Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada penyusun sehingga penyusun berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.Dengan membuat tugas ini
penyusun diharapkan mampu untuk lebih mengenal tentang ciri-ciri masyarat madani
yang penyusun sajikan berdasarkan informasi dari berbagai sumber.
Dalam penyelesaian makalah ini, penyusun banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang.Namun, berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan
dengan cukup baik.Penyusunsadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu,
penyusunsangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Akhir kata, penyusunsampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.Amiin.

Gowa, 14 Juni 2015


Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Landasan Teoritis .................................................................................................... 3
1. Pengertian Masyarakat Madani ................................................................... 3
2. Manfaat Masyarakat Madani....................................................................... 4
B. Sejarah Pemikiran Masyarakat Madani .................................................................. 4
C. Ciri-Ciri Masyarakat Madani .................................................................................. 6
D. Masyarakat Madani di Indonesia ............................................................................ 7
E. Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Madani .................................................. 9
F. Solusi Mengatasi Masalah....................................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 12
B. Saran ........................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wacana dan praksis tentang civil society belakangan ini semakin


surut.Kecenderungan ini sedikit mengherankan karena dalam “transisi” menuju
demokrasi, seharusnya wacana dan praksis civil society semakin kuat, bukan
melemah.Alasannya, eksistensi civil society merupakan salah satu diantara tiga
prasyarat pokok yang sangat esensial bagi terwujudnya demokrasi.

Mewujudkan masyarakat madani adalah membangun kota budaya bukan


sekedar merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat local, tetapi lebih dari itu
adalah membangun masyarakat yang berbudaya agamis sesuai keyakinan individu,
masyarakat berbudaya yang saling cinta dan kasih yang menghargai nilai-nilai
kemanusiaan .

Ungkapan lisan dan tulisan tentang masyarakat madani semakin marak akhir-
akhir ini seiring dengan bergulirnya proses reformasi di Indonesia. Proses ini
ditandai dengan munculnya tuntutan kaum reformis untuk mengganti Orde Baru
yang berusaha mempertahankan tatanan masyarakat yang status quo menjadi
tatanan masyarakat yang madani. Untuk mewujudkan masyarakat madani tidaklah
semudah membalikan telapak tangan.

namun, memerlukan proses panjang dan waktu serta menuntut komitmen


masing-masing warga bangsa ini untuk mereformasi diri secara total dan konsisten
dalam suatu perjuangan yang gigih.

Selanjutnya, wacana tentang masyarakat madani oleh banyak bangsa dan


masyarakat di negara berkembang, secara antusias ikut dikaji, dikembangkan, dan di
eliminasi, sebgaimana realitas empiris yang dihadapi.

B. Rumusan Masalah

Agar tidak terjadi kesimpang siuran dari penuliasan makalah ini, maka rumusan
masalah dari makalah ini adalah:

1. Apakah pengertian masyarakat madani?

1
2. Apakah cirri-ciri mayarakat madani?
3. Apakah pilar penegak masyarakat madani?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan yaitu:

1. Untuk mengetahui pengertian masyarakat madani.


2. Untuk mengetahui ciri-ciri masyarakat madani.
3. Untuk mengetahui pilar penegak masyarakat madani.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teoritis
1. Pengertian Masyarakat Madani

Pengertian Masyarakat Madani menurut para ahli:

