Compiled
Compiled
CONSEPTUAL FRAMEWORK
&
MEASUREMENT THEORY
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
KELAS 10D KURIKULUM KHUSUS
MEASUREMENT THEORY
A. PENTINGNYA PENGUKURAN
Campbell mendefiniskan pengukuran adalah “the assignment of numerals to represent
properties of material systems other thannumbers, in virtue of the laws governing these
properties”. Sedangkan menurut Stevens, pengukuran adalah “assignment of numerals to
objects or events according to the rules”
Dalam pengertian Campbell, “The System” sama dengan “object or events” dalam
pengertian Steven. Dalam hal ini contohnya adalah
meja, manusia, aset, atau jarak perjalanan.
“Properties” yaitu spesifikasi atau karakteristik dari “The System” dalam pengertian
Campbell. Dalam hal ini maka Teori Pengukuran menurut 'ampbell lebih tepat.
Ketika kita melihat hubungan antara pernyataan secara matematika yang berkolerasi d
engan hubungan dari objek atau kejadian, maka pengukuran atas objek atau kejadian
tersebut telah terjadi. Dalam akuntansi, kita mengukur laba dengan langkah pertama yaitu
menghitung/menilai modal dan kemudian mengkalkulasikan laba sebagai pertukaran
dalam modal selama periode akuntansi untuk semua kejadian ekonomi
yangmempengaruhi perusahaan
Pengukuran adalah proses pemberian angka - angka atau label kepada unit analisis
untuk merepresentasikan atribut – atribut. konsep atribut adalah sesuatu yang melekat
pada suatu objek yang menggambarkan sifat atau ciri yang dikandung objek tersebut
Dalam setiap aktivitas manusia, pengukuran senantiasa terjadi. Dapat berupa penilaian
subyektif, seperti persepsi seseorang tentang orang lain, yang dapat menentukan bentuk
hubungan antar keduanya pada masa mendatang, dapat pula berupa pengukuran yang
lebih obyektif ataupun data statistik. Saat transaksi jual - beli, merupakan situasi yang tepat
sebagai contoh tentang pengukuran. Sekantung gula yang kita beli, mungkin berukuran
satu kilogram, atau setengah kilogram, itulah pengukuran yang nyata sehari - hari.
Sedangkan dalam akuntansi contoh pengukuran yang dilakukan adalah ketika kita
mengukur keuntungan dengan terlebih dahulu menetapkan nilai terhadap modal dan
kemudian menghitung keuntungan sebagai perubahan modal selama periode setelah
memperhitungkan semua peristiwa ekonomi yang mempengaruhi kekayaan perusahaan.
Seluruh pengukuran dalam kehidupan itu memiliki tujuan - tujuan khusus untuk
menentukan langkah berikutnya. Pengukuran sangat penting dilakukan karena dengan
mengukur suatu objek, maka kita dapat mengetahui nilai suatu objek sehingga dapat
menjadi acuan untuk dapat menentukan kebijakan yang berkaitan dengan objek tersebut.
Untuk memudahkan kita melakukan suatu pengukuran sehingga memperoleh suatu hasil
yang akurat dan dapat diandalkan maka kita dapat menggunakan skala dan memilih tipe
pengukuran yang sesuai dengan karakteristik objek yang kita ukur.
B. SKALA PENGUKURAN
Setiap pengukuran dibuat berdasarkan sebuah skala. Sebuah skala dibuat ketika aturan
semantik digunakan untuk menghubungkan pernyataan matematika kepada objek atau
kejadian. Skala menunjukkan informasi apa yang diwakili oleh angka, sehingga
memberikan arti kepada angka tersebut. jenis skala yang dibuat tergantung kepada aturan
semantik yang digunakan. Menurut Steven, skala dapat dibagi menjadi nominal, ordinal,
interval atau rasio.
1. Skala Nominal
Dalam skala nominal, nomor hanya diigunakan sebagai sebuah label. Contohnya adalah
penomoran pemain sepak bola. Banyak teori yang tidak sependapat dengan skala
nominal. Torgerson menyatakan, “Dalam pengukuran, nomor yang digunakan
menunjuk kepada jumlah atau tingkat kepemilikan dari suatu objek, dan bukan
menunjukkan kepada objek itu sendiri, Sedangkan dalam skala nominal, nomor
menunjukkan kepada objek atau kelompok dari objek”
2. Skala Ordinal
Skala ordinal dibuat ketika suatu operasi memeringkat objeknya sehubungan dengan
properti yang diberikan. Contohnya, investor melihat satu kemungkinan jenis investasi
untuk uangnya. Investasi tersebut diperingkat 1,2,3 berdasarkan nilai bersihnya saat
ini. Kelemahan skala ordinal adalah interval antar nomor tidak memberitahukan apa -
apa tentang perbedaan kuantitas kepemilikan yang diwakilinya.
