Penyewa
Sesuai dengan aktivitasnya sebagai penyewa, maka yang diinginkan oleh penyewa adalah :
- Penampilan bangunan yang memiliki nilai estetik dan representatif . Hal ini sangat dibutuhkan sebagai
bukti dan untuk memberikan rasa kepercayaan terhadap penyewa untuk menghadapi klien-klien dari
masing-masing penyewa.
- Suasana kerja yang nyaman yang diciptakan untuk meningkatkan produktifitas kerja hingga mampu
mendorong kemajuan kantor.
- Fleksibilitas dari modul ruang yang disewakan sesuai dengan tingkat kebutuhan penyewa sesuai
dengan jumlah pegawai, jenis kantor dan aktivitas yang berlangsung serta asumsi kebutuhan luas
kantor yang selalu berubah sesuai dengan tingkat kemajuan perusahaan.
- Para penyewa tidak perlu mengeluarkan biya ulang untuk maintenance bangunan
- Tingkat keamanan dan keselamatan
4. Sistem Penyewaan
Yang menjadi dasar pertimbangan dalam sistem penyewaan pada kantor sewa adalah :
a. Sistem Penyewaan Ruang
1) Sistem area terbuka
Ruang-ruang yang disewakan adalah merupakan ruang-ruang terbuka yang dalam pembagiannya
bergantung pada permintaan penyewa (user ) sesuai dengan kebutuhan ruang yang diinginkan.
2) Sistem area terbagi
Ruang-ruang yang disewakan adalah ruang-ruang kecil yang telah terbagi dari ruang besar dalam satu
lantai sesuai dengan modul unit terkecil dari kantor sewa.
3) Sistem gabungan
Adalah gabungan dari kedua sistem diatas dimana hal ini digunakan dalam upaya mengoptimalkan
guna lahan bangunan dan guna ruangan sesuai dengan tingkat kebutuhan penyewa (user). Misalnya
pada lantai 1-4 digunakan sistem area terbuka dan pada lantai diatasnya digunakan sistem area
terbagi.
c. Konsumen
Konsumen adalah sebagai target penyewa dimana konsumen diharapkan menggunakan jasa penyewa
dalam penyediaan permintaan pelayanan jasa ataupun barang.
3. Perdagangan Barang
Perdagangan barang yang terjadi pada sebuah perkantoran diantara terdapat pada :
a. Pertokoan
Perkantoran modern dewasa ini ditambahkan beberapa fungsi diantaranya dengan perbelanjaan
sehingga disebut bangunan multi fungsi. Toko yang berada pada bangunan multi fungsi ini ±80 – 100
toko, mulai dari shopping goodssampai specially goods.
b. Pasar swalayan
Pasar swalayan adalah bentuk perdagangan barang yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-
hari dan beberapa kebutuhan berkala
c. Departement store
Departement store adalah bentuk perdagangan barang-barang berkala dan kebutuhan khusus.
3. Modul Perilaku
Modul perilaku didasarkan pada gerak aktifitas yang dilakukan oleh pengguna bangunan.
Beberapa modul perilaku yang didasarkan pada gerak aktifitas pengguna bangunan / user dapat
dicontohkan, diantaranya adalah :
4. Modul Perabot
Perabot merupakan salah satu elemen pengisi ruangan yang sangat mempengaruhi tingkat
kenyamanan pemakaian sebuah ruangan. Kadang kala perabot juga digunakan sebagai elemen
estetik, disamping digunakan sesuai dengan fungsinya.
Dalam suatu desain bangunan, perabot juga berperan didalam penentuan modul yang akan
digunakan perancangan. Hal ini disebabkan dimensi dari perabot yang digunakan akan mempengaruhi
tingkat efektifitas dan kenyamanan sebuah ruangan. Ini dapat dicontohkan, apabila dalam sebuah
ruang rapat dikantor menggunakan sofa sebagai alat duduk, maka yang terjadi adalah adanya
kenyamanan yang dirasakan apabila duduk, akan tetapi tidak adanya keleluasan dalam bergerak
apabila melakukan aktifitas, misalnya berdiri untuk mempresentasikan pekerjaannya. Dari contoh ini,
dengan jelas kita dapat melihat bahwa fungsi perabot akan mempengaruhi besaran / dimensi perabot
yang berarti pula akan mempengaruhi besaran ruangan, dan ini berdampak pada penggunaan modul
dalam mendesain suatu bangunan.
