Komunikasi 2015-2020
Kementerian Pemuda dan Olahraga
ISBN:978-602-60793-0-5
Ukuran Buku :21 cm x 29.7 cm
Jumlah Halaman: 145+ x
Penanggung Jawab
Dr. H. Amar Ahmad, M.Si
Ketua
Dra. Bustiana, M. Pd
Tim Penyusun
Nurhasanah, S.Sos
Wulan Asri Meidyasari, S.Si
Ahmad Musawir, S.SI, M.Si
Sarlawati Gita A, S.Kom
Umriansyah
Khresna Purnama, ST
Esti Ananingsih, S.Kom
Faisal Ishak
Dhani Setiadi
Widyastuti
Aditya Eko Putranto, S.Kom
Muzani
Arfinda Widianti
Achmad Suryana
Nara Sumber
Dr. H. Alfitra Salamm, APU
Dr. H. Amar Ahmad, M.Si
Dr. rer. nat. I Made Wiryana, S.Kom, SSi, MAppSc
Ir. Riki Arif Gunawan, M.Sc
S. Juliandry Simanungkalit
Andreas Hadiyono, ST, MMSi
Sutresna Wati, ST, MMSi
Dr. Miftah Adriansyah
Diterbitkan Oleh:
Bagian Sistem Informasi
Biro Humas dan Hukum
Sekretariat Kementerian Pemuda dan Olahraga
iii
iv Roadmap Pengembangan TIK di Kemenpora 2015-2020
Daftar Isi
1 Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Tujuan dan Sasaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
1.4 Rujukan Normatif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
1.5 Hasil Akhir Pekerjaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
v
Daftar Isi
3 Tata Kelola 33
3.1 Definisi dan Kerangka kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
3.2 Tujuan Tata Kelola . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
3.3 Karakteristik Tata Kelola . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
3.4 Analisis Area Tata Kelola . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36
3.5 Implementasi Tata Kelola . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38
3.5.1 Kebijakan (Policy) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38
3.5.2 Pedoman (Guideline) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39
3.5.3 Aturan (Rule) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39
3.5.4 Prosedur (Procedure) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39
3.5.5 Dokumen Tata Kelola . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39
3.5.5.1 Tata Kelola yang disusun . . . . . . . . . . . . . . . . . 39
3.5.5.2 Tata Kelola yang direncanakan . . . . . . . . . . . . . . 48
3.6 Tata Kelola Pengukuran Kinerja TI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51
3.7 Tata Kelola Sistem Informasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52
3.8 Kebutuhan SDM Ahli . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54
3.9 Strategi Peningkatan Mutu & Kualitas SDM . . . . . . . . . . . . . . . . 60
4.1 SDLC . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 65
4.2 metode purwarupa (Prototype) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 66
ix
Daftar Gambar
3. Lalu menjadi dapat diproduksi masa, dan sudah mulai umum digunakan tapi
masih membutuhkan pelatihan yang khusus dan masih digunakan oleh
sekelompok pengguna yang sedikit
Secara umum dapat dikatakan teknologi informasi saat ini dapat dikatakan berada
pada tahapan dari ke tiga menuju ke empat. Sebelum menjadi pada tahapan
1
Pendahuluan
pervasif, maka TI haruslah menjadi dapat terakses secara intuitif oleh masyarakat
banyak dan memberikan nilai yang mencukupi sehingga investasi besar yang
dilakukan untuk penyediaan infrastruktur tidaklah menjadi sia-sia. Kemajuan
perkembangan Internet dan World Wide Web (WWW) telah menunjukkan suatu
langkah ke arah ini. Konsekuensi dari sistem informasi yang menjadi pervasif
adalah timbulnya dampak yang besar pada masyarakat secara luas. Akan banyak
industri yang berubah atau digantikan sama sekali. Atau juga akan banyak tumbuh
industri baru sesuai dengan kebutuhan perkembangan teknologi informasi itu. Dari
pandangan rekayasa informasi, informasi dapat dipandang sebagai media
pertukaran murni. Walaupun ada biaya untuk mengakses, mendistribusikan,
ataupun menyimpan informasi, informasi itu dianggap tak ada biayanya. Pada
organisasi modern, informasi telah menjadi komoditas yang sangat berharga, dan
telah berubah dan dianggap sebagai sumber daya habis terpakai, bukan lagi barang
bebas. Dalam suatu organisasi perlu dipertimbangkan bahwa informasi memiliki
karakter yang multivalue, dan multidimensi. Dari sisi pandangan teori sistem,
informasi memungkinkan kebebasan beraksi, mengendalikan pengeluaran,
mengefisiensikan pengalokasian sumber daya dan waktu. Sirkulasi informasi yang
terbuka dan bebas merupakan kondisi yang optimal untuk pemanfaatan informasi.
Di samping iming-iming keuntungan dari pemanfaatan teknologi informasi,
sangatlah tidak realistik bila mengasumsikan bahwa teknologi informasi tidak
menimbulkan permasalahan dalam penerapannya. Berikut ini diberikan
potensi-potensi kerugian yang disebabkan pemanfaatan teknologi informasi
tersebut secara kurang tepat.
• Tingkat kompleksitas ini menjadi makin tinggi dan sulit ditangani, karena
dengan makin tertutupnya sistem serta makin besarnya ukuran sistem
(sebagai contoh program MS Windows 2000 yang baru diluncurkan memiliki
program sekitar 60 juta baris). Sehingga proses pengkajian demi kepentingan
publik banyak makin sulit dilakukan. Tingkat kompleksitas serta kecepatan
yang sudah tak dapat ditangani. Sistem yang dikembangkan dengan birokrasi
komputer begitu kompleks dan cepat berubah sehingga sangat sulit bagi
individu untuk mengikuti dan membuat pilihan.
difokuskan pada pemanfaatan perangkat keras atau lunak yang mahal tetapi
sebaiknya memfokuskan pada manusia pengguna perangkat lunak tersebut,
baik dari tahapan disain, maupun hingga pelatihan dan kebutuhan
penggunanya, misal gaji para pegawainya.
• Riset yang maju. Individu, organisasi dan pemerintah dapat mendukung riset
yang mengembangkan idea baru, untuk me- minimalkan kerugian serta
meluaskan keuntungan dari teknologi informasi. Teori seperti perilaku
kognitif pengguna, persepsi visual dan perubahan organisasi dapat
dimanfaatkan sebagai pedoman yang baik bagi pengembang sistem. Riset
tidak saja yang berkaitan dengan teknologi praktis tetapi juga pada ilmu dasar.
Keterkaitan bidang ilmu (multidisplin) sebaiknya diterapkan di dalam kajian
teknologi informasi. Bidang ilmu sosial pun sebaiknya turut serta secara aktif
dalam kajian teknologi informasi, misal permasalahan culture fit. Begitu juga
bidang seperti linguistik pun sebaiknya dilibatkan aktif dalam riset TI ini.
Sebagian besar disain sistem informasi saat ini dilakukan oleh para perekayasa
perangkat lunak (software engineer) dan programer yang memfokuskan perhatian
dan energi kreatifnya pada mekanisme dari sistem informasi. Programer berfikir
bagaimana menulis program secara efisien dan elegan serta memaksimalkan
kinerja serta kemudahan perawatan. Pada banyak kasus, kegunaan dan manfaat
sistem informasi sering tidak dipertimbangkan pada tahapan disain. Pendekatan
seperti ini sering kali menghasilkan sisten informasi yang tak dapat memberikan
informasi yang handal pada pengguna.
Di samping itu, sistem seperti ini dapat menghasilkan informasi yang dapat disalah
tafsirkan. Dengan mempertimbangkan strategi untuk memasuki abad informasi
dan usaha menghindari hasil yang tak diinginkan dalam pengembangan sistem
informasi, maka pendekatan dengan metode user centered atau terpusatkan pada
manusia akan lebih tepat untuk diterapkan. metode seperti collaborative design,
ethnography, dan juga contextual design patut dilibatkan dan dijadikan masukan
juga. Jelas hal ini akan melibatkan pengetahuan dan kemampuan para ahli bidang
• Ketidak mampuan sistem untuk bertukar data sehingga terjadi kondisi “island
of information”. Hal ini menyebabkan masing-masing Unit Kerja yang
mengelola informasi tak dapat saling memanfaatkan informasi yang ada di
unit kerja lainnya.
Tujuan dari pembuatan dokumen ini adalah menyediakan bakuan yang dapat
membantu di dalam kegiatan pengembangan dan penggunaan TIK di lingkungan
Kementerian Pemuda dan Olahraga. Sehingga pengembangan TIK di lingkungan
Kemenpora dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien serta berkesinambungan
dan memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada publik. Sasaran yang hendak
dicapai pada pekerjaan penulisan bakuan dan road map ini antara lain:
• Memotret kondisi saat ini dari TIK yang ada di lingkungan Kemenpora, untuk
mengidentifikasi hal-hal yang dapat ditingkatkan.
1. Tahapan inventarisasi, yang dilakukan pada tahapan ini adalah inventaris data
SIM yang ada, aplikasi yang telah ada, serta infrastruktur yang terpasang, serta
pengidentifikasian terhadap sistem dan arsitektur yang telah ada.
4. Kemudian juga diikuti dengan sosialisasi bakuan dan road map yang telah
disusun ini.
Undang-undang
• UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UUITE).
Berisi mengenai detail informasi serta peraturan terkait peraturan mengenai
implementasi TIK di Indonesia.
Peraturan Pemerintah
• Peraturan Pemerintah 82/2011 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronis
• Tahun 2010:
11
Roadmap Pengembangan TIK di Kemenpora 2015-2020
TIK di Kemenpora Saat Ini
Gambar 2.1: Struktur Organisasi Kemenpora (Bagian Sistem Informasi dan Perpustakaan) 2010-2015
12
TIK di Kemenpora Saat Ini
• Tahun 2011:
• Tahun 2012:
• Tahun 2013:
• Tahun 2014:
• Tahun 2015:
Pada tahun 2016 terjadi perubahan struktur di lingkungan Kemenpora seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.2. Perubahan struktur ini menyebabkan penambahan
beberapa bagian di dalam struktur organisasi sisinfo. Adapun bagian -bagian
tersebut adalah bagian pengembangan dan keamanan sistem informasi, bagian
pengelola informasi ,bagian sistem perangkat keras dan jaringan .
2.3.1 Infrastruktur
Pada saat ini Kemenpora memiliki pengelolaan server yang dikelola secara terpisah.
Tetapi keduanya dikelola dibawah koordinasi Biro Humas dan Kepegawaian
Kemenpora. Dua data center tersebut terletak di
• Data Center pada PT Telkom Tbk, di Karet Tengsin. Pada data center ini
dioperasikan server-server yang digunakan untuk Portal Kementerian Pemuda
dan Olahraga [http://www.kemenpora.go.id]
• Jaringan di Kemenpora terbagi menjadi dua router yaitu router jaringan dan
router aplikasi.
• Setiap gedung (Graha, Wisma, dan PPIKON) terhubung dengan satu router
yang disediakan untuk masing-masing gedung. IP yang digunakan adalah ip
lokal.
• Koneksi 100 MB via TELKOM melalui koneksi fibre optic via ASTINET dan 75
MB via provider matrix.
