yang akan di pasang dengan melihat ciri-ciri tabung gas dan
ciri-ciri regulator yaitu warna dan socket yang digunakan.
c. Memegang regulator jangan pada bagian manometer tetapi
pada bagian badan regulator.
9.
Regulator gas Regulator gas
Perbedaan
oksigen asetilin
Warna dasar Biru, hitam dan atau Merah
abu-abu
Skala ukuran 250 kg/cm² 30 kg/cm²
tekanan isi
maksimum
Skala ukuran 12 kg/cm² 3 kg/cm²
tekanan kerja
maksimum
Baut dan mur Ulir kanan Ulir kiri dengan
pengikat tanda keratan
pada bagian
tengah mur
pengikat

10. a. Pembakar tekanan rendah (injector).


b. Pembakar tekanan rata (mixer).
11. a. Pada bagian ujung pembakar digosok dengan kayu atau kikir
khusus.
b. Menggunakan jarum pembersih untuk lubang pembakar.
12. Dengan mengoleskan cairan sabun pada bagian sambungan.
13. Berdiri di samping tabung gas.
14. Memutar dengan hanya satu pertiga putaran.
15. a. Nyala netral.
b. Nyala karburasi.
c. Nyala oksidasi.
16. a. Terdapat dua bentuk nyala yaitu nyala inti dan nyala luar.
b. Bentuk nyala inti panjang dan tumpul.
17. a. Buka katup pengeluaran asetilin pada pembakar.
b. Nyalakan dengan menggunakan korek api las.
c. Atur nyala asetilin sampai hilang gejala dan bergoyang pada
bagian ujung.
d. Atur pengeluaran gas oksigen sampai membentuk nyala
tertentu.
18. a. Tutup katup gas asetilin pada pembakar las.
b. Tutup katup gas oksigen.
c. Tutup katup gas yang ada pada tabung gas asetilin maupun
oksigen.

g. Lembar kerja

1. Nama pekerjaan :
Latihan Penyalaan Las
2. Tujuan :
Setelah berlatih pada pekerjaan ini peserta diklat diharapkan
mampu :
a. Menggunakan peralatan las dengan benar.
b. Mengatur tekanan kerja dengan benar.
c. Melakukan penyalaan las.
d. Mengatur berbagai bentuk nyala las.
e. Mematikan nyala las.
3. Alat praktik :
a. Seperangkat peralatan las oksigen-asetilin.
b. Alat bantu pengelasan.
c. Seperangkat alat keselamatan kerja.
4. Keselamatan kerja :
a. Pergunakan selalu alat kesalamatan kerja.
b. Periksalah setiap kebocoran gas yang mungkin terjadi.
c. Pergunakan alat-alat sesuai dengan prosedur operasional
standar alat bersangkutan.
d. Bekerjalah dengan hati-hati dan selalu berkonsultasi dengan
guru/ pembimbing.
5. Langkah kerja :
a. Siapkan perlengkapan las dan alat keselamatan kerja yang
digunakan.
b. Buka botol gas asetilin dan oksigen.
c. Atur tekanan kerja gas sesuai dengan jenis dan nomor ukuran
mulut pembakar yang digunakan.
d. Lakukan penyalaan las untuk nyala las netral, karburasi dan
oksidasi.
e. Lakukan langkah mematikan nyala las.
f. Lakukan berulang kali sampai beberapa kali untuk
mendapatkan pemahaman dan keterampilan menyalakan dan
mematikan nyala las.
g. Tutup tabung gas setelah menyelesaikan latihan penyalaan
las.
h. Buang sisa gas di dalam selang dengan membuka keran gas
pada pembakar las.

6. Gambar kerja

7. Instrumen penilaian
Check list
No Aspek yang dinilai Kriteria
Benar Salah
1. Pemakaian alat  Baju las,
keselamatan kerja. kaca mata las,
sarung tangan las.
2 Alat bantu yang  Jarum
dipersiapkan. pembersih, korek
api las.
3 Pembukaan katup  1/3 putaran katup
tabung gas. tabung gas.
4 Pengaturan tekanan  tekanan gas sama
kerja. antara 0.5-0,7
kg/cm² untuk
Penggunaan
pembakar mikser.
 tekanan gas
oksigen 1,5 – 2,5
Kg/cm² dan
asetilin 03 – 0,5
kg/cm² untuk
penggunaan
pembakar injector.
5 Penyalaan awal  keran gas asetilin,
melalui pembukaan penyalaan,
keran gas pada pengaturan nyala
pembakar untuk las.
penyalaan.
6 Penyalaan las.  nyala las netral,
karburasi,
oksidasi.
7 Mematikan nyala las.  Keran gas setilin,
keran gas oksigen.
8 Penutupan tabung  Langkah
gas. penutupan.
 Membuang sisa
gas.
2. KEGIATAN BELAJAR 2
ALAT BANTU LAS DAN PERALATAN KESELAMATAN KERJA
a. Tujuan kegiatan Pemelajaran
 Mengetahui macam-macam peralatan las.
 Memilih nomor dan jenis pembakaran sesuai dengan
bahan yang digunakan.
 Mengetahui alat-alat bantu las yang digunakan pada
pengelasan.

b. Uraian materi Pemelajaran


1. Macam pembakar
Sebelum melakukan pengelasan, perlu diketahui jenis dan macam
pembakar serta pemilihan ukuran nomor mulut pembakar yang tepat
sesuai dengan kondisi pengelasan yang akan dilakukan.
Secara umum pada pengelasan oksi-asetilin, pembakar las
berfungsi :
a. Mencampur gas oksigen dan gas asetilin.
b. Mengatur pengeluaran gas melalui keran pengeluaran pada
pembakar las.
c. Menyalakan api las.
Macam pembakaran las menurut prinsip pencampuran gas di dalam
pembakar dibedakan atas dua jenis, yaitu :
a. Pembakar tekanan rendah (pembakar injektor)
b. Pembakar tekanan rata (pembakar mixer)
Perbedaan kedua penggunaan pembakar di atas adalah :
Pembakar tekanan rendah Pembakar tekanan rata
Digunakan untuk pengelasan Digunakan untuk pengelasan
dengan konsumsi gas asetilin dengan konsumsi gas asetilin dari
dari generator tabung gas
Tertera nomor mulut Hanya tertera nomor mulut
pembakar, kapasitas dan pembakar
tekanan kerja gas oksigen

Tabel 6. Perbedaan pembakar las


Adapun penjelasan tentang macam dan bentuk pembakar serta ciri-
ciri dari kedua pembakar secara lengkap telah dijelaskan pada
kegiatan belajar 1 sebelumnya.
Pada umumnya setiap satu set pembakar las dilengkapi dengan
beberapa macam ukuran mulut pembakar (tip) yang sewaktu-waktu
dapat diganti sesuai dengan kondisi pengelasan yang akan
dilakukan.
Pemilihan mulut pembakar pada pelaksanaan pengelasan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1) Tebal bahan yang akan dilas.
2) Jenis bahan yang akan dilas.
3) Proses las yang akan dilakukan.
Pemilihan nomor mulut pembakar yang digunakan pada proses
pengelasan yang akan dilakukan selanjutnya mempengaruhi jumlah
konsumsi gas yang harus dikeluarkan dari tabung gas serta dapat
dibaca batasan ukurannya pada manometer tekanan kerja pada
regulator las.
Di bawah ini ditunjukan hubungan antara besarnya nomor mulut
pembakar yang dipilih untuk pengelasan dan tebal bahan yang dilas.

Pembakar Injector Pembakar Mixer


Ukuran Tebal bahan Ukuran Tebal bahan
Pembakar (mm) Pembakar ( mm)
1 0,5 – 1 8 0,5 – 2,0
2 1–2 10 2–4
3 2–4 12 4–6
4 4–6 15 6–9
5 6–9 10 9–5
6 14 – 20
7 20 – 30

Tabel 7. Pemilihan mulut pembakar


2. ALAT-ALAT BANTU LAS
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan pengelasan maka pada
proses pengelasan dengan menggunakan las oksigen-asetilin
digunakan alat-alat Bantu. Alat-alat bantu tersebut diantaranya
adalah :
a. Jarum pembersih
Selama proses pengelasan, ada
kalanya saluran gas pada mulut
pembakar tersumbat. Untuk itu
diperlukan alat pembersih.
Dengan menggunakan jarum
pembersih diharapkan lubang
pada mulut pembakar tidak
bertambah lebar. Mulut
pembakar yang bersih akan
menghasilkan pekerjaan yang
baik.

Gambar 23. Jarum pembersih

b. Korek api las


1. Fungsi korek api las
Ada berbagai macam bentuk korek api las yang digunakan,
tetapi secara umum fungsi korek api las adalah untuk
menyalakan campuran oksigen dan asetilin yang keluar dari
mulut pembakar. Hal ini dapat dilakukan dengan satu tangan
saja.
2. Prinsip kerja
Menggoreskan batu korek api pada permukaan yang keras
dan kasar, sehingga didapatkan bunga api yang dapat
digunakan untuk membakar campuran gas yang keluar dari
mulut pembakar. Bila batu korek habis, bisa diganti dengan
batu korek api yang baru.
Bentuk korek api las ada bermacam-macam. Sebagai contoh
selain bentuk korek yang biasa dipakai di bengkel, juga
bentuk korek api seperti gambar di bawah ini.

Gambar 24. Korek api las


c. Penjepit
Penjepit pada pengelasan sangat bermanfaat untuk menjepit
benda pekerjaan yang panas akibat pengelasan. Oleh karena
bentuk benda yang dilas bermacam-macam, misal bentuk datar
dan bulat, maka hal ini memerlukan bentuk mulut penjepit yang
berbeda.
Gambar 25. Tang penjempit [12]
Bentuk mulut penjepit ada 3 macam yaitu:
1. Mulut bulat yang berfungsi untuk menjepit benda-
benda yang bulat.
2. Mulut datar untuk menjepit benda-benda yang
berbentuk datar.
3. Mulut serigala untuk benda datar maupun bentuk
lainnya, kerena daya cekamnya lebih kuat dibandingkan
dengan penjepit di atas.

d. Sikat baja
Sikat baja adalah alat yang terbuat dari kayu yang dilengkapi
degan kawat baja karbon. Fungsinya adalah untuk
membersihkan kotoran yang ada pada permukaan benda kerja.
Kotoran yang berada di permukaan benda kerja adalah karat,
lapisan oksida dan kerak yang dihasilkan dari pengelasan.

Gambar 26. Sikat baja [3]


3. Alat Keselamatan Kerja
a. Kacamata las
Di dalam proses pengelasan terdapat sinar yang
membahayakan terhadap anggota badan terutama pada bagian
mata dan kulit.
1. Jenis-jenis sinar pada pengelasan
a. Sinar ultraviolet
Adalah pancaran yang mudah teresap, tetapi sinar ini
mempunyai pengaruh besar terhadap reaksi kimia yang
ada pada tubuh. Bila sinar ultraviolet terserap oleh lensa
dan kornea mata melebihi jumlah tertentu maka pada
mata akan terasa seakan-akan ada benda asing di
dalamnya. Dalam waktu antara 6 sampai 12 jam
kemudian, mata akan sakit selama 6 sampai 24 jam dan
rasa sakitnya akan hilang setelah 24 jam.
b. Sinar cahaya tampak
Semua cahaya tampak yang masuk ke mata diteruskan
oleh lensa dan kornea ke retina mata. Bila cahaya ini
terlalu kuat, maka mata akan segera menjadi lelah dan
kalau terlalu lama mungkin akan terjadi sakit. Rasa lelah
ini sifatnya hanya sementara.
c. Sinar infra merah
Adanya sinar ini tidak segera terasa oleh mata, oleh
karena itu sinar ini lebih berbahaya sebab tidak diketahui,
tidak terlihat dan tidak terasa. Pengaruh sinar inframerah
terhadap mata sama dengan pengaruh panas yaitu
mengakibatkan pembengkakan pada kelopak mata,
terjadinya penyakit kornea, dan terjadi kerabunan.
2. Fungsi kacamata las
a. Untuk melindungi mata dari sinar ultraviolet, infra
merah dan cahaya tampak yang dipancarkan oleh nyala.
b. Untuk melindungi mata dari percikan api.
3. Bagian-bagian kacamata las
a. Rumah kaca, tempat untuk menyimpan kaca.
b. Kaca las, terdiri dari dua macam yaitu :
 Kaca penyaring yang berwarna hijau dan cokelat.
 Kaca bening sebagai pelindung kaca penyaring.

4. Syarat-syarat kaca penyaring


a. Harus mempunyai daya penerus yang tepat terhadap
cahaya tampak.
b. Harus mampu menahan cahaya dan sinar yang berbahaya.
c. Harus mempunyai sifat-sifat yang tidak melelahkan mata.
d. Harus tahan lama dan tidak mudah berubah sifat.
e. Harus memberikan rasa nyaman kepada pemakai.

Gambar 27. Kacamata las [12]


Untuk mengelas dan memotong dengan las oksi-asetilin
biasanya menggunakan nomor kaca penyaring dengan daya
saring No. 4 sampai dengan 6. Tebal kaca penyaring 1,5 dan 2,5
mm, sedangkan garis tengah kaca penyaring adalah 50 mm.
b. Baju las (apron)
Fungsi apron ialah untuk
menghindari terbakarnya
pakaian kerja karena percikan
cairan logam, goresan benda-
benda panas dan cahaya yang

Bajulas/apron timbul dari lasan. Bahan apron


harus terbuat dari kulit campur
asbes. Bahan ini paling baik
untuk alat pelindung akibat
panas, karena mempunyai daya
serap panas yang lambat.

Gambar 28. Baju las (apron) [3]

c. Topi Las
Topi las perlu digunakan, hal ini
untuk menghindari :
1. Tumbukan langsung benda
keras dengan kepala.
2. Percikan api akibat ledakan
kecil dari cairan las.
3. Kejatuhan langsung benda
keras terhadap kepala.
Gambar 29. Topi las [12]

Syarat-syarat pelindung kepala


1. Nyaman dipakai.
2. Terbuat dari “Fiber Glass”.
3. Kuat dan tahan dari benturan, panas, dan goresan benda
tajam.
4. Daya hantar panasnya kecil.

d. Sepatu las
Bengkel las bukan hanya tempat mengerjakan las, melainkan
juga alat seperti pemotong dan alat mekanik lainnya. Dengan
demikian bukan hanya benda-benda panas saja yang terdapat di
bengkel las, akan tetapi juga banyak benda tajam yang kecil atau
serpihan-serpihan terak yang berbahaya bila terinjak oleh kaki.
Oleh karena itu perlu alat khusus untuk melindungi kaki yaitu
sepatu las. Sepatu las harus terbuat dari bahan yang baik
kualitasnya dan alasnya harus terbuat dari karet pejal yang kuat.
Gambar 30. Sepatu las [12]
e. Sarung tangan las
Sarung tangan sangat penting digunakan dalam pengelasan.
Bahan sarung tangan harus berkualitas baik sebab harus mampu
meredam panas pada proses pengelasan akibat cipratan cairan
las dan terkelupasnya terak yang ada pada bagian luar logam.
Sarung tangan harus terbebas dari oli atau bahan pelumas
karena dapat terjadi persenyawaan dengan oksigen pada tekanan
rendah sehingga menimbulkan ledakan keras. Bahan sarung
tangan terbuat dari kulit yang dicampur asbes atau bahan anti
panas.

Gambar 31. Sarung tangan [5]

f. Pakaian kerja
Berada dalam ruang bengkel harus selalu menggunakan pakaian
kerja. Bahan pakaian kerja harus terbuat dari kain katun atau
bahan campuran sejenisnya.
Katun dan kulit tidak akan cepat bereaksi bila bersentuhan
dengan panas, sedangkan kalau polyester atau sejenisnya akan
cepat bereaksi dan mudah menempel pada kulit badan.
Syarat-syarat pakaian kerja :
a. Jangan terlalu sempit sehingga akan mengurangi gerak
anggota tubuh.
b. Jangan banyak bagian yang terbuka.
c. Kantung harus tertutup.
d. Bagian kancing harus cukup kuat.
e. Bahan kain harus mempunyai daya serap panas yang baik,
sehingga tidak menimbulkan kegerahan pada pemakai.
Selama pakaian kerja dipakai untuk bekerja, jangan sekali-kali
mengantongi :
a. Benda-benda yang mudah terbakar
seperti kertas, korek api, zat kimia dan bahan yang mudah
terbakar lainnya.
b. Benda-benda tajam.

g. Keselamatan kerja waktu mengelas


Mengetahui dan menguasai cara-cara menjaga keselamatan
waktu bekerja adalah merupakan syarat penting bagi seorang
operator las.
Apalagi pada pekerjaan-pekerjaan las, kemungkinan timbul
bahaya sangat besar bila tidak berhati-hati serta tidak
mengindahkan peraturan tentang keselamatan kerja.
Kecelakaan yang terjadi di bengkel las, biasanya karena
kecerobohan, maka dari itu ingatlah kegunaan masing-masing
alat dan cara pemeliharaannya.
Kesalahan menggunakan peralatan dan berbuat ceroboh akan
menimbulkan kerusakan dan bahaya baik bagi peralatannya
maupun bagi operator las itu sendiri.
1. Pencegahan bahaya waktu bekerja
a. Pakailah kacamata las untuk melindungi mata dari sinar
tajam, percikan bunga api agar dapat melihat benda kerja
dengan baik.
b. Kancingkan leher baju, saku dan lipatan baju agar tidak
kemasukan bunga api.
c. Pakailah baju las atau apron, sarung tangan, topi dan
perlengkapan pelindung lain.
d. Pakailah tabir penghalang untuk menghalangi sinar tajam
dan percikan bunga api, supaya tidak mengganggu orang
lain.
e. Letakkan benda kerja pada posisi yang aman agar tidak
mudah jatuh pada waktu dikerjakan.
f. Pergunakan korek api las untuk menyalakan pembakar.
g. Hati-hati ketika menyalakan pembakar, jangan tertuju
kepada orang atau benda yang mudah terbakar.
h. Matikan pembakar dan letakkan dengan baik bila tidak
dipakai.
i. Janganlah menggantungkan pembakar yang menyala pada
silinder.
j. Tutuplah katup tabung gas oksigen dan asetilin, buanglah
gasnya hingga manometer menunjukan nol bila
pengelasan telah selesai atau pada waktu istirahat.
2. Mengangkat tabung gas
a. Tabung gas terbuat
dari baja, karena itu mempunyai bobot yang cukup berat,
berhati-hatilah bila akan mengangkatnya.
b. Pergunakanlah kereta
dorong untuk mengangkut
tabung gas, agar terasa lebih ringan dan aman.
c. Ikatlah tabung gas
dengan kokoh waktu mengangkutnya dengan kereta
dorong.
d. Gerobak dorong
tanpa sandaran dan pengikat, tidak tepat dipakai untuk
mengangkut silinder.
e. Bila terpaksa
memindahkan silinder tanpa kereta, bukalah dahulu
regulatornya dari silinder.
3. Pencegahan bahaya api
Nyala api las jarang menyebabkan kebakaran, tetapi percikan
bunga api yang terjadi waktu mengelas atau memotong dan
berloncatan jatuh serta menyimpan panas beberapa saat,
dapat menyebabkan kebakaran.
Bersihkanlah tempat bekerja atau mengelas pada jarak radius
± 8 meter, sebelum memulai pekerjaan mengelas.
Tempatkanlah alat pemadam kebakaran di dalam bengkel
pada tempat yang mudah dicapai.
Bila terpaksa harus mengelas atau memotong diatas lantai
papan, lindungilah papan dengan asbes atau pelat logam.
Tampunglah sisa-sisa pembakarannya dengan bak logam
yang berpasir.
4. Nyala balik dan nyala letup.
a. Nyala balik
Nyala balik adalah nyala api kembali ke dalam pembakar
atau pembakaran gas terjadi di dalam pembakar.
Nyala balik akan terjadi bila gas oksigen dan asetilin
berada dalam satu tempat atau satu saluran dimana
keduanya dapat bercampur, menjadi peka terhadap api
dan mudah meledak yang terjadi dengan serentak dan
tiba-tiba.
Nyala balik dapat terjadi di dalam pembakar, selang las,
regulator bahkan mungkin sampai silinder.
Agar nyala balik yang terjadi tidak mencapai selang las
maka antara selang dan pembakar haruslah dipasangi
katup anti nyala balik.
Sebab-sebab terjadi nyala balik :
 Tekanan kerja salah, tidak sesuai dengan ukuran mulut
pembakar yang digunakan.
 Mulut pembakar, injektor atau pencampur longgar atau
lepas sama sekali.
 Selang las terkilir atau terputar sehingga aliran gas
terganggu.
 Pembakar las kotor atau berminyak.
b. Nyala letup
Nyala letup dapat terjadi pada saat mengelas. Letupan
yang terjadi sangat mengganggu jalannya pengelasan.
Gejala letupan ini biasanya disebabkan oleh :
2. Tekanan kerja terlalu kecil, tidak sesuai dengan
mulut pembakar yang dipergunakan.
3. Ujung pembakar terlalu panas karena terlalu
lama dipakai.
4. Ujung pembakar terlalu panas karena terlalu
dekat pada kawah las.
5. Mulut pembakar tersumbat oleh kotoran yang
membara di dalam lubang mulut.

