Anda di halaman 1dari 42

DETERMINASI

TREN GLOBAL SIRKUMSISI


PADA
PRAKTEK MANDIRI
Sunathrone Indonesia-dalam-Modul Seminar

Determinasi Tren Global Pada Praktek Mandiri.

SIM / SMR / 02.07.2018

© Sunathrone Indonesia- Dalam Program Seminar Mencerdaskan Generasi Tenaga Kesehatan, 2018

Semua Hak, milik. Publikasi Sunathrone Indonesia Management dapat diperoleh dari Kompilasi tulisan DR. Andi Tanwir, Sunathrone Indonesia
Management, Jalan paus No.88. Kelurahan Tangkerang Tengah. Kecamatan marpoyan Damai. Kota Pekanbaru. Provinsi Riau. Indonesia (tel.:+62 811 751
0035;
e-mail:SIM@gmail.com). Permohonan untuk izin mereproduksi atau menerjemahkan yang di publikasi – Apakah dijual atau untuk distribusi non komersial-
harus seizing Sunathrone Indonesia Management, di alamat di atas (tel.:+62 811 751 0035;e-mail:SIM@gmail.com).

Semua tulisan dan presentasi dari materi dalam publikasi ini tidak menyiratkan ekspresi setiap pendapat, mengenai status hukum dari setiap negara,
wilayah, kota atau area atau yang pihak berwenang, atau mengenai antara wilayah atau batas-batas. Garis-garis pada peta wilaya perbatasan yang
mungkin tidak atau belum ada persetujuan penuh.

Menyebutkan perusahaan khusus atau produk produsen tertentu tidak berarti bahwa mereka meidukung atau direkomendasikan oleh Sunathrone
Indonesia management dalam preferensi untuk orang lain sifat yang sama yang tidak disebutkan. Kesalahan dan kelalaian dikecualikan, nama produk
proprietary dibedakan oleh huruf awal.

Semua tindakan kewaspadaan telah diambil oleh Sunathrone Indonesia Management untuk memverifikasi informasi yang terkandung dalam publikasi ini.
Namun, yang diterbitkan adalah didistribusikan tanpa jaminan apapun, baik tersurat maupun tersirat. Pertanggungjawaban untuk penggunaan bahan
terletak dengan pembaca.

Dicetak di
Daftar Isi
Ucapan Terima Kasih

Singkatan-singkatan

Ringkasan 1

BAGIAN 1. Faktor Penentu Sirkumsisi pada Laki-laki dan Pravelensi Global

1.1 Pendahuluan 3
1.2 Determinasi Sirkumsisi Laki-laki 3
1.3 Pravelensi Sirkumsisi Gelobal 6
1.4 Pravelensi Sirkumsisi Regional 8
1.5 Ringkasan 9

BAGIAN 2. Indikasi Medis, Prosedur Klinis dan Faktor Keamanan Sirkumsisi Pada Laki-laki

2.1 Pendahuluan 11
2.2 Prepusium (kulup) 11
2.3 Determinasi Sirkumsisi Laki-laki 12
2.4 Sirkumsisi Medis Pada Laki-laki 17
2.5 Sirkumsisi Non-Medis Pada Laki-laki 19
2.6 Ringkasan 21

BAGIAN 3. Determinasi Sirkumsisi Medis Di Indonesia


Laki-laki
3.1 Pembagian Wilayah Indonesia 22
3.2 Sirkumsisi di Indonesia 25

3.3 Ringkasan 28

BAGIAN 3. Kesimpulan 29

BAGIAN 4. Kesimpulan 30
Ucapan Terima Kasih
Terwujudnya modul ini merupakan tulisan dari berbagai ringkasan literature yang di dapat dari seluruh
riset mengenai sirkumsisi yang ada dilakukan di dunia. Sirkumsisi bukan lagi masalah hanya menggambil ujung
kulit penis, akan tetapi sudah merupakan hal penting, dimana mempunyai pernana dalam kesehatan, yaitu
dapat membantu mengurangi penularnya HIV dan AIDS. Bukan hanya cukup sampai di situ sirkumsisi juga
dalam meningkatkan kualitas seksual.
Harapan penulis dengan adanya module ini dapat memberikan gambaran berapa pentingnya
sirkumsisi tersebut. Ini terbukti banyaknya berbagai organisasi yang peduli terhadap kesehatan mengambil
andil dalam riset pentingnya sirkumsisi ini, bahkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) saja terus membuat
program dengan sirkumsisi dapat mencegah HIV dan AIDS di beberapa Negara dan daerah yang tinggi tingkat
penularan HIV dan AIDS nya.
Terima kasih yang tak terhingga kepada Team Sunathrone Indonesia : Sunathrone Technical Advisory
Grup (STAG), Sunathrone Indonesia Management (SIM) beserta management yang ada tersebar di setiap
kabupaten / kota di seluruh Indonesia dan juga untuk seluruh praktisi Sunathrone Klamp yang terwujud dalam
Sunathrone Indonesia Family, beserta seluruh praktisi sirkumsisi Indonesia dalam naungan Perhimpunan
Sirkumsisi Indonesia (PRESISI), semoga mimpi kita bersama dimana mewujudkan Sirkumsisi Medis yang Legal
Standing di Indonesia dapat terwujud, sehingga sirkumsisi Indonesia akan lebih maju dan selalu membawa
manfaat kepada konsumen maupun praktisi sirkumsisi di seluruh Indonesia.

DR. Andi Tanwir

Singkatan-singkatan
AIDS Acquired Immuno Deficiency Syndrome
CI Confidence Interval
FGM Female Genital Mutilation
HIV Human Immunodeficiency Virus
JHPIEGO Johns Hopkins Program for International Education in Gynecology and Obstetrics
OR Odds Ratio
RR Relative Risk
STI Sexually Ttransmitted Infection
UNAIDS Joint United Nations Programme on HIV/AIDS
UNFPA United Nations Population Fund
UNICEF United Nations Children’s Fund
WHO World Health Organization
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

Ringkasan
Sirkumsisi Laki-laki adalah salah satu prosedur bedah tertua Indonesia, hal ini juga mengalami peningkatan yang
dan paling terkenal di seluruh dunia, dan dilakukan karena cukup pesat, dimana sirkumsisi pada laki – laki tidak
berbagai alsan : agama, budaya, social dan medis.Ada bukti melihat dari agama dan suku lagi, akan tetapi melihat dari
konklusif dari data obsercasi dan tiga riset terkontrol badan segi sosial, kesehatan dan seksualitas.
kesehatan dunia WHO dimana laki-laki yang di sirkumsisi Ada bukti medis yang substansial menyatakan sirkumsisi
memilki resiko yang signifikan lebih rendah menjadi lak-laki melindungi terhadap beberapa penyakit,
terinfeksi Human Immuno-Deficiency Virus (HIV) serta termasuk penyakit infeksi saluran kemih, sefilis, kanker
menguragi penularan Human Papilloma Virus (HPV) pada penis invasive dan HIV. Namun, seeperti halnya prosedur
kanker mulut rahim. Permintaan sirkumsisi pada laki-laki bedah, ada resiko yang terlibat.Sirkumsisi neonatal
yang aman dan terjangkau diperkirakan akan meningkat adalah prosedur yang lebih sederhana daripada remaja
dengan cepat, para pengambil keputusan tingkat Negara atau dewasa, dan memiliki tingkat kejadian resiko yang
membutuhkan informasi tentang factor-faktor penentu sangat kecil (0,2-0,4%). Sirkumsisi Remaja atau dewasa
social budaya dan medis dari sirkumsisi ini, serta resiko dapat dikaitkan dengan Hematoma perdarahan atau
prosedur, dalam konteks program pencegahan HIV yang sepsis. Tetapi ini dapat di obati dan hanya ada sedikit
komprehensif bukti hal ini terjadi jika di lakukan dalam cara medis dan
operator yang berpengalama sirkumsisi medis.Sebaliknya
sirkumsisi yang di lakukan bukan secara medis dan di
Detererminasi Sirkumsisi lakukan oleh operator yang tidak mengerti sirkumsisi
secara medis dalam pengobatannya dan tindakannya bisa
Untuk melihat terminasi sirkumsisi pada laki-laki di
berakibat buruk dan sangat fatal, bahkan komplikasi yang
Indonesia. Pada bagian pertama ini kita perlu melihat faktor-
serius.
faktor keagamaan dan sosial, dari pravelensi global dan
Di Indonesia karena masih banyak melihat dari faktor
regional. Pada bagian lainnya kita juga melihat dari aspek
agama maka dahulunya sirkumsisi tidak dilakukan secara
medis dari prosedur, termasuk indikasi medis untuk
medis. Dengan tren global yang
sirkumsisi, metode bedah yang digunakan dan komplikasi
adapadateknologisirkumsisi kita harapkan Indonesia
sirkumsisi yang dilakuakan dalam pengaturan klinis dan non-
dapat berubah untuk melihat sirkumsisi ini. Banyak
klinis. Juga kita harus focus pada implementasi
kekuatiran pada sirkumsisi pada era sekarang adalah
kesehatan masyarakat dari fakta bahwa sirkumsisi
keamanan prosedur, rasa sakit dan biaya sirkumsisi.
laki-laki mengurangi resiko infeksi HIV dan Human
Faktor lain pada era ini muncul keinginan masyarakat
Papilloma Virus (HPV) pada kanker mulut Rahim.
tentang pelayanan sirkumsisi dalam hal ini di Indonesia
banyak dilakukan pada praktek mandiri.
Hasil Pelayanan sirkumsisi ini tidak bisa dilepaskan dari faktor
keamanan prosedur. Keamanan ini meliputi Medico-
Legal, dimana setiap tindakan medis akan mengikuti
Secara global 30 % sirkumsisi terjadi pada laki-laki, dua undang-undang yang ada, baik dari sisi hukum medis dan
pertiganya adalah muslim, Faktur umum yang menyebabkan dari sisi hukum Negara.
laki-laki di sirkumsisi adalah etnis, manfaat kesehatan
seksualitas yang di rasakan dan keinginan untuk
menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial. Sirkumsisi Kesimpulan
neonatal adalah umum di Israel, Amerika Serikat, Kanada,
Australia dan selandia Baru, juga di sebagian besar Timur Ada peningkatan permintaan sirkumsisi dan juga disertai
tengah, Asia Tengah dan Afrika Barat. Untuk wilayah peningkatan operator sirkumsisi di Indonesia, jika di lihat
Indonesia masih banyak di lakukan pada anak-anak. Di terminasi dari tren global dan pravelensi sirkumsisi. Ini
beberapa Negara Negara pravelensi sirkumsisi non-agama semua tidak bisa kita abaikan. Peran penting sirkumsisi di
telah mengalami peningkatan yang cepat, yang lakukan secara medis cukup syarat medico-legal , ini
mencerminkan pencampuran budaya dan berubahnya menjadi tantangan tersendiri dunia sirkumsisi di
persepsi manfaat kesehatan dan seksualitas. Begitu juga Indonesia.
Operasi kecil sirkumsisi pada laki-laki dapat terjadi gejala
sisa yang serius jika dilakukan ditempat pelayanan yang

1 1
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

tidak medico-legal atau oleh operator yang tidak kompeten


melakukannya.Dan oleh karena itu para tenaga medis
apabila ingin melakukan praktek mandiri sirkumsisi pada
laki-laki ada baiknya cukup sayarat medico-legal dan
berkompetensi, sehingga sirkumsisi bisa dilakukan secara
medis. Sehingga tren global sirkumsisi di dunia yang
berdapak pada kesehatan dan seksulitas yaitu dapat
menjegah penyebaran Human Immuno-Deficiency Virus
(HIV) serta menguragi penularan Human Papilloma Virus
(HPV) pada kanker mulut Rahim, dapat di jawab baik oleh
semua praktisi sirkumsisi di Indonesia.

2 2
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

BAGIAN 1. Faktor Penentu Sirkumsisi pada Laki-laki dan Pravelensi Global

1.1 Pendahuluan 1.2.1 Agama


Sirkumsisi pada laki-laki adalah salah satu prosedur bedag Yahudi
tertua yang di ketahui, secara tradisional hal ini dilakukan
sebagai tanda indemtitas budaya atau kepentingan agama. Dalam agama Yahudi, bayi laki-laki tradisional disirkumsisi
Dalam kemajuan dalam ilmu pembedahan pada abad ke- pada usia delapan hari, dilakukan dengan ada tidak ada
19, dan peningkatan mobilitas pada abad ke-20, persepsi kontraindikasi medis. Pembenaran, dalam Kitab Suci
itu berubah di mana dahulu kalau laki-laki tidak di Yahudi (Taurat), adalah bahwa sebuah perjanjian dibuat
sirkumsisi itu baik dan tidak masalah jendrung berubah antara Abraham dan Tuhan, tandanya adalah sirkumsisi
menjadi tran global di mana laki-laki tidak di sirkumsisi untuk semua laki-laki Yahudi: "Inilah perjanjian-Ku, yang
memiliki andil dalam penularan Human Papilloma Virus kamu harus memelihara, antara aku dan kamu serta
(HPV) pada kanker mulut Rahim dan tidak ikut andil dalam keturunanmu :
mengurangi resiko infeksi HIV. “setiap laki-laki di antara kamu harus disunat "(Kejadian
17:10).
Proses sirkumsisi laki-laki sudahsepenuhnya diamalkan di
1.2 Determinasi Sirkumsisi laki-laki kalangan orang-orang Yahudi. Sebagai contoh, hampir
Sejarah mencatat pada dunia medis, sirkumsisi pada laki- semua bayi Yahudi di Israel (2), perkiraan 99% dari orang-
laki banyak dikaitkan dengan praktek keagamaan dan orang Yahudi di Inggris Raya of Great Britain dan Irlandia
identitas etnis. Sirkumsisi di praktekkan di kalangan Semit Utara (3) dan 98% dari orang-orang Yahudi di Amerika
kuno, termasuk Mesir dan Yahudi(1), dengan cataqtan Serikat melakukan sirkumsisi (4).
paling awal yang menggambarkan praktek yang berasal
dari makam Mesir dan lukisan dinding yang berasal dari Islam
sekitar tahun 2300 Sebelum Masehi (Gambar1). Jika di
sejarah islam tercatat bahwa sirkumsisi dilakukan pertama Muslim yang kelompok agama terbesar untuk melakukan
kali oleh nabi Ibrahim pada usia beliau 80 tahun, ini sirkumsisi laki-laki. Dalam ajaran Islam, khitan sudah
banyak terdapat pada catatan-catatan dalil yang merupakan suatu ajaran yang dibawa Nabi Muhammad
menceritakan mengenai sirkumsisi itu sendiri. saw sebagai kelanjutan dari millah atau ajaran Nabi
ibrahim as. Saat itu, Nabi Ibrahim disirkumsisi usianya 80
tahun dengan mengunakan suatu alat yang disebut qudum
atau alat untuk berkhitan, sebagai bagian dari keimanan
nabi Ibrahim, sebagaimana disebutkan dalam hadits
Rasulullah saw;
“ Nabi Ibrahim,kekasih Tuhan Yang Maha Pengasih telah
berkhitan dengan kampak pada saat beliau berumur
delapan puluh tahun”
( H.R Bukhari - Muslim )
Muslim melakukan sirkumsisi sebagai pangkal fithrah,
syiar Islam dan syari’at, Khitan merupakan salah satu
masalah yang membawa kesempurnaan ad-diin (agama)
yang disyari’atkan Allah melalui lisan Nabi Ibrahim
Gambar 1.Relief Mesir Kuno dariAnkhmahor, Saqqara, Mesir (2345–2182
dan Khitan merupakan pernyataan ubudiyah
SM), Menggambarkan upacar sirkumsisi Dewasa
http://en.wikipedia.org/wiki/Image:Egypt_circ.jpg (pengabdian) kepada Allah, ketaatan menunaikan perintah,
hukum dan kekuasaan-Nya.(198)
Di beberapa daerah, sirkumsisi laki-laki sudah sebuah tradisi
budaya sebelum kedatangan Islam (misalnya, antara Poro di
Afrika Barat, dan di dekat Mwanza wilayah utara-barat Amerika
dari Tanzania, yang melakukansirkumsisikarena tradisi / budaya,

