Makalah Seminar Matematika Tentang Pemahaman Konsep Matematis PDF
Makalah Seminar Matematika Tentang Pemahaman Konsep Matematis PDF
MAKALAH
Oleh:
Agung Handoko
NIM. A1C111037
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan karena berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Penelitian
Pendidikan Matematika Di Indonesia Tentang Meningkatkan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa ”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah seminar pendidikan
matematika.
Dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan
dan masukan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
Akhir kata, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat,
Penulis
i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Matematika adalah suatu ilmu yang sudah dipelajari mulai dari TK, SD,
SMP, hingga SMA, Perlunya mata pelajaran matematika ini untuk membekali
siswa berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja
tergolong pelajaran yang sulit, bahkan tidak sedikit siswa yang menghindari
pelajaran matematika, hal demikian terjadi karena siswa kurang memahami konsep
dalam matematika ketika mempelajari matematika itu sendiri, siswa lebih mengenal
kemampuan siswa untuk menghafal informasi, otak siswa dipaksa mengingat dan
1
untuk membangun pengetahuan mereka sendiri dalam memahami konsep dalam
proses pemahaman siswa selalu berkembang secara terus menerus, siswa sebaiknya
kehidupan.
siswa bukan hanya sebagai hafalan. Sejalan dengan itu (NCTM, 2000) menyatakan
bukanlah suatu hal yang mudah, karena pemahaman terhadap suatu konsep
keberhasilan peserta didik dalam belajar. Salah satu upaya untuk mengatasi
2
Berdasarkan pemikiran tersebut, dalam makalah ini panulis mengambil
dibahas yaitu “Cara apa yang efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep
ini adalah untuk mengetahui cara yang efektif untuk meningkatkan pemahaman
semua pihak, khususnya kepada guru maupun calon guru untuk menambah
siswa.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada tujuan yaitu
“paham” yang artinya mengerti benar dalam suatu hal. Kemampuan memahami
bisa juga disebut “mengerti”. Sementara menurut Hamzah B. Uno (Saffrine, 2012)
untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
4
Menurut erbes hilgard (Toha, 2011) ada enam ciri dari belajar yang
disukai siswa. Sedangkan konsep Menurut Isaack (hartoyo, 2010) adalah suatu
Sementara Rosser (Dahar, 2011) menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstraksi
2010) mengatakan konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan kita
adalah suatu abstraksi atau gagasan yang mewakili ciri-ciri umum suatu/kumpulan
5
2.2 Teori Belajar yang Melandasi Proses Perolehan Konsep
tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran
sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan
Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya
memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif
membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini, guru dapat
siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar
siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakanstrategi mereka sendiri untuk
belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawa siswa ke tingkat
pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang mereka tulis
6
Dalam teori belajar konstruktivistik ciri khas belajar kontruktivis adalah
peserta didik harus menemukan dan mengubah informasi yang kompleks menjadi
sosial.
perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai
efisien.
belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia,
dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner dalam teorinya
menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran
7
bahasan yang diajarkan (Tim MKPBM, 2001). Bruner juga berpendapat bahwa
tujuan pendidikan bukan hanya untuk memperbesar dasar pengetahuan siswa, tetapi
discovery (penemuan).
bertahan lama atau lama dapat diingat, atau lebih mudah diingat, bila dibandingkan
dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain. Kedua, hasil belajar
penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya.
Dengan kata lain, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif
berpikirnya menurut tahapan yang teratur. Proses berpikir anak merupakan suatu
aktivitas gradual, tahap demi tahap dari fungsi intelektual, dari konkret menuju
abstrak. Menurut Piaget (Huda, 2013), seorang anak akan mencari keseimbangan
antara struktur pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan pengetahuan baru yang
diperolehnya.
8
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget (Dahar, 2011) dalam
(a) Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh sebab itu,
guru dalam mengajar harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berpikir anak.
(b) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak, mengakomodasikan agar anak dapat
(c) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan sebagai bahan baru
(d) Berikan peluang agar anak belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
(e) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara
aspek penting. Tujuan dalam proses belajar mengajar adalah agar siswa mampu
agar siswa memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang
9
ciri khusus, hakikat, inti/isi dari suatu materi dan kompetensi dalam melakukan
mendefinisikan, maka siswa tersebut telah memahami konsep atau prinsip dari
yang tidak sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya sama.
yang diperolehnya baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan kepada orang
lain karena adanya jalinan antar pengetahuan yang dimiliki siswa sehingga
ada sebelumnya.
dipahami dengan baik akan diatur dan dihubungkan secara efektif dengan
10
pengetahuan secara lebih efisien di dalam struktur kognitif berfikir sehingga
yang terbentuk antara pengetahuan yang satu dengan yang lain dalam
dari berbagai konsep tersebut. Hal ini akan membantu siswa untuk
kondisi tertentu.