 Mun’im (1994) mendefinisikan istilah civil society sebagai seperangkat


gagasan etis yang mengejawantah dalam berbagai tatanan sosial, dan yang
paling penting dari gagasan ini adalah usahanya untuk menyelaraskan
berbagai konflik kepentingan antarindividu, masyarakat, dan negara.
 Hefner menyatakan bahwa masyarakat madani adalah masyarakat modern
yang bercirikan demokratisasi dalam beriteraksi di masyarakat yang
semakin plural dan heterogen. Dalam keadan seperti ini masyarakat
diharapkan mampu mengorganisasi dirinya, dan tumbuh kesadaran diri
dalam mewujudkan peradaban. Mereka akhirnya mampu mengatasi dan
berpartisipasi dalam kondisi global, kompleks, penuh persaingan dan
perbedaan.
 Mahasin (1995) menyatakan bahwa masyarakat madani sebagai terjemahan
bahasa Inggris, civil society. Kata civil society sebenarnya berasal dari
bahasa Latin yaitu civitas dei yang artinya kota Illahi dan society yang
berarti masyarakat. Dari kata civil akhirnya membentuk
kata civilization yang berarti peradaban. Oleh sebab itu, kata civil
society dapat diartikan sebagai komunitas masyarakat kota yakni
masyarakat yang telah berperadaban maju.
 Istilah madani menurut Munawir (1997) sebenarnya berasal dari bahasa
Arab,madaniy. Kata madaniy berakar dari kata kerja madana yang berarti
mendiami, tinggal, atau membangun. Kemudian berubah istilah
menjadimadaniy yang artinya beradab, orang kota, orang sipil, dan yang
bersifat sipil atau perdata. Dengan demikian, istilah madaniy dalam bahasa
Arabnya mempunyai banyak arti. Konsep masyarakat madani menurut
Madjid (1997) kerapkali dipandang telah berjasa dalam menghadapi
rancangan kekuasaan otoriter dan menentang pemerintahan yang
sewenang-wenang di Amerika Latin, Eropa Selatan, dan Eropa Timur.

3
 Hall (1998) mengemukakan bahwa masyarakat madani identik dengan civil
society, artinya suatu ide, angan-angan, bayangan, cita-cita suatu
komunitas yang dapat terjewantahkan dalam kehidupan sosial. Pada
masyarakat madani pelaku social akan bepegang teguh pada peradaban dan
kemanusiaan.

Intinya, berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa


masyarakat madani pada prinsipnya memiliki multimakna atau bermakna ganda
yaitu: demokratis, menjunjung tinggi etika dan moralitas, transparansi,
toleransi, berpotensi, aspiratif, bermotivasi, berpartisipasi, konsistensi, memiliki
perbandingan, komparasi, mampu berkoordinasi, simplifikasi, sinkronisasi,
integrasi, mengakui emansipasi, dan hak asasi, sederhana,namun yang paling
dominan adalah masyarakat yang demokratis. Dengan mengetahui makna
madani, maka istilah masyarakat madani secara mudah dapat difahami sebagai
masyarakat yang beradab, masyarakat sipil, dan masyarakat yang tinggal di
suatu kota atau berfaham masyarakat kota yang pluralistik.

2. Manfaat Masyarakat Madani

Manfaat yang diperoleh dengan terwujudnya masyarakat madani ialah


terciptanya masyarakat Indonesia yang demokratis sebagai salah satu tuntutan
reformasi di dalam negeri dan tekanan-tekanan politik dan ekonomi dari luar
negeri. Di samping itu, melalui masyarakat madani akan mendorong munculnya
inovasi-inovasi baru di bidang pendidikan. Selanjutnya, dengan terwujudnya
masyarakat madani, maka persoalan-persoalan besar bangsa Indonesia seperti:
konflik-konflik suku, agama, ras, etnik, golongan, kesenjangan sosial,
kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan pembagian “kue bangsa” antara pusat
dan daerah, saling curiga serta ketidakharmonisan pergaulan antarwarga dan
lain-lain yang selama Orde Baru lebih banyak ditutup-tutupi, direkayasa dan
dicarikan kambing hitamnya itu diharapkan dapat diselesaikan secara arif,
terbuka, tuntas, dan melegakan semua pihak, suatu prakondisi untuk dapat
mewujudkan kesejahteraan lahir batin bagi seluruh rakyat. Dengan demikian,
kekhawatiran akan terjadinya disintegrasi bangsa dapat dicegah.
Guna mewujudkan masyarakat madani dibutuhkan motivasi yang tinggi
dan partisipasi nyata dari individu sebagai anggota masyarakat. Hal ini intinya

4
menyatakan bahwa untuk mewujudkan masyarakat madani diperlukan proses
dan waktu serta dituntut komitmen masing-masing warganya untuk
mereformasi diri secara total dan selalu konsisten dan penuh kearifan dalam
menyikapi konflik yang tak terelakan. Tuntutan terhadap aspek ini sama
pentingnya dengan kebutuhan akan toleransi sebagai instrumen dasar lahirnya
sebuah konsensus atau kompromi.

