Anda di halaman 1dari 5

Moh. Yusril Iqbal H.

165090701111010
Fluid Viscous Damper Sebagai Alat Peredam Gempa pada Bagunan

Bencana adalah suatu hal yang ditakuti oleh semua orang karena dapat merenggut
harta ataupun nyawa orang banyak. Bencana dalam hal ini dapat berupa berasal dari alam
ataupun ulah manusia. Berbicara masalah bencana, penulis dalam hal ini lebih tertarik dalam
mempelajari pergerakan lempeng dan dampaknya sebagai sesuatu yang disebut gempa.
Gempa adalah goncangan yang terjadi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba
yang menciptakan gelombang seismik. Gempa ini juga merupakan penyebab utama dari
tsunami yang menerjang pantai dan akibat gempa ini pula yang menjadi indikator gunung
berapi akan meletus. Karena seringnya Indonesia akan bencana, selain waspada ada beberapa
yang memberikan inovasinya utamanya untuk mengurangi dampak kerusakan akibat bencana
gempa.

Salah satu alat yang cukup terkenal dan banyak diaplikasikan pada struktur bangunan
adalah peralatan peredam gempa fluid viscous damper (FVD). Fungsi utama dari peralatan
ini, adalah menyerap energi gempa dan mengurangi gaya gempa rencana yang dipikul
elemen-elemen struktur. Sehingga, struktur bangunan menjadi lebih elastis dan mampu
meredam guncangan gempa. Dengan kondisi tersebut diharapkan tidak terjadi kerusakan
struktur bangunan ketika gempa terjadi.

Gambar 1 Pemasangan FVD pada struktur gedung

( sumber : istgeography.wikispaces.com)

FVD merupakan alat peredam gempa yang berfungsi sebagai disipator energi, dengan
cara memberikan perlawanan gaya melalui pergerakan yang dibatasi. Gaya yang diberikan
oleh FVD timbul, akibat adanya gaya luar yang berlawanan arah, bekerja pada alat tersebut.
Peralatan ini bekerja, dengan menggunakan konsep mekanika fluida dalam mendispasikan
energi. Skema FVD ini sendiri digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2 Cara kerja FVD

( sumber : istgeography.wikispaces.com )

Pada perkuatan FVD kolom berfungsi sebagai pegas. FVD mampu mereduksi
tegangan dan defleksi yang terjadi secara simultan (bersamaan), karena gaya FVD yang
bekerja sebanding dengan perubahan kecepatan stroke-nya (stroking velocity). Mekanisme
kerja ini, dianalogikan seperti suspensi atau shock absorbser pada mobil, yang digunakan
untuk mengatur pergerakan pegas di posisi tumpuan. Gaya redaman yang dibutuhkan relatif
kecil, dibandingkan gaya yang dipikul pegas, akibat beban kendaraan dan beban guncangan.
Dengan perumusan fisika dapat dituliskan
F=−b v=−b ẋ (1)
Dengan, F merupakan gaya redam akibat fluida dan b merupakan konstanta yang
berhubungan dengan viskositas/kekentalan dari fluida yang ada pada alat. Nilai konstanta b
ini dijabarkan kembali menjadi
b=kη (2)
k dalam perumusan tersebut merupakan faktor geometri dari tabung dan η merupakan nilai
viskositas fluida yang memiliki nilai berbeda disesuaikan dengan jenis fluidanya. Pernyataan
diatas merupakan kasus yang sama dengan peredaman pada osilator harmonik, namun pada
hal ini sesuatu yang diredam merupakan gempa dengan menggunakan kolom dengan fluida
didalamnya. Apabila s dapat dianggap sebagai merupakan konstanta seberapa besar kolom
untuk dapat tertarik atau tertekan dan b merupakan konstanta yang berhubungan dengan
viskositas/kekentalan dari zat cair yang ada pada alat, maka secara umum dan lengkapnya
pernyataan terkait FVD ini dituliskan
m. ẍ =−sx−bẋ

m. ẍ =−sx−kηẋ (3)
Jika pada struktur dipasang FVD, gaya redaman akan sama dengan nol pada saat
defleksi maksimum, karena kecepatan stroke sama dengan nol dan kemudian berbalik arah.
Saat kolom berbalik arah ke posisi semula, akan menyebabkan menjadikan kecepatan stroke
menjadi maksimum atau gaya redamannya menjadi maksimum. Pada posisi kolom normal,
tegangan kolom adalah minimum. Dengan, demikian penggunaan FVD sebagai alat peredam
struktur, tidak akan meningkatkan beban pada kolom akibat gaya yang dikeluarkan FVD,
karena saat terjadi gempa dan gaya damper maksimum, tegangan kolom justru minimum.

