Makalah Sistem Turbin Gas Pada Sistem PL PDF
Makalah Sistem Turbin Gas Pada Sistem PL PDF
Disusun Oleh :
DIMAS YUDHA SATRIA UTAMA
21050111083008
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ i
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
BAB II TURBIN GAS ............................................................................................ 3
2.1 Sejarah Turbin Gas ........................................................................................ 3
2.2 Pengertian Turbin Gas................................................................................... 5
2.3 Prinsip Kerja Turbin Gas .............................................................................. 7
2.4 Klasifikasi Turbin Gas .................................................................................. 9
2.5 Siklus-siklus Turbin Gas ............................................................................. 11
2.6 Modifikasi Turbin Gas ................................................................................ 13
2.7 Siklus Brayton dengan Intercooler, Reheater, dan Regenerator ................. 13
2.8 Komponen Turbin Gas ................................................................................ 14
2.9 Komponen Penunjang Sistem Turbin Gas .................................................. 19
2.10 Aplikasi Turbin Gas .................................................................................. 21
BAB III BAHAN BAKAR TURBIN GAS ......................................................... 23
3.1 Bahan Bakar Turbin Gas ............................................................................. 23
3.2 Proses Pembakaran Turbin Gas .................................................................. 24
BAB IV INTERCOOLER .................................................................................... 27
4.1 Intercooler ................................................................................................... 27
BAB V PERSAMAAN ENERGI YANG UMUM UNTUK PROSES ALIRAN
TUNAK DAN PENERAPANNYA PADA SISTEM TURBIN GAS .................. 31
5.1 Persamaan Energi yang Umum Untuk Proses Aliran Tunak ...................... 31
5.2 Penerapan Persamaan Energi Yang Umum Untuk Proses Aliran Tunak ... 33
5.3 Turbin .......................................................................................................... 34
BAB VI PROSEDUR PENGOPERASIAN TURBIN GAS PLTGU CILEGON 36
6.1 Persiapan dan Pelaksanaan, Sebelum Operasi Turbin Gas ......................... 36
6.2 Persiapan Start ............................................................................................. 36
6.3 Batasan Operasi ........................................................................................... 37
iii
BAB VII MIANTENANCE & TROBLESHOOTING......................................... 40
7.1 Maintenance Turbin Gas ............................................................................. 40
7.2 Trobleshooting ............................................................................................ 41
BAB VIII PENUTUP ............................................................................................ 42
8.1 Kesimpulan ................................................................................................. 42
8.2 Saran ............................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan turbin gas siklus tertutup dengan siklus terbuka .............. 9
Tabel 2.2 Data Manufaktur turbin gas poros tunggal ........................................... 10
Tabel 6.1 Batasan operasi PLTGU Cilegon .......................................................... 37
Tabel 6.2 Vibration limits setting value (peak to peak) ........................................ 37
Tabel 6.3 Lube oil pressure setting ....................................................................... 37
Tabel 6.4 Lube oil temperature setting ................................................................. 38
Tabel 6.5 Cooling temperature setting .................................................................. 38
Tabel 6.6 Exhaust gas pressure setting ................................................................. 38
Tabel 6.7 Blade path and exhaust temperature alarm setting................................ 38
Tabel 6.8 Low frequency interlock summary ....................................................... 39
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Bagaimana prinsip kerja turbin gas?
3. Bagaimana klasifikasi tubin gas?
4. Apa saja siklus-siklus turbin gas?
5. Bagaimana persamaan energy yang umum untuk proses aliran tunak
dan penerapannya pada system turbin gas?
6. Bagaimana SOP turbin gas?
7. Bagaimana troubleshooting turbin gas?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah turbin gas.
2. Mengetahui prinsip kerja turbin gas.
3. Mengetahui klasifikasi turbin gas.
4. Mengetahui siklus-siklus turbin gas.
5. Mengetauhi persamaan energy yang umum untuk proses aliran tunak
dan penerapannya pada system turbin gas.
6. Mengetahui SOP turbin gas.
7. Mengetahui troubleshooting turbin gas.
2
BAB II
TURBIN GAS
3
daripada mesin torak. Perkembangannya memang lamban, karena
pengetahuan tentang material dan aerotermodinamika belum memadai.
Selanjutnya prinsip system turbin gas yang terdiri dari kompresor, ruang
bakar (pembakaran kontinyu pada tekanan konstan) dan turbin (impuls)
yang banyak digunakan sekarang oleh John Barber (Nuneaton, Inggris)
pada tahun 1791. Kemajuan teknologi turbin gas juga dipacu oleh temuan
oleh turbin uap reaksi oleh Sir Charles Parsons (Inggris) pada tahun 1884.