B. Sejarah Pemikiran Masyarakat Madani


Istilah masyarakat madani dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah civil
society pertama kali dikemukan oleh Cicero dalam filsafat politiknya dengan istilah
societies civilis yang identik dengan negara. Rahadrjo (1997) menyatakan bahawa
istilah civil society sudah adasejak zaman sebelum masehi. Orang yang pertama kali
mencetuskan istilah civil society adalah Cicero (104-43 SM), sebagai oratur
yunani.Civil society menurut Cicero ialah suatu komunitas politik yang beradab
seperti yang dicontohkan oleh masyarakat kota yang memiliki kode hukum sendiri.
Dengan konsep civility (kewargaan) dan urbanity (budaya kota), maka dipahami
bukan hanya sekadar konsentrasi penduduk, melainkan juga sebagai pusat
peradaban dan kebudayaan.
Filsuf yunani Aristoteles (384-322 M) yang memandang masyarakat sipil
sebagai suatu sistem kenegaraan atau identik dengan negara itu sendiri, pandangan
ini merupakan Fase pertama sejarah wacana civil society, yang berkembang dewasa
ini, yakni masyarakat sivil diluar dan penyeimbang lembaga negara, pada masa ini
civil society dipahami sebagai sistem kenegaraan dengan menggunakan istilah
koinonia politike, yakni sebuah komunitas politik tempat warga dapat terlibat
langsung dalam berbagai percaturan ekonomi-politik dan pengambilan keputusan.
Fase kedua, pada tahun 1767 Adam Ferguson mengembangkan wacana civil
society, dengan konteks sosial dan politik di Skotlandia. Berbeda dengan
pendahulunya, ia lebih menekankan visi etis pada civil society, dalam kehidupan
sosial, pemahaman ini lahir tidak lepas dari pengaruh revolusi industri dan
kapitalisme yang melahirkan ketimpangan sosial yang mencolok.
Fase ketiga, berbeda dengan pendahulunya, pada tahun 1792 Thomas Paine
memaknai wacana civil society sebagai suatu yang berlawanan dengan lembaga
negara, bahkan ia dianggap sebagain anitesis negara, bersandar pada paradigma ini,
peran negara sudah saatnya dibatasi, menurut pandangan ini, negara tidak lain
hanyalah keniscayaan buruk belaka, konsep negera yang absah, menurut pemikiran

5
ini adalah perwujudkan dari delegasi kekuasaan yang diberikan oleh masyarakat
demi terciptanya kesejahteraan bersama.
Fase keempat, wacana civil society selanjutnya dikembangkan oleh G.W.F
Hegel (1770-1831 M), Karl Max (1818-1883 M), dan Antonio Gramsci (1891-1837
M). dalam pandangan ketiganya, civil society merupakan elemen ideologis kelas
dominan, pemahaman ini adalah reaksi atau pandangan Paine, Hegel memandang
civil society sebagai kelompok subordinatif terhadap negara, pandangan ini,
menurut pakar politik Indonesia Ryass Rasyid, erat kaitannya dengan
perkembangan sosial masyarakat borjuasi Eropa yang pertumbuhannya ditandai
oleh pejuang melepaskan diri dari cengkeraman dominasi negara.
Fase kelima, wacana civil society sebagai reaksi terhadap mazhab Hegelian
yang dikembangkan oleh Alexis dengan Tocqueville (1805-1859), bersumber dari
pengalamannya mengamati budaya demokrasi Amerika, ia memandang civil society
sebagai kelompok penyeimbang kekuatan negara, menurutnya kekuatan politik dan
masyarakat sipil merupakan kekuatan utama yang menjadikan demokrasi Amerika
mempunyai daya tahan yang kuat.
Di Indonesia, pengertian masyarakat madani pertama kali diperkenalkan oleh
Anwar Ibrahim (mantan Deputi PM Malaysia) dalam festival Istiqlal 1995. Oleh
Anwar Ibrahim dinyatakan bahwa masyarakat madani adalah: Sistem sosial yang
subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara
kebebasan perorangan dan kestabilan masyarakat. Masyarakat mendorong daya
usaha serta inisiatif individu baik dari segi pemikiran, seni, pelaksanaan
pemerintahan, mengikuti undang – undang dan bukan nafsu atau keinginan
individu, menjadikan keterdugaan serta ketulusan.
Perjuangan masyarakat madani di Indonesia pada awal pergerakan kebangsaan
dipelopori oleh Syarikat Islam (1912) dan dilanjutkan oleh Soeltan Syahrir pada
awal kemerdekaan (Norlholt, 1999). Jiwa demokrasi Soeltan Syahrir ternyata harus
menghadapi kekuatan represif baik dari rezim Orde Lama di bawah pimpinan
Soekarno maupun rezim Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto, tuntutan
perjuangan transformasi menuju masyarakat madani pada era reformasi ini
tampaknya sudah tak terbendungkan lagi dengan tokoh utamanya adalah Amien
Rais dari Yogyakarta.

