Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

MODUL VI
“REVENUE STREAM DAN COST STRUCTURE
(KELAYAKAN BIAYA DAN FINANSIAL)”

No. Kelompok : 15
Nama / NIM : Rivand Rahadi Prasetyo / 063.15.052
Astie Kurniati / 063.15.058
Adila / 063.15.060
Alyandra Flamesya / 063.15.065
Jason Julio Winarta / 063.15.068
Yulia Balqis Putri Utami / 063.15.081
Rheza Anzhari Sitepu / 063.15.223
Aisya Savitri / 063.15.228
Talitha K. Tabriz / 063.15.233
Hari : Sabtu
Asisten : Adwityo Bagus Wicaksono

PERANCANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR IV


JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat
dan kemurahan yang diberikan oleh-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum
Perancangan Industri Manufaktur (PIM) IV modul keenam yang berjudul “Revenue
Stream dan Cost Structure (Kelayakan Biaya dan Finansial).”
Dalam penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada para
asisten laboratorium yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing kami dan juga
memberikan dukungan, arahan, serta motivasi yang begitu bermanfaat.
Kami sepenuhnya menyadari bahwa di dalam laporan praktikum ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Kami berharap adanya
kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang sebagai sesuatu yang
dapat membuat laporan praktikum Perancangan Industri Manufaktur (PIM) IV ini
menjadi lebih baik.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih. Semoga hasil laporan praktikum ini dapat
memberikan manfaat bagi praktikum Perancangan Industri Manufaktur Universitas
Trisakti di kedepannya.

Jakarta, 18 Oktober 2018

Kelompok 15

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ........................................................................................ I - 1
I.2 Tujuan Praktikum .................................................................................... I - 2
I.3 Pembatasan Masalah ............................................................................... I - 2
BAB II TEORI SINGKAT
BAB III PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS HASIL
III.1 Perhitungan Pendapatan/Penjualan ....................................................... III - 1
III.2 Perhitungan Biaya Produksi .................................................................. III - 2
III.3 Perhitungan Biaya Research & Development ....................................... III - 5
III.4 Analisis Finansial .................................................................................. III - 5
III.5 Analisis Kelayakan Bisnis ................................................................... III - 10
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan ............................................................................................ IV - 1
IV.2 Saran ...................................................................................................... IV - 1
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... iii
LAMPIRAN .................................................................................................................. iv

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Titik Buta (atau disebut blind spot) kendaraan yaitu salah satu bagian dari
sekeliling kita (pengemudi) yang tidak dapat dilihat ketika sedang mengemudikan
kendaraan. Faktor adanya titik buta disebabkan oleh beberapa alasan, seperti jangkauan
pandangan yang terbatas pada cermin atau spion, atau terhalang oleh muatan yang dibawa
pada bagian belakang kendaraan. Masing-masing kendaraan punya titik buta yang
berbeda-beda. Misalnya, mobil penumpang memiliki titik buta di sebelah kiri dan kanan
pengemudi, sementara mobil boks dan truk tidak memiliki spion tengah, selain itu,
dikarenakan ukurannya maka pengemudi kendaraan besar tidak dapat melihat benda yang
lebih rendah karena terhalang oleh pintu dan dashboard yang tinggi.
Dampak buruk titik buta terbesar terjadi saat pengemudi ingin berbelok atau
bergerak mundur. Umumnya pengemudi tidak dapat melihat kendaraan di sekitarnya saat
berbelok karena jangkauan spion yang mengecil. Memasang spion tambahan tidak dapat
dilakukan sembarangan. Jika posisi pemasangan salah, alih-alih menghilangkan titik buta,
justru akan semakin memperluas titik buta tersebut. Diperlukan penyesuaian bagi setiap
kendaraan untuk mendapatkan jangkauan pandangan yang maksimal dari segala sisi.
Saat terjadi kecelakaan pada proses pengantaran barang yang dilakukan oleh
kendaraan besar, terdapat kerugian besar terutama bagi penyedia jasa pengantaran
tersebut. Walaupun kendaraan yang digunakan saat pengantaran merupakan kendaraan
yang telah diasuransikan oleh perusahaan, kerugian seperti ganti rugi kerusakan properti
dan biaya rumah sakit korban maupun keterlambatan pengantaran menjadi faktor yang
perlu dihindari untuk memastikan proses pengantaran berjalan dengan baik dan cepat.
Dengan adanya masalah di atas, PT. Regni Agis Protectora memiliki visi untuk
menciptakan sebuah produk yang dapat memberikan peringatan titik buta kepada
pengemudi kendaraan besar agar terhindar dari kecelakaan dengan kendaraan kecil yang
terletak pada titik buta dengan menggunakan instrumen kamera dan sensor jarak.

I-1
Laporan Modul VI Revenue Stream dan Cost Structure I-2
(Kelayakan Biaya dan Finansial)

I.2 Tujuan Praktikum


1. Menentukan penjualan bersih selama empat minggu ke depan.
2. Menentukan total biaya overhead pabrik.
3. Menentukan harga pokok produksi per bulan.
4. Menentukan net profit tiap minggu.
5. Menentukan saldo akhir untuk setiap minggu.

I.3 Pembatasan Masalah


1. Menggunakan kapasitas produksi yang ditentukan dari modul sebelumnya.
2. Menggunakan durasi perhitungan biaya selama empat minggu ke depan.
3. Menggunakan asumsi tidak ada pengembalian barang.
4. Menggunakan asumsi pajak sebesar 5% dari laba bersih.
5. Menggunakan bunga sebesar 0,25% dan 0,5 %.