Turbin uap kemudian diterapkan pada system propulsi kapal dan pusat
tenaga listrik.
Usaha pengembangan system turbin gas diteruskan terutama
dengan terlebih dahulu meningkatkan efisiensi kompresor. Penggunaan
turbin impuls pada system turbin gas juga dilakukan oleh Rene
Armengaud dan Charles Lemale (Perancis) yang menghasilkan daya poros
500 Hp pada 5000 rpm, dengan efisiensi termal disekitar 3-5%. Pada
waktu itu sudu-sudu didinginkan dengan air yang disemprotkan.
Sedangkan jenis turbin yang digunakan adalah turbin bertekanan rendah.
Namun F. Stolze (Jerman) kemudian juga mencoba menggunakan turbin
reaksi yang dirancang pada tahun 1872 tetapi baru dapat dibuat dan diuji
sekitar tahun 1904.
Sementara itu Hans H. Holzwarth (Jerman) mencoba merancang
system turbin gas dengan pembakaran volume konstan (pembakaran tidak
kontinyu). Walaupun demikian hasilnya dianggap tidak praktis dan
efisiensinya rendah. Penggunaan turbin gas sebagai turbocarjer pada motor
diesel dirintis oleh Dr. Sefred Buchi (Swiss) pada tahun 1908. Penggunaan
turbocarjer pada motor bensin untuk propulsi pada pesawat terbang untuk
pertama kalinya dirintis oleh A. Rateau (Perancis) pada tahun 1917. Pada
waktu itu teknologi motor bakar torak lebih maju dan berkembang. Dalam
hal tersebut penggunaan turbocarjer diperlukan untuk meningkatkan daya
motor atau mengkompensasi turunnya daya dengan ketinggian terbang.
Penggunaan turbin gas sebagai motor propulsi pesawat terbang dirintis
oleh Frank Whittle (Inggris) yang mengajukan paten untuk system turbin
gas dan saluran pmbangkit jet, pada bulan Januari tahun 1930. Berbagai
4
usaha telah dilakukan untuk mengatasi kesulitan biaya dan mendapatkan
dukungan, tetapi baru 5 tahun kemudian konsep rancangannya mendapat
tanggapan. Pada tahun 1937 motor turbojet berhasil diuji dengan hasil
yang baik. Hal tersebut kemudian memicu pengembangan desain dan
pembuatan motor turbojet. Penelitian dan pengembangan ditekankan pada
peningkatan efisiensi kompresor (sentrifugal). Namun, perlu perlu dicatat
bahwa sebelum Frank Whittle, sebenarnya sudah ada paten motor jet oleh
Lorin (1908) berdasarkan prinsip motor torak sebagai pembangkit gas,
kemudian juga Lorin (1913) tentang prinsip ramjet, dan M. Guillaume
(1921) berdasarkan prinsip turbin gas sebagai pembangkit turbin gas.
Tetapi hal tersebut baru diketahui pada tahun 1939 oleh Gohlke, seorang
pemeriksa paten dari Jerman.
2.2 Pengertian Turbin Gas
Turbin gas adalah suatu penggerak mula yang memanfaatkan gas
sebagai fluida kerja. Didalam turbin gas energi kinetik dikonversikan
menjadi energi mekanik berupa putaran yang menggerakkan roda turbin
sehingga menghasilkan daya. Bagian turbin yang berputar disebut rotor
atau roda turbin dan bagian turbin yang diam disebut stator atau rumah
turbin. Rotor memutar poros daya yang menggerakkan beban (generator
listrik, pompa, kompresor atau yang lainnya). Turbin gas adalah motor
bakar yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu : kompresor, ruang
bakar, dan turbin seperti terlihat pada gambar 2.2. system ini dapat
berfungsi sebagai pembangkit gas ataupun menghasilkan daya poros. Ciri
utama turbin gas adalah kompak, ringan, dan mampu menghasilkan daya
tinggiserta bebas getaran. Dengan demikian mudah pemasangannya dan
tidak memerlukan pondasi kuat.
5
Gambar 2.2 Turbin gas
Berbeda dengan motor bakar torak, pada terbin gas tidak terdapat
bagian yang bergerak translasi sehingga turbin gas dikatakan bebas
getaran. Disamping itu proses kompresi, pembakaran, dan ekspansi terjadi
secara terpisa, masing-masing didalam kompresor, ruang bakar, dan
turbin. Turbin menghasilkan daya yang sebagian besar diperlukan untuk
menggerakan kompresornya sendiri, sisanya untuk menggerakan beban
disebut daya poros seperti ditunjukan pada gambar 2.3.
