Anda di halaman 1dari 22

RESUME BAB IV-V

CONSEPTUAL FRAMEWORK
&
MEASUREMENT THEORY

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5
KELAS 10D KURIKULUM KHUSUS

Arief Mukhlas Prasetya (04)


Febrian Dika Pratama (12)
Nugroho Adi (20)
Ramadhani Ardiansyah (21)
Zain Farosdaq (29)

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara


2014
BAB 4
KERANGKA KONSEPTUAL

A. PERANAN KERANGKA KONSEPTUAL


Kerangka konseptualakuntansiadalah teoriakuntansi yang terstruktur. Berikut
merupakan komposisi kerangka konseptual akuntansi:
1. Level I (TingkatTeoritis Tertinggi): menyatakanruang lingkupdan tujuanpelaporan
keuangan
2. LevelII(KonseptualFundamental):
mengidentifikasidanmendefinisikankarakteristikkualitatifinformasikeuangan(seperti
relevansi, keandalan, comparabilty, ketepatan waktudan dimengerti) dan
elemendasardarilaporan akuntansi(seperti aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan,biaya,
dan keuntungan)
3. Level III(Operasional): berhubungandengan prinsipdan aturanpengakuan
danpengukuranunsur-unsurdasar danjenis informasiyang akan ditampilkandalam
laporankeuangan.
FASB telah mendefinisikan kerangka konseptual sebagai:
“Sebuah sistem yang koheren dari tujuan yang saling berkaitan dan fundamental yang
diharapkan mengarah pada standar yang konsisten dan yang menentukan sifat, fungsi dan
batas-batas akuntansi dan pelaporan keuangan.”
Kata-kata seperti “sistem yang koheren” dan “konsisten” menunjukkan bahwa FASB
mendukung sebuah kerangka yang teoritis dan tidak sewenang-wenang, dan kata
“mengatur” mengarah pada pendekatan normatif.
Meskipun benar bahwa profesi akuntan telah bertahan sejauh ini tanpa dibentuknya
sebuah teori yang resmi, dan mungkin bisa terus bertahan, banyak masalah timbul karena
kurangnya teori secara umum
Membiarkan entitas untuk memilih metode akuntansi mereka sendiri dalam batas-
batas prinsip akuntansi yang berlaku umum diinginkan oleh beberapa entitas.
Inkonsistensi dalam praktik telah dilihat sebagai masalah.
Gellein, mantan anggota baik dalam APB dan FASB, berkomentar bahwa karena
kurangnya kerangka konseptual, Gresham’s law kadang-kadang mengambil alih: Praktik-
praktik buruk lebih sering dijumpai daripada praktik yang baik.
B. OBJECTIVES OF CONCEPTUAL FRAMEWORKS
Tujuandasarlaporankeuanganeksternaladalah memberikan informasiyang
bergunakepada investor maupun calon investordan kreditordan penggunalainnyadalam
membuatinvestasi yang rasional, kredit, dan keputusanserupa. Tujuan inidianggap mudah
didapatkan denganmelaporkaninformasiyang:
1. bergunadalam pengambilan keputusanekonomi
2. bergunadalam menilaiprospekarus kas
3. memuat tentangsumber daya perusahaan, klaimterhadap sumber daya tersebutdan
perubahandidalamnya
Dalam rangka memberikaninformasi keuanganyang berguna, akuntanharus
memilihinformasi mana yang akan digunakan. Oleh karena itusangatlah perlu bagi seorang
akuntan untuk mengembangkankualitas dalam membuatinformasi yang berguna.
FASB menerbitkan tujuh laporan konsep yang mencakup topik-topik berikut:
1. Tujuan pelaporan keuangan oleh perusahaan bisnis dan organisasi non-profit
2. Karakteristik kualitatif informasi akuntansi yang berguna
3. Elemen laporan keuangan
4. Kriteria pengakuan dan pengukuran unsur-unsur
5. Penggunaan arus kas dan informasi nilai sekarang dalam pengukuran akuntansi
Sedangkan KomiteStandarAkuntansi Internasional(IASC) menyatakan
bahwaKerangkaDasar Penyusunan danPenyajian Laporan Keuangan seharusnya:
1. Mendefinisikantujuanlaporan keuangan
2. Mengidentifikasikarakteristik kualitatifyang membuatinformasi dalam laporan
keuanganberguna
3. Mendefinisikanelemen dasarlaporan keuangandankonsepdasar pengakuan dan
pengukurandalamlaporan keuangan.
Kerangka kerja inimengakui bahwaberbagaipengukurandigunakan
dalamlaporankeuangan(misalnya, biaya historis, biaya saat ini, nilai realisasi bersih,
dannilai sekarang) tetapitidak termasukprinsip pemilihandasar pengukuran.
IAS8, paragraf10, mensyaratkan bahwadalam ketiadaanstandarIASBatau
penafsiranyangsecara spesifikberlaku untuktransaksi, peristiwa ataukondisilainnya,
manajemenharus menggunakan penilaiandalam mengembangkan dan menerapkansuatu
kebijakan akuntansiyang menghasilkaninformasi yang:
1. Relevan dengan pengambilan keputusan ekonomi kebutuhan pengguna; dan
2. Andal, bahwa laporan keuangan harus:
a. Mewakili posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang sesungguhnya
b. Mencerminkan substansi ekonomi transaksi, peristiwa lain dan kondisi, dan bukan
hanya bentuk hukum
c. Netral, yaitu bebas dari dugaan
d. Prudent
e. Lengkap dalam semua hal yang material
IAS 8, ayat 11, menyediakan 'hierarki' dari pernyataan akuntansi. Dikatakan bahwa
dalam membuat keputusan yang diperlukan dalam ayat 10:
“Manajemen mengacu pada, dan mempertimbangkan penerapan sumber-sumber berikut
dalam urutan sebagai berikut:
1. Persyaratan dan bimbingan dalam standar dan interpretasi terkait masalah yang sama;
dan
2. Definisi, kriteria pengakuan dan konsep pengukuran untuk aset, kewajiban, pendapatan
dan beban dalam rangka.”
DiAustralia, proyekkerangka kerja konseptualdiperkenalkan
olehpelepasanenamdrafteksposur. Empat pertama, Eds42Ake42Dyang dirilis
padaDesember1987.Sisadua drafteksposuryang, ED46ADanED46bdirilispada bulan April
1988.
Publishing Exposure Pronouncement
year Draft
Dec 1987 42A The objective of financial reporting
Dec 1987 42B The qualitative characteristic of financial information
Dec 1987 42C The definition and recognition of assets
Dec 1987 42D The definition and recognition of liabilities
April 1988 46A The definition and recognition of reporting entity
April 1988 46B The definition and recognition of expense
August 1990 51A Definition of Equity
August 1990 51B The definition and recognition of revenue