6
C. Ciri-Ciri Masyarakat Madani

Ciri utama masyarakat madani adalah demokrasi. Demokrasi


memilikikonsekuensi luas di antaranya menuntut kemampuan partisipasi
masyarakat dalam sistem politik dengan organisasi-organisasi politik yang
independen sehingga memungkinkan kontrol aktif dan efektif dari masyarakat
terhadap pemerintah dan pembangunan, dan sekaligus masyarakat sebagai pelaku
ekonomi pasar.
Hidayat Nur Wahid mencirikan masyarakat madani sebagai masyarakat yang
memegang teguh ideology yang benar, berakhlak mulia, secara politik-ekonomi-
budaya bersifat mandiri, serta memiliki pemerintahan sipil.
Sedangkan menurut Hikam, ciri-ciri masyarakat madani adalah :
1. Adanya kemandirian yang cukup tinggi diantara individu-individu dan
kelompok-kelompok masyarakat terhadap negara.
2. Adanya kebebasan menentukan wacana dan praktik politik di tingkat publik.
3. Kemampuan membatasi kekuasaan negara untuk tidak melakukan intervensi.

Karakteristik masyarakat madani adalah sebagai berikut :


1. Free public sphere(ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki akses
penuh terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan kegiatan
secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, serta
mempublikasikan informasikan kepada publik.
2. Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi
sehingga muwujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk menumbuhkan
demokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran
pribadi, kesetaraan, dan kemandirian serta kemampuan untuk berperilaku
demokratis kepada orang lain dan menerima perlakuan demokratis dari orang
lain.
3. Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan
politik dan sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap saling
menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh
orang/kelompok lain.
4. Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat yang
majemuk disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai nilai positif
dan merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

7
5. Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang
proporsiaonal antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu
terhadap lingkungannya.
6. Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari
rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain, sehingga
masyarakat memiliki kedewasaan dan kemandirian berpolitik yang
bertanggungjawab.
7. Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya
keadilan. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang
memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.