3 3
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

hampir 74% (11) . Di Indonesia, Islam menjadi faktor penentu membatahnya. Taat berarti surga, membantah berarti
utama sirkumsisi. sebaliknya.(197)
Tidak ada ketetapan umuryang jelas dalam Islam,
meskipun Nabi Muhammad S.A.W mencontohkannya pada Agama Lainnya
cucu beliau Hasan dan Husein, dilakukan pada usia dini
pada hari ketujuh setelah kelahiran (6). Dengan pengecualian utama Islam dan Yahudi, agama
cenderung tidak menjadi faktor penentu utama sirkumsisi
Banyak Muslim melakukan tindakan sirkumsisi pada hari
laki-laki dan banyak agama, seperti Hindu dan Buddha,
ini, meskipun seorang Muslim tidak ada ketentuan harus
disunat pada usia berapa. Di Pakistan, misalnya, untuk tampaknya memiliki sikap netral ke arah itu.(199)
sirkumsisi pada anak laki-laki lahir di rumah sakit beberapa
hari sebelum mereka di pulangkan ke rumah, sedangkan 1.2.2 Etnis
orang-orang yang lahir di luar rumah sakit disunat antara
Sirkumsisi telah diamalkan secara non-agama untuk ribuan
usia 3 dan 7 tahun (6). Demikian pula, di Turki, anak-anak
tahun di sub-Sahara Afrika, dan dalam banyak etnis
Muslim sirkumsisi antara hari kedelapan setelah kelahiran
kelompok di seluruh dunia, termasuk Aborigin
dan masa pubertas (12), dan di Indonesia, biasanya antara
Australasians (20, 21), Aztec dan Maya di Amerika (5, 22, 23),
usia 5 sampai 18 tahun (8).
dan penduduk Filipina dan Indonesia Timur (8) dan
berbagai pulau di Pasifik, termasuk Fiji (24) dan pulau-pulau
Kristen Polinesia (7).
Prevalensi sirkumsisi di suatu negara dapat bervariasi
Kristen Koptik di Mesir dan orang-orang Kristen Ortodoks
secara dramatis oleh etnis. Di sebagian besar budaya ini,
Ethiopia dua kelompok Kristen tertua (5) mereka sirkumsisi adalah bagian integral dari ritual peralihan untuk
mempertahankan banyak fitur dari faham Christianity, kedewasaan, meskipun awalnya mungkin tes keberanian
termasuk sirkumsisi laki-laki (sebagai contoh, 97% dari dan endur-terorganisir (gambar 2) (26). Sirkumsisi ini juga
laki-laki yang ortodoks dalam Ethiopia disunat)(13).
dikaitkan dengan faktor-faktor seperti maskulinitas, kohesi
Dalam agama Kristen, sirkumsisi pada hakikatnya sosial dengan anak-anak usia yang sama yang telah
merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan. Bahkan disirkumsisi pada waktu yang sama, menggenggam dan
menduduki hukum wajib. Nabi Isa al Masih (Yesus Spiritualitas (27).
Kristus) selalu menganjurkan kepada para pengikutnya
untuk melaksanakannya, disamping dia sendiri pun
Gambar 2. Penyunatan tradisional di Uganda
melaksanakan khitan.
Dalam Injil Barnabas ( St. Barnabas adalah seorang tokoh
diantara murid- murid Yesus, ia adalah paman Markus, si
penginjil ) sangat banyak dicantumkan hal – hal yang
berhubungan dengan kewajiban khitan tersebut.
Pasal kelima, ayat 1 dan 2 ditulis sebagai berikut;
Sunatnya Yesus:
Dan ketika telah genap delapan hari menurut syariat Tuhan
sebagaimana yang tertulis dalam kitab Musa, diambillah si
bayi oleh kedua orang tua itu dan dibawanya ke Bait Allah
untuk disunatnya.
Kemudian disunatlah bayi itu dan diberinya nama Yesus
oleh keduanya sebagai yang dikatakan oleh Malaikat
sebelum ia dikandung dalam Rahim.
Dengan melihat ayat – ayat Injil Barnabas tersebut, jelaslah
bahwa khitan ( sunat) adalah perintah Allah yang telah
diwajibkan kepada Nabi Isa a.s (Yesus Kritus) tinggal kita,
apakah kita mentaati perintah Nabi Isa a.s tersebut atau
Photo permission granted by New Vision

4 4
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

1.2.3 Determinasi Sosial dari 4,7 juta bayi laki-laki di sirkumsisi selama periode
1988-2000, inidikarenakan dengan status sosial ekonomi
Keinginan Sosial lebih tinggi (44) dan pendidikan yang lebih tinggi.
Hal yang sama juga terjadi di Indonesia pada saat sekarang
Sirkumsisi laki-laki dilakukan untuk berbagai alasan, ini. Tran global yang timbul membawa efek akan
terutama sosial atau kesehatan terkait, dari sisi agama dan peningkatan pravelensi sirkumsisi di Indonesia dari
etnis.Keinginan untuk menyesuaikan diri adalah motivasi determinasi sosial ekonomi ini. Dimana banyak masyarakat
penting untuk sirkumsisi di tempat-tempat yang mana kalangan ekonomi kelas atas meminta profesionalisme
sebagian besar anak laki-laki disirkumsisi. Sebuah survei di dunia sirkumsisi di Indonesia.Dimana operator pelaksana di
Denver, Amerika Serikat, dimana sirkumsisi terjadi segera minta tersertifikasi dan tempat praktek hadir dengan
setelah lahir, menemukan bahwa orang tua, terutama paying hokum yang jelas.
ayah, sebagai penentu utama untuk memilih anaknya
disirkumsisi.
Efek Kesehatan dan Manfaat Seksualitas
Di Filipina, sirkumsisi hamper dilakukan menyeluruh dan
biasanya terjadi pada usia 10-14 tahun, sebuah survei Salah satu faktor penentu menjamurnya praktek-praketk
terhadap anak laki-laki ditemukan bukti kuat dari dan kebutuhan pelayanan sirkumsisi yang professional
determinasi sosial, dengan dua pertiga dari anak laki-laki adalah persepsi dari masyarakat itu sendiri terhadap
yang memilih untuk tidak disirkumsisi dan 41% kebersihan alat kelamin dan resiko yang lebih rendah
menyatakan bahwa itu adalah "bagian dari tradisi" (34). terinfeksi penyakit kelamin.Ini adalah faktor-faktor
Keprihatinan sosial juga adalah faktor utama sirkumsisi penentu utama yang ditemukan dalam penelitian faktor-
dilakukan di Republik Korea (35), dengan 61% responden faktor yang menentukan penerimaan dari laki-laki
dalam satu studi percaya mereka akan diejek oleh disirkumsisi.Dalam sebuah studi dari bayi di Amerika
kelompok sebaya mereka kecuali mereka telah Serikat pada tahun 1983 (33), para ibu-ibu melakukan
disirkumsisi(36). sirkumsisi pada anak mereka karena faktor kebersihan dan
Keinginan sosial juga dapat berkontribusi pada ini sebagai faktor penentu paling penting mereka memilih
pengambilan keputusan sirkumsisi. Badan kesehatan dunia untuk di sirkumsisi anak-anaknya.Perbaikan kebersihan
(WHO) mensurvei demografi dan hasil survei menunjukkan juga ada data 23% dari 110 anak laki-laki disunat di Filipina
bahwa 99% dari laki-laki Akan melakukan proses sirkumsisi (34);dan di Republik Korea, alasan utama yang diberikan
dan 83% laki-laki melaporkan bahwa sirkumsisi,alasan yang dilakukan sirkumsisi, "untuk meningkatkan kebersihan
diberikan untuk sirkumsisi laki-laki ini termasuk sosial, penis" (78% dan 71% masing-masing dalam dua
kebersihan, pencegahan penyakit, preferensi bagi penelitian) (36; 48) dan mencegah kondisi seperti kanker
perempuan dan peningkatan aktivitas dan kenikmatan
penis, penularan penyakit menular seksual dan HIV (48).
seksual.
Dirasakan peningkatan daya tarik seksual dan performa
juga dapat memotivasi dilakukan sirkumsisi. Dalam sebuah
Status Sosial Ekonomi survei dari anak laki-laki di Filipina, 11% menyatakan
Faktor-faktor sosial ekonomi juga mempengaruhi bahwa determi-nasi dari sirkumsisi di seksualitas adalah
prevalensi sirkumsisi, terutama di negara dengan teknologi bahwa wanita ingin memiliki hubungan seksual dengan
sirkumsisi yang maju dan tersedianya tempat praktek yang orang-orang di sirkumsisi (34), dan 18% dari laki-laki dalam
legal, seperti negara-negara Amerika dan Eropa. Ketika studi di Republik Korea menyatakan bahwa sirkumsisi bisa
teknologi sirkumsisi laki-laki pertama di Inggris pada akhir meningkatkan seksual (48). Di Provinsi Nyanza, Kenya, 55%
abad 19 dan awal abad 20, itu paling lazim di kalangan
dari orang-orang yang tidak disunat percaya bahwa wanita
kelas atas (41). Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun menikmati seks lebih banyak dengan orang-orang yang
1953 menemukan bahwa 74% pasien rumah sakit swasta di disirkumsisi, dan kepercayaan ini adalah prediktor kuat
New York City telah disunat, dibandingkan dengan 57% dari preferensi harus disirkumsisi.
pasien non-swasta (42). Sebuah asosiasi yang sama terlihat Karena penelitian yang dilakukan bandan kesehatan dunia
dalam survei nasional di Australia, yang menemukan (WHO) yang dilakukan sejak 2007 sampai dengan saat ini
bahwa proporsi orang-orang yang disirkumsisi adalah menunjukan angka yang cukup fantastis peran serta
bermakna dikaitkan dengan tingkat yang lebih tinggi sirkumsisi dalam mencegah penularan HIV dan AIDS di
pendidikan dan pendapatan (43). Di Amerika Serikat, review afrika dengan dilakukannya sirkumsisi dengan medis dan

5 5
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

legal sesuai dengan anjuran dunia kesehatan melalui


jurnal-jurnal yang dikeluarkan sampai saat ini.
Kita yang melibatkan diri di pelayanan sirkumsisi di
Indonesia seharusnya bisa memberikan kontribusi yang
positif terhadap tantangan tren global ini dengan mengaju
kepada jurnal-jurnal medis yang telah ada.

1.3 Pravelensi Sirkumsisi Global

Diperkirakan prevalensi global sirkumsisi antara laki-laki


berusia 15 tahun atau lebih, dimulai dari semua lelaki
Muslim dan Yahudi dalam kelompok usia ini disirkumsisi.
Kemudian, menggunakan data yang diterbitkan dari
(13, 53,
demografi dan survei kesehatan dan sumber lain
54)
, kami memperkirakan jumlah pria non-Muslim dan non-
Yahudi yang disunat di negara-negara dengan prevalensi
substansial sirkumsisi non-religius (Angola, Australia,
Kanada, Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, Ghana,
Indonesia, Kenya, Madagaskar, Nigeria, Filipina, Republik
Korea, Afrika Selatan, Uganda, Britania Raya, Republik
Serikat Tanzania dan Amerika Serikat) (Tabel 1).
Menggunakan asumsi ini, kami memperkirakan bahwa
sekitar lebih 30% di dunia laki-laki berusia 15 tahun atau
lebih disunat (Tabel 2). Dari jumlah tersebut, sekitar dua
pertiga (69%) adalah Muslim (tinggal terutama di Asia,
Timur Tengah dan Afrika Utara), 0,8% Yahudi, dan 13%
pria non-Muslim dan non-Yahudi yang tinggal di Amerika
Serikat.
Metode prevelensilain juga melihat laki-laki disirkumsisi,
seperti sirkumsisi antara orang-orang non-Muslim dan
non-Yahudi pada penduduk negara seperti Brasil, Cina,
India dan Jepang dimana sebagian kecil dari pria juga
disirkumsisi, karena alasan medis, budaya atau sosial.
Jika kita berasumsi bahwa 5% laki-laki berusia 15 tahun
atau lebih, melakukan sirkumsisi bukan hanya sekedar alas
an agama, maka perkiraan pravelensi sirkumsisi akannaik
ke 33%.

6 6
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

Table1.Perkiraan jumlah laki-laki berusia 15 tahun atau remaja disunat untuk alasan-alasan non-religius, menurut negara

Table 2.Prediksi laki-laki berusia 15 tahun atau lebih tua disirkumsisi secara global

*Termasuk negara yang tercantum dalam tabel 1. Jika 5% dari orang-orang di negara-negara lain dianggap telah disirkumsisi
alasan non-religius, prevalensi global sirkumsisi adalah 33 %.

