Anda di halaman 1dari 17

Fungsi Hormon-Hormon Kelenjar Adrenal

Putri Setiawati
102013417
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11470
putri.2013fk417@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Kelenjar adrenal yang terletak pada kutub superior kedua ginjal, masing-
masing terdiri atas dua bagian, medulla adrenal dan korteks adrenal.
Medulla adrenal secara fungsional berhubungan dengan susunan saraf simpatis, dan ia
menyekresi hormone epinefrin dan norepinefrin akibat rangsang simpatis.
Selanjutnya, hormone-hormon ini menyebabkan efek yang hamper sama seperti
perangsangan langsung saraf simpatis pada semua bagian tubuh.
Korteks adrenal menghasilkan beberapa hormone sterois, yang paling penting
adalah kortisol, aldosterol dan androgen adrenal.1
Kelenjar Adrenal
Makroskopis Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal adalah sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal,
terbenam dalam jaringan lemak. Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna kekuningan serta
berada di luar (ekstra) peritoneal. Bagian yang sebelah kanan berbentuk pyramid dan
membentuk topi (melekat) pada kutub atas ginjal kanan. Sedangkan yang sebelah kiri
berbentuk seperti bulan sabit, menempel pada bagian tengah ginjal mulai dari kutub
atas sampai daerah hilus ginjal kiri. Kelenjar adrenal pada manusia panjangnya 4-6
cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6 mm. Bersama-sama kelenjar adrenal mempunyai berat
lebih kurang 8 g, tetapi berat dan ukurannya bervariasi bergantung umur dan keadaan
fisiologi perorangan. Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan ikat padat kolagen yang
mengandung jaringan lemak. Selain itu masing-masing kelenjar ini dibungkus oleh
kapsul jaringan ikat yang cukup tebal dan membentuk sekat/septa ke dalam kelenjar.1
Kelenjar adrenal disuplai oleh sejumlah arteri yang masuk pada beberapa
tempat di sekitar bagian tepinya. Ketiga kelompok utama arteri adalah arteri
suprarenalis superior, berasal dari arteri frenika inferior; arteri suprarenalis media,
berasal dari aorta ; dan arteri suprarenalis inferior, berasal dari arteri renalis. Berbagai

1
cabang arteri membentuk pleksus subkapsularis yang mencabangkan tiga kelompok
pembuluh: arteri dari simpai; arteri dari kortex, yang banyak bercabang membentuk
jalinan kapiler diantara sel-sel parenkim (kapiler ini mengalir ke dalam kapiler
medulla); dan arteri dari medulla, yang melintasi kortex sebelum pecah membentuk
bagian dari jalinan kapiler luas dari medulla. Suplai vaskuler ganda ini memberikan
medulla dengan darah arteri (melalui arteri medularis) dan darah vena (melalui arteri
kortikalis). Endotel kapiler ini sangat tipis dan diselingi lubang-lubang kecil yang
ditutupi diafragma tipis. Di bawah endotel terdapat lamina basal utuh. Kapiler dari
medulla bersama dengan kapiler yang mensuplai kortex membentuk vena medularis,
yang bergabung membentuk vena adrenal atau suprarenali.1
Mikroskopis Kelenjar Adrenal
Korteks merupakan lapisan perifer yang berwarna kekuningan, sedangkan
medulla merupakan lapisan sentral yang berwarna coklat kemerahan. Gambaran
umum histologis mirip kelenjar endokrin yang lain, sel-sel berkelompok membentuk
genjel-genjel di sepanjang kapiler.
Kelenjar adrenal diliputi kapsula tebal jaringan pengikat padat kolagen. Dari kapsula
terbentuk septa tipis (trabekula) ke dalam kelenjar. Paling luar terdapat kapsula
adipose.2
 Korteks adrenal

Dibagi atas tiga zona yang batasnya tidak tegas, yaitu:


a. Zona Glomerulosa
Merupakan lapisan yang paling luar dan 5% volume adrenal, terdiri
dari sel-sel yang berbentuk columnar/silindris/pyramidal dan tersusun
berkelompok membentuk deretan bundar atau melengkung yang dikelilingi
oleh kapiler darah, inti spheris/bulat; kecil; gelap, sitoplasma mengaandung
granula-granula basofil dan tetes lemak yang tampak seperti vakuola.
Zona ini menghasilkan hormone mineralokortikoid, dimana hormone
aldosteron merupakan salah satu hormon yang paling kuat.3
b. Zona Fasikulata
Merupakan lapisan yang paling tebal, yaitu 65% volume adrenal.
Sel-sel pada lapisan ini, tersusun dalam genjel-genjel lurus radial dengan
ketebalan satu atau dua sel dan berjalan tegak lurus. Bentuk sel polihidral, inti
vesikuler; besar; letak central; kadang-kadang terdapat dua inti, sitoplasma

