Anda di halaman 1dari 13

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI (MAKALAH)

BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, setiap makhluk akan berubah. Sama halnya dengan
kondisi manusia sebagai lakon utama dalam kehidupan ini. Manusia sebagai pelaku
komunikasi terbesar di dunia ini.
Berbicara manusia dan kehidupan sosial yang di dalamnya terjadi proses komunikasi,
maka seiring perubahan alam, komunikasi pun akan berubah. Berubah sesuai perkembangan
zaman atau lebih popular dengan istilah ke-kontemporer-an.
Perubahan-perubahan akan menuntut kita untuk mempelajari lebih intens mengenai
perubahan itu sendiri. Hal tersebut dilakukan adalah agar kita lebih memahami mengenai
hidup ini. Sama halnya dengan perubahan yng terjadi dalam komunikasi.
Sebagai insane komunikasi, penting kiranya kita mempelajari mengenai fenomena
yang terjadi proses perubahan komunikasi dari dulu hingga saat ini. Tujuannya adalah agar
terwujudnya komunikasi efektif. Maka dari itu komunikasi antar pribadi sangat penting untuk
dibahas dalam makalah yang kami susun karena dengan terciptanya komunikasi antar pribadi
maka akan terciptanya hubungan yang akrab antara komunikator dengan komunikan sehingga
tujuan yang ingin dicapai bersama akan terwujud.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari komunikasi antar pribadi?
2. Apakah ciri-ciri dari komunikasi antar pribadi yang efektif?
3. Apakah peranan komunikasi antar pribadi?
4. Bagaimanakah sifat-sifat dari komunikasi antar pribadi?
5. Apakah keampuhan dari komunikasi antar pribadi?
6. Apakah fungsi dari komunikasi antar pribadi?
7. Bagaimanakah hubungan konsep diri dalam komunikasi antar pribadi?
8. Bagaimanakah hubungan antar pribadi tersebut?
9. Bagaimanakah komunikasi antar pribadi yang efektif tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi antar pribadi.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari komunikasi antar pribadi yang efektif.
3. Untuk mengetahui peranan komunikasi antar pribadi.
4. Untuk mengetahui sifat-sifat dari komunikasi antar pribadi.
5. Untuk mengetahui keampuhan dari komunikasi antar pribadi.
6. Untuk mengetahui fungsi dari komunikasi antar pribadi.
7. Untuk mengetahui hubungan konsep diri dalam komunikasi antar pribadi.
8. Untuk mengetahui terjadinya hubungan antar pribadi tersebut.
9. Untuk mengetahui terjadinya komunikasi antar pribadi yang efektif tersebut.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Memberikan suatu pemahaman yang mendalam terkait dengan komunikasi antar pribadi.
2. Memberi masukan bagi mahasiswa dan dosen pengampu mata kuliah komunikasi antar
pribadi.
3. Sebagai acuan dalam penyusunan makalah selnajutnya

BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi
Jurgen Ruesch dan Gregory Beteson ( dalam Lawrence dan Salman, 1997:49)
mengatakan demikian “komunikasi antar pribadi ditandai oleh adanya tindakan
pengungkapan oleh seseorang pengamatan secara sadar ataupun tidak terhadap tindakan yang
dilakukan oleh pihak lain, dan kemudian melakukan kembali bahwa tindakan yang pertama
sudah diamatai oleh pihak lain. Kesadaran akan pengamatan merupakan kejadian yang
mengisyaratkan terciptanya jalinan antar-pribadi.
Berdasarkan pendapat di atas, maka komunikasi antar pribadi sesungguhnya baru
akan tercipta kalau terdapat kesadaran dari dua pihak untuk mengamati keadaan masing-
masing pihak dan memberikan respon atas keadaan tersebut sebagaimana sifat komunikasi,
maka hubungan yang terjadi ditandai dengan adanya sikap saling memperhatikan, saling
memahami, penuh pengertian dan keakraban. Pemahaman yang dimaksud tidak hanya terjadi
pada materi komunikasi, tetapi juga pada pemahaman terhadap keunikan pribadi masing-
masing. Kesadaran akan perbedaan-perbedaan inilah yang memungkinkan komunikasi itu
menjadi tumbuh dan berkembang. Komunikasi seperti ini akan berbeda dengan suasana
komunikasi yang dilakukan dalam situasi lain, misalnya komunikasi antara pembayar
rekening listrik dengan pelayan di kantor PLN atau komunikasi antar pembeli dengan penjual
di pasar. Dua contoh komunikasi ini, tidak mungkin akan tumbuh dan berkembang
sebagaimana komunikasi antar pribadi, karena jalinan hubungan untuk menjadi akrab tidak
menjadi tekanan utama. Yang menjadi perhatian pada dua contoh komunikasi ini hanyalah
pada pemahaman materi komunikasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka komunikasi antar pribadi dapat didefinisikan
sebagai proses hubungan yang tercipta, tumbuh dan berkembang antara individu yang satu
(sebagai komunikator) dengan individu lain (sebagai komunikan) dengan gayanya sendiri
menyampaikan pesan kepada yang lain (komunikan), sedangkan yang satu (komunikan)
dengan gayanya sendiri menerima pesan dari sumber (komunikator). Dengan gaya,
kedinamisan, kesadaran dan hubungan yang akrab dari masing-masing pihak maka
komunikasi itu terus tumbuh dan berkembang hingga dicapai persepsi dan tujuan bersama.
Selanjutnya, terdapat beberapa definisi komunikasi antarpribadi menurut beberapa
ahli lain, diantaranya adalah:
a. Menurut Joseph A.Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book
(Devito, 1989:4), komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-
pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek
dan beberapa umpan balik seketika (the process of sending and receiving messages between
two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate
feedback).
b. Menurut Rogers dalam Depari, komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut
ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi.
c. Tan mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi tatap muka antara
dua orang atau lebih. (Liliweri, 1991: 12) Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang
menimbulkan efek tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh komunikator. Efek
yang ditimbulkan oleh komunikasi dapat diklasifikasikan pada:
1. Efek kognitif, yaitu bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dipersepsi oleh
komunikan atau yang berkaitan dengan pikiran dan nalar/rasio. Dengan kata lain, pesan yang
disampaikan ditujukan kepada pikiran komunikan.

2. Efek afektif, yaitu bila ada perubahan pada apa yang dirasakan atau yang berhubungan
dengan perasaan. Dengan kata lain, tujuan komunikator bukan saja agar komunikan tahu tapi
juga tergerak hatinya.

3. Efek konatif, yaitu perilaku yang nyata yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan,
kebiasaan, atau dapat juga dikatakan menimbulkan itikad baik untuk berperilaku tertentu
dalam arti kita melakukan suatu tindakan atau kegiatan yang bersifat fisik (jasmaniah).
2.2 Ciri-Ciri Dari Komunikasi Antar Pribadi Yang Efektif

Dalam buku Komunikasi Antarpribadi, Alo Liliweri mengutip pendapat Joseph


A.Devito mengenai ciri komunikasi antarpribadi yang efektif, yaitu:
a. Keterbukaan (openness)
Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam
menghadapi hubungan antarpribadi. Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka
kepada komunikannya. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan
semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin menarik, tetapi biasanya tidak membantu
komunikasi. Sebalikanya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan
informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut dan wajar.
Aspek kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap
stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya
merupakan komunikan yang menjemukan. Bila ingin komunikan bereaksi terhadap apa yang
komunikator ucapkan, komunikator dapat memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi
secara spontan terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran dimana komunikator
mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang diungkapkannya adalah miliknya dan ia
bertanggung jawab atasnya.
b. Empati (empathy)
Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami
orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang
lain itu. Berbeda dengan simpati yang artinya adalah merasakan bagi orang lain. Orang yang
berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap
mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang sehingga dapat
mengkomunikasikan empati, baik secara verbal maupun non-verbal.
c. Dukungan (supportiveness) Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi
berlangsung efektif. Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat
sikap mendukung. Individu memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif
bukan evaluatif, spontan bukan strategik.
d. Rasa Positif (positiveness) Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya,
mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif
untuk interaksi yang efektif.
e. Kesetaraan (equality) Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya
setara. Artinya, ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai,
berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan meminta
kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada individu lain. (Liliweri,
1991: 13) Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana orang-
orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Proses saling mempengaruhi ini
merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari
ikatan psikologis antarmanusia yang memiliki suatu pribadi.