7 7
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

1.4 Pravelensi Sirkumsisi Regional secara dramatis selama abad ke-20, meningkat dari
hampir non-eksistensi pada tahun 1945 sekarang lebih
Gambar 4 menunjukkan perkiraan tingkat prevalensi dari 90% (gambar 5).Hal ini diduga menjadi sebagian
negara sirkumsisi pada laki-laki. Namun, perkiraan ini tidak besar pengaruh Amerika Serikat, yang didirikan perwalian
mencerminkan variasi dalam Negara tersebut, akan tetapi Republik Korea pada tahun 1945. Penyerapan sangat
dalam substansial prevalensi karena determinan sosial, cepat ini terlihat jelas dalam prevalensi sirkumsisi laki-laki
budaya dan agama yang dibahas dalam Bab 1.2. Sebagai di antara 20 tahun yang lalu dari tahun 1950 hingga 2000
contoh, prevalensi diperkirakan di Uganda adalah 26%, (gambar 5a), naik dari hampir nol pada tahun 1950 hingga
tetapi 97% Muslim disirkumsisi dibandingkan dengan 14% 90% pada tahun 2000, dengan peningkatan tajam 1980-
dari non-Muslim, dan daerah prevalensi bervariasi dari 2% an. Prevalensi keseluruhan antara manusia adalah sekitar
di wilayah tengah utara hingga 55% di wilayah Timur (13). 60% (65).
Di Republik Korea, sirkumsisi laki-laki cenderungterjadi
1.4.1 Afrika pada masa remaja daripada neonatal (bayi) (66), dan usia
rata-rata di sirkumsisi antara 1500 orang-orang muda
Sirkumsisi pada laki-laki umum di banyak negara Afrika yang diwawancarai di provinsi Selatan adalah 10-15tahun,
dan hampir menyeluruh di Afrika Utara dan sebagian dengan hanya 1% dari laki-laki yang di sirkumsisi di saat
besar Afrika Barat. Sebaliknya, hal ini kurang umum di bayi (35). Survei lain 1124 manusia menemukan bahwa
Afrika Selatan, di mana prevalensi dilaporkan adalah 80% di sirkumsisi, dan usia rata-rata di sirkumsisi 12-14
sekitar 15% dii beberapa negara (Botswana, Namibia,
tahun (67).
Swaziland, Zambia dan Zimbabwe) (13, 53, 59, 60)
Alasan untuk prevalensi sirkumsisi pada laki-laki di Filipina
meskipun lebih tinggi pada orang lain (Malawi 21%Afrika kurang jelas, tetapi telah lama berdiri dan dianggap
Selatan 35%, Lesotho 48%, Mozambik 1 60%, dan Angola berkaitan dengan pengaruh kristenisasi ortodok dan
dan Madagaskar > 80%) (13, 53, 60). Prevalensi di Afrika tradisi (34). Ada beberapa data sirkumsisi berddasarkan
Timur Tengah dan bervariasi dari sekitar 15% di Burundi usia, suatu studi menemukan bahwa 42% dari anak laki-
dan Rwanda hingga 70% di Republik bersatu Tanzania, laki itu disirkumsisipada usia di bawah 10 tahun, 52%
(13)
84% di Kenya dan 93% di Ethiopia . Perbedaan ini berusia 10-14 tahun, dan 5% berusia 15-18 tahun (34).
adalah sebagian karena beberapa kelompok yang secara Di Malaysia, laki-laki di sirkumsisi sangat umum, mungkin
tradisitidak melakukan sirkumsisi (yang mencakup lebih karena pengaruh mayoritas Muslim, populasi 60% (68).
dari 400 kelompok etnis yang berbeda di Afrika, dari
Sebaliknya, praktek ini langka di tetangga Thailand (69, 70),
Kamerun ke Afrika Selatan), beberapa di antaranya
selain dari antara masyarakat mayoritas Muslim di
berangsur-angsur berhenti melakukan pelaksanaan
Thailand Selatan.
sirkumsisi, kadang-kadang beberapa abad yang lalu (61).
Alasan penghentian ini tidak jelas, tetapi dari sejarah
diketahui bahwa di Botswana, Selatan Zimbabwe dan
bagian-bagian Afrika Selatan dan Malawi sirkumsisi
1.4.3 Amerika Utara, Europa, Australiadan
dihentikan oleh misionaris Eropa dan Selendia Baru
pemerintahanbangsa kolonial.
Selama abad ke-19, laki-laki di sirkumsisi menjadi semakin
1.4.2 Asia dan Timur Tengah populer di negara berbahasa Inggris tren ini muncul
setelah anestesi dalam operasi dan penelitian
Sirkumsisi laki-laki hampir menyeluruh di Timur Tengah epidemiologi penyakit kelamin pasien pada tahun 1855,
dan Asia Tengah, dan di negara-negara Asia yang Muslim, yang ditemukan 61% pasien non-Yahudi (yang tidak di
sirkumsisi) yang filis dibandingkan dengan 19% dari Yahudi
seperti Indonesia (8), Pakistan dan Bangladesh (53). Selain
(71).Pada akhir abad ke-19, laki-laki di sirkumsisi di
itu, ada populasi Muslim yang besar (diperkirakan
anjurkan di negara-negara sebagai tindakan pencegahan
mencapai 120 juta) di India (55) melakukan sirkumsisi.
terhadap berbagai kondisi dan kebiasaan, termasuk
Ada umumnya sedikit sirkumsisi non-agamadi Asia, kecuali
(72)
Republik Korea dan Filipina, dimana sirkumsisi adalah masturbasi, sifilis dan phymosis . Sebagai hasilnya, bayi
rutin. Di Republik Korea, sirkumsisi pravelensi berubah dan anaktingkat sirkumsisi di Amerika Serikat meningkat

8 8
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

menjadi sekitar 55%-80%n,mungkin dipengaruhi oleh laki- global adalah pada daerah Muslim, dan ada banyak
laki yang kembali dari perang dunia kedua, untuk siapa wilayah di dunia di mana non-agama disirkumsisi sebagian
yang di sirkumsisitercegah penisnya dari infeksi (73). besar tidak diketahui.Usia sirkumsisi dilakukan banyak
Sedangkan di Australia 76-92%, ditambang oleh tradisi budaya dan ini dapat terjadi dari
periode neonatus untuk sampai umur dua puluhan. Telah
terjadi kenaikan yang cepat dan penurunan prevalensi di
beberapa Negara pada sirkumsisi non-Muslim dan non-
1.5 Ringkasan
Yahudi, ini di akibatkan dari peningkatan pencampuran
antara budaya yang berbeda, keagamaan dan kelompok
Sirkumsisi laki-laki adalah prosedur bedah umum di
sosial ekonomi, atau dari perubahan persepsi kesehatan
banyak bagian dunia, dilakukan untuk alasan agama,
atau manfaat seksual dalam perbaikan kehidupan.
budaya dan sekuler.Yang paling umum dari sirkumsisi

Gambar 4. Peta global sirkumsisi laki-laki prevalensi di tiap negara, per Desember 2007

Nodata <20%prevalence 20–80%prevalence >80%prevalence

Catatan: Prevalensi Dunia untuk sirkumsisi pada laki-laki diperkirakan menggunakan data survei demografi dan
kesehatan yang tersedia. Untuk negara-negara lain, perkiraan dibuat dari sumber-sumber lain diterbitkan. Negara-
negara dengan tidak ada data yang diterbitkan pada sirkumsisi laki-laki prevalensi diberi label "tidak ada data".

9 9
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

Gambar 5. Republic of Korea: Sirkumsisi trends Tahun 1950–2000

5a. Tingkat sirkumsisi umur 20 tahun keatas dari 5b. Estimasi Jumlah Sirkumsisi pada seluruh penduduk
fungsi dan responden per tahun dari fungsi pertahun

100 100
Sirkumsisi Umur 20 Tahun Keatas, %

80 80

Rata-rata Sirkumsisi Laki-laki,%


60 60

40 40

20 20

0 0
1950 1960 1970 1980 1990 2000 1950 1960 1970 1980 1990 2000
Tahun Tahun

Sumber: Pang and Kim (65). Publikasi atas izin dari Blackwell Publishing.

Grafik.1 Persentase sirkumsisi Secara Global

10 1
0
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

BAGIAN 2. Indikasi Medis, Prosedur Klinis dan Faktor Keamanan Sirkumsisi Pada
Laki-laki

2.1 Pendahuluan 2.2.1 Penyakit Infeksi Penis


Dalam bagian ini, kita melihat fisiologi prepusium Penelitian epidemiologis menunjukan laki-laki yang di
(kulup), saat ini dapat dilihat dari segi terapi dan sirkumsisi resiko infeksi saluran reproduksi akan lebih
pencegahan, indikasi medis di sirkumsisi, cara medico- rendah daripada laki-laki tidak di sirkumsisi (Lihat
legal dari sirkumsisi bayi dan dewasa dan keamanan bagian 2.3.2). Ada beberapa kemungkinan
prosedur ini ketika dilakukan baik secara tradisional mekanisme biologis untuk ini. Daerah di bawah kulup
dan secara medis. adalah sebuah lingkungan yang hangat, lembab yang
memungkinkan beberapa pathogens untuk bertahan
2.2 Prepusium (kulup) dan replikasi, terutama ketika kebersihan penis
kebersihan tidak terjaga (93). Contoh menunjukkan
Prepusium merupakan kelanjutan dari kulit dari poros
bahwa bayi-bayi yang tidak sirkumsisi lebih cenderung
penis yang meliputi kelenjar penis dan meatus urethra
menumpuk reservoir uropathogenic organisme
(gambar 6a). Prepusium melekat oleh kulit tipis pada
(misalnya Escherichia coli) di meatus dan periurethral
gland penis yang bervaskularisasi. Senyawa
membentuk dua bagian antara lapisan kulup luar dan uretra area (95) dan bakteri uropathogenic sering
dalam, pada saat penis tidak ereksi, dimana terkadang terutama di permukaan mukosa kulup (dalam)
kulup menyempit dan susah di buka. Sirkumsisi akan dibandingkan dengan permukaan eksternal berkeratin
menghilangkan keluhan tersebut. Kata "sirkumsisi" (kulup bagian luar) (96). Organisme pathogen
berasal dari circumcidere Latin (berarti "insisi atau (uropathogenic) yang berlimpah ini ini kemudian naik
memotong melingkar"). ke kandung kemih dan ginjal, menyebabkan infeksi
Ada perdebatan tentang peran kulup, dari fungsi ada saluran kemih dan Pielonefritis (97). Selain itu,
yang mengaggap menjaga kelembaban kelenjar (92), permukaan mukosa bagian paling depan merupakan
melindungi penis saat berkembang dalam rahim (73), kulit tipis berkeratin (98), tidak seperti poros penis
atau meningkatkan kenikmatan seksual karena adanya dan permukaan luar dari kulup (99), dan mungkin lebih
reseptor saraf (93). Akan tetapi sekarang karena tren rentan terhadap kecil trauma dan lecet yang
global sirkumsisi telah melihat sirkumsisi itu sebuah memfasilitasi masuknya pathogen (bakteri) (99). Ada
proses untuk kesehatan dalam kebersihan penis itu beberapa mekanisme dimana kulit kulup dapat
sendiri maupun pasangannya dan juga dengan tanpa menyebabkan meningkatkannya risiko HIV. Pertama ;
preputium sensitifitas gland penis lebih berkurang ada peningkatan risiko penyakit ulkus kelamin laki-laki
sehingga dapat membuat kualitas seksualitas tidak sirkumsisi (100), yang, akhirnya, meningkatkan
meningkat. risiko HIV, seperti terganggu permukaan gland penis
yang ada ulkus sehingga meningkatkan risiko HIV (101).
Gambar.1 Anatomi Penis Kedua ; kulup dapat meningkatkan risiko infeksi HIV
secara langsung dimana jaringan dari permukaan
mukosa kulup akan mudah diakses HIV-1 target sel
(sel-sel CD4 + T, makrofag dan sel-sel Langerhans)
(102). Kepadatan sel target HIV - 1 di mukosa kulup ini
mirip dengan yang di kelenjar penis dan luar kulup,
tetapi mereka di kulup mukosa lebih dekat ke
permukaan epitel daripada organ-organ yang berada
di tempat lain di penis, karena kurangnya keratin (98).
Dalam mukosa kulup sel Langerhans lebih cenderung
ditemukan dekat epitel permukaan dari sel-sel lain,
dan cenderung menjadi target pertama yang

11 11
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

terinfeksi HIV-1 (103). Bukti-bukti yang lebih langsung Penis dan kelenjar membutuhkan pembersihan secara
kerentanan kulup terhadap infeksi HIV-1 datang dari teratur untuk memastikan penis kebersihan karena
Patterson et al. (102), yang menemukan bahwa ada potensi sekresi menumpuk di ruang antara kulup
dan kelenjar, berpotensi menyebabkan proliferasi
penularan permukaan mukosa (dinilai dari jumlah
DNA HIV-1 satu hari setelah penularan infeksi dari patogen (93). Zat ini, dikenal sebagai smegma, adalah
hubungan seksual) lebih besar daripada serviks kombinasi dari sel-sel epitel yang, mengandung
jaringan, yang merupakan situs utama dikenal HIV-1 minyak transudat kulit, kelembaban dan bakteri.
akuisisi pada wanita. Namun, beberapa studi telah menilai keberadaan
Pada orang yang tidak sirkumsisi, sel-sel dalam mukosa bakteri di penis antara orang-orang yang tidak
kulup dan senyawa yang secara langsung terkena sirkumsisi. Dalam studi baru, 49% laki-laki yang
sekresi vaginal selama hubungan seksual, dan super menghadiri klinik Kelamin di Durban, Afrika Selatan,
ficial lokasi ini dari HIV-1 sel target mungkin telah terdeteksi di bawah kulupnya basah (kebersihan
meningkatkan risiko infeksi (gambar 6b). Sebaliknya, kelamin yang jelek) (104), pada keadaan sehari-hari
dalam orang-orang yang di sirkumsisi penis mukosa sering ditemukan dalam Sebuah studi dari laki-laki di
lebih sedikit (estetiknya 5 mm – 1 mm) dengan epitel India (105), dimana kebersihan tampaknya lebih baik (
tebal berkeratin proteksi terhadap infeksi (98). basah 9,5%) antara orang-orang yang menghadiri
klinik kulit kelamin di London (106). Kesulitan dalam
Gambar 6. Anatomi penis menampilkan daerah menjaga kebersihan penis yang baik dapat
rentan terhadap infeksi HIV berkontribusi untuk risiko infeksi untuk orang-orang
Gambar 6a. Penis tidasirkumsisi mukosa lembab yang tidak sirkumsisi. Dua penelitian microbicide
topikal (BZK 0,4%) dimana membersihkan penis
antara orang-orang yang sirkumsisi dan tidak
sirkumsisi di Malawi menyimpulkan bahwa tidak ada
prepusium ini adalah aman dan dapat diterima, dan
dapat mengurangi frekuensi penis Kolonisasi dengan
mikroorganisme (108). Namun, hal ini juga mungkin
bahwa pembersihan penis yang sering dapat
menyebabkan peradangan dan microabrasions, yang
mengarah ke peningkatan risiko HIV akuisisi.
Gambar 6b. Penis ereksi yang tidak di sirkumsis
dengan kulup ditarik menampilkan tempat yang
mungkin masuk HIV-1 2.3 Determinasi Sirkumsisi Medis
2.3.1 Indikasi Sirkumsisi laki-laki

Paling sering alasan medis untuk laki-laki di sirkumsis


adalah phimosis dimana struktur kulup yang menyempit
sehingga susah di buka dan jika di buka akan susah
untuk di atrik kembali kedepan. Di Inggris dari tahun
1997 hingga 2003, 90% dari medis indikasi sirkumsisi
adalah untuk phimosis (109). Phimosis mungkin saat ini
diagnosa yang paling banyak (110) dan ada 23% terjadi
Sumber:McCoombeandShort.(98).Izin publikasi oleh Lippincott penurunan jumlah sirkumsisi dilakukan karena phimosis
Williams & Wilkins. selama periode ini (dari 11 501 di 1997 untuk 8866 pada
tahun 2003), mungkin karena ketersediaan pengobatan
2.2.2 Kebersihan Penis dan Status Sirkumsisi
alternatif yaitu kortikosteroid (111, 112), akan tetapi
jumla berulangnya penyempitan ini juga sama
Meningkatnya persepsi kebersihan penis merupakan
persentasenya 22%. Jadi indikasi untuk di lakukan
salah satu faktor penentu utama sirkumsisi. Gland
sirkumsisi masih terapi yang sangat di anjurkan. Indikasi

12 12
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

medis lainnya, kurang umum, untuk sirkumsisi 2.3.2 Preventif Sirkumsisi pada laki-laki
sebaliknya untuk paraphymosis tidak dapat diobati (di
mana kulup yang terperangkap di belakang corona dan Tabel 3 meringkas review sistematis dan terkontrol yang
membentuk sebuah band yang ketat dari konstriksi di riset oleh Sirkumsisi Laki-laki dan Infeksi Asosiasi. Ini
jaringan, menyebabkan pembengkakan kelenjar dan menunjukkan bahwa orang-orang disirkumsisi berada
kulup), balanoposthitis (akut atau kronis peradangan pada risiko rendah infeksi saluran kemih, HIV, sifilis, dan
permukaan mukosa kulup) dan balanitis xerotica chancroid (100, 115, 116). Selain itu, ada bukti yang
obliterans (sclerosis kronis dan proses atrophic gland konsisten dari studi di Amerika Serikat dimana pria yang
penis dan kulup-faktor risiko untuk kanker penis dan sirkumsisi berada pada risiko secara signifikan lebih
indikasi hanya mutlak harus di sirkumsisi). Selain itu, rendah kanker penis invasif (117-120). Kebanyakan (4, 121-
preputial Neoplasma, berlebihan kulit dan kelembaban 128), tapi tidak semua (129), studi telah menemukan
kadang sampai berair pada penis yang juga indikasi
penurunan risiko gonorrhoea antara orang-orang yang
medis yang langka untuk sirkumsisi dewasa (113, 114).
disirkumsisi, dan secara signifikan mengurangi resiko
infeksi Chlamydia trachomatis telah ditemukan pada
Gambar Penis Phymosis perempuan yang pasangan laki-lakinya di sirkumsisi (atau
= 0,18; CI = 0.05 – 0,58) dibandingkan dengan pasangan
laki-laki yang tidak sirkumsisi (90). Selain infeksi virus dan
bakteri ini, penelitian terakhir menemukan prevalensi
secara signifikan lebih tinggi ragi dalam sampel dan kulup
penis kelenjar dari tidak sirkumsisi (62,5%) dibandingkan
dengan disirkumsisi (37.5%). Dalam dunia industri,
sirkumsisi neonatal rutin tidak dianjurkan oleh beberapa
perhimpunan dokter spesialis anak di luar negeri,
termasuk Australia, Kanada, Finlandia, Selandia Baru dan
Amerika Serikat, (74, 138-141), karena risiko yang dinilai
Gambar Penis Paraphymosis lebih besar daripada manfaat.