Beberapa modul perabot yang digunakan dalam sebuah kantor sewa, diantaranya :
6. Modul Fungsi
Sebuah bangunan sangat berpengaruh pada tingkat efektifitas, efisiensi serta fleksibilitas suatu
bangunan. Prinsip dasar sebuah kantor sewa adalah untuk mencapai tingkatan tersebut. Salah satu
yang mempengaruhi dan paling mendasar adalah fungsi dari sebuah bangunan itu sendiri. Form follow
function adalah salah satu bentuk ungkapan seorang arsitek yang mengatakan bahwa bentuk tercipta
dengan mengikuti fungsibangunan.[3] Bangunan terkadang kehilangan jati dirinya akibat fungsi
bangunan yang tidak jelas dan tidak tergambar pada desain.
Penentuan penggunaan modul pada suatu bangunan, utamanya pada kantor sewa sangat
berpengaruh pada beberapa tingkatan yang disebutkan sebelumnya. Variabel-variabel yang ada
seperti aktifitas pelaku, pola hubungan ruang, material serta perabot yang digunakan, besaran mobil
dsb merupakan bentuk turunan dari keberadaan dari fungsi bangunan itu sendiri. Pada bangunan yang
berfungsi sebagai kantor sewa, penentuan modul untuk mendapatkan unit terkecil dari sebuah kantor
sewa akan memepengaruhi nilai ekonomis bangunan.
Unit terkecil dari sebuah ruangan kantor sewa inilah nantinya yang akan menjadi pengontrol dari
dimensi lainnya, baik ke arah horizontal maupun ke arah vertikal bangunan, serta menjadi patokan
dalam menyewakan suatu luasan dalam sebuah bangunan kantor sewa. Untuk modul fungsi ke arah
horizontal biasanya menggunakan ukuran / dimensi kelipatan dasar 20 cm dan 30 cm, misalnya : 200
cm, 300 cm, 360 cm, 500 cm, 600 cm, 660 cm, 720 cm, 800 cmm, 810 cm dst. Sedangkan untuk modul
vertikal, perhitungan jarak antar modul didasarkan paralatan dan perabotan vertikal yang digunakan
dalam bangunan dengan menggunakan jarak jangkauan maksimal, dengan memperhitungkan pula
sistem utilitas, plafon, kenyamanan dsb.
7. Modul Struktur
Modul struktur ditentukan berdasarkan prioritas kebutuhan, fungsi serta sifat / perilaku struktur
yang disesuaikan pada bangunan. Sistem struktur yang digunakan sangat berperan dalam menentukan
jarak-jarak modul yang digunakan, misalnya : dengan menggunakan sistem struktur rangka dengan
modul struktur yang berjarak 600 cm, 720 cm, 800 cm, 810, 840 cm dimana jarak-jarak ini merupakan
jarak kolom yang efektif agar mengurangi terjadi lendutan akibat momen besar yang ditimbulkan oleh
beban yang dipikul oleh bangunan.
Penggunaan jarak modul terhadap sistem struktur yang digunakan pada suatu bangunan sangat
penting diperhitungkan karena disamping mempengaruhi kekuatan dari bangunan itu sendiri juga
merupakan modul yang diharapkan mampu memiliki fleksibilitas yang tinggi terhadap fungsi ruangan
itu sendiri utamnya untuk sebuah kantor sewa.
Penggunaan jarak modul terhadap sistem struktur dapat dapat dicontohkan sebagai berikut :
Gambar 6 : Salah satu modul di sebuah perkantoran dengan penyesuaian antara modul struktur, fungsi, perabot
Sumber : Data Arsitek, jilid III, hal 28
a) Core
Core adalah inti bangunan yang berfungsi sebagai rangka utama pada bangunan berlantai
banyak (bangunan tinggi). Selain sebagai fungsi struktural, core juga berpengaruh pada suhu dalam
bangunan, bentuk penampilan bangunan, serta memberikan bentuk fasade bangunan apabila core
terletak disisi bangunan (pada bagian luar).