6
Beban dapat berupa roda penggerak, propeller, generator listrik,
pompa, fan, atau kompresor. Apabila semua daya turbin untuk
menggerakan kompresornya sendiri, maka pasangan kompresor, turbin,
dan ruang bakar tersebut hanya berfungsi menghasikan gas panas. Oleh
karena itu pasangan tersebut dinamai pembangkit-gas (gas generator)
seperti pada motor turbo jet tersebut pada gambar 2.4. pada motor turbojet,
turbin gas berfungsi sebagai pembangkit-gas untuk nosel yang berfungsi
menghasilkan pancaran (jet) gas berkecepatan tinggi, untuk menghasilkan
gaya dorong.
7
dan memutar beban lainnya seperti generator listrik, dll. Setelah melewati
turbin ini gas tersebut akan dibuang keluar melalui saluran buang
(exhaust).
8
Adanya kerja yang berlebih waktu proses kompresi yang
menyebabkan terjadinya gesekan antara bantalan turbin dengan
angin.
Berubahnya nilai Cp dari fluida kerja akibat terjadinya perubahan
temperatur dan perubahan komposisi kimia dari fluida kerja.
Adanya mechanical loss, dsb.
Untuk memperkecil kerugian ini hal yang dapat dilakukan antara lain
dengan perawatan (maintenance) yang teratur atau dengan memodifikasi
peralatan yang ada.
2.4 Klasifikasi Turbin Gas
Turbin gas dapat dibedakan berdasarkan siklusnya, kontruksi poros
dan lainnya. Menurut siklusnya turbin gas terdiri dari:
1. Turbin gas siklus tertutup (Close cycle)
2. Turbin gas siklus terbuka (Open cycle)
Perbedaan dari kedua tipe ini adalah berdasarkan siklus fluida kerja. Pada
turbin gas siklus terbuka, akhir ekspansi fluida kerjanya langsung dibuang
ke udara atmosfir, sedangkan untuk siklus tertutup akhir ekspansi fluida
kerjanya didinginkan untuk kembali ke dalam proses awal.
Perbandingan antara turbin gas siklus tertutup dengan siklus terbuka
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perbandingan turbin gas siklus tertutup dengan siklus terbuka
NO Turbin Gas Siklus Tertutup Turbin Gas Siklus Terbuka
1 Udara tekan dipanaskan dirunag Udara tekan dipanaskan diruang
bakar. Karena gas dipanaskan bakar. Produk pembakaran
oleh sumber eksternal, jumlah gas bercampur dengan udara panas.
tetap sama.
2 Gas dari turbin diteruskan ke Gas dari turbin dibuang ke atmosfir
ruang pendinginan.
3 Fluida kerja bersirkulasi secara Fluida kerja diganti secara kontinyu
kontinyu.
4 Fluida jenis apa saja dengan sifat Hanya udara yang bisa digunakan
thermodinamika yang baik bisa sebagai fluida kerja.
9
digunakan.
5 Sudu turbin tidak cepat aus, Sudu turbin cepat au, karena udara
karena gas tidak terkontaminasi dari atmosfir terkontaminasi ketika
ketika melewati ruang bakar. melewati ruang bakar.
6 Karena udara didinginkan dengan Karena udara dari turbin dibuang ke
sirkulasi air, cocok digunakan atmosfir, cocok digunakan untuk
untuk jenis instalasi stasioner atau kendaraan yang bergerak.
di kapal.
7 Biaya perawatan tinggi Biaya perawatan rendah
8 Berat instalasi perdaya (HP) lebih Berat instalasi perdaya (HP) lebih
besar. kecil.
10
Turbin Stage 2
Turbin Speed 5100 rpm
Inlet Temperature 32.2oC
Inlet Pressure 1.0333 kg/cm2
Exhaust Temperature 488oc
Exhaust Pressure 1.0333 kg/cm2
Pressure Ratio 9.4
Desired min. Horse Power 33.000 HP
Fuel Natural Gas
Fuel Systems Gas/Oil (Unit A dan B)
Gas (Unit C, D, E, F, G, dan H)
Control system Speedtronic
Accessory Gear Type A500
Starting System 400 HP Induction Motor (Unit
C/H)
500 HP Motor Diesel (Unit A/B)
11
Merupakan siklus mesin kalor yang dapat balik (reversible) yang
terdiri dari dua proses isotermis dapat balik (reversible isotermic)
dan dua proses isobarik dapat balik (reversible isobaric). Proses
perpindahan panas pada proses isobarik berlangsung di dalam
komponen siklus internal (regenerator), dimana effisiensi
termalnya adalah : hth = 1 – T1/Th, dimana T1 = temperatur buang
dan Th = temperatur panas.
2. Siklus Stirling
Merupakan siklus mesin kalor dapat balik, yang terdiri dari dua
proses isotermis dapat balik (isotermal reversible) dengan volume
tetap (isokhorik). Efisiensi termalnya sama dengan efisiensi termal
pada siklus Ericson.
