Anda di halaman 1dari 9

1. Manifestasi Klinik (Fauci et al. 2012; Dipiro Josep T.

pharmacotherapy handbook 9th edition)


 Gejala khas adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen,
atau bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak.
 Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
 Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafasan, takipneu, kenaikan atau penurunan taktil
fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, ronki, suara pernafasan bronkial, pleural
friction rub.

2. Faktor resiko (Dipiro Josep T.pharmacotherapy handbook 9th edition)

Tipe Pneumonia Faktor resiko

Community acquired (CAP) • Usia> 65 tahun


• Diabetes melitus
• Asplenia
• Kardiovaskular kronis, paru, ginjal dan / atau penyakit hati
• Merokok dan / atau penyalahgunaan alkohol

Healthcare associated • Rawat inap ≥2 hari dalam 90 hari terakhir


(HCAP) • Baru-baru ini (30 hari terakhir) penggunaan antibiotik, kemoterapi, perawatan luka atau
terapi infus pada fasilitas kesehatan atau rumah
• Pasien hemodialisi dengan infeksi disebabkan oleh patogen MDR
Hospital-acquired (HAP) • > 48 jam setelah dirawat di rumah sakit penerimaan
• Mengalami aspirasi PPOK, ARDS, atau koma administrasi antasida, H2- antagonis, atau
proton popa inhibitor
• Nutrisi enteral, nasogastrik tabung
• Reintubasi, trakeostomi, atau transportasi pasien
• Sebelum terpapar antibiotik
• Trauma kepala, pemantauan ICP
• Usia > 60 tahun
• Lihat perawatan kesehatan yang terkait untuk faktor resiko MDR

Pnemonia Ventilator (VAP) • >48 jam setelah intubasi dan ventilasi mekanis
• Sama seperti rumah sakit yang didapat ARDS, sindrom distres pernafasan orang dewasa:
CAP, pneumonia yang didapat massyarakat; PPOK, obstruktif kronis

3. Diagnosis (Arlini, Yunita. 2015. Diagnosis Community Aquired Pneumonia (CAP) dan Tatalaksana Terkini. Bagian Pulmonologi dan Kedokteran
Respirasi Fakultas Kedokteran:Universitas Syiah Kuala)
Diagnosis CAP didapatkan dari anamnesis, gejala klinis pemeriksaan fisis, foto toraks dan laboratorium. Diagnosis pasti pneumonia
komuniti ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini :
 Batuk-batuk bertambah
 Perubahan karakteristik dahak / purulen
 Suhu tubuh > 380C (aksila) / riwayat demam
 Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan ronki
 Leukosit > 10.000 atau < 4500.
Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum serta fungsi hati dilakukan untuk menetukan derajat keparahan CAP. Uji mikrobiologi
dari sputum harus dilakukan pada pasien CAP sedang dan berat, sedangkan pada pasien CAP ringan sebaiknya pemeriksaan mikrobiologis harus
berdasarkan faktor-faktor klinis seperti usia, penyakit komorbid dan indikator-indikator beratnya CAP serta faktor epidemiologi dan riwayat
antibiotik yang digunakan sebelumnya.
Jika hasil pemeriksaan mikrobiologis menemukan kuman penyebab maka antibitiok yang diberikan harus diganti ke antibiotik yang lebih
spesifik terhadap kuman penyebab. Pemeriksaan sputum untuk deteksi M.Tb (BTA) dilakukan bila tidak didapatkan perbaikan setelah pemberian
antibiotik yang ditandai dengan batuk produktif yang persisten serta gejala klinis lain yang berhubungan dengan Tb.
Berdasarkan panduan IDSA pemeriksaan kultur sputum yang disertai dengan pemeriksaan sputum Gram merupakan pemeriksaan rutin
yang harus dilakukan pada setiap pasien CAP akan tetapi hal ini tidak menjadi pemeriksaan rutin jika tidak terdapat resiko infeksi oleh kuman
resisten menurut panduan ATS oleh karena kuman patogen penyebab CAP hanya ditemukan pada 40-50% dari seluruh pasien. ATS dan IDSA
merekomendasikan dilakukannya pungsi pleura jika pada pemeriksaan foto torak lateral dekubitus didapatkan gambaran ketebalan cairan >10
mm untuk menyingkirkan empiema dan efusi parapneumonia.