Penempatan dan ukuran dari inti (core) dalam suatu bangunan bertingkat sebagian besar diatur
dengan pertimbangan yang meliputi kebutuhan pokok peraturan fire-egress, menuju keberhasilan dan
bentuk efisiensi dasar di (dalam) pergerakan manusia, dan menciptakan suatu tata ruang internal
efisien. Tata ruang pada gilirannya, perlu melayani untuk memaksimalkan kembalian dan untuk
mencukupi kebutuhan pengangkutan vertikal dan dengan menggunakan shaft-shaft pada vertical untuk
keperluan tertentu.[4]
Untuk perletakan core pada bangunan tinggi dapat dibagi dalam 3 tipe, diantaranya:
Single side core adalah core tunggal yang berada diletakkan pada salah satu sisi bangunan.
Double side core adalah core ganda yang diletakkan pada kedua sis bangunan yang saling berhadapan.
Central core adalah core tunggal yang berada di pusat bangunan sekaligus sebagai inti rangka
bangunan.
Konfigurasi shaft pada core bangunan sangat diutamakan untuk mendapatkan efisiensi dan
efektifitas. Di dalam menentukan bentuk wujud internal dari inti bangunan (core), salah satu dari yang
perlu dipertimbangkan adalah untuk area mana pengangkutan vertikal akan diberikan di dalam
bangunan. Suatu bangunan bertingkat memerlukan satu set elevator dan oleh karena itu suatu
konsultan spesialis elevator ikut dalam mendesain bangunan.
c) Material
Pemilihan material menjadi salah satu hal yang terpenting dalam mendesain sebuah bangunan
tinggi, utamanya bila menggunakan konsep “bangunan pintar”. Penggunaan material-material yang
dilengkapi dengan pengubah energi matahari menjadi energi listrik ataupun yang lain diharapkan
mampu mengurangi penggunaan energi buatan yang tak tergantikan, penggunaan recycling material
serta material yang bersifat alami menjadi salah satu aspek pemilihan pada pembangunan dewasa ini.
Kerangka struktural bangunan terdiri atas beton: suatu unsur kumpulan [sulit/keras] buat dari
semen, limau/kapur perekat, menghancurkan batu karang atau pasir, air, dan zat additive lain. Perilaku
beton memiliki kekuatan luar biasa di apabila mengalami gaya tekan, tetapi tidak dengan baik diberikan
tegangan tarik akan sangat berpengaruh terhadap konstruksi bangunan, oleh karenanya beton
diperkuat dengan batang-baja yang berfungsi untuk memperkuat gaya tarik pada bangunan. [6]
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan material yang akan digunakan dalam
pembangunan bangunan tinggi adalah :
Mampu bertahan lama terhadap pengaruh lingkungan setempat, dimana dapat berupa : iklim, cuaca,
kelembaban, angin, hujan, panas matahari, air asin, dsb.
Mudah dalam pengerjaan dilapangan dan mudah dalam perawatan (maintenance).
Material mudah didapat di sekitar lokasi pembangunan (dilapangan), mudah tergantikan (mudah
diperbaharui).
Penggunaan teknologi yang mudah diterapkan oleh para pekerja setempat (lokal).
Tahan terhadap tumbuhan dan hewan perusak
Warna, sifat dan kerapatan bahan serta penggunaan dalam bangunan.
Penggunaan “kaca pintar” merupakan suatu konsep teknologi mutakhir dengan menggunakan
dinding tirai kaca yang menggabungkan penerapan konsep ekologi bangunan dengan penghematan
energi penerangan (ekonomis) dimana dengan penggunaan kaca pintar ini dapat mengurangi pantulan
panas matahari yang dapat menyebabkan efek rumah kaca (green house effect) pada bangunan tinggi,
mampu mengurangi efek panas yang menyebabkan meningkatnya temperatur lingkungan perkotaan
(heat island effect) serta mengurangi pemanasan global pada bumi. Disamping itu juga ia mampu untuk
mereduksi penggunaan energi yang dipakai untuk sistem tata udara dengan cara mengeliminir beban
pendingian eksternal.