Publishing Statement of Pronouncement


year Accounting
Concept
Augusts SAC 1 Definition of the Reporting Entity
1990
Augusts SAC 2 Objectives of General Purpose Financial Reporting
1990
Augusts SAC 3 Qualitative Characteristics of Financial Information
1990
March 1992 SAC 4 Definition and Recognition of the Elements of
Financial Statements
May 1995 SAC 4 Revised and reissued
Australian Accountingi Research Foundation (AARF) mengindikasikan beberapa
manfaat yang akan timbul dari sebuah kerangka yang sukses, sebagai berikut:
1. Persyaratan pelaporan akan lebih konsisten dan logis karena mereka akan berasal dari
set tertib konsep.
2. Menghindari persyaratan pelaporan akan jauh lebih sulit karena adanya merangkul
semua ketentuan
3. Pejabat yang menetapkan persyaratan akan lebih bertanggung jawab atas tindakan
mereka dalam pemikiran di balik persyaratan spesifik akan lebih eksplisit, karena akan
ada kompromi yang dapat dimasukkan dalam standar akuntansi tertentu
4. Kebutuhan akan standar akuntansi tertentu akan dikurangi bagi mereka keadaan di
mana aplikasi yang sesuai konsep tidak jelas, sehingga meminimalkan risiko regulasi
yang berlebih
5. Penyusun dan auditor akan dapat lebih memahami persyaratan pelaporan keuangan
yang mereka hadapi
6. Pengaturan persyaratan akan lebih ekonomis karena masalah tidak perlu re-
diperdebatkan dari sudut pandang yang berbeda
Tujuan dan manfaat yang diusulkan dari kerangka konseptual berasumsi bahwa
kerangka konseptual yang digunakan di negara tertentu mendasari standar akuntansi
negara itu. Oleh karena itu penerapan standar IASB di Australia mengharuskan review dari
kerangka konseptual Australia untuk menentukan cuaca kerangka bisa memenuhi
fungsinya ketika AASB menerbitkan standar berdasarkan IFRS, atau cuaca kerangka harus
diubah untuk memenuhi berubah keadaan pengaturan standar di Australia.
Kerangka AASB sejalan dengan kerangka IASB dan memiliki paragraf tambahan
dimasukkan untuk menjelaskan penerapannya di Australia. Tujuan dari kerangka kerja
tidak berubah.Hal ini mencakup:
1. Membantu AASB dalam pengembangan standar akuntansi di masa depan
2. Mempromosikan peraturan harmonis dan mengurangi jumlah jika pengobatan
alternatif
3. Membantu preparers, auditor dan pengguna laporan keuangan
4. Menunjukkan pendekatan AASB untuk merumuskan standar akuntansi
C. DEVELOPING A CONCEPTUAL FRAMEWORK
Principle-based and Rule-based Standard Setting
Kerangka konseptualmemiliki peran pentingdalam prosespenetapan standarkarena
menyediakan kerangka kerja untukpengembanganstandar yangkoherenberdasarkan
prinsipkonsistensi. Meskipun IASB memiliki tujuan untuk menghasilkanstandarberbasis
prinsipdan hal ituterlihatpadakerangka konseptualsebagai pedoman,
beberapastandarterakhir sepertiIAS39telah dikritik“terlaluberbasis aturan”. Namun,
standar berbasis aturanmemiliki beberapa keuntunganyang menjelaskanpopularitasnya,
termasuk peningkatankomparabilitas danadanya kepastian atasauditordanpembuat
regulasi.
Pada tahun 2002, Undang-UndangSarbanes-Oxley menunjukUSRegulator(The Security
and Exchange Commission,SEC) untuk melakukan studitentangpenggunaanprinsip-
prinsipdalamproses penetapan standar. Penunjukan ini
menghasilkanbeberaparekomendasibahwastandarharus:
1. Berdasarkan analisisyang diperbaikidanditerapkan secara konsistenkerangka
konseptual
2. Jelasmenyatakantujuandaristandar
3. Memberikanrincidanstruktur yang cukupbahwastandar dapatdioperasionalkandan
diterapkansecara konsisten
4. Meminimalisasipenggunaanpengecualiandari standar
5. Hindari penggunaanujipersentase(bright lines) yangmemungkinkan para
insinyurkeuanganuntuk mencapai kepatuhanteknisuntukmenghindarimaksud
daristandar.
Semakin besarpenekanan padakerangka konseptual, prinsip-prinsipdan tujuanmuncul
dariperistiwa baru-barudiAmerikaSerikat. Sarbanes-Oxley Act memperkenalkan
banyakperubahan untuk meningkatkankualitas pelaporankeuangandan audit.
Iniperbaikanregulasipelaporan keuanganjuga mengubahpendekatan untukpenetapan
standar.
Salah satu alasanadanya dominasi peraturan dalam standar di Amerika Serikatadalah
bahwa staf SECmemintaaturandariFASBuntuk digunakandalam menafsirkanstandar
akuntansi. Namun, interpretasistandar akuntansimemerlukanketerampilandan
penilaianyangmungkin berbeda antara yang satu dan yang lain, sehingga
menghasilkaninterpretasi yang berbeda.
Information for Decision Making and The Decision-Theory Approach
Informasi akuntansi pada awalnya lebih banyak ditujukan sebagai pertanggungjawaban
pengurus perusahaan kepada pemilik perusahaan. Informasi akuntansi ini disusun pada
akhir masa kepengurusan atau periode tertentu. Seiring dengan perkembangan bentuk
perusahaan, manajer tidak lagi hanya bertanggung jawab kepada pemilik perusahaan
tetapi juga kepada para pemegang saham atau pemilik modal. Para pemilik modal ini ingin
memahami apa yang telah dilakukan oleh manajer atas sumber daya yang mereka
percayakan sebelumnya. Pemilik modal menggunakan informasi akuntansi tersebut untuk
mengevaluasi kinerja dari manajemen perusahaan.
Fungsi Informasi akuntansi sebagai media pengawasan manajemen kemudian mulai
beralih kepada fungsi pengambilan keputusan pada tahun 1960. Penekanan fungsi
pengambilan keputusan terjadi karena adanya perkembangan teori keputusan (decision
theory). Pergesaran ini menjadikan informasi akuntansi berkembang lebih luas baik dalam
hal cakupan penggunanya, informasi yang dikandungnya, serta kegunaan dari informasi
akuntansi.
Penekanan pada pengambilan keputusan juga berimplikasi pada penggunaan current
value dibandingkan historical cost. Current value dianggap memiliki beberapa kelebihan
untuk memprediksi masa depan dan dalam pengambilan keputusan. Current value
merupakan nilai yang paling relevan untuk pengambilan keputusan karena masa kini
adalah masa yang paling dekat dengan masa depan dan masih dapat
dipertanggungjawabkan nilainya.
Pendekatan teori keputusan dalam akuntansi berguna untuk menguji apakah akuntansi