3. Siklus Brayton
Siklus ini merupakan siklus daya termodinamika ideal untuk turbin
gas, sehingga saat ini siklus ini yang sangat populer digunakan
oleh pembuat mesin turbine atau manufacturer dalam analisa untuk
performance upgrading. Siklus Brayton ini terdiri dari proses
kompresi isentropik yang diakhiri dengan proses pelepasan panas
pada tekanan konstan. Pada siklus Bryton tiap-tiap keadaan proses
dapat dianalisa secara berikut:
12
Proses 2 ke 3, pemasukan bahan bakar pada tekanan
konstan. Jumlah kalor yang dihasilkan: Qa = (ma + mf) (h3
– h2).
Proses 3 ke 4, ekspansi isentropik didalam turbin. Daya
yang dibutuhkan turbin: WT = (ma + mf) (h3 – h4).
Proses 4 ke 1, pembuangan panas pada tekanan konstan ke
udara. Jumlah kalor yang dilepas: QR = (ma + mf) (h4 –
h1).
2.6 Modifikasi Turbin Gas
Dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi dari turbin gas, modifikasi
terkonsentrasi di tiga bidang:
1. Meningkatkan temperatur inlet turbin (pembakaran).
2. Meningkatkan efisiensi komponen-mesin turbo.
3. Menambahkan modifikasi pada siklus dasar (brayton).
Efisiensi siklus turbin gas pada awalnya masih sederhana,
namun pada perkembangannya, kini dapat hampir dua kali lipat efisiensi
semula dengan memasang/ melakukan intercooling, regenerasi, dan
pemanasan (reheating). Back work ratio siklus turbin gas meningkat
sebagai hasil dari intercooling dan reheating. Tetapi efisiensi
termalnya akan menurun. Intercooling dan reheating selalu akan
menurunkan efisiensi termal kecuali mereka disertai oleh regenerasi. Hal
ini karena intercooling menurunkan suhu rata-rata di mana panas yang
ditambahkan, dan meningkatkan pemanasan suhu rata- rata di mana
panas ditolak. Oleh karena itu, dalam pembangkit listrik gas turbin,
intercooling dan pemanasan selalu digunakan bersama dengan regenerasi.
13
Gambar 2.9 Diagram T-S Siklus Brayton dengan reheat regeneration dan
intercooling
14
Air Inlet Housing, merupakan tempat udara masuk dimana
didalamnya terdapat peralatan pembersih udara.
Inertia Separator, berfungsi untuk membersihkan debu-debu atau
partikel yang terbawa bersama udara masuk.
Pre-Filter, merupakan penyaringan udara awal yang dipasang pada
inlet house.
Main Filter, merupakan penyaring utama yang terdapat pada
bagian dalam inlet house, udara yang telah melewati penyaring ini
masuk ke dalam kompresor aksial.
Inlet Bellmouth, berfungsi untuk membagi udara agar merata pada
saat memasuki ruang kompresor.
Inlet Guide Vane, merupakan blade yang berfungsi sebagai
pengatur jumlah udara yang masuk agar sesuai dengan yang
diperlukan.
2. Compressor Section.
Komponen utama pada bagian ini adalah aksial flow compressor,
berfungsi untuk mengkompresikan udara yang berasal dari inlet air
section hingga bertekanan tinggi sehingga pada saat terjadi
pembakaran dapat menghasilkan gas panas berkecepatan tinggi yang
dapat menimbulkan daya output turbin yang besar. Aksial flow
compressor terdiri dari dua bagian yaitu:
A. Compressor Rotor Assembly.
Merupakan bagian dari kompresor aksial yang berputar pada porosnya.
Rotor ini memiliki 17 tingkat sudu yang mengompresikan aliran udara
secara aksial dari 1 atm menjadi 17 kalinya sehingga diperoleh udara
yang bertekanan tinggi. Bagian ini tersusun dari wheels, stubshaft, tie
bolt dan sudu-sudu yang disusun kosentris di sekeliling sumbu rotor.
15
Gambar 2.11 Tipe turbin rotor assembly
B. Compressor Stator.
Merupakan bagian dari casing gas turbin yang terdiri dari:
Inlet Casing, merupakan bagian dari casing yang mengarahkan
udara masuk ke inlet bellmouth dan selanjutnya masuk ke inlet
guide vane.
Forward Compressor Casing, bagian casing yang didalamnya
terdapat empat stage kompresor blade.
Aft Casing, bagian casing yang didalamnya terdapat
compressor blade tingkat 5-10.
Discharge Casing, merupakan bagian casing yang berfungsi
sebagai tempat keluarnya udara yang telah dikompresi.
