2015
KERANGKA ACUAN KERJA
FASILITASI PENYUSUNAN
MASTERPLAN DAN DETAILED ENGINEERING DESIGN
KAWASAN TAMBAK GARAM DI KABUPATEN PATI
1. Latar Belakang
Kabupaten Pati berada di Provinsi Jawa Tengah memiliki iklim tropis dengan perbedaan
antara musim hujan dan kemarau sangat jelas. Musim penghujan terjadi pada bulan
Oktober – Maret sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April - Oktrober.
Kabupaten Pati mempunyai garis pantai sepanjang ± 60 Km yang berbatasan langsung
dengan Laut Jawa, yang terbentang dari Kecamatan Batangan di sebelah Timur sampai
dengan Kecamatan Dukuhseti yang berbatasan dengan Kabupaten Jepara di sebelah
Barat. Kondisi alam ini menjadikan beberapa wilayah pantai di Kabupaten Pati
merupakan wilayah penghasil garam.
Mengusahakan garam dilakukan masyarakat terutama di waktu musim kemarau (antara
bulan April – Oktober). Pembuatan garam di tambak merupakan salah satu alternatif
usaha yang mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dibanding budidaya bandeng
dan udang. Karena pada saat sekarang selisih keuntungan budidaya bandeng makin
sedikit disebabkan ongkos produksi budidaya ikan bandeng yang makin tinggi,
terutama karena tingginya harga pakan ikan, sedang harga jual ikan bandeng yang
cenderung tetap. Sedangkan untuk budidaya udang windu maupun vanamei banyak
yang mengalami kerugian karena matinya udang sehingga menyebabkan gagal panen.
Usaha garam di wilayah Pati tersentra di 4 kecamatan yaitu kecamatan Batangan,
Juwana, Wedarijaksa dan Trangkil dengan jumlah total seluas 2.043 Ha. Kecamatan
Batangan memiliki luas lahan tambak garam terbesar yaitu 1611,6 Ha yang tersebar di
7 desa. Dengan total produksi rata-rata 80-150 ton per Ha. Kecamatan Juwana memiliki
luas lahan tambak garam terbesar yaitu 378 Ha yang tersebar di 4 desa Dengan total
produksi rata-rata 80- 85 ton per Ha. Kecamatan Wedarijaksa memiliki luas lahan
tambak garam terbesar yaitu 325 Ha yang tersebar di 4 desa Dengan total produksi
rata-rata 80- 85 ton per Ha. Kecamatan Trangkil memiliki luas lahan tambak garam 225
Ha yang tersebar di 4 desa Dengan total produksi rata-rata 75 - 80 ton per Ha. (Sumber
Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pati, 2010).
Hasil garam yang telah dipanen disimpan digudang penyimpanan yang ada di lokasi
tambak atau dibawa pulang untuk disimpan di gudang yang ada di rumahnya serta ada
juga yang langsung dijual kepada pengepul. Para pengepul kemudian menjualnya ke
pabrik garam atau industri yang membutuhkan. Ada pula petambak garam yang
langsung menjual ke pabrik garam rakyat yang kemudian diolah menjadi garam briket
beryodium. Pembuatan garam briket dilakukan dengan cara pencucian garam,
pencetakan garam menjadi briket, pengovenan garam briket dan pengepakan garam
briket.
Usaha pembuatan garam di tambak sampai menjadi garam briket konsumsi melibatkan
banyak pekerja yang meliputi pemilik tambak, penyewa dan penggarap dengan jumlah
total kira-kira 3.410 orang. Adapun jumlah tenaga kerja yang terlibat pada kegiatan
industri garam berjumlah 1.444 orang yang bekerja pada 60 perusahaan garam briket.
Serta jumlah pedagang garam yang menjual garam briket mencapai kira-kira 200 orang
(Sumber Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pati). Pemasaran garam briket ini meliputi
wilayah Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Barat, DKI Jakarta Lampung bahkan sampai
ke Kalimantan.
Kebutuhan garam ini dipergunakan antara lain untuk konsumsi (garam iodisasi) rumah
tangga, industri makanan, pengasinan ikan, dan pakan ternak. Sampai saat ini
pertanian garam di Pati masih menggunakan cara tradisonal. Faktanya, hingga kini
petani masih mengandalkan cuaca serta lamanya musim kemarau. Tahun 2014 saja,
kemarau yang terlambat dengan durasi kurang dari empat bulan membuat jumlah
produksi garam menurun.
