Anda di halaman 1dari 10

Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

KHUTBAH JUM’AT PERTAMA

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,


menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110).

Jamaah salat Jumat rahimakumullah

Di hari yang penuh berkah ini, mari kita menghadapkan hati kita kepada
Allah, membuka hati dan pikiran untuk sejenak menyimak nasihat
khutbah yang kami harapkan dapat menambahkan ketakwaan kita
kepada Allah.

Ma’asyiral muslimin jamaah salat Jumat rahimakumullah


Jika kita perhatikan dan kita amati secara sepintas saja, apa yang terjadi
saat ini di tengah masyarakat muslimin, kita akan mendapatkan
fenomena yang seharusnya menjadikan kita semua prihatin akan umat
ini. Perhatian ini menjadikan kita mawas diri dan berusaha menjadikan
diri, keluarga, dan lingkungan sekitar kita tidak termasuk golongan
mereka yang telah melampaui batas.

Sekian banyak bentuk kesyirikan, kezaliman, kejahatan, kemaksiatan


yang dengan begitu mudah kita temukan di sekitar kita. Contohnya
praktik kesyirikan sudah menjadi suatu yang biasa dilakukan orang.
Bahkan dukun, para normal, tukang ramal, ahli zodiak, dan orang-orang
semacam mereka, yang jelas-jelas melakukan praktik kesyirikan,
dianggap sebagai tokoh panutan dan memiliki tempat terhormat di
tengah masyarakat. Contoh lain di antara kaum muslimin sudah tidak
bisa lagi menghargai nyawa seseorang, tidak bisa menghargai harta
orang lain, dan bahkan tidak bisa menghargai kehormatan manusia.
Padahal itu semua telah dilindungi oleh Islam, dan tidak boleh diganggu.
Semua itu terjadi karena mereka telah meninggalkan Agama yang hanif
ini, menuruti hawa nafsu, terpedaya dan tertipu oleh bujuk rayu setan
serta gemerlapnya kehidupan dunia.

Di sisi lain, di antara kaum muslimin tidak lagi memiliki rasa empati dan
kepedulian terhadap saudaranya sesama muslim, tidak peduli dengan
kejadian dan kondisi yang ada, sehingga segala bentuk kemungkaran
semakin hari tumbuh subur, dan sebaliknya segala bentuk kebaikan
mulai terkikis dan asing di hadapan manusia. Orang-orang yang ingin
selalu konsisten dan istiqamah menjalankan agama dengan benar
menjadi asing di tengah masyarakatnya. Sikap keislaman yang baik
terkesan batil dan begitu juga sebaliknya. Yang sunah dan sesuai
dengan contoh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallamdianggap sebagai
sikap beragama yang ekstrim, dan sebaliknya yang bid’ahdianggap
sebagai jalan kebenaran sejati.
Semua itu adalah karena yang menjadi tolok ukur beragama adalah
perasaan dan keridhaan manusia, bukan keridhaan Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
memperingatkan kita semua dari sikap timpang semacam ini dalam
sabda beliau,

ِ َّ‫اس َكفَا ُه هللا ُم ْؤنَةَ الن‬


‫ َو َم ِن‬،‫اس‬ ِ َّ‫س َخ ِط الن‬َ ‫ضا هللا ِب‬َ ‫س ِر‬َ ‫َم ِن ا ْلت َ َم‬
ِ َّ‫س َخ ِط هللا َو َكلَهُ هللا إِلَى الن‬
‫اس‬ َ ‫اس ِب‬ ِ َّ‫ضا الن‬
َ ‫س ِر‬ َ ‫ا ْلت َ َم‬.
“Barangsiapa yang mencari ridha Allah dengan (mengacuhkan)
kebencian manusia maka Allah mencukupkannya dari beban manusia,
dan barangsiapa yang mencari ridha manusia dengan
(mengesampingkan) kemurkaan Allah maka Allah akan menguasakan
manusia atas dirinya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2414 dan dishahihkan oleh al-
Albani).