Kemampuan beradaptasi dengan pergantian cuaca dan cahaya matahari secara otomatis pada
bangunan yang menggunakan fasade kaca pintar akan mengurangi pemakaian energi yang tak terbarui
serta akan memiliki kegunaan yang sangat besar dan penting dalam melindungi lingkungan global
kita.[7]
Gambar 8 : Salah satu bangunan yang menggunakan kaca sebagai elemen dinding yang memanfaatkan sinar
matahari sebagai penerangan alami
Sumber : Internet, situs Architecture.com
Penggunaan dinding curtain wall (non structure glaas wall) pada dinding bangunan pada high
rise building akan memberikan efek window wall dimana diharapkan dengan pemasangan curtain wall
akan memberikan pemanfaatan penghematan energi surya yang cukup besar terhadap bangunan
dengan adanya penerangan secara alamiah. Pada pemasangan curtain wall terbagi atas mullion
type dan panel type dimana pada mullion type, curtain wall dipasang pada bagian mullion sedangkan
mullionnya sendiri dipasang pada plat lantai bangunan, sedangkan pada panel type, rangka curtain
wall dipasang dalam bentuk panel-panel yang melengket pada plat lantai.
Glascade (suspension glass system) yaitu suatu metode pemasangan dinding kaca yang
memungkinkan pemasangan material kaca yang berukuran tinggi maksimal 49 m dan dalam
pemasangannya digolongkan dalam tiga jenis pemasangan yaitu : glascade F, glascade SF dan
glascade SM.
Pada balustrade SS system, pemasangan kaca dengan menggunakan sealant pada semua
sambungan sehingga pada pemasangannya nanti sudah tidak menggunakan baut-baut dan pada
bagian pinggir juga dipasang pelindung berupa haindrail yang menggunakan bahan pendukung bulking
agent dari gypsum dan dari karet neoplane.[8]
Tabel 1 : Sifat kaca bangunan yang berhubungan dengan efek radiasi sinar matahari[9] :
Kaca terapung
6mm 8% 12% 80% 84% 87%
Kaca berwarna
hijau 3mm 6% 31% 63% 71% 85%
Jenis kaca pantulan penyerapan Meneruskan Tembusan Tembusan
sinar panas cahaya
Kaca kuning sawo
3mm 6% 40% 52% 66% 58%
Kaca berlapis
panterap/pantulan 5% 51% 44% 60% 41%
panas 6mm kaca
abu-abu
Kaca biru hijau 6
mm 5% 75% 20% 43% 48%
Kaca hijau 6 mm 6% 49% 45% 60% 75%
Kaca perunggu 6
mm 5% 51% 44% 60% 50%
Kaca berlapis
emas 47% 42% 11% 25% 20%
memantulkan
panas berlapis
J. STUDI KASUS
1. Gedung BNI 46 Jakarta
Gedung BNI 46 Jakarta yang terletak di jalan Jenderal Sudirman Kav. 1 Jakarta Pusat ini merupakan
bangunan pertama yang menerapkan sistem bangunan pintar yang ada di Indonesia. Untuk
pemeliharaan sub-sub sistem di dalamnya agar bisa bekerja secara optimal, maka ditunjuklah PT.
Swadharma Griyasatya selaku anak perusahaan Yayasan Dana Pensiun BNI dalam mengatur sub-sub
sistem tersebut.
Gambar 9 : Gedung BNI 46 Jakarta yang menerapkan sistem bangunan pintar
Gedung BNI ini terdiri atas 38 lantai yang diklasifikasikan sebagai bangunan tinggi B dengan
tinggi bangunan 132,5 meter, dan dengan luas total bangunan adalah 75.062 m 2.
Konstruksi bangunan gedung BNI ini adalah beton bertulang dengan dinding tembok atap serta
atap beton. Secara fisik, struktur bangunan ini terbagi atas basement 1 dan 2, lantai utama 1 – 33,
serta bagianatap 1 -3. Keseluruhan lantai bangunan Gedung BNI 46 ini dibagi menjadi 2 zona, yaitu
zona bawah antara lantai basement – lantai 15 dan zona tinggi antara lantai 16 – lantai 33.