Kekurangan produk garam dalam negeri untuk memenuhi konsumsi yang terus
meningkat telah menjadi isu strategis sejalan dengan upaya pemantapan ketahanan
pangan nasional. Kebutuhan garam nasional setiap tahun meningkat rata-rata 2-4
persen. Kebutuhan garam nasional pada tahun 2011 berdasarkan data kementerian
perindustrian adalah sebesar 3,15 juta ton. Kebutuhan tersebut meliputi 1,38 juta ton
garam konsumsi dan 1,77 juta ton garam industri. Kebutuhan garam nasional tersebut
ternyata tidak dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, yaitu sebesar 1.327.371 ton,
sehingga kekurangan kebutuhan sebesar 1.822.629 ton dipenuhi melalui impor.
Dalam upaya mendorong peningkatan kemampuan produksi garam dalam negeri untuk
memenuhi kebutuhan garam nasional, maka pada akhir tahun 2009 Pemerintah mulai
mencanangkan Program Swasembada Garam Nasional. Pencanangan program
tersebut tersebut dilakukan dalam rangka implementasi Perpres No. 28 Tahun 2008
tentang Kebijakan Industri Nasional. Dalam perpres tersebut disebutkan bahwa industri
garam rakyat termasuk kedalam klaster industri prioritas nasional, yaitu merupakan
klaster industri nasional yang memiliki prospek tinggi untuk dikembangkan berdasarkan
kemampuannya untuk bersaing di pasar internasional, dan industri yang memiliki
ketersediaan faktor-faktor produksi secara cukup dan kompetitif di Indonesia.
Sasaran yang ingin dicapai dari program Swasembada Garam Nasional adalah (i)
Pemenuhan kebutuhan garam konsumsi Tahun 2012; (ii) Pemenuhan Garam Industri
Tahun 2015; (iii) Meningkatnya daya saing produksi garam rakyat untuk melepas
ketergantungan terhadap garam impor; (iv) Terwujudnya kelembagaan yang mampu
memperjuangkan kepentingan masyarakat penggarap garam.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
adalah mengembangkan korporasi usaha garam rakyat. Salah satu lokasi kegiatan
dimaksud adalah Kabupaten Pati. Dalam korporasi usaha garam rakyat, lahan garam
yang dikluster sekitar 50 hektar. Masing-masing pemilik lahan berhak atas saham
usaha garam sebesar luasan tambaknya. Membuat perjanjian penggunaan lahan
secara bersama minimal selama 10 tahun. Membangun jaringan inti-plasma antara
perusahaan garam dengan koperasi tingkat desa yang mengelola gudang collecting
point dan mengembalikan lahan kepada petani sesuasi kepemilikan. Selama ini, petani
garam langsung menjual ke produsen, nantinya akan ada sistem koperasi dan gudang
garam petani untuk menghindari tengkulak.
Dalam kawasan yang akan dikembangkan akan diidentifikasi, dimediasi supaya pemilik
lahan bersedia membangun koorporasi atau perseroan terbatas. Pemilik saham akan
ditentukan sesuai proposional jumlah lahan pemilik. Nantinya, katanya, akan ada
sertifikasi kepemilikan dan batas lahan dari tiap anggota koperasi. Sehingga pemerintah
akan mengkonsolidasikan dengan membuat petak-petak, tandon, meja garam dan
bagian untuk gudang pengolah garam sampai perkantoran untuk mendukung program
ini. Dengan cara seperti ini diharapkan akan ada peningkatan kuantitas, rata-rata dari
90 ton kualitas 2 per hektar/tahun menjadi minimal 120 ton per hektar/tahun dengan
kualitas 1. Petani lebih terorganisir dan modern, serta produksinya langsung diolah
sendiri.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam mendukung program korporasi usaha garam
rakyat adalah:
i. Pemetaan lahan eksisting terpilih;
ii. Pembuatan perencanaan optimalisasi areal pergaraman rakyat meliputi tata
letak dan kemungkinan penerapan teknologi tepat guna;
iii. Penataan areal lahan garam (Klasterisasi);
iv. Penyusunan master plan dan studi / kelayakan pembangunan garam industri.
v. Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
3. Sasaran
Sasaran yang akan dicapai dalam pekerjaan Penyusunan Masterplan dan Detailed
Engineering Design Kawasan Tambak Garam adalah :
a. Teridentifikasinya isu permasalahan dan potensi tambak garam di Kabupaten
Pati;
b. Teridentifikasinya kebutuhan pengembangan garam (sumberdaya manusia,
peralatan, modal, metode dan material);
c. Tersusunnya rencana tapak kawasan tambak garam pada lokasi terpilih (sistem
jaringan sarana dan prasarana, prototype sarana dan prasarana, perencanaan
layout);
d. Tersusunnya kajian kelayakan pengembangan kawasan tambak garam pada lokasi
terpilih dari aspek finansial, pasar, teknis, dan aspek sosial lingkungan;
e. Tersusunnya rencana investasi dan rencana bisnis (business plan) usaha garam;.
f. Tersusunnya Detailed Engineering Design Sarana dan Prasarana Tambak Garam
yang meliputi jalan produksi, saluran irigasi tambak, pintu air dan bangunan bagi
air, gudang, dan rumah pompa (Nota Desain, Gambar konstruksi, Rencana
Anggaran Biaya, Bill of Quantity (BOQ), serta Rencana Kerja dan syarat-syarat
(RKS)), serta Operasional dan Pemeliharaan.
4. Lokasi Kegiatan
Kegiatan penyusunan Masterplan dan Detailed Engineering Design Kawasan Tambak
Garam di Kabupaten Pati akan dilaksanakan pada lokasi terpilih (400 Ha):
Juwana
Margoyoso
Trangkil
Wedarijaksa
5. Sumber Pendanaan
Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBN 2015 DIPA Satuan Kerja (Satker)
Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dengan nilai Rp.
2.008.171.000,00.
6. Nama Organisasi dan Pejabat Pembuat Komitmen
Nama Pejabat Pembuat Komitmen: Ir. Dr. Subandono Diposaptono, M.Eng
Satuan Kerja : Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
7. Data Dasar
a. Citra Satelit Quickbird 2012
b. Peta RBI Wilayah Perencanaan skala 1: 50.000
c. Peta LPI skala 1:50.000
8. Standar Teknis
Standar Teknis Pelaporan dan Peta adalah sebagai berikut :
a. Format Laporan
1) Kertas (HVS, A4, 80 gram)
2) Tulisan (huruf standar, 1,5 spasi)
3) Sampul/cover (Hard cover, laminating, biru muda)
b. Format Peta
1) Peta disajikan berdasarkan hasil interpertasi citra, ground check dan analisis
potensi wilayah
2) Peta-peta yang disajikan meliputi:
a) Peta Hasil Interpretasi Citra, skala sesuai sumber citra.
b) Peta-peta Tematik, skala sesuai sumbernya.
c) Peta Kerja / Peta Analisis;
d) Peta ikhtisar dalam skala 1: 10.000;
e) Peta Rencana Tapak Kawasan Tambak Garam skala 1 : 5.000;
f) Gambar potongan memanjang saluran irigasi, jalan produksi dan petak
tambak garam, horizontal skala 1: 1.000, dan vertikal 1: 100;
g) Gambar potongan melintang saluran irigasi, jalan produksi dan petak
tambak garam, horizontal skala 1: 100, dan vertikal 1: 100;
h) Gambar Teknis saluran irigasi, jalan produksi dan petak tambak garam,
horizontal 1: 50
i) Draft peta dibuat dengan sistim referensi geografis grid UTM (Universal
Tranverse Mercartor) dan sistem proyeksi WGS 84).
3) Untuk Hardcopy keseluruhan peta tersebut dalam dokumen buku laporan dan
Album peta tersendiri dapat disajikan dalam bentuk perkecilan optis sampai
batas ukuran / format yang masih dapat dibaca dan diterima dari segi estetika
(ukuran A3, kertas 100 gr).
4) Untuk Softcopy keseluruhan laporan dan peta tersebut meliputi:
a) Laporan pendahuluan, laporan pertengahan, draft laporan akhir dan
laporan akhir dalam bentuk MsWord dan (.pdf)
b) Peta Dasar dan Peta Tematik dalam bentuk digital dalam format shape file
(*.shp) dan disusun dalam bentuk dalam geodatabase (*.gdb).
c) Peta Citra dalam bentuk raw data dan header citra dasar serta sudah
terkoreksi secara geometrik dan radiometrik. Citra satelit yang digunakan
memiliki resolusi spasial 10 x 10 m dan minimal perekaman tahun 2012.
d) Gambar Teknis dalam bentuk format Autocad.
e) Softcopy dimaksud disimpan dalam Digital Video Disk (DVD).
