2-I-Reservoir Dan KuantitasReservoir PDF
2-I-Reservoir Dan KuantitasReservoir PDF
Geologi Reservoir
Geologi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari sejarah dan struktur bumi dan bentuk-
bentuk kehidupan di dalamnya, terutama seperti yang “terekam” dalam batuan. Cabang ilmu
ini sangat penting di dalam ilmu teknik reservoir untuk memperkirakan akumulasi minyak
yang mungkin terjadi. Pengetahuan geologi didasarkan pada observasi dan pengetahuan yang
berhubungan dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Prinsip utama adalah the present is the
key to the past; yaitu bahwa proses yang berlangsung dalam bumi pada masa kini pada
dasarnya sama dengan yang terjadi pada masa lalu. Dengan menggunakan pengetahuan
tentang proses dan observasi batuan dan formasi batuan, seorang petroleum geologist
melakukan rekonstruksi sejarah geologi dan menentukan apakah formasi yang sedang
dipelajari mengandung hidrokarbon atau tidak.
Suatu reservoir minyak tidak berupa sebuah gua bawah tanah yang besar seperti jika kita
mengartikan istilah oil pool. Reservoir merupakan suatu formasi yang terdiri dari batuan
dengan rongga yang sangat kecil, disebut pore, yang dapat menyimpan fluida. Disamping
mengandung berbagai jenis hidrokarbon, batuan reservoir umumnya mengandung air asin.
Fluida ini, dalam keadaan kesetimbangan, akan berada secara berlapis dengan yang paling
ringan (gas) berada paling atas, kemudian minyak, dan yang terberat (air) berada paling
bawah.
Untuk dapat menyimpan minyak, suatu reservoir harus mempunyai bentuk dan konfigurasi
tertentu serta mempunyai penyekat (seal) sehingga minyak dapat terperangkap. Di samping
itu, reservoir harus mempunyai porositas minimum – yaitu batuan harus mempunyai ukuran
rongga tertentu – dan reservoir tersebut harus bersifat permeable – yaitu rongga-rongga
tersebut harus saling berhubungan – sehingga minyak dapat mengalir di dalam reservoir dan
kemudian dapat diproduksikan melalui sumur-sumur produksi.
Pada waktu masih muda, permukaan planet bumi tidak dapat ditempati mahluk hidup. Batuan
berbentuk cair (magma) bererupsi melalui ribuan rekahan (fissures) dan gunung api. Di
samping itu, muncul pula berbagai macam gas dan uap air yang kemudian membentuk
atmosfir awal yang tak beroksigen. Permukaan bumi kemudian mendingin dan uap air
berkondensasi untuk kemudian jatuh sebagai hujan purba yang kemudian membentuk lautan.
Sejalan dengan itu, lapisan crust bertambah tebal dan lebih stabil. Geologist memandang
crust ini sebagai kumpulan bentuk-bentuk lempeng yang menyerupai jigsaw puzzle. Bedanya
dengan jigsaw puzzle, lempeng-lempeng crust ini bergerak dan berubah bentuk. Pada
beberapa tempat bentuk-bentuk tersebut saling tumpang tindih, bertabrakan, atau saling tarik
satu dengan yang lain. Ilmu yang mempelajari hal ini disebut dengan tektonik lempeng (plate
tectonics).
Ada dua bentuk dasar crust yaitu oceanic crust dan continental crust. Oceanic crust berupa
lapisan tipis (ketebalan antara 5 – 7 mil) dan terbentuk dari batuan igneous berat (batuan yang
terbentuk dari magma yang mendingin). Sedangkan Continental crust berupa lapisan tebal
(ketebalan antara 10 – 30 mile) dan relatif lebih ringan. Karena perbedaan ini, suatu benua
(continent) cenderung mengambang seperti icebergs di atas “lautan” batuan yang lebih berat,
kemudian muncul di atas permukaan lautan (sea level), dan jika benua tersebut cukup tebal
maka membentuk pegunungan. Tinggian benua tersebut kemudian secara perlahan tererosi
oleh air dan sebab lainnya. Partikel-partikel batuan kemudian terbawa ke laut dan
terendapkan menjadi lapisan sedimen yang tebal sepanjang pinggiran benua. Endapan ini
kemudian diperkuat oleh sementasi mineral dalam air dan oleh tekanan berat sedimen di
atasnya. Proses ini kemudian membentuk lapisan-lapisan batuan sedimen.
Kira-kira 1.5 milyar tahun setelah bumi terbentuk, organisme sederhana mulai muncul di
dalam lautan. Akan tetapi, bentuk yang lebih kompleks tidak muncul sampai kira-kira 2.5
milyar tahun kemudian – pada permulaan periode Cambrian, hanya 550 juta tahun yang lalu.
Begitu pula tumbuhan belum terbentuk dan menyebar di atas permukaan bumi sampai
periode Devonian, kira-kira 350 juta tahun yang lalu. Karena kehidupan berevolusi secara
Siklus Batuan
Batuan crust berubah dari suatu bentuk ke bentuk lainnya oleh beberapa proses geologi.