Jamaah salat Jumat rahimakumullah

Sebegitu hebat kemungkaran yang telah dianggap biasa di tengah


masyarakat kita, sampai yang baik menjadi suatu yan dianggap aneh.
Orang yang rajin salat berjamaah aneh, kaum muslimah yang
mengenakan hijab sesuai syariat aneh, rajin ke tempat-tempat pengajian
aneh, laki-laki muslim yang memotong pakaiannya agar tidak isbal aneh,
dan semua yang sebenarnya adalah tepat sebagaimana yang diridhai
Allah Subahanahu wa Ta’ala, menjadi suatu yang aneh dan asing. Maka
sungguh benar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallammanakala beliau
bersabda,

‫ الَّ ِذ ْي َن‬،‫اء‬ َ َ ‫سيَعُ ْو ُد َك َما بَ َدأ‬


ُ َ‫ ف‬،‫غ ِر ْيبًا‬
ِ َ‫ط ْوبَى ِل ْلغُ َرب‬ َ ‫غ ِر ْيبًا َو‬َ ‫س ََل ُم‬
ْ ‫اْل‬ِ ْ َ ‫بَ َدأ‬
‫سنَّتِ ْي‬
ُ ‫ِي ِم ْن‬ ْ ‫اس ِم ْن بَ ْعد‬ ُ َّ‫س َد الن‬َ ‫ص ِل ُح ْو َن َما أ َ ْف‬ ْ ُ‫ ي‬.
“Islam mulanya dianggap aneh (asing) dan akan kembali dianggap asing
seperti semula. Maka kabar gembira yang besar bagi orang-orang yang
dianggap aneh (asing), yaitu, orang-orang yang memperbaiki
(menjalankan dengan baik) perkara-perkara sunahku yang telah dirusak
orang-orang setelahku.” (HR. Ahmad dan Muslim)

Jamaah salat Jumat rahimakumullah

Karenanya, merupakan tugas dan kewajiban setiap muslim untuk selalu


menjaga kemurnian agama, dengan senantiasa menegakkan kebenaran
dan mencegah setiap bentuk kemungkaran. Tentunya kita pernah
membaca dan mendengar permisalan yang pernah disampaikan oleh
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana beliau bersabda,

‫علَى‬ َ ‫ست َ َه ُم ْوا‬ ْ ‫علَى ُحد ُْو ِد هللا َوا ْل َواقِ ِع فِ ْي َها َك َمث َ ِل قَ ْو ٍم ا‬ َ ‫َمث َ ُل ا ْلقَائِ ِم‬
‫ان الَّ ِذ ْي َن فِي‬َ ‫سفَلَ َها فَ َك‬ْ َ ‫ض ُه ْم أ‬
ُ ‫ض ُه ْم أَع ََْل َها َوبَ ْع‬ ُ ‫اب بَ ْع‬
َ ‫ص‬ َ َ ‫س ِف ْينَ ٍة فَأ‬
َ
‫ لَ ْو أَنَّا‬:‫علَى َم ْن فَ ْوقَ ُه ْم فَقَالُ ْوا‬ َ ‫اء َم ُّر ْوا‬ ِ ‫ستَقَ ْوا ِم َن ا ْل َم‬ْ ‫سفَ ِل َها ِإذَا ا‬ ْ َ‫أ‬
‫َخ َر ْقنَا ِفي نَ ِص ْي ِبنَا َخ ْرقًا َولَ ْم نُ ْؤ ِذ َم ْن فَ ْوقَنَا؛ فَ ِإ ْن يَتْ ُرك ُْو ُه ْم َو َما أ َ َراد ُْوا‬
‫علَى أ َ ْي ِد ْي ِه ْم نَ َج ْوا َونَ َج ْوا َج ِم ْيعًا‬ َ ‫ َهلَك ُْوا َج ِم ْيعًا َوإِ ْن أ َ َخذُ ْوا‬.
“Perumpamaan orang yang teguh dalam menjalankan hukum-hukum
Allah dan orang yang terjerumus di dalamnya, adalah seperti
sekelompok orang yang berada di dalam sebuah kapal, ada yang
mendapatkan tempat di atas melewati orang-orang yang di atas, dan ada
yang memperoleh tempat di bawah. Seadng yang di bawah jika mereka
berkata, ‘Lebih baik kita melobangi tempat di bagian kita ini (bagian
bawah), supaya tidak mengganggu kawan-kawan kita yang di atas.’
Rasulullah bersabda, ‘Maka jika mereka yang di atas membiarkan orang
yang di bawah (melakukan hal itu), pasti binasalah semua orang yang
ada di dalam perahu tersebut, namun apabila mereka mencegahnya
mereka semua akan selamat’.” (HR. Al-Bukhari no. 2493).