9. Studi Terdahulu
Studi-studi yang telah dilakukan di lokasi terpilih antara lain :
a. RTRW Kabupaten Pati
b. RPJPD Kabupaten Pati
c. RSWP3K Kabupaten Pati
d. RZWP3K Kabupaten Pati
a) Pengukuran Pengikatan
Penyedia jasa harus melakukan pengukuran pengikatan. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mendapatkan titik-titik referensi untuk posisi horisontal dan
posisi vertikal. Pekerjaan ini meliputi pengukuran titik kontrol vertikal dan
horizontal dan menandai titik kontrol tersebut melalui pemasangan titik bench
mark (BM). Titik BM merupakan titik pengikatan untuk pengukuran topografi
dengan spesifikasi teknis sesuai dengan ketersediaannya di lapangan (titik
referensi orde 0 – III BIG atau orde IV dari BPN).
b) Pemasangan Patok Titik Ikat
Penyedia jasa harus melakukan pemasangan patok beton di titik kontrol yang
telah diukur sebelumnya. Patok beton dibuat dan dipasang per 50 Ha dengan
ketentuan sebagai berikut :
Ukuran patok beton primer 40 x 40 x 200 cm, patok beton sekunder 15 x
15 x 200 cm;
Dipasang sebelum pengukuran dimulai;
Dipasang pada tempat yang stabil, aman, dan mudah dilihat;
Diberi nomor kode .
c) Pengukuran Poligon
Penyedia jasa harus melakukan pengukuran poligon di lapangan. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mendapatkan posisi horisontal (X, Y). Dalam pengukuran
poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu Jarak dan Sudut
Jurusan. Pengukuran jarak dan sudut dilaksanakan dengan menggunakan
metode poligon tertutup atau poligon terbuka terikat sempurna, sesuai
dengan kondisi di lapangan.
f) Penggambaran
Hasil dari pekerjaan pengukuran lapangan harus digambarkan dalam ukuran
kertas A-0 standar, sebagai berikut:
a. Peta ikhtisar dalam skala 1: 10.000;
b. Peta rencana tapak (tata letak) kawasan tambak garam skala 1 : 5.000;
c. Skema jaringan dan bangunan
d. Tampang memanjang dan situasi saluran (alami dan buatan) tambak
skala horizontal 1: 1.000, dan vertikal 1: 100;
e. Tampang melintang saluran irigasi skala 1: 100
f. Gambar detail:
i. Detail saluran antar bozem/embung, antar peminihan, saluran
pengumpul (caren) dan tanggul tambak. Penampang skala 1: 100
dan detail 1:50.
ii. Lining saluran (denah, potongan memanjang/melintang skala
1:100) dan (detail potongan, detail bangunan skala 1:25)
iii. Detail pintu air skala 1:50
iv. Tipikal denah dan tampak gudang/rumah pompa skala 1:50 (Jika
ada)
v. Denah dan potongan memanjang dan melintang jembatan skala
1: 50 (Jika ada)
vi. Detail penulangan beton (memanjang skala 1:40, potongan skala
1:20) (Jika ada)
vii. Tampang memanjang dan situasi jalan produksi tambak skala
horizontal 1: 1.000, dan vertikal 1: 100, potongan jalan produksi
skala 1: 100
2) Oceanografi
a. Pasang Surut
Penyedia jasa harus mengukur pasang surut dengan menggunakan palem
pasut setiap jam selama 7 hari 7 malam pada 2 stasiun pengamatan secara
simultan (mulut sungai dan titik terjauh masuknya air laut/titik terjauh tambak
garam) pada di 2 saluran primer tambak garam. Penyedia jasa harus
mengikat elevasi muka air laut pasang surut ke titik ikat referensi Bench
Mark terdekat (jika ada). Jika tidak ada maka harus dibuatkan Bench Mark.
Pengukuran pasut dilakukan pada kondisi pasang purnama (spring tide).
b. Sedimen
Penyedia jasa harus mengukur sampel sedimen di 2 saluran primer tambak
garam yang di ambil adalah sampel sedimen layang, dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Jika ketinggian air > 1,00 m maka pengambilan contoh sedimen
dilakukan dengan menggunakan alat Suspended Sampler (untuk
sedimen layang).
2. Pengambilan contoh sedimen dilakukan pada bagian pinggir aliran dan
tengah aliran.