Laboratorium Perancangan Industri Manufaktur IV


BAB II

TEORI SINGKAT

II.1 Pendapatan dan Penjualan


II.1.1 Pendapatan
II.1.1.1 Definisi Pendapatan
Menurut Kieso [1], pendapatan adalah arus masuk aktiva dana atau penyelesaian
kewajiban akibat penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau kegiatan
menghasilkan laba lainnya yang membentuk operasi utama atau ini perusahaan yang
berkelanjutan selama satu periode. Pendapatan merupakan unsur terpenting dalam sebuah
perusahaan karena pendapatan akan menentukan berhasil atau tidaknya suatu perusahaan.

II.1.1.2 Komponen Pendapatan


Pendapatan diklasifikasikan atas beberapa komponen, yaitu:
1. Pendapatan operasional diperoleh dari hasil dari kegiatan langsung
2. Pendapatan non operasional ialah pendapatan yang diperoleh dari pendapatan di
luar aktivitas utama.
3. Pendapatan luar biasa ialah pendapatan yang diperoleh secara tidak diduga
dalam bentuk windfall profit.
4. Pendapatan karena koreksi masa lalu tidak dianggap sebagai laba karena
merupakan kesalahan pencacatan laporan keuangan dari periode sebelumnya.

II.1.1.3 Kriteria Pendapatan


Pendapatan harus mendapat pengakuan, yang digunakan sebagai proses untuk
mencatat secara formal suatu pos dalam akun dan laporan keuangan entitias. Kriteria
pengakuan pendapatan diatur dalam kelompok penjualan barang dan penjualan jasa.
Berdasarkan kriteria pendapatan, pendapatan diperoleh dari transaksi peristiwa
ekonomi sebagai berikut:

II - 1
Laporan Modul VI Revenue Stream dan Cost Structure II - 2
(Kelayakan Biaya dan Finansial)

1. Penjualan Barang
Perusahaan melakukan produksi barang untuk dijual dan barang yang dibeli
untuk dijual kembali, seperti pengecer melakukan pembelian barang dagangan
atau properti yang dijual kembali.
2. Penjualan Jasa
Penjualan jasa menyangkut dalam pelaksanaan tugas yang telah disepakati
dalam suatu kontrak untuk dilaksanakan selama satu periode yang disepakati.

II.I.2 Penjualan
Penjualan ialah persetujuan kedua belah pihak antara penjual dan pembeli,
dimana penjual menawarkan suatu produk dengan harapan pembeli dapat menyerahkan
sejumlah uang sebagai alat ukur produk tersebut sebesar harga jual yang telah disepakati.

II.1.2.1 Tujuan Penjualan


Tujuan dilakukannya penjualan menurut Basu Swastha [2], yaitu:
1. Mencapai volume penjualan tertentu
2. Mendapatkan laba tertentu
3. Menunjang pertumbuhan perusahaan

II.1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Penjualan


Aktivitas penjualan dipengaruhi oleh faktor tertentu, di antaranya yaitu:
1. Kondisi dan kemampuan penjual
2. Kondisi pasar
3. Modal
4. Kondisi organisasi perusahaan
5. Faktor-faktor lainnhya

II.2 Biaya
Biaya merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan untuk kegiatan operasi
perusahaan dalam rangka menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa. Jenis-jenis biaya
digolongkan menjadi:

Laboratorium Perancangan Industri Manufaktur IV


Laporan Modul VI Revenue Stream dan Cost Structure II - 3
(Kelayakan Biaya dan Finansial)

1. Berdasarkan fungsi pokok perusahaan, terdiri dari biaya produksi. Biaya


produksi yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau
kegaiatan pengolahan bahan baku menjadi selesai. Biaya produksi terbagi atas:
a. Biaya bahan baku merupakan harga perolehan dari bahan baku yang
dipakai dalam pengolahan produk.
b. Biaya tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang diberikan kepada
karyawan pabrik yang manfaatnya dapat diidentifikasikan.
c. Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain bahan baku dan tenaga
kerja langsung seperti biaya tenaga kerja tak langsung,
d. Biaya pemasaraan, yaitu biaya yang dikeluarkan dalam rangka penjualan
produk selesai sampai dengan pengumpulan piutang menjadi kas.
Biaya pemasaraan digunakan untuk melaksanakan aktifitas yaitu:
a) Fungsi penjualan
b) Fungsi penggudangan produk selesai
c) Fungsi pengepakan dan pengiriman
d) Fungsi advertensi
e) Fungsi pemberian kredi dan pengumpulan piutang
f) Fungsi pembuatan faktur dan administrasi penjualan
e. Biaya administrasi dan umum yang berkaitan dengan biaya yang
berhubungan dengan fungsi administrasi.
2. Berdasarkan periode akutansi dimana biaya akan dibebankan terdiri atas:
a. Pengeluaran modal adalah pengeluaran yang dapat memberikan manfaat
pada beberapa periode akutansi yang akan datang.
b. Pengeluaran penghasilan adalah pengeluaran yang akan datang
memebrikan manfaat hanya pada periode akutansi dimana pengeluaran
terjadi.
3. Berdasarkan tendensi perubahaan terhadap aktivitas terdiri dari:
a. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh perubahaan volume
kegiatan dengan tingkat tertentu.
b. Biaya variabel dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan.
4. Berdasarkan objek atau pusat biaya yang dibiayai, terdiri dari:

Laboratorium Perancangan Industri Manufaktur IV


Laporan Modul VI Revenue Stream dan Cost Structure II - 4
(Kelayakan Biaya dan Finansial)

a. Biaya langsung
b. Biaya tidak langsung
5. Berdasarkan tujuan pengendalian biaya terdiri dari:
a. Biaya terkendalikan
b. Biaya tidak terkendali
6. Berdasarkan tujuan pengambilan keputusan, terbagi menjadi:
a. Biaya relevan
b. Biaya tidak relevan

II.3 Harga Pokok Produksi


Harga pokok produksi adalah total produksi biaya barang yang telah dikerjakan
dan ditransfer ke dalam persediaan barang jadi selama satu periode. Harga pokok
produksi juga diartikan sebagai kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku
dan tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang ditambah dengan persediaan
produk dalam proses awal dan dikurang dengan persediaan produk dalam proses akhir.

II.3.1 Komponen Harga Pokok Produksi


Harga pokok produksi meliputi keseluruhan bahan langsung, tenaga kerja
langsung, dan overhead pabrik yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa.
Harga pokok produksi terdiri atas tiga komponen utama, yaitu:
1. Bahan baku langsung yang meliputi biaya pembelian bahan, potongan
pembelian, biaya angkut pembelian, biaya penyimpanan, dan lain-lain.
2. Tenaga kerja langsung yang meliputi semua biaya upah karyawan yang terlibat
secara langsung dalam proses pembuatan bahan baku menjadi barang jadi atau
barang yang siap dijual.
3. Biaya overhead pabrik meliputi semua biaya- biaya diluar dari biaya perolehan
biaya bahan baku langsung dan upah langsung.

II.3.2 Manfaat Harga Pokok Produksi


1. Menentukan harga jual produk. Dalam penentuan harga jual produk, biaya
produksi per unit dipertimbangkan.

Laboratorium Perancangan Industri Manufaktur IV


Laporan Modul VI Revenue Stream dan Cost Structure II - 5
(Kelayakan Biaya dan Finansial)

2. Memantau realisasi biaya produksi.


3. Menghitung laba atau rugi bruto periode tertentu.
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca.

II.4 Break Even Point


II.4.1 Pengertian Break Even Point
Breakeven point adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya,
titik dimana laba sama dengan nol. Breakeven adalah titik impas. Titik impas adalah
tingkat penjualan dimana laba sama dengan nol. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
Breakeven point (titik impas) adalah suatu keadaan dimana sebuah perusahaan tidak
memperoleh keuntungan dan juga tidak mengalami keruagian dari kegiatan operasinya.

II.4.2 Analisis Break Even Point


Analisis titik impas digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran
produk yang diperlukan hanya untuk menutup semua biaya yang terjadi selama periode
tertentu. Analisis breakeven adalah suatu cara atau alat atau teknik yang digunakan untuk
mengetahui volume kegiatan produksi (usaha) dimana dari volume produksi tersebut
perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita rugi.

II.4.3 Dasar Asumsi Analisis Break Even Point


Ketidakpastian masa depan, kemungkinan pola-pola perilaku biaya non linier,
dan sifat dunia bisnis yang senantiasa bergejolak menuntut asumsi-asumsi yang
membatasi aplikasi teknik analisis break even point.
Keterbatasan-keterbatasan analisis break even point antara lain adalah:
1. Harga jual per unit tidak berubah-ubah dalam berbagai volume penjualan.
2. Perusahaan berproduksi pada jarak kapasitas yang relatif konstan.
3. Biaya dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel, dimana biaya
tetap tidak berubah dalam jarak kapasitas tertentu sedangkan biaya variabel
berubah secara proporsional dengan perubahan volume kegiatan perusahaan.
4. Jumlah perubahan persediaan awal maupun persediaan akhir tidak berarti.

Laboratorium Perancangan Industri Manufaktur IV


BAB III

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS HASIL

III.1 Perhitungan Pendapatan/Penjualan


Bulan M-1 M-2 M-3 M-4 Total
PENDAPATAN
Rp 12.000.000 Rp 12.000.000 Rp 12.000.000 Rp 12.000.000 Rp 48.000.000
A. Penjualan Kotor
B. Komisi (Commissions )
Rp 1.200.000 Rp 1.200.000 Rp 1.200.000 Rp 1.200.000 Rp 4.800.000
max 100% dari pejualan
C. Pengembalian (Return and
– – – – –
allowance ) jika ada
Penjualan Bersih (A-B-C) Rp 10.800.000 Rp 10.800.000 Rp 10.800.000 Rp 10.800.000 Rp 43.200.000