Proses-proses ini termasuk erosi, sedimentasi, sementasi, kompresi, dan pelelehan. Erosi
biasanya diakibatkan oleh adanya aliran air, walaupun dapat pula diakibatkan oleh angin,
pembekuan air, pergerakan es, dan gelombang. Partikel yang tererosi dari tinggian benua
kemudian terendapkan pada daerah-daerah lapisan horizontal, tanah rendah, atau dangkalan
laut. Sedimentasi yang terus menerus menyebabkan deposit dari partikel yang terendapkan
sebelumnya mengalami kompaksi karena berat endapan di atasnya. Proses sementasi oleh
mineral kemudian membuat endapan ini menjadi batuan sedimen. Sebagian batuan ini
kemudian tererosi untuk membentuk sedimen yang lain, sebagian lain lagi terkubur di
Compaction, BATUAN
Cementation SEDIMEN
Heat,
SEDIMEN
Pressure
Erosion,
Weathering
BATUAN
METAMORF
IGNEOUS
ROCK
Heat,
Cooling, Melting
Crystallization
MAGMA
Nonklastik
Klastik
Carbonate Evaporite Organic Lainnya
Conglomerate Limestone Gypsum Peat Chert
Limestone Dolomite Anhydrite Coal
Sandstone Salt Diatomite
Siltstone Potash Limestone
Shale
Batuan sedimen merupakan batuan yang menjadi sasaran studi para petroleum geologist.
Kebanyakan minyak dan gas bumi terakumulasi di dalam batuan tersebut. Batuan metamorf
dan igneous sangat jarang mengandung minyak. Batuan sedimen dapat diklasifikasikan
sebagai klastik dan nonklastik seperti ditunjukkan oleh tabel berikut, atau dapat pula
diklasifikasikan lain tergantung tujuan klasifikasi itu sendiri. Batuan klastik terdiri dari
Pergerakan Bumi
Crust telah dan sedang bergerak baik secara vertikal maupun horizontal secara terus menerus
sejak crust tersebut menjadi padat. Gempa bumi dan erupsi volkanik yang terjadi setiap tahun
menunjukkan bahwa pergerakan tersebut masih tetap berlangsung hingga saat ini.
Kebanyakan batuan yang dekat dengan permukaan telah terekahkan oleh gaya-gaya internal
maupun eksternal. Jika lapisan batuan pada satu sisi rekahan telah bergerak relatif terhadap
sisi yang lain, rekahan tersebut disebut fault (patahan). Perpindahan sepanjang patahan sangat
bervariasi mulai dari beberapa milimeter sampai ratusan mil seperti patahan San Andreas di
California. Pada waktu terjadi gempa bumi di San Francisco pada tahun 1906, bagian yang
berhadapan pada kedua sisi patahan San Andreas bergerak satu sama lain sejauh 21 ft.
Sisa-sisa organisme laut dapat ditemukan pada tinggian pegunungan dan melalui suatu sumur
minyak yang sangat dalam diketahuii bahwa batuan bersangkutan telah diendapkan pada laut
dangkal purba dan kemudian muncul (atau terbenam) ke kedalaman yang diketahui sekarang.
Pergerakan bumi yang berulang walaupun hanya beberapa inches setiap terjadi pergerakan
akan mengkibatkan penaikan dan penurunan permukaan yang besar jika hal itu terjadi selama
jutaan tahun.
Minyak yang diketahui sekarang dipercaya berasal dari bahan organik yang terendapkan
bersamaan dengan terendapkannya partikel batuan selama pembentukan batuan sedimen
jutaan tahun yang lalu. Teori yang disebut teori organik ini menyatakan bahwa minyak dan
gas berasal dari jasad renik yang hidup di laut. Pada laut dangkal dengan air yang cukup
hangat, residu sejumlah besar binatang dan tumbuhan mikro jatuh ke dasar laut. Sebagian sisa
mahluk hidup tersebut termakan atau teroksidasi sebelum mencapai dasar laut dan sebagian
besar yang lain dapat mencapai dasar laut. Bakteri kemudian mengambil oksigen dari sisa-
sisa organik tersebut dan kemudian secara perlahan memecahkan bahan organik tersebut
menjadi meterial yang kaya akan karbon dan hidrogen.
Sejalan dengan bertambahnya akumulasi sedimen, clay yang kaya akan bahan organik
terdesak ke dalam shales. Tekanan dan temperatur kemudian meningkat sementara berada
dalam keadaan diberati oleh ribuan feet endapan di atasnya. Dalam keadaan demikian,
melalui kejadian yang tidak pernah kita lihat, minyak bumi terbentuk. Ketika temperatur
mencapai kira-kira 150oF, substansi yang kaya akan karbon dan hidrogen mulai tergabung
secara kimiawi untuk membentuk ratusan molekul hidrokarbon yang berbeda-beda.
Hidrokarbon ini mempunyai rantai atom karbon dan atom hidrogen yang tersusun baik.
Minyak bumi tidak terbentuk secara serentak dalam konsentrasi yang besar. Pada mulanya,
minyak ini tersebar sebagaimana halnya bahan organik pembentuknya. Setelah terbentuk,
minyak kemudian bermigrasi melalui batuan yang permeable. Tekanan formasi cenderung
mendesak minyak ke luar dari lapisan shale, yang relatif tidak permeable, menuju rekahan
dan formasi yang terbuka, misalnya batuan sandstone, di mana minyak dapat bergerak dari
satu pori ke pori yang lainnya. Minyak dan gas cenderung untuk mencari level yang lebih
dangkal (bergerak ke atas, ke arah permukaan). Kecuali minyak terperangkap di bawah tanah
oleh formasi geologi, minyak dapat sampai di permukaan sebagai oil seep yaitu minyak yang
muncul di permukaan dan terakumulasi sebagai “kolam” minyak.
Teori Anorganik. Teori ini mengemukakan bahwa terjadinya minyak bumi berdasarkan
proses kimia. Prose kimia tersebut diantaranya:
1. Teori alkali panas dengan CO2 (Berthelot): Dengan asumsi bahwa di dalam bumi terdapat
logam alkali dalam keadaan bebas dan bertemperatur tinggi. Bila CO2 dari udara
bersentuhan dengan alkali panas tadi maka akan terbentuk asitilen. Asitilen akan berubah
menjadi benzen karena suhu yang tinggi. Kelemahan teori ini adalah bahwa logam alkali
tidak terdapat bebas di dalam kerak bumi.