Jamaah salat Jumat rahimakumullah


Jika kita renungkan dengan dalam perumpamaan agung yang
disabdakan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam ini, yaitu seorang
hamba Allah yang paling mengetahui tentang keadaan umatnya, tentang
sebab-sebab kemuliaan dan kerusakan yang akan terjadi pada mereka
berdasarkan wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka kita akan
mendapatkan gambaran yang jelas tentang agungnya keutamaan
mengajak orang kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan jahat
dan mungkar, yang kita kenal dalam istilah amar ma’ruf nahi munkar.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

َ ِ‫ع ْن ُه ْم أ َ ْم َوالُ ُه ْم َوآلَأ َ ْوالَ ُد ُهم ِ ِّم َن هللا‬


‫ش ْيئ ًا‬ َ ‫ين َكفَ ُروا لَن ت ُ ْغنِ َي‬َ ‫ِإ َّن الَّ ِذ‬
‫َوأ ُ ْوالَئِ َك ُه ْم َوقُو ُد النَّ ِار‬
“Kalian adalah umat yang terbaik yang pernah dilahirkan untuk manusia, karena
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar,dan beriman kepada
Allah.” (QS. Ali Imran: 110)

Al-Allamah As-Sa’di mengomentari ayat ini dengan mengatakan, “Allah


memuji umat ini sebagai umat yang paling baik yang Allah ciptakan
untuk umat manusia. Hal itu dikarenakan Allah menyempurnakan Iman
bagi diri mereka, yang dengan iman itu mereka melaksanakan apa-apa
yang diperintahkan Allah, dan menyempurnakan mereka untuk orang
lain dengan amar ma’ruf dan nahi munkar, yang mencakup mendakwahi
manusia untuk kembali kepada Allah. Dengan inilah maka umat Islam ini
adalah umat terbaik.” Dan sebaliknya Allah melaknat orang-orang yang
kafir dari kalangan ahli kitab, karena mereka membiarkan kemungkaran
terjadi di tengah mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫سى ا ْب ِن‬
َ ‫َاو َد َو ِعي‬ ُ ‫ان د‬
ِ ‫س‬َ ‫علَى ِل‬
َ ‫اءي َل‬
ِ ‫س َر‬ ْ ‫ِين َكفَ ُروا ِمن بَنِى ِإ‬َ ‫لُ ِع َن الَّذ‬
‫} كَانُوا الَيَتَنَا َه ْو َن عَن‬78{ ‫ُون‬ َ ‫ص ْوا َّوكَانُوا يَ ْعتَد‬
َ ‫ع‬ َ ‫َم ْريَ َم ذَ ِل َك ِب َما‬
َ ُ‫س َما كَانُوا يَ ْفعَل‬
‫ون‬ َ ْ‫ُّمنك ٍَر فَعَلُوهُ لَبِئ‬
”Telah dilaknat orang-orang kafir dari bani Israil melalui lisan Dawud dan
Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan
selalu melampaui batas. Mereka satu sama ain tidak saling melarang
tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah
apa yang selali mereka perbuat itu.” (Al-Ma’idah: 78-79)

Ini menunjukkan bahwa membiarkan kemungkaran dan kemaksiatan


adalah salah satu sifat orang-orang yang dilaknat Allah.