2. Kawat Las Dan Fluksi


a. Kawat las
Kawat las pada pengelasan dengan las oksi-asetilin digunakan
sebagai bahan pengisi yang berbentuk kawat atau batangan kecil
yang berfungsi untuk menambah kekuatan sambungan las yang
dibuat.
Bahan kawat las dapat berupa baja lunak, besi tuang, baja tahan
karat, kuningan dan alumunium yang dibuat dengan panjang 900
mm dan bergaris tengah 1,5 mm, 2,6 mm, 3,2 mm sampai
berukuran diameter 9,5 mm. Untuk kawat las alumunium
biasanya dibuat berbentuk gulungan sedangkan yang berselaput
fluksi dengan panjang 700 mm.
Khusus untuk kawat las baja lunak menurut AWS ( American
Welding Society) mempunyai kode tertentu yang menunjukkan
penggunaan kawat las, penggunaan kawat las dan kekuatan
tarik maksimum hasil pengelasan dengan kode GB 45, GA 50, GA
60, GA 66, GB 65. Huruf G berarti gas, huruf B menandakan
kawat las untuk mengelas bahan yang mempunyai keliatan yang
tinggi dan huruf A untuk bahan dengan keliatan rendah.
Sedangkan angka dibelakang huruf menunjukkan kekuatan tarik
maksimum hasil pengelasan dikalikan 1000 dalam satuan pon per
inchi kuadrat ( 1 Kg/cm² = 14,7 psi).
Untuk memelihara kondisi kawat las agar terhindar dari
kerusakan akibat karat dan bahan kimia maka kawat las disimpan
di tempat khusus. Ada beberapa langkah yang dapat digunakan
untuk menggunakan dan menyimpan kawat las yang aman :
 Bersihkan kawat las dari minyak dan kotoran yang lain.
 Tekukkan ujung kawat las agar aman dari orang sekeliling.
 Gunakan kawat las dengan hemat, apabila kawat las sudah
pendek akibat penggunaan maka sambungkan pada waktu
menggunakannya.
 Simpan kawat las ditempat yang kering dan masukkan pada
bungkus kawat las agar mudah mengenali komposisi dan jenis
kawat las.
Bahan Proses Kawat Bahan yang Proses Kawat
yang dilas las Las dilas las Las
BESI TEMABAGA
Besi tempa Las Baja DAN
cair lunak PADUAN Las Tembaga
Besi karbon Las HI-BOND TEMBAGA cair Perunggu
rendah patri Maganese Tembaga Las tobin
Las Baja patri Perunggu
cair lunak Commercial Las tobin
Las HI-BOND bronze cair
BAHA patri Maganese Dan tallow Perunggu
KARBON Las HI-BOND brass Las tobin
Baja karbon patri Maganese Muntz metal, cair
rendah tobin, bronze, Perunggu
naval baras Las tobin
Baja karbon Las Baja high Spring,admiralt cair
sedang cair trst y dan yellow Perunggu
Las HI-BOND brass Las nikel
Baja karbon patri Maganes Perak nikel cair Perunggu
tinggi Las e Perunggu Las tobin
cair Baja phospor cair Perunggu
Baja Las super Perunggu Las alm
perkakas patri Perunggu, alumunium cair
Las nikel
cair Band saw ALUMUNIUM
BAJA Las Perunggu, DAN PADUAN
TUANG patri nikel ALUMUNIUAM Alm murni
Plain karbon Las Baja, Alumunium Las Alm silicon
cair perak murni cair Alm murni
Paduan Las Perunggu, Las Alm silicon
rendah patri nikel Alumunium patri Alm silicon
mangan Las
Las cair Alm silicon
BESI patri Baja high Alumunium Las Alm 5%
TUANG Las test silicon patri Magnesium
Besi tuang patri HI-BOND Las
abu-abu Las Maganes Magnesium cair
cair e Alumunium
Melleable Las Baja magnesium Las Nikel
iron patri super patri Monel
Perunggu, Las Inconel
BAHAN nikel NIKEL DAN cair
TEGANGAN PADUANNYA
TINGGI Las Nikel Timbel
Umum cair Besi Onel Magnesium
Baja karbon Las tuang Inconel Magnesium
chrom patri HI-BOND Las Die cast
Molibden Las Maganes LOGAM LAIN cair Cusilman
patri e HI- Timah hitam Las Tobin
Baja BOND Magnesium cair Cusilman
mangan Maganes (pelat) Las Tobin
Las e Magnesium cair
BAJA cair (tuang)
TAHAN Die cast (zing
KARAT Las base) Las
Baja tahan cair Baja Evendur cair
karat (12- super Las
28% C) Las Culisman cair
Baja tahan cair Baja Las
karat (18% karbon, cair
Cr-8% Ni) molibden Las
Las Baja cair
cair super Las
cair
Las Las
cair patri
Baja Las
tahan cair
karat Las
patri
Baja
tahan
karat
Tabel 8. Hubungan antara bahan kawat las dan proses las
b. Fluksi
Fluksi adalah bahan kimia yang berbentuk serbuk, pasta atau
cairan bahkan dalam penggunaannya kadang-kadang disalutkan
pada kawat las baik itu di dalam maupun di luar kawat las Fluksi
pada pengelasan dengan las oksigen-asetilin berfungsi untuk :

 Membersihkan permukaan bahan yang akan dilas.


 Membentuk terak pelindung, pelindung kawah las terhadap
oksidasi dengan udara luar.
 Menurunkan titik cair oksida logam yang melapisi logam
teroksidasi dengan udara luar (lapisan oksida logam).
Fluksi sangat diperlukan untuk melakukan pematrian dan
mengelas bahan-bahan seperti paduan perak, paduan tembaga,
baja tahan karat dan bahan non fero lainnya. Fluksi pada
penggunaannya diklasifikasikan sesuai dengan proses
pengelasan yang akan dilaksanakan dan dibedakan pula untuk
tiap jenis bahan tertentu.
1. Untuk mematri
Alumunium, paduan tembaga, pelat galvanis, pelat baja dan
baja tahan karat.
2. Untuk mematri keras dan las patri
Alumunium, baja, besi tuang, paduan tembaga dan baja
paduan.
3. Untuk mengelas
Alumunium, besi tuang dan baja tahan karat
Setiap proses pengelasan yang dilakukan memerlukan
fluksi yang berbeda. Di bawah ini ditunjukkan hubungan
antara bahan yang dilas dengan proses pengelasan yang
dilaksanakan serta jenis fluksi yang digunakan.

Bahan Proses Kawat Bahan yang Proses Kawat


yang dilas las Las dilas las Las
BESI TEMABAGA
Besi tempa Las - DAN
cair Tembaga- PADUAN Las Tembaga-
Besi karbon Las kuningan TEMBAGA cair kuningan
rendah patri - Tembaga Las Tembaga-
Las Tembaga- patri kuningan
cair kuningan Commercial Las Tembaga-
Las Tembaga- bronze cair kuningan
BAHA patri kuningan Dan tallow
KARBON Las brass Las Tembaga-
Baja karbon patri Muntz metal, cair kuningan
rendah - tobin, bronze,
Tembaga- naval baras Las Tembaga-
Baja karbon Las kuningan Spring,admiralt cair kuningan
sedang cair - y dan yellow
Las Tembaga- brass Las Tembaga-
Baja karbon patri kuningan Perak nikel cair kuningan
tinggi Las - Perunggu Las Tembaga-
cair Tembaga- phospor cair kuningan
Las kuningan Perunggu Las Perunggu-
Baja patri - alumunium cair alumuniu
perkakas Las Tembaga-
cair kuningan ALUMUNIUM
Las DAN PADUAN
BAJA patri ALUMUNIUAM
TUANG Las - Alumunium Las Alumunium
Plain karbon cair Tembaga- murni cair Alumunium-
Las kuningan Las brazing
Paduan patri - Alumunium patri Alumunium
rendah Tembaga- mangan Las Alumunium-
kuningan cair brazing
Las Alumunium Las Alumunium
BESI patri silicon patri Alumunium-
TUANG Las Besi Magnesium Las brazing
Besi tuang patri tuang Alumunium cair Alumunium
abu-abu Las Perunggu magnesiu Las
cair Perunggu patri
Melleable Las Las
iron patri NIKEL DAN cair
PADUANNYA -
BAHAN - Nikel Tembaga-
TEGANGAN Las Onel kuningan
TINGGI cair - Inconel inconel
Umum Las Las
Baja karbon patri - LOGAM LAIN cair
chrom Las Timah hitam Las -
Molibden patri Magnesium cair Elektron
(pelat) Las elektron
Baja Baja Magnesium cair -
mangan tahan (tuang) Tembaga-
Las karat Die cast (zing kuningan
BAJA cair base) Las Tembaga-
TAHAN Baja Evendur cair kuningan
KARAT Las tahan Las Tembaga-
Baja tahan cair karat Culisman cair kuningan
karat (12- Las Tembaga-
28% C) Las cair kuningan
Baja tahan cair Las
karat (18% cair
Cr-8% Ni) Las
Las cair
cair Las
patri
Las Las
cair cair
Las
patri

Tabel 9. Hubungan antara bahan, proses las dan jenis fluksi

c. Rangkuman Materi Pemelajaran


Sebelum melakukan pengelasan perlu diketahui jenis dan macam
pembakar serta pemilihan ukuran nomor mulut pembakar yang tepat
sesuai dengan kondisi pengelasan yang akan di lakukan .
Secara umum pada pengelasan oksigen-asetilin pembakar las berfungsi:
1. Mencampur gas oksigen dan
gas asetilin.
2. Mengatur pengeluaran gas
melalui kran pengeluaran pada pembakar las.
3. Menyalakan api las.
Macam pembakaran las menurut prinsip pencampuran gas di dalam
pembakar dibedakan atas dua jenis
1. Pembakar tekanan rendah (pembakar injektor).
2. Pembakar tekanan rata (pembakar mikser).
Pada umumnya pada setiap satu set pembakar las dilengkapi dengan
beberapa macam ukuran mulut pembakar (tip) yang sewaktu-waktu
dapat diganti sesuai dengan kondisi pengelasan yang akan dilakukan.
Pemilihan mulut pembakar pada pelaksanaan pengelasan dipengaruhi
oleh beberapa faktor
1. Tebal bahan yang akan di las.
2. Jenis bahan yang akan di las.
3. Proses las yang akan dilakukan.
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan pengelasan, maka pada
proses pengelasan dengan menggunakan las oksigen-asetilin digunakan
alat-alat bantu dan alat-alat keselamatan kerja serta keselamatan
waktu bekerja diantaranya adalah :
1. Jarum pembersih
Selama proses pengelasan, ada kalanya saluran gas pada mulut
pembakar tersumbat. Untuk itu diperlukan alat pembersih berupa
jarum pembersih dan diharapkan lubang pada mulut pembakar tidak
bertambah lebar. Mulut pembakar yang bersih akan menghasilkan
pekerjaan yang baik.
2. Korek api las
Fungsi korek api las adalah untuk menyalakan campuran oksigen dan
asetilin yang keluar dari mulut pembakar dengan cara menggoreskan
batu korek api pada permukaan yang keras dan kasar, sehingga
didapatkan bunga api yang dapat digunakan untuk membakar
campuran gas yang keluar dari mulut pembakar. Bila batu korek
habis, bisa diganti dengan batu korek api yang baru.
3. Penjepit
Penjepit pada pengelasan sangat bermanfaat, untuk menjepit benda
pekerjaan yang panas akibat pengelasan.
4. Sikat baja
Sikat baja adalah alat yang terbuat dari kayu yang dilengkapi dengan
kawat baja karbon yang berfungsi untuk membersihkan kotoran
yang ada pada permukaan benda kerja.
5. Kacamata las
Fungsi kacamata las
a. untuk melindungi mata dari sinar ultraviolet, inframerah, cahaya
tampak yang dipancarkan oleh nyala.
b. untuk melindungi mata dari percikan api.
Syarat-syarat kaca penyaring
a. Harus mempunyai daya penerus yang tepat terhadap cahaya
tampak.
b. Harus mampu menahan cahaya dan sinar yang berbahaya.
c. Harus mempunyai sifat-sifat yang tidak melelahkan mata.
d. Harus tahan lama dan tidak mudah berubah sifat.
e. Harus memberikan rasa nyaman kepada pemakai.

6. Baju las (apron)


Fungsi apron menghindari terbakarnya pakaian kerja karena percikan
cairan logam, goresan benda-benda panas dan cahaya yang timbul
dari lasan. Bahan apron harus terbuat dari kulit campur asbes. Bahan
ini paling baik untuk alat pelindung akibat panas, karena mempunyai
daya serap panas yang lambat.
7. Topi las
Topi las perlu digunakan, hal ini untuk menghindari :
a. Tumbukan langsung benda keras dengan kepala.
b. Percikan api akibat ledakan kecil dari cairan las.
c. Kejatuhan langsung benda keras terhadap kepala.
8. Sepatu las
Sepatu las harus terbuat dari bahan yang baik kualitasnya dan
alasnya harus terbuat dari karet pejal yang kuat untuk melindungi
kaki kejatuhan benda panas.
9. Sarung tangan las
Sarung tangan sangat penting digunakan dalam pengelasan. Bahan
sarung tangan harus berkualitas baik sebab harus mampu meredam
panas pada proses pengelasan akibat cipratan cairan las dan
terkelupasnya terak.
10. Pakaian kerja
Dalam ruang bengkel harus selalu menggunakan pakaian kerja.
Bahan pakaian kerja harus terbuat dari kain katun atau bahan
campuran sejenisnya.
Katun dan kulit tidak akan cepat bereaksi bila bersentuhan dengan
panas, sedangkan kalau pollyester atau sejenisnya akan cepat
bereaksi dan mudah menempel pada kulit badan.
Mengetahui dan menguasai cara-cara menjaga keselamatan waktu
bekerja adalah merupakan syarat penting bagi seorang operator las.
Pencegahan bahaya waktu bekerja meliputi :
a. Pemakaian alat keselamatan kerja pelindung badan
kacamata, baju las, topi las, sarung tangan serta alat pelindung
badan lainnya.
b. Penggunaan tabir penghalang untuk menghindari
sekeliling dari sinar dan percikan logam panas.
c. Lakukan pengelasan sesuai dengan prosedur standar.
Untuk keamanan pengangkatan tabung gas dilakukan prosedur
sebagai berikut :
a. Pergunakanlah kereta dorong .
b. Ikatlah tabung gas dengan kokoh.
c. Bila terpaksa memindahkan silinder tanpa kereta bukalah dahulu
regulatornya dari silinder.
d. Pencegahan bahaya api
Nyala api las jarang menyebabkan kebakaran, tetapi percikan
bunga api yang terjadi waktu mengelas atau memotong dan
berloncatan jatuh serta menyimpan panas beberapa saat, dapat
menyebabkan kebakaran.
Bersihkanlah tempat bekerja atau mengelas pada jarak radius ±
8 meter, sebelum memulai pekerjaan mengelas. Tempatkanlah
alat pemadam kebakaran di dalam bengkel pada tempat yang
mudah dicapai.
e. Nyala balik
Nyala balik adalah nyala api kembali kedalam pembakar atau
pembakaran gas terjadi di dalam pembakar. Hal ini disebabkan
oleh gas oksigen dan asetilin berada dalam satu tempat atau satu
saluran dimana keduanya dapat bercampur yang disebabkan oleh
:
1. Tekanan kerja salah, tidak sesuai dengan ukuran
mulut pembakar yang digunakan.
2. Mulut pembakar, injektor atau pencampur longgar
atau lepas sama sekali.
3. Selang las terkilir atau terputar sehingga aliran gas
terganggu.
4. Pembakar las kotor atau berminyak.
f. Nyala letup
Gejala letupan biasanya disebabkan oleh :
1. Tekanan kerja terlalu kecil, tidak sesuai dengan
mulut pembakar yang dipergunakan.
2. Ujung pembakar terlalu panas karena terlalu lama
dipakai.
3. Ujung pembakar terlalu panas karena terlalu dekat
pada kawah las.
4. Mulut pembakar tersumbat oleh kotoran yang
membara di dalam lubang mulut.
Kawat las pada pengelasan dengan las oksigen-asetilin digunakan
sebagi bahan pengisi yang berbentuk kawat atau batangan kecil
berfungsi untuk menambah kekuatan sambungan las yang dibuat.
Bahan kawat las dapat berupa baja lunak, besi tuang, baja tahan
karat, kuningan dan alumunium yang dibuat dengan panjang 900
mm dan bergaris tengah 1,5 mm, 2,6 mm, 3,2 mm sampai
berukuran diameter 9,5 mm. Untuk kawat las alumunium biasanya
dibuat berbentuk gulungan, sedangkan yang berselaput fluksi
panjangnya 700 mm.
Khusus untuk kawat las baja lunak menurut AWS ( American Welding
Society) mempunyai kode tertentu yang menunjukkan penggunaan
kawat las, penggunaan kawat las dan kekuatan tarik maksimum
hasil pengelasan dengan kode GB 45, GA 50, GA 60, GA 66, GB 65.
Huruf G berarti gas, huruf B menandakan kawat las untuk mengelas
bahan yang mempunyai keliatan yang tinggi dan huruf A untuk
bahan dengan keliatan rendah. Angka dibelakang huruf
menunjukkan kekuatan tarik maksimum hasil pengelasan dikalikan
1000 dalam satuan pon per inchi kuadrat (1 Kg/cm² = 14,7 psi).
Untuk memelihara kondisi kawat las agar terhindar dari kerusakan
akibat karat dan bahan kimia, maka kawat las disimpan di tempat
khusus. Ada beberapa langkah yang dapat digunakan untuk
menggunakan dan menyimpan kawat las yang aman
 bersihkan kawat las dari minyak dan kotoran yang lain.
 tekukkan ujung kawat las agar aman dari orang sekeliling.
 gunakan kawat las dengan hemat, apabila kawat las sudah
pendek akibat penggunaan maka sambungkan pada waktu
menggunakannya.
 simpan kawat las ditempat yang kering dan masukkan pada
bungkus kawat las agar mudah mengenali komposisi dan jenis
kawat las.
Untuk penggunaan kawat las tertentu diperlukan penggunaan fluksi.
Fluksi adalah bahan kimia yang berbentuk serbuk, pasta atau cairan
bahkan dalam penggunaannya kadang-kadang disalutkan pada
kawat las baik itu di dalam maupun di luar kawat las. Fluksi pada
pengelasan dengan las oksigen-asetilin berfungsi untuk :
 Membersihkan permukaan bahan yang akan dilas.
 Membentuk terak pelindung, pelindung kawah las terhadap
oksidasi dengan udara luar.
 Menurunkan titik cair oksida logam yang melapisi logam
teroksidasi dengan udara luar (lapisan oksida logam).