Gambar Penis Candidiasis

Gambar Penis Balanitis dan Balanoposthisis

Gambar Penis Pearly Penile Papules

13 13
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

Kesimpulan mereka tergantung pada tingkat komplikasi dengan sirkumsisi laki-laki dewasa untuk mencegah
bedah. Sirkumsisi pada bayi akan disukai jika tingkat infeksi HIV dalam pengaturan dengan tingginya insiden
komplikasi bedah di bawah 0,6% (142). Satu studi, dibahas dalam bagian 3.
menggunakan data dari 350 000 neonatal sirkumsisi di
Washington State, Amerika Serikat, diamati tingkat
komplikasi 0,2%, dan menyimpulkan bahwa enam infeksi 2.3.3 Fungsi Sexualitas
saluran kemih dapat dicegah untuk setiap komplikasi
(143).Sebaliknya, dua komplikasi bisa diharapkan untuk Dampak dari Sirkumsisi pada fungsi seksual telah secara
setiap kasus kanker penis yang diharapkan di kemudian sistematis ditinjau, dan masih belum jelas karena
hari. Sebaliknya, dalam meta-analisis terbaru, tingkat substansial bias dalam banyak studi. Ada pendapat
komplikasi dianggap 2% (yang khas adalah dari tarif bahwa fungsi seksual dapat berkurang, sirkumsisi dapat
sirkumsisi dewasa, tapi jauh lebih tinggi daripada yang menghapusan ujung saraf di kulup dan penebalan
ditemukan di neonatus), dan menyimpulkan bahwa berikutnya epitel kelenjar (93), ada sedikit bukti untuk ini
sirkumsisi hanya akan memiliki rasio biaya-manfaat dan studi (tidak konsisten 4, 43, 146-148). Uji acak dan
menguntungkan untuk anak laki-laki risiko tinggi infeksi peningkatan penyediaan layanan sirkumsisi laki-laki
saluran kemih (115). dengan demikian akan memberikan informasi penting
tentang sirkumsisi pasca fungsi seksual. Sejauh ini, empat
Tingkat komplikasi yang dikutip dalam beberapa dari 1131 HIV-1 negatif pria dilaporkan ringan atau
pernyataan Perhimpunan medis juga cenderung lebih sedang disfungsi ereksi 21 bulan setelah operasi dalam
tinggi daripada diamati untuk sirkumsisi neonatal sidang intervensi Farm Orange tetapi tidak jelas apakah
(misalnya, 0.2 – 2% dalam pernyataan Kanada, 1-5% ini adalah masalah yang sudah ada sebelumnya untuk
dalam pernyataan Australia), dan pernyataan Australia salah satu dari mereka (130).
dan Amerika telah dikritik karena terlalu negatif terhadap
Ada penelitian yang membantah mengenai ini di aman di
sirkumsisi dan mengecilkan manfaat Sirkumsisi dalam
teliti tingkat sensitivitas penis sebenarnya terletak pada
mengurangi infeksi, infeksi saluran kemih, kanker serviks
gland penis, bukan pada ujung kulit prepusium ( kulup).
dan penis dan HIV (144, 145). Ada bukti konklusif bahwa Dimana laki-laki di sirkumsisi sensitive gland penis nya
laki-laki yang di sirkumsisi melindungi manusia dari lebih berkurang dan ini biasa membantu untuk
tertular HIV melalui heteroseksual hubungan (Tabel 3) meningkatkan durasi dalam melakukan hubungan
(130, 133, 134). Masalah kesehatan masyarakat sekitarnya, sexualitas (Gambar 4).

Grafik Perbandingan Laki-laki Sirkumsisi dan Komplikasi Kanker Mulut Rahim pada wanita

14 14
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

Table 3.Sirkumsisi laki-laki dan Infeksi Asosiasi

Jumlah Resiko Relatif (RR) atau rasio Kekuatan


Infeksi jenis riset / hasil riseta peluang (OR)(95%CI) eviden
Infeksi Saluran Uji Acak Terkendali 1 OR = 0.13 (0.01–2.63)
Kensing (115 ) +++
Hasil Sistemik dan meta- 12 OR = 0.13 (0.08–0.20)
Analysis

Ulkus Mole (100) Hasil sistemik 7 RRs from 0.12 to 1.11b ++


Syphilis(100) Hasil sistemik dan meta- 14 RR = 0.67 (0.54–0.83)
++
Analysis

HIV(130–134) Uji Acak Terkendali 3 RRs from 0.40 to 0.52

Hasil sistemik dan meta- 15 RR = 0.52 (0.40–0.68)


analysis dari observasi data +++

Hasil sistemik dari f 19 RRs from 0.12 to 1.25c


Observasi data
HSV-2(100) Hasil sistemik dan meta- 7 RR = 0.88 (0.77–1.01)
+
analysis dari observasi data

HPV(135) Hasil sistemik dan meta- 8 OR = 0.57 (0.39–0.82)


+++
analysis dari observasi data
a. Untuk meta-analisis dari infeksi HIV pada orang dewasa, studi hanya dengan disesuaikan RRs disertakan, seperti obat alternative RRs
cenderung membingungkan dengan perilaku, dan faktor lainnya. Meta-analisis chancroid, sifilis dan HSV-2 termasuk efek terbaik, yang
adalah RR disesuaikan jika tersedia, sebaliknya RR mentahnya.
b. Efek perlindungan dalam studi 6 dari 7, yang 4 yang signifikan pelindung.
c. Efek perlindungan dalam studi 18 dari 19, yang 14 adalah signifikan pelindung.

Grafik Perbandingan Laki-laki Sirkumsisi dan Tidak Sirkumsisi Terhadap Pravelensi Penularan HIV

15 15
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

Gambar 4. Tabel dan daerah sensitivitas Pada Penis

16 16
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

2.4 Sirkumsisi Medis Pada Laki-laki

Buku panduan sirkumsisi pada laki-laki sudah di buat oleh


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), program
Perserikatan Bangsa-Bangsa bersama HIV/AIDS (UNAIDS)
dan Johns Hopkins Program pendidikan internasional di
ginekologi dan obstetri (JHPIEGO) yang professional
merincian lengkap tentang methode sirkumsisi pada laki-
laki dalam pengaturan klinis (149). Pada paparan ini kita
simpulkan hanya poin utama.

2.4.1 Methode Sirkumsisi Bayi

Sirkumsisi bayi hanya boleh dilakukan jika bayi dilahirkan 2.4.2 Metode Sirkumsisi Remaja dan Dewasa
terpenuhi bayi lahir normal tanpa masalah medis setelah
kelahiran. Ada empat teknik untuk sirkumsisi bayi dengan
Sirkumsisi remaja dan dewasa dilakukan dengan
lokal anestesi : metode Konvensional (dorsumsisi),
menggunakan salah satu dari tiga metode konvensional:
metode klamp disposible (di Indonesia : Smart Klamp,
pertama ; metode konvensional Dorsumsisi metode yang
Alisklamp, Mahdian Klamp dan Sunathrone Klamp.
banyak dianjurkan dan aman bagi operator dan pasien
Penggunaan klemp mengurangi rasa sakit, meminimalkan
karena mukosa yang di tinggalkan terukur melingkar
atau eliminasi pendarahan, gland penis terlindungi.
antara 0,5 dan 1.0 cm kulit mukosa proksimal ke corona,
Metode klamp yang secara luas digunakan di seluruh
yang secara luas digunakan oleh dokter bedah umum dan
dunia dan telah merupakan pilihan pertama untuk
urologi seluruh dunia . Kedua ; metode konvensional
sirkumsisi dengan metode menggunakan alat bantu
Gulentine, ini dilakukan karena faktor cepat waktu
sirkumsisi karena praktis, ekonomis dan disposibel. Pada
pelaksanaannya akan tetapi memiliki faktor resiko saat
situasi negara berkembang kenyataannya teknik ini
pengerjaan cukup tinggi gland penis terpotong dan
banyak di pelajari tanpa pelatihan yang terstruktur dan
kerugian lain akan meninggalkan mukosa yang lebih
hanya belajar dari video tutorial, dimana kesalahan
panjang bahkan lebih dari 1 cm. Rincian diberikan dalam
dapat mengakibatkan komplikasi dan berakibat vatal
pada organ alat kelamin tersebut. manual WHO/UNAIDS/JHPIEGO (149).

Dan metode ini dianjurkan dalam konteks praktek bagi Gambar Metode Sirkumsisi Dorsumsisi secara medis
operator yang tersertifikasi dan kalangan medis lebih di anjurkan dan di rekomendasikan bagi operator
professional dan terpenuhi medico legalnya. penelitian sirkumsisi.
perbandingan telah menunjukkan bahwa perawatan luka
lebih simple dan modern. Sirkumsisi adalah sebuah
operasi sederhana di bayi dan anak-anak dan
penyembuhan biasanya lengkap dalam waktu seminggu.
Perdarahan langka karena klamp penjepit akan
menekrotik kulit kulup sebagai hemostatic seperti fungsi
penjepit tali pusar. Penggunaan anestesi lokal untuk
prosedur dan analgesik dianjurkan untuk neonatus, dan
diperlukan untuk anak-anak (74). Pemberian Analgetik
antipiretik setiap 6-8 jam selama 24 jam membantu untuk
mengurangi rasa nyeri setelah efek kerja anastesi lokal
habis (153).

17 17
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

Prosedur ini lebih kompleks daripada neonatus atau 2.4.3 Komplikasi Klinis yang berhubungan
anak-anak, memerlukan anestesi lokal atau umum. dengan Sirkumsisi Laki-laki
Anestesi lokal adalah metode yang disukai karena kurang
berisiko dan lebih ekonomis. Metode konvensional yang
Komplikasi bedah sirkumsisi laki-laki dapat mencakup
ketiga ; Metode konvensional Sleeve menghasilkan hasil
perdarahan yang berlebihan, pembentukan hematoma,
yang lebih presisi denagn mokosa akan terukur untuk di
sepsis, efek kosmetik yang tidak memuaskan, luka kulit
tingalkan tetapi mempunyai tingkat kesulitan yang lebih
penis atau buah zakar dan cedera gland penis.
tinggi dalam pengerjaannya daripada metode lain. Semua
Sirkumsisi pada bayi adalah prosedur yang lebih
metode konvensional sirkumsisi remaja dan dewasa
sederhana daripada sirkumsisi pada dewasa dan sangat
memerlukan penjahitan dan balutan. Perdarahan kecil
rendah tingkat komplikasinya (0,2-0,4%) secara konsisten
merupakan factor resikonyaa harus berhenti dengan
dilaporkan dalam serangkaian besar sirkumsisi pada anak-
beberapa menit dari tekanan dengan kain kasa. Setelah
perdarahan telah berhenti. Control pasien di perlukan anak di Amerika Serikat dan Israel (143, 154-157). Sebagian
untuk menilai kemajuan penyembuhan dan untuk besar yang relatif kecil (pendarahan dan kelebihan kulit)
mencari tanda-tanda infeksi. tapi definisi "komplikasi" bervariasi, misalnya di salah
Metode sirkumsisi Modern juga bisa di lakukan pada satu dari studi ini (157), tingkat komplikasi "signifikan"
remaja dan dewasa sama seperti bayi dan anak-anak, (infeksi sistemik, perdarahan pada pasien dengan
metode klamp termasuk pilihan pertama dalam kekurangan faktor VII darah, sirkumsisi bayi dengan
mewujudkan kerja yang aman, praktis dan ekonomi di hypospadia) adalah 0,2%, tetapi 2% dari pasien memiliki
tambah factor steriltas yang mempuni karena alat yang beberapa komplikasi (terutama perdarahan atau infeksi).
sekali pakai. Ini sudah banyak penelitian yang di lakukan Tingkat lebih tinggi dilaporkan antara 100 neonatus
di badan kesehatan dunia (WHO) dimana pada tahun disunat di Kanada pada tahun 1962 dengan penjepit
2008 di adakan penelitian kerjasama WHO dan UNAID di Plastibell atau Gomco (karena angka kejadian ini WHO
wakili 3 jenis klamp yang mempunyai riset pada pasien menyarankan untuk sangat hati-hati meggunakan alat
Remaja dan Dewasa, klamp tersebut diantaranya bantu sirkumsisi ini), dimana moderat atau komplikasi
Sunathrone Klamp, Tara Klamp dan Smart klamp (194). parah (perdarahan, ulkus dan infeksi) terlihat di tujuh
Dari hasil penelitian tersebut menyatakan angka resiko bayi (158). Di Indonesia angka kejadian dari sistem
terendah dalam pemakaian 3 klamp tersebut ada pada konvensional Gulantine juga banyak di laporkan dimana
Sunathrone Klamp, dimana resiko pendarahan paska gland penis terpotong atau cedera dan di perparah tehnik
sirkumsisi hanya 1% dari klamp yang lainnya dan jika di tarik potong ini dilakukan dengan dawai / besi elemen
bandingkan resiko pedarahan paska sirkumsisi pada yang panas dan membara.
metode konvensional hampir 10%. Gambar Sistem Konvensional Gulantine
Gambar Sirkumsisi Metode Sunathrone Klamp®
(Hemostatik Clamping Nekritic System).