3. Skala Interval
Skala interval memberikan informasi yang lebih daripada skala orginal. Tidak hanya
memberi peringkat kepada objeknya, tetapi juga jarak antara interval skalanya
diketahui dan sama. Contohnya adalah pengukuran suhu ruangan dengan
menggunakan thermometer Celsius. Jika kita mengukur suhu dua buah ruangan, misal
ruangan A dan B, dimana suhu ruangan A 22 derajat celsius dan ruangan B 30 derajat
celsius, maka selain kita dapat mengatakan bahwa suhu di ruangan B lebih panas, kita
juga mengetahui bahwa ruangan B lebih panas 3 derajat daripada ruangan A.
Kelemahan skala interval adalah titik nolnya dibuat dengan bebas.
4. Skala Rasio
Skala rasio adalah skala yang :
memberikan peringkat kepada objek atau kejadian
interval antar objek diketahui dan sama
Asal yang unik, titik nol yang alami, dimana jaraknya dengan objek terakhir
diketahui
varian dalam skala berarti bahwa apapun metode pengukuran yang digunakan, maka
sistem pengukuran akan menghasilkan format yang sama dari variabel - variabel yang
digunakan dan pengambil keputusan akan membuat keputusan yang sama juga. Tapi
hal ini tidak berlaku dalam akuntansi, setiap sistem yang berbeda akan berbeda juga
variabel - variabelnya. Pengukuran pendapatan dengan cara yang berbeda akan
menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Metode - metode pengukuran yang
berbeda tersebut tidak memberikan informasi yang sama
C. OPERASI YANG DIIJINKAN DALAM PENGUKURAN
Salah satu alasan untuk mendiskusikan pengukuran adalah penerapan ilmu matematika
tertentu hanya dapat menggunakan pengukuran tertentu. Skala rasio dapat digunakan
untuk semua operasi aritmatik yang fundamental, yaitu penjumlahan, pengurangan,
pengkalian, dan pembagian. Begitu juga dengan algebra, analisis geometri, kalkulus, dan
metode – metode statistikal. Skala rasio akan tetap bagaimanapun transformasi
penggunaannya
Kestabilan dari pengukuran membuat kita paham sampai dimana teori atau peraturan
pada dasarnya akan tetap sama, walaupun pengukuran digunakan pada ukuran berbeda,
seperti sentimeter ke meter.
Tanpa kestabilan, bisa saja X dua kali lebih panjang daripada Y apabila diukur dalam
sentimeter, namun tiga kali lebih panjang apabila diukur dalam meter. Dalam akuntansi,
pengukuran dari current cost adalah varian dari historical cost. Karena atribut dari yang
dihitung berbeda, bisa saja mesin A yang dihitung berdasarkan historical cost seharga
$90.000, namun menjadi seharga $110.000 apabila dihitung berdasarkan current cost.
Tidak semua operasi aritmatik dapat digunakan dengan skala interval. Penjumlahan
dan pengurangan masih bisa digunakan dengan skala interval, namun pengkalian dan
pembagian tidak.
Tidak ada operasi aritmatik yang dapat digunakan dengan menggunakan skala ordinal.
Kita tidak dapat menjumlah, mengurangi, mengkali, dan membagi nomor atau interval
dengan mengunakan skala ini. Oleh karena itu, skala ordinal hanya dapat memberikan
informasi yang terbatas
D. TIPE TIPE PENGUKURAN
Proses pengukuran sama dengan pendekatan ilmiah pada teori konstruksi dan
pengujian. Pertanyaan tentang pengujian teori berhubungan dengan pertanyaan tentang
perbedaan jenis - jenis pengukuran. Campbell membaginya kedalam dua jenis yaitu
fundamental dan turunan. Menurut Campbell, pengukuran bisa diakui hanya ketika ada
konfirmasi teori - teori empiris (hukum) untuk mendukung pengukuran. Tipe pengukuran
yang lebih jauh, pengukuran fiat, yang diungkapkan oleh Togerson, menjadi tambahan atas
pengukuran fundamental dan turunan yang didiskusikan Campbell.