d. Tugas Pemelajaran
Pada penilaian Kinerja yang akan dilakukan peserta diklat dipersyaratkan
menampilkan kemampuan sesuai dengan urutan tugas yang disusun
dalam analisis pokok bahasan. Untuk itu disarankan kepada peserta
diklat selalu berkonsultasi dengan guru/pembimbing dalam
melaksanakan suatu tugas dan revisi terhadap teori yang dipelajari.
Untuk mendapatkan kemampuan yang sesuai dengan kriteria standar
yang harus dicapai oleh peserta diklat yang dianggap kompeten adalah :
1. Lakukan pemilihan mulut pembakar sesuai dengan
tebal bahan dan proses pengelasan yang dilakukan.
2. Lakukan identifikasi terhadap alat-alat bantu las
yang digunakan.
3. Lakukanlah identifikasi terhadap alat-alat
keselamatan kerja yang digunakan pada pengelasan dengan las
oksigen-asetilin.
4. Amati macam-macam jenis kawat las, lalu
identifikasi ukuran diameter dan panjang kawat las.
5. Lihat tabel yang terdapat pada bungkus kawat las
untuk mengetahui spesifikasi kawat las.

e. Tes formatif
1. Sebutkan fungsi pembakar las pada pengelasan
dengan las oksigen-asetilin !
2. Sebutkan macam jenis pembakar yang dibedakan
atas cara pencampuran gas di dalam pembakar !
3. Sebutkan hal-hal yang mepengaruhi pemilihan
nomor ukuran mulut pembakar pada pengelasan !
4. Sebutkan alat - alat bantu yang digunakan pada
pengelasan oksigen-asetilin !
5. Sebutkan macam alat keselamatan kerja yang
digunakan pada pengelasan oksigen-asetilin !
6. Sebutkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
kaca penyaring pada kaca mata las !
7. Sebutkan fungsi baju las atau apron !
8. Sebutkan fungsi kawat las pada pengelasan
oksigen-asetilin !
9. Sebutkan pengertian dari kode kawat las GB 45 dan
GA 50 menurut AWS (American Welding Society) !
10. Sebutkan fungsi fluksi pada pengelasan oksigen-
asetilin !

f. Kunci jawaban
1. a. Mencampur gas oksigen dan asetilin
b. Mengatur pengeluaran gas
c. Menyalakan api las
2. a. Pembakar tekanan rata (mikser)
h. Pembakar tekanan rendah (injektor)
3. a. Tebal bahan yang dilas
b. Jenis bahan yang dilas
c. Proses las yang dilakukan
4. a. Jarum pembersih
b. Korek api las
i. Penjepit
j. Sikat baja
5. a. Kacamata las
b. Baju las
c. Topi las
d. Sepatu las
e. Sarung tangan las
6. a. Harus mempunyai daya penerus yang tepat terhadap cahaya
tampak.
b. Harus mampu menahan cahaya dan sinar yang berbahaya.
c. Harus mempunyai sifat-sifat yang tidak melelahkan mata.
d. Harus tahan lama dan tidak mudah berubah sifat.
e. Harus memberikan rasa nyaman kepada pemakai.
7. a. Melindungi badan dari percikan logam las.
b. Melindungi badan dari cahaya las.
8. Sebagai bahan pengisi sambungan.
9. a. G = berarti gas.
b. B = Kawat las untuk mengelas bahan mempunyai keliatan
tinggi.
c. A = Kawat las untuk mengelas bahan mempunyai keliatan
rendah.
d. Angka dibelakang huruf menandakan kekuatan tarik dikali 10000
dalam satuan pon per inchi kuadrat.
10. a. Membersihkan permukaan bahan yang akan di las.
b. Membentuk terak pelindung, pelindung kawah las terhadap
oksidasi dengan udara luar.
c. Menurunkan titik cair oksida logam yang melapisi logam
teroksidasi dengan udara luar (lapisan oksida logam).
3. KEGIATAN BELAJAR 3
Teknik Dan Prosedur Pengelasan, Pematrian, Pemotongan
Dengan Panas Dan Pemanasan
a. Tujuan kegiatan Pemelajaran
 Memahami teknik pengelasan, pematrian, pemotongan dengan
panas dan pemanasan berbagai jenis bahan menggunakan
berbagai bentuk sambungan dan posisi pengelasan dengan tepat.
 Memahami prosedur pengelasan, pematrian, pemotongan,
dengan panas dan pemanasan sesuai dengan jenis bahan logam
maupun non logam yang dilas.
 Mampu mengelas berbagai jenis bahan dengan bentuk-bentuk
sambungan dan berbagai posisi pengelasan sesuai dengan
prosedur pengelasan.

b. Uraian materi Pemelajaran


Pada pengelasan oksigen-asetilin memerlukan pengaturan posisi
nyala las terhadap bahan yang dilas, hal ini dapat di akukan dengan
gerakan pembakar las. Tujuan menggerakkan pembakar untuk
mengatur pemanasan pengelasan agar kedua tepi sambungan
mendapatkan panas yang merata, sehingga keduanya dapat mencair
dalam waktu yang sama.
Selain mengatur pemanasan gerakan pembakar juga dimaksudkan
untuk mengatur bentuk rigi ialah dengan mengatur cairan kawah las
yang terjadi agar betul-betul berpadu dan menembus ke dalam celah
sambungan hingga menghasilkan bentuk rigi-rigi las yang baik dan
kuat.
Pembakar tidak hanya bergerak maju tetapi kadang-kadang harus
melingkar atau siksak tergantung dari lebar dan bentuk kampuh las.
Pada pengelasan bahan-bahan yang titik cairnya rendah seperti
alumunium atau waktu mengelas patri pembakar biasanya
digerakkan turun naik untuk menghindari pemanasan bahan dasar
yang berlebihan.
Selain pembakar, kawat las juga digerakkan turun naik ialah untuk
mengatur pengisian kampuh las atau lapisan las.
Tinggi rendahnya lapisan las tergantung dari cepat atau lambatnya gerakan
turun naik kawat las tersebut.
1. Arah pengelasan
a. Mengelas arah kiri atau maju
Gerakan pembakar
Bila pembakar dipegang dengan
tangan kanan maka pengelasan
dimulai dari ujung kanan menuju
ke kiri. Teknik las arah kiri
terutama dipergunakan untuk
mengelas baja yang tebalnya
sampai ± 4,5 mm. Cara ini
dipergunakan pula untuk
mengelas besi tuang dan bahan-
bahan non ferro. Pembakar las
sambil maju digerakkan melingkar
atau setengah lingkaran.
Gambar 32. Teknik las maju [3]

b. Mengelas arah kanan atau mundur


Pembakar bergerak dari kiri ke kanan, cara ini dianjurkan untuk
mengelas baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas. Posisi pembakar dan
kawat las 40° - 50° terhadap permukaan benda kerja. Sudut
pembakar lebih kecil atau miring maksudnya untuk menahan cairan
yang mengalir mendahului pengelasan. Nyala api ditujukan pada
kawat las yang digerakkan sambil mengatur kawah las pada
sambungan. Pengelasan arah kanan atau mundur biasanya hanya
dilakukan pada baja.

Gambar 33. Teknik las mundur [3]

Pada tabel di bawah ini ditunjukkan posisi pembakar dan kawat las pada saat
pengelasan berdasarkan bahan yang dilas.
Posisi Posisi Jarak inti nyala (c)
Bahan yang
kawat las pembakar
akan dilas Inchi mm
(a) (b)
Baja lunak 30° - 40° 60° - 70° 1/16-1/ 8 1,5-3,2
Baja tahan 60° - 70° 70° - 80° dikenakan dikenakan
karat
Tembaga 40° - 50° 50° - 70° 1/8-3/ 8 1,5-9,5
Monel 40° - 50° 50° - 60° 1/16-1/ 8 1,5-3,2
Inconel 40° - 50° 60° - 80° 1/16-1/ 8 1,5-3,2
Alumunium 30° - 40° 30° - 40° 3/32-1/ 8 2,4-3,2
Cusilman 40° - 50° 60° - 70° 1/ 8-3/16 3,2-4,5
Evendur 40° - 50° 60° - 70° 1/ 8-3/16 3,2-4,5
Kuningan 40° - 50° 40° - 70° 1/ 8-3/16 3,2-4,5
Tabel 10. Posisi pembakar dan kawat las

Kawat las

90°

60°-70°

30°-40°

Gambar 34. Posisi pembakar dan kawat las [3]

c. Mengelas posisi tegak


Pengelasan pada posisi tegak dapat dilaksanakan oleh seorang
atau dua orang operator sekaligus. Pengerjaan kampuh
sambungan pada pelat-pelat yang tebalnya sampai ± 3,2 mm,
biasanya cukup dengan kampuh I bila pengelasannya dilakukan
oleh seorang operator. Tetapi bila pengelasan dilaksanakan oleh
dua operator sekaligus, maka kampuh I dapat dipergunakan pada
pelat yang tebalnya sampai ± 15 mm.

Bahan yang Posisi Posisi Jarak inti


akan dilas kawat las pembakar nyala (c)
(a) (b)
Baja lunak 1,5
mm
2,4 30° 25° 1,5 - 3,2 mm
mm 30° 35° 1,5 - 3,2 mm
3,2 30° 50° 1,5 - 3,2 mm
mm 30° 90° 1,5 - 3,2 mm
4,5 20° - 30° 30° - 35° 1,5 - 3,2 mm
mm 20° - 30° 60° - 70° 3,2 - 9,5 mm
Alumunium
Tembaga

Tabel 11. Posisi kawat dan pembakar untuk mengelas


tegak

Gambar 35. Teknik mengelas tegak[3]

2. Teknik mengelas khusus


Pada bagian ini akan dibahas teknik pengelasan tertentu yang
memerlukan perhatian khusus pada pelaksanaan pengelasan.
a. Patri keras
Pada pengelasan dengan patri keras, material yang akan
disambung dipanaskan tidak sampai mencair atau leleh
dengan temperatur pemanasan yang dibutuhkan hanya
mencapai sekitar 2000 hingga 2100°F. Temperatur tersebut
hanya cukup untuk mencairkan kawat las atau bahan pengisi
dan memanaskan bahan dasar tanpa mencairkannya.
Sambungan yang dilakukan dengan proses patri keras pada
pipa dan flens dapat tahan terhadap daya tarik aksial sebesar
60.000 pon (sebanding dengan tegangan gunting yang
berkekuatan 3,4 psi).
Ada dua cara pelaksanaan pengelasan/penyolderan, yakni
dengan cara maju atau forehand dan cara mundur atau
backhand, untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.

Teknik maju Teknik mundur

Gambar 36. Arah pengelasan patri keras


Untuk mencegah agar tidak terjadi perubahan bentuk dan
inklusi oksida (oxide inclusion) pada pengelasan bahan yang
tidak sama tebal, maka nyala las ditujukan pada bagian yang
lebih tebal atau yang lebih besar/lebar/luas.
Adapun langkah pengelasannya adalah sebagai berikut:
1. Periksa semua persiapan telah benar-benar selesai dan
lengkap.
2. Periksa keadaan semua peralatan, perlengkapan, bahan
dan alat-alat bantu lainnya dalam keadaan baik.
3. Periksa semua peralatan keselamatan kerja lengkap dan
baik.
4. Pasang pengatur tekanan pada tabung gas asetilin/gas
bakar lainnya.
5. Hubungkan selang gas ke regulator las dan pembakar las.
6. Atur tekanan gas oksigen dan asetilin/gas bakar lainnya.
7. Nyalakan pembakar las setelah katup asetilin dibuka,
kemudian pelan-pelan katup zat asam oksigen dibuka
sehingga didapat bentuk nyala yang dikehendaki.
8. Seandainya diperlukan pemanasan pendahuluan pada
bahan dasar, maka dilaksanakan pemanasan pendahuluan
pada pelat dengan jenis nyala karburisasi sehingga
tercapai temperatur yang dikehendaki.
9. Lakukan penggelasan catat untuk mencegah pergerakan
bahan dasar (metal upsetting).
10. Pengelasan gerak maju atau mundur tergantung keahlian
juru las masing-masing.
11. Selama pengelasan supaya diperhatikan nyala las, dan jika
dipergunakan fluks maka diusahakan agar penggunaannya
sebanyak dan serata mungkin untuk mencegah terjadinya
oksidasi.

b. Pengelasan Aluminium
Cara pengelasan aluminium agak berbeda dari pada pengelasan
baja. Aluminium secepat ia diletakkan terbuka di udara, segera
tertutup dengan lapisan oksida yang tipis tetapi melekatnya sangat
kuat .
Apabila lapisan oksida ini dibuang, maka segera terbentuk kembali
lapisan oksida yang baru dan ia hanya mencair/meleleh pada suhu di
atas 2000 °C. Titik cair/leburan aluminium paduan dianggap lebih
rendah, lapisan oksida menghalangi pencairan bahan pengisi dan
bahan induknya. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
penggunaan “flux” sangat diperlukan ketika mengelas bahan
aluminium karena flux mempunyai tujuan ganda yaitu untuk
melarutkan lapisan oksida pada logam.
1. Suhu Pengelasan
Aluminium murni mencair pada suhu 658 °C tenggang cair
aluminium paduan berkisar antara 520° - 650 °C. Temperatur
tersebut di atas masih di bawah warna panas merah sehingga
pada pengelasan aluminium tidak mungkin dapat ditentukan
kondisi pengelasan berdasarkan warna logam tersebut, tetapi hal
itu lebih banyak ditentukan oleh mencairnya bidang sambungan
sebelum dimulai pengelasan.
2. Peralatan pengelasan
Kacamata las yang digunakan pada pengelasan baja terlalu gelap.
Ketika mengelas aluminium, dianjurkan penggunaan kacamata
yang terang dengan warna kaca abu-abu, biru atau hijau yang
dengan mudah mampu untuk membaca/melihat cairan
alumunium.
Pembakar yang digunakan pada pengelasan alumunium disarankan
sesuai dengan tabel di bawah ini
Untuk ketebalan bahan Ukuran mulut
(mm) pembakar
1 0,5 – 1
2 1 - 2
3 2 - 4
4 4 - 6
5 4 - 6
6 6 - 9
15 9 - 30

3. Kawat las dan fluksi


Kawat las yang digunakan pada pengelasan alumunium adalah
menggunakan material kawat yang sama dengan material yang
dilas atau menggunakan material yang mirip komposisinya
dengan material yang dilas.
4. Persiapan bahan
Untuk mendapatkan hasil lasan yang sempurna diperlukan
persiapan bahan yang baik dengan membersihkan bagian
permulaan yang akan dilas menggunakan kikir, sikat, kikir atau
pembersih celup dari lemak, kotoran dan minyak karena akan
mempengaruhi perpaduan dalam pengelasan.

Untuk pelat kurang 10 mm Untuk pelat lebih 10 mm


Gambar 37. Jenis kampuh sambungan las

5. Teknik mengelas
a. Jenis nyala las yang digunakan adalah nyala karburasi atau
nyala kelebihan gas asetilin.
b. Pemanasan awal pada bagian permukaan bahan yang akan
di sambung dengan cara menggerakkan pembakar secara
berputar. Untuk alumunium paduan pemanasan awal
bersuhu antara 350º-450ºC.
c. Untuk mengurangi perubahan bentuk dilakukan dengan las
catat dan dengan urutan pengelasan tertentu
Gambar 38. Teknik mengelas

d. Pengelasan dilakukan dengan pengelasan arah maju atau kiri


posisi pembakar antara 45º – 80º dan kawat las 45º dengan
jarak inti nyala antara 2-3 mm dari permukaan bahan.
Gerakan pembakar cepat untuk pencegahan kelebihan panas
serta memungkinkan semua permukaan las panas pada saat
dilakukan pengelasan.
3. Kesalahan las dan perubahan bentuk
a. Kesalahan las

Panjang kaki lasan Posisi pembakar dan kawat las tidak


tidak sama tepat

Las terlalu tipis Kecepatan las tinggi (cepat)


Las terlalu gemuk Kecepatan las rendah (lambat)

Permukaan las cekung Pemanasan terlalu banyak, kecepatan


las tinggi

Permukaan las Pemanasan kurang, kecepatan las


cembung rendah, mulut pembakar kecil

Penembusan terlalu Sudut pembakar besar, nyala api besar,


banyak pengelasan lambat.

Rigi las menumpang Posisi pembakar dan kawat las tidak


tepat

Terkikis (under cut) Celah sambungan terlalu sempit atau


pada kaki las tidak ada sama sekali

Tepi las meleleh Posisi pembakar tidak tepat

Tidak ada Celah sambungan terlalu sempit


penembusan

Penembusan tidak Persiapan sambungan dan teknik


baik mengelas tidak tepat

Bahan las terkikis Manipulasi sudut pembakar tidak tepat


(undercut) ditengah-tengah

Penembusan akar las Pemanasan pada akar lasan tidak baik


tidak baik
Gambar 39. Kesalahan las [3]

b. Perubahan bentuk.
Perubahan bentuk (distorsi) pada hasil lasan terjadi karena
adanya pencairan, pembekuan, pengembangan termal,
perpendekan dan penyusutan dari konstruksi yang dilas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan bentuk
adalah:
a. Karena masukan panas yang ditentukan oleh
 Jumlah pemasukan panas
 Cara pengelasan
 Suhu pemanasan mula
 Tebal pelat
 Geometri sambungan
b. Karena penahan atau penghalang pada sambungan las yang
ditentukan oleh :
 Bentuk konstruksi sambungan
 Ukuran pengelasan
 Susunan batang pengaman
 Urutan pengelasan

Perubahan bentuk berupa penyusutan pada bahan yang di las


Perubahan bentuk sudut pada bahan lasan

Deformasi memanjang pada bahan lasan

Gambar 40. Perubahan bentuk pada lasan [5]


4. Memotong dengan asetilin
Baja panas lebih mudah teroksidasi oleh zat asam murni
dibandingkan logam baja yang dingin ataupun non fero Oleh
karena itu pemotongan dengan zat asam asetilin lebih sering
digunakan untuk memotong baja. Prinsip pemotongan dengan zat
asam adalah setelah baja dipanaskan sampai berwarna merah
terang, kemudian ditiupkan zat asam murni dengan tekanan yang
cukup besar.

Baja panas akan teroksidasi dan hasil pembakarannya akan


tersembur hingga terjadilah pemotongan.

Fungsi nyala api adalah untuk memanaskan bahan yang akan


dipotong dan pemanasannya tidak usah sampai mencair.

Untuk memotong dapat juga digunakan gas lain selain asetilin


seperti gas propana (elpiji) dan metana yang temperaturnya lebih
rendah dari nyala asetilin.
Gambar 41. Pemanasan tepi benda kerja

5. Bentuk-bentuk pemotongan

a. Memotong miring

Tebal pemotongan dengan pemotongan miring tentunya akan


lebih besar bila dibandingkan dengan memotong tegak.

Bila akan memotong miring kecepatan potong harus


dikurangi. Tekanan kerja zat asam dinaikkan atau
meningkatkan pemanasan pendahuluan dengan memasang
mulut pembakar yang lebih besar satu tingkat.

Perlu diingat bahwa tebal menentukan besarnya ukuran


mulut, tekanan kerja zat asam dan kecepatan memotong.