Bandiwth dan Pengaturan Jaringan Sejak tahun 2010 - 2015 telah dilakukan
berbagai penambahan kapasitas bandiwth seperti yang ditunjukkan pada Tabel
2.2:
Tujuan utama dari portal ini adalah memberikan informasi langsung ke publik
secepat dan seakurat mungkin mengenai informasi kepemudaan dan keolahragaan
di Indonesia. Pendekatan utama yang dilakukan sangat berbeda dengan situs-situs
kementerian lainnya. Pendekatan yang diterapkan adalah sebagai berikut:
• Penyajian portal bergaya dinamis, sportif, dan bergaya muda. Ini sesuai dengan
warna dari Kementerian Pemuda dan Olahraga.
• Isi berita atau content pada portal ini berorientasi pada kegiatan bukan struktur
kementerian. Artinya isi dibagi bukan berdasarkan deputi atau unit kerja, tetapi
lebih kepada kegiatan tersebut.
• Portal Kemenpora memberikan info untuk berbagai kegiatan yang akan terjadi
misal pengumuman lelang, pengumuman CPNS dan lain sebagainya
• Portal ini tidak saja diisi oleh pihak Kemenpora tetapi juga akan membuka
pihak luar atau publik untuk mengisi content dari portal tersebut.
• Banyak kegiatan yang dikelola beberapa pihak (event olahraga, persatuan olah-
raga, dsb)
Portal ini sudah populer dan didukung oleh tim pengisi content yang beroperasi
seperti halnya media online, lengkap dengan dewan redaksi dan wartawan.. Tim
pendukung dari Portal ini terdiri dari 2 kelompok utama
• Pendukung content tim Portal, sesuai nota dinas sesmen nomor 00435/SET.B-
2/IX/2015 tanggal 16 september 2015 berubah menjadi tugas dan fungsi bagian
humas . Bagian content ini bertanggung jawab terhadap pengisian content dari
portal. Juga untuk melakukan persetujuan pemasukan berita yang dilakukan
oleh pihak lain (misal staf di Kemenpora ataupun publik). Tim Content akan
selalu standby 24 jam sehari dan 7 hari seminggu
Website sport science (seperti pada gambar 2.5 )adalah aplikasi berbasis web
(http://sportscience.kemenpora.go.id/) yang membahas prinsip- prinsip science
untuk membantu atlet dalam meningkatkan performanya. serta sebagai wadah
atau tempat yang sangat diinginkan dan dinanti oleh atlet dan masyarakat
Indonesia. Melalui hal ini diharapkan dapat menjadi sistem informasi untuk
memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat terutama untuk atlet-atlet
Indonesia dalam menjalankan aktifitas dan agenda sebagai seorang atlet sehingga
dapat membantu peningkatan prestasi yang dicapai, peningkatan peraihan medali
dan mengharumkan nama Bangsa Indonesia.
Secara umum dalam website sport science akan memuat berbagai macam informasi
seperti:
• Fisiologi
• Psikologi
• Intellegent
• Pelatihan
• Biomekanik
Sistem ini memiliki fungsi untuk melakukan monitoring khususnya pengguna yang
telah mengunjungi website kemenpora.go.idmelalui aplikasi ini (gambar 2.7) maka
dapat diketahui mengenai detail informasi dari setiap pengguna seperti negara, tipe
browser yang digunakan,lama waktu mereka berkunjung serta informasi lainnya.
Aplikasi ini dapat diakses di http://monitor.kemenpora.go.id
Untuk melakukan analisis data dan informasi berdasarkan faktor ruang (geografis)
serta klasfikasi informasi berdsarkan data spasial maka Kemenpora telah
mengembangkan sistem informasi geografis (http://gis.kemenpora.go.id))
2.4.2.4 LPKP
2.4.2.5 Simaya
2.4.2.6 E-Monev
E-Monev adalah sebuah aplikasi untuk mendukung evaluasi kinerja dalam bidang
Keuanganan yang dibawah koordinasi bagian evaluasi dan pelaporan. Aplikasi
bertujuan untuk memudahkan pelaporan terkait pelaksanaan kegiatan khususnya
dalam bidang anggaran dan evaluasi kinerja yang menjadi salah satu wujud
keterbukaan informasi publik di kemenpora. Aplikasi ini dapat di akses di
http://evaluasi.kemenpora.go.id seperti terlihat pada gambar 2.11
2.4.2.7 Siratu
Siratu adalah sistem aplikasi registrasi tamu yang dikembangkan dan digunakan oleh
Kemenpan-RB dan diterapkan di Kemenpora melalui proses kerja sama. Fungsi dari
aplikasi ini adalah untuk melakukan pendataan bagi setiap tamu yang berkunjung di
kemenpora (seperti pada gambar 2.12).
2.4.2.8 Sipuput
Sipuput adalah sistem aplikasi survey kepuasan pelayanan umum kantor (seperti
pada gambar 2.13). Fungsinya adalah untuk melakukan survey terhadap kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan di Kemenpora. Aplikasi merupakan
kerjasama antara Kemenpan-RB dengan Kemenpora.
2.4.2.9 Sijawara
Sijawara adalah sistem aplikasi jadwal kegiatan dan reservasi ruang rapat (seperti
pada gambar 2.14). Fungsinya adalah melakukan pendataan terhadap jadwal
kegiatan dan revervasi untuk setiap ruang rapat yang ada di Kemenpora. Aplikasi
merupakan kerjasama antara Kemenpan-RB dengan Kemenpora.
2.4.2.10 Sirinda
Sirinda adalah sistem aplikasi pengiriman undangan (seperti pada gambar 2.15).
Fungsi dari aplikasi ini untuk memudahkan pengiriman surat undangan melalui
sms gateway dengan menggunakan SIM untuk setiap pengumuman atau kegiatan
di Kemenpora. Aplikasi merupakan kerjasama antara Kemenpan-RB dengan
Kemenpora.
• PHP. Bahasa pemrograman yang bersifat skrip dan banyak digunakan untuk
membuat aplikasi web.
Arsitektur di atas lazim dikenal dengan istilah arsitektur LAMP yang bersifat Open
Source. Kemenpora telah mengikuti anjuran dari pemerintah baik dalam surat
edaran IGOS, ataupun surat edaran MenPAN tentang penggunaan program legal di
kalangan pemerintahan.
Pada saat ini SIM di Kemenpora belumlah terintegrasi menjadi satu, sehingga
belum memungkinkan pertukaran data secara otomatis. Dari hasil survei maka
diperoleh bahwa mekanisme integrasi dari SIM-SIM di lingkungan Kemenpora
masihlah berupa pada tahapan sistem direktori. Seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.17, Aplikasi-aplikasi SIM yang digunakan belum diikat menjadi suatu
aplikasi khusus.
Tata kelola Teknologi Informasi (TI) diterapkan untuk menyelaraskan setiap proses
bisnis yang ada dengan teknologi informasi. Maksudnya adalah dengan membuat
struktur dan proses yang diperlukan dalam investasi teknologi informasi, pihak
manajemen dapat memastikan bahwa investasi teknologi informasi yang dilakukan
sesuai dengan strategi bisnis dan sesuai dengan urutan prioritas yang ada. Pada
perencanaan ke depan, investasi teknologi informasi yang dilakukan diharapkan
dapat tepat waktu, sesuai dengan dana yang dikeluarkan, dan memberikan nilai
tambah sesuai dengan yang diharapkan. Peningkatan nilai tambah yang dimaksud
antara lain pengurangan biaya, peningkatan pendapatan, mempercepat proses
kerja, dan lain-lain.
Pada dasarnya Pengelolaan TI terfokus pada pada dua hal: penyampaian nilai
terhadap bisnis yang dilakukan, dan pengurangan terhadap resiko-resiko TI. Yang
pertama didorong oleh penyelarasan strategis dari TI terhadap bisnis. Yang kedua
didorong oleh akuntabilitas yang menempel pada organisasi. Keduanya perlu
didukung oleh sumber daya yang sesuai dan diukur untuk memastikan hasil yang
diinginkan telah didapat. Alat yang komprehensif untuk menciptakan adanya
Pengelolaan TI di organisasi/institusi adalah penggunaan COBIT (Control Objective
of Information Technology) yang mempertemukan kebutuhan beragam
manajemen dengan menjembatani celah atau gap antara risiko bisnis, kebutuhan
kontrol dan masalah-masalah teknis TI.
Agar kedua fokus pengelolaan TI itu bisa terlaksana dengan baik maka perlu adanya
pengendalian terhadap proses-proses yang dilakukan sehubungan dengan
pengelolaan TI. Kegiatan pengendalian perlu didefinisikan dan dikomunikasikan
sehingga semua kebijakan, aturan-aturan, pedoman, dan prosedur yang
mendorong proses-proses TI didokumentasikan, direview, dipelihara, disetujui,
disimpan, dikomunikasikan dan digunakan untuk pelatihan. Bagaimana tanggung
jawab dapat dibebankan terhadap setiap aktivitas dan pada waktu yang tepat serta
mereview apakah semuanya dilaksanakan secara benar. Memastikan bahwa
kebijakan, aturan-aturan, pedoman dan prosedur itu dapat diakses, mempunyai
33
Tata Kelola
Metode tata kelola TI/SI tersebut, secara sederhana dimodelkan pada diagram
Gambar 3.1.
Pengembangan Tata Kelola TI untuk Pengelolaan Sistem Informasi dalam area dan
lingkup kerja organisasi, dapat dimplementasikan dalam berbagai bentuk nyata,
diantaranya penentuan Kebijakan, Aturan, Pedoman, dan Prosedur. Di Kemenpora,
implementasi tata kelola dinyatakan dalam bentuk dokumen-dokumen,
diantaranya: buku Strategi-Roadmap-Bakuan Pengembangan Sistem Informasi
Tahun 2014 (ISBN: 978-602-98191-0-6), dan beberapa prosedur operasional
2. Pada tahapan ini tidak lupa aplikasi yang sudah berjalan hendaklah di
pelihara dan di rawat agar dalam pengoperasiannya tidak mengalami
kendala dalam menyajikan suatu informasi maupun berjalannya suatu
proses organisasi. Proses perawatan aplikasi dibagi lewat 4 metode yang
biasa dilaksanakan oleh Tim Teknis IT:
2. Admin email sisinfo membuat nota dinas yang ditanda tangani Kepala
Biro Hubungan Masyarakat dan Hukum untuk dikirimkan kepada unit
kerja terkait untuk menindaklanjuti laporan/menjawab pertanyaan.
Alur Dan Proses Penyusunan Buku Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan
dan Keolahragaan 2014:
1. Persiapan
2. Penyusunan Outline
3. Pengolahan Data
4. Finalisasi
Adapun dokumen tata kelola yang akan disusun dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan peningkatan implementasi layanan TI dan Sistem informasi,
direncanakan melingkupi:
• Pihak eksternal (yang ditunjuk oleh dan atau bekerja sama dengan
Kemenpora):
– di tingkat Dinas
– di tingkat Propinsi
– di tingkat Pusat
Tugas
Fungsi
Berdasarkan fungsi pada bagian sistem informasi yang tercantum pada Permenpora
Nomor 1516 Tahun 2016, serta untuk mendukung pelaksanaan tugas sistem
informasi, Bagian Sistem Informasi dibagi ke dalam 3 (tiga) Subbagian, diantaranya:
1. Subbagian Pengembangan dan Keamanan Sistem Informasi
Subbagian Pengembangan dan Keamanan Sistem Informasi bertugas
melakukan penyiapan bahan pengembangan dan keamanan sistem informasi;
Sementara, Bagian Humas, Sistem Informasi dan Hukum yang berada di bawah
Sekretariat Deputi Kementerian Pemuda dan Olahraga ini memiliki tugas penyiapan
urusan hubungan masyarakat dan sistem informasi yang berada di lingkungan
Deputi, baik Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda, Deputi Bidang Pengembangan
Pemuda, Deputi Bidang Pemberdayaan Olahraga, serta Deputi Bidang Peningkatan
Prestasi Olahraga.