telah mencapai tujuannya. Teori ini berperan sebagai standar untuk menilai praktik
akuntansi yang terjadi serta menjadi ‘blueprint’ dalam penyusunan berbagai sistem praktik
akuntansi individual. Jika sistem individu menyediakan informasi yang berguna, teori yang
menjadi dasar dari sistem tersebut dapat dianggap efektif dan valid.
International Developments: the IASB and FASB Conceptual Framework
Pada Oktober 2004, FASB dan IASB menginisiasi sebuah proyek pengembangan dan
perbaikan atas kerangka kerja konseptual yang berlaku saat itu. Penyempurnaan kerangka
kerja ini sangat berguna dalam pengembangan standar yang berdasarkan prinsip-prinsip
akuntansi, konsisten secara internal, dan terkonvergensi secara internasional. Perubahan-
perubahan yang akan terjadi terkait dengan proyek ini adalah:
A. Fokus pada perubahan lingkungan yang terjadi sejak penerbitan kerangka kerja awal
serta penghapusan kerangka kerja awal guna pengembangan dan konvergensi
kerangka kerja yang ada secara efektif dan efisien.
B. Memberikan prioritas untuk menangani isu-isu yang terjadi di tiap tahapan yang
kemungkinan akan memberikan manfaat kepada dewan dalam jangka pendek, isu
tersebut adalah isu lintas sektoral yang mempengaruhi sejumlah proyek terkait standar
baru atau yang direvisi. Pekerjaan pada setiap tahapan akan dilaksanakan secara
simultan dan dewan berharap memperoleh keuntungan dari pekerjaan yang sedang
berjalan terhadap proyek-proyek lainnya.
C. Sebagai awal dari pertimbangan konsep yang dapat diaplikasikan terhadap entitas
bisnis sektor swasta. Dewan kemudian secara bersama-sama mempertimbangkan
konsep yang dapat diaplikasikan tersebut kepada organisasi swasta non-profit. Proyek
ini akan diawasi oleh perwakilan dewan penyusunan standar pemerintah.
Dewan menjalankan proyek kerja sama dalam delapan tahapan. Masing-masing dari
tujuh tahapan awal akan membahas dan meliputi perencanaan, riset, pertimbangan awal
anggota dewan, tanggapan masyarakat, serta pertimbangan ulang atas aspek utama dalam
kerangka kerja dewan. Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
PHASE TOPIC
A Objective and Qualitative Characteristic
B Elements and Recognition
C Measurement
D Reporting Entity
E Presentation and Disclosure, including Financial Reporting Boundaries
(Inactive)
F Framework Purpose and Status in GAAP Hierarchy (inactive)
G Applicability to Not-for-Profit Sector (Inactive)
H Remaining Issues (Inactive)
Entity vs Proprietorship Perspective
Sudut pandang entitas dan perseorangan akan merepresentasikan pendekatan yang
bebeda terhadap pelaporan keuangan. Banyak kalangan yang sepakat bahwa dalam hal
pelaporan keuangan maka sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang entitas
dan bukan sudut pandang perseorangan. Sudut pandang yang digunakan merupakan hal
yang penting karena akan mempengaruhi pekerjaan pada tahapan D penyusunan kerangka
kerja konseptual, yaitu Reporting Entity. Pada tahapan ini, sudut pandang alternatif
kembali didiskusikan demi memperoleh keputusan terbaik.
Primary User Group
Dewan FASB/IASB menyepakati bahwa pengguna utama laporan keuangan adalah
penyedia modal saat ini dan potensi di masa yang akan datang. Penyedia modal ini adalah
investor, peminjam dana (lenders), atau kreditur lainnya dari suatu perusahaan. Namun
perlu dicatat bahwa terdapat banyak sekali pengguna laporan keuangan dan usaha
simplifikasi kelompok utama pengguna laporan utama akan menimbulkan masalah baru.
Simplifikasi hubungan antara entitas dengan pengguna individu ini akan menghilangkan
karakter unik yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Hal lain yang menjadi perhatian
adalah dengan adanya fokus pada pengguna utama maka timbul kebutuhan untuk pihak
lain, yaitu yayasan (foundation) dan kelompok pengawas corporate governance.
Decision Usefulness and Stewardship
Pelaporan keuangan memiliki kegunaan yang beragam dalam pengambilan keputusan
mulai dari keputusan alokasi sumber daya hingga keputusan untuk melindungi dan
meningkatkan investasinya. Pelaporan keuangan juga berguna dalam hal evaluasi
kepengurusan (stewardship). Beberapa pihak menganggap bahwa tujuan terkait
kepengurusan (stewardship) tidak memperoleh perhatian yang sama apabila dibandingkan
dengan tujuan pengambilan keputusan. Selain itu, muncul juga pandangan bahwa peran
laporan keuangan dalam menyediakan informasi yang memungkinkan pengguna (user)
untuk meramalkan “future cash flow” terlalu ditekankan atau berlebihan. Para ahli
berpendapat bahwa akuntabilitas dan tujuan stewardship yang terkait dengan evaluasi dan
pemantauan kinerja perusahaan di masa lalu sama pentingnya dengan kemampuan
laporan keuangan sebagai penyedia informasi dalam pengambilan keputusan. Oleh karena
itu, tujuan stewardship tidak lagi boleh dikesampingkan dan tetapi disejajarkan dengan
fungsi laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.
Qualitative Characteristic
Kerangka kerja IASB meiliki empat karakteristik kualitatif yaitu dapat dimengerti
(understandability), relevan (relevance), dapat diandalkan (reliability), dan dapat
dibandingkan (comparability). Draft exposure yang diajukan oleh dewan IASB mengusulkan
bahwa karakteristik kualitatif yang membuat informasi berguna adalah relevan, penyajian
yang meyakinkan, dapat dibandingkan, dapat diverifikasi, tepat waktu, dan dapat
dipahami. Dewan juga menyatakan bahwa hambatan dalam pelaporan keuangan adalah
materialitas dan biaya. Karakteristik kualitatif dibedakan menjadi karakteristik dasar
seperti relevan dan penyajian yang meyakinkan serta karakteristik tambahan seperti dapat
dibandingkan, dapat diverifikasi, tepat waktu, dan dapat dipahami.
Semua pihak setuju dengan proposal yang diajukan dewan dalam exposure draft bahwa
relevan adalah karakteristik dasar namun terjadi perdebatan atas usulan penyajian yang
meyakinkan sebagai karakteristik dasar. Banyak pihak yang berpendapat bahwa reliability