Ada data sedikit komplikasi relatif sirkumsisi di negara


berkembang. Hanya 5% dari data dilakukan oleh dokter
Foto milik Team Sunathrone Family, Sudah endapatkan dan sisanya oleh tim dari dua sampai tiga perawat bedah
izin dari pasien dan operatornya dan perawat yang dilatih untuk melakukan sirkumsisi,

18 18
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

yang dilakukan di rumah dibawah anestesi lokal dengan Namun, kondisi yang optimal ini tidak selalu terpenuhi.
penuh asepsis. (53,8% dari semua peristiwa merugikan) Melaporkan tingkat komplikasi bervariasi, karena definisi
dan berlebihan hilangnya kulup (24,6%). Ada tidak ada yang berbeda karena komplikasi tergantung pada usia
laporan perdarahan, pembengkakan atau infeksi. Metode pada sirkumsisi, pengalaman dan kompetensi dokter dan
Sirkumsisi dalam studi ini tidak dilaporkan, tetapi perawat yang mengerjakan, alasan untuk Sirkumsisi
kebanyakan Sirkumsisi (60%) dilaksanakan di rumah (terapi versus elektif), dan metode yang digunakan.
pasien dan rumah praktisi sirkumsisi bukan di klinik atau Potensi untuk komplikasi lebih besar pada orang dewasa,
rumah sakit, sering dengan perawat, di antaranya tingkat seperti prosedur lebih kompleks jika di lakukan dengan
komplikasi yang lebih tinggi daripada antara dokter atau metode konvensional dan angka ini sedikit menurun jika
di antara praktisi tradisional. menggunakan alat bantu sirkumsisi yang disposibel.
Berbalik kepada anak-anak lebih tua, penelitian besar
terakhir 66 dari 519 anak laki-laki disirkumsisi di Britania
Raya antara tahun 1997 dan 2003 menemukan tingkat
2.5 Sirkumsisi Non- Medis pada laki-laki
komplikasi 1.2% (109). Menariknya, tingkat komplikasi 2.5.1 Metode Sirkumsisi Non-Medis
yang signifikan lebih rendah antara anak laki-laki berusia Pada Laki-laki
5 – 9 tahun (0.7% dengan perdarahan) dibandingkan
dengan anaak-anak usia 0-4 tahun (1.0% dengan
Sirkumsisi pada laki-laki melihat dari unsur agama atau
perdarahan). Dari 200 anak laki-laki sirkumsisi di
tradisional sering terjadi dalam non-medis, meskipun
Australia (Usia rata-rata 2 tahun 4 bulan), tingkat
dalam beberapa budaya peningkatan tempat
komplikasi pada keseluruhan adalah jauh lebih tinggi
pada 15.5% (31/200). Komplikasi utama adalah berdarah- pelaksanaannya di klinik (26, 166). Prosedur biasa, yang
ing (9 ringan, sedang 4, 1 derajat yang tidak diketahui), hampir semua pelayanan ritual sirkumsisi sama, dimana
dan trauma di gland penis (7 kasus) (163). Sekali lagi, harga menarik kulup maju dan memotong melalui kulup di atas
tingkat gland penis, kadang-kadang menggunakan perisai
yang tinggi harus di bayar karena para dokter dan
untuk melindungi gland penis.
perawat yang kurang berpengalaman dan tidak
berkompeten. Di antara 600 anak-anak disunat di Turki, Secara tradisional, laki-laki Yahudi yang disirkumsisi saat
tingkat komplikasi adalah 3,8%. Sebagian besar ini bayi oleh mohel terlatih khusus, atau tukang sunat
(13/23) berdarah, kebanyakan sederhana (12). Untuk di tradisional, dalam upacara yang disebut Bris Milah
Indonesia belum ada penelitina dan pelaporan yang (gambar 8). Pelatihan bedah dilakukan oleh mohel
akurat mengenai sirkumsisi ini, ini sangat menarik untuk mungkin termasuk anatomi, teknik bedah, meminimalkan
kita bersama lakukan demi kemajuan sirkumsisi medis komplikasi, mengobati komplikasi dan rutinitas
yang legal standing dimana menguntungkan praktisi perawatan prabedah dan pasca sirkumsisi. Teknik yang
sirkumsisi dan konsumen tentunya. Durasi waktu digunakan oleh beberapa mohels sangat mirip Mogen
pelaksanaan prosedur juga menurun, dari rata-rata 38 penjepit, kulup melewati celah dalam logam perisai yang
menit – 60 menit dahulunya dengan metode melindungi gland penis, sementara pisau bedah
konvensional. Dengan adanya metode modern dijalankan di permukaan Shield (nama alat yang di
menggunakan alat bantu sirkumsisi disposable waktu ini gunakan mohel), untuk membuang kulup. Sisa mukosa
yang tinggal tidak dipotong dalam metode ini, dan begitu
jauh berkurang hanya 5 menit – 15 menit saja (165).
perdarahan diminimalkan. Mukosa yang tersisa akan
ditarik kembali dari preputium yang dipotong, dan luka di
2.4.4 Ringkasan biarkan tanpa menggunakan jahitan. Karena ini adalah
prosedur neonatal, metode ini lebih aman daripada
banyak prosedur lainnya non-medis, karena kulit penis
Bayi laki-laki di sirkumsisi adalah prosedur sederhana,
tidak ada tarikan karena ereksi, bias di katakana jarang.
cepat dan aman ketika dilakukan dalam pengaturan klinis
medis legal di bawah kondisi aseptik oleh para Metode non-medis sirkumsisi antara Muslim bervariasi
profesional terlatih. Pada orang dewasa, operasi lebih dan dapat dilakukan bayi, yang umumnya akan prosedur
kompleks di bawah kondisi yang optimal komplikasi yang aman. Namun, hal ini sering dilakukan pada usia
sekitar 2 – 4% dilihat (kotak 1). yang lebih tua dengan peningkatan resiko. Di Turki,
sirkumsisi tradisional dilakukan oleh individu non-medis

19 19
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

yang terlatih, termasuk cukur dan tradisional (12). Teknik 2.5.2 Efek Samping Sirkumsisi Non-Medis Pada
biasanya melibatkan menarik kulup di depan gland penis, Laki-laki
menempatkan semacam perisai untuk melindungi gland
penis dan kulit di insisi. Di Sudan Utara, di mana anak
Sirkumsisi dilakukan dalam kondisi non-medis dapat
laki-laki harus disirkumsisi sebelum memasuki sekolah
memiliki risiko peristiwa merugikan yang serius ini cukup
pada usia 8 tahun, sirkumsisi tradisional dilakukn dengan
signefikan, termasuk kematian. Antara 50 pasien di rujuk
menyisipkan sedotan terbuat dari savannah rumput ke
ke rumah sakit dengan komplikasi paska Sirkumsisi di
kulup terbuka, dan mendorong gland penis sementara
Nigeria dan Kenya antara 1981 dan 1998, 80% telah
menarik kulup sejauh maju mungkin. Tali kemudian diikat
disirkumsisi dengan cara tradisional. Salah satu pasien
di sekitar kulup di atas gland penis, dan kulup dipotong
meninggal karena sepsis, dua kehilangan penis mereka
dengan pisau cepat di depan tali. Mukosa kemudian
dari gangren, dan lima orang lain memiliki cacat
melipat kembali atas bawah lekukan gland penis dan luka
permanen dari amputasi lengkap atau parsial gland penis
di balut, tapi tidak dijahit. (164). Menemukan data dilaporkan dari Turki, di mana,
Suku Antara Xhosa Afrika Selatan, sirkumsisi dilakukan
200 anak-anak dirawat di rumah sakit dengan sirkumsisi
menggunakan pisau cukur atau penknife (26), tanpa komplikasi selama 10 tahun, 85% dari sirkumsisi
anestesi (167). Luka ditutupi dengan daun eucalyptus (26) dilakukan oleh tindakan sirkumsisi tradisional, 10% oleh
atau jagung (168), dan dibiarkan di tempat selama empat teknisi kesehatan dan 5% oleh dokter (12). Salah satu ini,
minggu sementara anak-anak dalam pengasingan. Di seorang laki-laki berusia 2 tahun, meninggal dari
antara orang Aborigine Australia dan Polinesia, kulup perdarahan.
dilaporkan dihapus menggunakan kerang, dan anak laki- Meskipun di Indonesia belum ada data proporsi
laki kemudian jongkok atau berdiri selama beberapa jam sirkumsisi dilakukan non-medis ini tapi resiko yang terjadi
selama asap dari api ditutupi dengan daun eucalyptus di Negara lain sudah bisa menggambarkan risiko prosedur
(26).
Minyak Eucalyptus digunakan karena sifat antiseptik, sirkumsisi non-medis (tradisional).
analgesik dan bahkan anticoagulant bila digunakan secara Tingkat kejadian buruk bergantung pada tenaga
topikal (26, 169). Dalam sirkumsisi tradisional kulup di operator, dengan tempat dan fasilitas tempat
potong bervariasi dalam kelompok umur, anak laki-laki pelaksanaan sirkumsisinya, dimana operator sirkumsisi
biasanya disirkumsisi antara usia 13 sampai 17 tahun. mungkin memiliki sedikit atau tidak ada pendidikan
Di Indonesia pernah tercatat pelaksanaan sirkumsisi non- perawatan kesehatan dibandingkan dengan klinik umum,
medis di lakukan dengan potongan bambu (sembilu), tenaga kesehatan yang di latih secara medis sesuai
dimana kulup di jepit mengunakan dua bilah bamboo di literature dan undang-undang kesehatan yang ada.
ujung gland penis dan sisa kulupnya di potong Walaupun semua penyedia menyatakan mereka telah
menggunakan bambu sembilu yang tajam. Luka bekas cukup dilatih untuk sirkumsisi, sekitar setengah bersedia
ptong di rawat dengan ramuan herbal dan di bungkus untuk melakukan pelatihan lebih sering, tapi pada
dengan ramuan herbal juga. Semua proses dilakuakan akhirnya, seperti waktu penyembuhan panjang (47 hari),
tanpa anestesi lokal. beberapa orang telah melanjutkan aktivitas seksual
sebelum penyembuhan luka, berpotensi meningkatkan
Gambar Sirkumsisi Non-Medis (Tradisional ; Sunat
Bengkong) di Indonesia risiko infeksi HIV melalui luka terbuka (166).
Sunatan massal juga umum di beberapa Negara
berkembang dan dapat meningkatkan tingkat komplikasi.
Di mana pengerjaan yang tidak aseptic dan antiseptic,
baik saat pengerjaan ataupun alat untuk membantu
pengerjaannya.(167, 168). Ada kejadian di Prpvinsi Eastern
Cape dimana Departemen Kesehatan mencatat 243
kematian dan 214 genital amputasi untuk sirkumsisi
massal antara 1995 dan 2004. Untuk mengatasi ini,
operator sirkumsisi non-medis (tradisional) sekarang
diwajibkan oleh hukum secara resmi diakui dan terdaftar
Sumber gambar dari internet

20 20
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

di Departemen Kesehatan Provinsi (171). Hal ini semoga


bias di terapkan juga untuk Indonesia.

2.6 Ringkasan

Sirkumsisi medis secara patologis pada laki-laki


diindikasikan untuk beberapa kondisi. Ada substansial
bukti bahwa laki-laki sirkumsisi memiliki risiko lebih
rendah beberapa infeksi saluran reproduksi, serta kanker
penis, dan rutin sirkumsisi lebih banyak dilakukan karena
agama dan budaya daripada alasan medis.
Keselamatan dan keamanan sirkumsisi laki-laki
tergantung pada pengaturan, perlengkapan, metode
yang jelas secara ilmu kedokteran dan keahlian operator.
Sirkumsisi bayi adalah prosedur yang lebih sederhana
daripada sirkumsisi dewasa, dan memiliki tingkat yang
sangat rendah efek samping. Sirkumsisi remaja atau
dewasa dapat menyebabkan perdarahan, hematoma atau
sepsis, tetapi dengan tidak ada gejala sisa jangka panjang
ketika dilakukan dalam klinis sirkumsisi medis dengan
operator kompeten dan berpengalaman. Sebaliknya,
sirkumsisi di lakukanl dalam kondisi yang tidak higienis,
oleh operator yang berpengalaman dengan alat-alat
yang tidak memadai, atau dengan ilmu perawatan luka
sirkumsisi dan saat pelaksaan sirkumsisi, dapat
mengakibatkan komplikasi serius dan bahkan kematian.
Melaporkan permintaan untuk laki-laki sirkumsisi
semakin meningkatg di beberapa negara dengan tingkat
tinggi HIV (173). Konsultasi, program pelatihan, kesehatan
mobilisasi manusia dan penyediaan persediaan yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan, ini yang
memberikan operasi terampil dan aman dan dapat
menghindari tidak perlu. YANG, UNAIDS, dan JHPIEGO
baru-baru ini telah mengembangkan sebuah panduan
sirkumsisi medis untuk melatih praktisi di sirkumsisi
medis aman (149). Panduan ini ditujukan pada penyedia
layanan kesehatan terlatih sirkumsisi laki-laki untuk bayi,
anak-anak, remaja dan pria dewasa, disertai dengan
pedoman pelatihan, instrumentasi dan masalah
peraturan, perizinan dan etika (termasuk konseling
tentang perilaku seksual) (174).

21 21
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

BAGIAN 3. Determinasi Sirkumsisi Medis Di Indonesia

berada di urutan ketiga sebagai provinsi dengan jumlah


3.1 Pembagian Wilayah Di Indonesia
penduduk terbanyak ketiga di Indonesia.
Sedangkan Provinsi yang jumlah penduduknya paling
Jumlah Penduduk Indonesia – Negara kita yaitu Republik
sedikit adalah Provinsi Kalimantan Utara dan Provinsi
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah
Papua Barat. Kedua Provinsi tersebut memiliki jumlah
penduduk terbanyak di Dunia. Jika dilihat dari urutannya
penduduk dibawah 1 juta jiwa. Provinsi Kalimantan Utara
di dunia, Indonesia merupakan Negara dengan Jumlah
hanya memiliki jumlah penduduk sebanyak 666.300 jiwa
Penduduk Terbanyak keempat di Dunia. Berdasarkan data
atau sekitar 0,3% dari keseluruhan jumlah penduduk
yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Indonesia dan Provinsi Papua Barat hanya memiliki
tahun 2017 yang berjudul Statistik Indonesia 2017
jumlah penduduk sebanyak 893.400 jiwa atau sekitar
(Statistical Yearbook of Indonesia 2017), Jumlah
0,3% dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia.
Penduduk Indonesia adalah sebanyak 258.704.900
jiwa pada tahun 2016. Angka tersebut lebih tinggi sekitar
8,5% atau bertambah sebanyak 20.186.200 jiwa 3.1.2 Jumlah Penduduk Indonesia berdasarkan
dibandingkan dengan tahun 2015 yang berjumlah Agama
238.518.800 jiwa.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Indonesia
Berikut adalah informasi jumlah penduduk Indonesia
3.1.1 Jumlah Penduduk Indonesia berdasarkan
dilihat dari penyebaran agama yang di anut oleh
Provinsi
penduduk berdasarkan data sensus penduduk 2010 yang
di kutip dari sp2010.bps.go.id. Berdasaran data sensus
Provinsi yang memiliki jumlah penduduk terbanyak
tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebesar
adalah provinsi Jawa Barat. Provinsi yang sering disingkat
237.641.326 jiwa, Dan penduduk terbesar ada
dengan JABAR ini memiliki jumlah penduduk sebanyak
di Provinsi Jawa Barat, sedangkan Penduduk terkecil ada
47.379.400 jiwa atau sekitar 18,3% dari keseluruhan
di Provinsi Papua Barat.(196)
jumlah penduduk di Indonesia. Provinsi yang berada di
urutan kedua sebagai provinsi dengan jumlah penduduk Bila di lihat dari besaran agama yang paling banyak di
terbanyak adalah Jawa Timur dengan jumlah penduduk anut, sebagain besar penduduk Indonesia memeluk
sebanyak 39.075.300 jiwa. Provinsi Jawa Tengah yang agama Islam yaitu sebesar 207.176.162 atau 87,180 %
memiliki jumlah penduduk sebanyak 34.019.100 jiwa ini dari total Penduduk, yang berikutnya adalah Agama
Kristen yaitu sebesar 16.528.513 atau 6.955 % dari total

22 22
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

Berikut ini adalah Jumlah Penduduk Indonesia yang diurutkan berdasarkan Provinsi.

Urutan Provinsi Jumlah Penduduk Persentasi Sumber referensi : Data Jumlah


Penduduk Indonesia dikutip dari
1 Jawa Barat 47.379.400 jiwa 18,3% Statistik Indonesia 2017, Badan
2 Jawa Timur 39.075.300 jiwa 15,1% Pusat Statistik (BPS) Indonesia.