Berdasarkan penjelasan tugas pokok dan fungsi Bagian Sistem Informasi yang
berada di bawah Biro Hubungan Masyarakat & Hukum pada Sekretariat
Kementerian, serta Subbagian Hubungan Masyarakat dan Sistem Informasi yang
berada di bawah setiap Deputi, dalam mendukung pelaksanaan urusan sistem
informasi pada Kementerian Pemuda dan Olahraga, untuk mendukung
pelaksanaan tugas dan fungsi Bagian Sistem Informasi serta subbagian di
1. Studi lanjut
Keamanan informasi menjadi salah satu hal yang sangat krusial yang perlu
diketahui dan dipahami bagi pengguna sistem informasi. Kurang pekanya
akan kesadaran keamanan sistem informasi
Pelatihan dan pembinaan ini dapat diikuti oleh seluruh pengguna sistem
informasi yang berada di lingkungan Kemenpora.
Suatu proses bisnis (bisnis bukan hanya perdagangan saja, melainkan proses
pelaksanaan manajemen) penting untuk implementasi suatu program atau sistem.
Resiko yang dihadapi oleh kegiatan pengembangan SIM adalah kecepatan yang
harus digunakan pada saat implementasi. Pemendekan siklus pengembangan
untuk suatu kegiatan bukanlah merupakan suatu alasan yang baik.
Pada suatu bagian sistem informasi, menaikkan kualitas proses biasanya melibatkan
elemen berikut ini :
• Metodologi .
Suatu cara, metode, untuk mencapai tujuan. Suatu metodologi berlaku secara
umum, dengan perencanaan tingkat tinggi, dan digunakan sebagai landasan
setiap kegiatan. Ada beberapa metode khusus untuk beberapa jenis kegiatan
yang khusus, seperti metodologi untuk Internet atau Intranet.
• Dokumentasi .
Dokumen khusus, yang pada awal kegiatan akan menerangkan secara garis
besar. Yang akan dilengkapi pada setiap kegiatan yang dilaksanakan. Contoh
dokumentasi adalah : Functional Specification, Cost-benefit Analysis, and
Return of Investment.
• Standard .
Panduan yang disusun dan digunakan pada suatu institusi untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan. Contoh standard ini adalah : kesepakatan
penamaan untuk berbagai macam kode, kesepakatan layar GUI, kesepakatan
data modelling. Standard ini penting karena merupakan landasan
pengembangan sebagai kerangka kerja, komunikasi. Juga untuk mengontrol
kualitas serta menjaga kontinuitas pengembangan.
63
Bakuan Sistem Informasi
Kunci agar model prototype ini berhasil dengan baik adalah dengan mendefinisikan
aturan-aturan main pada saat awal, yaitu klien dan pengembang harus setuju bahwa
prototype dibangun untuk mendefinisikan kebutuhan. Prototype akan dihilangkan
sebagian atau seluruhnya dan sistem informasi aktual direkayasa dengan kualitas
dan implementasi yang sudah ditentukan.
Tahapan-tahapan dalam Prototyping adalah sebagai berikut:
5. Menguji sistem. Setelah sistem sudah menjadi suatu perangkat lunak yang siap
pakai, harus dites dahulu sebelum digunakan. Pengujian ini dilakukan dengan
White Box, Black Box, Basis Path, pengujian arsitektur dan lain-lain
6. Evaluasi sistem. Klien mengevaluasi apakah sistem yang sudah jadi sudah
sesuai dengan yang diharapkan . Jika ya, langkah 7 dilakukan; jika tidak, ulangi
langkah 4 dan 5.
7. Menggunakan sistem. Sistem informasi yang telah diuji dan diterima klien siap
untuk digunakan.
• Pendefinisian
• Perencanaan
• Organisasi
• Pengawasan
• Penyelesaian
• Leading
Setiap proses akan memiliki keluaran yang akan menjadi masukan bagi proses yang
lainnya. Proses-proses ini memberikan beberapa keuntungan termasuk :
4.1.2 Pendefinisian
Dengan mendefinisikan kegiatan dengan tetap, diharapkan kegiatan dapat mulai
dan diakhiri dengan biaya yang paling efektif. Termasuk menjawab : who, what ,
when, where, why and how dari pelaksanaan proyek tersebut. Perangkat bantu
untuk melaksanakan tugas ini disebut dengan Statement of the Works (SOW). SOW
adalah kesepakatan antar client dan developer. Dokumen ini ditulis berdasarkan
perspektif bisnis dan teknis yang berisi topik-topik berikut ini :
• User
Di samping itu SOW ini akan membantu menentukan tanggung jawab sekuriti pada
tingkat tinggi, perawatan dokumentasi, perangkat lunak, data, perangkat keras, dan
pengelolaan sistem. Dengan kata lain akan mendefinisikan siapa yang berperan
sebagai web-masters, document-master, dan document-owners. SOW juga
mencegah permasalahan yang timbul di tahapan berikutnya dari pengembangan
sistem.
4.1.3 Perencanaan
SOW menjabarkan biaya secara kasar, penjadwalan, kualitas, dan sumber daya
manusia pada suatu kegiatan. Dengan informasi ini perencanaan dilakukan dengan
berdasarkan pada informasi ini. Perencanaan sebagai langkah berikutnya meliputi 6
tahapan yang dapat dilaksanakan secara berurutan ataupun paralel :
• Menghitung pembiayaan
• Pengelolaan resiko
Menyusun WBS
Pada dasarnya WBS merupakan suatu daftar yang bersifat top down dan secara
hirarkis menerangkan komponen komponen yang harus dibangun, dan pekerjaan
yang berkaitan dengannya. Sebagai contoh pada tabel di bawah ini
• most likely, Waktu yang dibutuhkan pada kondisi kebanyakan, tipikal dan
normal.
• most pessimistic, Waktu yang dibutuhkan ketika keadaan paling sulit terjadi.
Estimasi waktu dilakukan dan dibagi dalam unit (misal 8 jam hari). Estimasi waktu
untuk suatu proyek SIM lebih sulit dari kegiatan pengembangan aplikasi lainnya.
Hal ini karena masih sedikit kegiatan yang dapat digunakan sebagai patokan
menghitung waktu pelaksanaan. Dalam mengestimasi waktu ini juga harus
dipertimbangkan beberapa hal, misal pengalaman teknologi server yang digunakan,
keahlian Perl, CGI, Java dan HTML, browser, dan juga bekerja dalam lingkungan
TCP/IP.
Penentuan resiko
Prioritas penting ditentukan pada setiap kegiatan, termasuk juga pada kegiatan
pengembangan SIM. Sebab seperti halnya Internet ada beberapa permasalahan
sekuriti (seperti akses tanpa hak), dan karena adanya banyak komponen
pembentuk sistem (misal browser dan server) yang terlibat, resiko dapat menjadi
tinggi. Penentuan resiko akan membantu melakukan identifikasi resiko yang
dihadapi setiap komponen. Dengan informasi ini seorang manajer kegiatan dapat
menentukan tingkat kepentingan setiap tugas dan menentukan estimasi waktu
untuk itu. Manajer kegiatan dapat berkonsentrasi pada waktu dan sumber daya
pada elemen yang terkritis dari penjadwalan.
• Bar Chart , yang hanya menerangkan flow time dari setiap pekerjaan dan
tanpa keterkaitan antar pekerjaan. Deskripsi ini paling baik digunakan pada
presentasi
Suatu network diagram, merupakan cara terbaik untuk merencanakan secara detail,
dan mengikuti perkembangan kegiatan. Diagram ini akan menghubungkan
pekerjaan terkait, dan waktu mulai dan berakhirnya dari pekerjaan tersebut.
Mengidentifikasi keterkaitan pekerjaan pada kegiatan pengembangan SIM adalah
sangat penting sebab komponen-komponen tersebut saling terkait agar dapat
bekerja sesuai dengan fungsinya
Menghitung pembiayaan
Yang menjadi permasalahan, apakah biaya yang akan dikeluarkan sesua dengan
SOW. Jika sesuai, maka pekerjaan perencanaan selesai, bila tidak harus dilakukan
revisi. Bila memang sulit harus dilakukan negosiasi dengan pihak pemberi kerja.
Ketika melakukan perhitungan biaya perlu dipertimbangkan beberapa biaya
tersembunyi, misal training, dokumentasi.
4.1.4 Organisasi
Proses ini adalah proses yang melibatkan penyusunan suatu infrastruktur yang akan
memaksimalkan efisiensi dan efektifitas ketika melaksanakan kegiatan. Yang harus
dipertimbangkan adalah :
• Struktur team
• Dokumentasi
• Pertemuan
Struktur tim
• Penjelasan peranan
• Tanggung jawab
• Hubungan pelaporan
• Diagram organisasi
Dokumentasi
Dokumentasi adalah penting sekali, sebab user memiliki peranan penting dalam
membuat dan merawat kandungan web site. Diagram arsitektur, perangkat bantu
mapping, dan manual on line merupakan perangkat bantu dokumentasi teknis.
Dokumentasi bisnis seperti laporan status, dan jadwal juga penting. Kedua
dokumentasi baik teknis maupun bisnis, harus disimpan dalam perpustakaan yang
dapat diakses untuk referensi mendatang.
Pertemuan
Pihak yang menghadiri pertemuan ini dapat bervariasi, tapi minimal pihak
pengguna harus ada yang diundang. Ini menyebabkan mereka tidak saja merasa
terlibat tetapi juga memperoleh informasi mengenai sekuriti, hak akses, dan
kandungan dokumen. Hal ini akan mendorong dapat diselesaikannya proyek ini.
4.1.5 Pengawasan
Proses ini menjamin bahwa proyek Intranet efektif pembiayaanya, dan sesuai
dengan yang direncanakan. Proses ini terdiri dari :
• Status collection
• Change control
• Corrective action
Proses ini akan mengumpulkan data tentang penyelesaian suatu pekerjaan atau
pencapaian suatu milestone. Kemudian membuat penilaian mengenai
perkembangan yang dilakukan. Proses ini memiliki sisi bisnis dan teknis. Sisi teknis
melibatkan penilaian kualitas pekerjaan yang dilakukan misal bagaimana HTML
dan CGI yang disusun. Pada sisi bisnis meliputi pada tingkatan mana pekerjaan itu
dilakukan berdasarkan waku tertentu.
Change Control
Corrective Action
Langkah ini melakukan revisi pendekatan yang dilakukan untuk pencapai tujuan
kegiatan sesuai dengan SOW dan perencanaan. Langkah ini berkaitan sekali dengan
langkah status collection and assesment, sebab langkah yang dibutuhkan misal
perencanaan ulang, bergantung apakah corrective action ini perlu dilakukan secara
besar atau cukup sedikit saja.
proses ini adalah hal yang dipelajari selama pelaksanaan kegiatan - lesson learned
document . Dokumen ini mengidentifikasi apa yang dilakukan dengan baik, dan
apa yang tak berhasil dilakukan. Hal itu berdasarkan data yang dikoleksi yang
berkaitan dengan unjuk kerja kegiatan melalui kumpulan hasil statistik, wawancara,
dan review setelah implementasi. Dokumen ini berguna bagi organisasi besar yang
mungkin akan melakukan pemasangan site Intranet yang berjumlah banyak.