2
sedikit basofil; banyak tetes-tetes lemak, sehingga memberikan gambaran
vakuola yang besar, sehingga selnya disebut spongiocyt.
Sinusoid di antara lempeng sel mengikuti susunan radial.
Zona ini menghasilkan hormone glukokortikoid (cortisone, cortisol) dan
hormone androgen (dehydroepiandrosterone).3
c. Zona Retikularis
Merupakan lapisan yang tipis, yaitu 7% volume adrenal. Terletak di
antara zona fasikulata dan medulla adrenal. Disini sel-sel tersusun dalam
genjel-genjel yang tidak teratur, membentuk anyaman anastomosis. Ukuran
sel lebih kecil dibandingkan kedua zona sebelumnya.2,3
Bentuk sel bermacam-macam, yaitu:
a. Sel berukuran besar, sitoplasmanya sedikit asidofil dan mengandung
granula yang berisi pigmen lipofuchsin, jumlahnya banyak.
b. Sel irregular dengan inti piknotik (inti kecil, gelap), di duga merupakan
proses degenerasi sel.
Zona ini menghasilkan glukokortikoid dan androgen.
 Medulla Adrenal
Batas dengan korteks tidak merupakan garis yang teratur.
Sel-sel pada medulla berukuran besar dan tersusun dalam kelompokan sel yang
tidak teratur serta dikelilingi banyak kapiler-kapiler darah. Terdapat sel-sel
ganglion simpatis sendiri atau berkelompok.
Bentuk sel polihidral, inti vesikuler, sitoplasma dengan potassium bikhromat
menunjukkan granula-granula halus berwarna coklat, yang merupakan reaksi
khromafin, sehingga sel-sel pada medulla sering disebut sebagai sel-sel
khromafin.2

Medulla adrenal menghasilkan tiga buah hormone catecholamine yaitu


norepenephrine (adrenalin), epinephrine, dan sejumlah dopamine

3
.
Gambar.1 Kelenjar Adrenal

Gambar.2 Zona glomerulosa, z. fasciculata, z. reticularis dan medulla kelenjar


adrenal

4
Gambar.3 Diagram Skematik dari Kelenjar Adrenal (Suprarenal) dan Tipe Sel

Mekanisme dan Fungsi Kelenjar Adrenal


Kelenjar ini berbentuk bola, atau topi yang menempel pada bagian atas
ginjal. Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenalis dan dibagi atas dua
bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula). Kelenjar

5
suprarenal atau adrenal terletak menempel pada bagian atas ginjal. Bagian kulit
menghasilkan kortison yang berfungsi mengatur metabolism dan mengatur
keseimbangan air dan garam. Sedangkan bagian sumsum (medulla)
menghasilkan adrenalin (epineprin) yang berfungsi mempengaruhi denyut
jantung, mengatur otot-otot kendung kemih serta mengatur kadar gula darah
dengan cara mengubah glikogen menjadi glukosa.4

A. Kelenjar Korteks Adrenal


Korteks adrenal terdiri dari daerah yang secara anatomi dapat dibedakan:
1. Lapisan luar zona glomerulosa, merupakan tempat dihasilkannya
mineralokorticoid (aldosterone), ysng terutama diatur oleh angiotensin
II, kalium, dan ACTH. Juga dipengaruhi oleh dopamine, atrial
natriuretic peptide (ANP) dan neuropeptides.
2. Zona fasciculata pada lapisan tengah, dengan tugas utama sintesis
glukokortikoid, terutama diatur oleh ACTH. Juga dipengaruhi oleh
beberapa sitokin (IL-1, IL-6, TNF) dan neuropeptida
3. Lapisan terdalam zona reticularis, tempat sekresi androgen adrenal
(terutama dehydroepiandrostenedion [DHEA], DHEA sulfat dan
androstenedion) juga glukokortikoid (kortisol and corticosteron).
Hormon steroid adrenal akan dilepas ke dalam plasma setelah dibuat. Kortisol
dilepas secara berkala diatur oleh irama diurnal pelepasan ACTH.
Konsekuensinya kortisol akan mencapai nilai tertinggi pada pagi hari dan
terendah pada sore harinya atau awal malam harinya.4
Jenis homon korteks adrenal merupakan hormon steroid, yang dapat
digolongkan menjadi 3 kelompok hormon:
1. Mineralkortikoid