2. Teori karbida panas dengan air (Mendeleyeff): Asumsi yang dipakai adalah bahwa ada
karbida besi di kerak bumi dan kemudian bersentuhan dengan air membentuk hidrokarbon.
Teori Organik. Teori ini telah banyak diterima oleh kalangan ahli perminyakan. Namun,
inipun belum memecahkan semua persoalan yang timbul. Persoalan itu diantaranya mengenai
sumber bahan organik. Masalah lain adalah mengenai migrasi. P.G Macquir adalah orang
yang pertamakali mengemukakan pendapatnya bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-
tumbuhan. Beberapa argumentasi telah dikemukakan untuk membuktikan bahwa minyak
bumi berasal dari zat organik, yaitu:
1. Minyak bumi mempunyai daya memutar bidang optik atau bidang polarisasi. Ini
disebabkan adanya kolestrol, zat lemak seperti yang terdapat didalam darah. Zat anorganik
diketahui tidak dapat memutar bidang optik.
2. Minyak bumi mengandung porfirin, suatu zat kompleks yang terdiri dari hidrokarbon
dengan unsur vanadium, nikel, dan sebagainya.
3. Susunan hidrokarbon yang terdiri dari unsur H dan C sangat mirip dengan zat organik,
yang terdiri dari H, C dan O walaupun yang disebut terakhir ini mengandung oksigen dan
nitrogen dalam jumlah cukup banyak.
4. Hidrokarbon terdapat di dalam sedimen resen. Diketahui pula bahwa zat organik banyak
terdapat di dalam lapisan sedimen dan merupakan bagian integral daripada sedimentasi.
5. Secara praktis lapisan minyak didapatkan setelah Kambrium sampai Pleistosen.
Menurut teori organik, proses pembentukan minyak bumi terdiri dari tiga stadium:
1. Pembentukkannya sendiri yang terdiri dari:
a. pengumpulan zat organik di dalam sedimen
b. pengawetan zat organik di dalam sedimen
c. transformasi zat organik menjadi minyak bumi
2. Migrasi minyak bumi yang terbentuk dan tersebar di dalam batuan sedimen ke perangkap.
Proses kimia organik umumnya dapat dipelajari dengan percobaan di laboratorium. Namun
demikian, berbagai faktor geologi mengenai cara terdapatnya minyak bumi serta
penyebarannya di dalam sedimen harus pula ditinjau. Fakta yang disimpulkan oleh Cox
(1954) ini diantaranya adalah:
1. Minyak bumi selalu terdapat dalam batuan sedimen dan umumnya sedimen marin, fasies
sedimen yang utama untuk minyak bumi memang terdapat di sekitar pantai.
2. Minyak bumi merupakan campuran kompleks hidrokarbon.
3. Temperatur reservoir rata-rata 107oC, dan minyak bumi masih dapat bertahan sampai
200oC. Di atas temperatur ini porfirin sudah tidak dapat bertahan.
4. Minyak bumi selalu terbentuk dalam keadaan reduksi, ditandai oleh adanya porfirin dan
belerang.
5. Minyak bumi dapat tahan terhadap perubahan tekanan dari 8 sampai 10.000 psi.
Selanjutnya, dalam teori organik, dikenal proses transformasi zat organik. Beberapa hal yang
berkaitan dengan peristiwa tersebut diantaranya:
1. Degradasi termal: Akibat sedimen mengalami penimbunan dan pembenaman maka akan
timbul perubahan tekanan dan suhu. Perubahan suhu adalah faktor yang penting. Menurut
Welte (1964), proses transformasi merupakan degradasi termal yang mencakup
dekaboxilasi.
2. Reaksi katalis: Adanya katalis mempercepat proses kimia.
3. Radioaktivitas: Pembombardiran asam lemak oleh partikel alpha dapat membentuk
hidrokarbon parafin. Ini menunjukkan adanya pengaruh radioaktif terhadap zat organik.
Anggapan bahwa minyak bumi berasal dari zat organik, telah diterima oleh para ahli. Namun
jenis zat organik apakah yang menjadi bahan sumber terjadinya minyak bumi masih menjadi
penelitian. Kita mengenal beberapa jenis zat organik seperti protein, karbohidrat, lignin dan
asam lemak. Para ahli telah berkesimpulan lipid mungkin merupakan zat pembentuk utama
minyak bumi. Ini terlihat dari perbandingan antara Hidrokarbon dan Karbonnya, adalah yang
paling mirip dengan minyak bumi. Zat organik dapat terbentuk dalam kehidupan laut ataupun
darat dan dapat dibagi dua jenis yaitu yang berasal dari nabati atau hewani.
Agar terbentuk minyak dan gas bumi diperlukan suatu lingkungan pengendapan yang dapat
memberikan kadar zat organik yang tinggi serta kesempatan untuk mengawetkannya.
Keadaan tersebut misalnya:
1. lingkungan pengendapan dimana kehidupan berkembang secara baik sehingga zat organik
terkumpul banyak
2. lingkungan yang tereduksi, dimana tidak ada sirkulasi air yang cepat.
Perairan pantai memberikan 50 kali lebih banyak zat organik dari pada pantai terbuka,
terutama daerah muara. Ini disebabkan sungai banyak membawa zat makanan dari daratan.
Perkembangan organisme sangat cepat, kemudian mati secara cepat pula dan teronggoklah
zat organik tersebut.
Kondisi yang memungkinkan terjadinya pengawetan zat organik adalah kondisi tanpa adanya
oksigen, dan ini terjadi pada daerah dengan cekungan terbatas dengan sirkulasi fluida kurang.
Lingkungan ini biasa disebut lingkungan euxinic.