Pengalaman yang diperoleh dari kegiatan pertama ini akan memberikan
pandangan bagi manajer kegiatan untuk kegiatan mendatang.
Suatu hal yang penting lagi adalah bagaimana hasil dari kegiatan ini. Tendensi
apakah yang terjadi di antara personal yang terlibat pada pengembangan kegiatan
pada saat mendekati akhir kegiatan. Bila suatu kegiatan akan selesai biasanya
anggota team menjadi menurun produktifitasnya. Oleh karena itu, sebaiknya bila
seorang anggota tim telah melakukan suatu tugas berat, sebaiknya segera
dibebas-tugaskan bila memang telah tidak ada pekerjaannya lagi. Ini menyebabkan
personal tersebut dapat bertugas di kegiatan pengelolaan SIM yang lainnya lagi
4.1.7 Leading
Tahapan ini penting sekali hanya akan terjadi bila ke lima proses sebelumnya
dilakukan dengan benar. Pada tahapan ini dibutuhkan pembentukan suatu
lingungan kerja yang mendorong pihak yang terlibat, sehingga dapat tercapainya
tujuan. Untuk mencapai hal tersebut, manajer kegiatan haruslah :
• Untuk sistem yang bersifat database dan kritis maka sebaiknya sistem
menggunakan metode SDLC yang dimodifikasi menjadi V-Model. Dengan
kata lain model ini walau menggunakan phase yang baku tetapi menggunakan
pengujian di tiap fase sehingga sesuai dengan keinginan dari stakeholder.
Model ini seperti tampak pada Gambar 4.3. Model V yang dijadikan referensi
tampak pada Gambar 4.4.
• Terdapat pula kemungkinan tidak adanya Kode Sumber dari kedua program
yang sama, namun ia dapat dikategorikan sebagai suatu pelanggaran atas hak
cipta. Kemungkinan yang kedua ini dapat muncul, dalam hal ditirunya
Structure, Sequence dan Organization dari sebuah program komputer, yang
dikenal dengan istilah Non-literal Similarity of Coding .
1
Samuelson, Pamela. A manifesto concerning the legal protection of computer programs.
(Computer Law Review, 1994), hlm. 2320.
2
Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 4004.
3
Undang-undang No. 31 tahun 2000 tentang Desain Industri, Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2000 Nomor 244.
komputer itu sendiri) atau juga atas nama perusahaan yang menciptakan program
komputer.
Perlindungan Paten atas program komputer tidak dimungkinkan di Indonesia,
berdasarkan Undang-undang No.14 Tahun 2001 tentang Paten. Bagian penjelasan
dari Undang-undang ini menyatakan bahwa program komputer termasuk sebagai
invensi yang tidak mendapatkan perlindungan paten4 . Walaupun demikian,
dimungkinkan oleh sistem hukum paten di beberapa negara, dalam mendapatkan
perlindungan paten untuk program komputer. Contohnya, paten untuk algoritma
penyandian (encryption logarithm) dengan algoritma RSA (Rivest, Shamir,
Addleman) dan DES (Data Encryption Standard ).
Kesimpulannya, perlindungan hukum hak atas kekayaan intelektual atas program
komputer di Indonesia terdiri dari:
1. Hak Cipta;
2. Merek;
4. Desain industri;
Dalam hal ini, Hak cipta merupakan perlindungan hukum yang utama atas program
komputer.
Tidak diperlukan adanya pendaftaran hak cipta agar karya cipta tersebut itu
mendapatkan perlindungan hukum. Walaupun demikian, pendaftaran dari hak
cipta diperlukan untuk menegaskan kepemilikan atas hak cipta tersebut.
Keuntungan yang lain dari pendaftaran hak cipta terdapat pada saat terjadi
sengketa, diperlukan adanya pembuktian akan siapakah pemilik hak cipta. Pihak
yang sudah mendaftarkan ciptaanya dapat dengan mudah membuktikan bahwa
benar sebuah ciptaan adalah miliknya berdasarkan bukti yang dimilikinya.
Menurut undang-undang, Hak Cipta dapat dialihkan secara seluruhnya atau
sebagian melalui (a) pewarisan; (b) hibah; (c) wasiat; (d) dijadikan milik Negara; dan
(e) perjanjian, yang harus dilakukan dengan akta, dengan ketentuan bahwa
perjanjian itu hanya mengenai wewenang yang disebut di dalam akta itu5 .
4
Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten, Lembaran Negara Republik Indonesia nomor
109 tahun 2001.
5
Pasal 3 ayat (2) Undang-undang No. 14 tahun 1997 tentang Hak Cipta
Pengalihan atas hak cipta dilakukan, dengan maksud agar pihak lain selain pencipta
dapat pula menikmati manfaat dari hasil karya cipta tersebut, selain untuk
maksud-maksud lain. Pengalihan hak cipta menyebabkan hak cipta yang dimiliki
oleh pencipta beralih kepada pihak lain. Konsekuensinya, Pencipta yang telah
mengalihkan secara penuh hak ciptanya kepada pihak lain, akan kehilangan
kepemilikan atas hak cipta tersebut.
Untuk menghindari hal tersebut, pencipta dapat memberikan lisensi kepada pihak
lain untuk menggunakan hak yang dimilikinya selaku pencipta. Berbeda dengan
pengalihan hak cipta, dengan menggunakan lisensi kepemilikan atas hak cipta tidak
beralih. Pencipta dapat memberikan sebagian saja hak ciptanya kepada pihak lain
contohnya untuk menikmati secara ekonomis, seperti menggunakan, menyewakan
atau menggandakan ciptaannya tersebut.
Lisensi, adopsi penuh dari kata ’license (noun) ’ dalam bahasa Inggris yang memiliki
artian ’a formal or legal permission to do something specified; a document granting
such permission; freedom to deviate from rule, practice, etc? ’, pada dasarnya
merupakan suatu bentuk pemberian izin oleh seseorang atas sesuatu yang menjadi
haknya kepada pihak lain.
Bagaimana bentuk lisensi itu? Seperti apa contoh lisensi itu? Disadari atau tidak,
kita dapat menjumpai keberadaan lisensi dalam kehidupan sehari-hari, seperti
dengan adanya pemberian izin oleh pemilik lahan kepada seseorang untuk
menggunakan lahan miliknya untuk melakukan sesuatu hal, atau dengan contoh
yang agak ekstrim, pemberian tanda ’PUING GRATIS’ di pelataran bangunan yang
baru saja dirubuhkan. Lisensi tidak selalu dan tidak harus dibakukan dalam bentuk
tertulis dan formal layaknya dokumen hukum yang selama ini kita ketahui
(walaupun akan lebih baik apabila dalam bentuk tertulis - mengenai hal ini akan
dibahas lebih lanjut dalam bagian akhir tulisan ini), seperti contoh yang telah
dikemukakan di atas, pemberian izin untuk menggunakan lahan miliknya cukup
dilakukan dengan cara lisan. Pemberian tanda ’PUING GRATIS’, walaupun secara
tertulis, namun tidak dalam bentuk formal.
Secara konsep, lisensi adalah pemberian izin. Latar belakang pemberian lisensi,
tentu saja tergantung pada masing-masing pihak pemberi lisensi tersebut.
Walaupun di satu sisi, ada pihak yang memberikan lisensi tanpa pamrih, namun di
lain sisi ada pula yang mengenakan ketentuan-ketentuan yang mewajibkan si
penerima lisensi untuk melaksanakan kewajiban tertentu untuk mendapatkan
lisensi tersebut, misalnya dengan menerapkan biaya sejumlah tertentu.
Sesuai dengan konsep lisensi sebagai suatu pemberian izin, sangat wajar apabila si
pemberi lisensi mengenakan ketentuan-ketentuan berupa batasan-batasan tertentu
kepada penerima lisensi.
Sebagai contoh, seorang pemilik kebun yang mengizinkan anak tetangganya untuk
memetik mangga, akan wajar untuk memberikan batasan-batasan tertentu
6
Pasal 38C ayat 1
Pemilihan jenis lisensi yang akan digunakan bagi program komputer merupakan hal
yang sangat penting bagi pencipta baik sebagai pencipta pertama atau seorang
pengembang program komputer turunan. Ketidakhati-hatian pemilihan jenis
lisensi dapat mengakibatkan pihak tersebut melakukan pelanggaran hukum atau
kehilangan pendapatan seperti dijelaskan diatas. Dualisme dalam lisensi program
komputer merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan karena tidak dapat
dipungkiri terdapat banyak model bisnis dalam mengembangkan program
komputer.
Contoh paling sederhana adalah format berkas yang digunakan untuk menyimpan
berkas data pemerintahan. Saat ini relatif belum ada kebijakan tersebut, sehingga
penyimpanan berkas berdasarkan kebiasaan, dan apa yang digunakan orang saja.
Tanpa memperhatikan apakah berkas itu standard terbuka, atau bisa dibuka oleh
pengguna yang menggunakan program lain. Sebaiknya badan pemerintah mulai
berfikir bahwa jangan sampai hanya karena badan pemerintah mendapat discount
untuk pembelian suatu jenis perangkat lunak, maka data yang diberikan untuk
layanan publik disimpan dalam format tersebut (data dokumen, data multimedia,
data peta dan sebagainya). Sebab secara tidak langsung ini "memaksa" publik harus
menggunakan perangkat lunak yang sama agar dapat mengakses informasi publik
tersebut. Di sinilah pentingnya pemerintah menyimpan di dalam format yang
bersifat standard terbuka, bukan sekedar standard karena dalam arti banyak
digunakan orang saja. Tentu saja badan pemerintah tidak mengalami kesulitan
dalam membeli perangkat lunak tersebut, tetapi bagaimana dengan publik yang
akan memiliki kecenderungan membajak karena tak memperoleh discount
pembelian perangkat lunak tersebut.
Pertimbangan ini juga terkait dengan hal yang disebut interoperabilitas antar
platform teknologi (bukan antar platform teknologi 1 vendor). Faktor
interoperabilitas ini bukan saja permasalahan apakah suatu platform tersedia
secara bebas, tetapi lebih kepada arah penguasaan teknologi. Jadi apakah platform
tersebut arah penguasaan masa depannya, berada di 1 entitas bisnis, atau terbuka
di badan standard international dan terbuka. Pertimbangan ini akan memberikan
dampak pada pengembangan perangkat lunak untuk digunakan di instansi
pemerintah, misal Sistem Keuangan Daerah. Bebeberapa negara Eropa, seperti
Jerman dan beberapa negara Skandinavia meletakkan persyaratan interoperabilitas
tanpa terikat vendor sebagai syarat utama. Bukan saja "stack" teknologi untuk
menjalankannya gratis dapat digunakan, tetapi bebas tersedia dan siap dimodifikasi
sehingga bisa mengakomodasi berbagai platform teknologi. Java yang kini
berlisensi GPL memiliki chance besar dalam implementasinya. Pemerintah harus
dapat menjamin bahwa data-datanya tetap dapat diakses di masa mendatang,
walau perangkat lunak yang digunakan untuk menghasilkan data tersebut sudah
tidak ada lagi. Untuk kebutuhan ini standard terbuka menjadi syarat utama, dan
perangkat lunak Open Source, lebih memudahkan proses penjaminan
durabilitas data digital ini.