Gambar 10 : Sub sistem SBP Gedung BNI 46 Jakarta
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, pustaka wira usaha
Pada bagian basement 2 digunakan sebagai tempat parkir, plant jaringan listrik dan sistem
HVAC, workshop dan gudang. Pada basement 1 digunakan sebagai tempat parkir, ruang kontrol, divisi
teknik, divisi keamanan, dan divisi housekeeper. Lantai 1 – 33 digunakan sebagai ruangan perkantoran
bagi BNI maupun penyewa yang lainnya. Pada bagian roof 1 dan roof 2 digunakan sebagai
tempat building service equipment seperti cooling tower, sedangkan pada roof 3
terdapat hellipad (pendaratan helikopter).
Fungsi dari bangunan Gedung BNI 46 ini adalah sebagai gedung perkantoran BNI Pusat, namun
juga disewakan bagi perusahaan-perusahaan lain yang berminat. Bangunan ini dirancang agar
menimbulkan kesan BNI yang ramah, modern, agresif, namun konservatif. Kesan ini ditimbulkan dari
keberadaan pintu masuk gedung, lobi lift, dan ruang perkantorannya. Bangunan ini dirancang pula agar
menciptakan lingkungan kerja yang efisien untuk menciptakan kreativitasbagi pegawainya.
Dalam Bangunan Gedung BNI 46 ini terdapat tiga macam ruangan yang berkenaan dengan
sistem otomasinya perkantorannya, diantaranya adalah :
a. Ruang kontrol dan monitor
1) SCAR (Security Control Administration Rooom) : tempat mengontrol dan memonitor semua unsur
sistem keamanan didalam maupun diluar bangunan.
2) BAS (Building Automation Sistem) : tempat mengontrol dan memonitor semua sub sistem dalam BAS
bangunan Gedung BNI 46.
b. Plant room
1) Ruang Chiller dan sistem pendukungnya seperti pompa-pompa.
2) Ruang trafo yang berfungsi untuk mengubah tegangan masuk dari sumber PLN yang bertegangan 25
KV menjadi tegangan 380 KV tiga fasa untuk mesin-mesin dan tegangan 220 V untuk satu fasa untuk
peralatan lainnya.
3) Ruang generator, dimana terdiri empat buah generator caterpillar yang masing-masing berkapasitas
1,5 MVA untuk memasok listrik bila jaringan listrik yang berasal dari PLN padam.
c. Ruang AHU (Air Handling Unit) yang terletak pada setiap lantai bangunan. Tiap satu lantai bisa terdiri
atas beberapa ruang AHU, tergantung dari luasan lantai yang akan dipakai sebagai perkantoran.
Bangunan pintar merupakan sebuah konsep yang mempengaruhi keseluruhan gedung disegala
aspek, baik berupa bidang arsitektur, elektrik, mekanik, interior desain maupun yang lainnya.
Penerapan sistem bangunan pintar pada sebuah gedung merupakan paduan yang komprehensif
antara sistem otomasi, komunikasi dan perencanaan lingkungan agar tercipta bangunan yang kondusif
untuk bekerja secara optimal.