Batuan Reservoir
Seperti telah dijelaskan pada bagian awal bab ini, batuan reservoir adalah batuan bawah
permukaan yang mampu menjadi tempat terperangkapnya gas, minyak, air dan fluida
reservoir lain. Untuk menjadi reservoir minyak yang produktif, badan batuan harus cukup
besar, berpori, dan permeable sehingga mampu mengalirkan fluida ke lubang sumur. Batuan
Suatu contoh batuan reservoir dapat diperbesar sehingga terlihat ribuan rongga kecil atau
pori-pori. Ukuran besarnya pori-pori tersebut disebut porositas. Makin besar porositas makin
banyak fluida yang dapat dikandung. Porositas batuan berkisar mulai dari lebih kecil dari 5
persen pada batuan sandstone atau carbonate yang tersementasi sampai dengan 30 persen
pada batuan sandstone yang unconsolidated.
BUTIRAN BATUAN
SALT
WATER
MINYAK
Disamping harus berpori, batuan reservoir juga harus permeable. Permeable artinya terdapat
pori-pori yang saling berhubungan sehingga minyak dapat bergerak (mengalir) dari satu pori
ke pori lainnya. Ukuran kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida disebut permeabilitas.
Makin besar permeabilitas makin mudah bagi minyak untuk mengalir di dalam batuan.
Satuan permeabilitas adalah darcy. Tetapi kebanyakan batuan mempunyai permeabilitas
sangat kecil sehingga digunakan satuan millidarcy. Tentang hal ini akan dijelaskan lebih
lanjut pada Bab III: Sifat Fisik Batuan. Umumnya, porositas dan permeabilitas tidak
berhubungan secara langsung. Namun demikian, terdapat beberapa batuan yang berporositas
tinggi akan mempunyai permeabilitas yang tinggi pula.
Perangkap
Jika terdapat sumber hidrokarbon, yaitu tempat dimana hidrokarbon tersebut terbentuk, dan
jika ada batuan reservoir yang berporositas dan berpermeabilitas cukup, maka dengan
perbedaan potensial migrasi akan terjadi. Akan tetapi untuk supaya hidrokarbon tersebut
Seperti juga telah dijelaskan pada bagian awal bab ini, struktur geologi yang mencegah
pergerakan minyak dan gas keluar dari batuan reservoir disebut perangkap (trap). Terdapat
dua jenis perangkap yang dapat dikenali sampai saat, yaitu perangkap struktur dan perangkap
stratigrafi. Perangkap struktur adalah perangkap yang terbentuk akibat deformasi dari formasi
reservoir, sedangkan perangkap stratigrafi adalah perangkap yang terbentuk dari keadaan
dimana tidak ada kelanjutan porositas dan permeabilitas.
Perangkap struktur sangat bervariasi baik dalam bentuk maupun ukuran. Umumnya
perangkap ini terbentuk karena pelipatan atau patahan. Beberapa perangkap struktur yang
dikenal adalah perangkap antiklinal, perangkap patahan, dan perangkap dome. Perangkap
antiklinal terbentuk akibat pelipatan lapisan batuan. Perangkap ini kemudian terisi oleh
hidrokarbon yang masuk dari bagian bawahnya. Pergerakan hidrokarbon ke atas kemudian
terhadang oleh caprock, yaitu batuan yang bersifat impermeable. Perangkap patahan
terbentuk oleh pergeseran lapisan yang terpatahkan. Pergerakan hidrokarbon dalam
perangkap ini terhadang oleh batuan impermeable yang bergeser dan berada di sisi yang
berlawanan pada bidang patahan terhadap lapisan yang mengandung hidrokarbon atau oleh
material impermeable (disebut gouge) pada zona patahan. Dengan demikian efektivitas
penyekatan akan tergantung kepada seal pada bidang patahan. Suatu perangkap patahan yang
sederhana dapat terbentuk jika kontur struktur memberikan bidang bukaan terhadap patahan.
Perangkap dome atau plug adalah formasi batuan berpori pada atau di sekeliling intrusi garam
atau batuan serpentine yang terangkat atau terlipat oleh proses intrusi. Akumulasi
hidrokarbon di sekeliling kubah garam biasanya tidak berkesinambungan melainkan terputus-
putus menjadi beberapa segmen oleh patahan. Oleh sebab itu, biasanya hidrokarbon pada
perangkap ini seringkali sulit dibor.
Perangkap stratigrafi disebabkan oleh formasi batuan yang menyekat pada bagian atas
reservoir atau karena ada perubahan kontinuitas porositas atau permeabilitas di dalam
reservoir. Satu jenis perangkap stratigrafi adalah unconformity dimana bagian batuan berpori
yang terendapkan mengalami erosi dan kemudian terlapisi caprock di atasnya. Angular
unconformity merupakan unconformity yang diakibatkan oleh pengandapan di atas lapisan
Suatu perangkap yang merupakan kombinasi dari pelipatan, patahan, perubahan porositas,
dan kondisi lain dapat pula terjadi. Perangkap ini, campuran antara perangkap struktur dan
stratigrafi, disebut perangkap kombinasi (combination trap).
Air
Kebanyakan reservoir minyak terdiri dari sedimen yang terendapkan di dalam atau di sekitar
laut. Lapisan sedimen ini pada mulanya terisi oleh air asin. Sebagian dari air asin ini
kemudian terdesak oleh minyak yang bermigrasi. Sebagian yang lain tetap berada di dalam
formasi batuan. Air yang tersisa ini disebut air connate interstitial – connate berasal dari
bahasa Latin yang berarti “lahir bersamaan dengan” dan interstitial karena air ditemui di
dalam interstices atau pori-pori formasi batuan. Penggunaan istilah ini kemudian disingkat
menjadi air konat (connate water) yang berarti air di dalam formasi batuan ketika reservoir
terbentuk. Air konat terdistribusi di seluruh reservoir. Tetapi, hampir seluruh reservoir
minyak mempunyai “reservoir” air di sekelilingnya. Air “bebas” (free water) ini memberikan
energi bagi reservoir yang mempunyai mekanisme water drive dan disebut bottom water jika
berada di bawah akumulasi minyak dan edge water jika berada di sekeliling reservoir.