3 Jawa Tengah 34.019.100 jiwa 13,1%

4 Sumatera Utara 14.102.900 jiwa 5,5%

5 Banten 12.203.100 jiwa 4,7%

6 DKI Jakarta 10.277.600 jiwa 4,0%

7 Sulawesi Selatan 8.606.400 jiwa 3,3%

8 Lampung 8.205.100 jiwa 3,2%

9 Sumatera Selatan 8.160.900 jiwa 3,2%

10 Riau 6.501.000 jiwa 2,5%

11 Sumatera Barat 5.259.500 jiwa 2,0%

12 Nusa Tenggara Timur 5.203.500 jiwa 2,0%

13 Aceh 5.096.200 jiwa 2,0%

14 Nusa Tenggara Barat 4.896.200 jiwa 1,9%

15 Kalimantan Barat 4.861.700 jiwa 1,9%

16 Bali 4.200.100 jiwa 1,6%

17 Kalimantan Selatan 4.055.500 jiwa 1,6%

18 DI Yogyakarta 3.720.900 jiwa 1,4%

19 Kalimantan Timur 3.501.200 jiwa 1,4%

20 Jambi 3.458.900 jiwa 1,3%

21 Papua 3.207.400 jiwa 1,2%

22 Sulawesi Tengah 2.921.700 jiwa 1,1%

23 Sulawesi Tenggara 2.551.000 jiwa 1,0%

24 Kalimantan Tengah 2.550.200 jiwa 1,0%

25 Sulawesi Utara 2.436.900 jiwa 0,9%

26 Kepulauan Riau 2.028.200 jiwa 0,8%

27 Bengkulu 1.904.800 jiwa 0.7%

28 Maluku 1.715.500 jiwa 0,7%

29 Kep. Bangka Belitung 1.401.800 jiwa 0,5%

30 Sulawesi Barat 1.306.500 jiwa 0,5%

31 Maluku Utara 1.185.900 jiwa 0,5%

32 Gorontalo 1.150.800 jiwa 0,4%

33 Papua Barat 893.400 jiwa 0,3%

34 Kalimantan Utara 666.300 jiwa 0,3%

Total 258.704.900 jiwa 100%

23 23
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

Penduduk, Katolik yaitu sebesar 6.907.873 atau 2.907 % 3.1.3 Pertumbuhan Populasi Indonesia
dari total Penduduk,Hindu yaitu sebesar 4.012.116 atau
1,688 % dari total Penduduk, Budha yaitu sebesar Tingkat pertumbuhan populasi Indonesia antara tahun
1.703.254 atau 0,717 % dari total Penduduk dan Khong 2000 dan 2010 adalah sekitar 1.49 persen per tahun
Hu Chu yaitu sebesar 117.091 atau 0,049 % dari total (grafik.1 dan grafik.2). Pertumbuhan tertinggi terjadi di
Penduduk. Agama Islam menjadi mayoritas di hampir propinsi Papua (5.46 persen), sementara pertumbuhan
semua Provinsi Kecuali di provinsi Bali, Nusa Tenggara populasi terendah terjadi di propinsi Jawa Tengah (0.37
Timur, Sulawesi Utara, Papua dan Papua Barat, persen). Pertumbuhan populasi diperkirakan sebesar
sedangkan Agama Kristen dengan jumlah mayoritas sekitar 1.2 persen pada tahun 2015 berdasarkan data Bank
terdapat di Provinsi Sulawesi Utara, Papua dan papua Dunia. Menurut proyeksi yang dilakukan oleh Perserikatan
Barat, namun Jumlah pemeluk agama kristen di Indonesia Bangsa-Bangsa (PBB) dengan menilik populasi absolut
yang terbesar terdapat di Provinsi Sumatera Utara, selain Indonesia di masa depan, maka negeri ini akan memiliki
itu, juga dengan jumlah yang besar terdapat di Provinsi penduduk lebih dari 270 juta jiwa pada tahun 2025, lebih
Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, DKI jakarta, Jawa dari 285 juta jiwa pada tahun 2035 dan 290 juta jiwa pada
timur, Maluku dan Sulawesi Selatan , Agama Katolik tahun 2045. Baru setelah 2050 populasi Indonesia akan
dengan jumlah yang mayoritas terdapat di Provinsi Nusa berkurang. Menurut proyeksi PBB pada tahun 2050 dua
tenggra Timur (NTT) dan dengan jumlah yang besar pertiga populasi Indonesia akan tinggal di wilayah
terdapat di Provinsi Kalimantan Barat, Sumatera Utara perkotaan (table.1). Sejak 40 tahun yang lalu Indonesia
dan Papua, Agama Hindu dengan Jumlah Mayoritas sedang mengalami sebuah proses urbanisasi yang pesat
terdapat di Provinsi Bali dan dengan jumlah yang besar makanya sekarang sedikit lebih dari setengah jumlah total
terdapat di Provinsi Lampung, Jawa Timur dan Banten, penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan. Proses
Agama Budha dengan Populasi besar terdapat di Provinsi ini menunjukkan perkembangan positif bagi ekenomi
DKI jakarta, Sumatera Utara, Jawa timur, Riau dan Indonesia karena urbanisasi dan industrialisasi akan
Kepulauan Riau, dan Agama Khong Hu Chu dengan membuat tumbuhnya ekonomi lebih maju dan menjadikan
Populasi besar terdapat di provinsi Kepulauan Bangka Indonesia negeri dengan tingkat pendapatan menengah ke
Belitung, Kalimantan Barat dan Jawa Barat . Berikut data atas.
di sajikan dalam bentuk tabel untuk setiap provinsi Kota-kota terbesar di Indonesia ditemukan di pulau Jawa.
dimaksud.(195) Di sini kita menemukan ibu kota Jakarta yang memiliki
Dalam pengambilan data dimaksud, dari total jumlah lebih dari 10 juta penduduk menurut sensus resmi terbaru
penduduk yang didata, di temukan data yang tidak (data dari 2011). Angka yang tidak resmi kemungkinan
terjawab sebesar 139.582 Jiwa dan tidak ditanyakan besar jauh lebih tinggi. Selain itu, setiap pagi sejumlah
sebesar 757.118 jiwa, dan lainnya sebesar 299.617 jiwa. besar pekerja berjalan dari dareah perkotaan satelit
Untuk lebih lengkapnya dapat di lihat langsung di menuju Jakarta untuk melakukan pekerjaan mereka. Pada
www.sp2010.bps.go.id. silahkan simak dimaksud di sore atau malam hari mereka berjalan pulang ke kota-kota
bawah ini. satelit di sekitar Jakarta. Arus harian yang besar ini
menyebabkan kemacetan lalu lintas yang parah di Jakarta.
Setelah Jakarta, kota-kota terbesar di Indonesia adalah
Surabaya (Jawa Timur), Bandung (Jawa Barat), Bekasi
(Jawa Barat), dan Medan (Sumatra Utara).

3.1.4 Struktur Usia di Indonesia

Salah satu kekuatan penting dalam komposisi demografi


Indonesia yang memiliki hubungan dengan perekenomian
adalah penduduk usia muda yang ada di Indonesia.
Indonesia memiliki kelimpahan warga dengan usia
produktif kerja. Mereka adalah sebuah kekuatan buat
ekonomi nasional (asal mereka bisa mendapatkan
pendidikan yang memadai dan ada cukup banyak
kesempatan kerja).

24 24
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

Rata-rata usia penduduk Indonesia adalah 28.6 tahun


(perkiraan tahun 2016). Ini adalah median age yang berarti
separuh dari populasi Indonesia berusia 28.6 tahun ke atas
dan separuhnya lagi umurnya di bawah 28.6 tahun.
Mengenai jenis kelamin, rata-rata median age wanita
Indonesia adalah 29.1 tahun, sementara median age pria
lebih muda setahun (28.1 tahun). (table.2).
Di bawah ini adalah persentase penduduk Indonesia yang
dikategorikan dalam tiga kelompok usia dan jenis kelamin.
Pada tahun 2010, sekitar 19 persen penduduk Indonesia
adalah anak yang umurnya di bawah sepuluh tahun,
sekitar 37 persen di bawah dua puluh tahun dan sekitar
setengah populasi Indonesia berusia di bawah tiga puluh
tahun. Angka-angka ini menunjukkan - dari perspektif
demografis - bahwa Indonesia memiliki potensi besar Untuk praktek mandiri bukan mudah begitu saja ada
dalam hal produktifitas dan kreatifitas. kelengkapan administrasi yang harus di penuhi sesuai
syarat dan ketentuan berlaku, ini setiap daerah memiliki
kewenangan masing-masing. Dokter, nerse dan perawat
3.2. Sirkumsisi Medis Indonesia mempunyai organisasi profesi yang melakukan
pengawasan dan mengkoordinasi dalam keseharian
Sirkumsisi di Indonesia kenyataannya masih ada dilakukan melakukan praktek keilmuan masing-masing dan di atur
oleh tenaga yang bukan medis. Dan di kalangan tenaga oleh undang-undang masing-masing profesi di sesuaikan
medispun masih mendapatkan dilemma, dimana di dengan undang-undang nasional yang berlaku.
lapangan banyak terdapat operator sirkumsisi banyak
dilakukan oleh tenaga perawat hamper 80% baik itu
berupa praktek mandiri maupun tidak. ASementara
beberapa pihak dokter berpendapat ini merupakan
kompetensi dokter, minimal dokter umum untuk penis
yang fisiologis dan penis yang patologis untuk dokter
spesialis. Pada kesempatan ini kita coba beri gambaran
seperti apa sirkumsisi medis itu terhadap praktek mandiri.

3.2.1 Aspek Legal Praktek Mandiri medis

Praktek mandiri harus memenuhi aspek legal sesuai


undang-undang yang berlaku. Untuk mendapatkan setiap
praktek mandiri medis oleh tenaga kesehatan mereka
harus menyelesaikan jenjang pendidikan sesuai
keilmuannya, dokter, nerse dan perawat. Pada era ini
tingkat kelulusan di ikuti dengan ujian nasional yang nanti
berujung dengan keluarnya surat tanda register nasional
(STR) sesuai keilmuan masing-masing. Setelah keluar
regiter ini baru bias mencari pekerjaan atau membuka
praktek mandiri dengn mengurus kelengkapan
administrasi sesuai ketentuan perundang-undangan
perizinan pemerintah setempat tempat mereka bekerja.

25 25
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

Grafik.1 Tingkat Pertumbuhan Populasi Indonesia (tahunan)

Grafik.2 Populasi Indonesia

Tabel.1 Populasi Rural dan Kota di Indonesia:

1995 2000 2005 2010 2015 2050


Populasi Rural
64 58 52 50 46 33¹
(% populasi total)
Populasi Kota
36 42 48 50 54 67¹
(% populasi total)
¹ perkiraan PBB
Sumber: Bank Dunia

Tabel.2 Penduduk Indonesia Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur:

Persentase Gabungan Pria Wanita


Total Populasi (absolut) (absolut)
0-14 tahun 27.3 34,165,213 32,978,841
15-64 tahun 66.5 82,104,636 81,263,055
65 tahun ke atas 6.1 6,654,695 8,446,603
Sumber: CIA World Factbook

26 26
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

3.2.2 Tindakan Medis Keperawatan Keputusan Presiden, Nomor 38, Tahun 2014 (Gambar.1).
Begitu juga dokter dapat memberikan kewenagan
Untuk tindakan keperawatan ada paying hokum berupa
pendelegasian kepada perawat atas dasar kompetensinya
kepres 2014 mengatur mengenai keperawatan secara
yang diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik
menyeluruh, disana juga tertuang untuk perawat boleh
Indonesia, Nomor 2052/MENKES/PER/2011 (Gambar.2)
melakukan Praktek Mandiri bahkan dapat melakukan
dan juga Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia, Nomor
tindakan medis atas pendelegasian dari dokter atas dasar
4, Tahun 2011 (Gambar.3).
kompetensi yang dimilki perawat tersebut, sesuai

Gambar.1 Kepres Nomor 38. Tahun 2014 Tentang Keperawatan.

Gambar.2 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 2052/MENKES/PER/2011

27 27
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

Gambar.2 Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia, Nomor 4, Tahun 2011

3.3 Ringkasan
Dengan jumlah penduduk yang merupakan urutan nomor
empat terbesar di seluruh dunia ini Indonesia menjadi
salah satu sasaran market untuk alat-alat bantu sirkumsisi
yang banyak di produksi di luar Indonesia.Ditambah lagi
87,18 % merupakan masyarakat yang beragama Islam.
Sangat di sayangkan apabila kita tenaga kesehatan yang
berkompeten di sirkumsisi untuk melepaskan peluang ini.
Karena hal ini kita tidak bisa menutup mata hanya sebagai
pelaksana agama, mengenai sirkumsisi medis yang legal
standing harus kita wujudkan, agar tenaga operator
sirkumsisi Indonesia mempunyai kualitas yang dapat di
sandingkan dengan operator dunia lain yang sudah
mengalami kemajuan system dalam pembinaan. Untuk
dapat mewujudkan hal itu kita harapkan pemerintah
memperhatikan hal ini.

28 28
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

BAGIAN 4. Kesimpulan

Sirkumsisi pada laki-laki telah dilakukan ribuan tahun yang


lalu, dan cenderung sebagai panduan kebanyakan prosedur
secara global dari orang-orang yang disirkumsisi, dengan
perkiraan 30%. Promosi sirkumsisi laki-laki untuk manfaat
sexualitas selalu kontroversi, sebagian besar karena
kurangnya bukti untuk efek sensitivitas pada penis, karena
adanya gerakan komunitas anti sirkumsisi di Eropa dimana
dikatakan sirkumsisi adalah mutilasi. Namun, sekarang ada
bukti yang kongrit bahwa sirkumsisi laki-laki secara
signifikan mengurangi risiko infeksi HIV pada laki-laki.
Permintaan untuk sirkumsisi laki-laki telah meningkat di
Timur dan selatan Afrika, wilayah dunia dengan insiden HIV
tertinggi di antara umum hal yang sanggat menarik. Ketika
prosedur dilakukan di bawah kondisi medis yang benar,
risiko kejadian buruk antara laki-laki dewasa (terutama
perdarahan, infeksi dan membengkak) adalah sekitar 2%,
dan ini mudah diobati. Namun, dalam tinjauan ini kami
telah menyoroti bahaya yang terkait dengan sirkumsisi laki-
laki ketika dilakukan dalam kondisi kurang higienis, kurang
diperlengkapi tatanan medis yang benar sehingga tidak di
dapatkan operator yang kompeten berpengalaman. Ada
kebutuhan mendesak untuk menetapkan kebijakan
nasional untuk memaksimalkan keselamatan operator
sirkumsisi laki-laki medis yang legal standing.
Permintaan sirkumsisi cenderung meningkat ini harus di
tanggapi positif oleh praktisi kesehatan yang memang
berkompetensi di sirkumsisi ini, dimana tetap
memperhatikan hak pasien dan kewajiban operatornya.
Dimana kita ketahui bersama setiap tindakan medis
dengan mempergunakan teknologi terkini tetap akan
selalu di ikuti dengan jurnal yang terkontrol dan teruji
secara riset di bidang kesehatan oleh organisasi atau badan
yang berkompetensi dalam kesehatan. Ini tugas kita
bersama selaku tenaga kesehatan untuk menjaga kualitas
mutu profesi kita agar tetap taat di mata hukum dan tidak
merugikan konsumen dalam mengejar materi.