Pembakar dipegang miring sesuai dengan sudut yang


dikehendaki.

Gambar 42. Memotong miring

b. Memotong pipa

Untuk melaksanakan pemotongan pada pipa, terlebih dahulu


harus diberi tanda pada bagian yang akan dipotong dengan
menggunakan kapur atau penggores, kemudian salah satu
bagian dari pipa perlu diberi lubang sebagai tempat awal
pemotongan.
Gambar 43. Memotong pipa

c. Memotong benda bulat pejal

Untuk memotong benda bulat pejal terlebih dahulu harus


diberi tanda dengan pahat, kemudian bagian yang dipahat
hendaklah dipanasi.

Gambar 44. Memotong benda bulat pejal

d. Memotong bahan yang sangat tebal

Bila akan memotong bahan yang sangat tebal, sedangkan


kapasitas mulut pembakar lebih kecil dari bahan yang akan
dipotong maka :

 Kurangilah tebal benda tersebut dengan cara memotong


terlebih dahulu bagian bawah benda tersebut.

 Selanjutnya potonglah bagian atas benda sampai batas


kapasitas mulut pembakar.

 Ulangilah pengurangan tebal bahan yang akan dipotong.


e. Pencegahan dan pelurusan perubahan bentuk

Perubahan bentuk yang terjadi pada pengelasan tidak hanya


mengurangi ketelitian ukuran dan penampakan, tetapi juga
akan menurunkan kekuatan. Untuk itu diperlukan langkah-
langkah pencegahan dan penanganan perubahan bentuk pada
hasil lasan dengan langkah awal meluruskan semua bagian las
yang akan dilas, kemudian melakukan langkah-langkah
berikut ini :

a. Pengurangan masukan panas pada logam lasan dengan


mengurangi panjang lasan dan memilih bentuk kampuh.

b. Menentukan urutan pengelasan yang tepat.

c. Proses pengelasan dengan menggunakan alat bantu


pemegang.

Gambar 45. Penahanan pada pengelasan [5]

Tititp pemanasan

Pemanasan

Pemanasan
Gambar 46. Teknik pelurusan perubahan bentuk [5]

c. Rangkuman materi Pemelajaran


Pada pengelasan oksigen-asetilin memerlukan pengaturan posisi nyala
las terhadap bahan yang dilas, hal ini dapat dilakukan dengan gerakan
pembakar las. Tujuan menggerakan pembakar untuk mengatur
pemanasan pengelasan agar kedua tepi sambungan mendapatkan
panas yang merata sehingga keduanya dapat mencair dalam waktu
yang sama.
Selain mengatur pemanasan gerakan pembakar juga dimaksudkan
untuk mengatur bentuk rigi yaitu dengan mengatur cairan kawah las
yang terjadi agar betul-betul berpadu dan menembus ke dalam celah
sambungan, sehingga menghasilkan bentuk rigi-rigi las yang baik dan
kuat.
1. Mengelas arah kiri atau maju
Bila pembakar dipegang dengan tangan kanan maka pengelasan
dimulai dari ujung kanan menuju ke kiri. Teknik las arah kiri
terutama dipergunakan untuk mengelas baja yang tebalnya sampai
± 4,5 mm. Cara ini dipergunakan pula untuk mengelas besi tuang
dan bahan-bahan non ferro. Pembakar las sambil maju digerakkan
melingkar atau setengah lingkaran.
2. Mengelas arah kanan atau mundur
Pembakar bergerak dari kiri ke kanan, cara ini dianjurkan untuk
mengelas baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas. Posisi pembakar dan
kawat las 40° - 50° terhadap permukaan benda kerja. Sudut
pembakar lebih kecil atau miring maksudnya untuk menahan cairan
yang mengalir mendahului pengelasan. Nyala api ditujukan pada
kawat las yang digerakkan sambil mengatur kawah las pada
sambungan. Pengalasan arah kanan atau mundur biasanya hanya
dilakukan pada baja.
3. Mengelas posisi tegak
Pengelasan pada posisi tegak dapat dilaksanakan oleh seorang atau
dua orang operator sekaligus. Pengerjaan kampuh sambungan pada
pelat-pelat yang tebalnya sampai ± 3,2 mm, biasanya cukup dengan
kampuh I bila pengelasannya dilakukan oleh seorang operator.
Tetapi bila pengelasan dilaksanakan oleh dua operator sekaligus,
maka kampuh I dapat dipergunakan pada pelat yang tebalnya
sampai ± 15 mm.
6. Teknik mengelas khusus
a. Patri keras
Pada pengelasan dengan patri keras, material yang disambung
dipanaskan tidak sampai mencair atau leleh dengan suhu
pemanasan yang dibutuhkan hanya mencapai sekitar 2000
hingga 2100°F. Temperatur tersebut hanya cukup untuk
mencairkan kawat las atau bahan pengisi dan memanaskan
bahan dasar tanpa mencairkannya. Sambungan yang dilakukan
dengan proses patri keras pada pipa dan flens dapat tahan
terhadap daya tarik aksial sebesar 60.000 pon (sebanding dengan
tegangan gunting yang berkekuatan 3,4 psi).
Ada dua cara pelaksanaan pengelasan/ penyolderan, yakni
dengan cara maju atau forehand dan cara mundur atau
backhand.
Untuk mencegah agar tidak terjadi perubahan bentuk dan inklusi
oksida (oxide inclusion) pada pengelasan bahan yang tidak sama
tebal, maka nyala las ditujukan pada bagian yang lebih tebal atau
yang lebih besar/lebar/luas.
b. Pengelasan aluminium
Cara pengelasan aluminium agak berbeda dari pada pengelasan
baja. Aluminium secepat ia diletakkan terbuka di udara, segera
tertutup dengan lapisan oksida yang tipis tetapi melekatnya
sangat kuat .
Apabila lapisan oksida ini dibuang, maka segera terbentuk
kembali lapisan oksida yang baru dan ia hanya mencair/meleleh
pada suhu diatas 2000°C. Titik cair/leburan aluminium paduan
dianggap lebih rendah, lapisan oksida menghalangi pencairan
bahan pengisi dan bahan induknya. Dari hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa penggunaan “flux” sangat diperlukan ketika
mengelas bahan aluminium karena flux mempunyai tujuan
ganda,yaitu melarutkan lapisan oksida pada logam.
Kawat las yang digunakan pada pengelasan alumunium adalah
menggunakan material kawat yang sama dengan material yang
dilas atau menggunakan material yang mirip komposisinya
dengan material yang dilas.
Penggunaan fluksi pada pengelasan alumunium mempunyai
tujuan menghilangkan lapisan oksida dan mencegah
pembentukan kembali.
Fluksi digunakan dengan cara mencampurkan dengan air,
kemudian mengoleskan pada batang kawat las yang digunakan
pada kondisi tertentu fluksi juga dapat dilaburkan pada
sambungan yang akan dilas.
7. Kesalahan las dan perubahan bentuk
a. Kesalahan las
Ada banyak bentuk kesalahan las yang terjadi pada hasil lasan
di antaranya adalah :
1. Panjang kaki lasan tidak sama.
2. Rigi las terlalu tipis atau gemuk.
3. Permukaan las cekung.
4. Permukaan las cembung (over lap).
5. Penembusan terlalu banyak.
6. Rigi las menumpang.
7. Terkikis (under cut).
8. Tidak terjadi penembusan.
c. Perubahan bentuk.
Perubahan bentuk (distorsi) pada hasil lasan terjadi karena
adanya pencairan, pembekuan, pengembangan termal,
perpendekan dan penyusutan dari konstruksi yang dilas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan
bentuk adalah:
a. Karena masukan panas yang ditentukan oleh
 Jumlah pemasukan panas
 Cara pengelasan
 Suhu pemanasan mula
 Tebal pelat
 Geometri sambungan
b. Karena penahan atau penghalang pada sambungan las
yang ditentukan oleh :
 Bentuk konstruksi sambungan
 Ukuran pengelasan
 Susunan batang pengaman
 Urutan pengelasan

Perubahan bentuk yang terjadi pada pengelasan tidak hanya


mengurangi ketelitian ukuran dan penampakan tetapi juga
akan menurunkan kekuatan. Untuk itu diperlukan langkah-
langkah pencegahan dan penanganan perubahan bentuk pada
hasil lasan dengan langkah awal meluruskan semua bagian las
yang akan dilas, kemudian dilakukan langkah-langkah berikut
ini :

1. Pengurangan masukan panas pada logam


lasan dengan mengurangi panjang lasan dan memilih
bentuk kampuh.

2. Menentukan urutan pengelasan yang tepat.


3. Proses pengelasan dengan menggunakan
alat bantu pemegang.

d. Tugas Pemelajaran
Pada penilaian Kinerja yang akan dilakukan, peserta diklat
dipersyaratkan menampilkan kemampuan sesuai dengan urutan tugas
yang disusun dalam analisis pokok bahasan. Untuk itu disarankan
kepada peserta diklat selalu berkonsultasi dengan guru/pembimbing
dalam melaksanakan suatu tugas dan revisi terhadap teori yang
dipelajari.
Kemampuan yang sesuai dengan kriteria standar yang harus dicapai
oleh peserta diklat yang dianggap kompeten adalah :
1. Berbagai macam teknik arah pengelasan dipahami sesuai dengan
tebal bahan serta jenis pengelasan yang dilakukan.
2. Prosedur dan teknik pengelasan dengan berbagai arah gerakan
pembakar dipahami sesuai dengan prosedur operasional standar.
3. Prosedur pengelasan khasus seperti patri keras dan alumunium
dipahami sesuai dengan prosedur operasi standar pengelasan.
4. Perubahan bentuk serta teknik pencegahannya diidentifikasi sesuai
dengan jenis perubahan bentuk dan cara pencegahannya.
5. Prosedur dan teknik pemotongan bermacam-macam bentuk
dipahami sesuai dengan prosedur operasional standar.
Lakukanlah tugas-tugas belajar di bawah ini :
a. Identifikasi teknik menggerakkan pembakar las yang dapat dilakukan
pada pengelasan oksigen-asetilin.
b. Pahami teknik menggerakkan pembakar untuk arah maju, arah
mundur dan arah naik.
c. Lakukan identifikasi terhadap pengelasan khusus.
d. Lakukan pengamatan terhadap perubahan bentuk yang terjadi pada
bahan las dan cara pelurusannya.

e. Tes formatif
1. Sebutkan gerakan pengelasan yang dapat dilakukan pada
pengelasan oksigen-asetilin !

2. Sebutkan penggunaan teknik mengelas arah kiri atau maju pada


proses pengelasan !

3. Sebutkan penggunaan teknik mengelas arah kanan atau mundur


pada proses pengelasan !

4. Jelaskan prinsip pengelasan patri keras !

5. Berapakah ukuran mulut pembakar yang digunakan untuk mengelas


bahan alumunium dengan tebal bahan 2 mm ?

6. Jenis nyala las yang digunakan untuk pengelasan bahan alumunium


adalah !

7. Jelaskan lasan dilakukan pemanasan awal pada pengelasan


alumunium !

8. Sebutkan hasil lasan yang akan didapat apabila dalam pengelasan


pemasukan panas terlalu banyak !

9. Sebutkan kemungkinan kesalahan pengelasan yang dilakukan


apabila hasil lasan yang dilakukan terlalu cembung !

10. Mengapa pada bahan lasan setelah dilakukan pengelasan terjadi


perubahan bentuk ?

11. Sebutkan cara pelurusan yang dapat dilakukan pada bahan lasan
apabila terjadi perubahan bentuk !

f. Kunci jawaban

1. a. Gerakan
pembakar arah kiri atau maju.

b. Gerakan arah kanan atau mundur.

2. a. Mengelas baja
dengan tebal sampai ± 4,5 mm.

b. Pengelasan baja tuang.

c. Pengelasan bahan non fero.


3. Mengelas baja dengan tebal lebih dari 4,5 mm.

4. Bahan yang dilas dipanaskan tidak sampai mencair.

5. Nomor 1 s.d. 2.

6. Nyala las karburasi (kelebihan gas asetilin).

7. Untuk memungkinkan perpaduan yang merata pada pengelasan.

8. Akan terjadi kikisan pada bagian akar las (under cut).

9. a. Pemanasan kurang.

b. Kecepatan las rendah.

c. Mulut pembakar yang digunakan terlalu kecil.

d. Kawat las yang digunakan terlalu besar.

10. Karena adanya pemanasan dan pendinginan pada permukaan bahan


yang tidak sama.

11. a. Pengurangan pemasukan panas.

b. Pengikatan dengan las catat atau dengan pengikatan lainnya.

c. Urutan pengelasan.

12. Setelah baja dipanaskan sampai berwana merah terang, kemudian


ditiupkan zat asam murni dengan tekanan yang cukup besar.

13. a. memotong miring.

b. memotong pipa.

c. memotong benda bulat pejal.

d. memotong benda yang sangat tebal.

14. Ukuran no. 2


g. Lembar Kerja
Lembar Kerja 1
Bidang Keahlian : Teknik Mesin Nomor Pekerjaan :
Program Keahlian : Teknik Tingkat : I (satu)
Pembentukan
Nama Pekerjaan : Membuat Rigi Las Waktu Standar : 8 Jam
Tanpa
Bahan Tambah

1. Tujuan :
Setelah mempelajari dan berlatih topik ini,peserta diklat diharapkan
mampu:
 Menggunakan peralatan dan perlengkapan
keselamatan dan kesehatan kerja.
 Mengatur tekanan kerja pengelasan sesuai dengan
jenis pembakar yang digunakan.
 Memasang tip pada pembakar las.
 Mengatur nyala api las netral untuk pengelasan baja
lunak.
 Membuat jalur tanpa bahan tambah.
 Memeriksa hasil pengelasan.
2. Alat dan bahan Praktik :
a. Alat :
 Seperangkat peralatan las oksi-asetilin.
 Alat bantu pengelasan.
 Lembaran kerja/gambar kerja.
b. Bahan :
 Pelat baja lunak ukuran 80 x 120 x 2 mm.
3. Keselamatan kerja :
a. Pergunakan alat-alat keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Gunakan tip yang sesuai dengan tebal bahan.
c. Periksa kebocoran-kebocoran gas sebelum memulai penyalaan.
d. Perhatikan kedudukan dan posisi pembakar terhadap benda kerja.
e. Tanyakan hal-hal yang meragukan kepada pembimbing.

4. Langkah kerja
a. Siapkan benda kerja kemudian bersihkan dari kotoran.
b. Lukis/garis dengan penggores pada bagian-bagian yang akan dilas.
c. Siapkan perlengkapan las dan alat keselamatan kerja.
d. Pilih ukuran tip dan tekanan kerja yang sesuai dengan kebutuhan
pengelasan.
e. Atur posisi benda kerja pada meja kerja, kemudian nyalakan
pembakar dan atur nyala apinya hingga netral.
f. Bersihkan benda kerja yang sesuai dan serahkan kepada
pembimbing praktek.
5. Gambar kerja

30°
15
15

20

15

120
15

1 Pelat baja 80 x 120 x 2


lunak mm
Nama bagian No. Bahan Ukuran Keteranga
Bagian n
Perubahan Pengganti dari :

Diganti dengan :
Non Digamb
Skala ar
Dilihat
MEMBUAT RIGI LAS TANPA BAHAN
Diperik
TAMBAH
sa
Disetuj
ui
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

6. Instrumen penilaian
Nama : ……………………………………………
Group : …………………………………………..
a. Proses
Aspek yang Cek list
No Kriteria
dinilai Benar Salah
1. Pemakaian alat  Apron, kacamata las
pelindung. dan topi las.

2. Alat bantu yang  Tip, pembersih,


dipersiapkan. penjepit dan sikat baja.
3. Arah pengelasan.  Maju.

4. Sudut  30° - 60°.


pengelasan.

5. Jumlah las.  1 buah.

6. Akhir  Mematikan api las dan


pengelasan. tekanan manometer = 0.
b. Hasil/produk
Aspek yang Skor Standar TL/
No. Kriteria
dimiliki 4 3 2 1 0 minimal L
1. Lebar jalur.  2
5 mm
dengan
toleransi
1 mm.
2. Bagian yang  Mak 5 3
tidak mencair. %.

3. Penyimpangan.  Mak 5°. 2


kelurusan jalur.

4. Penetrasi.  Tidak 2
melampa
ui
permuka
an
bawah.
5. Kebersihan.  Tidak 3
ada terak
dan
percikan
logam.

Lembar Kerja 2
Bidang Keahlian : Teknik Mesin Nomor Pekerjaan :
Program Keahlian : Teknik Tingkat : I (satu)
Pembentukan
Nama Pekerjaan : Membuat Rigi Las Waktu Standar : 8 Jam
Dengan
Bahan Tambah

1. Tujuan :
Setelah mempelajari dan berlatih topik ini, peserta diklat diharapkan
mampu:
 Menggunakan peralatan dan perlengkapan keselamatan dan
kesehatan.
 Mengatur tekanan kerja pengelasan.
 Memasang tip pada brander las.
 Membuat rigi-rigi las dengan bahan tambah.
 Memeriksa hasil pengelasan.
2. Alat dan Bahan praktik :
a. Alat :
 Seperangkat peralatan las oksi-asetilin.
 Alat bantu pengelasan.
 Alat keselamatan dan kesehatan kerja.
 Lembar kerja/gambar kerja.
b. Bahan :
 Pelat baja lunak ukuran 80 x 120 x 2 mm.
 Kawat las Ø 2 mm.
3. Keselamatan kerja :
a. Pergunaka
n alat-alat keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Gunakan
tip yang sesuai dengan tebal bahan.
c. Periksa
kebocoran-kebocoran gas sebelum memulai pengelasan.
d. Perhatikan
kedudukan dan posisi pembakar serta kawat las terhadap benda.
e. Tanyakan
hal-hal yang meragukan kepada pembimbing.

4. Langkah kerja :
a. Siapkan benda kerja yang akan dilas, kemudian bersihkan dari
kotoran.
b. Lukis garis dengan penggores pada bagian-bagian yang akan dilas.
c. Pilih tip yang sesuai dan atur tekanan kerja hingga sesuai dengan
kebutuhan pengelasan.
d. Atur posisi pembakar sehingga menjadi nyala netral.
e. Atur posisi pembakar dan kawat las sehingga sesuai dengan
kedudukan.
f. Mulailah pengelasan dengan mencairkan bahan dasar terkecil
dahulu.
g. Masukkan kawat las pada benda yang sudah cair sampai terjadi
perpaduan antara cairan bahan dasar dengan kawat las
h. Kerjakan seperti langkah g untuk rigi-rigi berikutnya hingga selesai.
i. Bersihkan benda kerja yang selesai dan serahkan kepada
pembimbing.

5. Gambar kerja
30°- 50 °

30 °- 40°
15
15

20

15

120
15

1 Pelat baja 80 x 120 x 2


lunak mm
Nama bagian No. Bahan Ukuran Ketera
Bagian ngan
Perubahan Pengganti dari :

Diganti dengan :
Non Digamb
Skala ar
Dilihat
MEMBUAT RIGI LAS DENGAN BAHAN
Diperik
TAMBAH
sa
Disetuj
ui
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

6. Instrumen penilaian :
Nama : ………………………………………………
Group : ………………………………………………
a. Proses
Cek list
No. Aspek yang dimiliki Kriteria
Benar Salah
1. Alat bantu yang  Sikat baja, palu
dipersiapkan. dan penjepit.

2. Keselamatan kerja.  Kacamata las,


pakaian kerja
dan apron.

3. Tekanan kerja (mixer).  50 – 70 kpa.

4. Ukuran tip.  No. 8.

5. Arah pengelasan.  Maju.

6. Sudut pengelasan dan  60° - 70° dan


bahan tambah. 30° - 40°.