Jelas hal ini menjadikan pemilihan perangkat lunak untuk badan pemerintah tidak
boleh lepas dari aspek pertahanan dan keamanan. Bukan saja dalam arti tahan
terhadap serangan, tetapi juga aman terhadap kendali atau penyusupan pihak
asing. Suatu negara tentu harus dapat menjamin data-data yang dimilikinya.
Terutama data yang berkaitan dengan kepentingan publik. Dengan perangkat
lunak closed source sulit hal itu dijamin. Terutama dari sisi audit secara
menyeluruh. Sebab siapa yang bisa menguji apa yang dilakukan NSA di Windows
Vista ? Berbeda dengan kontribusi yang dilakukan NSA di Linux, yang dikenal
dengan SELinux, semua orang di dunia dari berbagai negara (termasuk badan
rahasia tiap negara) dapat menguji apa yang dikontribusikan oleh NSA pada kernel
Linux tersebut. Sehingga jaminan aman datang bukan hanya datang dari janji
vendor atau sertifikasi, tetapi dari kemungkinan diauditnya program hingga tingkat
source code.
Pertimbangan-pertimbangan di atas bukan sekedar berdasarkan keinginan untuk
menggunakan Open Source, tetapi lebih kepada usaha menjamin bahwa di masa
depan, keputusan pemilihan teknologi yang akan dilakukan pemerintah tidak
terhalangi karena kesalahan keputusan sebelumnya. Begitu juga keputusan
pemilihan format dokumen dan teknologi yang tepat akan menjamin dana yang
telah diinvestasikan publik sebelumnya untuk menyimpan data tidak menjadi
sia-sia karena data tak bisa diakses di masa depan.
Pertimbangan dan kebijakan tersebut tetap bersifat "adil" kepada semua
perusahan. Perusahaan-perusahaan proprietay tetap mendapat kans yang sama,
selama bersedia dalam koridor tersebut. Sebagai contoh dalam hal format dokumen
Open Document Format. Walaupun Microsoft tidak bersedia membuatkan filter
untuk membaca dan menulis ke format ODF, tetapi saat ini ada pihak ke 3 yang
menyediakan format tersebut. Artinya bagi pihak yang tetap bersikeras
mengggunakan MS Office, maka kewajiban menyimpan dalam format ODF dalam
berkas data pemerintahan tidaklah menjadi halangan.
Dampak lain dari keinginan mandiri tanpa ingin didikte oleh 1 vendor dalam
implementasi perangkat lunak juga berdampak pada aturan pengadaan perangkat
keras. Bebeberapa negara telah menerapkan aturan procurement yang
mensyaratkan bahwa perangkat keras yang dibeli oleh pemerintah bersifat "netral",
sehingga tidak hanya kompatibel pada 1 sistem operasi saja. Memang sepertinya
menyulitkan tetapi ini memberikan kemudahan dan penghematan di kemudian
hari bila pemerintah berencana melakukan migrasi ke sistem operasi lainnya. Di
samping itu hal ini menjadikan pemerintah memiliki pilihan yang lebih bebas di
masa mendatang. Pertimbangan ini juga mendorong ke arah persaingan yang lebih
sehat bagi para penyedia kebutuhan TI pemerintah.
• Menggunakan perangkat lunak yang bersifat legal. Hal ini sesuai dengan
pelaksanaan UU HAKI serta surat Edaran MenPAN 01/2009
perangkat lunak Open Source yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut, hal
ini sejalan dengan kesepakatan 5 menteri IGOS serta surat edaran MenPAN
Sebagai manusia kita mempunyai hak mendasar yang disebut dengan hak asasi.
Hak asasi adalah hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia seba- gai
makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan se-
tiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Selain hak asasi, sebagai warga Negara kita juga mempunyai HAK ATAS
INFORMASI. Sebagaimana hak asasi, hak atas informasi juga melekat pada setiap
diri warga Negara. Hak atas informasi ini dijamin oleh Konstitusi atau UUD 1945.
Pada pasal 28F dinyatakan:
• Akselerasi demokratisasi
• Dokumentasi perawatan
1. Pengantar, berisi :
• Deskripsi permasalahan
• Deskripsi lingkungan masalah atau perihal yang melingkupi masalah
tersebut
• Tujuan pengguna dan organisasi serta sistem.
• Solusi yang diajukan dan ruang lingkupnya
2. Deskripsi sistem/solusi
• Prioritas kustomer
• Profil pengguna
• Usia pengharapan dari produk
• Pra-syarat keandalan (reliabilitas)
• Pra-syarat kinerja
• Lingkungan perangkat keras dan antar muka yang telah ada
• Solusi alternatif
• Studi feasibilitas
4. Estimasi
• Jadwal
• Budget
• Analisis Cost/Benefit
• Analisi resiko
5. Prosedur
• Model proses
• Accountability monitoring
• Kendali produk
6. Referensi
• Kamus istilah
• Access-oriented design
• Data-structure-oriented design
• Functional design
• Imperative design
• Object-oriented design
• Parallel design
• Real-time design
• Rules-oriented design
Sehingga pada dokumentasi desain yang pertama kali dilakukan adalah menentukan
pendekatan desain yang digunakan. Karena notasi (UML, SDL, CTT atau lainnya)
mengikuti dari pendekatan desain yang digunakan.
Secara umum suatu dokumen spesifikasi desain yang diterapkan pada lingkungan
Kemenpora mengikikuti panduan sebagia berikut :
1. Pendahuluan
• Hubungan data
• Prioritas implementasi
• Batasan
• Eksepsi
3. Desain arsitektur
• Spesifikasi interface
4. Desain secara ditail. Pada tahapan ini dijelaskan ditail dari tiap modul yang
dirancang. Pada tiap modul tersebut dijelaskan :
• Deskripsi proses
• Pra-syarat inisialisasi
5. Referensi
• Daftar terminologi
4.4.2 Usability
Karena Sistem Informasi yang digunakan di lingkungan Kemenpora banyak
berinteraksi dengan pengguna biasa, maka usabilitas perupakan faktor penting dari
kualitas sistem. Pada dasarnya, kegunaan (usability) merupakan istilah manusia
untuk menyatakan kemudahan dan efektif pada kisaran tertentu pengguna,
diberikan pelatihan khusus, dan dukungan pengguna, untuk memenuhi berbagai
tugas tertentu, dalam kisaran tertentu. Secara umum kegunaan (usability) adalah
kemudahan pengguna untuk belajar mengoperasikan, mempersiapkan input,
menterjemahkan output dari sebuah sistem komponen.
Berdasarkan standar usabilitas sistem terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:
• Biaya. Hal ini berkaitan dengan investasi yang harus dilakukan pengguna untuk
mencapai usabilitas pada level yang diingainkan, termasuk biaya fisik, dan non
fisik.
Satu persatu akan dibahas prinsip dasar dari penilaian suatu user interface. Pertama
adalah prinsip ’learnability ’ yang sering disalah-artikan sebagai user friendly.
Learnability sendiri mempertimbangkan bagaimana suatu user interface
memungkinkan pengguna baru pertama kali menggunakan sistem tersebut dapat
segera menggunakan sistem tersebut. Prinsip ini sendiri memiliki prinsip-prinsip :
• Consistency. Kemiripan perilaku pada situasi serupa pada obyek task yang
serupa.
• Bagi manajer, hal itu adalah keputusan dalam pemilihan produk, sebagai
keputusan ini akan menentukan pembelajaran(learnability) sistem yang
dipilih, dan produktivitas yang menggunakannya.
4.4.3 Keamanan
Keamanan disini mencakup keamanan komputer baik secara informasi dan
perangkat keras dari sebuah sistem. Tujuan dari keamanan adalah mencakup
perlindungan informasi dan properti dari pencurian, kerusakan, maupuan bencana
alam. Keamanan komputer merupakan proses kolektif dan mekanisme untuk
informasi sensitif dan berharga yang dilindungi dari publikasi, gangguan atau
kerusakan dari aktifitas yang tidak sah atau individu yang tidak serta dan proses
yang tidak direncanakan. Celah-celah pada keamanan komputer dapat dibedakan
menjadi beberapa hal yaitu :
– Serangan yang bersifat pasif adalah serangan yang tidak merusak ataupun
merubah pesan yang dikirimkan. Tujuan dari serangan yang bersifat pasif
adalah memperoleh informasi yang sedang ditransmisikan. Sebagai
contoh : penyadapan terhadap saluran telepon, analisa lalu lintas data di
dalam jaringan, penangkapan pesan, dan lain-lain.
– Serangan yang bersifat aktif adalah serangan yang merusak atau adanya
usaha modifikasi terhadap pesan maupun resource sistem. Serangan yang
bersifat aktif lebih memiliki unsur modifikasi data penciptaan data palsu.
Serangan aktif ini dapat dibagi menjadi 4 yaitu :
“is the degree to which a computing system meets the expectation of the
person involved with it “ (Doherty, W.J.(1970), Schedulling TSS/360 for
Responsiveness, AFIPS Proc. FJCC, 1970, pp. 97-111)
“is the eectiveness with which the resource of the host computer system are
utilized toward meeting the objective of the software system “(Graham, R,
M. (1973). Performance prediction, Advances Courses on Software
Engineering, Springer Verlag, 1974, pp.395-463.)
lunak baru, atau perangkat keras baru, memilih service komputasi, dan juga
mengevaluasi perubahan sistem untuk modikasi.
– Think aloud. Pada teknik evaluasi ini, pengguna sebenarnya pada suatu
sistem diobservasi ketika berinteraksi dengan sistem. Biasanya mereka
diminta melalukan suatu task, dan ketika melakukan hal itu mereka akan
’meneriakkan’ apa yang ada dipikirannya, pertimbanganya, dan
keputusan aksi yang dilakukannya. Cara ini cukup menarik karena :
∗ Proses ini termasuk mudah dan dapat digunakan
∗ Pengguna didorong untuk memberikan kritik
∗ Evaluator dapat menemukan letak interaksi yang membingungkan
dan dapat meningkatkan efektifitas sistem dengan cara menentukan
permasalahannya
– Protocol analysis. Dengan cara ini dilakukan pencatatan aksi yang
dilakukan user. Dapat digunakan beragam metode dan alat bantu :
∗ Kertas dan pensil
∗ Audio recording
∗ Video recording
∗ Computer logging
∗ User notebooks
– Automatic protocol analysis. Dengan perangkat bantu analisis ini maka
dapat dilakukan analisis interaksi user interface.
– Post-task walkthrough. Kadang kadang data evaluasi dari observasi
langsung pada suatu saat tertentu tak dapat iinterpretasikan. Untuk
mengetahui alasan pelaksanaan aktion maka perlu dilakukan evaluasi
cara ini. Sebab kadang pengguna tak dapat ’bercerita’ ketika sedang
melakukan suatu aksi, terutama ketika saat kritis dan sebagainya.