2.3 Peranan Komunikasi Antar Pribadi


Johnson menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi
antarpribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia, yakni:
1. Komunikasi antarpribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. Perkembangan
kita sejak masa bayi sampai masa dewasa mengikuti pola semakin meluasnya ketergantungan
kita pada orang lain. Diawali dengan ketergantungan atau komunikasi yang intensif dengan
ibu pada masa bayi, lingkaran ketergantungan atau komunikasi itu menjadi semakin luas
dengan bertambahnya usia kita. Bersamaan proses itu, perkembangan intelektual dan sosial
kita sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi kita dengan orang lain.
2. Identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain. Selama
berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar maupun tidak sadar kita mengamati,
memperhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain
terhadap diri kita. Kita menjadi tahu bagaimana pandangan orang lain itu tentang diri kita.
Berkat pertolongan komunikasi dengan orang lain kita dapat menemukan diri, yaitu
mengetahui siapa diri kita sebenarnya.
3. Dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan
pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita, kita perlu membandingkannya
dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain dan realitas yang sama. Tentu saja
pembandingan sosial semacam itu hanya dapat kita lakukan lewat komunikasi dengan orang
lain.
4. Kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau
hubungan kita dengan orang lain, terlebih orang-orang yang merupakan tokoh-tokoh
signifikan (significant figures) dalam hidup kita. Bila hubungan kita dengan orang lain
diliputi berbagai masalah, maka tentu kita akan menderita, merasa sedih, cemas, frustrasi.
Bila kemudian kita menarik diri dan menghindar dari orang lain, maka rasa sepi dan terasing
yang mungkin kita alami pun tentu akan menimbulkan penderitaan, bukan hanya penderitaan
emosional atau batin, bahkan mungkin juga penderitaan fisik.(Supratiknya, 2003: 9-10)

2.4 Sifat-Sifat Dari Komunikasi Antar Pribadi


Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua orang
merupakan komunikasi antarpribadi. Sifat-sifat komunikasi antarpribadi itu adalah:
1. Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan nonverbal
2. Komunikasi antarpribadi melibatkan pernyataan atau ungkapan yang spontan
3. Komunikasi antarpribadi tidaklah statis melainkan dinamis
4. Komunikasi antarpribadi melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan
koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya)
5. Komunikasi antarpribadi dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik
6. Komunikasi antarpribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan
7. Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya bidang persuasif (Liliweri, 1991:30-31)

2.5 Keampuhan Dari Komunikasi Antar Pribadi


Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi
dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku
komunikan. Alasannya adalah komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap
muka (face-to-face). Oleh karena itu individu (komunikator) dengan individu (komunikan)
saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi (personal contact); pribadi komunikator
menyentuh pribadi komunikan. Ketika komunikator menyampaikan pesan, umpan balik
berlangsung seketika (immediate feedback); komunikator mengetahui pada saat itu tanggapan
komunikan terhadap pesan, ekspresi wajah, dan gaya bicara komunikator. Apabila umpan
baliknya positif, artinya tanggapan komunikan menyenangkan komunikator, sehingga
komunikator mempertahankan gaya komunikasinya; sebaliknya jika tanggapan komunikan
negatif, komunikator harus mengubah gaya komunikasinya sampai berhasil. Oleh karena
keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan itulah maka
bentuk komunikasi antarpribadi acapkali dipergunakan untuk melancarkan komunikasi
persuasif (persuasive communication) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis
manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan. (Effendy,
2003:61)
2.6 Fungsi Dari Komunikasi Antar Pribadi
Adapun fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan hubungan insan
(human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi
ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.
Melalui komunikasi antarpribadi, individu dapat berusaha membina hubungan yang baik
dengan individu lainnya, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik di
antara individu-individu tersebut. (Cangara, 2005:56)