1. Pengukuran Fundamental
Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka - angka bisa
diterapkan pada benda dengan mengacu pada hukum alam dan tidak bergantung pada
pengukuran variabel apapun. Hal - hal seperti panjang, hambatan listrik, nomor, dan
volume merupakan hal - hal yang bisa diukur. Sebuah skala rasio bisa diformulasikan
pada tiap - tiap benda sebagai hukum dasar yang dihubungkan dengan pengukuran
yang berbeda (jumlah) pada benda - benda yang sudah ada.
2. Pengukuran Turunan
Menurut Campbell, sebuah pengukuran turunan merupakan pengukuran yang
bergantung dari pengukuran dua atau lebih benda lain. contohnya adalah pengukuran
kepadatan, yang bergantung pada pengukuran massa dan volume. Dalam
akuntansi,c"ontoh pengukuran turunan adalah keuntungan, yang diturunkan dari
penambahan dan pengurangan pendapatan dengan beban.
3. Pengukuran Formal
Ini adalah tipe pengukuran dalam ilmu sosial dan akuntansi, menggunakan definisi
yang dibangun secara acak untuk dihubungkan dengan hal - hal yang bisa diamati
dengan pasti (variabel) pada konsep yang telah ada, tanpa perlu teori konfirmasi untuk
mendukung hubungan tersebut. Sebagai contoh, dalam akuntansi kita tidak tahu
bagaimana cara untuk mengukur konsep keuntungan secara langsung. Kita
mengasumsikan variabel pendapatan, laba, beban, dan kerugian dihubungkan dengan
konsep keuntungan dan bagaimanapun bisa digunakan untuk mengukur keuntungan
secara tidak langsung.Untuk mengukur validitas pengukurannya, ilmuwan sosial
berusaha menghubungkan hal - hal yang dipelajari dengan variabel lain untuk melihat
manfaatnya. Contohnya, jika kita ingin mengukur kemampuan aritmatik orang, kita
mungkin memilih untuk menguji mereka dalam suatu tes aritmatik. Bagaimanapun,
tidak ada teori empiris yang konfirmasi untuk menilai tes yang kita lakukan, dan kita
membuat asumsi ketika kita membangun skala pengukuran.K&ita bisa memprediksikan
bahwa pada kebanyakan orang, yang mempunyai nilai tes yang tinggi juga akan
berprestasi dalam kuliah matematika
E. KEANDALAN DAN AKURASI
Apa yang dimaksud dengan keandalan dari sebuah pengukuran atau akurasi dari
sebuah pengukuran? Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama kita perlu
menekankan bahwa tidak ada pengukuran yang bebas dari kesalahan kecuali perhitungan.
Sumber-sumber Kesalahan
1. Operasi pengukuran ditetapkan dengan kurang tepat.
Aturan untuk menetapkan angka untuk suatu properti biasanya terdiri dari
`seperangkat operasi`. Seperangkat operasi mungkin tidak dinyatakan dengan tepat
dan karena itu mungkin dapat ditafsirkan dengan kurang tepat oleh orang yang
mengukur.
2. Pengukur.
Pengukur mungkin saja salah mengartikan aturan, berat sebelah, atau menerapkan atau
membaca instrumennya secara tidak benar.
3. Instrumen.
Banyak operasi yang membutuhkan digunakannya instrumen fisik, seperti penggaris
atau termometer atau barometer, yang mungkin saja rusak.
4. Lingkungan.
Tempat dilaksanakannya operasi pengukuran dapat mempengaruhi hasilnya.
5. Atribut tidak jelas.
Apa yang akan diukur mungkin tidak jelas, terutama apabila pengukurannya
melibatkan sebuah konsep yang tidak dapat diukur secara langsung.
Apabila semua pengukuran kecuali perhitungan sudah pasti memiliki kesalahan, lalu
bagaimana bisa suatu laporan yang mengandung pengukuran tersebut dapat dianggap
benar? Masalahnya adalah kebanyakan orang mengharapkan kesempurnaan sementara hal
itu tidak mungkin. Apa yang perlu kita lakukan adalah membuat batasan dari kesalahan
yang dapat diterima. Apabila suatu pengukuran masih dalam batasan ini maka pengukuran
tersebut dapat dianggap benar.
Pengukuran yang Dapat Diandalkan
Seringkali diharuskan untuk unsur-unsur seperti aset, kewajiban, pendapatan dan
beban diakui di laporan keuangan, unsur tersebut seharusnya dapat diukur secara handal.