Minyak
Minyak yang lebih ringan daripada air dan tidak langsung bercampur dengan air akan
mendorong air ke bawah. Namun demikian, minyak tidak dapat mendesak seluruh air.
Semacam lapisan film air akan menempel pada (atau diabsorbsi oleh) dinding pori batuan.
Film ini disebut air yang membasahi (wetting water). Dengan kata lain, air tidak hanya
berada di bawah akumulasi minyak (zone minyak) tetapi juga berada di dalam pori-pori
Gas
Gas biasanya berada bersama-sama dengan minyak di dalam reservoir. Energi yang diberikan
oleh gas yang berada di bawah tekanan yang besar merupakan mekanisme pendorong
reservoir yang sangat penting. Gas yang berada bersama-sama dengan minyak dan air di
dalam reservoir dapat berupa solution gas atau free gas dalam suatu gas cap. Dalam keadaan
tertentu, misalnya tekanan tinggi dan temperatur rendah, gas akan tetap terlarut di dalam
minyak. Ketika minyak diproduksikan ke permukaan, tekanan akan menurun dan gas
kemudian keluar dari larutan (seperti halnya sebotol coca cola yang dibuka tutupnya). Gas
yang berada di dalam larutan tersebut mempunyai volume sehingga perhitungan volume
minyak di tempat (oil in place) harus memperhitungkannya.
Gas bebas (free gas) – yaitu gas yang berada secara tidak terlarut dalam minyak – cenderung
untuk terakumulasi pada bagian struktur teratas dari reservoir dan membentuk tudung gas
(gas cap). Sepanjang ada gas bebas dalam tudung gas, minyak akan tetap tersaturasi oleh gas
dalam larutan. Gas terlarut akan menurunkan viskositas minyak dan memudahkan minyak
untuk mengalir.
Distribusi Fluida
Kontak minyak-air (WOC – water-oil contact, yaitu bidang dimana air dan minyak saling
bersentuhan) merupakan sesuatu yang penting pada awal pengembangan suatu reservoir,
sebab untuk mendapatkan produksi minyak yang maksimum maka air jangan sampai ikut
terproduksi bersama dengan minyak. Pada umumnya, semua reservoir mempunyai air di
bagian struktur terendah dengan minyak berada di atasnya. Akan tetapi kontak minyak-air
tidak berupa bidang yang menunjukkan perubahan yang tajam dan tidak berupa bidang yang
horizontal, namun berupa zona yang sebagian minyak dan sebagian air setebal kira-kira 10 –
15 ft. Hal yang sama juga terjadi pada bidang kontak minyak-gas. Tetapi, minyak yang jauh
lebih berat dibandingkan dengan gas, cenderung tidak naik ke dalam zona gas seperti halnya
air yang naik ke zona minyak. Mengenai hal ini dapat dijelaskan oleh fenomena kapileritas.
Minyak Minyak
Air Air
Air Air
Gas
Air Air
Gas reservoir
Tekanan Reservoir
Semua fluida reservoir berada dalam tekanan. Tekanan ini ada di dalam reservoir karena
reservoir dan fluida yang dikandungnya berada di dalam keadaan terbebani oleh lapisan
batuan dan fluida yang berada di atasnya (disebut dengan overburden). Makin dalam suatu
reservoir akan makin besar tekanannya. Jadi tekanan fluida di dalam reservoir dapat
dianalogikan dengan tekanan fluida pada suatu kolam renang. Pada bagian bawah kolam
maka tekanan fluidanya paling besar karena mendapat beban tekanan (hidrostatik) yang
paling besar.
Tekanan Normal
Seperti halnya pada suatu kolam renang, seperti disebutkan di atas, di dalam reservoir juga
terdapat tekanan fluida. Dalam keadaan normal, tekanan di dalam reservoir hanya berupa
tekanan yang diakibatkan oleh tekanan overburden fluida. Hal ini terjadi khususnya untuk
reservoir yang mempunyai hubungan dengan permukaan – misalnya berupa singkapan atau
terhubungkan melalui batuan berpori lainnya dan terisi oleh air. Dalam keadaan demikian,
maka tekanan reservoir tersebut hanya berupa tekanan yang diakibatkan oleh tekanan
hidrostatik fluida – yaitu tekanan yang diakibatkan oleh berat kolom air. Tekanan ini disebut
tekanan normal.