Perhitungan pendapatan/penjualan berfungsi untuk mengetahui biaya-biaya


yang didapatkan dari hasil penjualan produk yang dihitung dari minggu pertama dan
minggu keempat. Dalam perhitungan penjualaan bersih terlebih dahulu menghitung
penjualan kotor.
Penjualan kotor ialah pendapatan yang diperoleh dari penjualan sebelum terjai
pengembalian barang (return), diskon dan komisi-komisi dari penjualan. Pendapatan
yang diperoleh dari penjualan kotor tiap minggunya diperoleh Rp.12.000.000 sehingga
dalam satu bulan diperoleh penjualan kotornya sebesar Rp.48.000.000.
Keseluruhan jumlah pendapatan yang diperoleh dari penjualan kotor diperoleh
dari kegiatan penjualan yang dilakukan oleh tenaga penjual yang terkait. Hasil penjualan
yang dilakukan diberikan komisi dari penjualan, komisi yang diberikan yaitu 10% dari
penjualan, sehingga komisi setiap minggunya yaitu Rp.1.200.000, dalam sebulan
mengeluarkan biaya komisi sebesar Rp.4.800.000.
Perhitungan pendapatan bersih, selain memperhatikan penjualan kotor atau labar
kotor dan komisi, perlu memperhatikan apakah terjadi pengembalian barang atas
kesalahan atau ketidak sesuaian dengan barang yang diterima konsumen atau returns and
allowance, tetapi dalam penjulan yang dilakukan tidak terdapat pengembalian. Total
keseluruhan yang didapat adalah Rp43.200.000 selama 4 minggu dari penjualan kotor
dikurang dengan komisi dan returns and allowance.

III - 1
Laporan Modul VI Revenue Stream dan Cost Structure III - 2
(Kelayakan Biaya dan Finansial)

III.2 Perhitungan Biaya Produksi


III.2.1 Penentuan Biaya Bahan Langsung
No Item Biaya Satuan Jumlah Total Biaya
BIAYA BAHAN LANGSUNG YANG DIGUNAKAN (tanpa persediaan awal)
1. Pembelian RawMaterial (bahan baku)
a. Plastik Rp 150.000 – Rp 150.000
Total Rp 150.000
2. Pembelian Komponen (barang ½ jadi)
a. Sensor jarak ultrasonik Rp 35.000 2 Rp 70.000
b. Arduino Pro Uno Rp 150.000 1 Rp 150.000
c. Kamera Rp 150.000 1 Rp 150.000
d. Layar LCD Rp 150.000 1 Rp 150.000
e. Kabel Jumper Rp 125 8 Rp 1.000
f. Lampu LED Rp 500 4 Rp 2.000
g. Saklar Rp 2.000 1 Rp 2.000
h. Casing Sensor Rp 10.000 2 Rp 20.000
i. Speaker Rp 3.000 1 Rp 3.000
j. Casing Unit Box Rp 50.000 1 Rp 50.000
Total Rp 598.000
Total Bahan Baku dan Komponen Rp 748.000
Dikurangi Persediaan Akhir Bahan Baku dan
3. Total Rp -
Komponen (jika ada)
Biaya Bahan Baku dan Komponen yang
4. Total Rp 748.000
Digunakan
Grand Total Rp 748.000
Jumlah Produk 1
Biaya Variable Satuan Bahan Per Produk (Grand Total / Jumlah Produk ) Rp 748.000
Biaya bahan baku langsung adalah semua biaya bahan yang membentuk bagian
integral dari barang jadi dan yang dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya
produk. Jenis bahan baku yang digunakan adalah plastik yang digunakan untuk proses
pembuatan box dengan total biaya bahan baku Rp 150.000. Lalu, jenis komponen yang
digunakan adalah sensor jarak ultrasonik, Arduino Pro Uno, kamera, layar LCD, kabel
jumper, lampu LED, saklar, casing sensor, speaker, dan casing unit box dengan total
biaya komponen Rp 598.000. Untuk memproduksi satu unit produk, biaya variable yang
dikeluarkan sebesar Rp 748.000.

Laboratorium Perancangan Industri Manufaktur IV


Laporan Modul VI Revenue Stream dan Cost Structure III - 3
(Kelayakan Biaya dan Finansial)

III.2.2 Penentuan Biaya Tenaga Kerja Langsung


Jumlah
No Item Biaya Satuan Total Biaya
Orang
TENAGA KERJA LANGSUNG
1. Tenaga Kerja Produksi Rp 100.000 4 Rp 400.000
2. Subkontrak (Supplier ) Rp 50.000 2 Rp 100.000
Total Rp 500.000
Jumlah Produk 1
Biaya Variable Tenaga Kerja Langsung (Total / Jumlah Produk ) Rp 500.000
Biaya tenaga kerja langsung adalah karyawan atau karyawati yang dikerahkan
untuk mengubah bahan langsung menjadi barang jadi. Biaya untuk ini meliputi gaji para
karyawan yang dapat dibebankan kepada produk tertentu. Biaya yang dikeluarkan untuk
tenaga kerja produksi sebesar Rp 400.000 untuk 4 orang pekerja, supplier sebesar Rp
100.000 untuk 2 orang supplier, serta biaya keseluruhan untuk memproduksi satu unit
produk adalah Rp 500.000.