29 29
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

BAGIAN 5. Referensi

1. Johnson P. Israelites. In: Johnson P, A history of the 16. Rain-Taljaard RC et al. Potential for an intervention
Jews. Phoenix Press, London, 1993:37. based on male circumcision in a South African town
2. Schenker I, Gross E. Male circumcision and HIV/ with high levels of HIV infection. AIDS Care, 2003,
AIDS: convincing evidence and the implication for 15(3):315–327.
the state of Israel. Harefuah, in press. 17. Mattson CL et al. Acceptability of male circumcision
3. Dave SS et al. Male circumcision in Britain: findings and predictors of circumcision preference among
from a national probability sample survey. Sex men and women in Nyanza Province, Kenya. AIDS
Transm Infect, 2003, 79(6):499–500. Care, 2005, 17(2):182–194.
4. Laumann EO, Masi CM, Zuckerman EW. 18. Lukobo M, Bailey RC. Acceptability of male
Circumcision in the United States: prevalence, circumcision for prevention of HIV infection in
prophylactic effects, and sexual practice. JAMA, Zambia. AIDS Care, 2007, 19(4):471–477.
1997, 277(13):1052–1057. 19. Ngalande RC et al. Acceptability of male
5. Tierney J. Circumcision. In: The Catholic circumcision for prevention of HIV infection in
encyclopedia. Robert Appleton Company, New Malawi. AIDS Behav, 2006, 10(4):377–385.
York, 2003 (Online edition: http://www.newadvent. 20. Dunsmuir WD, Gordon EM. The history of
org/cathen/03777a.htm, accessed 9 June 2006). circumcision. BJU Int, 1999, 83(Supp. 1):1–12.
6. Rizvi S A et al. Religious circumcision: a Muslim 21. Beidelman TO. Circumcision. In: Eliade M, ed., The
view. BJU Int, 1999, 83(Suppl. 1):13–16. encyclopedia of religion. MacMillan, New York,
7. Thomas A. Circumcision: an ethnomedical study. 1987:511–514.
The Gilgal Society, London, 2003. 22. Remondino PC. History of circumcision from the
8. Hull TH, Budiharsana M. Male circumcision and earliest times to the present, popular edition
penis enhancement in Southeast Asia: matters of (unabridged). Philadelphia and London, FA Davis,
pain and pleasure. Reprod Health Matters, 2001, 1891.
9(18):60–67. 23. Schendel G, Alvaraz Amezquita J, Bustamante
9. McWilliam A. Case studies in dual classification as Vasconcelos MEB. Medicine in Mexico; from Aztec
process: childbirth, headhunting and circumcision in herbs to betatrons. Austin, University of Texas
West Timor. Oceania, 1994, 65(1):59–74. Press, 1968.
10. Kelly R et al. Age of male circumcision and risk of 24. Brewster AB. Circumcision in Noikoro, Noemalu and
prevalent HIV infection in rural Uganda. AIDS, 1999, Mboumbudho. JRAI, 1919, 49(2):309–316.
13(3):399–405. 25. Bailey RC et al. The acceptability of male
11. Nnko S et al. Dynamics of male circumcision circumcision to reduce HIV infections in Nyanza
practices in northwest Tanzania. Sex Transm Dis, Province, Kenya. AIDS Care, 2002, 14(1):27–40.
2001, 28(4):214–218. 26. Doyle D. Ritual male circumcision: a brief history. J R
12. Ozdemir E. Significantly increased complication Coll Physicians Edinb, 2005, 35(3):279–285.
risks with mass circumcisions. Br J Urol, 1997, 27. Niang CI. Strategies and approaches for male
80(1):136–139. circumcision programming. Geneva, World Health
13. Demographic and health surveys. MEASURE DHS, Organization, 2006.
2006 (http://www.measuredhs.com, accessed 21 28. Van Gennep A. The rites of passage. Chicago,
September 2006). University of Chicago Press, 1909.
14. Eugenius IV, Pope. Bull of union with the Copts. 29. Crowley IP, Kesner KM. Ritual circumcision
Tanner NP (trans.). Session 11, Ecumenical Council (umkhwetha) amongst the Xhosa of the Ciskei. Br J
of Florence, 4 February 1442. Urol, 1990, 66(3):318–321.
15. Westercamp N, Bailey RC. Acceptability of male 30. Silverman EK. Anthropology and circumcision. Annu
circumcision for prevention of HIV/AIDS in sub- Rev Anthropol, 2004, 33(1):419–445.
Saharan Africa: a review. AIDS Behav, 2007, 31. Myers RA et al. Circumcision: its nature and practice
11(3):341–355. among some ethnic groups in southern Nigeria. Soc
Sci Med, 1985, 21(5):581–588.

30 30
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

32. Bailey RC, Neema S, Othieno R. Sexual behaviors report: Strategies and Approaches for MC
and other HIV risk factors in circumcised and Programming, Geneva, 5–6 December 2006.
uncircumcised men in Uganda. J Acquir Immune 48. Ku JH et al. Circumcision practice patterns in South
Defic Syndr, 1999, 22(3):294–301. Korea: community based survey. Sex Transm Infect,
33. Brown MS, Brown CA. Circumcision decision: 2003, 79(1):65–67.
prominence of social concerns. Pediatrics, 1987, 49. Steele MS et al. Male genital hygiene beliefs and
80(2):215–219. practices in Nairobi, Kenya. Sex Transm Infect,
34. Lee RB. Circumcision practice in the Philippines: 2004, 80(6):471–476.
community based study. Sex Transm Infect, 2005, 50. Halperin DT et al. Acceptability of adult male
81(1):91. circumcision for sexually transmitted disease and
35. Oh SJ et al. Knowledge of and attitude towards HIV prevention in Zimbabwe. Sex Transm Dis, 2005,
circumcision of adult Korean males by age. Acta 32(4):238–239.
Paediatr, 2004, 93(11):1530–1534. 51. Kebaabetswe P et al. Male circumcision: an
36. Kim T, Oh SJ, Choi H. Knowledge and attitude acceptable strategy for HIV prevention in Botswana.
toward circumcision in Korea: a questionnaire study Sex Transm Infect, 2003, 79(3):214–219.
for adult males stratified by age. Korean J Urol, 52. Lagarde E et al. Acceptability of male circumcision
2002, 43:786–794. as a tool for preventing HIV infection in a highly
37. Ntozi JPN et al. Forum: the East African AIDS infected community in South Africa. AIDS, 2003,
epidemic and the absence of male circumcision: 17(1):89–95.
what is the link? Health Transit Rev, 1995, 5(1):97– 53. Drain PK et al. Male circumcision, religion and
117. infectious diseases: an ecologic analysis of 118
38. Caldwell JC, Caldwell P. The African AIDS epidemic. developing countries. BMC Infect Dis, 2006,
Sci Am, 1996, 274(3):62–63, 66–68. 6(1):172.
39. Mensch BS et al. The changing nature of 54. Williams BG et al. The potential impact of male
adolescence in the Kassena-Nankana District of circumcision on HIV in sub-Saharan Africa. PLoS
northern Ghana. Stud Fam Plann, 1999, 30(2):95– Med, 2006, 3(7):262.
111. 55. International religious freedom report for 2004.U.S.
40. Schenker I. Strategies and approaches for male Department of State.
circumcision programming. Geneva, World Health (http://www.state.gov/g/drl/rls/irf/2004/index.htm
Organization, 2006. , accessed 21 September 2006).
41. Coulter A, McPherson K. Socioeconomic variations 56. Brown JE et al. Varieties of male circumcision: a
in the use of common surgical operations. Br Med J study from Kenya. Sex Transm Dis, 2001,
(Clin Res Ed), 1985, 291(6489):183–187. 28(10):608–612.
42. Speert H. Circumcision of the newborn: an appraisal 57. Urassa M et al. Male circumcision and susceptibility
of its present status. Obstet Gynecol, 1953, to HIV infection among men in Tanzania. AIDS,
2(2):164–172. 1997, 11(3):73–80.
43. Richters J et al. Circumcision in Australia: 58. Risser JM et al. Self-assessment of circumcision
prevalence and effects on sexual health. Int J STD status by adolescents. Am J Epidemiol, 2004,
AIDS, 2006, 17(8):547–554. 159(11):1095–1097.
44. Nelson CP et al. The increasing incidence of 59. Langeni T. Male circumcision and sexually
newborn circumcision: data from the nationwide transmitted infections in Botswana. J Biosoc Sci,
inpatient sample. J Urol, 2005, 173(3):978–981. 2005, 37(1):75–88.
45. Tangcharoensathien V. 2006. Personal 60. Connolly CA et al. HIV and circumcision in South
communication to C Hankins. Africa. In: XV International AIDS Conference,
46. Bowa K, Lukobo M. Male circumcision: lessons Bangkok, Thailand, 2004 (Abstract MoPeC3491).
learnt from a service site. WHO meeting report: 61. Marck J. Aspects of male circumcision in sub-
Strategies and Approaches for MC Programming, equatorial African culture history. Health Transit
Geneva, 5–6 December 2006. Rev, 1997, 7(Suppl.):337–360.
47. Owusu-Danso O. Strategies and approaches for
male circumcision programming. WHO meeting

31 31
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

62. Bowa K. Strategies and approaches for male 78. American Academy of Pediatrics, Committee of
circumcision programming. WHO meeting report: the Fetus and Newborn. Standards and
Strategies and Approaches for MC Programming, recommendation for hospital care of newborn
Geneva, 5–6 December 2006. infants. Evanston, Academy of Pediatrics,1971:110.
63. Agot K, Bailey RC. Strategies and approaches for 79. To T et al. Cohort study on circumcision of newborn
male circumcision programming. WHO meeting boys and subsequent risk of urinary-tract infection.
report: Strategies and Approaches for MC Lancet, 1998, 352(9143):1813–1816.
Programming, Geneva, 5–6 December 2006. 80. To T et al. Pediatric health service utilization:
64. Auvert B et al. HIV infection among youth in a South circumcision. In: Goel V et al, eds., Patterns of health
African mining town is associated with herpes care in Ontario: the ICES practice atlas, Ottawa,
simplex virus-2 seropositivity and sexual behaviour. Canadian Medical Association, 1996:294–296.
AIDS, 2001, 15(7):885–898. 81. Morris B, Bailis S. Circumcision rate too low? ANZ J
65. Pang MG, Kim DS. Extraordinarily high rates of male Surg, 2004; 74(5): 386- 389.
circumcision in South Korea: history and underlying 82. Wirth JL. Circumcision in Australia: an update.Aust
causes. BJU Int, 2002, 89(1):48–54. Paediatr J, 1986, 22(3):225–226.
66. Kim DS, Lee JY, Pang MG. Male circumcision: a South 83. O’Donnell H. Circumcision incidence in Australia.
Korean perspective. BJU Int, 1999, 83(Suppl. 1):28– 2004; http://www.cirp.org/library/statistics/
33. Australia/. Accessed 21 September 2006.
67. Ryu SB et al. Study on consciousness of Korean adults 84. Dickson N, van Roode T, Paul C. Herpes simplex virus
for circumcision. Korean J Urol, 2003, 44(6):561– type 2 status at age 26 is not related to early
568. circumcision in a birth cohort. Sex Transm Dis, 2005,
68. Schmitz RF et al. Results of group-circumcision of 32(8):517–519.
Muslim boys in Malaysia with a new type of 85. Fergusson DM, Boden JM, Horwood LJ. Circumcision
disposable clamp. Trop Doct, 2001, 31(3):152–154. status and risk of sexually transmitted infection in
69. Violante T, Potts MD. Would Thai men want young adult males: an analysis of a longitudinal
circumcision to reduce the risk of HIV/STIs? In: XV birth cohort. Pediatrics, 2006, 118(5):1971–1977.
International AIDS Conference, Bangkok, Thailand, 86. Lawrenson RA. Current practice of neonatal
2004 (Abstract ThPeC7392). circumcision in the Waikato. NZ Med J,
70. Mastro TD et al. Probability of female-to-male 1991,104(911):184–185.
transmission of HIV-1 in Thailand. Lancet, 1994, 87. Gairdner D. The fate of the foreskin: a study of
343(8891):204–207. circumcision. BMJ, 1949, 2(4642):1433–1437, illust.
71. Hutchinson J. On the influence of circumcision in 88. Goldish JC. Nineteenth-century Caribbean
preventing syphilis. Med Times Gazette, 1855, circumcisions: an analysis of the journal of births
32:542–543. and circumcisions performed by Moises Frois
72. Clifford M. Circumcision: its advantages and how to Ricardo. Am Jew His, 2003, 91(2):315–323.
perform it. London, J and A Churchill, 1893. 89. Brinton LA et al. The male factor in the etiology of
73. Schoen EJ. Circumcision. Berkeley, California, RDR cervical cancer among sexually monogamous
Books, 2005. women. Int J Cancer, 1989, 44(2):199–203.
74. American Academy of Pediatrics, Task Force on 90. Castellsague X et al. Chlamydia trachomatis infection
Circumcision. Circumcision policy statement. in female partners of circumcised and uncircumcised
Pediatrics, 1999, 103(3):686–693. adult men. Am J Epidemiol, 2005, 162(9):907–916.
75. Schoen EJ. Re: The increasing incidence of newborn 91. Sanchez J et al. Gender differences in sexual practices
circumcision: data from the nationwide inpatient and sexually transmitted infections among adults in
sample. J Urol, 2006, 175(1):394–395; author reply Lima, Peru. Am J Public Health, 1996, 86(8):1098–
395. 1107.
76. Wirth JL. Current circumcision practices: Canada. 92. Alanis MC, Lucidi RS. Neonatal circumcision: a review
Pediatrics, 1980, 66(5):705–708. of the world’s oldest and most controversial operation.
77. Fetus and Newborn Committee. FN 75 – 01 : Obstet Gynecol Surv, 2004, 59(5):379–395.
circumcision in the newborn period. CPS News Bull 93. Cold CJ, Taylor JR. The prepuce. BJU Int, 1999,
Suppl, 1975, 8(2):1–2. 83(Suppl. 1):34–44.