Tekanan Abnormal
Reservoir yang tidak berhubungan dengan permukaan biasanya dikelilingi oleh batuan yang
bersifat impermeable. Dalam keadaan demikian, maka berat batuan yang berada di atasnya
Tekanan Datum
Berbicara aliran fluida di dalam media berpori, yang dalam hal ini adalah di dalam reservoir,
maka beda potensial yang menyebabkan adanya aliran tersebut sangat penting untuk
difahami. Secara khusus, fluida dari reservoir mengalir ke sumur yang jumlahnya umumnya
lebih dari satu buah. Oleh karenanya, maka beda potensial antara suatu titik lokasi di
reservoir dengan berbagai sumur tentulah tidak sama. Dalam kaitan itulah, maka akan lebih
mudah untuk difahami jika potensial dari fluida yang mengalir dari reservoir menuju sumur
tersebut dinyatakan dalam ”tekanan datum” yaitu bahwa tekanan di suatu titik dalam
reservoir ”ditarik ke” atau ”dinyatakan pada” bidang datum seperti digambarkan dalam
gambar skematik berikut:
A×
(pA, zA)
Sembarang
bidang datum
(z = z0)
Ψ B = p B + ρg(z B − z 0)
Ψ A = p A + ρg ( z A − z 0 )
× (pB, zB)
B
Anggap ada dua harga tekanan yang diukur di dua sumur A dan B dalam suatu reservoir
dimana bidang datumnya telah ditentukan yaitu pada lokasi z = z0. Jika tekanan di sumur
tersebut diukur terhadap tekanan datum sama dengan nol, maka potensial dari masing-masing
sumur tersebut adalah tekanan yang terukur di sumur yang merefer ke bidang datum, yaitu:
Ψ A = ( tekanan absolut ) A + (gravity head) A
Keberadaan fasa hidrokarbon – apakah itu berupa cairan, yaitu minyak, atau gas – tergantung
pada tekanan reservoir. Jika tekanan berubah maka keberadaan fasa juga berubah. Bila
tekanan naik, maka molekul tertekan untuk bersatu bersama-sama sehingga cenderung untuk
menjadi cairan. Sebaliknya bila tekanan berkurang, maka gas akan mengembang dan cairan
akan menguap dan berubah menjadi gas. Keberadaan fasa hidrokarbon juga dipengaruhi oleh
temperatur. Bila temperatur naik, maka molekul mendapat energi kinetik yang tinggi,
sehingga terjadi kecenderungan cairan untuk menjadi gas. Sebaliknya bila temperatur turun,
maka terjadi kondensasi dimana gas menjadi cairan.
Karena perubahan tekanan dan temperatur tersebut maka dapat terjadi perubahan fasa selama
perjalanan hidrokarbon dari reservoir ke permukaan pada waktu hidrokarbon tersebut
diproduksikan. Keadaan ini biasanya digambarkan oleh yang apa yang disebut dengan
diagram fasa. Dengan diagram fasa ini maka reservoir dapat dibagi menjadi beberapa jenis
tergantung keberadaan fluidanya, yaitu:
• Reservoir minyak
Reservoir minyak dapat berupa reservoir dengan volume minyak yang stabil (low shrinkage
oil) dimana pengaruh tekanan terhadap volume tidak terlalu besar atau reservoir dengan
volume minyak yang tidak stabil (high shrinkage oil) dimana volume minyak sangat
dipengaruhi oleh perubahan tekanan. Sedangkan reservoir gas dapat berupa reservoir dengan
gas kering (dry gas) atau gas basah (wet gas).
Secara teknis, jenis reservoir dapat didefinisikan oleh letak temperatur dan tekanan awal
reservoir terhadap daerah dua fasa pada diagram tekanan-temperatur (P-T). Kurva P-T
tersebut, untuk tiap reservoir berbeda-beda tergantung komposisi hidrokarbon yang
dikandungnya. Namun, secara umum dapat digambarkan seperti ditunjukkan pada gambar
berikut. Daerah yang dibatasai oleh garis bubble point dan dew point adalah daerah dimana
terdapat baik fasa gas maupun fasa cair. Kurva-kurva di dalamnya menunjukkan persentase
volumetrik fasa cair. Tinjau suatu reservoir yang pada awalnya mempunyai p = 3700 psia dan
T = 300 oF. Reservoir ini berada pada titik A dan hidrokarbon yang dikandungnya adalah
berupa fasa gas. Selama produksi, tekanan turun, namun temperatur tetap sebesar 300 oF.
Perubahan ini ditunjukkan oleh garis A-A1. Selama perubahan tekanan pada kondisi
isothermal ini, fasa di reservoir tetap berupa fasa gas. Komposisi fluida di reservoir tidak
berubah karena temperatur yang lebih besar dari cricondentherm. Begitu pula komposisi
fluida yang diproduksikan tetap. Namun demikian, fasa yang terproduksikan akan berubah
sesuai dengan garis A-A2, sehingga di permukaan akan muncul condensate liquid. Jika,
misalnya cricondentherm adalah 50 oF, maka di permukaan fluida terproduksi akan tetap
sebagai fasa gas, dan reservoir yang demikian disebut dengan dry gas reservoir.
Sekarang, tinjau reservoir yang pada awalnya mempunyai p = 3300 psia dan T = 180 oF,
seperti ditunjukkan oleh titik B. Reservoir ini juga mengandung fluida satu fasa berupa gas
karena temperaturnya lebih besar dari temperatur kritik. Karena diproduksikan, maka tekanan
menurun, namun dengan komposisi fluida yang tetap sama – seperti halnya yang terjadi di
reservoir A – sampai tekanan dew-point dicapai, titik B1. Di bawah tekanan ini fasa cair akan
terkondensasi sebagai kabut atau dew dan reservoir demikian disebut dengan dew-point
reservoir. Kondensasi ini mengakibatkan fasa gas kehilangan kandungan cairan. Cairan yang
terkondensasi tersebut kemudian menempel pada dinding pori batuan dan tidak bisa bergerak
1000
A2 B3• A1
• 0%
500
0 50 100 150 200 250 300 350
o
Temperatur, F
Selanjutnya tinjau reservoir yang pada awalnya mempunyai p = 2800 psia dan T = 70 oF,
seperti ditunjukkan oleh titik C. Reservoir ini juga mengandung fluida satu fasa namun
sekarang berupa fasa cair karena temperatur lebih kecil dari temperatir kritik. Reservoir
demikian disebut dengan bubble-point reservoir. Karena diproduksikan, tekanan turun, dan
suatu saat mencapai tekanan bubble-point yaitu pada p = 2400 psia, titik C1. Di bawah
Dan jenis reservoir yang terakhir adalah jika reservoir berada pada titik D, yaitu yang pada
awalnya mempunyai p = 1800 psia dan T = 170 oF. Fluida yang terkandung di reservoir
yang demikian berada dalam dua fasa yaitu fasa cair dan fasa liquid.