11
Indikator pencapaian pemahaman konsep menurut Wardhani (Maulida,
2014) adalah:
kepadanya;
Contoh: pada saat siswa belajar maka siswa mampu menyatakan ulang
suatu objek dari materi tersebut sesuai sifat-sifat yang ada pada konsep.
untuk dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu materi.
12
Contoh: siswa dapat mengerti contoh yang benar dari suatu materi dan dapat
konsep adalah kemampuan siswa mengkaji mana syarat perlu dan mana
memecahkan masalah.
13
2.5 Pembelajaran Matematika Untuk Kemampuan Pemahaman
Konsep
pemecahan masalah.
gagasan matematika.
masalah.
matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk
matematika.
konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep,
14
mengembangkan kemampuan koneksi matematik antar berbagai ide, memahami
bagaimana ide-ide matematik saling terkait satu sama lain sehingga terbangun
yang didalamnya termasuk aturan algoritma atau proses menghitung yang benar.
15
BAB III
PEMBAHASAN
VII SMP Terpadu Ma’arif Muntilan. Dapat dilihat dari Rata-rata pencapaian
2) Nuraeni (2011) meneliti pengaruh pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan tipe
kooperatif tipe jigsaw lebih baik dari pada yang menggunakan model
pembelajaran tipe the power of two. Dapat dilihat dari hasil data rata-rata tes
awal dan tes akhir ternyata menunjukan adanya suatu perbedaan nilai yang
16
diperoleh siswa yang belajarnya dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dan tipe The Power of Two, kelompok kelas tipe Jigsaw
mempunyai nilai yang lebih dari pada kelas yang menggunakan tipe The Power
of Two. Hasil pretest dan postest tertera pada tabel dibawah ini.
aljabar”. Dari hasil posttest diperoleh hasil pemahaman konsep yang meningkat
kontrol kurang.
17
Individualzation (TAI) ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa SMP
Terlihat dari rata – rata nilai posttest kelas TAI pada indikator ke-1,2,3 dan 4
lebih tinggi daripada rata – rata kelas STAD. Kemudian pada indikator ke-5, rata
– rata nilai posttest kelas STAD lebih tinggi daripada kelas TAI.
18
< 40,00 2 6,90 1 2,94 Amat Kurang
Jumlah 29 100 34 100
Bila dianalisis lebih lanjut diperoleh nilai rata-rata siswa kelas eksperimen
berada pada kualifikasi amat baik, sedangkan rata-rata siswa kelas kontrol
(TGT) efektif terhadap pemahaman konsep dan motivasi belajar siswa. Dilihat
dari rata-rata nilai post-test kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata nilai
post-test pada kelas kontrol, kemudian rata-rata skor skala motivasi kelas
eksperimen lebih tinggi dari skor skala motivasi pada kelas control.
hanya sebesar 9,60% atau sekitar 9 orang siswa dari 32 orang siswa yang lulus
tes sedangkan pada siklus II, berjumlah 53,12% atau sekitar 17 orang dari siswa
32 orang siswa yang lulus tes. Kemudian ditinjau dari perbandingan tingkat
19
pemahaman konsep, data yang diperoleh dari hasil tes siklus I ke siklus II
suatu konsep pada siklus I adalah 75,12% dan siklus II meningkat menjadi
82,87%. (b) aspek mengenal beberapa contoh dan bukan contoh dari konsep
tersebut pada siklus I adalah 56,02% dan siklus II meningkat menjadi 78.33%.
konsep itu untuk mendefinisikan konsep lain pada siklus I adalah 57,87% dan
siklus II meningkat menjadi 72,22%. (e) aspek dapat mengenal hubungan antar
konsep pada siklus I adalah 71,76% dan siklus II meningkat menjadi 87,04%.
(f) aspek dapat mengenal kembali konsep itu dalam berbagai situasi pada siklus
I adalah 56,02% dan siklus II meningkat menjadi 78,33%. (g) aspek dapat
20
adalah 64,47% dan siklus II meningkat menjadi 76,50%. Kemudian
kelompok kecil.
luas bangun datar melalui pendekatan kontekstual pada salah satu sekolah dasar
meningkatkan pemahaman konsep luas bangun datar siswa. Dilihat dari pra
siklus nilai rerata siswa 65,45 dengan ketuntasan belajar siswa 36,3 %.