16
Gambar 2.12 Casing Kompresor
3. Combustion Section.
Pada bagian ini terjadi proses pembakaran antara bahan bakar
dengan fluida kerja yang berupa udara bertekanan tinggi dan
bersuhu tinggi. Hasil pembakaran ini berupa energi panas yang
diubah menjadi energi kinetik dengan mengarahkan udara panas
tersebut ke transition pieces yang juga berfungsi sebagai nozzle.
Fungsi dari keseluruhan sistem adalah untuk mensuplai energi
panas ke siklus turbin. Sistem pembakaran ini terdiri dari
komponen-komponen berikut yang jumlahnya bervariasi
tergantung besar frame dan penggunaan turbin gas. Komponen-
komponen itu adalah :
Combustion Chamber, berfungsi sebagai tempat terjadinya
pencampuran antara udara yang telah dikompresi dengan
bahan bakar yang masuk.
Combustion Liners, terdapat didalam combustion chamber
yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
pembakaran.
17
Fuel Nozzle, berfungsi sebagai tempat masuknya bahan
bakar ke dalam combustion liner.
Ignitors (Spark Plug), berfungsi untuk memercikkan bunga
api ke dalam combustion chamber sehingga campuran
bahan bakar dan udara dapat terbakar.
Transition Fieces, berfungsi untuk mengarahkan dan
membentuk aliran gas panas agar sesuai dengan ukuran
nozzle dan sudu-sudu turbin gas.
Cross Fire Tubes, berfungsi untuk meratakan nyala api
pada semua combustion chamber.
Flame Detector, merupakan alat yang dipasang untuk
mendeteksi proses pembakaran terjadi.
4. Turbin Section
Turbin section merupakan tempat terjadinya konversi energi
kinetik menjadi energi mekanik yang digunakan sebagai penggerak
compresor aksial dan perlengkapan lainnya. Dari daya total yang
dihasilkan kira-kira 60 % digunakan untuk memutar kompresornya
sendiri, dan sisanya digunakan untuk kerja yang dibutuhkan.
Komponen-komponen pada turbin section adalah sebagai berikut :
Turbin Rotor Case
First Stage Nozzle, yang berfungsi untuk mengarahkan gas
panas ke first stage turbine wheel.
First Stage Turbine Wheel, berfungsi untuk
mengkonversikan energi kinetik dari aliran udara yang
berkecepatan tinggi menjadi energi mekanik berupa putaran
rotor.
Second Stage Nozzle dan Diafragma, berfungsi untuk
mengatur aliran gas panas ke second stage turbine wheel,
sedangkan diafragma berfungsi untuk memisahkan kedua
turbin wheel.
Second Stage Turbine, berfungsi untuk memanfaatkan
energi kinetik yang masih cukup besar dari first stage
18
turbine untuk menghasilkan kecepatan putar rotor yang
lebih besar.
19
3. Gas Expansion Turbine (Starting Turbine)
B. Coupling dan Accessory Gear
Berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran dari poros
yang bergerak ke poros yang akan digerakkan. Ada tiga jenis
coupling yang digunakan, yaitu:
1. Jaw Cluth, menghubungkan starting turbine dengan
accessory gear dan HP turbin rotor.
2. Accessory Gear Coupling, menghubungkan accessory
gear dengan HP turbin rotor.
3. Load Coupling, menghubungkan LP turbin rotor dengan
kompressor beban.
C. Fuel System.
Bahan bakar yang digunakan berasal dari fuel gas system
dengan tekanan sekitar 15 kg/cm2. Fuel gas yang digunakan
sebagai bahan bakar harus bebas dari cairan kondensat dan
partikel-partikel padat. Untuk mendapatkan kondisi tersebut
diatas maka sistem ini dilengkapi dengan knock out drum yang
berfungsi untuk memisahkan cairan-cairan yang masih terdapat
pada fuel gas.
D. Lube Oil System.
Lube oil system berfungsi untuk melakukan pelumasan secara
kontinu pada setiap komponen sistem turbin gas. Lube oil
disirkulasikan pada bagian-bagian utama turbin gas dan trush
bearing juga untuk accessory gear dan yang lainnya. Lube oil
system terdiri dari:
Oil Tank (Lube Oil Reservoir)
Oil Quantity
Pompa
Filter System
Valving System
Piping System
Instrumen untuk oil
20
Pada turbin gas terdapat tiga buah pompa yang digunakan
untuk mensuplai lube oil guna keperluan lubrikasi, yaitu:
1. Main Lube Oil Pump, merupakan pompa utama
yang digerakkan oleh HP shaft pada gear box
yang mengatur tekanan discharge lube oil.
2. Auxilary Lube Oil Pump, merupakan pompa
lube oil yang digerakkan oleh tenaga listrik,
beroperasi apabila tekanan dari main pump
turun.