Low Shrinkage Oil. Yang dimaksud dengan low shrinkage oil adalah hidrokarbon yang
dengan turunnya tekanan, akibat proses produksi hanya sedikit fasa cairan yang akan berubah
menjadi fasa gas. Hal ini disebabkan oleh banyaknya komponen berat dari hidrokarbon, dan
hanya akan mulai keluar gas, bila komponen-komponen ringan seperti metana, etana dan
propana mulai bergerak menguap.
High Shrinkage Oil. Dengan turunnya tekanan high shrinkage oil akan menguapkan cairan
menjadi gas yang cukup banyak. Hal ini disebabkan kandungan komponen ringan cukup
banyak di dalam sistem hidrokarbonnya. Bila tekanan dan temperatur turun sampai ke
kondisi separator, maka akan diperoleh hidrokarbon sebagai gas. Dengan demikian minyak
yang diperoleh menjadi berkurang.
Dry Gas. Yang dimaksud dengan dry gas adalah kondisi hidrokarbon bila tekanan dan
temperaturnya menurun, tidak akan terbentuk cairan.
Wet Gas. Sedangkan yang dimaksud dengan wet gas adalah hidrokarbon yang bila
temperaturnya diturunkan akan menghasilkan cairan.
Condensate Gas. Condensate gas akan terjadi, bila kondisi hidrokarbon di reservoir
mempunyai temperatur yang lebih besar dari titik kritisnya, sehingga sistem menjadi gas.
Akan tetapi bila tekanan diturunkan, maka akan dihasilkan sejumlah cairan, dan bila
diteruskan penurunan tekanan maka akan kembali menjadi gas.
Tahapan pengurasan minyak dari suatu reservoir biasanya dibagi menjadi tiga tahap yang
berurutan: primer, sekunder, dan tersier. Hampir semua reservoir yang baru dikembangkan
akan melalui tahap primer terlebih dahulu, setidaknya untuk beberapa waktu. Tahapan ini
diperlukan untuk pengumpulan data, pengkajian alternatif teknik produksi, dan studi
pengembangan lapangan. Sebagian reservoir dapat terus diproduksikan dengan menggunakan
tenaga dorong alamiah (yaitu tahap primer) sampai titik abandonment jika tenaga dorong
alamiah tersebut cukup mampu mempertahankan produksi yang diinginkan dan/atau
diperkirakan. Sebagian yang lain hanya dapat berproduksi seperti yang diinginkan dengan
tambahan proses atau mekanisme buatan. Dalam kaitan ini, sebaiknya tidak menggunakan
istilah teknik pengurasan sekunder dan/atau tersier.
Minyak berat 5 – 15 %
Solution Gas Drive. Saturated reservoir dengan solution gas drive tanpa gas cap dan tanpa
water drive akan memperlihatkan kinerja produksi minyak yang menurun dan gas-oil ratio
(GOR) yang meningkat segera setelah dimulainya produksi. GOR akan terus meningkat
sampai titik maksimum untuk kemudian menurun. Sebaliknya, undersaturated reservoir tanpa
water drive akan memperlihatkan penurunan laju produksi minyak dan GOR yang konstan
sepanjang tekanan reservoir berada di atas tekanan saturasi. Jika produksi dilanjutkan, maka
tekanan akan menurun dan mencapai tekanan saturasi sehingga reservoir mulai berperilaku
seperti reservoir dengan solution gas drive.
Sumur
pi
Producing
Minyak
GOR
WOC pb
Air Air
Rsi Tekanan
Tekanan reservoir turun
melewati tekanan gelembung Watercut (%)
Waktu
Sumur pi
Gas Producing
GOR
WOC
Minyak
Tekanan
Air Air Rsi
Water Drive. Reservoir dengan water drive dapat berupa reservoir dengan aquifer di
sekelilingnya (edge water) atau reservoir dengan “reservoir” air di bawahnya (bottom water),
Jika permeabilitas di sekeliling reservoir (atau permeabilitas di bawah reservoir) cukup besar,
maka air akan masuk (disebut water influx) ke dalam reservoir sebagai akibat dari
diproduksikannya reservoir tersebut. Water influx ini memberikan efek mempertahankan
tekanan reservoir (pressure maintenance) dan, sebagai akibatnya, akan mempertahankan laju
produksi. Laju produksi minyak umumnya menurun dengan lambat dan GOR meningkat
dengan lambat (atau konstan). Setelah itu air dari aquifer akan mencapai sumur dan WOR
mulai meningkat. Di samping itu, air juga dapat terproduksikan dari air yang berada di bawah
minyak jika air tersebut telah mencapai perforasi (water coning).
Sumur pi
Tekanan
Minyak
Watercut (%)
WOC
Air Air Rsi Producing
GOR (R=Rsi)
Waktu
100
80
60
40
20
0
0 10 20 30 40 50 60
Untuk menentukan efek aquifer terhadap produksi maka jumlah air yang masuk ke dalam
reservoir harus dihitung. Cara yang lazim adalah dengan metode material balance dengan
syarat isi awal minyak dan jumlah yang telah diproduksikan diketahui. Telah banyak metode
material balance yang dipublikasikan dan memberikan berbagai alternatif mengenai
pemodelan water influx (lihat Bab IX). Namun demikian, masih terdapat kesulitan dalam
menentukan jumlah water influx tersebut diantaranya penentuan ukuran dan bentuk aquifer
serta sifat fisik batuan aquifer seperti porositas dan permeabilitas.