Kerja utama hormon ini adalah untuk meningkatkan retensi Na+ dan
ekskresi K+ serta H+ khususnya dalam ginjal. Contoh hormon kelompok
ini adalah Aldosteron, dibuat di zona glomerulosa.
 Sintesis
a. Terjadi di zona glomerulosa.
b. Pregnenolon diubah menjadi progesteron oleh 2 enzim yaitu 3b-
hidroksisteroid Dehidrogenase (3b-OHSD) dan D5,4 isomerase.

6
c. Progesteron mengalami hidroksilasi membentuk 11-
deoksikortikosteron (DOC) yang merupakan mineralokortikoid
aktif (yang menahan ion Na+).
d. Terjadi hidroksilasi berikutnya membentuk kortikosteron yang
mempunyai aktivitas glukokortikoid dan merupakan
mineralokortikoid lemah.
e. Kortikosteron diubah menjadi 18-hidroksikortikosteron dengan
bantuan enzim 18-hidroksilase (aldosteron sintase).
f. 18-hidroksikortikosteron diubah menjadi aldosteron (konversi 18-
alkohol menjadi aldehid)
 Pengaturan Sintesis
Zat pengatur utama adalah sistem renin-angiotensin dan kalium.
Didukung oleh peran natrium, ACTH dan mekanisme neural.4
a. Sistem Renin-Angiotensin
 Sistem ini berperan dalam pengaturan tekanan darah dan
metabolism elektrolit.
 Hormon primer dalam sistem ini adalah angiotensin II, dibuat
dari angiotensinogen yang merupakan substrat bagi renin (suatu
enzim yang dihasilkan sel-sel jukstaglomerular pada
renal/ginjal.

 Posisi sel tersebut sensitif terhadap banyak regulator (faktor-


faktor yang mempengaruhi) pelepasan renin yang bekerja
melalui baroreseptor renal.
b. Kalium
 Sekresi aldosteron sensitif terhadap perubahan kadar kalium
plasma.
 Peningkatan sedikit kalium saja sudah dapat merangsang
sekresi aldosteron, begitu pula bila terjadi penurunan akan
mengurangi sekresi aldosteron.
 Pengaruh K+ sama seperti angiotensin II dan tidak berpengaruh
terhadap produksi kortisol.
c. Efektor Lain
Efektor lain berupa ACTH dan natrium

7
 Transpor Plasma
Aldosteron tidak memiliki protein pengikat spesifik dalam plasma tapi
membentuk suatu ikatan yang lemah dengan albumin. Kortikosteron
dan 11-deoksikortikosteron, yaitu hormon steroid lainnya dengan efek
mineralokortikoid, terikat pada CBG.4
 Laju Metabolisme
a. Aldosteron dengan cepat akan dibersihkan dari plasma oleh hati,
terjadi karena hormon ini kurang memiliki protein pembawa dalam
plasma darah.
b. Hati kemudian membentuk tetrahidroaldosteron 3-glukoronida
yang diekskresikan ke dalam urine.
 Efek Hormon
a. Merangsang transport aktif Na+ oleh tubulus kontortus distal dan
tubulus koligentes ginjal menyebabkan retensi Na+.
b. Meningkatkan sekresi K+, H+, dan NH4+ oleh ginjal.
c. Mempengaruhi transport ion di jaringan epitel lain termasuk
kelenjar keringat, mukosa intestinal, serta kelenjar saliva.
d. Aldosteron mempengaruhi sintesis RNA dan protein yang
diperlukan dalam produksi berbagai produk gen spesifik.
 Gangguan Sekresi
Kelebihan:
 Terjadi aldosteronisme primer (sindrom Conn), yaitu
manifestasi klasik mencakup gejala hipertensi, hipokalemia,
hipernatremia, dan alkalosis. Kadar renin dan angiotensin II dalam
plasma disupresi.
 Aldosteronisme sekunder menyerupai aldosteronisme primer,
kecuali pada kenaikan kadar renin dan angiotensin II. Terjadi
ketika ada stenosis srteri renalis disertai penurunan tekanan perfusi
dapat menimbulkan hiperplasia serta hiperfungsi sel
jukstaglomerular, meyebabkan naiknya kadar renin dan angiotensin
II.
2. Glukokortikoid