2.7 Hubungan Konsep Diri Dalam Komunikasi Antar Pribadi


Konsep diri adalah pandangan dan perasaan individu tentang dirinya. Konsep diri
adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif, ditandai
dengan lima hal, yaitu: yakin akan kemampuan mengatasi masalah; merasa setara dengan
orang lain; menerima pujian tanpa rasa malu; menyadari bahwa setiap orang mempunyai
berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat;
mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian
yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:
a. Perbuatan atau tingkah laku yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku
sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap
dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat
catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga
memperoleh nilai akademis yang baik.
b. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada
saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri
kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri
sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-
pengalaman dan gagasan baru.
2.8 Hubungan Antar Pribadi
Seperti yang dijelaskan di atas bahwa, komunikasi antar praibadi lebih menekankan
pada hubungan anatar pribadi dari dua pihak yang melakukan komunikasi. Kegagalan
komunikasi terjadi, apabila isi pesan yang disampaikan tidak dipahami. Ketidak pahaman ini
membuat hubungan anatr komunikator dan komunikan mmenjadi tidak kondusip.
Komunikasi antar pribadi yang efektif meliputi banyak unsur seperti, adanya pesan yang
jelas, tersedianya media, pemahaman terhadap isyarat dan yang lain. Tetapi diantara unsur-
unsur tersebut yang paling menentukan keberhasilan komunikasi antar pribadi adalah
“hubungan” tulis Anita taylor et al. (1977:187). Lebih jauh dikatakan, banyak penyebab dan
ritangan komunikasi. Rintangan itu bisa berakibat kecil saja apabila terdapat hubungan yang
baik antara komunikan dan komunikator. Sebaliknya,pesan yang jelas, tegas dan cermat tidak
dapat menghindari kegagalan,jika terjadi hunbungan yang kurang baikantara dua pihak yang
berkomunikasi.
Setiap kali kita melekukan komunikasi,kita bukan hanya sekedar menyampaikan isi
pesan,kita juga menentukan kadar hubungan antar pribadi. Jadi bukan hanya menentukan
content tetapi juga relationship. Perhatikan kalimat-kalimat dibawah ini. Isinya sama :
menanyakan nama anda tetapi kadar hubungan anatar pribadi didalamnya berbeda.
Sebutkan nama kamu!
Siapa nama anda?
Bolehkan saya tahu siapa nama anda?
Berkenaan kiranya anda menyebutkan nama!