7. Benda kerja.  Didinginkan dan


dibersihkan.

8. Menutup tekanan kerja.  Tekanan


manometer = 0
dan semua
katup ditutup.

b. Hasil/produk
Aspek yang Skor TL/
No. Kriteria Standar
dimiliki 4 3 2 1 0 L
1. Lebar jalur.  6 mm 2
dengan
toleran
si 1
mm.

2. Tinggi jalur.  1 mm 3
dengan
toleran
si 0,5
mm.

3. Benda  Mak 1 2
permukaan mm.
jalur.

4. Perpaduan.  Min 80 2
%.

5. Kebersihan.  Bebas 3
terak.

Lembar Kerja 3
Bidang Keahlian : Teknik Mesin Nomor Pekerjaan :
Program Keahlian : Tingkat :I
Teknik Pembentukan (satu)
Nama Pekerjaan : Waktu Standar :8
Membuat Sambungan I Jam
1. Tujuan :
Setelah mempelajari dan berlatih topik ini, peserta diklat
diharapkan mampu:
 Menggunakan peralatan dan perlengkapan keselamatan kerja.
 Mengatur tekanan kerja pengelasan.
 Memasang tip pada brender.
 Mengatur nyala api yang sesuai.
 Membuat sambungan I.
 Memeriksa hasil pengelasan.
2. Alat dan bahan praktik :
a. Alat :
 Seperangkat peralatan las oksi-asitilin.
 Alat bantu pengelasan.
 Seperangkat alat keselamatan kerja.
 Lembar kerja/gambar kerja.
b. Bahan :
 Pelat baja lunak ukuran 40 x 120 x 3 mm (2 buah).
 Kawat las Ø 2 mm.
3. Keselamatan kerja :
a. Pergunakan alat-alat keselamatan kerja.
b. Pergunakan tip sesuai dengan tebal bahan.
c. Periksa kebocoran-kebocoran gas.
d. Tenangkan perasaan jangan ragu-ragu.
e. Tanyakan hal-hal yang meragukan pembimbing.

4. Langkah kerja :
a. Siapkan benda kerja sesuai dengan bentuk pada gambar kerja.
b. Siapkan perlengkapan las dan alat keselamatan kerja.
c. Nyalakan pembakar dengan nyata netral dan mulailah dengan
las catat lebih dahulu.
d. Berikan jarak kedua benda kerja ± 3 mm.
e. Mulailah pengelasan hingga kedua benda mencair dan
membentuk lubang kunci, baru bahan tambahan dimasukan.
f. Setelah selesai satu jalur, potong salah satu sisi samping rigi-
rigi dan sambungkan pada tepi yang lain.
g. Ulangi beberapa kali hingga dapat ± 4 jalur pengelasan.
h. Bersihkan dan kumpulkan hasil pengelasan dan serahkan
kepada pembimbing.

5. Gambar kerja
30 °- 50 °

30 °- 40 °
80

120

1 Pelat baja 40 x 120 x 3 2 buah


lunak mm
Nama bagian No. Bahan Ukuran Ketera
Bagian ngan
Perubahan Pengganti dari :

Diganti dengan :
Non Digamb
Skala ar
Dilihat
MEMBUAT SAMBUNGAN “I” Diperik
sa
Disetuj
ui
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

6. Instrumen penilaian :
Nama : …………………………………………………..
Group : ……………………………………………………
a. Proses
Cek list
No. Aspek yang dimiliki Kriteria
Benar Salah
1. Pemakaian alat pelindung  Apron,
. kacamata las
dan topi las.

2. Alat bantu yang  Tip pembersih,


dipersiapkan. penjepit dan
sikat baja.

3. Diameter kawat las.  Maju.

4. Arah pengelasan.  Ø 2 mm.

5. Sudut pengelasan dan  60° – 70° dan


sudut bahan tambah. 30° - 40°.

6. Menutup tekanan kerja.  Tekanan


manometer = 0
dan semua
katup ditutup.

b. Hasil/produk
No Aspek yang Skor Standar TL/
Kriteria 4 3 2 1 0
. diminta minimal L

1. Lebar jalur 6 mm 2
luas. dengan
toleransi
±1
mm.

2. Tinggi jalur. 1 mm 3
dengan
toleransi
± 0,5
mm.

3. Beda Mak 1 2
permukaan mm.
jalur.


4. Perpaduan. Min 2
80%.

5. Kebersihan. Bebas 2
terak.

Lembar Kerja 4

Bidang Keahlian : Teknik Mesin Nomor Pekerjaan :


Program Keahlian : Teknik Pembentukan Tingkat :I
(satu)
Nama Pekerjaan : Membuat Waktu Standar :8
Sambungan Jam
Tumpang

1. Tujuan :
Setelah mempelajari dan berlatih topik ini, peserta diklat
diharapkan mampu:
 Mengatur tekanan kerja.
 Memasang tip pada brender.
 Mengatur nyala api yang sesuai.
 Membuat sambungan tumpang.
 Memeriksa hasil pengelasan.
2. Alat dan bahan praktik :
a. Alat :
 Seperangkat peralatan las oksi-asetilin.
 Alat bantu pengelasan.
 Seperangkat alat keselamatan kerja.
 Lembaran kerja/gambar kerja.
b. Bahan :
 Plat baja lunak ukuran 30 x 120 x 3 (2 buah) dan 60 x
120 x 3
 Kawat las Ø 2 mm.
3. Keselamatan kerja :
a. Pergunakan alat keselamatan kerja dengan tepat.
b. Hindarkan benda-benda yang mudah terbakar.
c. Periksa kebocoran-kebocoran gas pada selang.
d. Tanyakan pada pembimbing bila ada hal yang meragukan.

4. Langkah kerja :
a. Persiapkan benda kerja sesuai dengan gambar dan ukuran pada
lembar pekerjaan.
b. Susunlah benda kerja dan jepit dengan klem.
c. Ikat benda kerja dengan las catat pada setiap sambungan-
sambungan.
d. Mulailah pengelasan pada tiap sambungan yang telah dicatat
tadi.
e. Setiap selesai pengelasan satu jalur sambungan berikutnya
sampai selesai.
f. Bersihkan benda kerja yang telah selesai dilas dan serahkan
kepada pembimbing.

5. Gambar kerja
30 °- 50 °

45 °

30 °- 40 °

30
60

120

2 Pelat baja 60 x 120 x 3 1 buah


linak mm
1 Pelat baja 30 x 120 x 3 2 buah
lunak mm
Nama bagian No. Bahan Ukuran Keteranga
Bagian n
Perubahan Pengganti dari :

Diganti dengan :
Non Digamb
Skala ar
Dilihat
MEMBUAT SAMBUNGAN TUMPANG Diperik
sa
Disetuj
ui
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

6. Instrumen penilaian :
Nama : ……………………………………………
Group : …………………………………………..
a. Proses
Cek list
No. Aspek yang dimiliki Kriteria
Benar Salah
1. Pemakaian alat  Apron,
pelindung. kacamata las
dan topi las.

2. Alat bantu yang  Tip pembersih,


dipersiapkan. penjepit dan
sikat baja.

3. Tekanan kerja.  50 – 70 kpa.

4. Arah pengelasan.  Maju.

5. Sudut bahan tambah dan  30° - 40° dan


sudut pengelasan. 60° – 70°.

6. Menutup tekanan kerja.  Tekanan


manometer = 0
dan semua
katup ditutup.

b. Hasil/produk
Kriteria Skor
Aspek 4 3 2 1 0
No Standar TL/
yang
. minimal L
diminta

1. Perpaduan. Min 80 %. 2


Tinggi jalur. 1 mm 2
dengan
toleransi ±
0,5 mm.


Kaki lasan. Sama dengan 2
tebal pelat
yang
ditumpangka
n.


Rigi-rigi. Awal dan 2
akhir tidak
under cut.


Kebersihan. Bebas terak. 3

Lembar Kerja 5
Bidang Keahlian : Teknik Mesin Nomor Pekerjaan :
Program Keahlian : Tingkat :I
Teknik Pembentukan (satu)
Nama Pekerjaan : Waktu Standar : 12
Membuat Sambungan “T” Jam

1. Tujuan :
Setelah mempelajari dan berlatih topik ini, peserta diklat
diharapkan mampu:
 Mengatur tekanan kerja pengelasan.
 Memasang tip pada brender las.
 Membuat sambungan T.
 Memeriksa hasil pengelasan.
2. Alat dan bahan praktik :
a. Alat :
 Seperangkat peralatan las oksi-asetilin.
 Alat bantu pengelasan.
 Alat keselamatan kerja.
 Lembaran kerja/gambar kerja.
b. Bahan :
 Pelat baja lunak ukuran 30 x 120 x 3 mm (1 buah) dan
ukuran 50 x 120 x 3 mm (1 buah).
 Kawat las Ø 3 mm.
3. Keselamatan kerja :
a. Pergunakan alat-alat keselamatan kerja.
b. Gunakan tip sesuai pembakar.
c. Periksa kebocoran gas sebelum mengelas.
d. Perhatikan kedudukan dan posisi pembakar terhadap benda
kerja.
e. Tanyakan hal-hal yang meragukan pada pembimbing.

4. Langkah kerja :
a. Siapkan benda kerja sesuai dengan gambar kerja.
b. Siapkan alat keselamatan kerja dan alat bantu.
c. Atur tekanan kerja dan nyalakan pembakar.
d. Atur nyala api hingga nyala netral.
e. Ikat dengan las bagian-bagian yang akan disambung.
f. Mulai pengelasan jalur pertama sampai selesai.
g. Lanjutkan pada jalur berikutnya sampai selesai.
h. Setelah selesai pengelasan bersihkan secara menyeluruh dan
serahkan hasil kerja kepada pembimbing.

5. Gambar kerja
60 °- 70 °

45°

30 °- 40 °
50

120

2 Pelat baja 50 x 120 x 3 1 buah


linak mm
1 Pelat baja 30 x 120 x 3 1 buah
lunak mm
Nama bagian No. Bahan Ukuran Keteranga
Bagian n
Perubahan Pengganti dari :

Diganti dengan :
Non Digamb
Skala ar
Dilihat
MEMBUAT SAMBUNGAN “T” Diperik
sa
Disetuj
ui
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

6. Instrumen penilaian :
Nama : ………………………………………………
Group : ……………………………………………..
a. Proses
Cek list
No. Aspek yang dimiliki Kriteria
Benar Salah
1. Alat bantu yang  Penjepit, sikat
dipersiapkan. baja dan palu.

2. Keselamatan kerja.  Kacamata las


dan pakaian
kerja.

3. Tekanan kerja mixer.  50 – 70 kpa.

4. Arah pengelasan.  Maju.

5. Las ikat.  Min 2 tempat

6. Menutup tekanan kerja.  Tekanan


manometer = 0
dan semua
katup
ditutupkan.

b. Hasil/produk
No Aspek yang Skor Standar TL/
Kriteria 4 3 2 1 0
. diminta minimal L

1. Ukuran kaki 5x5 2
las. mm.


2. Perpaduan. 80 %. 2


3. Sudut benda 90 %. 3
kerja.


4. Permukaan tidak 3
jalur. cekung.


5. Kebersihan. bebas 3
terak.

Lembar kerja 6

Bidang Keahlian : Teknik Mesin Nomor Pekerjaan :


Program Keahlian : Tingkat :I
Teknik Pembentukan (satu)
Nama Pekerjaan : Waktu Standar :8
Membuat Jalur Las Posisi Jam
Mendatar
1. Tujuan :
Setelah mempelajari dan berlatih lembar kerja ini, peserta diklat
diharapkan mampu membuat jalur las pada pelat baja lunak posisi
mendatar dengan memenuhi kriteria :
 Lebar jalur 7 mm.
 Tinggi jalur 1 mm.
 Bentuk jalur cembung.
 Sambungan jalur rata.
 Beda permukaan jalur maksimal 1 mm.
 Penyimpangan kerusakan jalur maksimum 5 %.
 Perubahan bentuk maksimum 5 %.
 Scale pada permukaan 0.
2. Alat dan bahan praktik :
a. Alat :
 Satu unit peralatan las oksi asetilin (lengkap dan
terpasang, kecuali tip/mulut pembakar).
 Satu set alat keselamatan dan kesehatan kerja.
 Satu set alat bantu pengelasan.
b. Bahan :
 Pelat baja lunak ukuran 80 x 120 x 3 mm
 Kawat las Ø 3 mm.
3. Langkah kerja :
a. Mempersiapkan peralatan las oksi-asetilin, baik alat
keselamatan kerja maupun alat bantu.
b. Mempersiapkan bahan.
c. Membersihkan permukaan bahan yang akan dilas.
d. Memilih ukuran tip yang sesuai dengan tebal bahan kemudian
memasangnya pada pembakar.
e. Memasang benda kerja pada tiang penjepit untuk pengelasan
posisi mendatar. Tinggi benda kerja kurang lebih sama dengan
tinggi mata pengelas.
f. Menyalakan tip dengan menggunakan peralatan dan prosedur
yang benar, kemudian mengaturnya sehingga diperoleh nyala
netral.
g. Arahkan inti nyala pada satu titik sebelah kanan bagian tengah.
Jarak inti nyala dengan permukaan bahan 2 mm – 3 mm. Sudut
pembakar 60° – 70° terhadap garis horizontal dan sudut
samping pembakar antara 80° – 90° terhadap bidang bawah.
h. Panaskan terus sehingga pusat sasaran mencair atau terbentuk
kawah las. Apabila lebar kawah las sudah mencapai 2 ½ x tebal
bahan, masukkan bahan pengisi (kawat las). Sudut bahan
pengisi 30° – 40° dan sudut samping 80° – 90° terhadap
bidang bawah. Bila peserta biasa menggunakan tangan kanan
maka arah pengelasannya dimulai dari sisi sebelah kanan ke sisi
sebelah kiri. Untuk menyelesaikan jalur pertama ini
perhatikanlah hal-hal sebagai berikut:
 Gerakkan pembakar lurus.
 Gerakan kawat las (bahan pengisi) naik turun.
 Jarak ujung inti nyala dengan permukaan bahan 2 mm –
3 mm.
 Lebar kawah las 2,5 t.
 Sudut pembakar 60° – 70° dan sudut bahan pengisi 30°
– 40°.
 Usahakan jalur las tetap sejajar dengan tepi.
i. Kira-kira 15 mm sebelum mencapai tepi kiri, turunkan secara
berangsur-angsur sudut pembakar atau penambahan kawat las
dipercepat. Langkah ini dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya peleburan jalur pada tepi sebelah kiri.
j. Setelah selesai satu jalur konsultasikan/diskusikan hasilnya
dengan tutor/pembimbing.
k. Ulangi latihan membuat jalur di bawah jalur pertama sehingga
dapat mencapai minimal 90 % dari seluruh kriteria yang
diharapkan.
l. Bersihkan benda kerja yang sudah jadi dan serahkan kepada
pembimbing.

4. Gambar Kerja
60°- 70 °
15

30 °- 40 °
15

80 ° - 90 °
20
80

15

120
15

1 Pelat baja 80 x 120 x 3 1 buah


lunak mm
Nama bagian No. Bahan Ukuran Keteranga
Bagian n
Perubahan Pengganti dari :

Diganti dengan :
Non Digamb
Skala ar
Dilihat
MEMBUAT JALUR LAS POSISI
Diperik
MENDATAR
sa
Disetuj
ui
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

5. Instrumen penilaian :
Nama : ………………………………………….
Group : ………………………………………….
a. Proses
Cek list
No. Aspek yang diamati Kriteria
Benar Salah
1. Penggunaan alat  Kaca penyaring
pelindung diri dengan nomor
4–6
 Pakaian kerja
 Sepatu las
2. Tekanan kerja  O2 = C2H2 = 50
kpa
3. Ukuran tip  Nomor 10

4. Nyala api las  Netral

5. Sudut pembakar  80° - 90° sudut


samping
6. Sudut bahan tambah  30° - 40° sudut
samping

7. Pengisian bahan tambah  Pada kawah las

8. Gerakan pembakaran  Lurus

9. Gerakan bahan tambah  Naik turun

10. Pembersih hasil las  Penjepit dan


sikat baja

b. Hasil/produk
No Aspek yang Skor Standar TL/
Kriteria 4 3 2 1 0
. diminta minimal L

1. Lebar lajur 6 ±0,5
3
3

2. Penyimpanga 0 ±2,5°
3
n kulurusan


3. Bentuk jalur Rata 3
±0,5mm


4. Lubang pada 0 ±10
0 3
permukaan


5. Perubahan 0 +2,5°
3
bentuk

6. Scale pada 
0 +2,5 mm
2
permukaan

Lembar kerja 7

Bidang Keahlian : Teknik Mesin Nomor Pekerjaan :


Program Keahlian : Tingkat :I
Teknik Pembentukan (satu)
Nama Pekerjaan : Waktu Standar : 12
Sambungan “I” Posisi Jam
Mendatar
1. Tujuan :
Setelah mempelajari dan berlatih lembar kerja ini, peserta diklat
diharapkan mampu mengelas sambungan tumpang pelat baja
lunak posisi mendatar dengan memenuhi kriteria :
 Lebar jalur 7 mm.
 Tinggi jalur 1 mm.
 Bentuk jalur cembung/rata.
 Sambungan jalur rata.
 Beda permukaan jalur maksimum 1 mm.
 Kedalaman undercut maksimum 0,5.
 Panjang undercut maksimum 10 %.
 Tinggi penetrasi 0,5 mm.
 Panjang penetrasi minimum 80 %.
 Perubahan bentuk maksimum 5°.
 Scale pada permukaan 0.
2. Alat dan bahan praktik :
a. Alat :
 Satu unit peralatan las oksi-asetilin (lengkap dan
terpasang, kecuali tip/mulut pembakar).
 Satu set alat keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Bahan :
 Pelat baja lunak 40 x 120 x 3 mm x 2
keping.
 Kawat las Ø 3 mm.

3. Keselamatan kerja :
a. Gunakan alat keselamatan dan kesehatan kerja yang
disediakan dengan benar.
b. Aturlah tekanan kerja dan nyala api sesuai dengan kebutukan.
c. Jangan mengarahkan api las pada orang dan/atau benda yang
mudah terbakar.
d. Jauhkan benda-benda yang mudah terbakar dari
tempat/lokasi pengelasan dan sekitarnya.
e. Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya.
f. Gunakan teknik-teknik pengelasan dengan benar.
4. Langkah kerja :
a. Mempersiapkan peralatan las oksi-asetilin, baik alat utama,
alat keselamatan dan kesehatan kerja maupun alat bantu.
b. Mempersiapkan bahan.
c. Membersihkan permukaan bahan dan menghilangkan
sudut/ujung yang tajam.
d. Memilih ukuran tip yang sesuai.
e. Mengatur tekanan kerja sesuai dengan jenis pembakar yang
dipakai dan satuan tekanan yang tertulis dalam manometer.
f. Membuat las catat pada posisi di bawah tangan. Jumlah las
catat yang dibuat 3 (tiga) buah. Sebelum dilas catat aturlah
kedua bahan sehingga jaraknya (gap) antara 2,0 – 2,5 mm
dan matikan nyala api.
g. Memasang benda kerja pada tiang penjepit untuk pengelasan
posisi mendatar. Bagian tepi yang akan dilas pertama
diletakkan di sebelah kanan (bila peserta biasa menggunakan
tangan kanan), tetapi apabila peserta biasa menggunakan
tangan kiri letakkan bagian yang akan dilas pertama di
sebelah kiri. Tinggi benda kerja kurang labih setinggi mata
pengelasan.
h. Menyalakan tip dan mengaturnya sehingga nyala netral.
Arahkan inti nyala pada api yang akan dilas sehingga kedua
bahan mencair, kemudian masukkan bahan pengisi.
i. Tambahkan bahan pengisi apabila di antara kedua bahan yang
disambung sudah membentuk keyhole yang besarnya kurang
lebih 1 ½ kali gap. Selesaikan jalur penyambungan pertama
ini dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Gerakkan pembakar setengah melingkar.
 Gerakkan bahan pengisi naik turun/keluar masuk.
 Sudut pembakar 60° - 70° dan sudut samping 80° - 90°.
 Sudut kawat 30° - 40° dan sudut samping bawah 80° -
90°.
 Penambahan bahan pengisi setelah terbentuk keyhole
yang besarnya 1 ½ kali gap.
 Jarak ujung inti nyala dengan permukaan yang disambung
2 mm – 3 mm.
j. Kira-kira 15 mm sebelum mencapai akhir pengelasan,
kurangi/perkecil sudut pembakar secara berangsur-angsur.
k. Setelah penyambungan pertama selesai, konsultasikan
hasilnya dengan pembimbing/tutor.
l. Ulangi latihan membuat sambungan tumpul kampuh I posisi
mendatar ini sehingga mencapai minimal 90 % dari seluruh
kriteria yang diminta.
m. Bersihkan benda kerja dan serahkan kepada pembimbing.