8
Salah satu kerja tepenting adalah meningkatkan proses glukoneogenesis.
Misalnya hormon Kortisol pada manusia, dibuat di zona fasikulata.
Kortikosteon dihasilkan pada zona fasikulata dan glomrulosa namun lebih
banyak ditemukan pada hewan pengerat dari pada manusia.4
 Sintesis
a. Memerlukan 3 enzim hidroksilase pada posisi C17, C21 dan C11.
Enzimnya berturut-turut adalah 17a-hidroksilase, 21-hidroksilase
dan 11b-hidroksilase.
b. 17a-hidroksilase merupakan enzim retikulum endoplasma halus
yang bekerja pada progesteron atau lebih sering pada pregnenolon.
c. 17a-hidroksiprogesteron mengalami hidroksilasi sehingga
membentuk 11-deoksikortisol
d. 11-deoksikortisol mengalami hidroksilasi membentuk kortisol.
e. 21-hidroksilase merupakan enzim retikulum endoplasma halus
sedangkan 11b-hidroksilase merupakan enzim mitokondria.

 Pengaturan Sintesis
a. Sekresi kortisol diatur oleh ACTH yang dirangsang oleh CRH
b. Hormon-hormon ini berhubungan melalui lingkaran umpan balik
negatif
 Transpor Plasma
a. Kortisol beredar dalam plasma dalam bentuk terikat protein dan
dalam bentuk bebas.
b. Protein pengikat utama dalam plasma disebut trans-kortin atau
globulin pengikatkortikosteroid (CBG=Cortocosteroid-binding
globulin), CBG diproduksi di hati
c. CBG mengikat sebagian besar hormon tersebut bila kadarnya
dalam plasma berada pada kisaran normal. Kortisol dalam jumlah
yang lebih kecil akan akan terikat ke albumin.
d. Kekuatan pengikatan membantu menentukan usia paruh biologik (t
½) hormone glukokortikoid. Kortisol terikat erat pada CBG dan
memiliki t ½ 1,5-2 jam, sedangkan kortikosteron yang kurang
terikat erat mempunyai t ½ kurang dari 1 jam.

9
e. CBG tidak hanya berikatan dengan glukokortikoid tapi juga
dengan deoksikortikosteron dan progesteron. Mereka bersaing
dalam berikatan dengan CBG.
f. Dalam bentuk bebas kortisol ditemukan sekitar 8% dari jumlah
kortisol dalam plasma dan merupakan fraksi kortisol yang biologik
aktif.
 Laju Metabolisme
a. Kortisol dan metabolitnya membentuk sekitar 80% jumlah 17-
hidroksikortikoid dalam plasma (setengahnya beredar dalam
plasma dalam bentuk metabolit dihidro dan tetrahidro-), 20%
sisanya terdiri atas kortison dan 11-deoksikortisol.
b. Semua senyawa tersebut dimodifikasi melalui proses konjugasi
dengan glukuronida dan sebagian kecil dengan sulfat.
c. Modifikasi ini terutama terjadi di hati dan membuat molekul
steroid yang bersifat lipofilik bisa larut air dan dapat diekskresikan.
d. Pada manusia sebagian besar steroid terkonjugasi yang memasuki
intestinum lewat ekskresi bilier akan diabsorbsi kembali melalui
sirkulasi enterohepatik.
e. Sekitar 70% steroid terkonjugasi akan diekskresikan ke dalam
urine, 20% keluar dalam bentuk feses dan sisanya keluar melalui
kulit.
 Efek Hormon
a. Terhadap metabolisme
- Meningkatkan produksi glukosa di hati dengan cara:
 Meningkatkan pengangkutan asam amino dari jaringan
perifer
 Meningkatkan laju glukoneogenesis melalui peningkatan
jumlah (dan aktivitas) beberapa enzim penting
 Memungkinkan berlangsungnya reaksi metabolik penting
lainnya pada laju reaksi optimal
- Meningkatkan deposisi glikogen hepatik dengan meningkatkan
aktivasi enzim glikogen sintetase