III.2.3 Penentuan Biaya Overhead Pabrik


No Item Biaya Satuan Jumlah Total Biaya
Biaya Overhead Pabrik
A. Biaya Bahan Tidak Langsung
1. Bahan Kemasan Rp 30.000 2 Rp 60.000
2. Bahan Pembantu Lainnya Rp - – Rp -
a. Gunting Rp 10.000 2 Rp 20.000
b. Selotip Rp 5.000 3 Rp 15.000
c. Kardus Rp 2.000 10 Rp 20.000
d. Bubble map Rp 20.000 1 Rp 20.000
e. Wire Cutter Rp 30.000 2 Rp 60.000
Total A Rp 135.000
B. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung (biaya tetap)
1. Gaji/Upah Tenaga Non Produksi Rp 496.000 9 Rp 4.464.000
Total B Rp 4.464.000
C. Biaya Overhead Lainnya (biaya tetap) (penyusunan/sewa, fasilitas dan peralatan) (Jika ada)
1. Lisrik, air, telepon Rp - 0 Rp -
2. Penyusunan/sewa Peralatan Rp - 0 Rp -
Total C Rp -
Grand Total Biaya Overhead Pabrik ([A+B+C] - Biaya Kemasan) Rp 5.040.000

Laboratorium Perancangan Industri Manufaktur IV


Laporan Modul VI Revenue Stream dan Cost Structure III - 4
(Kelayakan Biaya dan Finansial)

Biaya overhead pabrik disebut juga biaya produk tidak langsung, yaitu
kumpulan dari semua biaya untuk membuat suatu produk selain biaya bahan baku
langsung dan tidak langsung. Overhead pabrik pada umumnya didefinisikan sebagai
bahan tidak langsung, pekerja tidak langsung, dan bahan pabrik lainnya yang tidak secara
mudah diidentifikasikan atau dibebankan langsung ke pekerjaan produk atau tujuan akhir
biaya. Pada biaya tidak langsung, total keseluruhan biaya yang dikeluarkan adalah Rp
135.000, biaya tenaga kerja tidak langsung untuk 9 pekerja sebesar Rp 4.464.000, dan
total biaya overhead pabrik sebesar Rp 5.040.000.

III.2.4 Perhitungan Biaya Produksi per Bulan


Biaya Produksi per Bulan Total
D. Biaya Bahan Langsung yang digunakan Rp 748.000
E. Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 500.000
F. Biaya Overhead Pabrik Rp 5.040.000
G. Total Biaya Manufaktur/Produksi (D+E+F) Rp 6.288.000
H. Biaya Persediaan Awal Barang ½ Jadi Rp -
I. Biaya Pemprosesan (G+H) Rp 6.288.000
J. (-) Biaya Persediaan Akhir Barang ½ Jadi (bahan sisa
Rp 598.000
jika ada)
K. Harga Pokok Produksi (I-J) Rp 5.690.000
L. Biaya Persediaan Awal Barang Jadi Rp -
M. Harga Pokok Barang Siap Dijual Rp 5.690.000
N. (-) Biaya Persediaan Akhir Barang Jadi (barang yang
Rp -
belum laku)
O. Harga Pokok Penjualan (M-N) (cost of goods sold ) Rp 5.690.000
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang yang terjadi untuk mengolah bahan
baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut objek pengeluarannya, secara
garis besar biaya produksi dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
biaya overhead pabrik (factory overhead cost), total biaya manufaktur/produksi, biaya
persediaan awal, dan sebagainya.

Laboratorium Perancangan Industri Manufaktur IV


Laporan Modul VI Revenue Stream dan Cost Structure III - 5
(Kelayakan Biaya dan Finansial)

III.3 Perhitungan Biaya Research & Development


Biaya R&D Total
A. Biaya Survey Rp 500.000
B. Biaya Pengolahan Data Survey (Jumlah Kuesioner x
Rp -
Biaya Satuan)
C. Biaya Desain Rp 100.000
D. Biaya Pembuatan Prototype Rp 1.000.000
Total Rp 1.600.000
Biaya Research & Developer yang dikeluarkan adalah Rp 1.600.000 yang sudah
termasuk kedalam biaya survey yang dilakukan oleh departemen R&D, biaya Pengolahan
data survey, biaya desasin produk, serta biaya pembuatan prototype.

III.4 Analisis Finansial


III.4.1 Perhitungan Biaya Laba Rugi
Biaya Laba/Rugi Total
Penjualan (L.6.1) Rp 43.200.000
Harga Pokok Penjualan/HPP (L.6.6 butir O) Rp 5.690.000
Biaya R&D (L.6.7) Rp 1.600.000
Laba Kotor (Penjualan-HPP) Rp 37.510.000
Biaya Administrasi (L.5.6) (biaya tetap) Rp 4.465.000
Biaya Pemasaran (L.3.7) (biaya tetap) Rp 625.000
Total Biaya Komersial (Administrasi + Pemasaran) Rp 5.090.000

Laba Bersih sebelum pajak (Laba Kotor -


Rp 32.420.000
Komersial)
Pajak (5% dari Laba Bersih) Rp 1.621.000
Laba Bersih sesudah pajak (laba bersih sebelum pajak -
Rp 30.799.000
pajak)
Total Biaya Tetap (Biaya Overhead Pabrik + Biaya
Rp 10.130.000
Komersial)
Biaya laba/rugi terdiri dari biaya penjualan, harga pokok penjualan, research &
development, laba kotor, administrasi dan pemasaran. Biaya komersial terdiri dari jumlah
biaya administrasi dan biaya pemasaran dengan total sebesar Rp 5.090.000. Total biaya
tetap terdiri dari jumlah biaya overhead pabrik dan biaya komersial. Total biaya tetap
sebesar Rp 10.130.000.