D. Masyarakat Madani di Indonesia

Indonesia memiliki tradisi kuat civil society (masyarakat madani) bahkan jauh
sebelum negara bangsa berdiri, masyarakat sipil telah berkembang pesat yang
diwakili oleh kiprah beragam organisasi sosial keagamaan dan pergerakan nasional
dalam dalam perjuangan merebut kemerdekaan, selain berperan sebagai organisasi
perjuangan penegakan HAM dan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial,
organisasi berbasis islam, seperti Serikat Islam (SI), Hahdlatul Ulama (NU) dan
Muhammadiyah, telah menunjukan kiprahnya sebagai komponen civil society yang
penting dalam sejarah perkembangan masyarakat sipil di Indonesia.
Terdapat beberapa strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang bagaimana
seharusnya bangunan masyarakat madani bisa terwujud di Indonesia :
1. Pandangan integrasi nasional dan politik. Pandangan ini menyatakan bahwa
sistem demokrasi tidak munkin berlangsung dalam kenyataan hidup sehari-hari
dalam masyarakat yang belum memiliki kesadaran dalam hidup berbangsa dan
bernegara.
2. Pandangan reformasi sistem politk demokrasi, yakni pandangan yang
menekankan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah terlalu bergantung
pada pembangunan ekonomi, dalam tataran ini, pembangunan institusi politik
yang demokratis lebih diutamakan oleh negara dibanding pembangunan
ekonomi.
3. Paradigma membangun masyarakat madani sebagai basis utama pembangunan
demokrasi, pandangan ini merupakan paradigma alternatif di antara dua
pandangan yang pertama yang dianggap gagal dalam pengembangan
demokrasi, berbeda dengan dua pandangan pertama, pandangan ini lebih

8
menekankan proses pendidikan dan penyadaran politik warga negara,
khususnya kalangan kelas menengah.
Bersandar pada tiga paradigma diatas, pengembangan demokrasi dan
masyarakat madani selayaknya tidak hanya bergantung pada salah satu pandangan
tersebut, sebaliknya untuk mewujudkan masyarakat madani yang seimbang dengan
kekuatan negara dibutuhkan gabungan strategi dan paradigma, setidaknya tiga
paradigma ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan demokrasi di masa
transisi sekarang melalui cara :
1. Memperluas golongan menengah melalui pemberian kesempatan bagi
kelas menengah untuk berkembang menjadi kelompok masyarakat madani yang
mandiri secara politik dan ekonomi, dengan pandangan ini, negara harus
menempatkan diri sebagai regulator dan fasilitator bagi pengembangan
ekonomi nasional, tantangan pasar bebas dan demokrasi global mengharuskan
negara mengurangi perannya sebagai aktor dominan dalam proses
pengembangan masyarakat madani yang tangguh.
2. Mereformasi sistem politik demokratis melalui pemberdayaan lembaga-
lembaga demokrasi yang ada berjalan sesuai prinsip-prinsip demokrasi, sikap
pemerintah untuk tidak mencampuri atau mempengaruhi putusan hukum yang
dilakukan oleh lembaga yudikatif merupakan salah satu komponen penting dari
pembangunan kemandirian lembaga demokrasi.
3. Penyelenggaraan pendidikan politik (pendidikan demokrasi) bagi warga negara
secara keseluruhan. Pendidikan politik yang dimaksud adalah pendidikan
demokrasi yang dilakukan secara terus-menerus melalui keterlibatan semua
unsur masyarakat melalu prinsip pendidikan demokratis, yakni pendidikan dari,
oleh dan untuk warga Negara.
Kondisi Indonesia yang dilanda euforia demokrasi, semangat otonomi daerah
dan derasnya globalisasi membutuhkan masyarakat yang mempunyai kemauan dan
kemampuan hidup bersama dalam sikap saling menghargai, toleransi, dalam
kemajemukan yang tidak saling mengeksklusifkan terhadap berbagai
suku, agama, bahasa, dan adat yang berbeda.Kepedulian, kesantunan, dan
setiakawan merupakan sikap yang sekaligus menjadi prasarana yang diperlukan
bangsa Indonesia.
Pengembangan masyarakat madani di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari
pengalaman sejarah bangsa Indonesia sendiri.Kebudayaan, adat istiadat, pandangan
hidup, kebisaan, rasa sepenanggungan, cita-cita dan hasrat bersama sebagai warga
dan sebagai bangsa, tidak mungkin lepas dari lingkungan serta sejarahnya.