lebih mendasar dari faithful representation. Realibility tidak bisa digantikan oleh faithful
representation karena memiliki makna yang berbeda. Para ahli berpendapat kerangka kerja
konseptual akuntansi harus mampu menjawab ketidakjelasan dalam pengertian tersebut.
Banyak pihak yang menyarankan perubahan karakteristik kualitatif yang terdapat pada
exposure draft. Banyak pihak yang menyarankan understandability, verifiability, prudence,
serta substance over form, true and fair view, serta transparency dijadikan karakteristik
dasar. Namun usulan-usulan tersebut, terutama konsep kehati-hatian, tidak dapat dietujui
oleh dewan karena tidak konsisten dengan prinsip netralitas. Walaupun tidak dimasukkan
ke dalam karakteristik kualitatif, konsep kehati-hatian tersebut masih terus digunakan
secara aktif oleh IASB.
D. A CRITIQUE OF CONCEPTUAL FRAMEWORK PROJECTS
Perkembangan kerangka kerja konseptual tidak lepas dari kritik berbagai pihak. Kritik
ini membuat perkembangan kerangka kerja konseptual mengalami perkembangan yang
lambat serta menjadi pemicu terselenggaranya proyek IASB/FASB. Dalam melakukan
analisis atas kritik yang terjadi, terdapat dua pendekatan yang bisa digunakan yaitu
pendekatan ilmiah (scientific approach) dan pendekatan profesional (professional
approach).
Dalam semua pertanyaan dalam penyusunan standar akuntansi, selalu terdapat
pertanyaan sama yang diajukan, yaitu “apakah yang dimaksud dengan nilai? Bagaimana
kita menilai elemen dasar akuntansi seperti aset dan kewajiban?” Salah satu tujuan dari
kerangka kerja konseptual adalah untuk menjawab pertanyaan tersebut sehingga
menghindari terjadinya perdebatan yang berulang mengenai hal yang sama.
Ontological and Epistemological Assumptions
Fokus dalam berbagai macam proyek kerangka kerja konseptual adalah menyediakan
informasi pelaporan keuangan kepada pengguna dalam bentuk yang objektif dan tidak
bias. Ketidakbiasan atau netralitas dapat diartikan sebagai sebuah kualitas informasi yang
mencegah pengguna utama mengambil keputusan yang menguntungkan pihak tertentu.
Filosofi tentang netralitas ini timbul karena anggapan bahwa kita bisa mengamati,
mengukur, dan mengkomunikasikan realitas akuntansi secara objektif. Filsuf ilmu
pengetahuan berpendapat bahwa kebenaran ilmiah tidaklah objektif. Kebenaran ilmiah
hanyalah sebuah pernyataan tentang kenyataan yang telah dibangun. Hal ini menimbulkan
pertanyaan apakah teori yang menjadi dasar penyusunan kerangka dapat bersifat netral.
Kerangka konseptual diyakini tidak dapat memberikan sebuah pengukuran realitas
ekonomi yang benar-benar objektif karena tidak adanya realitas praktik akuntansi yang
bersifat independen.
Circularity of Reasoning
Salah satu tujuan dari kerangka kerja konseptual adalah memberikan panduan kepada
akuntan dalam menjalankan praktik akuntansi sehari-hari. Jika kerangka kerja konseptual
dilihat secara sederhana maka setidaknya akuntan harus mengikuti sebuah langkah ilmiah
yaitu prinsip dan praktik diperoleh dari teori yang berlaku secara umum. Namun, ada
kalanya kerangka kerja konseptual tidak berlaku umum secara penuh karena terjebak
dalam lingkaran internal. Ilustrasi yang bisa digunakan adalah standar reliability dalam
Pernyataan FASB No.2 yang sangat tergantung pada pencapaian kualitas lainnya seperti
penyajian yang meyakinkan, netralitas, dan dapat diverifikasi. Untuk mengatasi masalah
circularity of reasoning ini, FASB telah mencoba mengajukan gagasan bahwa seseorang
yang bekerja di bidang akuntansi wajib memiliki pengetahuan yang sesuai dan mencukupi
dalam mengartikan sebuah laporan keuangan.
An Unscientific Discipline
Pertanyaan mendasar yang masih menghantui ahli akuntansi adalah pertanyaan
apakah akuntansi adalah ilmu sains? Kerangka kerja konseptual akuntansi berusaha untuk
mengadopsi pendekatan ilmiah namun hal ini tidak serta merta menjadikan akuntansi
sebagai cabang ilmu sains karena akuntansi lebih tepat dideskripsikan sebagai seni. Ahli
akuntansi mempertimbangkan bahwa akuntansi lebih dekat dengan ilmu hukum
dibandingkan ilmu fisika karena akuntansi dan hukum berhubungan dengan berbagai
macam pengguna yang memiliki kepentingan dan tujuan yang berbeda-beda pula.
Riset positif
Sudah sering menjadi perdebatan bahwa fokus utama kerangka konseptual telah
mengabaikan temuan empiris dari riset akuntansi positif. Riset pasar mua-mula
menyatakan keragu-raguan atas kemampuan data akuntansi yang dipublikasikan dalam
memberi pengaruh pada pasar saham, dan juga keraguan atas pentingnya data akuntansi
dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam pasar saham. Selain itu, pasar saham juga
nampak tidak bisa dikelabui dengan teknik akuntansi yang kreatif sekalipun. Lebih jauh
lagi, teori agensi menyebabkan banyaknya variasi teknik-teknik akuntansi yang berbeda.
Teknik-teknik tersebut kemudian diseleksi oleh manajer berdasarkan biaya terendah
(prinsip efisiensi). Teknik akuntansi tersebut bervariasi antar perusahaan dan industri.
Oleh karena itu, dalam memilihnya, informasi akuntansi akan sangat berguna. Di sinilah
titik dimana riset belum sepenuhnya digunakan.
Lebih jauh lagi, perdebatan antara apakah riset akuntansi positif bertentangan dengan
kerangka konseptual terkadang mengabaikan bukti bahwa pasar modal tidak sepenuhnya
efisien. Bahkan sekalipun pasa efisien, tidak berarti bahwa pengambil keputusan telah
memproses informasi secara efisien. Jika kerangka konseptual mampu memastikan hal ini,
baru dapat dikatakan bahwa kerangka tersebut memberi peran.
Kerangka konseptual sebagai dokumen kebijakan
Meski dianggap sebagai ilmu pengetahuan, kerangka konseptual telah gagal dalam
beberapa tes “ilmiah”. Meski realita adalah konstruksi sosial semata, proses deduktif dalam
kerangka konseptual tidak dapat merubah realita menjadi sesuatu yang diharapkan. Cara
lain dalam memandang kerangka konseptual secara deduktif atau normatif dapat
dilakukan dengan memandangnya sebagai model kebijakan. Ijiri membedakan antara