Laboratorium Perancangan Industri Manufaktur IV


Laporan Modul VI Revenue Stream dan Cost Structure III - 6
(Kelayakan Biaya dan Finansial)

III.4.2 Perhitungan Titik Impas (BEP)


1. Marjin Kontribusi per Unit
Harga Jual (HJ) = Rp. 1.500.000 -> 32 (Kapasitas) * Rp. 1.500.000 = Rp. 48.000.000
Biaya variabel (bv)
1. Biaya Variabel bahan langsung = Rp. 150.000
2. Biaya Variabel tenaga kerja langsung = Rp. 500.000
3. Biaya Variabel kemasan = Rp. 60.000
Total Biaya Variabel per Unit (1+2+3) = Rp. 710.000

Marjin Kontribusi per Unit = Harga Jual - Biaya Variabel


= Rp. 1.500.000 - Rp. 710.000
= Rp. 790.000
Marjin Kontribusi = Penjualan - (Biaya Variabel x Jumlah Produk)
= Rp. 48.000.000 - (Rp. 710.000 * 32)
= Rp. 22.720.000
Marjin Kontribusi per Unit = Rp. 790.000
Marjin Kontribusi = Rp. 22.720.000
2. Titik Impas dalam unit dan Rupiah
Biaya Tetap (BT) = Rp. 10.130.000
Titik Impas (Pulang Pokok) dalam:
- Unit -> X Titik impas (pp) = Biaya tetap / (harga jual - biaya variabel)
= Rp. 10.130.000 / (Rp. 48.000.000-Rp.25.280.000)
= 2.1126 unit
- Rupiah -> Rp. Titik impas (pp) = Xpp * Harga jual
= 2.1126 * Rp. 1.500.000
= Rp. 3.169.014
Titik Impas (unit) = 3 Unit
Titik Impas (Rupiah) = Rp. 3.169.014
Marjin kontribusi merupakan analisis biaya-volume-laba bagian dari manajemen
akuntansi terhadap margin keuntungan dalam penjualan per unit dan berguna dalam
melaksanakan berbagai perhitungan ataut digunakan sebagai ukuran kepengaruhan
operasional. Marjin kontribusi produk yaitu sebesar Rp 22.720.000. Titik impas dalam
unit dan rupiah yaitu titik dimana biaya atau pengeluaran dan pendapatan adalah
seimbang sehingga tidak terdapat kerugian atau keuntungan. Titik impas dalam unit yaitu
sebanyak 3 unit, sedangkan titik impas dalam rupiah sebesar Rp 3.169.014.

Laboratorium Perancangan Industri Manufaktur IV


Laporan Modul VI Revenue Stream dan Cost Structure III - 7
(Kelayakan Biaya dan Finansial)

III.4.3 Perhitungan Income Statement (Laporan Laba Rugi)


INCOME STATEMENT / LABA RUGI (MINGGUAN)
Bulan: Oktober 2018 M-1 M-2 M-3 M-4
PENDAPATAN (L.6.1)
Penjualan Kotor Rp 12.000.000 Rp 12.000.000 Rp 12.000.000 Rp 12.000.000
Komisi (Commission ) Rp 1.200.000 Rp 1.200.000 Rp 1.200.000 Rp 1.200.000
Pengembalian (Returns and Allowance ) - - - -
Penjualan Bersih (Cash In )
Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods
Rp 5.690.000 Rp 5.690.000 Rp 5.690.000 Rp 5.690.000
Sold )
LABA KOTOR (L.6.6) Rp 37.510.000 Rp 37.510.000 Rp 37.510.000 Rp 37.510.000
PENGELUARAN
Biaya Komersial (L.6.8) Rp 5.090.000 Rp 5.090.000 Rp 5.090.000 Rp 5.090.000
Gaji Non-Produksi (L.6.4) Rp 4.465.000 Rp 4.465.000 Rp 4.465.000 Rp 4.465.000
Biaya Pelatihan (L.5.5) Rp 2.700.000 Rp 2.700.000 Rp 2.700.000 Rp 2.700.000
Perencanaan Kegiatan (L5.7)
Material dan Supplies Rp 7.480.000 Rp 7.480.000 Rp 7.480.000 Rp 7.480.000

Penyusutan/Sewa Peralatan - - - -
Utilitas (Listrik, air) - - - -
Telepon (Telecommunication ) - - - -
Alat Tulis Kantor (ATK)
Biaya Pengiriman Barang Rp 40.000 Rp 40.000 Rp 40.000 Rp 40.000
Biaya R&D (L.6.7) Rp 1.600.000 Rp 1.600.000 Rp 1.600.000 Rp 1.600.000

TOTAL PENGELUARAN (Cash Out )


Laba Bersih sebelum pajak Rp 32.420.000 Rp 32.420.000 Rp 32.420.000 Rp 32.420.000
Pajak (provision for taxes on income ) 5% Rp 1.621.000 Rp 1.621.000 Rp 1.621.000 Rp 1.621.000
LABA BERSIH SETELAH PAJAK
Rp 30.799.000 Rp 30.799.000 Rp 30.799.000 Rp 30.799.000
(NET PROFIT)

Perhitungan income statement mingguan terdiri dari pendapatan, penjualan


bersih, laba kotor, pengeluaran serta laba bersih setelah pajak. Penjualan kotor yang
didapatkan oleh perusahaan yaitu Rp 12.000.000 dan harga pokok penjualan sebesar Rp
5.690.000, sehingga laba kotor sebesar Rp 37.510.000. pengeluaran yang terdapat pada
perusahaan yaitu biaya komersial sebesar 5.090.000, biaya gaji non-produksi sebesar Rp
4.465.000, biaya pelatihan sebesar Rp 2.700.000, biaya material dan supplies sebesar Rp
7.480.000, biaya pengiriman barang sebesar Rp. 40.000 dan biaya research &
development sebesar Rp 1.600.000. laba bersih setelah pajak dan dikurangi perhitungan
biaya pengeluaran menjadi sebesar Rp 30.799.000.