9
Keunggulan bangsa Indonesia, adalah berhasilnya proses akulturasi dan inkulturasi
yang kritis dan konstruktif. Pada saat ini, ada pertimbangan lain mengapa
pengembangan masyarakat madani secara khusus kita beri perhatian.
Untuk membangun masyarakat madani di Indonesia, ada enam faktor harus
diperhatikan, yaitu:

1. Adanya perbaikan di sektor ekonomi, dalam rangka peningkatan pendapatan


masyarakat, dan dapat mendukung kegiatan pemerintahan.
2. Tumbuhnya intelektualitas dalam rangka membangun manusia yang memiliki
komitmen untuk independen.
3. Terjadinya pergeseran budaya dari masyarakat yang berbudaya paternalistik
menjadi budaya yang lebih modern dan lebih independen.
4. Berkembangnya pluralisme dalam kehidupan yang beragam.
5. Adanya partisipasi aktif dalam menciptakan tata pamong yang baik.
6. Adanya keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang melandasi moral
kehidupan.

E. Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Madani

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi masyarakat madani, yaitu faktor


pendorong dan faktor penghambat.

1. Beberapa faktor pendorong timbulnya masyarakat madani:


2. Adanya penguasa politik yang cenderung mendominasi (menguasai)
masyarakat agar patuh dan taat pada penguasa.
3. Masayarakat diasumsikan sebagai orang yang tidak memilkik kemampuan yang
baik (bodoh) dibandingkan dengan penguasa ( pemerintah).
4. Adanya usaha untuk membatasiruang gerak dari masyarakat dalam kehidupan
poitik. Keadaan ini sangat menyulitkan bagi masyarakat untuk mengemukakan
pendapat, karena ruang publik yang bebaslah individu berada dalam posisi
setara, dan melakukan transaksi.

Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat madani di


Indonesia diantaranya :

10
1. Sumber Daya Manusiayang belum memadai karena pendidikan yang belum
merata.
2. Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat.
3. Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter.
4. Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja yang
terbatas.
5. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar.
6. Kondisi sosial politik yang belum pulih pasca reformasi.

F. Solusi Mengatasi Masalah


Salah satu cara untuk mewujudkan masyarakat madani adalah dengan
melakukan demokratisasi pendidikan. Masyarakat madani perlu segera diwujudkan
karena bermanfaat untuk meredam berbagai tuntutan reformasi dari dalam negeri
maupun tekanan-tekanan politik dan ekonomi dari luar negeri. Di samping itu,
melalui masyarakat madani akan muncul inovasi-inovasi pendidikan dan
menghindari terjadinya disintegrasi bangsa.
Untuk mewujudkan masyarakat madani dalam jangka panjang adalah dengan
cara melakukan demokratisasi pendidikan. Demokratisasi pendidikan ialah
pendidikan hati nurani yang lebih humanistis dan beradab sesuai dengan cita-cita
masyarakat madani. Melalui demokratisasi pendidikan akan terjadi proses
kesetaraan antara pendidik dan peserta didik di dalam proses belajar mengajarnya.
Inovasi pendidikan yang berkonteks demokratisasi pendidikan perlu memperhatikan
masalah-masalah pragmatik. Pengajaran yang kurang menekankan pada konteks
pragmatik pada gilirannya akan menyebabkan peserta didik akan terlepas dari akar
budaya dan masyarakatnya. Demokrasi sendiri adalah suatu bentuk pemerintahan
dengan kekuasaan di tangan rakyat.Dalam perkembangannya, demokrasi bermakna
semakin spesifik lagi yaitu fungsi-fungsi kekuasaan politik merupakan sarana dan
prasarana untuk memenuhi kepentingan rakyat.
Dengan demokrasi, rakyat boleh berharap bahwa masa depannya ditentukan
oleh dan untuk rakyat, sedangkan demokratisasi ialah proses menuju demokrasi.
Tujuan demokratisasi pendidikan ialah menghasilkan lulusan yang merdeka,
berpikir kritis dan sangat toleran dengan pandangan dan praktik-praktik demokrasi.
Generasi penerus sebagai anggota masyarakat harus benar-benar disiapkan
untuk membangun masyarakat madani yang dicita-citakan.Masyarakat dan generasi
muda yang mampu membangun masyarakat madani dapat dipersiapkan melalui