3. Emergency Lube Oil Pump, merupakan pompa
yang beroperasi jika kedua pompa diatas tidak
mampu menyediakan lube oil.
E. Cooling System.
Sistem pendingin yang digunakan pada turbin gas adalah air
dan udara. Udara dipakai untuk mendinginkan berbagai
komponen pada section dan bearing. Komponen-komponen
utama dari cooling system adalah:
Off base Water Cooling Unit
Lube Oil Cooler
Main Cooling Water Pump
Temperatur Regulation Valve
Auxilary Water Pump
Low Cooling Water Pressure Swich
21
Gambar 2.14 Prinsip kerja unit pembangkit turbin gas
22
BAB III
BAHAN BAKAR TURBIN GAS
23
3. Kemurnian dan kestabilan bahan bakar harus terjamin, yaitu bahan
bakar tidak mudah mengendap, tidak banyak mengandung zat-
zat seperti air, debu, dan belerang. Kandungan zat zat tersebut
apabila terlalu banyak akan sangat membahayakan pada proses
pembakaran. Khusus untuk belerang, zat ini akan korosif sekali
pada material sudu turbin.
4. Flash point dan titik nyala tidak terlalu rendah, sehingga
penyimpanan lebih aman.
5. Gradenya harus tinggi, bahan bakar harus mempunyai kualitas
yang bagus, tidak banyak mengandung unsur-unsur yang
merugikan seperti dyes dan tretaetyl lead.
Dengan karakteristik bahan bakar untuk turbin gas pesawat terbang
seperti yang disebutkan di atas, terlihat bahwa bahan bakar tersebut
adalah bermutu tinggi, untuk menjamin faktor keamanan yang tinggi
pada operasi turbin gas selama penerbangan. Kegagalan operasi
berakibat sangat fatal yaitu turbin gas mati, pesawat terbang
kehilangan gaya dorong, kondisi ini dapat dipastikan pesawat terbang
akan jatuh. Bahan bakar pesawat yang biasa digunakan adalah dari
jenis gasoline dan kerosene atau campuran keduanya, tentunya sudah
dimurnikan dari unsur-unsur yang merugikan. Sebagai contoh, standar
yang dikeluarkan American Society for Tinting Material Spesification
(ASTM) seri D-1655, yaitu Jet A, Jet A1, Jet B. Notasi A, A, dan B
membedakan titik bekunya.
3.2 Proses Pembakaran Turbin Gas
Pada gambar, dapat dilihat dari konstruksi komponen ruang bakar,
apabila digambarkan ulang dengan proses pembakaran adalah sebagai
berikut:
24
Gambar 3.1 Ruang bakar dan proses pembakaran turbin gas
25
pada sekunder pada zona itu adalah mendinginkan gas pembakaran
yang bertemperatur tinggi menjadi temperatur yang aman apabila
mengenai sudu-sudu turbin ketika gas pembakaran berekspansi.
Disamping itu, udara sekunder juga akan menambah massa dari gas
pembakaran sebelum masuk turbin, dengan massa yang lebih besar
energi potensial gas pembakaran juga bertambah. Apabila Wkinetik adalah
energi kinetik gas pembakaran dengan kecepatan V, massa sebelum
ditambah udara sekunder adalah m1 maka energi kinetiknya adalah
sebagai berikut:
Dengan penambahan massa dari udara sekunder m2, maka energy kinetic
menjadi:
Jadi, dapat dilihat Wkinetik,2 ( dengan udara sekunder) lebih besar dari
Wkinetik,1 (tanpa udara sekunder).
Proses pembakaran pada turbin gas memerlukan udara yang
berlebih, biasanya sampai 30% dari kondisi normal untuk proses
pembakaran dengan jumlah bahan bakar tertentu. Kondisi ini akan
berkebalikan, apabila udara pembakaran terlalu berlimpah (lebih
30%), udara justru akan mendinginkan proses pembakaran dan mati,
karena panas banyak terbuang ke luar melalui gas bekas yang
bercampur udara dingin sekunder. Dengan pemikiran yang sama, apabila
jumlah udara kurang dari normal, yaitu terjadi overheating, material ruang
bakar dan sudu-sudu turbin bekerja melampaui kekuatannya dan ruang
bakar dapat pecah, hal ini berarti turbin gas berhenti bekerja atau
proses pembakaran terhenti.
26
BAB IV
INTERCOOLER
4.1 Intercooler
Daya yang dihasilkan turbin sebagian besar digunakan oleh
kompresor. Daya ini bisa diturunkan dengan mengkompresi udara secara dua
tingkat dan menggunakan intercooler diantara kedua tingkat tersebut. Pengaturan
secara skematik untuk intercooler diperlihatkan oleh gambar 4.1.