Laboratorium Perancangan Industri Manufaktur IV


Laporan Modul VI Revenue Stream dan Cost Structure III - 8
(Kelayakan Biaya dan Finansial)

III.4.4 Biaya Mendirikan Usaha


Keterangan Biaya (Rp)
Pembelian Tanah Rp 2.000.000.000
Pembelian Gedung Rp 900.000.000
Sewa Awal Rp 500.000.000
Fasilitas
Deposit (Security , Listrik, Air) Rp 250.000.000
Perbaikan Rp 700.000.000
Biaya Lainnya Rp 4.500.000.000
Furnitur Rp 300.000.000
Mesin Produksi Rp 750.000.000
Komputer Rp 500.000.000
Peralatan Mesin Kas Register Rp 90.000.000
Telepon/Komunikasi Rp 25.000.000
Kendaraan Rp 5.000.000.000
Biaya Lainnya Rp 3.500.000.000
Alat Tulis Kantor Rp 80.000.000
Peralatan Kantor Rp 150.000.000
Peralatan Kantor
Brosur Rp 80.000.000
Biaya Lainnya Rp 200.000.000
Lisensi/Perijinan Rp 2.500.000.000
Keanggotaan Profesi Rp 50.000.000
Pengacara Rp 900.000.000
Fee dan Biaya Akuntan Rp 500.000.000
Lainnya Asuransi Rp 750.000.000
Konsultan Pemasaran/Manajemen Rp 300.000.000
Konsultan Desain Rp 400.000.000
Biaya Lainnya Rp 1.300.000.000
Biaya mendirikan usaha merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan biaya - biaya tersebut terdiri dari biaya fasilitas,
peralatan, peralatan kantor, fee dan biaya lainnya. Biaya terbesar yang dikeluarkan oleh
perusahaan yaitu biaya kendaraan sebesar Rp 5.000.000.000, sedangkan biaya terkecil
yang dikeluarkan oleh perusahaan yaitu biaya telepon/komunikasi sebesar Rp
25.000.000.

Laboratorium Perancangan Industri Manufaktur IV


Laporan Modul VI Revenue Stream dan Cost Structure III - 9
(Kelayakan Biaya dan Finansial)

III.4.5 Proyeksi Arus Kas (Cash Flow)


Proyeksi Arus Kas (Mingguan)
Bulan: Oktober 2018 M-1 M-2 M-3 M-4
PENERIMAAN KAS
Pendapatan Penjualan (L.6.1) Rp 12.000.000 Rp 12.000.000 Rp 12.000.000 Rp 12.000.000
Penjualan
Total Pendapatan Penjualan Rp 10.080.000 Rp 10.080.000 Rp 10.080.000 Rp 10.080.000
Pendapatan Finansial
- - - -
Bunga (Jika ada)
Piutang (jika ada) - - - -
Total Pendapatan Finansial - - - -
Pendapatan Lain - - - -
TOTAL PENERIMAAN KAS Rp 22.080.000 Rp 22.080.000 Rp 22.080.000 Rp 22.080.000
PENGELUARAN KAS
Biaya Mendirikan Perusahaan (jika ada)
Pengeluaran Operasi: Rp 5.690.000 Rp 5.690.000 Rp 5.690.000 Rp 5.690.000
Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold )
Biaya Komersial Rp 5.090.000 Rp 5.090.000 Rp 5.090.000 Rp 5.090.000
Biaya R&D Rp 1.600.000 Rp 1.600.000 Rp 1.600.000 Rp 1.600.000
Komisi/Pengemballian (jika ada) - - - -
Hutang (jika ada) - - - -
Pembayaran Pajak (5%) Rp 1.621.000 Rp 1.621.000 Rp 1.621.000 Rp 1.621.000
Pengeluaran lain-lain - - - -
…………..
Dana cadangan - - - -
TOTAL PENGELUARAN KAS Rp 14.001.000 Rp 14.001.000 Rp 14.001.000 Rp 14.001.000
ARUS KAS BERSIH
Saldo Awal - - - -
Penerimaan Kas Rp 22.080.000 Rp 22.080.000 Rp 22.080.000 Rp 22.080.000
Pengeluaran Kas Rp 14.001.000 Rp 14.001.000 Rp 14.001.000 Rp 14.001.000
SALDO AKHIR Rp 8.079.000 Rp 8.079.000 Rp 8.079.000 Rp 8.079.000

Cashflow (Aliran Kas) merupakan sejumlah uang kas yang keluar dan yang
masuk sebagai akibat dari aktivitas perusahaan dengan kata lain adalah aliran kas yang
terdiri dari aliran masuk dalam perusahaan dan aliran kas keluar perusahaan serta berapa
saldonya setiap periode. Analisis arus kas (cashflow) adalah laporan yang disusun guna
menunjukkan perubahan bertambahnya atau berkurangnya uang kas selama satu periode.
Total pengeluaran kas sebesar Rp 14.001.000. biaya penerimaan kas sebesar Rp
22.080.000, biaya pengeluaran kas sebesar Rp 14.001.000, sehingga saldo akhir menjadi
sebesar Rp 8.079.000.