Apa yang dimaksud dengan pengukuran yang dapat diandalkan? Keandalan merujuk pada
konsistensi yang terbukti dari baik suatu operasi untuk menghasilkan hasil yang
membanggakan maupun dari hasil itu sendiri dalam penggunaan tertentu. Dalam statistik,
keandalan menghendaki pengukuran yang dapat berulang atau dapat dihasilkan kembali,
dengan demikian menunjukkan konsistensinya.
Gagasan keandalan mencakup dua aspek: akurasi dan kepastian dari suatu pengukuran
dan kepercayaan perwakilan akan pernyataan dengan hubungannya dengan transaksi
ekonomi dan peristiwa yang terjadi. Aspek pengukurannya fokus pada presisi dari
pengukuran.
Dari hal-hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa kehandalan dari suatu pengukuran
terkait dengan presisi akan suatu properti yang diukur secara spesifik dengan
menggunakan seperangkat operasi.
Pengukuran yang Akurat
Meskipun suatu prosedur pengukuran mungkin sangat handal, memberikan hasil yang
sangat akurat, pengukuran tersebut bisa jadi tidak menghasilkan hasil yang akurat.
Konsistensi dari hasil, presisi dan kehandalan belum tentu menghasilkan akurasi.
Alasannya adalah akurasi berhubungan dengan seberapa dekat suatu pengukuran dengan
nilai sebenarnya (true value) dari atribut yang diukur.
Hal-hal fundamental seperti panjang suatu objek dapat ditentukan secara akurat
dengan membandingkan objek tersebut dengan standar yang mewakili “true value” dari
objek tersebut, kita dapat menggunakan penggaris misalnya sebagai standar tersebut.
Masalahnya adalah bagi banyak pengukuran true valuenya tidak diketahui. Untuk
menentukan akurasi dalam akuntansi, kita perlu mengetahui atribut apa yang harus kita
ukur untuk mencapai tujuan dari pengukuran tersebut. Tujuan dari akuntansi
menyebutkan kegunaan dari suatu informasi, karena itu akurasi dari suatu pengukuran
berhubungan dengan “gagasan pragmatis” dari kegunaan itu sendiri, akan tetapi akuntan
tidak memiliki kesepakatan mengenai standar yang spesifik dan kuantitatif yang tersirat.
Kita dapat menghitung biaya inventory menggunakan FIFO dan mengulang
perhitungannya sampai beratus kali dan mendapat jawaban yang sama, tapi itu bukan
berarti jawabannya akurat, kecuali dalam hal pengecekan kesalahan aritmatika. Alih-alih
menggunakan istilah ‘akurat’ yang sangat sering dipahami sebagai ketepatan aritmatis,
mungkin lebih bijaksana untuk menggunakan istilah dari ilmuwan sosial yaitu ‘validitas’.
F. PENGUKURAN PADA AKUNTANSI
Pengukuran pada akuntansi termasuk pada kategori pengukuran turunan untuk kapital
dan profit. Profit pada akuntansi termasuk turunan, menurut standar akuntansi
internasional dari perubahan pada kapital dengan fair-value dari aset bersih. Nilai kapital
diturunkan dari nilai bersih pengukuran fair value aset dan kewajiban sehingga kita harus
mengukur nilai awal kapital, nilai pendapatan yang diterima, penggunaan kapital,
perubahan pada fair value pada aset bersih. Penambahan kapital selama periode tersebut
akan mengukur laba pada periode tersebut, yang datang dari berbagai sumber, seperti
operasi dan pengukuran-kembali.
4. Semua pendapatan dan beban harus dikategorikan dan ditampilkan dengan cara yang
(a) meningkatakan pemahaman pengguna tentang performa yang dicapai.
(b) mendukung pembuatan ekspektasi performa masa depan.
5. Laba seharusnya tidak berdasarkan gagasan realisasi.
6. Fokus semestinya pada:
(a) transparansi yang lebih besar
(b) informasi yang berguna untuk investor dan relevansi data untuk pengambilan
keputusan
(c) konsep keandalan yang telah digantikan keterpercayaan yang representatif.
Dengan sistem ini laporan laba rugi akan menjadi sisa antara aset bersih awal dengan
aset bersih akhir, ketimbang neraca menjadi sisa antara biaya yang belum dialokasikan
setelah proses penyandingan, yang adalah kasus pada pengukuran biaya historis. Meskipun
isu ini tidak lagi disepakati, mereka menggambarkan pemikiran lama IASB adalah indikator
dari arah yang mungkin di masa depan.