model normatif dan model kebijakan. Model normatif berdasar pada asumsi tertentu yang
berfokus pada tujuan. Meskipun model normatif mempunyai implikasi kebijakan, dia
berbeda dengan model kebijakan, karena kaitannya dengan tujuan. Sedangkan model
kebijakan berdasar pada penilaian dan pendapat.
Kontroversi antara teoris akuntansi berkisar antara bagaimana praktik akuntansi yang
seharusnya (menurut Ijiri ini jelas termasuk dalam kelompok kebijakan). Bagi kaum positif,
pendekatan deskriptif adalah upaya melegitimasi posisi ideologis pada level teoritis.
Perbedaan antara teori dan kebijakan juga penting. Kebijakan biasanya diselesaikan
melalui cara politik. Ini bisa menjadi krusial jika melihat pada kerangka konseptual dalam
hal interpretasi atas relitas dan proses politik. Kekuatan politik diartikan sebagai
kemampuan mewujudkan keadaan yang mereka inginkan atas pihak lain. Karena akuntansi
tidak mungkin berjalan dalam kondisi vakum ekonomi, sosial, dan politik, maka akibat
kerangka konseptual pasti akan menguntungkan suatu pihak, atau paling tidak akan
terwujud konsensus antar dua pihak. Kerangka konseptual nampak memperkuat
pendekatan konstitusional, dengan cara megesahkan prinsip yang sudah ada. Pendekatan
konstitusional juga sejalan dengan asersi bahwa akuntansi sangat tergantung pada dogma
dalam menyusun kriteria kebenaran.
Dalam mempertahankan pendekatan FASB dalam membangun kerangka konseptual,
FASB berpendapat bahwa pandangan yang menyatakan bahwa standar dapat disusun
melalui konsensus adalah bagian dari kepercayaan bahwa standar adalah konvensi, dan
konvensi dibentuk melalui kesepakatan. Kerangka konseptual sangat cocok diterapkan
pada sektor publik karena dia adalah pendekatan konseptual.
Penelitian FASB juga menyatakan bahwa praktik saat ini cenderung menunjukkan
bahwa proses politiklah yang menentukan perkembangan kerangka. Miller berpendapat
bahwa FASB beserta kerangka konseptualnya hanya bisa bertahan dengan
mempertahankan posisinya dalam memberikan manfaat kepada pasar modal.
Nilai profesional dan pembelaan-diri
Penjelasan mengenai kerangka konseptual dalam hal pembelaan diri dan nilai
profesional sekilas nampak saling bertentangan. Pembelaan diri berakibat pada
penmenuhan keinginan pribadi, sedangkan nilai profesional berfokus pada idealisme.
Namun, penilaian profesional dapat mengandung banyak makna. Organisasi profesional
merupakan pertumbuhan secara sadar atas sekelompok profesi.
Gerboth berpendapat bahwa unsur tanggung jawab pribadi inilah yang menyebabkan
keputusan akuntan menjadi obyektif. Kunci obyektivitas terletak pada mereka yang
melakukan akuntansi. Akuntansi harus dilarang membentuk konsepnya sendiri atau
membangun struktur intelektual, tetapi harus berperilaku secara profesional.
Telah dinyatakan sebelumnya bahwa kerangka konseptual tidak dapat berjalan dalam
kondisi vakum sosial. Ketika campur tangan manusia yang kompleks terlibat, sangatlah
sulit mengembangkan kerangka dan model yang lengkap. Kemustahilan dalam kesepatan
atas standar akuntansi normatif didukung oleh Demski. Demski bahkan memberikan bukti
matematis bahwa tidak ada standar yang dapat membantu menentukan alternatif
akuntansi tanpa melibatkan kepercayaan dan pandangan individu. Kepercayaan ini bisa
jadi merupakan campuran antara nilai pribadi dan profesional. Oleh karena itu, Bromwich
berpendapat bahwa solusi atas penyusunan standar akuntansi adalah dengan
mengeluarkan serangkaian bagian standar yang memuat masalah-masalah akuntansi.
Aspek yang kurang ideal dalam nilai profesional adalah konsep kekuasaan pribadi dan
monopoli. Konsep ini sejalan dengan pendekatan konstitusional oleh Buckley. Pengajuan
proposal standar berhubungan dengan naluri monopoli oleh para profesional. Hal ini
diwujudkan dengan memperumit standar dan konsep. Dengan demikian publik akan
sangat bergantung pada akuntan dan auditor dalam menyiapkan laporan keuangan dan
menginterpretasikannya. Hal inilah yang disebut monopoli profesional. Hal ini juga tidak
konsisten dengan pernyataan bahwa kerangka konseptual bertujuan untuk memberikan
informasi yang obyektif, relevan dan dapat dipercaya.
E. CONCEPTUAL FRAMEWORK FOR AUDITING STANDARDS
Upaya pertama dalam meneorikan auditing berawal pada 1961. Miller dan Sharaf
berupaya membuat teori atas audit yang selama hanya praktik. Mereka berpendapat
bahwa audit bukanlah bagian dependen dari akuntansi, tetapi sebuah disiplin logis,
sehingga audit tidak dibatasi pada informasi akuntansi semata. Mereka juga
mempertanyakan kompatibiltas audit dan jasa konsultasi, dan menyaranka agar keduanya
dipisah demi menjamin independensi auditor.
Teori mereka dikembangkan oleh ASOBAC pada 1970-an, dimana fokus utama adalah
pada pengumpulan dan pengujian bukti yang kemudian menjadi perdebatan. Disinilah
periode perkembangan audit secara cepat terutama peran perkembangan teknologi.
Namun pada 1990-an audit terkendala oleh kekuatan lain yang berusaha menghalanginya.
Kekuatan tersebut yaitu adanya tekanan dari manajer untuk mengurangi biaya audit. Hal
ini kemudian berdampak pada metode audit, dimana terjadi pengurangan dalam pengujian
transaksi dan lebih kepada menguji pengendalian internal perusahaan. Hal ini tentu
membuat waktu audit menjadi lebih hemat. Proses tersebut kemudian disebut audit risiko
bisnis.
Audit risiko bisnis merupakan audit atas risiko klien sebagai bagian dari proses audit.
Audit risiko menuntut auditor untuk menilai risiko inheren dan risiko lain yang tidak
terdeteksi sistem. Hal ini sebenarnya sudah dimulai pada tahun 1940-an, namun baru
dipertegas dengan adanya COSO pada 1992. Klien dengan pengendalian internal yang
efektif dipandang memiliki risiko yang lebih kecil.
Perkembangan audit risiko apda mulanya diterapkan di perusahaan-perusahaan besar.
Namun, meski sudah terdapat kerangka, auditor merasa canggung dalam melakukan audit
risiko, dan berpendapat bahwa manfaatnya tidak signifikan .
BAB 5