10
- Mendorong lipolisis (di ekstremitas) tapi dapat menimbulkan
lipogenesisi di tempat lain (muka dan badan) melebihi taraf
fisiologis
- Mendorong metabolisme protein dan RNA, hal ini merupakan
efek anabolik pada tahap fisiologis, tapi pada keadaan tertentu
dan pada taraf yang melampaui taraf fisiologis dapat bersifat
katabolic.5
b. Terhadap mekanisme pertahanan
- Supresi respon imun. Hormon glukokortikoid menyebabkan
penghancuran (lisis) limfosit yang spesifk menurut tipe sel dan
spesiesnya
- Supresi respon inflamasi dengan cara:
 Menurunkan jumlah leukosit yang beredar dalam darah dan
migrasi leukosit jaringan
 Menghambat proliferasi fibroblas
 Menumpulkan produksi molekul-molekul anti inflamasi yaitu
prostaglandin dan leukotrien
c. Efek Lain
 Penting untuk mempertahankan tekanan darah dan curah
jantung normal
 Diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan air dan
elektrolit yang normal
 Bersama dengan hormon medula adrenal penting untuk
memungkinkan organism berespon terhadap stress
 Gangguan sekresi
a. Kekurangan:
 Menyebabkan penyakit Addison, memperlihatkan hpoglikemia,
sensitivitas tinggi terhadap insulin, intoleransi terhadap stres,
anoreksia, penurunan berat badan, nausea dan gejala kelemahan
berat.
 Penderita addison mempunyai tekanan darah rendah,
penurunan laju filtrasi glomerulus, penurunan kemampuan
mengekskresikan kelebihan air.

11
 Kadar Na plasma rendah, K tinggi, punya riwayat ”ngidam
garam”.
 Bisa tampak pigmentasi pada kulit dan membran mukosa.
b. Kelebihan :
 Menyebabkan sindrom Cushing, terjadi karena adanya
adenoma hipofisis yang mensekresi ACTH terjadi
hiperglikemia atau intoleransi glukosa atau keduanya, karena
peningkatan glukoneogenesis.
 Efek katabolik (pemecahan protein) berat menimbulkan
penipisan kulit, atrofi otot, osteoporosis, keseimbangan
nitrogen negatif
 Redistribusi lemak yang aneh dengan obesitas batang tubuh
dan ”punuk kerbau” (buffalo hump) resistensi terhadap infeksi
dan respon inflamasi terganggu, misalnya pada penyembuhan
luka.
3. Androgen

Prekursor androgen berupa dehidroepiandosteon, diproduksi oleh zona


fasikulata dan retikularis.5
 Sintesis
a. Prekursor androgen yang dihasilkan oleh korteks adrenal adalah
dehidroepiandrosteron (DHEA).
b. Produksi androgen adrenal mengalami peningkatan yang mencolok
bila biosintesis glukokortikoid terhambat oleh defisiensi salah satu
enzim hidroksilase.
c. Sebagian besar DHEA akan dimodifikasi secara cepat lewat
penambahan sulfat dan sekitar separuh dari modifikasi ini terjadi di
dalam adrenal sedangkan sisanya di hati.
d. DHEA sulfat merupakan unsur inaktif tetapi pengeluaran gugus
sulfat akan mengakibatkan pengaktifan kembali.
e. 3b-OHSD dan D5,4 isomerase akan mengubah DHEA androgen
yang lemah menjadi androstenedion yang lebih poten.
f. Reduksi androstenedion pada posisi C17 menghasilkan
terbentuknya testosterone (hanya sejumlah kecil).

12
 Laju Metabolisme
Androgen diekskresikan sebagai senyawa 17-keto- tetapi hati akan
mengubah sekitar 50% dari jumlah testosteron tersebut menjadi
androsteron dan etiokolanolon.