5. Gambar Kerja
60°- 70°
40

° °
30°- 40 °
80

80 - 90
120

1 Pelat baja 40 x 120 x 3 2 buah


lunak mm
Nama bagian No. Bahan Ukuran Keteranga
Bagian n
Perubahan Pengganti dari :

Diganti dengan :
Non Digamb
Skala ar
Dilihat
SAMBUNGAN “I” POSISI MENDATAR Diperik
sa
Disetuj
ui
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

6. Instrumen penilaian
Nama : …………………………………….
Group : ……………………………………
a. Proses
Cek list
No. Aspek yang diamati Kriteria
Benar Salah
1. Penggunaan alat  Kaca penyaring
pelindung diri dengan nomor
4–6
 Pakaian kerja
 Sepatu las

2. Tekanan kerja  O2 = C2H2 = 50


kpa
3. Ukuran tip  Nomor 10

4. Nyala api las  Netral

5. Jumlah las catat  3 buah

6. Gap/celah  1,5 mm – 2,0


mm

7. Sudut pembakar  60° - 70° sudut


samping
8. Sudut bahan tambah  30° - 40° sudut
samping

9. Pengisian bahan tambah  Pada kawah las

10. Gerakan pembakaran  Lurus

11. Gerakan bahan tambah  Naik turun

12. Proses penembusan  Terdapat


keyhole
13. Pembersih hasil las  Penjepit dan
sikat baja

b. Hasil/produk
Aspek Skore
No 4 3 2 1 0 Standar TL/
yang Kriteria
. minimal L
diminta

1. Lebar lajur 4 ±0,5mm
4


2. Perpaduan 100% 3


3. Sambungan Rata ±0,5
3
jalur


4. Beda 0 ±0,5mm
3
permukaan
jalur


5. Panjang 0 +5%
3
overlap

6. Perubahan 0 +2,5°
3
bentuk 

7. Scale pada 
0 +5mm
3
permukaan 

Lembar Kerja 8

Bidang Keahlian : Teknik Mesin Nomor Pekerjaan :


Program Keahlian : Tingkat :I
Teknik Pembentukan (satu)
Nama Pekerjaan : Waktu Standar :8
Membuat Jalur Las Posisi Jam
Tegak Arah Naik

1. Tujuan :
Setelah mampu membuat jalur las pada pelat baja lunak posisi
tegak arah naik dengan memenuhi kriteria :
 Lebar jalur 7 mm.
 Tinggi jalur 1 mm.
 Bentuk jalur cembung.
 Sambungan jalur rata.
 Beda permukaan jalur maksimum 1 mm.
 Penyimpangan kelurusan jalur maksimum 5
%.
 Perubahan bentuk maksimum 5 %.
 Scale pada permukaan 0.
2. Alat dan bahan praktik :
a. Alat :
 Satu unit peralatan las oksi-asetilin
(lengkap dan terpasang, kecuali tip/mulut pembakar).
 Satu set alat keselamatan dan kesehatan
kerja.
 Satu set alat bantu pengelasan.
b. Bahan :
 Pelat baja lunak ukuran 120 x 80 x 2 mm
jumlah 1 buah.
 Kawat las, jenis baja lunak diameter 2,0
mm.
3. Keselamatan kerja :
a. Gunakan alat keselamatan dan kesehatan kerja yang
disediakan dengan benar.
b. Aturlah tekanan kerja dan nyala api sesuai dengan
kebutuhan.
c. Jangan mengarahkan api las pada orang dan/atau benda
yang mudah terbakar.
d. Jauhkan benda-benda yang mudah terbakar dari
tempat/lokasi pengelasan dan sekitarnya.
e. Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya.
f. Gunakan teknik-teknik pengelasan dengan benar.
4. Langkah kerja :
a. Memasang benda kerja pada tiang penjepit untuk pengelasan
posisi tegak arah naik. Tinggi benda kerja kurang lebih sejajar
dengan muka pengelas.
b. Menyalakan tip dan mengaturnya sehingga nyala netral.
c. Arahkan inti nyala pada bagian tengah bawah, jarak antara ujung
inti nyala dengan permukaan benda kerja 2 – 3 mm. Sudut
pembakar 0 -10° terhadap garis horizontal dan sudut samping
pembakar 90°.
d. Panaskan terus pusat sasaran intinya sehingga mencair atau terjadi
kawah las. Apabila lebar kawah las sudah mencapai 2 ½ kali tebal
bahan, masukkan bahan pengisi (kawat las). Sudut bahan pengisi
30° - 40° terhadap permukaan. Gerakkan pembakar dan bahan
pengisi ke arah atas.
Dalam proses pembuatan jalur pertahankan kondisi sebagai
berikut:
 Gerakkan pembakar lurus.
 Gerakkan bahan pengisi naik dan turun.
 Sudut pembakar 0° - 10°.
 Sudut bahan pengisi 30° - 40°.
 Sudut samping pembakar dan bahan pengisi 90°.
 Jarak ujung inti nyala dengan permukaan benda kerja 2 – 3
mm.
 Lebar kawah las 2 ½ t.
 Jalur tetap sejajar dengan tepi.
e. Kira-kira 15 mm sebelum mencapai tepi atas, turunkan secara
berangsur-angsur sudut pembakar. Ini dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya pelebaran jalur pada tepi atas.
f. Setelah jalur pertama selesai, konsultasikan/diskusikan hasilnya
dengan tutor/pembimbing.
g. Ulangi latihan membuat jalur las di samping kanan dan kiri jalur
pertama sehingga mencapai minimal 90 % dari seluruh kriteria
yang diminta.
h. Bersihkan benda kerja dan serahkan kepada pembimbing/tutor
anda.

5. Gambar Kerja
30°- 40 °
200

10°

15
15

20
15
15

1 Pelat baja 80 x 120 x 2 1 buah


lunak mm
Nama bagian No. Bahan Ukuran Keteranga
Bagian n
Perubahan Pengganti dari :

Diganti dengan :
Non Digamb
Skala ar
Dilihat
MEMBUAT JALUR LAS POSISI TEGAK
Diperik
ARAH NAIK
sa
Disetuj
ui
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

6. Instrumen penilaian
Nama : ……………………………………………
Group : ……………………………………………

a. Proses
Cek list
No. Aspek yang diamati Kriteria
Benar Salah
1. Penggunaan alat  Kaca penyaring
pelindung diri dengan nomor
4–6
 Pakaian kerja
 Sepatu las
2. Tekanan kerja  O2 = C2H2 = 50
kpa
3. Ukuran tip  Nomor 10

4. Nyala api las  Netral

5. Sudut pembakar  60° - 70°

6. Sudut bahan tambah  30° - 40°

7. Pengisian bahan tambah  Pada kawah las

8. Gerakan pembakaran  Lurus

9. Gerakan bahan tambah  Naik turun

10. Pembersih hasil las  Penjepit dan


sikat baja

b. Hasil/produk
No Aspek yang Skor Standar TL/
Kriteria 4 3 2 1 0
. diminta minimal L

1. Lebar lajur 7 mm ±0,5
3

2. Tinggi jalur 1 ±0,5mm
4


3. Bentuk jalur Cembung 2


4. Sambungan Rata±0,5mm 3
jalur


5. Beda 0±0,5mm 3
permukaan
jalur


6. Penyimpanga 0+2,5° 3
n kelurusan
jalur


7. Perubahan 0±2,5° 3
bentuk

8. Scale pada 
0 +5mm
32
permukaan

Lembar Kerja 9

Bidang Keahlian : Teknik Mesin Nomor Pekerjaan :


Program Keahlian : Tingkat :I
Teknik Pembentukan (satu)
Nama Pekerjaan : Waktu Standar : 16
Membuat Sambunga “ I “ Jam
Posisi Tegak Arah
Naik
1. Tujuan :
Setelah mempelajari dan berlatih lembar kerja ini, peserta diklat
diharapkan mampu mengelas sambungan tumpul kampuh I pelat
baja lunak posisi tegak arah naik dengan memenuhi kiteria :
 Lebar jalur 7 mm.
 Tinggi jalur 1 mm.
 Bentuk jalur cembung.
 Sambungan jalur rata.
 Beda permukaan jalur maksimum 1 mm.
 Kedalaman undercut maksimum 0,5 mm.
 Panjang undurcut maksimum 10 %.
 Tinggi penetrasi 0,5 mm.
 Panjang penetrasi minimum 90 %.
 Perubahan bentuk maksimum 5 %.
 Kebersihan scale pada permukaan 0.
 Tidak overlap.
2. Alat dan bahan praktik :
a. Alat :
 Satu unit peralatan las oksi-asetilin (lengkap dan
terpasang, kecuali tip/mulut pembakar).
 Satu set alat keselamatan dan kesehatan kerja.
 Satu set alat bantu pengelasan.
b. Bahan :
 Pelat baja lunak ukuran 200 x 30 x 2 mm
jumlah 2 buah.
 Kawat las, jenis baja lunak diameter 2,0
mm.
3. Keselamatan kerja :
a. Gunakan alat keselamatan dan kesehatan kerja yang
disediakan dengan benar.
b. Aturlah tekanan kerja dan nyala api sesuai dengan kebutuhan.
c. Jangan mengarahkan api las pada orang dan/atau benda yang
mudah terbakar.
d. Jauhkan benda-benda yang mudah terbakar dari
tempat/lokasi pengelasan dan sekitarnya.
4. Langkah Kerja
a. Gunakan pelat baja lunak ukuran 150 x 30 x 2, jumlah
secukupnya. Bahan pengisi yaitu baja lunak diameter 2,0 mm.
b. Membersihkan permukaan bahan yang akan dilas dan sudut/
ujung yang tajam supaya dihaluskan.
c. Memilih ukuran tip yang sesuai dan memasangnya pada
pembakar.
d. Mengatur tekanan kerja sesuai dengan jenis pembakar yang
dipakai dan satuan tekanan yang terdapat di dalam
manometer.
e. Menyalakan tip dengan menggunakan peralatan dan prosedur
yang benar, kemudian mengaturnya sehingga diperoleh nyala
netral.
f. Membuat las catat pada posisi di bawah tangan. Las catat
dibuat pada 3 tempat. Gap (jarak antara kedua bahan) kurang
lebih 2,0 mm.
g. Memasang benda kerja pada tiang penjepit untuk pengelasan
posisi tegak arah naik. Tinggi benda kerja kurang lebih sama
dengan tinggi mata pengelas.
h. Arahkan inti nyala pada bagian bawah sampai kedua tepi
bahan mencair, kemudian masukkan bahan pengisi. Jarak
antara ujung inti nyala dan permukaan bahan antara 2 mm
dan 3 mm. Sudut pembakar 0 ° - 10°, sudut samping
pembakar dan bahan pengisi 90°.
i. Tambahkan bahan pengisi apabila sudah terbentuk keyhole
(lubang kunci) yang besarnya kurang lebih 1,5 x gap.
Selesaikan penyambungan jalur pertama dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Gerakkan pembakar setengah melingkar.
 Gerakkan bahan pengisi naik-turun dalam kawah las.
 Sudut pembakar 0° - 10° terhadap garis horizontal dan
sudut samping pembakar 90°.
 Sudut bahan pengisi 30° - 40° terhadap benda kerja dan
sudut sampingnya 90°.
 Tambahkan bahan pengisi setelah terbentuk keyhole.
 Jarak inti nyala terhadap permukaan bahan 2 mm – 3 mm.
j. Kira-kira 15 mm sebelum mencapai tepi atas, secara
berangsur-angsur sudut pembakar diperkecil.

5. Gambar Kerja
30°- 40°
120

10°

20

2 Pelat baja 50 x 120 x 3 1 buah


linak mm
1 Pelat baja 30 x 120 x 3 1 buah
lunak mm
Nama bagian No. Bahan Ukuran Keteranga
Bagian n
Perubahan Pengganti dari :

Diganti dengan :
Non Digamb
Skala ar
Dilihat
MEMBUAT SAMBUNGAN “I” POSISI
Diperik
TEGAK ARAH NAIK
sa
Disetuj
ui
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

6. Instrumen penilaian
Nama : ………………………………………..
Group : ………………………………………..
a. Proses
Cek list
No. Aspek yang diamati Kriteria
Benar Salah
1. Penggunaan alat  Kaca penyaring
pelindung diri dengan nomor
4–6
 Pakaian kerja
 Sepatu las
2. Tekanan kerja  O2 = C2H2 = 50
kpa
3. Ukuran tip  Nomor 10

4. Nyala api las  Netral

5. Jumlah las catat  3 buah

6. Gap/celah  1,5 mm – 2,0


mm
7. Sudut pembakar  80° - 90° sudut
samping
8. Sudut bahan tambah  30° - 40° sudut
samping
9. Pengisian bahan tambah  Pada kawah las

10 Gerakan pembakaran  Lurus

11. Gerakan bahan tambah  Naik turun

12. Pembersih hasil las  Penjepit dan


sikat baja

b. Hasil/produk
No Aspek yang Skor Standar TL/
Kriteria 4 3 2 1 0
. diminta minimal L

1. Lebar lajur 3±1,-0mm 3


2. Tinggi jalur 2 +1,-0mm
3


3. Bentuk jalur Rata+1,- 3
0mm


4. Sambungan Rata+0,5mm 3
jalur 


5. Beda 0±0,5mm 3
permukaan
jalur


6. Perubahan 0+2,5° 3
sudut

7. Scale pada 
0+10mm2° 2
permukaan


8. Porositas Luas0+5m² 2

Jumlah0+1
buah

Lembar Kerja 10

Bidang Keahlian : Teknik Mesin Nomor Pekerjaan :


Program Keahlian : Tingkat :I
Teknik Pembentukan (satu)
Nama Pekerjaan : Membuat Rigilas Waktu Standar :8
Posisi Atas Kepala Jam
1. Tujuan :
Setelah mempelajari dan berlatih lembar kerja ini, peserta diklat
diharapkan mampu mengelas baja lunak untuk membuat rigi las
posisi atas kepala memenuhi kiteria :
 Kaki lasan yang relatif sama.
 Tinggi jalur 1 mm.
 Bentuk jalur cembung.
 Sambungan jalur rata.
 Beda permukaan jalur maksimum 1 mm.
 Kedalaman undercut maksimum 0,5 mm.
 Panjang undurcut maksimum 10 %.
 Tinggi penetrasi 0,5 mm.
 Panjang penetrasi minimum 90 %.
 Perubahan bentuk maksimum 5 %.
 Kebersihan scale pada permukaan 0.
 Tidak overlap.
2. Alat dan bahan praktik :
a. Alat :
 Satu unit peralatan las oksi-asetilin (lengkap dan
terpasang, kecuali tip/mulut pembakar).
 Satu set alat keselamatan dan kesehatan kerja.
 Satu set alat bantu pengelasan.
b. Bahan :
 Pelat baja lunak ukuran 80 x 120 x 2 mm x 1
buah.
 Kawat las baja lunak diameter 2,0 mm.

3. Keselamatan kerja :
a. Gunakan alat keselamatan dan kesehatan kerja yang
disediakan dengan benar.
b. Aturlah tekanan kerja dan nyala api sesuai dengan kebutuhan.
c. Jangan mengarahkan api las pada orang dan/atau benda yang
mudah terbakar.
d. Jauhkan benda-benda yang mudah terbakar dari
tempat/lokasi pengelasan dan sekitarnya.
4. Langkah Kerja :
a. Gunakan bahan dengan jumlah secukupnya. Bahan pengisi
baja lunak diameter 2,0 mm.
b. Membersihkan permukaan bahan yang akan dilas dan
sudut/ujung yang tajam supaya dihaluskan.
c. Memilih ukuran tip yang sesuai dan memasangnya pada
pembakar.
d. Mengatur tekanan kerja sesuai dengan jenis pembakar yang
dipakai dan satuan tekanan yang terdapat di dalam
manometer.
e. Menyalakan tip dengan menggunakan peralatan dan prosedur
yang benar kemudian mengaturnya sehingga diperoleh nyala
netral.
f. Memasang benda kerja pada tiang penjepit untuk pengelasan
posisi tegak arah naik, tinggi benda kerja kurang lebih sama
dengan tinggi mata pengelas.
g. Arahkan inti nyala pada bagian bawah sampai kedua tepi
bahan mencair, kemudian masukkan bahan pengisi. Jarak
antara ujung inti nyala dan permukaan bahan antara 2 mm
dan 3 mm. Sudut pembakar 0 ° - 10°, sudut samping
pembakar dan bahan pengisi 90°.

5. Gambar Kerja
° °

30° -40°
60° -70°

1 Pelat baja 80 x 120 x 2 1 buah


lunak mm
Nama bagian No. Bahan Ukuran Keteranga
Bagian n
Perubahan Pengganti dari :

Diganti dengan :
Non Digamb
Skala ar
Dilihat
MEMBUAT RIGI LAS POSISI ATAS
Diperik
KEPALA
sa
Disetuj
ui
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
6. Instrumen penilaian
Nama : ………………………………………..
Group : ………………………………………..

a. Proses
Cek list
No. Aspek yang diamati Kriteria
Benar Salah
1. Penggunaan alat  Kaca penyaring
pelindung diri dengan nomor
4–6
 Pakaian kerja
 Sepatu las
2. Tekanan kerja  O2 = C2H2 = 50
kpa
3. Ukuran tip  Nomor 10

4. Nyala api las  Netral

5. Sudut pembakar  60° - 70° sudut


samping
6. Sudut bahan tambah  90° terhadap
pembakara
7. Pengisian bahan tambah  Pada kawah las

8. Gerakan pembakaran  Lurus

9. Gerakan bahan tambah  Naik turun

10. Pembersih hasil las  Penjepit dan


sikat baja

b. Hasil/produk
No Aspek yang Skor Standar TL/
Kriteria 4 3 2 1 0
. diminta minimal L

1.. Lebar lajur 10±1,-0 mm 3


2. Tinggi jalur 1+1,-0mm


3. Bentuk jalur Rata+1,-
0mm


4. Sambungan Rata+0,5mm
jalur


5. Beda 0±0,5mm
permukaan
jalur


6. Perubahan 0+2,5°
sudut

7. Scale pada 
0+10mm2°
permukaan


8. Porositas Luas0+5m²

Jumlah
0+1buah

Lembar Kerja 11

Bidang Keahlian : Teknik Mesin Nomor Pekerjaan :


Program Keahlian : Tingkat :I
Teknik Pembentukan (satu)
Nama Pekerjaan : Waktu Standar :
Mengelas Pipa Posisi Tegak 12 Jam
1. Tujuan :
Setelah mempelajari dan berlatih lembar kerja ini, peserta diklat
diharapkan mampu mengelas pipa posisi tagak memenuhi
kiteria:
 Lebar jalur las maksimum 10 mm
 Tinggi jalur 1 mm.
 Bentuk jalur cembung.
 Sambungan jalur rata.
 Beda permukaan jalur maksimum 1 mm.
 Kedalaman undercut maksimum 0,5 mm.
 Panjang undercut maksimum 10 %.
 Tinggi penetrasi 0,5 mm.
 Panjang penetrasi minimum 90 %.
 Perubahan bentuk maksimum 5°.
 Kebersihan scale pada permukaan 0.
 Tidak overlap.
2. Alat dan bahan praktik :
a. Alat :
 Satu unit peralatan las oksi-asetilin (lengkap dan terpasang,
kecuali tip/mulut pembakar).
 Satu set alat keselamatan dan kesehatan kerja.
 Satu set alat bantu pengelasan.
b. Bahan :
 Pipa baja lunak ukuran Ø 3” x 40 x 1,2 mm x 3
buah.
 Kawat las baja lunak diameter 2,0 mm.