MEASUREMENT THEORY

A. PENTINGNYA PENGUKURAN
Campbell mendefiniskan pengukuran adalah “the assignment of numerals to represent
properties of material systems other thannumbers, in virtue of the laws governing these
properties”. Sedangkan menurut Stevens, pengukuran adalah “assignment of numerals to
objects or events according to the rules”
Dalam pengertian Campbell, “The System” sama dengan “object or events” dalam
pengertian Steven. Dalam hal ini contohnya adalah
meja, manusia, aset, atau jarak perjalanan.
“Properties” yaitu spesifikasi atau karakteristik dari “The System” dalam pengertian
Campbell. Dalam hal ini maka Teori Pengukuran menurut 'ampbell lebih tepat.
Ketika kita melihat hubungan antara pernyataan secara matematika yang berkolerasi d
engan hubungan dari objek atau kejadian, maka pengukuran atas objek atau kejadian
tersebut telah terjadi. Dalam akuntansi, kita mengukur laba dengan langkah pertama yaitu
menghitung/menilai modal dan kemudian mengkalkulasikan laba sebagai pertukaran
dalam modal selama periode akuntansi untuk semua kejadian ekonomi
yangmempengaruhi perusahaan
Pengukuran adalah proses pemberian angka - angka atau label kepada unit analisis
untuk merepresentasikan atribut – atribut. konsep atribut adalah sesuatu yang melekat
pada suatu objek yang menggambarkan sifat atau ciri yang dikandung objek tersebut
Dalam setiap aktivitas manusia, pengukuran senantiasa terjadi. Dapat berupa penilaian
subyektif, seperti persepsi seseorang tentang orang lain, yang dapat menentukan bentuk
hubungan antar keduanya pada masa mendatang, dapat pula berupa pengukuran yang
lebih obyektif ataupun data statistik. Saat transaksi jual - beli, merupakan situasi yang tepat
sebagai contoh tentang pengukuran. Sekantung gula yang kita beli, mungkin berukuran
satu kilogram, atau setengah kilogram, itulah pengukuran yang nyata sehari - hari.
Sedangkan dalam akuntansi contoh pengukuran yang dilakukan adalah ketika kita
mengukur keuntungan dengan terlebih dahulu menetapkan nilai terhadap modal dan
kemudian menghitung keuntungan sebagai perubahan modal selama periode setelah
memperhitungkan semua peristiwa ekonomi yang mempengaruhi kekayaan perusahaan.
Seluruh pengukuran dalam kehidupan itu memiliki tujuan - tujuan khusus untuk
menentukan langkah berikutnya. Pengukuran sangat penting dilakukan karena dengan
mengukur suatu objek, maka kita dapat mengetahui nilai suatu objek sehingga dapat
menjadi acuan untuk dapat menentukan kebijakan yang berkaitan dengan objek tersebut.
Untuk memudahkan kita melakukan suatu pengukuran sehingga memperoleh suatu hasil
yang akurat dan dapat diandalkan maka kita dapat menggunakan skala dan memilih tipe
pengukuran yang sesuai dengan karakteristik objek yang kita ukur.
B. SKALA PENGUKURAN
Setiap pengukuran dibuat berdasarkan sebuah skala. Sebuah skala dibuat ketika aturan
semantik digunakan untuk menghubungkan pernyataan matematika kepada objek atau
kejadian. Skala menunjukkan informasi apa yang diwakili oleh angka, sehingga
memberikan arti kepada angka tersebut. jenis skala yang dibuat tergantung kepada aturan
semantik yang digunakan. Menurut Steven, skala dapat dibagi menjadi nominal, ordinal,
interval atau rasio.
1. Skala Nominal
Dalam skala nominal, nomor hanya diigunakan sebagai sebuah label. Contohnya adalah
penomoran pemain sepak bola. Banyak teori yang tidak sependapat dengan skala
nominal. Torgerson menyatakan, “Dalam pengukuran, nomor yang digunakan
menunjuk kepada jumlah atau tingkat kepemilikan dari suatu objek, dan bukan
menunjukkan kepada objek itu sendiri, Sedangkan dalam skala nominal, nomor
menunjukkan kepada objek atau kelompok dari objek”
2. Skala Ordinal
Skala ordinal dibuat ketika suatu operasi memeringkat objeknya sehubungan dengan
properti yang diberikan. Contohnya, investor melihat satu kemungkinan jenis investasi
untuk uangnya. Investasi tersebut diperingkat 1,2,3 berdasarkan nilai bersihnya saat
ini. Kelemahan skala ordinal adalah interval antar nomor tidak memberitahukan apa -
apa tentang perbedaan kuantitas kepemilikan yang diwakilinya.
3. Skala Interval
Skala interval memberikan informasi yang lebih daripada skala orginal. Tidak hanya
memberi peringkat kepada objeknya, tetapi juga jarak antara interval skalanya
diketahui dan sama. Contohnya adalah pengukuran suhu ruangan dengan
menggunakan thermometer Celsius. Jika kita mengukur suhu dua buah ruangan, misal
ruangan A dan B, dimana suhu ruangan A 22 derajat celsius dan ruangan B 30 derajat
celsius, maka selain kita dapat mengatakan bahwa suhu di ruangan B lebih panas, kita
juga mengetahui bahwa ruangan B lebih panas 3 derajat daripada ruangan A.
Kelemahan skala interval adalah titik nolnya dibuat dengan bebas.
4. Skala Rasio
Skala rasio adalah skala yang :
 memberikan peringkat kepada objek atau kejadian
 interval antar objek diketahui dan sama
 Asal yang unik, titik nol yang alami, dimana jaraknya dengan objek terakhir
diketahui
varian dalam skala berarti bahwa apapun metode pengukuran yang digunakan, maka
sistem pengukuran akan menghasilkan format yang sama dari variabel - variabel yang
digunakan dan pengambil keputusan akan membuat keputusan yang sama juga. Tapi
hal ini tidak berlaku dalam akuntansi, setiap sistem yang berbeda akan berbeda juga
variabel - variabelnya. Pengukuran pendapatan dengan cara yang berbeda akan
menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Metode - metode pengukuran yang
berbeda tersebut tidak memberikan informasi yang sama
C. OPERASI YANG DIIJINKAN DALAM PENGUKURAN
Salah satu alasan untuk mendiskusikan pengukuran adalah penerapan ilmu matematika
tertentu hanya dapat menggunakan pengukuran tertentu. Skala rasio dapat digunakan
untuk semua operasi aritmatik yang fundamental, yaitu penjumlahan, pengurangan,
pengkalian, dan pembagian. Begitu juga dengan algebra, analisis geometri, kalkulus, dan
metode – metode statistikal. Skala rasio akan tetap bagaimanapun transformasi
penggunaannya
Kestabilan dari pengukuran membuat kita paham sampai dimana teori atau peraturan
pada dasarnya akan tetap sama, walaupun pengukuran digunakan pada ukuran berbeda,
seperti sentimeter ke meter.
Tanpa kestabilan, bisa saja X dua kali lebih panjang daripada Y apabila diukur dalam
sentimeter, namun tiga kali lebih panjang apabila diukur dalam meter. Dalam akuntansi,
pengukuran dari current cost adalah varian dari historical cost. Karena atribut dari yang
dihitung berbeda, bisa saja mesin A yang dihitung berdasarkan historical cost seharga
$90.000, namun menjadi seharga $110.000 apabila dihitung berdasarkan current cost.
Tidak semua operasi aritmatik dapat digunakan dengan skala interval. Penjumlahan
dan pengurangan masih bisa digunakan dengan skala interval, namun pengkalian dan
pembagian tidak.
Tidak ada operasi aritmatik yang dapat digunakan dengan menggunakan skala ordinal.
Kita tidak dapat menjumlah, mengurangi, mengkali, dan membagi nomor atau interval
dengan mengunakan skala ini. Oleh karena itu, skala ordinal hanya dapat memberikan
informasi yang terbatas
D. TIPE TIPE PENGUKURAN
Proses pengukuran sama dengan pendekatan ilmiah pada teori konstruksi dan
pengujian. Pertanyaan tentang pengujian teori berhubungan dengan pertanyaan tentang
perbedaan jenis - jenis pengukuran. Campbell membaginya kedalam dua jenis yaitu
fundamental dan turunan. Menurut Campbell, pengukuran bisa diakui hanya ketika ada
konfirmasi teori - teori empiris (hukum) untuk mendukung pengukuran. Tipe pengukuran
yang lebih jauh, pengukuran fiat, yang diungkapkan oleh Togerson, menjadi tambahan atas
pengukuran fundamental dan turunan yang didiskusikan Campbell.
1. Pengukuran Fundamental
Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka - angka bisa
diterapkan pada benda dengan mengacu pada hukum alam dan tidak bergantung pada
pengukuran variabel apapun. Hal - hal seperti panjang, hambatan listrik, nomor, dan
volume merupakan hal - hal yang bisa diukur. Sebuah skala rasio bisa diformulasikan
pada tiap - tiap benda sebagai hukum dasar yang dihubungkan dengan pengukuran
yang berbeda (jumlah) pada benda - benda yang sudah ada.
2. Pengukuran Turunan
Menurut Campbell, sebuah pengukuran turunan merupakan pengukuran yang
bergantung dari pengukuran dua atau lebih benda lain. contohnya adalah pengukuran
kepadatan, yang bergantung pada pengukuran massa dan volume. Dalam
akuntansi,c"ontoh pengukuran turunan adalah keuntungan, yang diturunkan dari
penambahan dan pengurangan pendapatan dengan beban.
3. Pengukuran Formal
Ini adalah tipe pengukuran dalam ilmu sosial dan akuntansi, menggunakan definisi
yang dibangun secara acak untuk dihubungkan dengan hal - hal yang bisa diamati
dengan pasti (variabel) pada konsep yang telah ada, tanpa perlu teori konfirmasi untuk
mendukung hubungan tersebut. Sebagai contoh, dalam akuntansi kita tidak tahu
bagaimana cara untuk mengukur konsep keuntungan secara langsung. Kita
mengasumsikan variabel pendapatan, laba, beban, dan kerugian dihubungkan dengan
konsep keuntungan dan bagaimanapun bisa digunakan untuk mengukur keuntungan
secara tidak langsung.Untuk mengukur validitas pengukurannya, ilmuwan sosial
berusaha menghubungkan hal - hal yang dipelajari dengan variabel lain untuk melihat
manfaatnya. Contohnya, jika kita ingin mengukur kemampuan aritmatik orang, kita
mungkin memilih untuk menguji mereka dalam suatu tes aritmatik. Bagaimanapun,
tidak ada teori empiris yang konfirmasi untuk menilai tes yang kita lakukan, dan kita
membuat asumsi ketika kita membangun skala pengukuran.K&ita bisa memprediksikan
bahwa pada kebanyakan orang, yang mempunyai nilai tes yang tinggi juga akan
berprestasi dalam kuliah matematika
E. KEANDALAN DAN AKURASI
Apa yang dimaksud dengan keandalan dari sebuah pengukuran atau akurasi dari
sebuah pengukuran? Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama kita perlu
menekankan bahwa tidak ada pengukuran yang bebas dari kesalahan kecuali perhitungan.
Sumber-sumber Kesalahan
1. Operasi pengukuran ditetapkan dengan kurang tepat.
Aturan untuk menetapkan angka untuk suatu properti biasanya terdiri dari
`seperangkat operasi`. Seperangkat operasi mungkin tidak dinyatakan dengan tepat
dan karena itu mungkin dapat ditafsirkan dengan kurang tepat oleh orang yang
mengukur.
2. Pengukur.
Pengukur mungkin saja salah mengartikan aturan, berat sebelah, atau menerapkan atau
membaca instrumennya secara tidak benar.