• Query technique. metode yang tidak terlalu formal ini dilakukan dengan
bertanya pada user. Biasanya merupakan evaluasi pelengkap. Bisa dilakukan
dengan :
• Evaluasi keamanan. SIM terutama yang bersifat online dan dapat diakses di
Internet, harus melalui pengujian keamanan. Baik secara off line maupun
online. Hanya SIM yang telah lolos dari evaluasi keamanan, maka dapat
digunakan secara online di lingkungan Kemenpora
• Evaluasi usabilitas, SIM yang melibatkan pengguna, maka harus diuji dengan
melibatkan pengguna. Bagaimana pengguna merasakan penggunaan sistem
merupakan tolok ukur keberhasilan dari SIM tersebut. Evaluasi usabilitas ini
dilakukan dari tahap desain hingga tahap akhir pembuatan SIM.
• Unstructured Data Exchange, pertukaran data tidak terstruktur (free text) yang
sangat memerlukan pemahaman manusia
• Structured Data Exchange, pertukaran data baik secara manual atau otomatis
tetapi tetap memerlukan kompilasi secara manual.
1. Level Informasi
(a) Syntactic
(b) Structured
(c) Semantic
2. Level Teknologi
• Keragaman syntatic, keragaman jenis ini sudah dimulai dari model database
traditional. Adapun beberapa contoh dari keragaman syntactic adalah :
– superclass, sebuah konsep atau atribute seperti nama dapat memiliki arti
yang berbeda karena diletakkan pada struktur yang berbeda, karena satu
adalah struktur yang menunjukkan nama produk (superclass adalah
produk), sedangkan yang lain adalah struktur yang menunjukkan nama
orang (superclass adalah individu).
– subclass, sebuah konsep yang memiliki label sama belum tentu berarti
sama karena subclass yang berbeda. Misalkan mesin dengan mesin,
mesin yang satu memiliki subclass (ruang bakar, bahan bakar, gear),
mesin yang lain memiliki subclass (cpu, memori, I/O). Maka mesin yang
pertama adalah mesin bakar, sedangkan mesin yang kedua adalah
komputer.
Keragaman ini terjadi karena semakin berkembangnya Internet dan teknologi web
yang membawa dampak sebagai berikut :
• Web and data is massive, ukuran dari web dan data baik dalam arti jumlah
sumber maupun isi data semakin bertambah dari waktu ke waktu dengan
sangat cepat. Bagaimana mendapatkan sumber data yang sesuai.
• Web and data is distributed, sumber data dan data terdistribusi atau tersebar
pada berbagai sumber data. Kendala terutama banyak sumber data yang tidak
’terdaftar’ pada sebuah daftar data baru dan penyesuaian akses karena
perubahan skema data.
• Web and data is dynamic, sumber data akan menjadi sangat dinamis, bukan
saja dalam arti pembaharuan isi data, tetapi juga pembaharuan dari skema
data. Bagaimana mendeteksi perubahan data baru dan penyesuaian akses
karena perubahan skema data.
• Web and data is open world, siapa saja dapat membuat data atau web di
Internet..Terdapat problem bagaimana mempercayai kebenaran sebuah
sumber data.
• Level 0 – System Specific Data, data digunakan pada masing-masing sistem dan
tidak ada pertukaran data.
Seperti terlihat pada Gambar 4.7. awalnya suatu format file yang digunakan suatu
aplikasi terikat erat dengan aplikasi tersebut sehingga berkas yang dihasilkan suatu
program aplikasi, biasanya hanya bisa dibaca, diproses dan disimpan kembali oleh
program aplikasi tersebut. Tapi kini yang sekarang lebih disukai oleh pengguna
yaitu adanya fleksibilitas dan ketidak terikatan antara jenis berkas dan aplikasi yang
memprosesnya. Dengan tidak terikatnya antara jenis program dan berkas yang
disimpan maka diharapkan berkas tersebut dapat dimanfaatkan oleh beragam
aplikasi baik yang satu platform maupun yang dijalankan pada platform berbeda.
• Kemampuan interoperabilitas
• Dokumen lama tak dapat dibaca karena vendor mengubah formatnya pada
program versi baru. Sehingga pemilihan dokumen juga harus
mempertimbangkan usia dokumen untuk kebutuhan preservasi dokumen.
• Open Document Format , pada tahapan ini proses penyimpanan berkas oleh
seorang pengguna memungkinkan dibuka oleh pengguna lain yang
menggunakan aplikasi lainnya. Jadi pada tahapan ini dititik beratkan
perbedaan pengguna pada sistem lain dapat saling bertukar data. Contoh
yang termasuk kategori ini seperti Open Document Format, PDF, dan lain
sebagainya
• Open Exchange Format , pada tingkat ini berbagai sistem aplikasi (misal
sistem workflow, sistem database) dapat saling bertukar data dengan sistem
aplikasi lainnya. Sebagai contoh Sistem Aplikasi Kepegawaian di organisasi A
dapat bertukar data dengan Sistem Aplikasi Kependudukan di organisasi B.
Pada tahapan ini sistem yang terbentuk dari beragam perangkat lunak
tersebut dapat berbeda tapi dapat saling bertukar data. Contoh yang termasuk
pada kategori ini adalah Open Financial Exchange (OFX) Format
[http://www.ofx.net], GPS Exchange Format (GPX), Sharable Content Object
Reference Model (SCORM) yang digunakan pada platform eLearning.
maka fondasi yang baik haruslah tercipta terlebih dahulu. Fondasi itulah yang
disediakan oleh Open Document Format di dalam penyimpanan data.
Interoperabilitas hanya dapat terjaga ketika semantik (apa arti dari suatu perintah
atau data) dan sintatik (bagaimana perintah atau data tersebut disusun) diketahui
secara terbuka. Sehingga pengguna tidak mengalami batasan harus menggunakan
perangkat keras tertentu, sistem operasi tertentu ataupun perangkat lunak seperti
database tertentu.
Tanpa adanya interoperabilitas maka akan ada beberapa kesulitan yang timbul
antara lain :
• Sering terjadi antara bagian tidak dapat bertukar informasi karena jenis sistem
informasi berbeda, dan dikembangkan oleh pihak yang berbeda. Ini yang
sering disebut permasalah Island of Information (pulau-pulau informasi)
Oleh karena itu, azas interoperabilitas dalam berbagai tahapan ini perlu
dipertimbangkan di dalam penyusunan layanan eGovernment di Indonesia.
Semakin keterbukaan data dijaga pada lapisan bawah, maka semakin mudah
keterbukaan dan interoperabilitas di tingkat atas untuk dicapai. Oleh karena itu
konsep interoperabilitas di tingkat atas (antar sistem) akan lebih mudah dicapai
oleh lembaga pemerintah ketika mulai dengan konsep Open Document.
Dengan memiliki fondasi yang baik dan terbuka seperti ini, maka resiko locked-in
pada suatu konsultan ataupun perusahaan di masa depan dapat dicegah sedini
mungkin. Sehingga ketika sistem sudah tidak dibawa kontrak dengan
konsultan/vendor tersebut, maka pihak ketiga (pihak lainnnya) dapat dengan
mudah melanjutkan perawatan atau perbaikan sistem.
• Standard De facto. Jenis standard ini adalah apa yang banyak digunakan oleh
orang atau populer sehingga dianggap sebagai suatu hal yang standar karena
diketahi oleh banyak orang. Akan tetapi sebetulnya jenis standard ini tidak
memiliki dukungan dari badan standar, dan belum teruji. Lebih jauh lagi
karena bukan merupakan suatu standard yang terdefinisi maka tidak ada
jaminan bahwa si pembuat format tersebut tidak akan menghentikan
dukungan. Sebagai contoh program yang tadinya mendukung format
tersebut, ternyata pada versi barunya sudah tidak mendukung format yang
lama tersebut. Contoh adalah DOC, XLS.
• Standard terdefinisi. Jenis standard ini terspesifikasi dengan ditail dan terkait
dengan suatu organisasi standar misal ISO, ECMA dan sebagainya. Dalam
penyusunan standard tersebut berbagai macam pihak yang terkait pada
industri akan terlibat. Pihak-pihak yang terlibat itu antara lain pengguna,
vendor, expert dan sebagainya. Untuk jenis standard yang terbuka (Open
Standard), setiap orang dapat melakukan implementasi dari standard tersebut
secara bebas
Organisasi atau badan pemerintah sering secara mudah-nya saja memilih format
dokumen dengan cara memilih standard de-facto karena dianggap semua orang
memiliki aplikasi untuk membuka dokumen tersebut. Tetapi pada kenyataanya
belum tentu.Di samping itu pelajaran dari berkas-berkas yang disimpan dalam
format standad de-facto tahun 90-an yang kini tak bisa dibuka kembali, harus
menjadi pertimbangan dalam menentukan berkas yang digunakan oleh badan
pemerintah.
Badan pemerintah dalam menggunakan berkas untuk berkomunikasi dengan
publik harus mempertimbangkan azas aksesibilitas, yaitu memungkinkan publik
• Format tertutup (closed format ). Pada format ini yang tahu dengan pasti
adalah perusahaan pembuat perangkat lunak, keputusan perubahan format
atau cara menyimpan berkas ditentukan oleh perusahaan tersebut. Begitu
juga dengan apakah di masa depan format tersebut masih didukung atau tidak
sangat bergantung kepada perusahaan tersebut. Format yang tergolong ini
adalah *.DOC, *.XLS, *.PPT, *.PSD dan sebagainya
• Format terbuka (open Format ). Pada format jenis ini bagaimana data
disimpan dalam berkas diketahui oleh umum secara bebas. Sehingga
perusahaan ataupun organisasi manapun dapat menggunakan format
tersebut. Format terbuka ini ada 2 jenis yaitu :
– Format terbuka tapi bukan suatu standard. Sebagai contoh format LATEX,
BibTEX. Walau spesifikasi dari berkas ini terbuka dan bebas digunakan,
tetapi bukan merupakan suatu standard yang disahkan oleh badan
standard.
– Format terbuka dan merupakan suatu standard yang disahkan oleh
badan standar. Yang tergolong jenis ini adalah format ODF, SGML, PDF
dan lain sebagainya.
Pada dasarnya yang membedakan antara suatu model dokumen satu dan dokumen
lainnya adalah metode mark-up yang digunakan dalam dokumen tersebut. Pada
dokumen terbuka aturan mark-up ini terbuka kepada publik sehingga dipahami
struktur dari dokumen tersebut.
Format) yang telah menjadi ISO/IEC 26300:2006 dan saat ini sudah diterima
menjadi Standard Nasional Indonesia. Oleh karena itu Open Document Format
(ODF) memiliki dasar yang terkuat untuk diterima sebagai berkas yang dapat
digunakan oleh badan pemerintahan untuk aplikasi perkantoran, karena
memenuhi kriteria di atas. Baik kriteria teknis ataupun kriteria non teknis
Pada awalnya Open Document Format (ODF) hanya digunakan oleh perangkat
lunak perkantoran Open Office. Kemudian Komite Teknis OASIS (Organization for
the Advancement of Structured Information Standards) menjadi pengembang
utama dari format dokumen ini. Pada bulan Mei 2005 OASIS konsorsium
menyetujui format ini untuk menjadi sebuah standar dan pada bulan Mei 2006
Open Document format disahkan menjadi sebuah standar internasional dengan
nama ISO/IEC 26300:2006.