Seringnya FVD ini diaplikasikan adalah dampak dari kelebihan yang dihasilkan yaitu
dapat mereduksi tegangan, gaya geser dan defleksi pada struktur, dapat bekerja secara pasif
(tidak membutuhkan peralatan atau sumber daya dalam penggunaannya) serta dapat bekerja
dengan tekanan fluida lebih tinggi, sehingga bentuknya semakin kecil dan praktis.
Geophone Sebagai Receiver Sinyal Seismik Aktif Untuk Perencanaan Mitigasi Bencana

Metode seismik pada prinsipnya adalah metode geofisika yang mempelajari bumi
berdasarkan kecepatan penjalaran gelombang getar/gempa. Kecepatan gelombang ini sangat
berhubungan dengan densitas dan modulus elastisitas batuan bawah permukaan.

Metode seismik masuk kategori metode aktif karena pada saat pengukurannya
diperlukan sumber getaran yang buat oleh manusia berupa hantaman palu, beban yang
dijatuhkan, vibrator dan bom (dinamik). Sumber getaran yang dipancarkan ini akan menjalar
ke segala arah dan masuk ke bawah permukaan dan ketika berjumpa dengan lapisan baru,
gelombang tersebut ada yang dipantulkan kembali ke atas permukaan dan ada juga yang
dibiaskan ke dalam permukaan tanah. Kecepatan sampainya gelombang ini dari satu titik ke
titik yang lain diukur menggunakan geophone yang ditancapkan di atas permukaan tanah.
Dari respon perbedaan kecepatan perambatan gelombang masing-masing lapisan tersebut,
akhirnya bisa dipetakan kondisi bawah permukaan. Kondisi bawah permukaan ini dapat
digunakan untuk perencanaan mitigasi sehingga bencana seperti gempa dampaknya dapat
diminimalisir.

Metode Seismik memiliki alat yang menarik untuk dibahas secara fisika, yakni
receiver gelombangnya yang dinamakan geophone. Geophone adalah perangkat yang
mengkonversi gerakan tanah (displacement) menjadi tegangan, yang dapat direkam di sebuah
stasiun rekaman. Sebuah geophone mengubah energi seismik, atau vibrasi, menjadi tegangan
listrik yang dapat diukur secara akurat. Berikut adalah gambar dari geophone

Gambar 1 Perangkat Geophone


Sistem geophone menggunakan prinsip hukum lenz tentang perubahan fluks magnet
pada kawat akan menghasilkan listrik (pada geophone diletakkan magnet permanen di tengah
dan kumparan kawat yang bergerak). Ketika gelombang seismik yang merupakan gaya
eksternal berupa pergerakan tanah sampai pada geophone, pegas yang berada pada geophone
mulai bergerak dan berosilasi. Pergerakan ini memberikan perubahan fluks yang
menghasilkan listrik dimana besarnya tegangan akan diukur sebagai nilai waktu gelombang
ditransmisikan dari sumber.

Pada geophone juga terdapat plat penahan yang membuat pergerakan kumparan
teredam dan pada suatu saat dapat terhenti. Tapi untuk para peneliti geofisika, hal ini tidak
terlalu menimbulkan masalah karena data yang dibutuhkan adalah waktu gelombang menjalar
dari sumber sampai pada geophone pada pertama kali (goncangan pertama pada kumparan).
Untuk mengaktifkan kembali alat ini diperlukan gangguan dari luar berupa gelombang
seismik. Kasus geophone ini dalam fisika dapat dirumuskan sebagai getaran teredam
terpaksa, yang dituliskan sebagai berikut

F=¿ m. ẍ=−k . x−bẋ + Fo . cosωt


∑¿
m. ẍ +bẋ +k . x=Fo . cosωt (1)

Dengan parameter m merupakan massa yang dililiti kumparan, b merupakan koefisien


redam yang dihasilkan oleh plat penahan, dan k adalah konstanta kekakuan pegas.
Dikarenakan kasus ini merupakan getaran teredam terpaksa maka munculah faktor ruas
kanan yang menunjukkan profil gaya eksternal dalam hal ini pergerakan tanah akibat sumber
yang diaktivasi.

Anda mungkin juga menyukai