3. Instrumen.
Banyak operasi yang membutuhkan digunakannya instrumen fisik, seperti penggaris
atau termometer atau barometer, yang mungkin saja rusak.
4. Lingkungan.
Tempat dilaksanakannya operasi pengukuran dapat mempengaruhi hasilnya.
5. Atribut tidak jelas.
Apa yang akan diukur mungkin tidak jelas, terutama apabila pengukurannya
melibatkan sebuah konsep yang tidak dapat diukur secara langsung.
Apabila semua pengukuran kecuali perhitungan sudah pasti memiliki kesalahan, lalu
bagaimana bisa suatu laporan yang mengandung pengukuran tersebut dapat dianggap
benar? Masalahnya adalah kebanyakan orang mengharapkan kesempurnaan sementara hal
itu tidak mungkin. Apa yang perlu kita lakukan adalah membuat batasan dari kesalahan
yang dapat diterima. Apabila suatu pengukuran masih dalam batasan ini maka pengukuran
tersebut dapat dianggap benar.
Pengukuran yang Dapat Diandalkan
Seringkali diharuskan untuk unsur-unsur seperti aset, kewajiban, pendapatan dan
beban diakui di laporan keuangan, unsur tersebut seharusnya dapat diukur secara handal.
Apa yang dimaksud dengan pengukuran yang dapat diandalkan? Keandalan merujuk pada
konsistensi yang terbukti dari baik suatu operasi untuk menghasilkan hasil yang
membanggakan maupun dari hasil itu sendiri dalam penggunaan tertentu. Dalam statistik,
keandalan menghendaki pengukuran yang dapat berulang atau dapat dihasilkan kembali,
dengan demikian menunjukkan konsistensinya.
Gagasan keandalan mencakup dua aspek: akurasi dan kepastian dari suatu pengukuran
dan kepercayaan perwakilan akan pernyataan dengan hubungannya dengan transaksi
ekonomi dan peristiwa yang terjadi. Aspek pengukurannya fokus pada presisi dari
pengukuran.
Dari hal-hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa kehandalan dari suatu pengukuran
terkait dengan presisi akan suatu properti yang diukur secara spesifik dengan
menggunakan seperangkat operasi.
Pengukuran yang Akurat
Meskipun suatu prosedur pengukuran mungkin sangat handal, memberikan hasil yang
sangat akurat, pengukuran tersebut bisa jadi tidak menghasilkan hasil yang akurat.
Konsistensi dari hasil, presisi dan kehandalan belum tentu menghasilkan akurasi.
Alasannya adalah akurasi berhubungan dengan seberapa dekat suatu pengukuran dengan
nilai sebenarnya (true value) dari atribut yang diukur.
Hal-hal fundamental seperti panjang suatu objek dapat ditentukan secara akurat
dengan membandingkan objek tersebut dengan standar yang mewakili “true value” dari
objek tersebut, kita dapat menggunakan penggaris misalnya sebagai standar tersebut.
Masalahnya adalah bagi banyak pengukuran true valuenya tidak diketahui. Untuk
menentukan akurasi dalam akuntansi, kita perlu mengetahui atribut apa yang harus kita
ukur untuk mencapai tujuan dari pengukuran tersebut. Tujuan dari akuntansi
menyebutkan kegunaan dari suatu informasi, karena itu akurasi dari suatu pengukuran
berhubungan dengan “gagasan pragmatis” dari kegunaan itu sendiri, akan tetapi akuntan
tidak memiliki kesepakatan mengenai standar yang spesifik dan kuantitatif yang tersirat.
Kita dapat menghitung biaya inventory menggunakan FIFO dan mengulang
perhitungannya sampai beratus kali dan mendapat jawaban yang sama, tapi itu bukan
berarti jawabannya akurat, kecuali dalam hal pengecekan kesalahan aritmatika. Alih-alih
menggunakan istilah ‘akurat’ yang sangat sering dipahami sebagai ketepatan aritmatis,
mungkin lebih bijaksana untuk menggunakan istilah dari ilmuwan sosial yaitu ‘validitas’.
F. PENGUKURAN PADA AKUNTANSI
Pengukuran pada akuntansi termasuk pada kategori pengukuran turunan untuk kapital
dan profit. Profit pada akuntansi termasuk turunan, menurut standar akuntansi
internasional dari perubahan pada kapital dengan fair-value dari aset bersih. Nilai kapital
diturunkan dari nilai bersih pengukuran fair value aset dan kewajiban sehingga kita harus
mengukur nilai awal kapital, nilai pendapatan yang diterima, penggunaan kapital,
perubahan pada fair value pada aset bersih. Penambahan kapital selama periode tersebut
akan mengukur laba pada periode tersebut, yang datang dari berbagai sumber, seperti
operasi dan pengukuran-kembali.