• Terbuka dan netral terhadap vendor tertentu. Dengan kata lain tidak hanya 1
vendor yang memahami dengan ditail mengenai format ini, karena format ini
dikembangkan oleh komite teknis di luar 1 perusahaan. Bukan suatu format
yang dikembangkan oleh suatu perusahaan dan langsung diajukan ke badan
standard
• Dipublikasikan tanpa batasan dan tanpa royalti. ODF dapat digunakan oleh
pihak manapun tanpa membayar royalti. Dokumen standard ODF juga
tersedia bebas untuk dipelajari dan diimplementasikan. Hal ini sangat
• Tidak terikat pada satu macam perangkat lunak untuk memproses berkas
yang ada. Dengan spesifikasi terbuka ini, maka tidak hanya 1 perangkat lunak
yang dapat memanfaatkan dengan penuh berkas dokumen yang ada. Berbagai
vendor bebas memanfaatkan ODF ini termasuk vendor yang berkompetisi.
Sehingga tidak bisa dikatakan ODF ini memihak pada vendor tertentu.
• Spesifikasi masih dapat dipahami dengan mudah dalam ukuran yang tidak
sulit. Ukurannya yang tidak terlalu besar (karena banyak memanfaatkan
standard yang sudah ada), dan sudah terbuka ke publik sejak lama,
menjadikan spesifikasi ODF ini mudah dipahami untuk dipelajari.
• Tidak menggunakan obyek yang bersifat binary. Dengan kata lain berkas
disimpan dengan karakter yang dapat dibaca manusia biasa. Tag-tag yang
digunakannya pun bersifat mudah dibaca oleh manusia, bukan saja oleh
program.
Berikut ini adalah jenis-jenis dokumen yang termasuk di dalam Open document
Format, adalah sebagai berikut ini:
• Tidak hanya vendor tertentu ataupun vendor yang memiliki hubungan baik
dengan pembuat format tertentu. ODF memungkinkan vendor yang saling
bersaing (kompetitor) untuk menyediakan dukungan kepada ODF sehingga
produk-produk tersebut dapat mendukung ODF. Pada saat ini lebih dari 20
produk dari berbagai vendor yang dapat membaca/menulis berkas ODF ini,
termasuk produk aplikasi perkantoran yang merupakan kompetitor, seperti
MS Office dan Open Office.
• Standar yang baik akan memberikan keuntungan atau playing field yang sama
baik bagi industri dunia maupun industri lokal. Standard ODF yang terbuka
dan masih bisa dipahami dengan mudah, walaupun tidak memiliki hubungan
khusus dengan pembuat standard, menjadikan opsi yang menarik bagi industri
lokal. Beberapa produk perangkat lunak buatan Indonesia sudah mendukung
format ODF ini, misal Cimande, BlueOxygen, Postila.
Faktor non teknis yang perlu diperhatikan dalam penentuan standard dokumen
pemerintah adalah ketergantungan kepada suatu entitas (bisnis ataupun bukan).
Dengan mengadopsi standard terbuka yang dikembangkan oleh banyak pihak,
maka ketergantungan ini menjadi rendah. Begitu dengan aspek lisensi dan royalti
yang digunakan pada standar dokumen tersebut harus juga dipertimbangkan.
Memilih platform teknologi ini tidak hanya sekedar masalah teknologi atau
ekonomi saja. Juga harus dipertimbangkan sebagai masalah ketahanan negara.
Artinya dengan makin bergantungnya pada satu pihak saja, maka pertahanan
menjadi makin lemah. Begitu juga dalam hal dokumen ini. Bayangkan bila hal
tersebut terjadi dengan format dokumen perkantoran yang sangat penting bagi
operasional kantor pemerintahan. Menggantungkan pada standard de-facto yang
kenyataannya hanya dikuasai oleh satu perusahaan saja, sama dengan
menggantungkan masa depan ke perusahan tersebut.
121
Roadmap Kemenpora
Gambar 5.1: Roadmap Kemenpora 2015-2020
• Aplikasi, ditandai dengan komponen yang berwarna hijau muda. Salah satu
dari wujud pengembangan TIK di lingkungan Kemenpora adalah peningkatan
kualitas aplikasi untuk e-govermen. Oleh karena itu roadmap pengembangan
dan pengelolaan aplikasi menjadi salah satu fondasi utama pada roadmap ini.
Pengembangan dan pengelolaan aplikasi akan memperhatikan bebrapa
komponen berikut ini:
2015
• Inventarisasi Kebijakan TIK
Tahap ini merupakan tahap awal dari penyusunan sebuah kebijakan TIK.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memetakan hasil dan capaian untuk
setiap kemajuan TIK di Kemenpora.Tujuan dari kegiatan ini adalah:
2016
• Pembuatan Roadmap TIK 2015-2020
Salah satu landasan dalam melakukan implementasi TIK adalah penyusunan
sebuah perencananan pengembangan TIK untuk beberapa tahun ke depan.
2017
• Peraturan Menteri tentang Roadamp TIK 2015-2020
Penerapan roadmap TIK di Kemenpora harus memiliki kekuatan hukum yang
mengikat sehingga dapat menjadi landasan dalam penerapan setiap kegiatan
yang ada di dalamnya. Melalui penerapan peraturan menteri diharapkan
pelaksanaan roadmap TIK dapat dilaksanakan dengan berkesinambungan
karena akan memudahkan pengelolaan perencanaan dan pencapaian dari
setiap kegiatan sehingga sesuai dengan tujuan dari roadmap ini yaitu
melalukan peningkatan efektivitas dan efisiensi penerapan TIK.
2018
• Peraturan Standar Data, informasi dan layanan
Penerapan BCP dan DRC hendaknya melalui kajian serta inventarisasi yang
mendalam. Tujuannya adalah untuk mendapatkan sebuah bisnis proses yang
menyeluruh sehingga meningkatkan kualitas layanan TIK di Kemenpora.
Melalui hal tersebut maka diperlukan sebuah survey yang dapt membuat
gambaran mengenai implementasi BCP dan DRC di masing-masing bagian.
Hasil akhir dari survey diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dalam
penerapan BCP dan DRC di masa yang akan datang. Tujuan dari kegiatan ini
adalah untuk:
2019
• Kajian Akademis Pembentukan Pusat Data dan Informasi
Peningkatan mutu TIK di Kemenpora tidak lepas dari struktur organisasi yang
mendukung untuk tugas dan fungsi masing-masing bagian. Oleh karena itu
sangat diperlukan kajian akademis terkait pembentukan pusat data dan
informasi. Pusat Data dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan
penyediaan dan pengembangan prasarana Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK), pengumpulan dan pengelolaan dokumen, arsip,
kepustakaan, data dan Informasi, dukungan teknis penyusunan dokumen
perencanaan dan laporan pelaksanaan rencana TIK, serta pengoordinasian
pengembangan jaringan Informasi. Tujaun dari dari kegiatan ini adalah untuk
endapatkan seluruh informati terkait faktor-faktor yang perlu di perhatikan
dalam pembentukan pusat data dan informasi baik dari sisi teknis maupun
non teknis.
– Penyusuunan tata kelola BCP dan DRC sesuai dengan tugas dan fungsi
masing-masing unit di Kemenpora.
2020
• Peraturan Pusat Data dan Informasi Di Kemenpora
Dengan terbentuknya tata kelola terkait pengelolaan BCP dan DRC diharapkan
dapat menjadi titik awal terbentuknya sebuah peraturan yang dapat mengatur
mengenai implementasi BCP dan DRC yang ada di Kemenpora. Sehingga
diharapkan pengelolaan informasi menjadi lebih terarah dan terkoordinir
dengan baik. Tujuan dari kegiatan ini adalah terbentuknya peraturan
mengenai pengelolaan BCP dan DRC untuk data dan informasi di lingkungan
Kemenpora.
2015
• Inventarisasi manajemen jaringan
2016
• Implementasi Backup Koneksi Internet
Ketersediaan koneksi internet merupakan salah satu faktor utama dalam
peningkatan infrastruktur. Peningkatan kualitas koneksi internet dapat
dilakukan dengan salah satunya yaitu menyediakan koneksi cadangan
(backup) sehingga bila koneksi utama mati maka koneksi dapat digantikan
secara cepat. Oleh karena itu menjadi salah satu kebutuhan utama untuk
menyediakan kondisi cadangan (backup). Tujuan dari kegiatan ini adalah:
• Peningkatan Infrastruktur
Kualitas infrastruktur sangat bergantung juga dengan kualitas peralatan yang
digunakan. Setiap peralatan jaringan memiliki umur ekonomis. Semakin lama
perlatan tersebut digunakan maka penurunan kualtiasnya pun akan semakin
besar. Salah satu peralatan yang memiliki umur ekonomis yang cepat adalah
wireless. Oleh karena itu diperlukan peningkatan infrastruktur wireless
dengan melakukan penggantian terhadap wireless yang memiliki penurunan
kualitas . Peningkatannya lain yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan peningkatan terhadap storage server untuk dapat menyimpan
data-data dan informasi penting di Kemenpora. Tujuan dari kegiatan ini
adalah:
• Audit Infrastruktur
Hasil dari inventarisasi infrastruktur akan menjadi salah satu modal utama
untuk melakukan audit infrastruktur. Audit infrastruktur menjadi sangat
penting karena melalui hal ini akan memungkinkan pemetaan pencapain dari
setiap kebijakan yang telah dilakukan di bidang infrastruktur. Tujaun dari
kegiatan ini adalah:
2017
• Desain Private Cloud Storage
Ketersediaan sumber daya infrastruktur yang baik akan mendorong
peningkatan layanan yang baik. Oleh karena itu salah satu peningkatan layan
yang baik di bidang infratruktur adalah menyediakan layanan penyimpanan
data private untuk setiap pegawai, lembaga bahkan unit di Kemenpora seperti
Dropbox atau Google Drive. Namun untuk melakukan layanan tersebut perlu
dilakukan kajian atau desain untuk mengetahui kesiapan dan ketersediaan
sumber daya infrastruktur yang ada. Sehingga diharapkan melalui desain
private cloud storage ini akan dapat menjelaskan cara untuk melakukan
implementasi serta batasan-batasan yang diperlukan. Tujuan dari kegiatan ini
adalah :
2018
• Desain DRC (Disaster Recovery Center)
Implementasi dari kebijakan TIK untuk menjaga kualitas layanan data dan
informasi adalah dengan tersedianya sebuah layanan DRC untuk seluruh data,
informasi serta apalikasi di Kemenpora. Untuk menunjang hal tersebut maka
diperlukan sebuah desain DRC khususnya dari segi infrastruktur untuk
mengetahui komponen-komponen yang perlu dipersiapkan sehingga
implementasi DRC dapat menjadi efektif dan efisien. Tujaun dari kegiatain ini
adalah:
2019
• Monitoring Cloud Server
Dalam menjaga kualitas layanan di bidang infrastruktur maka diperlukan
sebuah layanan monitoring cloud server dengan mengkombinasikan antara
monitoring app dan monitoring hardware seperti untuk mengetahui informasi
sisa storage, suhu untuk seluruh server serta besarnya bandwith yang terpakai
dan berbagai macam informasi lain secara terintegrasi khususnya untuk
data-data yang berada pada cloud server Kemenpora. Tujuan dari kegiatan ini
adalah untuk membentuk sebuah monitoring layanan cloud server yang
memiliki fungsi untuk memberikan early warning (deteksi dini) bila terjadi
permasalahan pada cloud sistem yang sedang berjalan. Melalui early warning
diharapkan fungsi dari cloud infrastruktur terutam server dapat dijaga kualitas
layanananya
Sesuai dengan standar audit keamanan informasi yang telah ditetapkan maka
salah satu tugas dan fungsi dari infrastruktur adalah menyediakan layanan
keamanan yang baik. Oleh karena itu penngkatan manajemen keamanan
menjadi fokus utama dari sisi infrastruktur. Untuk melakukannya maka akan
diterapkan beberapa hal seperti: (1) Tata kelola pengeloaan router dan server,
(2) penambahan peralatan penujang keamanan seperti IDS Server (Instrussion
Detection System) dan IPS (Intrusion Prevention System). Tujaun dari
kegiatan ini adalah untuk membuat petunjuk pelaksanaan mengenai tata
kelola penangangan dan pengelolaan infrastruktur untuk seluruh tim tekni
baik junior maupun senor serta integrasi infrastruktur layanan manajemen
keamanan berupan pembelian pembelian peralatan IDS dan IPS.