3. Sampel sedimen dimasukan ke dalam tabung sample.
Penyedia jasa harus mengukur sedimentasi pada saluran primer tambak
garam.
c. Kondisi Kimia
Penyedia jasa harus mengukur kualitas air garam (Mg, SO4, Logam Berat,
Fe, Cu, Hg, Salinitas, Be, Kekeruhan pH, DO, Suhu). Sampel diambil pada
4 titik pengamatan. Salinitas, Be, Kekeruhan pH, DO, Suhu diukur dengan
menggunakan waterchecker. Sedangkan Mg, SO4, Logam Berat, Fe, Cu,
Hg dianalisis di laboratorium.
5) Infrastruktur
Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi mengenai infrastruktur,
kondisi sarana dan prasarana pendukung, kondisi fasilitas dan utilitas (listrik,
jalan produksi, gudang dan lain-lain).
Untuk mendeteksi keberadaan infrastruktur diatas, dilakukan analisis citra
satelit google pro. Untuk mendeteksi lokasi dan sebarannya dilakukan ground
check dengan menggunakan GPS.
6) Sosial dan Ekonomi
Pengumpulan data primer yang dilakukan adalah melalui pengamatan secara
langsung di lapangan melalui kegiatan observasi, wawancara dan penyebaran
kuisioner. Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi mengenai
pendapatan kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan garam, pendapatan rata-
rata dan pengeluaran, dan lain-lain.
a) Observasi lapangan
Pengumpulan data primer melalui observasi lapangan digunakan untuk
analisis lokasi objek, meliputi identifikasi faktor supply berupa identifikasi
fisik objek meliputi kondisi sarana dan prasarana penunjang, dan kondisi
utilitas, transportasi meliputi kondisi jaringan transportasi, dan fasilitas
pendukungnya serta aksesibilitas.
b) Wawancara
Pengumpulan data melalui wawancara diperlukan untuk analisis aspek
pengembangan tambak garam. Masyarakat setempat yang diwakili oleh
kelompok pugar, pelaku usaha garam (pembudidaya non pugar, pengolah
garam, pedagang garam), kepala karang taruna dan tokoh masyarakat.
c) Penyebaran kuisioner
Penyebaran kuisioner dilakukan untuk mencari data mengenai karakteristik
social masyarakat setempat.
11.5 Analisis
1) Analisa Topografi
a. Hasil Pengukuran Kerangka Dasar
Penyedia jasa harus melakukan analisis hasil pengukuran titik ikat yang
direkam langsung kedalam data kolektor atau pada internal memori alat total
station yang selanjutnya dapat di download/ditransfer kedalam komputer PC
atau Notebook menggunakan software yang tersedia misalnya Autoland
Development, SDR, Topcon dan lainnya untuk segera dapat diproses. Proses
download/transfer data ini dilakukan setiap hari sepulang dari lapangan untuk
dapat segera mengantisipasi dan merencanakan progress kerja selanjutnya.
Data yang diperoleh dari lapangan dihitung menggunakan hitung perataan
pendekatan metoda Bowditch atau Least Square (Perataan Kwadrat
Terkecil). Perhitungan koreksi beda tinggi berdasarkan jarak pengamatan
pada setiap sisi (proposional terhadap jarak). Jika toleransi ketelitian tidak
tercapai maka harus dilakukan pengukuran ulang pada sisi yang salah.
Perhitungan dapat diterima jika batas toleransi telah dipenuhi.
11.8 Desain Note, Volume Pekerjaan, Rencana Anggaran Biaya, Rencana Kerja dan
Syarat-syarat dan Operasi pemeliharaan
Penyedia jasa harus menyusun desain note, perhitungan volume pekerjaan (BOQ),
rencana anggaran biaya (RAB), rencana kerja dan syarat-syarat, dan operasi dan
pemeliharaan. Desain note berisikan perhitungan-perhitungan hidrolis bangunan,
neraca air dan tata kelola air, konstruksi bangunan dan lain-lain.
12 Keluaran
Keluaran pekerjaan ini terdiri dari:
a. Laporan Pendahuluan (Inception report)
Laporan pendahuluan berisi tentang semua kegiatan yang akan dilakukan oleh
Penyedia Jasa dalam melakukan pekerjaan, yang memuat antara lain :
a) metodologi;
b) rencana kerja rinci (termasuk rencana lokasi pengambilan titik sample
dataset);
c) rencana waktu pelaksanaan (dibuat per hari);
d) rencana mobilisasi tenaga ahli dan peralatan survei;
Laporan dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar, dan harus diserahkan paling lambat
30 (tiga puluh) hari kalender sejak SPMK diterbitkan dan harus dibahas dalam
inception meeting (pertemuan pendahuluan).