B. Kelenjar Medula Adrenal


Medula adrenal sesungguhnya merupakan perluasan sistem saraf simpatik
karena serabut preganglion splanknikus berakhir di medula adrenal tempat
serabut syaraf tersebut mempersyarafi sel kromafin yang memproduksi hormon
katekolamin dopamin, epinefrin dan norepinefrin.5
Epinefrin, norepinefrin dan dopamin merupakan unsur utama dalam
pembentukan respon terhadap stres yang berat yang meliputi penyesuaian yang
terintegrasi dan bersifat akut dengan proses yang kompleks di dalam organ vital
(otak, otot, system kardiopulmonar dan hati) serta organ lain (kulit, sistem
gastrointestinal dan jaringan limfoid) yang tidak terlibat langsung.
Produk utama medula adrenal adalah epinefrin. Sekitar 80% senyawa ada
dalam medula dan tidak diproduksi di tempat lain di luar medula adrenal.
Norepinefrin di buat secara in situ (sekitar 80% dari jumlah totalnya) di dalam
organ yang dipersyarafi oleh saraf simpatik. Sebagian lagi dibuat di ujung syaraf
lain dan mencapai sel target malalui sirkulasi darah.6
a. Penyimpanan dan Pelepasan

 Medula adrenal memiliki granul kromafin, yaitu organel yang


mampu melaksanakan biosintesis, ambilan, penyimpanan dan sekresi.
 Disamping mengandung katekolamin, granul kromafin juga
mengandung ATP-Mg2+, Ca2+ dan DBH.
 Katekolamin masuk ke dalam granul melalui mekanisme
pengangkutan yang melibatkan ATP.
 Norepinefrin juga disimpan dalam granul ini, bila terbentuk epinefrin
maka epinefrin akan memasuki granul yang baru.
 Stimulasi neuron pada medula adrenal mengakibatkan fusi membran
granul dengan membran plasma dan peristiwa ini menimbulkan
pelepasan eksositosis epinefrin dan norepinefrin.

13
 Proses pelepasan epinefrin dan norepinefrin bergantung pada kalsium,
dirangsang oleh preparat kolinergik dan b-adrenergik serta dihambat
oleh a-adrenergik.6
b. Metabolisme

 Metabolisme katekolamin (dopamin, epinefrin dan norepinefrin)


dilakukan dengan cepat oleh enzim Katekol-O-metiltransferse
(COMT) dan monoamin oksidase (MAO).
 Katekol-O-metiltransferse (COMT) merupakan enzim sitosol yang
mengkatalisis reaksi penambahan gugus metil pada posisi 3 (meta)
menjadi berbagai jenis katekolamin sesuai substratnya. Dopamin
diubah menjadi 3-metoksitiramin yang oleh MAO diubah menjadi
asam homovanilat, epinefrin diubah menjadi metanefrin dan
norepinefrin diubah menjadi normetanefrin.6
 Monoamin oksidase (MAO) merupakan oksidoreduktase yang
mendeaminasi monoamin. MAO-A ditemukan di jaringan syaraf dan
mendeaminasi serotonin, epinefrin dan norepinefrin. MAO-B
ditemukan di selain jaringan syaraf dan aktif terhadap 2-feniletilamin
dan benzilamin.
 MAO mengubah epinefrin dan norepinefrin menjadi asam
dihidroksimandelat yang kemudian menjadi asam 3-metoksi-4-hidroksi
mandelat. Begitu pula dengan metanefrin dan normetanefrin oleh
MAO akan diubah menjadi asam 3-metoksi-4- hidroksi mandelat
(disebut juga dengan asam hidroksimandelat/VMA).
 MAO mengubah dopamin menjadi asam dihidroksifenilasetat yang
oleh COMT akan diubah menjadi asam homovanilat
c. Klasifikasi Katokolamin Berdasarkan Mekanisme Kerjanya

 Katekolamin bekerja melalui 2 kelompok utama reseptor yaitu a-


adrenergik dan b-adrenergik, keduanya mempunyai 2 sub kelompok
yaitu a1, a2 dan b1, b2.
 Epinefrin terikat dan mengaktifkan baik reseptor a maupun b,
sedangkan norepinefrin terutama terikat pada reseptor a.1,4

14
 Hormon yang terikat pada reseptor b1, b2 akan mengaktifkan enzim
adenilil siklase dan membentuk cAMP sedangkan hormon yang terikat
pada reseptor a2 akan menghambat enzim ini.
 Reseptor a1 dirangkaikan dengan proses yang mengubah konsentrasi
ion kalsium intrasel atau memodifikasi metabolisme fosfatidilinositida
atau keduanya. Kompleks protein G juga terlibat dalam proses ini.
 Berikut adalah tabel berbagai aktivitas yang diperantarai reseptor
adrenergic