Salah satu layanan utama dari infrastruktur adalah penyediaan DRC. Oleh
karena itu pada tahap ini adalah penyiapan data-data, aplikasi yang akan
diimplementasikan fitur backup sistem serta penyiapan jalur koneksi internet
yang stabil untuk keberlangsungan DRC serta penyiapan data center untuk
DRC di tempat yang telah ditentukan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk:
2020
• Pembuatan DRC tahap 2 (Final)
Fokus dari kegiatan implementasi DRC tahap 2 ini adalah integrasi DRC untuk
seluruh layanan yang ada di Kemenpora. Integrasi ini meliputi mekanisme
proses DRC, testing kualitas DRC, dan perencanaan pengelolaan DRC untuk
masa yang akan datang.. Tujuan dari kegiatan ini adalah:
5.3 Aplikasi
2015
• Inventarisasi Aplikasi E-goverment
Sebagai salah satu landasan dalam peningkatan kualitas layanan
E-Government adalah implementasi TIK khususnya jenis-jenis aplikasi yang
ada di lingkungan Kemenpora. Oleh karena itu diperlukan diadakannya
inventarisasi terhadap setiap aplikasi yang telah dikembangkan di lingkungan
Kemenpora. Tujuan dari inventarisasi adalah sebagai berikut:
2016
• Pengembangan (SIMAYA +)
Electronic Office (e-office) adalah suatu sistem yang berhubungan dengan
administrasi, secara maya dengan memusatkan komponen-komponen sebuah
organisasi dimana data, informasi, dan komunikasi yang dibangun melalui
media teknologi informasi. Salah satu komponen dari e-office adalah
manajemen pengelolaan surat hal ini sesuai dengan Tata Naskah Dinas
Elektronik (TNDE). TNDE pengelolaan naskah dinas secara elektronik dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kecepatan dan
kemudahan dalam proses pengambilan keputusan. TNDE dimaksudkan
sebagai acuan dalam pengelolaan dan pembuatan petunjuk pelaksanaan atau
petunjuk teknis tata naskah dinas elektronik pada setiap instansi pemerintah.
Tujuan dari TNDE adalah untuk menciptakan acuan pembuatan petunjuk
pelaksanaan atau petunjuk teknis bagi instansi pemerintah dalam mendukung
kelancaran penyelenggaraan pemerintah yang efektif dan efisien. Untuk
memenuhi pemenuhan mengenai ketersediaan layanan persuratan elektronik
maka Kemenpora bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Pudatin Kominfo) melakukan pengembangan Simaya + yang
telah berjalan di Kominfo untuk diterapkan di Kemenpora. Tujuan
implementasi ini agar proses pelaksanaan TNDE dapat dipercepat sehingga
diharapkan dapat menggantikan proses manual di Kemenpora.
2017
• Integrasi layanan data spasial
Peningkatan kualtias data menjadi salah satu terombosan dalam
pengembangan aplikasi. Salah satu informasi yang menjadi fokus dari
pengembangan e-goverment yaitu peningkatan kualitas data spasial. Oleh
karena itu maka sangat diperlukan untuk menambah layanan kualitas layanan
data spasial. Peningkatan kualitas layanan data spasial adalah dengan
melakukan revitalisasi terhadap aplikasi GIS yang telah ada terutama dari sisi
manajemen pengelolaan data serta membuat layanan web services sehingga
seluruh informasi dapat digunakan untuk berbagai macam kebutuhan
sehingga proses integrasi layanan menjadi lebih mudah. Tujuan dari proses
integrasi layanan data spasial adalah terbentuk sebuah aplikasi gis yang
memiliki fungsi sebagai salah satu dashboard informasi bagis masyarakat dan
pihak internal.
• Integrasi SIMAYA +
Implementasi Simaya+ harus di dorong dengan kesesuaian tata kelola
persuratan yang ada di Kemenpora seperti jenis-jenis surat, alur surat maupun
pelaporan. Oleh karena itu maka proses integrasi Simaya+ dengan tata kelolal
persuratan menjadi sangat penting yaitu melalui pemetaan fungsi yang ada di
Simaya+ ke tata kelola di persuratan. Hal ini diharapkan dapat membantuk
percepatan integrasi dan pemakaian Simaya secara menyeluruh untuk seluruh
alur surat di Kemenpora.
2018
• Integrasi layanan data
2019
• Pengembangan Sistem DRC
Disaster recovery center (DRC) merupakan sebuah terobosan untuk integritas
data. Untuk mendukung DRC ini maka dari sisi aplikasi diperlukan sebuah
aplikasi yang menjadi pusat DRC. Melalui aplikasi ini maka proses registrasi ,
pertukaran data, backup data dan monitoring sistem akan menjadi terkelola
dengan baik. Sehingga proses implementasinya dapat dilakukan secara efektif
dan efisien.
memerlukan data dan informasi dari luar. Oleh karena itu diperlukan sebuah
sistem informasi yang dapat melalukan pengambilan (aggregasi data external)
seperti pengambilan data media mainstream, sosial media, serta media-media
lain yang sepenuhnya menjadi milik Kemenpora. Melalui aggregasi data ini
diharapkan kualitas informasi untuk setiap keputusan yang diambil menjadi
lebih baik.
2020
• Integrasi Layanan DRC
Peningkatan kualtias layanan untuk DRC dapat ditingkatkan melalui
implementasi sistem layanan monitoring data dan aplikasi (feeder) untuk
setiap aplikasi yang ada di Kemenpora. Melalui mekanisme feeder ini maka
setiap penanggung jawab aplikasi dapat melalukan pengaturan (customisasi)
data dan layanan yang akan diterapkan untuk dilakukan DRC. Pengaturan ini
akan memudahkan klasfikasi data dan informasi sehingga manajemen DRC
menjadi mudah karena setiap layanan dan informasi telah dikategorikan oleh
masing-masing wali data.
2015
• Inventarasi Kualitas Data dan SDM
Kemajuan sebuah kementerian mengenai TIK tidak hanya tergantung pada
kebijakan, infrastruktur maupun ketersediaan aplikasi. Salah satu faktor
pendorong dari kemajuan TIK adalah ketersediaan Sumber Daya Manusia
(SDM) dan pengelolaan informasi. Melalui unsur inilah makan dapat
dipastikan pengelolaan TIK akan dapat berjalan dengan baik. Untuk
mendukung hal inilah maka dilakukan proses inventarisasi mengenai
pengelolaan data untuk mengetahui kualitas data dan informasi serta juga
2016
• Sosialisasi Aplikasi E-gov
Berbagai macam aplikasi telah dikembangkan di Kemenpora untuk
meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai aplikasi-aplikasi yang
ada di kemenpora maka perlu dilakukan sosialsiasi pengelolaan aplikasi.
Sosialisasi ini bertujuan untuk memperkenalkan berbagai macam aplikasi
yang tersedia di Kemenpora seperti evaluasi, Simya+, siratu, sipuput, sirinda,
dan berbagai macam aplikasi lain yang ada. Diharapkan melalui sosialisasi ini
maka pengetahuan terhadap penggunaan aplikasi ini menjadi semakin
meningkat.
2017
• Awareness tentang data dan Infomasi (BCP)
Mutu informasi akan meningkatan kepuasan publik akan setiap informasi
yang diberikan. Peningkatan mutu sangat tergantung keberlangsungan
pemberina informasi yang sangat terkait dengan program atau kegiatan yang
berlangsung di Kemenpora. Hal ini tentunnya sangat sesuai dengan BCP yang
ingin dikembangkan. Untuk memberikan pemahaman mengenai pentingnya
proses BCP untuk setiap kegiatan atau layanan yang ada di Kemenpora maka
diperlukannya sebuah kegiatan agar dapat meningkatkan pemahaman
tentang ini. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah melalui sosialiasi
atau bimtek. Melalui kegiatain ini diharapkan maka definsi program, kegiatan
maupun capaian setiap informasi dapat menjadi lebih jelas dan terukur.
• Sosailisai Roadamap
2018
• Bimtek Pengelolaan Aplikasi
Penerapan aplikasi sangat tergantung dengan tim teknis serta pengguna untuk
setiap aplikasi. Disamping itu setiap aplikasi memiliki keunikan serta fungsi
yang berbeda. Oleh karena itu pendalaman mengenai fungsi dari setiap
aplikasi yang ada menjadi sangat penting karena akan menentukan
penyebaran informasi dari setiap aplikasi. Peningkatan pemahaman akan
fungsi dari setiap aplikasi dapat dilakukan melalui bimtek pengelolaan aplikasi
yang secara khusus membahasa berbagai fungsi aplikasi sesuai dengan tugas
dan fungsi dari masing-masing pengguna.
2019
• BIMTEK Standar IT (BCP, DRC, Keamanan Informasi)
Penerapan standar IT di Kemenpora akan berhasil terjadi koordinasi antara
pengambilan kebijakan dengan tim teknis. Peningkatan koordinasi antara tim
teknis dengan pengambil kebijakan dapat dilakukan melalui mekanisme
pelatihan yang intensif khususnya untuk tim teknis. Melalui pelaithan yang
detail diharapkan setiap tim teknis dapat memberikan informasi yang detail
dan jelas untuk dalam penerapan TIK berdasarkan standar IT yang telah di
tetapkan
2020
• Sertifikasi SDM TI dan Layanan Informasi tahap 2
Peningkatan SDM dapat mendorong peningkatan kualitas layanan yang
diberikan. Peningkatan layanan yang diberikan dapat ditunjukkan dengan
melalui sertifikasi dari beberapa badan standarisasi. Oleh karena itu untuk
mengetahui sejauh mana level pelayanan yang telah diberikan maka dapat
diberlakukan sebuah kajian atau sebuah audit untuk mengetahui tingakat
[1] ISO, ISO/IEC 27037:2012 Guidelines for identification, collection, acquisition and
preservation of digital evidence.
[3] NIJ, National Institute of Justice Special Report Electronic Crime Scene
Investigation : A Guide for First Responders, Second Edition
[4] Yusuf, A.U. Perancangan Tata Kelola Infrastruktur Teknologi Informasi dan
Komunikasi Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kota Banda
Aceh Dengan Menggunakan Metode Ward and Peppard dan Cobit 5. Fakultas
Informatika Universitas Telkom, Bandung.
[5] Craig Symons, Forrester, “IT Governance Framework, Best Practices”, March 29,
2005
145