Al-Allamah As-Sa’di berkata, setelah menafsirkan ayat ini,

“Hal itu (perbuatan mereka yang diam terhadap kemungkaran)


menunjukkan sikap meremehkan perintah Allah dan bahwasanya
berbuat maksiat kepada-Nya adalah suatu yang ringan bagi mereka.
Seandainya mereka memiliki rasa pengagungan kepada Rab mereka,
niscaya mereka tidak akan menabrak hal-hal yang diharamkan Allah,
dan niscaya mereka tidak akan menyukai terhadap sesuatu yang
diharamkan Alah. Dan sesungguhnya diam terhadap kemungkaran –
padahal mampu untuk merubahnya- adalah sikap yang mendatangkan
hukuman; karena mendiamkan kemungkaran akan menimbulkan
kerusakan-kerusakan yang besar:

Di antaranya, hal itu menunjukkan sikap meremehkan dan menganggap


enteng kemaksiatan. Demikian juga hal itu akan menumbukan
keberanian bagi orang-orang yang gemar melakukan maksiat dan orang-
orang fasik untuk semakin berani melakukan maksiat, bahkan secara
terang-terangan.

Apabila kemungkaran dibiarkan, maka ilmu Agama akan semakin redup


di tengah masyarakat dan kejahilan justru akan semakin merajalela,
karena apabila kemaksiatan demi kemaksiatan begitu saja dilakukan
orang, dan dibiarkan begitu saja tanpa ada usaha untuk merubahnya,
maka masyarakat yang memang minim dengan ilmu agama akan
menganggap itu semua sebagai suatu yang bukan maksiat.
Mendiamkan maksiat boleh jadi akan menyebabkan kemaksiatan
menjadi suatu yang bagus dalam pandangan masyarakat luas, sehingga
sebagian masyarakat akan meniru perbuatan pelaku maksiat karena
menganggapnya sebagai sesuatu yang bagus.” (Dikutip dari Tafsir as-
Sa’di secara ringkas dan adaptasi, Ali Imran: 78-79).

Jamaah salat Jumat rahimakumullah

Oleh karena itu, amar ma’ruf nahi munkar adalah kewaijban setiap
muslim yang paling utama, yang akan menjadi jalan keselamatan dan
menghindarkan dari murka Allah, di dunia maupun di akhirat. amar
ma’ruf nahi munkar harus tegak, dalam segala tataran masyarakat, baik
sosial, individu, keluarga, masyarakat, nasional bahkan internasional.
Kita harus senantiasa ingat bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah
perintah Allah, yang mana Allah menjanjikan keberuntungan bagi kita
bila menegakkannya. Perhatikan Firman-Nya berikut ini,

ِ ‫ون ِبا ْل َم ْع ُر‬


‫وف َويَ ْن َه ْو َن‬ َ ‫َو ْلتَكُن ِ ِّمن ُك ْم أ ُ َّمةُ يَ ْدع‬
َ ‫ُون إِلَى ا ْل َخ ْي ِر َويَأ ْ ُم ُر‬
َ ‫ع َِن ا ْل ُمنك َِر َوأ ُ ْوالَئِ َك ُه ُم ا ْل ُم ْف ِل ُح‬
‫ون‬
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru
kepada kebajikan, menyruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali-Imran: 104)

Lebih dari itu, amar m’aruf nahi munkar adalah salah satu di antara sifat-
sifat asasi seorang mukmin sejati, dan karenanya Allah menjanjikan
rahmat bagi mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala befirman,

ِ ‫ون ِبا ْل َم ْع ُر‬


‫وف‬ َ ‫ض يَأ ْ ُم ُر‬ٍ ‫ض ُه ْم أ َ ْو ِليَآ ُء بَ ْع‬ُ ‫ون َوا ْل ُم ْؤ ِمنَاتُ بَ ْع‬َ ُ‫َوا ْل ُم ْؤ ِمن‬
َ ُ‫الزكَاةَ َويُ ِطيع‬
‫ون‬ َّ ‫ون‬ َ ُ ‫صَلَةَ َويُ ْؤت‬َّ ‫ون ال‬ َ ‫َويَ ْن َه ْو َن ع َِن ا ْل ُمنك َِر َويُ ِقي ُم‬
ُُ ‫سيَ ْر َح ُم ُه ُم هللاُ إِ َّن هللاَ ع َِزيز َح ِكي ُم‬ َ ‫سولَهُ أ ُ ْوالَئِ َك‬ُ ‫هللاَ َو َر‬
“Dan orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, sebagian mereka
menjadi penolong sebagian yang lain, mereka menyuruh (mengerjakan)
yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan salat, menunaikan
zakat dan mereka taat kepada Allah dan rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 71)