Sedangkan pelaksanaan PTK pada siklus I nilai rerata yang didapat siswa siswa
pada siklus II hasil nilai rerata siswa 84,5 dan ketuntasa belajar siswa 93,9 %.
hal senada pada studi Safrine (2012) di salah satu SMP di kabupaten Sleman
siswa pada materi bangun ruang sisi datar. Dilihat dari tabel rata-rata skor tiap
indikator pemahaman konsep pada hasil posttest kelas eksperimen dan kelas
21
Memberikan contoh dan 9,048387 9,457143
non contoh dari suatu
konsep.
Menyajikan konsep 6,870968 7,371429
dalam berbagai bentuk
representasi matematis.
Mengembangkan syarat 7,677419 8,428571
perlu atau syarat cukup
suatu konsep.
Memanfaatkan konsep 7,193548 7,714286
untuk memecahkan suatu
masalah.
konsep dari dari kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
pemahaman konsep pada topik bentuk pangkat di salah satu SMA di Rembang,
pembelajaran dengan pendekatan investigasi lebih tinggi dari pada siswa yang
post test menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen (kelas X-1) mempunyai
nilai ratarata 7,861 dengan simpangan baku sebesar 1,415; untuk skor aspek
konsep atau algoritma pada pemecahan masalah 199 sedangkan pada kelas
sebesar 1,287; untuk skor aspek pemahaman konsep menyatakan ulang sebuah
22
masalah 177. Nilai tertinggi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah
10, sedangkan nilai terendah pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut-
kooperatif yang saling berbeda tipe. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan
umum sama yaitu menyatakan bahwa model atau pendekatan yang digunakan
Yogyakarta, Magelang, pemalang dan Purworejo. Para peneliti juga berasal dari
Pada penelitian di atas terlihat bahwa tujuh dari sepuluh penelitian yang
pada salah satu teori Vigotsky yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari
pembelajaran Vigotsky bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul
23
pada percakapan atau kerjasama antar individu tersebut. Implikasi dari teori
Hal tersebut sesuai dengan tinjauan pustaka yang menyatakan bahwa teori
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
4.2 SARAN
25
penelitian yang sudah ada sehingga dapat dipastikan model pembelajaran tersebut
DAFTAR PUSTAKA
26
http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/5039/43/560. Pada tanggal 4
Maret 2014.
Lestari, A.C.R. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Post
Solution Posing Terhadap Peningkatkan Pemahaman Konsep Matematika
Siswa Kelas VII SMP Terpadu Ma’arif Muntilan. Skripsi Sarjana. Diakses
27
melalui http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/3661/43/418. Pada
tanggal 4 Maret 2014.
28
Nuraeni, Y.2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan
Tipe The Power Of Two untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman
Matematik Siswa Mts.Skripsi Sarjana. Diakses melalui
http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2013/01/Yeyen-Nuraeni.pdf. Pada
tanggal 4 Maret 2014.
Purniati, T., K. Yulianti dan R. Sispiyati. 2009. Penerapan Model Siklus Belajar
(Learning Cycle) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Mahasiswa
Kapita Selekta Matematika. Jurnal Penelitian Vol. 9 No. 1 April 2009.
Dapat diakses melalui http://jurnal.upi.edu/file/Tia_Purniati.pdf. Pada
tanggal 4 Maret 2014.
Sari, A. 2011. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa tentang Persamaan Linear Satu
Variabel Menggunakan Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
(Tgt) dengan Pendekatan Kontekstual di Kelas VII E MTS Negeri
Mulawarman Banjarmasin Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi sarjana.
Universitas Lambung Mangkurat. Tidak dipublikasikan.
29
http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/243/43/180. pada tanggal 5
Maret 2014.
Setiawati, E. 2008. Bahasa Indonesia Keilmuan dalam Karya Tulis Ilmiah. Malang.
Surya Pena Gemilang.
Tim Dosen Jurusan Pendidikan MIPA FKIP – Unlam, Banjarmasin. 2013. Petunjuk
Penulisan Karya Ilmiah. Jurusan PMIPA FKIP – Unlam, Banjarmasin.
Tim MKPBM. 2001. Strategi Belajar Mengajar Kontemporer. Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung.
30
31