Kompaksi
Pengeluaran (produksi) minyak atau gas dari reservoir mengakibatkan menurunnya tekanan
fluida dan sebagai akibatnya meningkatnya tekanan efektif atau tekanan butiran (beda
tekanan antara tekanan overburden dan tekanan fluida). Peningkatan tekanan antar butiran
akan menyebabkan reservoir terkompaksi dan selanjutnya mengakibatkan subsidence di
permukaan. Beberapa literatur menyebutkan bahwa kompaksi tergantung pada perbedaan
antara vertical stress (overburden) dan internal stress (tekanan fluida) sehingga kompaksi
dapat dengan mudah dihitung di laboratorium.
Kompaksi, dan faktor-faktor yang diakibatkannya, akan lebih berperan pada reservoir-
reservoir dangkal dengan unconsolidated sand. Oleh karenanya, sangat perlu untuk
menentukan kompresibilitas batuan reservoir dangkal sehingga diperoleh informasi mengenai
tingkat kompaksi yang dapat membantu meningkatkan kinerja perolehan minyakdisamping
itu, juga untuk menentukan tingkat subsidence yang mungkin akan membahayakan jika
lokasi permukaan lapangan berada dekat dengan laut atau danau.
Satuan SI
Istilah “SI” merupakan singkatan dari Le Système International d’Unités atau Sistem Satuan
International. Sistem satuan ini tidak sama dengan sistem satuan metrik sebelumnya
(misalnya sistem-sistem satuan cgs, mks, atau mksA). Namun demikian, sistem ini
berhubungan sangat erat dan merupakan perbaikan (atau modernisasi) dari sistem-sistem
sebelumnya tersebut. Sistem satuan SI adalah suatu bentuk sistem metrik yang dianggap
sangat cocok untuk semua aplikasi ilmu pengetahuan, khususnya ilmu eksakta dan ilmu
teknik. Simbol SI juga identik dalam hampir semua bahasa di dunia. Dalam kaitan ini, aturan
penulisan, ejaan, dan sebutan adalah sangat penting untuk menghindari kesalahan dalam
pekerjaan numerik disamping juga membuat sistem ini lebih mudah digunakan dan dipahami
di seluruh dunia.
Simbol Sekunder
Simbol-simbol sekunder seperti subskrip dan superskrip digunakan secara luas untuk
berbagai tujuan. Sebagai contoh, sebuah subskrip dapat berarti (1) tempat dimana istilah
tersebut dipakai; (2) menunjukkan keadaan, titik, bagian, atau waktu; (3) sifat konstan dari
suatu kuantitas independen di antara yang lainnya; atau (4) sebuah variabel yang menyatakan
dasar turunan (derivative). Demikian pula, sebuah superskrip dapat berarti (1) eksponen bagi
pemangkatan, (2) label pembeda, (3) sebuah satuan, atau (4) index tensor. Untuk semua
kasus-kasus di atas, tujuan-tujuan yang ingin dicapai harus jelas. Beberapa subskrip atau
superskrip kadang-kadang dipisahkan oleh koma, dapat pula digabungkan dengan simbol
yang bersangkutan. Singkatan, juga terstandarisasi, dapat muncul diantara subskrip. Namun,
nomor tanda referensi, dapat tidak digabungkan dengan simbol, untuk menghindari
kesalahpahaman.
Penulisan (Tipografi)
Ketika sebuah simbol yang menggunakan suatu huruf muncul dalam bentuk huruf yang
dicetak tidak tebal, maka simbol huruf untuk kuantitas fisik dan subskrip dan superskrip
lainnya, baik menggunakan huruf besar ataupun huruf kecil, tersebut harus dicetak miring
(italic). Angka Arab dan huruf alfabet lain yang digunakan dalam persamaan matematis
dicetak tegak (tidak italic).
Penggunaan Khusus
Berikut adalah beberapa catatan yang menjelaskan penggunaaan huruf sebagai simbol secara
khusus. Hal ini perlu disampaikan karena penggunaan huruf sebagai simbol dalam hal-hal
tersebut telah dibuat sebelumnya dan telah menjadi sangat umum. Oleh karenanya, dalam
beberapa hal tertentu seperti dalam istilah well logging, memerlukan catatan khusus.
1. Rumus kimia yang disingkat digunakan sebagai subskrip untuk paraffin hydrocarbons: C1
untuk methane, C2 untuk ethane, C3 untuk propane… Cn untuk CnH2n+2.
2. Rumus kima yang ditulis lengkap digunakan sebagai subskrip untuk material lain: CO2
untuk carbon dioxide, CO untuk carbon monoxide, O2 untuk oxygen, N2 untuk nitrogen,
dan sebagainya.
3. Huruf R tetap dipertahankan untuk resistivity listrik dalam well logging. Simbol ρ
digunakan untuk hal-hal lainnya.
4. Huruf C tetap dipertahankan untuk conductivity listrik well logging. Simbol σ digunakan
untuk hal-hal lainnya.
5. Bilangan tanpa dimensi digunakan sebagai kriteria untuk geometrik, kinematik, dan
similaritas dinamik antara dua sistem dan untuk hal-hal lainnya. Contoh are NRe, NPr, NPe,
NDa.
6. Kuantitas x dapat dimodifikasi untuk menunjukkan harga rata-rata dengan menggunakan
sebuah garis (bar) di atasnya, x .
Gambar 3. Beberapa jenis patahan diantaranya: normal dip-slip (A), reverse atau thrust dip-
slip (B dan C), lateral (D), overthrust (E), dan growth (F)
Gambar 5. Dua jenis ketidakselarasan adalah disconformity (A) dan angular unconformity
(B).
Gambar 6. Jenis perangkap minyak pada dasarnya dibagi menjadi dua kelompok yaitu
perangkap struktur (A) dan perangkap stratigrafi (B). Dua gambar di bawahnya
menunjukkan jenis-jenis perangkap struktur, yaitu patahan, antiklinal, dan dome
plug.