d. Laporan Akhir
Laporan akhir harus diserahkan paling lambat 180 (seratus delapan puluh) hari
kalender setelah SPMK diterbitkan. Laporan ini merupakan versi yang diperbaharui
dari draft laporan akhir dan merupakan produk akhir dari hasil pekerjaan. Laporan
dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar.
e. Masterplan Tambak Garam
a) Klaster tambak garam (sekitar 50 Ha)
b) Pengalokasian zona kegiatan
c) Rencana Pembanguan Fasilitas
d) Sistem jaringan sarana dan prasarana
e) Perencanaan layout tambak garam setiap 50 Ha
f) Studi Kelayakan
g) Business Plan
17 Personil
1. Kebutuhan Tenaga Ahli
Tabel 1. Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung Kegiatan Fasilitasi Penyusunan
Masterplan dan Detailed Engineering Design Kawasan Tambak Garam
Masa Kerja
No Posisi Kualifikasi T.A Jumlah
(Bulan)
Tenaga Ahli
1 Ahli Teknik Sipil S2 Teknik Sipil 1 6
(Team Leader) Memiliki pengalaman di bidang
bangunan air/irigasi minimal 5
Tahun
Memiliki pengalaman sebagai
team leader minimal 2 tahun
4. Ahli Geodesi
Tugas dan Tanggung Jawab :
a. Sesuai dengan bidang keahliannya bertanggung jawab dalam
pelaksanaan pekerjaan, sejak perencanaan sampai penyelesaiannya
hingga diterima dengan baik oleh pemberi pekerjaan.
b. Bekerjasama dengan tenaga ahli lainnya, menciptakan suasana kerja yang
harmonis dan efektif.
c. Bekerjasama dengan tenaga ahli lainnya menyusun rencana kerja dan
kerangka laporan.
d. Melaksanakan asistensi dan pembahasan laporan pendahuluan, laporan
antara, draft laporan akhir, dan laporan akhir di pusat dan di daerah
e. Mengkoordinir kegiatan team dalam melaksanakan pekerjaan topografi.
f. Menyiapkan program kerja dan mengarahkan team topografi dalam
pelaksanaan kegiatan lapangan.
g. Memeriksa data lapangan dan membantu melakukan analisis data serta
mengarahkan team dalam penggambaran.
h. Menghitung kebutuhan cut and fill tanah tambak garam, saluran dan
tanggul tambak.
i. Menghadiri diskusi dan memimpin asistensi pengukuran.
j. Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan topografi.
k. Memberi masukan penataan dan pengembangan kawasan tambak garam
dari aspek geodesi.
l. Bekerjasama dengan tenaga ahli lainnya dalam menyusun desain
masterplan dan DED Kawasan Tambak Garam
7. Ahli Arsitektur
Tugas dan Tanggung Jawab :
a. Sesuai dengan bidang keahliannya bertanggung jawab dalam
pelaksanaan pekerjaan, sejak perencanaan sampai penyelesaiannya
hingga diterima dengan baik oleh pemberi pekerjaan.
b. Bekerjasama dengan tenaga ahli lainnya menyusun rencana kerja dan
kerangka laporan.
c. Melaksanakan asistensi dan pembahasan laporan pendahuluan, laporan
antara, draft laporan akhir, dan laporan akhir di pusat dan di daerah
d. Mempelajari dokumen yang terkait dengan aspek-aspek lanscape
e. Menetapkan kerangka studi yang menjadi acuan kerja tenaga ahli lainnya.
f. Memberi masukan kepada setiap tenaga ahli dalam menyusun rencana
survei/pengumpulan data terkait dengan aspek-aspek Teknik
Sipil/Arsitektur
g. Melaksanakan pekerjaan identifikasi dan evaluasi data bangunan
prasarana garam.
h. Melaksanakan perencanaan bangunan prasarana garam yang dibutuhkan.
i. Membuat gambar teknis perencanaan bangunan prasarana garam.
j. Melaksanakan perencanaan landsacape yang dibutuhkan
k. Memberi masukan kepada setiap tenaga ahli dalam menyusun rencana
rencana survei/pengumpulan data terkait dengan aspek-aspek lanscape
dan prasarana usaha garam
l. Bekerjasama dengan tenaga ahli lainnya dalam menyusun Masterplan
Penataan Kawasan Tambak/peruntukan ruang/blockplan pada lokasi
terpilih
b) Kuantitas
secara kuantitas memenuhi ketentuan kelengkapan jenis data. Apabila
ketersediaan data belum memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas diatas maka
perlu dilakukan survei lapangan.