‫آن ا ْلك َِر ْي ِم َو َجعَلَنَا هللا ِم َن الَّ ِذ ْي َن‬


ِ ‫ار َك هللا ِل ْي َولَ ُك ْم ِفي ا ْلقُ ْر‬ َ َ‫ب‬
‫ست َ ْغ ِف ُر هللا‬ْ َ ‫ أَقُ ْو ُل قَ ْو ِل ْي هذا َوأ‬.ُ‫سنَه‬ َ ‫ست َ ِمعُ ْو َن ا ْلقَ ْو َل فَيَت َّ ِبعُ ْو َن أ َ ْح‬
ْ َ‫ي‬
ْ ‫ِل ْي َولَ ُك ْم َو ِل َج ِم ْي ِع ا ْل ُم‬
‫س ِل ِم ْي َن‬
KHUTBAH JUM’AT KEDUA

ُ‫س ْب َحانَه‬ ُ ‫أ َ ْح َم ُد ُه‬,‫ص َطفَى‬


ْ ‫ِي ا‬ ْ ‫علَى ِعبَا ِد ِه الَّذ‬ َ ‫سلَّ َم‬
َ ‫و‬,‫ى‬َ َ‫ا ْل َح ْم ُد ِهللِ َو َكف‬
َ‫ش َه ُد أ َ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َو ْح َدهُ ال‬ ْ َ ‫وأ‬,َ ‫شك ُُرهُ فِ ْي اْأل َ ِخ َر ِة َواْأل ُ ْولَى‬ ْ َ ‫َوأ‬
‫علَ ْي ِه‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ,ُ‫س ْولُه‬ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬ َ ‫ش َه ُد أ َ َّن ُم َح َّمدًا‬
ْ َ ‫ َوأ‬,ُ‫ش َِر ْي َك لَه‬
ْ َ ‫سلَّ َم ت‬
‫س ِل ْي ًما َكثِ ْي ًرا‬ َ ‫ص ْحبِ ِه َو‬َ ‫علَى أ َ ِل ِه َو‬َ ‫َو‬
Jamaah salat Jumat rahimakumullah

Kepedulian kita untuk merubah kemungkaran, adalah salah satu di


antara barometer keimanan kita. Coba kita simak dengan baik sabda
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini,

Dari Ibnu Mas’ud bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,
“Tidaklah seorang nabi yang diutus oleh Allah sebelumku, melainkan dia
memiliki para pembela yang setia dan sahabat-sahabat yang mengikuti
sunahnya dan mengikuti perintahnya, kemudian setelah itu datanglah
orang-orang yang mengatakan apa yang tidak mereka perbuat, dan
justru melakukan apa yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka
barangsiapa yang memerangi mereka dengan tangannya, aka dia
adalah seorang Mukmin, barangsiapa yang memerangi mereka dengan
lisannya, maka dia juga seorang mukmin, dan barangispa yang
memerangi mereka dengna hatinya, maka dia juga seorang Mukmin, dan
tidak ada iman yang lebih rendah dari itu meskipun sebesar biji sawi.”
(HR. Muslim no. 50)

Kita memohon kepada Allah agar diberi kekuatan bashirah, kekuatan


hati, kekuatan ilmu, kekuatan lisan untuk membedakan antara yang hak
dan yang batil, yang ma’ruf dan yang mungkar, kemudian kita bersama-
sama menegakkan yang ma’ruf dan memberantas segala bentuk
kemungkaran dan kebatilan. Dengan harapan semoga Allah
menggolongkan kita sebagai mukmin sejati, melimpahkan rahmat bagi
kita, dan menjadikan kita sebagai orang-orang yang beruntung.

Anda mungkin juga menyukai