Penerapan sistem bangunan pintar pada gedung BNI 46 Jakarta memperhatikan pendekatan
multi disiplin dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a. Sistem otomasi gedung (building automation system / BAS)
b. Sistem otomasi perkantoran (office automation system / OA)
c. Sistem telekomunikasi
d. Prasarana pembangunan gedung
e. Perencanaan lingkungan
f. Desain interior
b. Sistem konstruksi
1) Konfigurasi LAN
Cable shaft
Perencanaan ruang PBX-site dan akomodasi node
2) Pengkabelan pada lantai bangunan : teknik double layered OA flooring dan floor duct
3) Pengkabelan pada langit-langit : ceiling dan cable rack wiring
4) Pengkondisian udara yang fleksibel
5) Pensaklaran pencahayaan yang fleksibel, kemampuan rezoning tersentralisasi untuk merespon
kebutuhan rancangan
6) Documnet conveying : vertical conveyor
7) Pencahayaan nirsilau : perabot yang sedikit memantulkan cahaya
8) Pencegahan interferensi elektromagnetik :
Metode pemisahan kabel
Static disharge
Pengkabelan lantai antistatik
c. Telekomunikasi
1) Komunikasi satelit
2) Komunikasi grafis
3) Video conferencing dan pesan suara
4) Surat elektronik
5) Transfer data digital kecepatan tinggi
6) Pembuatan rekening penyewa secara otomatis
7) Sistem telpon in-building dan PABX
d. Otomasi perkantoran
1) Konstruksi LAN
2) Pemroses teks
3) Dukungan proses pengambilan keputusan
4) Manajemen informasi
5) Pelayanan online
6) Dukungan perangkat lunak
7) Dukungan akses database eksternal
e. Sistem otomasi gedung
1) Sistem kontrol gedung, yaitu :
Kontrol optimal terhadap fasilitas pengkondisian udara
Kontrol temperatur secara otomatis
Jadal kontrol dan operasi
Kontrol pertukaran panas total
Kontrol elevator
Pengawasan lingkungan gedung dan status fasilitas
Pengukuran konsumsi energi
Kontrol jarak jauh
2) Sistem otomasi keamanan, yaitu :
Kontrol masuk
Pengamatan video
Kontrol teleclocking
Deteksi kebakaran, alarm, pemadam, dan kontrol api
Kontrol asap dan evaluasi otomatis
Deteksi kebocoran gas dan alarm
Pengawasan otomatis terhadap fasilitas pencegah kebakaran
Respon gempa bumi
Respon kegagalan daya
3) Sistem penghematan energi, yaitu :
Pensaklaran lampu otomatis
Manajemen konsumsi energi
Kontrol pengkondisian udara otomatis dalam zone kecil
Kontrol sumber daya listrik
Kontrol respon sensor pencahayaan siang hari
2. Menara Rajawali Jakarta
a. Gambaran Umum
1) Latar Belakang
Gedung ini didirikan dengan memperhatikan keinginan pemilik gedung yaitu PT.Rajawali
Adiwisma (PT.RAW) salah satu anak perusahaan dari Rajawali Corporation yang ingin menampilkan
suatu konsep desain gedung yang mengungkapkan perusahannya sebagai burung rajawali yang
kemudian diterapkan pada bentuk bangunan perkantoran. Gedung ini juga akan menjadi semacam
“show case” bagi kelompok usaha Rajawali Corporation.
2) Lokasi
Gedung perkantoran ini terletak di kawasan antar bangsa Mega Kuningan yang berada di sisi
jalan Prof. Satrio yang akan dijadikan suatu kawasan orchad roadnya Indonesia. Semua sarana dan
kegiatan dari perkantoran, apartemen, bisnis retail, swalayan, mal, sampai pada warung telekomunikasi
akan hadir di kawasan ini.
3) Lingkungan / Tataletak
Lahan Menara Rajawali terletak di sisi jalan Prof. Satrio Kawasan Mega Kuningan seluas 6.200
m2 . Di sisi kiri dan kanan lahan masih merupakan tanah kosong karena lahan tersebut masih
merupakan daerah pengembangan kawasan bisnis. Dibelakang lahan didirikan tower dengan podium
ditengahnya. Mainentrance ke setiap tower dan podium dipisahkan menurut fungsi bangunan. Di sisi
kiri dan bangunan dibuat koridor penghubung yang bisa dimanfaatkan oleh pejalan kaki untuk menuju
satu bangunan ke bangunan lainnya. Lalu lintas di depan bangunan pada jalan Prof. Satrio merupakan
sumber kebisingan terbesar.
5) Sistem Struktur
Struktur bawah Menara Rajawali menggunakan pondasi bore pile dengan 16 kolom utama dan
3 core wall untuk lift dan tangga. Pile cap diantaranya ada yang berukuran khusus dengan panjang 27
m, lebar 12m, dan tebal 2,5 m dengan memakai beton mutu K – 350. Struktur atas bangunan dikerjakan
dengan cara konvensional.
