Pneumonia
Pneumonia
Pnemonia Ventilator (VAP) • >48 jam setelah intubasi dan ventilasi mekanis
• Sama seperti rumah sakit yang didapat ARDS, sindrom distres pernafasan orang dewasa:
CAP, pneumonia yang didapat massyarakat; PPOK, obstruktif kronis
3. Diagnosis (Arlini, Yunita. 2015. Diagnosis Community Aquired Pneumonia (CAP) dan Tatalaksana Terkini. Bagian Pulmonologi dan Kedokteran
Respirasi Fakultas Kedokteran:Universitas Syiah Kuala)
Diagnosis CAP didapatkan dari anamnesis, gejala klinis pemeriksaan fisis, foto toraks dan laboratorium. Diagnosis pasti pneumonia
komuniti ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini :
Batuk-batuk bertambah
Perubahan karakteristik dahak / purulen
Suhu tubuh > 380C (aksila) / riwayat demam
Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan ronki
Leukosit > 10.000 atau < 4500.
Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum serta fungsi hati dilakukan untuk menetukan derajat keparahan CAP. Uji mikrobiologi
dari sputum harus dilakukan pada pasien CAP sedang dan berat, sedangkan pada pasien CAP ringan sebaiknya pemeriksaan mikrobiologis harus
berdasarkan faktor-faktor klinis seperti usia, penyakit komorbid dan indikator-indikator beratnya CAP serta faktor epidemiologi dan riwayat
antibiotik yang digunakan sebelumnya.
Jika hasil pemeriksaan mikrobiologis menemukan kuman penyebab maka antibitiok yang diberikan harus diganti ke antibiotik yang lebih
spesifik terhadap kuman penyebab. Pemeriksaan sputum untuk deteksi M.Tb (BTA) dilakukan bila tidak didapatkan perbaikan setelah pemberian
antibiotik yang ditandai dengan batuk produktif yang persisten serta gejala klinis lain yang berhubungan dengan Tb.
Berdasarkan panduan IDSA pemeriksaan kultur sputum yang disertai dengan pemeriksaan sputum Gram merupakan pemeriksaan rutin
yang harus dilakukan pada setiap pasien CAP akan tetapi hal ini tidak menjadi pemeriksaan rutin jika tidak terdapat resiko infeksi oleh kuman
resisten menurut panduan ATS oleh karena kuman patogen penyebab CAP hanya ditemukan pada 40-50% dari seluruh pasien. ATS dan IDSA
merekomendasikan dilakukannya pungsi pleura jika pada pemeriksaan foto torak lateral dekubitus didapatkan gambaran ketebalan cairan >10
mm untuk menyingkirkan empiema dan efusi parapneumonia.
4. Treatment farmakologi dan non farmakologi (Dipiro Josep T.pharmacotherapy handbook 9th edition)
a) Farmakologi
Terapi antibicrobial empiric untuk pneumonia pada orang dewasa
• Faktor resiko untuk patogen MDR P. aeruginosa, K. pneumoniae • Above + vancomycin or linezolid
(ESBL), Acinetobacter sp.,
Jika MRSA or Legionella sp.
Suspected.
b) Non farmakologi
Penatalaksanaan CAP berupa terapi antibiotik dan suportif. Terapi suportif dengan pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi serta
elektrolit dan nutrisi. Selain itu juga dapat diberikan anti piretik jika dibutuhkan serta mukolitik. Pemberian antibiotik diberikan secara
empirik dan harus diberikan dalam waktu kurang dari 8 jam. Alasan pemberian terapi awal dengan antibiotik empirik adalah karena keadaan
penyakit yang berat dan dapat mengancam jiwa, membutuhkan waktu yang lama jika harus menunggu kultur untuk identifikasi kuman
penyebab serta belum dapat dipastikan hasil kultur kuman merupakan kuman penyebab CAP.
Panduan penanganan CAP saat ini merekomendasikan melakukan stratifikasi pasien ke dalam kelompok risiko, melakukan pemilihan
terapi antimikroba empirik yang tepat berdasarkan peta pola kuman, farmakokinetik dan farmakodinamik obat, ada tidaknya alergi obat,
riwayat penggunaan antibiotika sebelumnya, Efek samping obat, patogen lokal, harga. Tujuan pemberian antimikroba adalah untuk
menurunkan dan mengeradikasi kuman, menurunkan kesakitan dan kematian serta meminimalkan resistensi.