4. Treatment farmakologi dan non farmakologi (Dipiro Josep T.pharmacotherapy handbook 9th edition)
a) Farmakologi
Terapi antibicrobial empiric untuk pneumonia pada orang dewasa

Pasien yang sebelumnya sehat


atau tanpa riwayat pemakaian
antibiotik 3 bulan sebelumnya.

Paien dengan komorbiditas


(diabetes, jantung / paru-paru / hati
/ penyakit ginjal,
alkoholisme).atau mempunyai
riwayat pemakaian
Elderly
antibiotik 3 bulan
sebelumnya
Rawat inap non ICU

Ruang rawat intensif


Terapi Pneumonia untuk Dewasa

Pengaturan klinis Patogen Terapi

Dibutuhkan perawatan rumah sakit,


ventilator, atau perawatan kesehatan
• Tidak ada faktor risiko untuk S. pneumoniae, H. influenzae, • Ceftriaxone or fluoroquinolone or
patogen MDR. MSSA entericGram-negative ampicillin/sulbactam or ertapenem
bacilli . or doripenem Antipseudomonal
cephalosporine or antipseudomonal
carbapenem or β -lactam/β -
lactamase + antipseudomonal
fluoroquinolone or AMG.

• Faktor resiko untuk patogen MDR P. aeruginosa, K. pneumoniae • Above + vancomycin or linezolid
(ESBL), Acinetobacter sp.,
Jika MRSA or Legionella sp.
Suspected.

Mouth anaerobes, S. aereus,


• Aspiration • Penicillin or clindamycin or
enteric.
piperacillin/tazobactum + AMG g
Gram-negative bacilli
• Clindamycin, β-lactam/β-
Anaerob
lactamase, or carbapenem
Atypical pneumonia
• Legionella pneumophilia • Fluoroquinolone or doxycycline or
azitrhomycin.

• Mycoplasma pneumonia • Fluoroquinolone or doxycycline or


azitrhomycin.

• Chlamydophila pneumonia • Fluoroquinolone or doxycycline or


azitrhomycin.

• SARS • Fluoroquinolone or macrolides b.

• Avian Influenza • Oseltamivir

• H1N1 Influenza • Oseltamivir


Terapi Pneumonia untuk Anak – Anak

Umur Patogen Terapi

1 bulan Group B streptococcus, Ampicillin/sulbactam,


H. influenzae (nontypeable), Cephalosporin,
E. coli, S. aureus, Listeria Carbapenem,
CMV, RSV, adenovirus Ribavirin for RSV

1 – 3 bulan C. pneumoniae, possibly Ureaplasma, CMV, Macrolide/azalide,d trimethoprim-


Pneumocystis carinii(afebrile pneumonia syndrome) Sulfamethoxazole
RSV Ribavirin
S. pneumoniae, S. aureus Semisynthetic penicillin or cephalosporin

3 bulan – 6 tahun S. pneumoniae, H. influenzae, Amoxicillin or cephalosporinf


RSV, adenovirus, Ampicillin/sulbactam,
parainfluenza Amoxicillin–clavulanate
Ribavirin for RSV

> 6 tahun S. pneumoniae, Macrolide/azalided


M. pneumoniae, adenovirus Cephalosporin, amoxicillin–clavulanate

b) Non farmakologi
Penatalaksanaan CAP berupa terapi antibiotik dan suportif. Terapi suportif dengan pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi serta
elektrolit dan nutrisi. Selain itu juga dapat diberikan anti piretik jika dibutuhkan serta mukolitik. Pemberian antibiotik diberikan secara
empirik dan harus diberikan dalam waktu kurang dari 8 jam. Alasan pemberian terapi awal dengan antibiotik empirik adalah karena keadaan
penyakit yang berat dan dapat mengancam jiwa, membutuhkan waktu yang lama jika harus menunggu kultur untuk identifikasi kuman
penyebab serta belum dapat dipastikan hasil kultur kuman merupakan kuman penyebab CAP.
Panduan penanganan CAP saat ini merekomendasikan melakukan stratifikasi pasien ke dalam kelompok risiko, melakukan pemilihan
terapi antimikroba empirik yang tepat berdasarkan peta pola kuman, farmakokinetik dan farmakodinamik obat, ada tidaknya alergi obat,
riwayat penggunaan antibiotika sebelumnya, Efek samping obat, patogen lokal, harga. Tujuan pemberian antimikroba adalah untuk
menurunkan dan mengeradikasi kuman, menurunkan kesakitan dan kematian serta meminimalkan resistensi.

Anda mungkin juga menyukai