6) Ornamen
Untuk memberikan kesan megah, maka pada bagian lobby bangunan desain secara hati-hati.
Desain grand lobby tidak menampakkan lift secara langsung, tetapi pada entrance bangunan ini, para
pengunjung disambut oleh sebidang dinding yang memperlihatkan logo Rajawali Coorporation
sedangkan lift terletak disisi kiri dan kananya.
b. Sistem Sirkulasi
Pola siskulasi vertikal bangunan ini menggunakan lift. Terdapat 6 unit lift penumpang dan 1 unit
lift barang yang digunakan dari basement kelantai 25, dan 2 unit lift penumpang yang terletak
dibangunan podium yang digunakan dari ground ploor kelantai 5. Di lantai parkir disediakn 2 unit lift
parkir mobil yang dioperasikan dari lantai semi basement sampai lantai 5.
2) Lokasi
Gedung ini terletak dikawasan jalan Yos Sudarso Jakarta Utara di daerah Kelapa Gading yang
merupakan lokasi yang sangat strategis.
4) Sistem Struktur
Struktur bawah gedung ini digunakan pondasi tiang pancang pada kedalaman 16 – 19 m,
mencapai tanah keras. Pada bangunan tower digunakan dimensi 40 x 40 dengan daya dukung 120 ton
per tiang dan 35 x 35 dengan daya dukung 90 ton per tiang untuk daerah podium. Jumlah tiang
pancang yang dipakai sekitar 551 titik.
Sistem struktur atas digunakan open frame interaksi dengan shear wal (core). Pada balok
bentang lebar (11 m) dipakai sistem prestress (one way slab).
Konstruksi pada tahap bangunan dan beton dan pada daerah tertentu menggunakan rangka
baja dengan penutup metal deck. Untuk struktur lorong kebakaran dibuat hanging (tidak ditopang
kolom) di lantai 3 dengan pembensian konvensional. Tebal slab basement 25 cm, begitupula untuk
ketebalan ketiga sisi dinding basement. Pembesian pada slab digunakan wire mash U-50 dan
pada beam TD-40. Mutu beton yang di pakai adalah K-400, sedangkan untuk kolom dan shear
wall dipakai K-500.
5) Ornamen
Gedung ini menciptakan landmark dengan membuat menara sudut yang sekaligus berfungsi
sebagai tempat meletakkan logo perusahaan. Pada dinding luar bangunan menggunakan kaca dan
cladding aluminium serta granik. Pada ruang dalam gedung, lantai pada daerah publik seperti lobby
utama dan hall lift menggunakan granit, sedangkan plafond menggunakan gypsum board. Untuk toilet
menggunakan marmer.
b. Sistem Sirkulasi
Sirkulasi vertikal dengan gudang ini menggunakan 5 unit lift penumpang dengan kapasitas 20
orang, dan 1 unit lift executive dengan kapasitas 11 orang , serta 1 unit lift service dengan kapasitas
1.800 kg/90 mpm yang sekaligus dapat berfungsi sebagai lift kebakaran.
c. sistem Perlengkapan Bangunan
Penyelamatan terhadap bahaya kebakaran, dibuat tunnel (seperti lorong menggantung) pada
lantai 2 dan 3 sepanjang 22 – 23 m mengarah keluar bangunan, sebanyak 2 unit sehingga tangga
kebakaran tidak didesain sampai lantai dasar.
Pengkondisian udara menggunakan sistem central water, cooled choller dengan kapasitas 3 x
280 TR. Pendistribusian udara per lantai, untuk bagian dalam ruangan menggunakan Air Handing Unit
(AHU), dan pada area parameter dengan Fan Coil Unit (FCU).
Sumber air bersih berasal dari PDAM dan sebagai cadangan disediakan deep well dengan
kapasitas 150 liter / menit.
Dilengkapi pula sistem tata suara, saluran telepon, sarana penanggulangan dan pencegahan
terhadap bahaya kebakaran, serta MATV dan CCTV. Gedung ini dikontrol dengan Building Automation
System (BAS) yang berfungsi untuk memonitor start dan stop.