Gambar 4.1 Skema susunan intercooling pada turbin gas siklus tertutup
27
Gambar 4.2 Diagram T-s untuk intercooling
28
Tb = Ti (Pd/Pi)(n-1)/n
dimana
Tb = temperatur akhir kompresi Ti = temperatur awal kompresi pd = tekanan
akhir kompresi
pi = tekanan hisap kompresi
n = faktor politropie ( n=1 ~n = 1,4)
dan persamaan kerja dari kompresor adalah
Wkompresor = Ri Ts n/(n-1)[(Tb/Ti)-1]
29
Gambar 4.2 Diagram p-v kompresor bertingkat dengan intercooler
30
BAB V
PERSAMAAN ENERGI YANG UMUM UNTUK PROSES
ALIRAN TUNAK DAN PENERAPANNYA PADA SISTEM
TURBIN GAS
31
dalam system sebesar Q dan system menghasilkan kerja mekanik sebesar W.
sebenarnya Q = ΣQi dan W = ΣWi karena Qi dapat masuk ke dalam system
melalui banyak tempa, dan Wi dapat juga dihasilkan di beberapa tempat. Qi dan
Wi masing-masing dapat bernilai positif maupun negative. Qi adalah positif jika
panas masuk ke dalam system dan negative apabila panas keluar dari system,
sedangkan Qi = 0 berlaku untuk proses adiabatic. Demikian pula Wi bernilai
positif jika system menghasilkan kerja, seperti pada mototr torak atau turbin, dan
bernilai negative jika system dikenai atau memerlukan kerja, seperti pada pompa,
blower, dan kompresor.
Dengan demikian persamaan energy yang umum untuk proses aliran tunak dapat
dituliskan sebagai
(5.1)
atau,
(5.2)
Dimana
mi= massa fluida masuk system
me= massa fluida keluar system
h = u + pv/J = entalpi
u = energy dalam persatuan massa
p = tekanan
v = volume spesifik
C = kecepatan
z = jarak dari garis datum
g = percepatan gravitasi
32
J = factor pengubah satuan, misalnya J = 778 atau J = 0.427
Q = perpindahan panas; negative jika panas keluar system, dan positif jika panas
masuk system.
W = kerja mekanik; positif jika system menghasilkan kerja mekanik seperti pada
turbin, dan negative jika system dikenai atau memerlukan kerja mekanik seperti
pada kompresor atau pompa.
Subskripsi i dan e berturut-turut menyatakan pada seksi masuk dan keluar system.
Jika pada system hanya terdapat satu lubang fluida masuk dan satu lubang fluida
keluar, maka mi = me sehingga persamaan 5.2 menjadi:
he + (5.3)
Dimana,
5.2 Penerapan Persamaan Energi Yang Umum Untuk Proses Aliran Tunak
Jika batas-batas system yang akan dibahas telah ditetapkan dengan jelas
dan tegas, dan semua energy yang terlibat telah diketahui semuannya, maka
persamaan (5.1), (5.2), (5.3) dapat digunakan.
Selanjutnya persamaan tersebut akan digunakan untuk menganalisis prestasi
komponen utama turbin gas, yaitu saluran masuk atau difusser, kompresor, ruang
bakar, turbin, nosel, pemanas, dan pendingin, seperti diuraikan pada beberapa
pasal berikut ini, akan tetapi disini penulis akan menjabarkan mengenai turbin
saja. Penggunaan akan makin jelas jika disertai dengan diagram entalpi versus
entropi atau temperature versus entropi. Melalui setiap titik pada diagram entapli
versus entropi terdapat garis Ykonstan, garis pkonstan dan vkonstan, berturut-turut dengan
sudut kemiringan yang makin besar, seperti ditunjukan pada gambar 5.2. Untuk
gas ideal dengan cp konstan garis T konstan tegak lurus sumbu-h.
33
Gambar 5.2 Diagram entropi versus entropi
5.3 Turbin
Persamaan energy pada turbin sama halnya seperti pada kompresor. Pada
turbin juga digunakan beberapa idealisasi dan asumsi. Namun, prosesnya adalah
ekspansi yang dianggap berlagsung adiabatic, Q 0. Sedangkan selisih energy
potensial gas keluar dan masuk turbin dianggap kecil dibandingkan dengan suku-
suku lainnya. Sehingga dapat diabaikan, ∆PE 0. Dengan demikian persamaan
5.3, untuk turbin menjadi
( ) ( )
( ) ( ) (5.4)
Dimana,
(5.5)
34
Gambar 5.3 Diagram entalpi versus entropi sebuah turbin
35
BAB VI
PROSEDUR PENGOPERASIAN TURBIN GAS PLTGU CILEGON
36
Pastikan semua signal and communications dari local gas turbine
system beserta peralatan bantunya masuk ke control unit.