11
pendidikan. Salah satu cara untuk mewujudkan masyarakat madani adalah melalui
jalur pendidikan, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Generasi penerus merupakan anggota masyarakat madani di masa
mendatang.Oleh karena itu, mereka perlu dibekali cara-cara berdemokrasi melalui
demokratisasi pendidikan. Dengan demikian, demokratisasi pendidikan berguna
untuk menyiapkan peserta didik agar terbiasa bebas berbicara dan mengeluarkan
pendapat secara bertanggung jawab, turut bertanggung jawab, terbiasa mendengar
dengan baik dan menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan keberanian moral
yang tinggi, terbiasa bergaul dengan rakyat, ikut merasa memiliki, sama-sama
merasakan suka dan duka dengan masyarakatnya, dan mempelajari kehidupan
masyarakat. Kelak jika generasi penerus ini menjadi pemimpin bangsa, maka
demokratisasi pendidikan yang telah dialaminya akan mengajarkan kepadanya
bahwa seseorang penguasa tidak boleh terserabut dari budaya dan rakyatnya,
pemimpin harus senantiasa mengadakan kontak dengan rakyatnya, mengenal dan
peka terhadap tuntutan hati nurani rakyatnya, suka dan duka bersama,
menghilangkan kesedihan dan penderitaan-penderitaan atas kerugian-kerugian yang
dialami rakyatnya. Upaya ke arah ini dapat ditempuh melalui demokratisasi
pendidikan. Dengan komunikasi struktural dan kultural antara pendidik dan peserta
didik, maka akan terjadi interaksi yang sehat, wajar, dan bertanggung jawab.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mayarakat madani dipahami sebagai kemandirian aktivitas warga masyarakat
madani sebagai “area tempat berbagai gerakan sosial” (seperti himpunan
ketetanggaan, kelompok wanita, kelompok keagamaan, dan kelompk intelektual)
serta organisasi sipil dari semua kelas (seperti ahli hukum, wartawan, serikat buruh
dan usahawan) berusaha menyatakan diri mereka dalam suatu himpunan, sehingga
mereka dapat mengekspresikan diri mereka sendiri dan memajukkan pelbagai
kepentingan mereka.
Karakteristik masyarakat madani diperlukan persyaratan-persyaratan yang
menjadi nilai universal dalam penegakkan masyarakat madani.Diantaranya yaitu
ruang public yang bebas, demokratisasi, toleransi, pluralisme, keadilan social,
partisipasi social, dan supremasi hukum.
Masyarakat madani juga harus mempunyai pilar-pilar penegak, karena
berfungsi sebagai mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif
serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas.
Berkembangnya masyarakat madani di Indonesia diawali dengan kasus-kasus
pelanggaran HAM dan pengekangan kebebasan berpendapat, berserikat, dan
kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dimuka umum kemudian dilanjutkan
dengan munculnya berbagai lembaga-lembaga non pemerintah mempunyai
kekuatan dan bagian dari sosial control.

B. SARAN
Setelah selesainya makalah ini, disana sini banyak kekurangan dari
benarnya.Maka kami selaku penyusun makalah ini berharap kritik dan saran-
sarannya yang sifatnya membangun.Karena kami selaku penyusun masih dalam
tahap belajar.Atas saran-sarannya kami mengucapkan terima kasih dan semoga
makalah ini berguna bagi penyusun dan pembacanya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Suryadi. 2002.Masyarakat Madani: Pemikiran, Teori dan Relevansinya dengan


Cita-cita Reformasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Arifin Rahman. Sistem Politik Indonesia Dalam Perspektif, Struktural dan


Fungsional. Surabaya, SIC.1998

http://adityoman.blogspot.com/2011/11/ciri-ciri-masyarakat-madani.html

http://dedekrenz.blogspot.com/2011/01/mengidentifikasi-ciri-ciri-masyarakat.html

http://www.crayonpedia.org/mw/Ciri-Ciri_Masyarakat_Madani

http://www.disukai.com/2013/01/pengertian-dan-ciri-ciri-masyarakat-madani.html

14
15
MAKALAH PKN
“MASYARAKAT MADANI”

OLEH :

NAMA :
NIM :
KELAS : B2

TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH & KOTA


FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2015

Anda mungkin juga menyukai