DIAKRONIS
Yang dimaksud dengan cara pikir diakronis dalam sejarah adalah memanjangkan waktu dalam
berpikir, namun secara ruang kita terbatas. Sejarah dalam cara pikir ini dipentingkan prosesnya
sehingga berupaya untuk melihat sejarah dari sudut rentang waktu. Pendekatan diakronis ini
menganalisis evolusi dari waktu sehingga lebih menekankan perubahan dari masa-masa lampau.
Diakronik memiliki sifat vertikal dan memiliki konsep perbandingan.
SINKRONIS
Yang dimaksud dengan cara pikir sinkronis dalam sejarah adalah memperluas ruang dalam
berpikir, namun secara waktu kita terbatas. Dalam pola pikir sinkronik ini, peristiwa sejarah yang
dipelajari adalah sejaman dan melihat sudut sejarah dalam ruangan yang sama. Pendekatan
sinkronis ini mempelajari aspek pada kurun waktu yang terbatas dan memiliki sifat horizontal
dan tidak memiliki konsep perbandingan seperti diakronik.
Ciri-ciri Diakronis
Pembacaan Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah peristiwa yang paling bersejarah
dan paling penting bagi bangsa Indonesia. Peristiwa itu terjadi di Jalan Pegangsaan Timur
Nomor 56 (Sekarang Jalan Proklamasi). Pembacaan Proklamasi dihadiri oleh sekitar 500 orang
dari berbagai kalangan dengan membawa apapun yang bisa digunakan sebagai senjata. Meskipun
Jepang sudah dikalahkan oleh Sekutu, Balatentara Dai Nippon (Jepang) masih berada di Jakarta.
Suasana di Jakarta masih kondusif.
Awalnya Proklamasi akan dibacakan di Lapangan Ikeda, namun dipindahkan ke kediaman
Soekarno karena dikhawatirkan terjadi pertumpahan darah. Akibatnya, sekitar 100 anggota
Barisan Pelopor kembali berjalan dari Lapangan Ikeda ke kediaman Soekarno. Mereka datang
terlambat dan menuntut pembacaan ulang Proklamasi. Namun ditolak dan hanya diberikan
amanat singkat oleh Hatta.
Keadaan ekonomi di Indonesia pada tahun 1998 sangatlah terpuruk. Terjadi kerusuhan dimana-
mana. Bahkan sampai presiden Soeharto mengundurkan diri. Terdapat banyak hutang
perusahaan dan negara yang jatuh tempo pada tahun 1998 yang membuat banyak perusahaan
gulung tikar. Akibatnya angka pengangguran meningkat pesat. Pelemahan nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar Amerika Serikat hingga Rp 15.000 per Dolar Amerika Serikat membuat harga-
harga barang meningkat pesat. Akibatnya inflasi semakin tidak terkendali. Pendapatan per kapita
Indonesia juga menurun drastis dari 1.155 US$/kapita pada tahun 1996 menjadi 610 US$/kapita
pada tahun 1998.
Tragedi G30S/PKI terjadi pada tanggal 1 Oktober. Pada saat itu, terjadi penculikan dan
pembunuhan 7 jendral tentara dan beberapa orang lainnya. Soeharto pada saat itu diperintah
untuk mengambil alih tentara dan menyelamatkan Soekarno. Soekarno berhasil menuju Istana
Presiden di Bogor. Soeharto bersama pasukan yang ia pimpin berhasil mengambil kontrol semua
fasilitas yang sebelumnya direbut oleh pelaku G30S/PKI.
Orde Baru adalah masa pemerintahan presiden Soeharto. Pembangunan di Indonesia pada masa
Orde Baru sangat pesat. Namun angka korupsi juga meningkat. Soeharto membuat program
pembangunan jangka pendek yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).
Repelita I berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari rata-rata 3% menjadi 6,7% per
tahun, meningkatkan pendapatan per kapita, dan menurunkan laju inflasi. Bahkan pada tahun
1984 Indonesia berhasil mencapai swasembada beras, padahal pada tahun 1970-an Indonesia
adalah negara pengimpor beras terbesar di dunia. Namun pada masa ini terjadi kesenjangan
pembangunan antara pusat dan daerah.