32 32
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

94. Cole CJ, McGrath KA. Anatomy and histology of the 108. Taha TE et al. Safety, acceptability, and potential
penile and clitoral prepuce in primates. In: efficacy of a topical penile microbicide wipe. J Acquir
Denniston G, Hodges FM, Milos MF, eds., Male and Immune Defic Syndr, 2005, 39(3):347–353.
female circumcision: medical, legal, and ethical 109. Cathcart P et al. Trends in paediatric circumcision
considerations in pediatric practice. New York, and its complications in England between 1997 and
Springer, 1999. 2003. Br J Surg, 2006, 93(7):885–890.
95. Wiswell TE et al. Effect of circumcision status on 110. Rickwood AM, Kenny SE, Donnell SC. Towards
periurethral bacterial flora during the first year of evidence based circumcision of English boys: survey
life. J Pediatr, 1988, 113(3):442–446. of trends in practice. BMJ, 2000, 321(7264):792–
96. Fussell EN et al. Adherence of bacteria to human 793.
foreskins. J Urol, 1988, 140(5):997–1001. 111. Berdeu D et al. Cost-effectiveness analysis of
97. Wiswell TE. The prepuce, urinary tract infections, and treatments for phimosis: a comparison of surgical
the consequences. Pediatrics, 2000, 105 (4 and medicinal approaches and their economic
Pt.1):860–862. effect. BJU Int, 2001, 87(3):239–244.
98. McCoombe SG, Short RV. Potential HIV-1 target cells 112. Nicolai JP, Meek MF. [Treatment of phimosis without
in the human penis. AIDS, 2006, 20(11):1491–1495. circumcision and reconstruction of the prepuce
99. Szabo R, Short RV. How does male circumcision following circumcision]. Ned Tijdschr Geneeskd,
protect against HIV infection? BMJ, 2000, 2005, 149(44):2446–2449.
320(7249):1592–1594. 113. Rickwood AM. Medical indications for circumcision.
100. Weiss HA et al. Male circumcision and risk of syphilis, BJU Int, 1999, 83(Suppl. 1):45–51.
chancroid, and genital herpes: a systematic review 114. Holman JR, Stuessi KA. Adult circumcision. AmFam
and meta-analysis. Sex Transm Infect, 2006, Physician, 1999, 59(6):1514–1518.
82(2):101–109; discussion 110. 115. Singh-Grewal D, Macdessi J, Craig J. Circumcision for
101. Fleming DT, Wasserheit JN. From epidemiological the prevention of urinary tract infection inboys: a
synergy to public health policy and practice: the systematic review of randomised trials and
contribution of other sexually transmitted diseases observational studies. Arch Dis Child,
to sexual transmission of HIV infection. Sex Transm 2005,90(8):853–858.
Infect, 1999, 75(1):3–17. 116. Moses S, Bailey RC, Ronald AR. Male circumcision:
102. Patterson BK et al. Susceptibility to human assessment of health benefits and risks. Sex Transm
immunodeficiency virus-1 infection of human Infect, 1998, 74(5):368–373.
foreskin and cervical tissue grown in explant culture. 117. Daling JR et al. Penile cancer: importance of
Am J Pathol, 2002, 161(3):867–873. circumcision, human papillomavirus and smoking in
103. Donoval BA et al. HIV-1 target cells in foreskins of in situ and invasive disease. Int J Cancer,
African men with varying histories of sexually 2005,116(4):606–616.
transmitted infections. Am J Clin Pathol, 118. Maden C et al. History of circumcision, medical
2006,125(3):386–391. conditions, and sexual activity and risk of penile
104. O’Farrell N et al. Association between HIV and cancer. J Natl Cancer Inst, 1993, 85(1):19–24.
subpreputial penile wetness in uncircumcised men in 119. Tsen HF et al. Risk factors for penile cancer: results of
South Africa. J Acquir Immune Defic Syndr, 2006, a population-based case-control study in Los
43(1):69–77. Angeles County (United States). Cancer Causes
105. Parkash S et al. Human subpreputial collection: its Control, 2001, 12(3):267–277.
nature and formation. J Urol, 1973,110(2):211–212. 120. Schoen EJ et al. The highly protective effect of
106. O’Farrell N, Quigley M, Fox P. Association between newborn circumcision against invasive penile
the intact foreskin and inferior standards of male cancer. Pediatrics, 2000, 105(3):E36.
genital hygiene behaviour: a cross-sectional study. 121. Cook LS, Koutsky LA, Holmes KK. Circumcision and
Int J STD AIDS, 2005, 16(8):556–559. sexually transmitted diseases. Am J Public Health,
107. Meier AS et al. Independent association of hygiene, 1994, 84(2):197–201.
socioeconomic status, and circumcision with 122. Diseker RA et al. Circumcision and STD in the United
reduced risk of HIV infection among Kenyan men. J States: cross sectional and cohort analyses. Sex
Acquir Immune Defic Syndr, 2006, 43(1):117–118. Transm Infect, 2000, 76(6):474–479.

33 33
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

123. Hand EA. Circumcision and venereal disease. Arch 139. British Medical Association. The law and ethics of
Dermatol Syphilol, 1949, 60:341–346. male circumcision: guidance for doctors. London,
124. Lavreys L et al. Effect of circumcision on incidence of 2006.
human immunodeficiency virus type 1 and other 140. Beasley S et al. Position statement on circumcision.
sexually transmitted diseases: a prospective cohort Royal Australasian College of Physicians, Paediatrics
study of trucking company employees in Kenya. J and Child Health Division, 2004.
Infect Dis, 1999, 180(2):330–336. 141. Central Union for Child Welfare. Position statement
125. Parker SW et al. Circumcision and sexually on the circumcision of boys. Helsinki, 2003.
transmissible disease. Med J Aust, 1983, 2(6):288– 142. Lawler FH, Bisonni RS, Holtgrave DR. Circumcision: a
290. decision analysis of its medical value. Fam Med,
126. Reynolds SJ et al. Male circumcision and risk of HIV-1 1991, 23(8):587–593.
and other sexually transmitted infections in India. 143. Christakis DA et al. A trade-off analysis of routine
Lancet, 2004, 363(9414):1039–1040. newborn circumcision. Pediatrics, 2000, 105(1 Pt
127. Smith GL, Greenup R, Takafuji ET. Circumcision as a 3):246–249.
risk factor for urethritis in racial groups. Am J Public 144. Morris BJ et al. RACP’s policy statement on infant
Health, 1987, 77(4):452–454. male circumcision is ill-conceived. Aust NZ J Public
128. Hooper RR et al. Cohort study of venereal disease. I: Health, 2006, 30(1):16–22; discussion 22–25.
the risk of gonorrhea transmission from infected 145. Schoen EJ. Ignoring evidence of circumcision
women to men. Am J Epidemiol, 1978, 108(2):136– benefits. Pediatrics, 2006, 118(1):385–387.
144. 146. Fink KS, Carson CC, DeVellis RF. Adult circumcision
129. Taylor PK, Rodin P. Herpes genitalis and circumcision. outcomes study: effect on erectile function, penile
Br J Vener Dis, 1975, 51(4):274–277. sensitivity, sexual activity and satisfaction. J Urol,
130. Auvert B et al. Randomized, controlled intervention 2002, 167(5):2113-2116.
trial of male circumcision for reduction of HIV 147. Collins S et al. Effects of circumcision on male sexual
infection risk: the ANRS 1265 trial. PLoS Med, 2005, function: debunking a myth?. J Urol,
2(11):e298. 2002,167(5):2111–2112.
131. Weiss HA, Quigley MA, Hayes RJ. Male circumcision 148. Waldinger MD et al. A multinational population
and risk of HIV infection in sub- Saharan Africa: a survey of intravaginal ejaculation latency time. J Sex
systematic review and meta- analysis. AIDS, 2000, Med, 2005, 2(4):492–497.
14(15):2361–2370. 149. WHO/UNAIDS/JHPIEGO. Manual for male
132. Siegfried N et al. HIV and male circumcision: a circumcision under local anaesthesia. Geneva,
systematic review with assessment of the quality of World Health Organization, 2008.
studies. Lancet Infect Dis, 2005, 5(3):165–173. 150. Kaufman GE et al. An evaluation of the effects of
133. Bailey RC et al. Male circumcision for HIV prevention sucrose on neonatal pain with 2 commonly used
in young men in Kisumu, Kenya: a randomised circumcision methods. Am J Obstet Gynecol, 2002,
controlled trial. Lancet, 2007, 369:643–656. 186(3):564–568.
134. Gray RH et al. Male circumcision for HIV prevention 151. Kurtis PS et al. A comparison of the Mogen and
in men in Rakai, Uganda: a randomised controlled Gomco clamps in combination with dorsal penile
trial. Lancet, 2007, 369:657–666. nerve block in minimizing the pain of neonatal
135. Castellsague X et al. HPV and circumcision: a biased, circumcision. Pediatrics, 1999, 103(2):E23.
inaccurate and misleading meta-analysis. J Infect, 152. Taeusch HW et al. Pain during Mogen or PlastiBell
2007, 55(1):91–93; author reply 93–96. circumcision. J Perinatol, 2002, 22(3):214–218.
136. Iskit S et al. Effect of circumcision on genital 153. Kraft NL. A pictorial and video guide to circumcision
colonization of Malassezia spp. in a pediatric without pain. Adv Neonatal Care, 2003, 3(2):50–62;
population. Med Mycol, 2006, 44(2):113–117. quiz 63–64.
137. Davidson F. Yeasts and circumcision in the male. Br J 154. Wiswell TE, Geschke DW. Risks from circumcision
Vener Dis, 1977, 53(2):121–122. during the first month of life compared with those
138. Fetus and Newborn Committee, Canadian Paediatric for uncircumcised boys. Pediatrics, 1989,
Society. Neonatal circumcision revisited. CMAJ, 83(6):1011–1015.
1996, 154(6):769–780.

34 34
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

155. Schlossberger NM, Turner RA, Irwin CE Jr. Early 172. Denniston G, Hodges FM, Milos MF, eds.,
adolescent knowledge and attitudes about Understanding circumcision: a multi-disciplinary
circumcision: methods and implications for research. approach to a multi-dimensional problem. New
J Adolesc Health, 1992, 13(4):293–297. York, Kluwer Academic/Plenum Publishers,
156. Ben Chaim J et al. Complications of circumcision in 2001:129–146.
Israel: a one year multicenter survey. Isr Med Assoc 173. Wise J. Demand for male circumcision rises in a bid
J, 2005, 7(6):368–370. to prevent HIV. Bull World Health Organ, 2006,
157. Gee WF, Ansell JS. Neonatal circumcision: a ten-year 84(7):509–511.
overview with comparison of the Gomco clamp and 174. Farley T et al. Technical guidance on improving
the Plastibell device. Pediatrics, 1976, 58(6):824– safety in male circumcision in resource-limited
827. settings. In: XVI International AIDS Conference.
158. Patel H. The problem of routine circumcision. Can Toronto, Canada, eJIAS, 2006.
Med Assoc J, 1966, 95(11):576–581. 175 UNAIDS. AIDS epidemic update. December 2007,
159. Duncan ND et al. Newborn circumcision using the Geneva, UNAIDS, 2007.
Plastibell device: an audit of practice. West Indian 176. UNAIDS. 2006 Report on the global AIDS epidemic.
Med J, 2004, 53(1):23–26. Geneva, UNAIDS, 2006.
160. Ahmed A et al. Complications of traditional male 177. Global HIV Prevention Working Group. New
circumcision. Ann Trop Paediatr, 1999, 19(1):113– approaches to HIV prevention: accelerating research
117. and ensuring future access. Bill and Melinda Gates
161. Ahmed A. Circumcision practice in Anjouan. Trop Foundation and Henry J. Kaiser Family Foundation,
Doct, 2000, 30(1):52–53. 2006.
162. Okeke LI, Asinobi AA, Ikuerowo OS. Epidemiology of 178. Wawer M et al. Trial of male circumcision in HIV-
complications of male circumcision in Ibadan, positive men in Rakai, Uganda: effects in HIV-
Nigeria. BMC Urol, 2006, 6:21. positive men and in women partners. In: 15th
163. Leitch IO. Circumcision: a continuing enigma. Aust conference on retroviruses and opportunistic
Paediatr J, 1970, 6(2):59–65. infections. (Abstract 33LB) Boston, USA, 2008.
164. Magoha GA. Circumcision in various Nigerian and 179. Otolorin E et al. Making male circumcision services
Kenyan hospitals. East Afr Med J, 1999,76(10):583– in Africa safe and available. In: XVI AIDS Conference
586. (Abstract TUPE0397) Toronto, Canada, 2006.
165. Krieger JN et al. Adult male circumcision: results of a 180. Agot KE et al. Male circumcision in Siaya and Bondo
standardized procedure in Kisumu District, Kenya. Districts, Kenya: prospective cohort study to assess
BJU Int, 96(7):1109–1113. behavioral disinhibition following circumcision. J
166. Bailey RC, Egesah O. Assessment of clinical and Acquir Immune Defic Syndr, 2007, 44(1):66–70.
traditional male circumcision services in Bungoma 181. Scott BE, Weiss HA, Viljoen JI. The acceptability of
District, Kenya: complication rates and operational male circumcision as an HIV intervention among a
needs. 2006 (available at http://www.aidsmark.org/ rural Zulu population, Kwazulu-Natal, South Africa.
resources/pdfs/mc.pdf, accessed 3 July 2007). AIDS Care, 2005, 17(3):304–313.
167. Mayatula V, Mavundla TR. A review on male 182. Tsela S, Halperin DT. Knowledge, attitudes and
circumcision procedures among South African practices regarding male circumcision in the Manzini
blacks. Curationis, 1997, 20(3):16–20. (central) region of Swaziland. In: XVI International
168. Naude JH. Reconstructive urology in the tropical and AIDS Conference (Abstract CDC0611). Toronto,
developing world: a personal perspective. BJU Int, Canada, 2006.
2002, 89(Suppl. 1):31–36. 183. Cassell MM et al. Risk compensation: the Achilles’
169. Schelz Z, Molnar J, Hohmann J. Antimicrobial and heel of innovations in HIV prevention?. BMJ, 2006,
antiplasmid activities of essential oils. Fitoterapia, 332(7541):605–607.
2006, 77(4):279–285. 184. Gray RH et al. Stochastic simulation of the impact of
170. Schenker I. Personal communication to H Weiss, antiretroviral therapy and HIV vaccines on HIV
2006. transmission: Rakai, Uganda. AIDS, 2003,
171. Sidley P. Botched circumcisions kill 14 boys in a 17(13):1941–1951.
month. BMJ, 2006, 333:62.

35 35
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

185. Gray RH. Reducing HIV transmission: lessons from


Rakai and other African studies. In: International
AIDS Society. Rio de Janeiro, Brazil, 2005.
186. Kahn JG, Marseille E, Auvert B. Cost-effectiveness of
male circumcision for HIV prevention in a South
African setting. PLoS Med, 2006, 3(12):e517.
187. Hogan DR et al. Cost effectiveness analysis of
strategies to combat HIV/AIDS in developing
countries. BMJ, 2005, 331(7530):1431–1437.
188. Creese A et al. Cost-effectiveness of HIV/AIDS
interventions in Africa: a systematic review of the
evidence. Lancet, 2002, 359(9318):1635–1643.
189. Obermeyer CM. The consequences of female
circumcision for health and sexuality: an update on
the evidence. Cult Health Sex, 2005, 7(5):443–461.
190. Nussbaum M. Sex and social justice. New York,
Oxford University Press, 1999.
191. World Health Organization. Eliminating female genital
mutilation: an interagency statement. Geneva,
World Health Organization, 2008.
192. WHO Study Group on Female Genital Mutilation and
Obstetric Outcome. Female genital mutilation and
obstetric outcomes: WHO collaborative prospective
study in six African countries. Lancet, 2006,
367(9525):1835–1841.
193. UNAIDS. Safe, voluntary, informed male circumcision
and comprehensive HIV prevention programming:
guidance for decision-makers on human rights,
ethical and legal considerations. Geneva, UNAIDS,
2007.
194. Meeting The Demand For Male Circumcision: Report
Of A Workshop. Convened by The forum
collaborative HIV Research. In collaboration with
the Bil and Melinda Gates Foundation, World Health
Organization and UNAIDS. Kampala, Uganda. March
11-12, 2008.
195. Populasi Indonesia – Penduduk – Demografi dan
Potensi Ekonomi
https://www.indonesia-investments.com
196. Jumlah Penduduk Indonesia (diurutkan berdasarkan
Provinsi)
https://ilmupengetahuanumum.com
197. Mengapa Yesus disunat, kita tidak? – katolisitas.org
https://www.katolisitas.org.
198. Hukum Khitan | Dalil Khitan - Almanhaj
https://almanhaj.or.id/2735-hukum-khitan.html
199. Welcome Perbandingan Agama: Pandangan Buddhis
Mengenai khitan (sunat).
vatihin.blogspot.com/2012/05/pandangan-buddhis-
mengenai-khitanan.html

36 36
Determinasi Tren Global Sirkumsisi Pada Praktek Mandiri

37 37

Anda mungkin juga menyukai