3. Keselamatan kerja :
a. Gunakan alat keselamatan dan kesehatan kerja yang
disediakan dengan benar.
b. Aturlah tekanan kerja dan nyala api sesuai dengan kebutuhan.
c. Jangan mengarahkan api las pada orang dan/atau benda yang
mudah terbakar.
d. Jauhkan benda-benda yang mudah terbakar dari
tempat/lokasi pengelasan dan sekitarnya.
4. Langkah Kerja :
a. Membersihkan permukaan bahan yang akan dilas dan
sudut/ujung yang tajam supaya dihaluskan.
b. Memilih ukuran tip yang sesuai dan memasangnya pada
pembakar.
c. Mengatur tekanan kerja sesuai dengan jenis pembakar yang
dipakai dan satuan tekanan yang terdapat di dalam
manometer.
e. Menyalakan tip dengan menggunakan peralatan dan prosedur
yang benar, kemudian mengaturnya sehingga diperoleh nyala
netral.
f. Membuat las catat pada posisi di bawah tangan. Las catat
dibuat minimum pada 4 tempat. Gap (jarak antara kedua
bahan) kurang lebih 2,0 mm.
g. Memasang benda kerja pada tiang penjepit untuk pengelasan
posisi atas kepala tinggi benda kerja lebih kurang di atas
kepala pengelas.
h. Arahkan inti nyala pada bagian bawah sampai kedua tepi
bahan mencair, kemudian masukkan bahan pengisi. Jarak
antara ujung inti nyala dan permukaan bahan antara 2 mm
dan 3 mm. Sudut pembakar 0 ° - 10°, sudut samping
pembakar dan bahan pengisi 90°.
i. Tambahkan bahan pengisi apabila sudah terbentuk keyhole
(lubang kunci) yang besarnya kurang lebih 1,5 x gap.
Selesaikan penyambungan jalur pertama dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Gerakkan pembakar setengah melingkar.
 Gerakkan bahan pengisi naik-turun dalam kawah las.
 Sudut pembakar 0° - 10° terhadap garis horizontal dan
sudut samping pembakar 90°.
 Tambahkan bahan pengisi setelah terbentuk keyhole.

5. Gambar Kerja
1 Pipa baja Ø 3x40 x1.2 3 buah
lunak mm
Nama bagian No. Bahan Ukuran Keteranga
Bagian n
Perubahan Pengganti dari :

Diganti dengan :
Non Digamb
Skala ar
Dilihat
MENGELAS PIPA POSISI TEGAK Diperik
sa
Disetuj
ui
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
6. Instrumen penilaian
Nama : ………………………………………..
Group : ………………………………………..

a. Proses
Cek list
No. Aspek yang diamati Kriteria
Benar Salah
1. Penggunaan alat  Kaca penyaring
pelindung diri dengan nomor 4
–6
 Pakaian kerja
 Sepatu las
2. Tekanan kerja  O2 = C2H2 = 50
kpa
3. Ukuran tip  Nomor 10
4. Nyala api las  Netral
5. Sudut pembakar  0° - 10° sudut
samping
6. Sudut bahan tambah  90° terhadap
pembakar
7. Pengisian bahan  Pada kawah las
tambah
8. Gerakan pembakaran  Lurus
9. Gerakan bahan tambah  Naik turun
10. Pembersih hasil las  Penjepit dan sikat
baja

b. Hasil/produk
Aspek yang Skor Standar TL/
No. Kriteria 4 3 2 1 0
diminta minimal L

1. Lebar lajur 6 ±1,-0mm
3

2. Tinggi jalur 1 +1,-0mm 3

3. Bentuk jalur Rata+1,-0mm 3

4. Sambungan Rata+0,5mm 3
jalur
Beda

5. permukaan 0±0,5mm 3
jalur
6. Perubahan

bentuk 0+2,5° 3

7. Scale pada 3

permukaan 0+10mm2°
8. Porositas

Luas0+5m² 2


Jumlah0+1buah 2

Lembar Kerja 12

Bidang Keahlian : Teknik Mesin Nomor Pekerjaan :


Program Keahlian : Tingkat :I
Teknik Pembentukan (satu)
Nama Pekerjaan : Waktu Standar : 12
Mengelas Pipa Posisi Datar Jam

1. Tujuan :
Setelah mempelajari dan berlatih lembar kerja ini, peserta diklat
diharapkan mampu mengelas pipa posisi datar dengan
memenuhi kriteria :
 Lebar jalur las maksimum 10 mm.
 Tinggi jalur 1 mm.
 Bentuk jalur cembung.
 Sambungan jalur rata.
 Beda permukaan jalur maksimum 1 mm.
 Kedalaman undercut maksimum 0,5 mm.
 Panjang undurcut maksimum 10 %.
 Tinggi penetrasi 0,5 mm.
 Panjang penetrasi minimum 90 %.
 Perubahan bentuk maksimum 5 %.
 Kebersihan scale pada permukaan 0.
 Tidak overlap.
2. Alat dan bahan praktik :
a. Alat :
 Satu unit peralatan las oksi-asetilin (lengkap dan
terpasang, kecuali tip/mulut pembakar).
 Satu set alat keselamatan dan kesehatan kerja.
 Satu set alat bantu pengelasan.
b. Bahan :
 Pipa baja lunak ukuran Ø 3” x 40 x 1,2 mm x 4
buah.
 Kawat las baja lunak diameter 2,0 mm.

3. Keselamatan Kerja :
a. Gunakan alat keselamatan dan kesehatan kerja yang
disediakan dengan benar.
b. Aturlah tekanan kerja dan nyala api sesuai dengan kebutuhan.
c. Jangan mengarahkan api las pada orang dan/atau benda yang
mudah terbakar.
d. Jauhkan benda-benda yang mudah terbakar dari
tempat/lokasi pengelasan dan sekitarnya.
4. Langkah Kerja :
a. Membersihkan permukaan bahan yang akan dilas dan
sudut/ujung yang tajam supaya dihaluskan.
b. Memilih ukuran tip yang sesuai dan memasangnya pada
pembakar.
c. Mengatur tekanan kerja sesuai dengan jenis pembakar yang
dipakai dan satuan tekanan yang terdapat di dalam
manometer.
d. Menyalakan tip dengan menggunakan peralatan dan prosedur
yang benar, kemudian mengaturnya sehingga diperoleh nyala
netral.
e. Membuat las catat pada posisi di bawah tangan. Las catat
dibuat minimum pada 4 tempat. Gap (jarak antara kedua
bahan) kurang lebih 2,0 mm.
f. Memasang benda kerja pada tiang penjepit untuk pengelasan
posisi atas kepala tinggi benda kerja lebih kurang d iatas
kepala pengelas.
g. Arahkan inti nyala pada bagian bawah sampai kedua tepi
bahan mencair, kemudian masukkan bahan pengisi. Jarak
antara ujung inti nyala dan permukaan bahan antara 2 mm
dan 3 mm. Sudut pembakar 60 ° - 70°, sudut samping
pembakar dan bahan pengisi 90°.
h. Tambahkan bahan pengisi apabila sudah terbentuk key hole
(lubang kunci) yang besarnya kurang lebih 1,5 x gap.
Selesaikan penyambungan jalur pertama dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Gerakkan pembakar setengah melingkar.
2. Gerakkan bahan pengisi naik-turun dalam kawah las.
3. Sudut pembakar 60° - 70° terhadap garis horizontal dan
sudut samping pembakar 90°.
4. Tambahkan bahan pengisi setelah terbentuk key hole.

5. Gambar Kerja
1 Pipa baja Ø 3x40 x 1,2 4 buah
lunak mm
Nama bagian No. Bahan Ukuran Keteranga
Bagian n
Perubahan Pengganti dari :

Diganti dengan :
Non Digamb
Skala ar
Dilihat
MENGELAS PIPA POSISI MENDATAR Diperik
sa
Disetuj
ui
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

6. Instrumen penilaian
Nama : ………………………………………..
Group : ………………………………………..

a. Proses
Cek list
No. Aspek yang diamati Kriteria
Benar Salah
1. Penggunaan alat  Kaca penyaring
pelindung diri dengan nomor 4
–6
 Pakaian kerja
 Sepatu las
2. Tekanan kerja  O2 = C2H2 = 50
kpa

3. Ukuran tip  Nomor 10


4. Nyala api las  Netral
5. Sudut pembakar  60° - 70° sudut
samping
6. Sudut bahan tambah  90° terhadap
pembakar
7. Pengisian bahan  Pada kawah las
tambah
8. Gerakan pembakaran  Lurus
9. Gerakan bahan tambah  Naik turun
10. Pembersih hasil las  Penjepit dan sikat
baja

b. Hasil/produk
Aspek yang Skor Standar TL/
No. Kriteria 4 3 2 1 0
diminta minimal L

1. Lebar lajur 6 ±1,-0mm
3

2. Tinggi jalur 1 +1,-0mm
3

3. Bentuk jalur Rata+1,-0mm 3

4. Sambungan Rata+0,5mm 3
jalur


5. Beda 0±0,5mm 3
permukaan
jalur

6. Perubahan 0+2,5° 3
bentuk

7. Scale pada 
0+10mm2° 3
permukaan

8. Porositas Luas0+5m² 2


Jumlah0+1buah 2

Lembar Kerja 13

Bidang Keahlian : Teknik Mesin Nomor Pekerjaan :


Program Keahlian : Tingkat :I
Teknik Pembentukan (satu)
Nama Pekerjaan : Waktu Standar : 10
Membuat Sambungan Jam
Tumpang (Patri
Keras)
1. Tujuan :
Setelah mempelajari dan berlatih topik ini, peserta diklat
diharapkan mampu:
 Mengatur tekanan kerja.
 Memasang tip pada brender.
 Mengatur nyala api yang sesuai.
 Membuat sambungan tumpang dengan las patri
dengan ketentuan :
1) Sambungan rapat 90%.
2) Perpaduan minimum 90%.
3) Perpaduan rata.
4) Perubahan bentuk 5 %.
5) Bebas kotoran las.
 Memeriksa hasil pengelasan.
2. Alat dan bahan praktik :
a. Alat :
 Seperangkat peralatan las oksi-asetilin.
 Alat bantu pengelasan.
 Seperangkat alat keselamatan kerja.
 Lembaran kerja/gambar kerja.
b. Bahan :
 Plat baja lunak ukuran 30 x 120 x 3 (2 buah) dan 60 x 120 x
3.
 Kawat las kuningan Ø 2 mm.
 Fluksi kuningan.
3. Keselamatan kerja :
a. Pergunakan alat keselamatan kerja dengan tepat.
b. Hindarkan benda-benda yang mudah terbakar.
c. Periksa kebocoran-kebocoran gas pada selang.
d. Tanyakan pada pembimbing bila ada hal yang meragukan.
4. Langkah kerja :
a. Persiapkan benda kerja sesuai dengan gambar dan ukuran pada
lembar pekerjaan.
b. Susunlah benda kerja dan jepit dengan klem.
c. Ikat benda kerja dengan las catat pada setiap sambungan-
sambungan.
d. Mulailah pengelasan pada tiap sambungan yang telah dicatat.
e. Setiap selesai pengelasan satu jalur sambungan berikutnya
sampai selesai.
f. Lakukanlah pengelasan sebagai berikut :
1. Gerakkan pembakar melingkar pada bagian sambungan
yang dibuat.
2. Gerakkan bahan pengisi naik-turun dalam kawah las.
3. Sudut pembakar 60° - 70° terhadap garis horizontal dan
sudut samping pembakar 90°.
g. Bersihkan benda kerja yang telah selesai dilas.

5. Gambar kerja
30 °- 50 °

45 °

30 °- 40 °

30
60

12 0

2 Pelat baja 60 x 120 x 3 1 buah


linak mm
1 Pelat baja 30 x 120 x 3 2 buah
lunak mm
Nama bagian No. Bahan Ukuran Keteranga
Bagian n
Perubahan Pengganti dari :

Diganti dengan :
Non Digamb
Skala ar
Dilihat
MEMBUAT SAMBUNGAN TUMPANG
Diperik
(PATRI KERAS)
sa
Disetuj
ui
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

6. Instrumen penilaian :
Nama : ……………………………………………
Group : …………………………………………..

a. Proses
Cek list
No. Aspek yang dimiliki Kriteria
Benar Salah
1. Pemakaian alat  Apron,
pelindung. kacamata las
dan topi las.
2. Alat bantu yang  Tip pembersih,
dipersiapkan. penjepit dan
sikat baja.

3. Jenis nyala las  Netral sedikit


oksidasi
4. Tekanan kerja.  50 – 70 kpa.
5. Arah pengelasan.  Maju.
6. Sudut bahan tambah dan  30° - 40° dan
sudut pengelasan. 60° – 70°.
7. Menutup tekanan kerja.  Tekanan
manometer = 0
dan semua
katup ditutup.

b. Hasil/produk :
Aspek Skor
4 3 2 1 0 Standar TL/
No. yang Kriteria
minimal L
diminta

1. Perpaduan Min 90 %. 2

2. Perpaduan Min 90 % 2
rata

3. Sambungan Min 90 % 2
rapat

4. Distorsi 5% 2
yang terjadi

5. Rigi-rigi Rapih 2


6. Kebersihan Bebas 3
terak

Lembar Kerja 14

Bidang Keahlian : Teknik Mesin Nomor Pekerjaan :


Program Keahlian : Tingkat :I
Teknik Pembentukan (satu)
Nama Pekerjaan : Waktu Standar : 10
Membuat Sambungan Jam
Bahan Alumunim
1. Tujuan :
 Setelah mempelajari dan berlatih topik ini, peserta diklat
diharapkan mampu:
 Menggunakan peralatan dan perlengkapan keselamatan
kerja.
 Mengatur tekanan kerja pengelasan.
 Memasang tip pada brender.
 Mengatur nyala api yang sesuai.
 Membuat sambungan I bahan alumunium dengan kriteria
:
1) Lebar jalur las maksimum 10 mm.
2) Tinggi jalur las 1 mm.
3) Beda permukaan las maksimum 1 mm.
4) Distorsi yang terjadi 5 %.
5) Hasil lasan rapih.
 Memeriksa hasil pengelasan
2. Alat dan bahan praktik :
a. Alat :
 Seperangkat peralatan las oksi-asitilin.
 Alat bantu pengelasan.
 Seperangkat alat keselamatan kerja.
 Lembar kerja/gambar kerja.
b. Bahan :
 Pelat alumunium ukuran 40 x 120 x 3
mm (2 buah).
 Kawat las alumunium Ø 2 mm.
 Fluksi alumunium.

3. Keselamatan kerja :
a. Pergunakan alat-alat keselamatan kerja.
b. Pergunakan tip sesuai dengan tebal bahan.
c. Periksa kebocoran-kebocoran gas.

4. Langkah kerja :
a. Siapkan benda kerja sesuai dengan bentuk pada gambar kerja.
b. Siapkan perlengkapan las dan alat keselamatan kerja.
c. Nyalakan pembakar dengan nyala karburasi dan mulailah
dengan las catat lebih dahulu dengan memberikan gap pada
sambungan ± 3 mm.
d. Lakukan pemanasan awal pada bagian sambungan dengan cara
menggerakan pembakar memutar.
e. Mulailah pengelasan hingga kedua benda mencair dan
membentuk lubang kunci, baru bahan tambah dimasukan
dengan sudut pembakar 45° - 80° dan sudut kawat las 45° dan
jarak inti nyala las 2 – 3 mm terhadap permukaan bahan.
f. Jangan memasukkan bahan yang telah dilas kedalam air untuk
mendinginkan bahan.
g. Bersihkan dan kumpulkan hasil pengelasan dan serahkan
kepada pembimbing.

5. Gambar kerja
45 °- 80 °

45°
80

120

1 Pelat 40 x 120 x 3 2 buah


alumunium mm
Nama bagian No. Bahan Ukuran Keteranga
Bagian n
Perubahan Pengganti dari :

Diganti dengan :
Non Digamb
Skala ar
Dilihat
MEMBUAT SAMBUNGAN “I”
Diperik
ALUMUNIUM
sa
Disetuj
ui
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

6. Instrumen penilaian :
Nama : …………………………………………………..
Group : ……………………………………………………

a. Proses
Cek list
No. Aspek yang dimiliki Kriteria
Benar Salah
1. Pemakaian alat pelindung  Apron, kacamata
las dan topi las
2. Alat bantu yang  Tip pembersih,
dipersiapkan penjepit dan sikat
baja
3. Diameter kawat las  Ø 2 mm
4. Arah pengelasan  Maju

5. Pemanasan awal  Seluruh


sambungan
dengan gerakan
melingkar
6.. Nyala las  Karburasi
7. Sudut pengelasan dan  45° – 80° dan 45°
sudut
8. Bahan tambah dan fluksi  Alumunium dan
fluksi dicairkan
dengan air
9. Menutup tekanan kerja  Tekanan
manometer 0 dan
semua katup
ditutup

b. Hasil/produk
No Aspek yang Skor Standar TL/
Kriteria 4 3 2 1 0
. diminta minimal L

1. Lebar jalur 6 mm, 2
luar. toleransi
± 1
mm.

2. Tinggi jalur. 1 mm, 3
toleransi
± 0,5
mm.

3. Beda Mak 1 2
permukaan mm.
jalur.

4. Perpaduan. Min 2
80%.

5. Distorsi 5% 3

6. Kebersihan. Bebas 3
terak.

Lembar Kerja 15

Bidang Keahlian : Teknik Mesin Nomor Pekerjaan :


Program Keahlian : Tingkat :I
Teknik Pembentukan (satu)
Nama Pekerjaan : Memotong dengan Waktu Standar :8
panas dan pemanasan Jam

1. Tujuan :
Setelah mempelajari dan berlatih topik ini, peserta diklat
diharapkan mampu:
 Menggunakan peralatan dan perlengkapan keselamatan kerja.
 Mengatur tekanan kerja pengelasan sesuai dengan jenis
pembakaran yang digunakan.
 Memasang tip pada pembakar las.
 Mengatur nyala api las netral untuk pemotongan plat baja
lunak.
 Memotong plat baja lunak dengan panas dan pemanasan.
 Memeriksa hasil pengelasan.
2. Alat dan bahan praktik :
a. Alat :
 Seperangkat peralatan las oksi-asitilin.
 Alat bantu pengelasan.
 Lembar kerja/gambar kerja.
b. Bahan :
 Pelat baja lunak ukuran 80 x 120 x 2
mm
3. Keselamatan kerja :
a. Pergunakan alat-alat keselamatan kerja.
b. Pergunakan tip sesuai dengan tebal bahan.
c. Periksa kebocoran-kebocoran gas sebelum memulai penyalaan.
d. Perhatikan kedudukan dan posisi pembakar terhadap benda
kerja.
e. Tanyakan hal-hal yang meragukan kepada pembimbing.