Bandingkan pendekatan pengukuran ini dengan pendekatan yang diambil sebelum


pengenalan standar akuntansi internasional. Pendapatan yang diterima dibandingkan
dengan penggunaan aset bersih dalam suatu periode dan jika pemasukan lebih besar dari
penggunaan kapital bersih, kita memiliki tambahan pada kapital.
Pada tahun-tahun pertama masehi, tujuan akuntansi adalah menghitung dan
mengamankan aset dengan menggunakan akuntansi satu-entri. Dengan sistem ini kapital
diukur dengan melihat luas tanah, ternak, produk agrikultur. Kapital dihitung bukan
dengan alasan finansial, melainkan hanya dihitung dan dirinci.
Setelah perang salib, pada abad kesebelas, pembukaan rute perdagangan Timur Tengah
dan Asia menciptakan permintaan barang jual beli (sutra, rempah, karpet, dan sebagainya).
Kota perdagangan di Italia memainkan peran penting dalam transportasi krusader ke
Tanah Suci dan kembali dengan barang-barang. Aktivitas ini mensyaratkan adanya laba
usaha. Laba didasarkan pada kembalinya dari (biasanya) perjalanan satu tujuan pulang.
yang biasanya dibiayai rekanan-rekanan dan diperhitungkan setelah memperhitungkan
kapital awal. Sehingga kapital akhir diukur sebagai akumulasi kekayaan dari perdagangan
individual ditambah kapital awal. Dari sisi pemangku kepentingan usaha, laba disajikan
sebagai pertambahan kekayaan. Lebih lanjut lagi, penggunaan sistem angka Arab
bersamaan dengan konsep kapital yang dikembalikan membawa kita kepada evolusi
akuntansi dobel-entri. Sistem ini digunakan secara luas oleh pedagang Italia dari abad ke-
12 sampai ke-16 dan pertama kali didokumentasikan oleh Luca Pacioli sebagai “Sistem
Venice” pada 1494.
Pada abad ke-18 di Inggris terjadi perkembangan dalam bentuk perusahaan joint stock
dengan kewajiban terbatas, kelas manajemen yang terpisah, dan saham yang dapat
ditransfer. Banyak perusahaan jenis ini bankrut, mengakibatkan kerugian besar bagi
kreditor, yang membawa kepada Undang-undang Pendaftaran dan Pengaturan Perusahaan
Joint Stock. Undang-undang ini menekankan pada perlindungan terhadap kreditor dan
penilaian akuntansi yang konservatif. Sehingga definisi kapital turunan bergerak menuju
“kapital kreditor” dan menghasilkan penerimaan nilai yang lebih rendah dari biaya dan
harga pasar sebagai prinsip pengukuran. Pada abad ke-19, konsep kapital lain muncul,
mengikuti ekspansi kereta api di US. Konsep kapital ini berkisar pada mempertahankan
keutuhan dari aset yang ada lebih dari satu periode (going concern) seperti mesin dan jalur
kereta api agar melanjutkan kemampuan persahaan kereta untuk menyediakan jasa
transportasi dengan level yang sama. Hal ini menghasilkan konsep depresiasi sebagai
metode untuk memelihara dana (kapital) untuk mengganti aset, dan konsep going concern
dari pemeliharaan kapital.
Hingga titik ini di sejarah, teori kapital dan pemeliharaan kapital masih sedikit
dikembangkan, hanya kumpulan konsep yang kabur. Tetapi, pada 1940 Paton dan Littleton
memproduksi pernyataan definitif pertama tentang konsep kapital dan laba. Mereka
mendefinisikan laba sebagai turunan dari penyandingan dan alokasi biaya historis dengan
pendapatan yang dihasilkan. Konsep dan prinsip Paton dan Littleton membentuk dasar
sistem akuntansi biaya historis konvensional yang adalah sistem dominan sebelum
perkenalan standar akuntansi internasional pada 2005.
Pada periode normatif pada 1960-an muncul banyak tantangan pada prinsip penilaian
biaya historis dan pemeliharaan kapital. Kritikus secara deduktif berargumen bahwa
penilaian perusahaan berdasarkan biaya historis yang usang tidak berguna bagi
pengambilan keputusan ekonomis dan laba urunan tidak mengukur penggunaan
kontemporer sumber daya. Laba diturunkan dari menggunakan nilai kapital “berharga
pasar” dan melihat penambahan sebenarnya dari daya beli atau kemampuan untuk
mempertahankan suplai barang dan jasa.
Konsekuensinya, kita memiliki beberapa sistem pengukuran akuntansi. Perbedaan
perspektif ini merefleksikan bermacam-macam batas pada akuntansi dan kurangnya
kesamaan pendapat tentang prinsip pengukuran, tetapi dengan sistem alokasi biaya
historis sebagai sistem yang konvensional dan dominan. Belakangan ini IASB (International
Accounting Standard Board) telah memberikan pandangan bahwa globalisasi bisnis
memberikan dukungan yang meningkat terhadap kebutuhan untuk adanya satu standar
akuntansi yang digunakan di seluruh dunia untuk menghasilkan informasi keuangan yang
dapat dibandingkan.
Hal ini menghasilkan dua perkembangan yang penting untuk dicatat pada pengaturan
standar akuntansi internasional oleh IASB yang disinyalir melalui standar akuntansi
seperti IAS 39/AASB 139 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran dan Agenda
Proyek IASB: Melaporkan Pendapatkan Komprehensif (Pelaporan Performa)—(1) bahwa
pengukuran laba dan pengakuan pendapatan harus terhubung dengan pengakuan tepat
waktu, dan (2) bahwa pendekatan “fair vale” harus diadopsi sebagai prinsip pengukuran
kerja. Sehingga, pada 2005 kita memiliki prinsip pengukuran yang fokus pada perubahan
pada nilai aset dan kewajiban daripada pelengkapan proses penghasilan. Singkatnya, ini
berarti bahwa perubahan pada fair value aset dan kewajiban dapat diakui sesegera
mungkin setelah mereka muncul dan dilaporkan sebagai komponen pendapatan. Lebih
jauh lagi, fokus telah berpindah menuju konsep penilaian dengan neraca sebagai gudang
utama dari informasi terkait nilai dan pengguna utama informasi akuntansi adalah
pemegang saham dan investor. Meskipun, tentu saja, konsep ini tidak berjalan tanpa
kontroversi.
Beberapa perusahaan berargumen bahwa akuntansi fair value dari IASB secara
fundamental mengubah fokus manajemen risiko. Perusahaan akan menurunkan aktivitas
hedging mereka karena mereka khawatir dengan akibat akuntansi dengan IAS 39/AASB
139. Salah satu konsekuensinya adalah dana pensiun perusahaan akan muncul sebagai
kewajiban pada neraca (IAS 19/AASB 119 Benefit Pegawai) dan ini perlu untuk dilindungi
nilainya.
Rangkuman Agenda Proyek IASB: Pelaporan Pendapatan Komprehensif (Pelaporan
Performa) menyoroti pemikiran IASB tentang pengukuran pendapatan dan aset khususnya
aplikasi pengukuran fair value. IASB belakangan ini telah memulai kembali proyek
pelaporan performa, tetapi beberapa isu yang baru-baru ini dibahas adalah:
1. Informasi akuntasi semestinya mengarah kepada pengambil keputusan yang membuat
keputusan ekonomi sebuah entitas.
2. Entitas harus menyajikan pernyataan tunggal tentang semua item pendapatan dan
beban yang diakui sebagai kumpulan lengkap pernyataan finansial.
3. Pernyataan tersebut harus sepenuhnya inklusif:
a. Pernyataan itu harus juga berisi efek dari semua perubahan pada aset dan kewajiban
bersih pada suatu periode, selain transaksi dengan pemilik.
b. Aset dan kewajiban harus dinilai dengan fair value yang mengira-ngira harga pasar
tetapi pengganti-pengganti seperti arus kas masa depan discounted. harga pasar
terdepresiasi, atau model kalkulasi harga aset yang dapat digunakan pada ketiadaan
pasar likuid.
c. Penentuan pendapatan seharusnya dibagi antara profit sebelum pengukuran
kembali dan efek pengukuran kembali.

4. Semua pendapatan dan beban harus dikategorikan dan ditampilkan dengan cara yang
(a) meningkatakan pemahaman pengguna tentang performa yang dicapai.
(b) mendukung pembuatan ekspektasi performa masa depan.
5. Laba seharusnya tidak berdasarkan gagasan realisasi.
6. Fokus semestinya pada:
(a) transparansi yang lebih besar
(b) informasi yang berguna untuk investor dan relevansi data untuk pengambilan
keputusan
(c) konsep keandalan yang telah digantikan keterpercayaan yang representatif.
Dengan sistem ini laporan laba rugi akan menjadi sisa antara aset bersih awal dengan
aset bersih akhir, ketimbang neraca menjadi sisa antara biaya yang belum dialokasikan
setelah proses penyandingan, yang adalah kasus pada pengukuran biaya historis. Meskipun
isu ini tidak lagi disepakati, mereka menggambarkan pemikiran lama IASB adalah indikator
dari arah yang mungkin di masa depan.

Anda mungkin juga menyukai