Kalimat yang anda gunakan sekali lagi, bukan hanya sekedar menyampaikan isi,
tetapijuga mengandung hubungan antar pribadi.
Pandangan bahwa komunikasi mendefinisikan hubungan antar pribadi yelah
dikemukakan Ruesch dab Bateson pada tahun 1950-an. Gagasn ini dipelopori kalangan
komunikasi oleh Watzlawick, Beavin, dan Jackson (1967) dengan buku mereka Pragmatics
of Human communication. Mereka melahirkan istilah buku unutuk menunjukan aspek
hubungan dari pesan komunikasi dengan nama metakomunikasi. Mereka menulis,” Every
communication has a content and a relationship aspect suchthat the letter classifies the
former and is therefore metacommunication ”(1967:154). Perlahan – lahan studi komuniksi
antar pribadi bergeser dari isi pesan pada aspek relasional. Ada yang menyebutkan fokus ini
sebagai paradigma baru dalam penelitian komunikasi. Kini, kaum komunikolog
menggeserkan perhatian “from the individual as the unit of analysis to the reletionship as teh
unit of analysis” (Parks dan Wilmot,1975:9). Gerarld R. Miller dalam pengantar yang
dituliskan untuk buku Explorations in interpersonal communication menyatakan bahwa,
memahami proses komuniksi antar pribadi menuntut pemahaman hubungan saling
menguntungkan anatara komunikasi dengan pengembangan relasional. Komunikasi
mempengaruhi perkembangsn relasional, dan pada gilirannya (secara serentak),
perkembangan 1 relasiona mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat
dalam hubungan tersebut para psikolog pun mulai menaruh minat yang besar pada hubungan
antar pribadi seperti tampak pada tulisan Fordon W. Allport (1960) Erich Fromn (1962),
Martin Buber (1957), Carl Rogers (1951). Semua mewakili psikologi humanistik belakangan
Arnold P. Goldstein (1975) mengembangkan apa yang disebut sebagai relationship
enchancement methods (metoda peningkatan hubungan) dalam psikoterapi yang merumuskan
metode ini dengan tiga prinsip: makin baik hubungan antar pribadi (1) makin terbuka pasien
mengungkapkan perasaanya (2) makin cenderung ia meneliti perasaanya secara mendalam
beserta penolongnya (psikolog) dan (3) makin cenderung ia mendengarkan dengan penuh
perhatian dan bertindak atas nasehat yang diberikan penolongnya dari segi psikologi
komunikasi kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan antar pribadi makin terbuka
orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan
persepsi dirinya sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan
Karena pentingnya hubungan antar pribadi ini kita akan membicarakan beberapa teori
tentang hubungan antar pribadi. Teori-teori ini memberikan perspektif untuk memandang
proses hubungan antar pribadi dan memberikan penjelasan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi hubungan antar pribadi. Selanjutnya kita akan membicarakan tahap-tahap
hubungan antar pribadi dan tiga faktor dalam komunikasi antar pribadi yang menumbuhkan
hubungan antar pribadi yang baik: percaya (trust), sikap suportif (supportivenes), dan sikap
terbuka (open mindedness).
2.9 Komunikasi Antar Pribadi Yang Efektif
Jalaluddin Rachmat (1986:147) menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi yang
efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan, bila
anda berkumpul dalam suatu kelompok yang memiliki kesamaan dengan anda, anda akan
menyenangi mereka. Komunkasi pun berlangsung lebih santai, gembira dan terbuka.
Berkumpul dengan orang-orang yang anda benci akan membuat anda tegang, resah dan tidak
enak. Anda akkan menutup diri dan menghindari komunikasi. Anda juga ingin segera
mengakhiri komunikasi anda. Jika komunikasi antar pribadi akan lebih efektif bila para
komunikan saling menyukai. Maka Lott dan Lott (1966) meneliti pengaruh komunikasi antar
pribadi dengan prestasi akademis siswa. Penelitian ini menemukan bahwa murid-murid yang
belajar bahasa Sppanyol lebih cepat memahami bila bekerja sama dengan orang-orang yang
mereka senangi. Demikian juga dengan Nelson dan Meadow (1971) membuktikan dengan
eksperimen bahwa pasangan mahasiswa yang mempunyai sikap yang sama membuat prestasi
yang baik dalam mengerjakan tugas-tugas mekanis dibandingkan dengan pasangan yang
mempunyai sikap yang berlainan. Akhirnya Baron dan Byrne (1978) menyimpulkan, “ ,,, not
only are student happier when learning in an atmosphere of friendship, they also learn
more!”. Komunikasi yang efektif menurut Deddy Mulyana (2003:107) bahwa komunikasi
yang hasilny sesuai dengan harapan para pesertanya atau orang-orang yang sedang terlibat
dalam komunikasi. Dalam proses belajar mengajar misalnya, komunikasi dua arah antara
guru dan siswa telah menjadi pemahaman bersama dan dua pihak memberikan respon
sebagai tanda bahwa informasi tersebut telah dipahami. Jika komunikasi komunikatif maka
dapat di pastikan tujuan komunikasi tercapai dengan baik.
2.9.1. Unsur-Unsur Komunikasi Yang Efektif
Jika ingin komunikasi menjadi efektif maka unsur-unsur berikut perlu diperhatikan:

1. Sumber (komunikator). Komunikator sebagai pengirim pesan hendaknya benar-benar


siap dengan pesannya. Pesan dikemas dengan bahasa tulis atau bahasa lisan yang
benar-benar bisa dipahami oleh penerima pesan.

2. Pesan.
Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh Komunikator kepada
Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap
kesinambungan komunikasi.

3. Media atau saluran pengirim pesan. Media yang digunakan dalam mengirim pesan
juga harusjelas dan tidak bias. Mengajarkan organ tubuh manusia bagi anak-anak
sekolah dasar maka medianya harus jelas dengan menggunakan alat peraga torso
manusia.
4. Penerima pesan (komunikan atau receiver). Pihak penerima pesan juga harus siap
menerima pesan. Dengan pengetahuannya atau pemahamannya maka komunikan
harus fokus pada pesan yang akan diterima.
5. Efek, yaitu apa yang terjadi setelah menerima pesan. Apakah dengan mudah
komunikan merespon kembali pesan yang diterima, atau apakah ada perubahan sikap
setelah melakukan komunikasi, atau apakah terjadi perubahan prilaku. Jika terjadi
perubahan yang diharapkan oleh komunikator sebagai akibat dari komunikasi itu
maka komunikasi akan menjadi sangat efektif.

2.9.2. Syarat-Syarat Komunikasi Yang Efektif


Agar komunikasi menjadi efektif maka syarat –syarat berikut perlu diperhatikan yaitu,
(1) menciptakan suasana yang saling menguntungkan, (2) menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti bila mungkin bahasa yang digunakan adalah bahasa yang setara (3) pesan yang
disampaikan menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan, (4) pesan yang
disampaikan menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan, (5) pesan yang
disampaikan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.

Berikut ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam komunikasi yang efektif:

1. Harus diingat bahwa komunikasi adalah suatu proses. Komunikasi adalah sebuah
proses karena merupakan kegiatan yang terus-menerus dalam sebuah proses. Jadi
dalam proses tersebut ada yang mempengaruhi dan ada pula yang dipengaruhi.
2. Komunikasi adalah sebuah sistem. Bahwa komunikasi merupakan sebuah sistem
terdiri dari beberapa sub sistem. Ada komunikator dan ada komunikan dan ada
saluran, ada media komunikasi. Manakala satu sub sistem terganggu akan yang lain
juga terganggu.
3. Bahwa komunikasi bersifat transaksi dan komunikasi. Yang dimaksud dengan
interaksi adalah saling bertukar pesan. Seseorang berbicara dan yang mendengar
pembicaraan itu memberikan reaksi atau komentar atas pesan yang disampaikan.
Komunikasi itu sering berubah atau berlanjut menjadi transaksi yaitu melakukan
perjanjian.

2.9.3. Cara-Cara Melakukan Komunikasi Yang Efektif

Agar komunikasi yang kita lakukan menjadi efektif maka perlu memperhatikan cara
berikut:

1. Menguasai ragam komunikasi. Komunikasi itu banyak ragamnya. Berkomunikasi


dengan bahasa lisan, atau bisa pula berkomunikasi dengan bahasa tulisan. Ada pula
berkomunikasi dengan bahasa isyarat dengan menggunakan isyarat-isyarat tertentu
atau sering disebut bahasa isyarat atau bahasa non verbal. Teknik yang dipakai
tergantung pada dimana komunikasi itu dilakukan dan dengan siapa berkomunikasi.
Jika menggunakan bahasa verbal maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah, (1)
kata-kata yang digunakan dalam berkomunikasi dapat dimengerti. (2) kecepatan
(speed) dapat diatur dengan tepat artinya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.,
(3) intonasi suara, dalam pengucapan dan pengejaan kata harus jelas dengan kata dan
intonasi yang benar dan tepat, (4) volume suara, dapat diatur dengan baik tidak terlalu
keras dan tidak terlalu kecil, tergantung pada komunikan. (5) singkat dan jelas.
Komunikasi akan efektif bila pesan yang disampaikan jelas dan singkat. (6) timing
(waktu yang tepat) artinya menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan
apa yan didengar apa yang disampaikan. Bila menggunakan bahasa tubuh atau bahasa
isyarat maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah ekspresi wajah, kontak mata,
postur tubuh, dan gerak isyarat. Semua itu akan menggambarkan isi hati pengirim
pesan atau penerima pesan. Apakah semua itu telah sesuai dengan apa yang
dikemukakan secara lisan.
2. Bersikap empati sebagaimana disebutkan d depan bahwa empati adalah
memposisikan diri dalam situasi yang di alami dan sekaligus memahami apa yang di
rasakan oeh komunikan.
3. Pleksibel anda tidak harus kaku dan serius dengan gaya yang pormal. Komunikasi itu
perlu sisipan informal dengan humor agar santai.
4. Lugas dan ringkas. Gunakan kalimat yang to the point dan ringkas. Dan sedapat
mungkin dengan kata atau kalimat pendek tetapi tidak mengurangi makna atau
maksud. Pemakaian kata atau kalimat yang bertele tele menjadi membosankan
5. Memahami bahasa non verbal yang tepat. Anda perlu memahami gesture tubuh dari
komunikan. Terkadang, bahasa tubuh lebih bermakna dari bahasa verbal karena sulit
di manipulasi.
6. Menjadi pendengar yang baik. Apakah anda menyimak dengan baik ketika rekan ada
yg berbicara ? pastikan ada bisa melakukan hal tersebut. Artinya jika ada seorang
yang mendengar kita harus mendengarkan dengan baik agar kita bisa member respon
yang tepat sesuai dengan harapan lawan bicara kita.
7. Konsisten . konsisten mempunyai makna kesesuaian. Dalam konteks komunikasi
maka komunikator tidak dengan mudah memindahkan topic-topic pembicaraan
kepada komunikan sehingga komunikasi menjadi bingung.
8. Egaliter . artinya tidak membuat sekat antara komunikator dengan komunikan . jika
ini terasa maka hubungan baik akan terhapus.
9. Terbuka. Dalam artinya bersedia dikoreksi jika ada kekeliruan dan meminta maaf jika
salah. Sikap seperti ini turut mendukung komunikasi

BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Komunikasi antar pribadi dapat didefinisikan sebagai proses hubungan yang tercipta,
tumbuh dan berkembang antara individu yang satu (sebagai komunikator) dengan individu
lain (sebagai komunikan) dengan gayanya sendiri menyampaikan pesan kepada yang lain
(komunikan), sedangkan yang satu (komunikan) dengan gayanya sendiri menerima pesan
dari sumber (komunikator). Dengan gaya, kedinamisan, kesadaran dan hubungan yang akrab
dari masing-masing pihak maka komunikasi itu terus tumbuh dan berkembang hingga dicapai
persepsi dan tujuan bersama. Dalam hal ini komunikasi antar pribadi lebih menekankan
hubungan antar pribadi sehingga komunikasi antar pribadi yang terjadi menjadi lebih efektif.
3.2 Saran
Kami menyarankan kepada para pendidik khususnya seorang konselor hendaknya
lebih menekankan terjadinya komunikasi antar pribadi yang efektif dengan konseli sehingga
dalam memberikan layanan kepada konseli menjadi lebih efektif agar tercapai tujuan bersama
dan tidak menimbulkan adanya miss comunication.

Anda mungkin juga menyukai