Pada bagian pondasi bangunan memiliki ketebalan 4,5 meter, terdiri dari 32.500 ton pondasi rakit
yang berisi ± 13.200 m 3 beton dan didukung dengan 104 barrette piles menancap ke dasar tanah yang
berbatu. Jembatan skybridge yang menghubungkan antara bangunan satu dan dua terbuat dari baja,
terletak pada lantai 41 dan 42 dan dibuka untuk umum.
Gedung ini menggunakan sistem bangunan pintar dengan pelayanan Integrated Service Digital
Network (ISDN) dengan tiga jaringan utama yang bekerja secara terintegrasi. Pada sistem jaringan ini
apabila sistem keseluruhan tidak berfungsi, maka masing-masing sistem dapat bekerja seindiri-sendiri.
Sistem-sistem tersebut anatar lain :
Sistem kontrol bangunan (building control system)
Sistem alarm kenakaran (fire alarm system)
Sistem keamanan bangunan (building security system)
Pada sistem keamanan bangunan menggunakan alarm monitoring system, card access, closed
circuit television, voice intercom, dan photo ID system.
Kedua bangunan memiliki lift sebanyak 76 yang mencakup 29 double-decker dengan kecepatan
tinggi dan masing-masing double-decker elevator dapat membawa 26 orang.
Gambar 13 : Skygardens dan helipad yang terdapat pada balkon dan atap bangunan
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, pustaka wira usaha
Bangunan ini memiliki ketinggian 310 meter yang terdiri atas 55 lantai. Struktur utama dari
bangunan ini adalah struktur rangka dan beton bertulang serta miliki gaya post modern. Konsep bentuk
bangunan mengadopsi dari pohon bambu yang menjulang ke atas, menunjukkan identitas malaysia.
Bentuk lengkun pada bangunan tercipta akibat pengaruh henbusan angin yang cukup kuat sis
bangunan tersebut. Pada bagian dalam (sisi bangunan yang melengkung ke dalam) terdapat balkon
yang ditanami tumbuh-tumbuhan / pohon yang selain berfungsi sebagai penyaring debu, penambah
estetik pada bangunan juga memberikan kesan hijau pada pandangan mata serta memberikan
kesejukan penghawaan alami. Bagian atap menggunakan sunshading yang akan membantu
pengaturan pencahayaan alami sekaligus menghemat penggunaan energi untuk penerangan /
pencahayaan buatan. Bentuk lingkaran pada bagian atap bangunan digunakan sebagai helipad.
Pada bangunan ini memiliki ruang pertunjukan teater serta cinema yang menarik dan bagus,
digunakan untuk kapasitas 2500 orang. Memiliki hall yang luas yang digunakan sebagai ruang pameran
dan terdapat sarana rekreasi. Luas landscape merupakan sisa dari luasan site yang tidak terbangun.
Bangunan ini berfungsi sebagai bangunan kantor sewa atas dasar kebutuhan akan kantor sewa
di Jeddah. Bangunan kantor sewa ini terletak di area plaza segitiga di dekat Laut Merah yang berbentuk
triangular (geometri segitiga) yang terdiri atas 27 lantai dan salah satu bagian bangunan juga memiliki
bentuk lingkaran. Bentuk dari lokasi / site yang ada serta kondisi-kondisi climatic yang lokal
menghasilkan keseluruhan yang kompleks. Luas keseluruhan bangunan adalah 766.000 sf dengan
bagian courtyard yang terkesan dipahat masuk ke bagian muka bangunan. Dua dari courtyard yang
ada mengarah pada selatan (old portion of the city), sedangkan cortyard yang lain menghadap ke arah
barat laut (lautan). Jendela kantor yang ada, bila dibuka akan berhadapan langsung dengan courtyard
yang didesain secara arsitektur tradisional islam, sedangkan pada bagian interior bangunan terdiri atas
bahan material yang menarik, semacam batu pualam dan granit hitam. Fasilitas ruang makan yang
berwarna warni terkesan eksekutif dan menarik dapat membangkitkan selera makan serta terdiri dari
sekat-sekat yang membuat desain lebih fleksibel.