Semua alarm dan trip interlock system sudah dinormalkan.
Pastikan air instrument system beroperasi dengan normal.
c. Electrical
Pastikan semua MV/LV Switch gear & MCCC dalam kondisi
bertegangan.
Pastikan generator protection relay and inter-trip test antara
generator dengan turbine system bekerja dengan normal.
6.3 Batasan Operasi
Tabel 6.1 Batasan operasi PLTGU Cilegon
Speed up rate 135 rpm/min
Load change rate 6.7%/min
Purge period 5 min
Speed increase rate 135 rpm/min
Over speed setting Mechanical over speed 110±1% of
rated speed (3270 ~ 3330 rpm)
37
Tabel 6.4 Lube oil temperature setting
Lube oil supply temperature control 460 C
Lube oil supply temperature alarm > 600 C
Journal bearing metal temperature > 1070 C
alarm
Thrust bearing metal temperature alarm > 990 C
Bearing drain oil temperature alarm > 770 C
38
Blade path temp. spread trip, untuk gas -60 / +300 C dan oil fuel ±800 C
fuel-
39
BAB VII
MAINTENANCE DAN TROUBLESHOOTING TURBIN GAS
40
Kegiatan monitor, menguji, dan mengukur peralatan-peralatan yang
beroperasi dengan menentukan perubahan yang terjadi pada bagian utama,
apakah peralatan tersebut berjalan dengan normal atau tidak.
4. Corrective Maintenance.
Perawatan yang dilakukan dengan memperbaiki perubahan kecil yang
terjadi dalam disain, serta menambahkan komponen-komponen yang
sesuai dan juga menambahkan material-material yang cocok.
5. Break Down Maintenance.
Kegiatan perawatan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan atau kelainan
pada peralatan sehingga tidak dapat berfungsi seperti biasanya.
6. Modification Maintenance.
Pekerjaan yang berhubungan dengan disain suatu peralatan atau unit.
Modifikasi bertujuan menambah kehandalan peralatan atau menambah
tingkat produksi dan kualitas pekerjaan.
7. Shut Down Maintenance.
Kegiatan perawatan yang dilakukan terhadap peralatan yang sengaja
dihentikan pengoperasiannya.
7.2 Trobleshooting
Secara umum ada beberapa permasalahan yang sering terjadi pada PLTG :
Pengoperasian pembangkit LTG dalam waktu yang lama secara terus menerus,
dengan kondisi lingkungan yang berdebu (lingkungan tropis) semakin
mempercepat penurunan kinerja kompresor ditandai dengan menurunnya
tekanan.Kinerja kompresor dapat menerun dikaranakan adnya kontaminan deposit
yang menempel pada kompresor dan inlet guide vane. Semakin tebal deposit yang
menempel semakin menurun unjuk kerja kompresor.
Penurunan kinerja kompresor mengakibatkan penurunan output turbin gas, yang
mana menjadikan kinerja turbin gas mejadi menurun. Dengan menurunnya kinerja
kompresor dan turbin gas sangat mempegaruhi efisiensi pembangkit.
Permasalahan tersebut diatas dapat ditanggulangi lagi dengan melakukan
pembersihan pada kompresor(Compressor C leaning) atau pasir halus.
41
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
1. Turbin gas adalah motor bakar yang terdiri dari tiga komponen
utama, yaitu : kompresor, ruang bakar, dan turbin
2. Bahan bakar untuk turbin gas harus memenuhi persyaratan tertentu
sebelum digunakan pada proses pembakaran. Persyaratan
tersebut yaitu bahan bakar mempunyai kadar abu yang tidak
tinggi.
3. Kenaikan kerja kompresor sangat tidak menguntungkan, karena
kerja kompresor adalah negatif. Apabila kondisi ini
diaplikasikan pada kompresor turbin gas pada rasio tekanan
tinggi, maka akan banyak mengurangi daya dari turbin gas,
hal ini akan menurunkan efisiensi secara keseluruhan.
4. Persamaan energy pada turbin
( ) ( )
( ) ( )
5. SOP Operasi sangatlah penting sebagai panduan operator guna
menjalankan turbin gas.
6. Maintenance pada turbine gas selalu tergantung dari faktor-faktor
operasional dengan kondisi yang berbeda disetiap wilayah, karena
operasional turbine gas sangat tergantung dari kondisi daerah
operasional.
8.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan terutama
dalam hal pembahasan turbin gas. Karena referensi yang penulis dapatkan
sangat minim sekali. Untuk itu saya harap kritik dan saran yang sifatnya
membangun
42
DAFTAR PUSTAKA
43