Laboratorium Perancangan Industri Manufaktur IV


Laporan Modul VI Revenue Stream dan Cost Structure III - 10
(Kelayakan Biaya dan Finansial)

III.5 Analisis Kelayakan Bisnis


III.5.1 Net Present Value
NPV1 = PWB − PWC di mana I = 0,25%
NPV1 = (8079000(P/F, 0,25%, 1) + 8079000(P/F, 0,25%, 2)
+ 8079000(P/F, 0,25%, 3) + 8079000(P/F, 0,25%, 4) − 30000000
NPV1 = (8079000(0,9975) + 8079000(0,9950) + 8079000(0,9925)
+ 8079000(0,9901) − 30000000
NPV1 = 32114832,9 − 30000000 = 2114832,9

NPV2 = PWB − PWC di mana I = 0,5%


NPV2 = (8079000(P/F, 0,5%, 1) + 8079000(P/F, 0,5%, 2)
+ 8079000(P/F, 0,5%, 3) + 8079000(P/F, 0,5%, 4) − 30000000
NPV2 = (8079000(0,9950) + 8079000(0,9901) + 8079000(0,9851)
+ 8079000(0,9802) − 30000000
NPV2 = 31915281,6 − 30000000 = 1915281,6

Net Present Value merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang
telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon
faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan
datang yang didiskontokan pada saat ini. Nilai NPV produk memiliki nilai NPV positif,
sehingga produk tersebut menghasilkan lebih banyak kas dari yang dibutuhkan untuk
menutup utang dan memberikan pengembalian yang diperlukan kepada pemegang saham
perusahaan.

III.5.2 Rate of Return


NPV1 = PWB − PWC di mana I = 1%
NPV1 = (8079000(P/F, 1%, 1) + 8079000(P/F, 1%, 2) + 8079000(P/F, 1%, 3)
+ 8079000(P/F, 1%, 4) − 30000000
NPV1 = (8079000(0,9901) + 8079000(0,9803) + 8079000(0,9706)
+ 8079000(0,9610) − 30000000
NPV1 = 31524258 − 30000000 = 1524258

Laboratorium Perancangan Industri Manufaktur IV


Laporan Modul VI Revenue Stream dan Cost Structure III - 11
(Kelayakan Biaya dan Finansial)

NPV2 = PWB − PWC di mana I = 3%


NPV2 = (8079000(P/F, 3%, 1) + 8079000(P/F, 3%, 2) + 8079000(P/F, 3%, 3)
+ 8079000(P/F, 3%, 4) − 30000000
NPV2 = (8079000(0,9709) + 8079000(0,9426) + 8079000(0,9151)
+ 8079000(0,8885) − 30000000
NPV2 = 30030450,9 − 30000000 = 30450,9

NPV1
ROR = I1 + ∙ (I − I1 )
NPV1 + NPV2 2
1524258
ROR = 1 + ∙ (3 − 1)
1524258 + 30450,9
ROR = 1 + 0,98 ∙ 2 = 2,96%

Rate of Return (ROR) adalah tingkat pengembalian saham atas investasi yang
dilakukan oleh investor. Komposisi penghitungan rate of return (return total) adalah
capital gain (loss) dan yield. Nilai ROR sebesar 2,96% yang artinya tingkat laba yang
didapatkan mempunyai tingkatan sebesar 2,96%.

III.5.3 Payback Period


∑ Investasi awal
PP = ∙ 1 bulan
∑ Arus kas bersih
30000000
PP = ∙ 1 bulan = 0,93 bulan
32316000

Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk bisa menutup
kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds atau aliran kas netto. Nilai
payback period sebesar 0,93 bulan yang artinya perusahaan dapat menutupi pengeluaran
investasi selama sekitar 0,93 bulan.

Laboratorium Perancangan Industri Manufaktur IV


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan
1. Penjualan bersih selamat empat minggu ke depan adalah Rp 43.200.000, yang
didapat dari pengurangan terhadap pendapatan dengan komisi sebesar 10%.
2. Total biaya overhead pabrik adalah sebesar Rp 5.040.000, yang didapat dari
penambahan antara biaya bahan dan tenaga kerja tidak langsung, biaya overhead
lainnya, dan dikurang dengan biaya kemasan.
3. Harga pokok produksi per bulan adalah sebesar Rp 5.690.000, yang ditentukan
dari selisih antara harga pokok barang siap dijual dengan biaya persediaan akhir
barang jadi yang dianggap tidak ada.
4. Net profit atau labar bersih setelah pajak adalah sebesar Rp 30.799.000 untuk
setiap minggunya.
5. Saldo akhir untuk setiap minggu adalah sebesar Rp 8.079.000, didapat dari
pengurangan penerimaan kas dengan pengeluaran kas.

IV.2 Saran
Untuk laboratorium, diharapkan kesiapannya dalam melaksanakan praktikum
guna menghemat waktu.

IV - 1
DAFTAR PUSTAKA

[1] D. E. Kieso, J. J. Weygandt, dan T. D. Warfield, Akuntansi Intermediate, edisi


kesepuluh. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007.
[2] B. Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: BPFE, 2001.

iii
LAMPIRAN

iv

Anda mungkin juga menyukai