α1 α2 β1 β2
- Peningkatan
glukoneogen
esis
- Peingkatan
glikogenolisi
- Kontraksi otot s hepatic
polos traktus - Peningkatan
gastrointestina glikogenolisi
- Stimulus
- Peningkatan l s otot
lipolisis
glikogenolisis - Kontraksi otot - Peningkatan
- Kontraksi
- Relaksasi otot polos sebagian pelepasan :
miokardium,
polos vaskular insulin,
peningkatan
pembuluh - Inhibisi dari: glukagon,
laju,
darah, traktus lipofisis rennin
peningkatan
genitourinarius pelepasan - Relaksasi
kekuatan
renin agregasi otot polos :
trombosit bronkus,
sekresi insulin pembuluh
darah traktus
genitourinari
us, traktus
gastrointestin
al

15
d. Biosintesis Ephineprin

Epinefrin disintesis dari tirosin (merupakan prekursor langsung


katekolamin) melalui 4 tahap:
o Hidroksilasi cincin
Tirosin diubah menjadi L-dihidroksifenilalanin (L-dopa) dengan
bantuan enzim tirosin hidroksilase yang berfungsi sebagai
oksidoreduktase dengan kofaktor berupa tetrahidropteridin.
o Dekarboksilasi
L-dopa mengalami konversi menjadi 3,4-dihidroksifeniletilamin
(dopamin) dengan bantuan enzim dopa dekarboksilase dan piridoksal
fosfat.
o Hidroksilasi rantai samping
Dopamin mengalami konversi menjadi norepinefrin melalui peran
dopamin b-hidroksilase (DBH) yang merupakan enzim oksidase
dengan bantuan askorbat, tembaga dan fumarat.
o N-metilasi
Reaksi N-metilasi yang dialami oleh norepinefrin dikatalisis oleh
enzim feniletanolamin N-metiltransferase (PNMT), membentuk
epinefrin.5

e. Gangguan sekresi
- Feokromositoma merupakan tumor adrenal, terdeteksi bila
menghasilkan dan mensekresikan epinefrin dan norepinefrin
cukup banyak sehingga menimbulkan sindrom hipertensi berat.
- Norepinefrin yang banyak bertanggung jawab atas terjadinya
hipertensi, sedangkan epinefrin bertanggung jawab atas terjadinya
hipermetabolisme.

Kesimpulan
Kelenjar adrenal adalah kelenjar yang terletak dibagian atas ginjal yang terdiri
dari kelenjar adrenal korteks dan kelenjar adrenal medulla yang masing-masing
mempunyai peran dan fungsinya.

16
Kelenjar korteks adrenal menghasilkan hormone steroid pada masa istirahat
dan dalamkeadaan strea glukokortikoid mengatur kardiovaskular, keseimbangan
metabolic dan system imun. Mineralokortikoid di lain pihak akan mengatur volume
darah dan keseimbangan cairan dan elektrolit. Androgen adrenal berperan sebagai
prekusor androgen dan estrogen yang lebih poten. Adrenal korteks juga menghasilkan
sitokin, pepetida aktif dan berbagai hormone lain.
Stimulasi serabut saraf simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam
sel-sel pada medulla adrenal akan menyebabkan pelepasan hormon katekolamin yaitu
epinephrine dan norepinephrine. Katekolamin mengatur lintasan metabolic untuk
meningkatkan katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori
dari sumber-sumber endogen terpenuhi.

Daftar Pustaka
1. Watson R. Anatomi dan fisiologi. Bab 8: Kelenjar endokrin. Edisi ke-10. Jakarta;
EGC,2002. H. 117-9.
2. Fawcett, Don W. Buku ajar histologi. Edisi ke -12. Jakarta EGC. 2006.
3. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar teks & atlas. Jakarta: EGC. 2007 h.315-
322.
4. Sherwood L. fisiologi manusia. Bab 19: Kelenjar endokrin perifer. Edisi ke-6.
Jakarta EGC.2011. h. 644-50.
5. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia Herper, Ed, XXV,
Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2003. H, 194-200.
6. S Greenstein. At glance sistem endokrin. Jakarta: Erlangga. 2010

17

Anda mungkin juga menyukai