4. Langkah kerja :
f. Siapkan benda kerja kemudian bersihkan dari kotoran.
g. Lukis/garis dengan penggores pada bagian-bagian yang akan
dipotong.
h. Siapkan perlengkapan las dan alat keselamatan kerja.
i. Pasanglah ukuran mulut potong yang sesuai dengan tebal
bahan yang akan dipotong.
j. Bukalah katup silinder dan aturlah tekanan kerjanya sesuai
dengan daftar data pemotongan.
k. Bukalah katup asetilin pembakar dan nyalakan dengan korek
api las.
l. Bukalah katup zat asam perlahan-lahan dan atur apinya hingga
netral.
m. Bila nyala netral telah didapatkan, maka lakukan proses
pemotongan.
n. Pemotongan harus selalu dimulai dari pinggir, jarak inti nyala ke
permukaan harus tetap, lebih baik menggunakan roda
penyangga.
o. Panaskan pinggiran benda kerja dengan nyala api pemanas
pendahuluan hingga berwarna merah terang.
p. Tekanlah tuas katup zat asam potong sambil pembakar
digerakkan mundur sepanjang garis pemotongan. Kecepatan
memotong diusahakan harus tetap.
q. Bila memotong plat tipis, pembakar harus agak dimiringkan ke
depan dan pemotongan dilakukan dari samping.
r. Setelah selesai pemotongan lepaskan tuas katup zat asam
potong.
s. Tutuplah katup asetilin pembakar kemudian katup zat asam.
t. Bersihkan benda kerja yang sesuai dan serahkan kepada
pembimbing praktek.

5. Gambar kerja
1 Pelat 40 x 120 x 3 2 buah
alumunium mm
Nama bagian No. Bahan Ukuran Keteranga
Bagian n
Perubahan Pengganti dari :

Diganti dengan :
Non Digamb
Skala ar
Dilihat
MEMOTONG DENGAN OKSI-ASETILIN Diperik
sa
Disetuj
ui
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

6. Instrumen penilaian :
Nama : …………………………………………………..
Group : ……………………………………………………
a. Proses
Cek list
No. Aspek yang dimiliki Kriteria
Benar Salah
1. Pemakaian alat pelindung  Apron, kacamata
. las, dan topi las.

2. Alat bantu yang  Tip pembersih,


dipersiapkan. penjepit, dan sikat
baja.
3. Arah pemotongan.  Mundur.

4. Ukuran mulut potong  No. 2.


5. Sudut pemotongan  30° – 60°.
6. Jumlah pemotongan  1 buah

7. Akhir pemotongan  Mematikan api las


dan tekanan
manometer = 0

b. Hasil/produk
No Aspek yang Skor Standar TL/
Kriteria 4 3 2 1 0
. diminta minimal L

1. Lebar jalur 5 mm, 3
potong. toleransi
± 1
mm.

2. Penyimpanga mak 50 . 4
n kelurusan
jalur.

3. Kebersihan Tidak 3
ada
terak
dan
percikan
logam

BAB III
EVALUASI

Tes Tulis
Tes tulis ini digunakan untuk menilai peserta diklat selama Pemelajaran dan
dapat digunakan untuk mengidentifikasi kesiapan peserta diklat untuk
melaksanakan penilaian Kinerja. Apabila dalam tes ini peserta diklat belum
memenuhi syarat penguasaan kompetensi yang telah dipelajari, maka dapat
dilakukan penilaian ulang :

Pilih jawaban yang benar pada soal di bawah ini.


1. Bentuk kampuh yang baik digunakan untuk pelat-pelat tipis adalah :
a. Kampuh I
b. Kampuh V
c. Kampuh X
d. Kampuh K
2. Alat yang berfungsi untuk mengukur dan mengatur tekanan isi dan tekanan
kerja pada las oksigen-asetilin adalah ……………
a. Regulator c. Karburator
b. Genertor d. Radiator
3. Urutan-urutan pemasangan alat las oksigen-asetilin adalah ……………..
a. Tabung, selang, regulator, pembakar
b. Tabung, regulator, selang, pembakar
c. Tabung, pembakar, regulator, selang
d. Tabung, selang, pembakar, regulator
4. Ukuran mulut pembakar yang dipakai pada kerja las tergantung pada
…………….
a. Ketebalan bahan yang digunakan
b. Tekanan isi tabung gas
c. Panjang benda kerja yang dilas
d. Bentuk kampuh yang dilas
5. Alat keselamatan kerja yang digunakan untuk melindungi badan dari
percikan api las adalah …………….
a. Kacamata
b. Sarung tangan
c. Apron
d. Sepatu
6. Alat bantu yang digunakan untuk membersihkan kotoran baik sebelum
maupun setelah mengelas adalah …………….
a. Palu las b. Kikir
b. Tang penjepit d. Sikat baja
7. Nyala las yang dibentuk dari tekanan gas
yang sebanding antara gas oksigen dan asetilin adalah ………………
a. Karburasi b. Oksidasi
b. Netral c. Luar
8. Sudut pembakar yang harus dimanipulasi
pada pengelasan posisi bawah tangan arah maju adalah ………………
a. 80° - 90° c. 45° - 60°
b. 60° - 70° d. 20° - 40°
9. Sudut pembakar yang harus dimanipulasi pada pengelasan posisi bawah
tangan arah mundur adalah ………………
a. 20° - 30° c. 60° - 70°
b. 40° - 50° d. 80° - 90°
10. Untuk mengakhiri proses pengelasan maka gas sisa yang terdapat dalam
selang sebaiknya ……………..
a. Dibiarkan dalam selang
b. Dikongkan dari selang
c. Dibuang oksigennya
d. Dibuang asetilinnya

Tes Kinerja
Bidang Keahlian : Teknik Mesin
Program Keahlian : Teknik Mekanik Otomotif
Program Spesialisasi : Melaksanakan Prosedur Pengelasan,
Pematrian, Pemotongan dengan Panas
dan Pemanasan
Tingkat : I (satu)
Waktu Standar : 8 Jam

1. Jenis Tes :
Pengelasan sambungan tumpang pelat baja lunak posisi mendatar dengan
memenuhi kiteria :
 Lebar jalur 7 mm.
 Tinggi jalur 1 mm.
 Bentuk jalur cembung/ rata.
 Sambungan jalur rata.
 Beda permukaan jalur maksimum 1 mm.
 Kedalaman undercut maksimum 0,5.
 Panjang undercut maksimum 10 %.
 Tinggi penetrasi 0,5 mm.
 Panjang penetrasi minimum 80 %.
 Perubahan bentuk maksimum 5°.
 Scale pada permukaan 0.
2. Alat dan bahan praktik :
a. Alat :
 Satu unit peralatan las oksi-asetilin (lengkap dan terpasang, kecuali
tip/mulut pembakar).
 Satu set alat keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Bahan :
 Pelat baja lunak 40 x 120 x 3 mm x 2 keping
 Kawat las Ø 3 mm

3. Keselamatan kerja :
a. Gunakan alat keselamatan dan kesehatan kerja yang disediakan dengan
benar.
b. Aturlah tekanan kerja dan nyala api sesuai dengan kebutuhan.
c. Jangan mengarahkan api las pada orang dan/atau benda yang mudah
terbakar.
d. Jauhkan benda-benda yang mudah terbakar dari tempat/ lokasi
pengelasan dan sekitarnya.
e. Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya.
f. Gunakan teknik-teknik pengelasan dengan benar.

4. Langkah kerja :
a. Mempersiapkan peralatan las oksi-asetilin, baik alat utama, alat
keselamatan dan kesehatan kerja maupun alat bantu.
b. Mempersiapkan bahan.
c. Membersihkan permukaan bahan dan menghilangkan sudut/ujung yang
tajam.
d. Memilih ukuran tip yang sesuai.
e. Mengatur tekanan kerja sesuai dengan jenis pembakar yang dipakai dan
satuan tekanan yang tertulis dalam manometer.
f. Membuat las catat pada posisi di bawah tangan. Jumlah las catat yang
dibuat 3 (tiga) buah. Sebelum dilas catat aturlah kedua bahan sehingga
jaraknya (gap) antara 2,0 – 2,5 mm dan matikan nyala api.
g. Memasang benda kerja pada tiang penjepit untuk pengelasan posisi
mendatar. Bagian tepi yang akan dilas pertama diletakkan di sebelah
kanan (bila peserta biasa menggunakan tangan kanan), tetapi apabila
peserta biasa menggunakan tangan kiri letakkan bagian yang akan dilas
pertama di sebelah kiri. Tinggi benda kerja kurang lebih setinggi mata
pengelas.
h. Menyalakan tip dan mengaturnya sehingga nyala netral. Arahkan inti
nyala pada api yang akan dilas sehingga kedua bahan mencair,
kemudian masukkan bahan pengisi.
i. Tambahkan bahan pengisi apabila di antara kedua bahan yang
disambung sudah membentuk key hole yang besarnya kurang lebih 1 ½
kali gap. Selesaikan jalur penyambungan pertama ini dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Gerakkan pembakar setengah melingkar.
 Gerakkan bahan pengisi naik turun/ keluar masuk.
 Sudut pembakar 60° - 70° dan sudut samping 80° - 90°.
 Sudut kawat 30° - 40° dan sudut samping bawah 80° - 90°.
 Penambahan bahan pengisi setelah terbentuk key hole yang
besarnya 1 ½ kali gap.
 Jarak ujung inti nyala dengan permukaan yang disambung 2 mm
– 3 mm.
 Kira-kira 15 mm sebelum mencapai akhir pengelasan,
kurangi/perkecil sudut pembakar secara berangsur-angsur.
 Setelah penyambungan pertama selesai, konsultasikan hasilnya
dengan pembimbing/tutor.
 Ulangi latihan membuat sambungan tumpul kampuh I posisi
mendatar ini sehingga mencapai minimal 90 % dari seluruh kriteria
yang diminta.
 Bersihkan benda kerja dan serahkan kepada pembimbing.

5. Gambar Kerja
60°- 70°
40

° °
30°- 40 °
80

80 - 90
120

1 Pelat baja 40 x 120 x 3 2 buah


lunak mm
Nama bagian No. Bahan Ukuran Keteranga
Bagian n
Perubahan Pengganti dari :

Diganti dengan :
Non Digamb
Skala ar
Dilihat
SAMBUNGAN “I” POSISI MENDATAR Diperik
sa
Disetuj
ui
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

6. Instrumen penilaian
Nama : …………………………………….
Group : ……………………………………

a. Proses
Cek list
No. Aspek yang diamati Kriteria
Benar Salah
1. Penggunaan alat  Kaca penyaring
pelindung diri dengan nomor
4–6
Pakaian kerja
Sepatu las
2. Tekanan kerja O2 = C2H2 = 50
kpa
3. Ukuran tip Nomor 10
4. Nyala api las Netral
5. Jumlah las catat 3
6. Gap/celah 1,5 mm – 2,0
mm
7. Sudut pembakar 60° - 70° sudut
samping
8. Sudut bahan tambah 30° - 40° sudut
samping
9. Pengisian bahan tambah Pada kawah las
10. Gerakan pembakaran Lurus
11. Gerakan bahan tambah Naik turun
12. Proses penembusam Terdapat key
hole
13. Pembersih hasil las Penjepit dan
sikat baja

b. Hasil/produk
No Aspek yang Skor Standar TL/
Kriteria 4 3 2 1 0
. diminta minimal L

1. Lebar lajur 4 +0,5mm
4

2. Perpaduan 100%+0- 3
5%

3. Sambungan Rata±0,5 3
jalur

4. Beda 0±0,5mm 3
permukaan
jalur

5. Panjang 0+5%
overlap 3

6. Perubahan 0 +2,5°
3
Bentuk
7. Scale pada 
0+5mm² 3
permukaan

Bidang Keahlian : Teknik Mesin


Program Keahlian : Teknik Mekanik Otomotif
Program Spesialisasi : Melaksanakan Prosedur Pengelasan,
Pematrian, Pemotongan dengan Panas
dan Pemanasan
Tingkat : I (satu)
Waktu Standar : 8 Jam

1. Jenis Tes :
Pengelasan sambungan tumpul kampuh I pelat baja lunak posisi tegak
arah naik dengan memenuhi kiteria :
 Lebar jalur 7 mm.
 Tinggi jalur 1 mm.
 Bentuk jalur cembung.
 Sambungan jalur rata.
 Beda permukaan jalur maksimum 1 mm.
 Kedalaman undercut maksimum 0,5 mm.
 Panjang undurcut maksimum 10 %.
 Tinggi penetrasi 0,5 mm.
 Panjang penetrasi minimum 90 %.
 Perubahan bentuk maksimum 5 %.
 Kebersihan scale pada permukaan 0.
 Tidak overlap.
2. Alat dan bahan praktik :
a. Alat :
 Satu unit peralatan las oksi-asetilin (lengkap dan terpasang, kecuali
tip/ mulut pembakar).
 Satu set alat keselamatan dan kesehatan kerja.
 Satu set alat bantu pengelasan.
b. Bahan :
 Pelat baja lunak ukuran 200 x 30 x 2 mm, jumlah 2 buah.
 Kawat las, jenis baja lunak berdiameter 2,0 mm.
3. Keselamatan kerja :
a. Gunakan alat keselamatan dan kesehatan kerja yang disediakan
dengan benar.
b. Aturlah tekanan kerja dan nyala api sesuai dengan kebutuhan.
c. Jangan mengarahkan api las pada orang dan/atau benda yang mudah
terbakar.
d. Jauhkan benda-benda yang mudah terbakar dari tempat/lokasi
pengelasan dan sekitarnya.

4. Langkah Kerja
a. Gunakan pelat baja lunak ukuran 150 x 30 x 2, jumlah secukupnya.
Bahan pengisi yaitu baja lunak diameter 2,0 mm.
b. Membersihkan permukaan bahan yang akan dilas dan sudut/ ujung
yang tajam supaya dihaluskan.
c. Memilih ukuran tip yang sesuai dan memasangnya pada pembakar.
d. Mengatur tekanan kerja sesuai dengan jenis pembakar yang dipakai
dan satuan tekanan yang terdapat di dalam manometer.
e. Menyalakan tip dengan menggunakan peralatan dan prosedur yang
benar kemudian mengaturnya sehingga diperoleh nyala netral.
f. Membuat las catat pada posisi dibawah tangan. Las catat dibuat pada 3
tempat. Gap (jarak antara kedua bahan) kurang lebih 2,0 mm.
g. Memasang benda kerja pada tiang penjepit untuk pengelasan posisi
tegak arah naik; tinggi benda kerja kurang lebih sama dengan tinggi
mata pengelas.
h. Arahkan inti nyala pada bagian bawah sampai kedua tepi bahan
mencair, kemudian masukkan bahan pengisi. Jarak antara ujung inti
nyala dan permukaan bahan antara 2 mm dan 3 mm. Sudut pembakar
0 ° - 10°, sudut samping pembakar dan bahan pengisi 90°.
i. Tambahkan bahan pengisi apabila sudah terbentuk key hole (lubang
kunci) yang besarnya kurang lebih 1,5 x gap. Selesaikan
penyambungan jalur pertama dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
 Gerakkan pembakar setengah melingkar.
 Gerakkan bahan pengisi naik-turun dalam kawah las.
 Sudut pembakar 0° - 10° terhadap garis horizontal dan sudut
samping pembakar 90°.
 Sudut bahan pengisi 30° - 40° terhadap benda kerja dan sudut
sampingnya 90°.
 Tambahkan bahan pengisi setelah terbentuk key hole.
 Jarak inti nyala terhadap permukaan bahan 2 mm – 3 mm.
j. Kira-kira 15 mm sebelum mencapai tepi atas, secara berangsur-angsur
sudut pembakar diperkecil.

5. Gambar Kerja
30°- 40°
120

10°

20

2 Pelat baja 50 x 120 x 3 1 buah


linak mm
1 Pelat baja 30 x 120 x 3 1 buah
lunak mm
Nama bagian No. Bahan Ukuran Keteranga
Bagian n
Perubahan Pengganti dari :

Diganti dengan :
Non Digamb
Skala ar
Dilihat
MEMBUAT SAMBUNGAN “I” POSISI
Diperik
TEGAK ARAH NAIK
sa
Disetuj
ui
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

6. Instrumen penilaian
Nama : ………………………………………..
Group : ………………………………………..

a. Proses
Cek list
No. Aspek yang diamati Kriteria
Benar Salah
1. Penggunaan alat  Kaca penyaring
pelindung diri dengan nomor 4 –
6
 Pakaian kerja
 Sepatu las
2. Takanan Kerja  O2 = C2H2 = 50 kpa
3. Ukuran tip  Nomor 10
4. Nyala api las  Netral
5. Jumlah las catat  3 buah
6. Gap/celah  1,5 mm – 2,0 mm
7. Sudut pembakar  80° - 90° sudut
samping
8. Sudut bahan tambah  30° - 40° sudut
samping
9. Pengisian bahan tambah  Pada kawah las
10. Gerakan pembakaran  Lurus
11. Gerakan bahan tambah  Naik turun
12. Pembersih hasil las  Penjepit dan sikat
baja

b. Hasil/produk
Aspek Skor
4 3 2 1 0 Standar TL/
No. yang Kriteria
minimal L
diminta

1. Lebar lajur 3±1,-0mm 3

2. Tinggi jalur 2 +1,-0mm 3

3. Bentuk jalur Rata+1,-0mm 3

4. Sambungan Rata+0,5mm 3
jalur

5. Beda 0±0,5mm 3
permukaan
jalur

6. Perubahan 0+2,5° 3
sudut
7. Scale pada 
0+10mm2° 3
permukaan

8. Porositas Luas0+5m² 2

Jumlah0+1buah 2

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Tanggal: ………………………..

Peserta Pelatihan telah dinilai dan dinyatakan (coret yang tidak diperlu)
KOMPETEN BELUM KOMPETEN

Nama Peserta Pendidikan Pelatihan Nama Penilai

………………………………………… ………………………………………
Tanda Tangan Tanda Tangan

………………………………………… ……………………………………….

Komentar/Saran
(Penilai akan membuat komentar tambahan yang akan menjelaskan tentang
penilaian yang diberikan)

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA

1. Gatot Bintor, Dasar-dasar Pekerjaan Las, Penerbit Kanisius,


Yogyakarta, 1999.

2. Direktorat Dikmenjur Depdiknas, Pedoman Evaluasi Belajar Sekolah


menengah Kejuruan, Jakarta, 1999.

3. Didikh Suryana, Djaedar Sidabutar, Petunjuk Praktek Las Listrik 1,


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1978.

4. Engineering Industry Training Board, Modul D21 Thick Plate Working


II, Clarendon Road, Watfrod WD1 11LB, 1977.

5. Harsono Wiryosumarto, Toshie Okumura, Teknologi Pengelasan


Logam, Pradnya Paramita, 1979.

6. Indonesia Australia Partnership for Skills Development – Metals Project,


Metals Project Competence Based Training Conference, Jakarta,
2001.

7. Indonesia Australia Partnership for Skills Development – Metals Project,


Meta & Engeenering Competency Standard, Jakarta, 2001.

8. Jaenudin, Wahyu M. Sueb, Gambar Fabrikasi Logam, Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan, 1993.

9. Sri Widharto, Buku Pedoman Ahli Pemasangan Pipa , Pradnya


Paramita, 2001.

10. Sri Widharto, PetKinerja Las, Pradnya Paramita, 2001.

11. Tim KBM Mesin, Lembaran Kerja Untuk Tingkat Satu Bidang
Keahlian Teknik Mesin, Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan,
2003.

12. Untung W, Yusuf Tinting, Modul : DJ Las Gas, Pusat Pengembangan


Penataran Guru Teknologi Bandung, 1997.

Anda mungkin juga menyukai