Bab 7 Problema Tiga Titik Dan Pola Penyebaran Singkapan
Bab 7 Problema Tiga Titik Dan Pola Penyebaran Singkapan
BAB VII
PROBLEMA TIGA TITIK DAN POLA PENYEBARAN SINGKAPAN
4. Buat garis l sejajar k melalui titik C” (titik yang berada di dua ketinggian) hingga
memotong A”B” di titik D”, kemudian proyeksikan balik titik D” ini ke garis AB
sehingga didapat D.
5. Pada garis DC buat titik C’ dengan jarak dari garis m sebesar selisih ketinggian A (titik
tertinggi) dan B (titik menengah).
6. Buat garis sejajar DC (strike) melalui A dan berpotongan dengan garis m di titik A’.
7. Hubungkan titik A’ dan C’ sebagai garis A’C’. Sudut yang dibentuk oleh garis A’C’
dengan garis m merupakan kemiringan lapisan batuan.
8. Kedudukan lapisan N 70o E/20o
1. Lapisan yang memiliki kedudukan horisontal akan mempunyai kontak yang konstan
terhadap ketinggian. Kontak akan tepat dengan atau paralel terhadap kontur topografi
(Gambar 7.3a)
2. Tetapi ketika lapisan memiliki kedudukan vertikal, kontak akan memotong topografi
secara tegas dan lurus tanpa mengikuti kontur topografi (Gambar 7.3b).
3. Lapisan dengan kemiringan yang kecil akan membentuk kontak batuan yang agak
mengikuti kontur topografi, sedangkan lapisan dengan kemiringan yang besar akan
kurang mengikuti kontur topografi.
Dibawah ini akan digambarkan suatu seri peta yang memperlihatkan perpotongan kontak
batuan dengan topografi. Kontur struktur dan kontur topografi memiliki interval 100 meter.
Kontak digambarkan dengan warna hijau dan batuan yang ada dibawah kontak berwarna kuning.
Diketahui jurus lapisan 45o dan berada pada ketinggian 700 meter.
a) Kemiringan lapisan berlawanan dengan slope topografi
Pada peta – peta dibawah ini, slope topografi ke arah tenggara sedangkan
kemiringan lapisan ke arah barat laut.
112
Gambar 7.4 Peta penyebaran singkapan yang dibentuk dari perpotongan kontur topografi (coklat)
dengan kontur struktur (merah)
(1) Horisontal. (2) Dip 9o NW. (3)Dip 17o NW. (4) Dip 32o NW
113
Gambar 7.5 Peta penyebaran singkapan yang dibentuk dari perpotongan kontur topografi (coklat)
dengan kontur struktur (merah)
(1) Dip 52 NW. (2) Dip 68o NW. (3)Dip 79o NW. (4) Vertikal
o
3 4
Gambar 7.7 Peta penyebaran singkapan yang dibentuk dari perpotongan kontur topografi (coklat)
dengan kontur struktur (merah)
(1)Horisontal. (2) Dip 9o NE. (3)Dip 17o NE. (4) Dip 32o NE
Pada peta 2 kontak kemiringan berada pada down-valley, tetapi kontak membentuk V
mengarah ke upvalley. Kemudian pada peta 3, bentuk V membalik dan mengarah ke downvalley.
Pada peta 2 kemiringan lapisan mendekati sama dengan slope dari dasar lembah,
sehingga kontaknya mengarah ke upvalley. Jika slope tepat sama dengan kemiringan lapisan,
maka kontak akan berada di sepanjang dinding lembah dengan ketinggian yang konstan diatas
dasar lembah.
Pada peta 1, kontak juga membentuk V yang mengarah ke upvalley, dimana hal ini
merupakan ciri dari kontur topografi. Hukum V pada kontak yang miring dapat digunakan pada
kemiringan yang relatif ke lembah atau pegunungan yang dipotong. Sangat jarang ditemukan
dasar lembah atau puncak bukit yang memiliki slope sangat curam, sehingga kebanyakan kontak
pada peta geologi membentuk V yang mengarah ke downdip seperti halnya lembah. Pada peta 3
bidang lapisan lebih terjal daripada topografinya, sehingga bentuk V mengarah ke downvalley.
115
Sebagai catatan bahwa antara peta 2 dan 3, daerah kuning secara jelas membalik dari SW to NE.
Alasannya bahwa slope topografi regional berada diantara 9o – 17o SW. Pada peta 2, bidang
lapisan memiliki kemiringan yang lebih landai dibandingkan topografi tetapi pada peta 3, bidang
lapisan lebih terjal daripada topografi.
Gambar 7.8 Peta penyebaran singkapan yang dibentuk dari perpotongan kontur topografi (coklat)
dengan kontur struktur (merah)
(1) Dip 52 NW. (2) Dip 68o NW. (3)Dip 79o NW. (4) Vertikal
o
116
Gambar 7.9 Penyebaran singkapan batuan berdasarkan topografi dan kemiringan lapisan batuan
(Hukum V)
117
Contoh :
Di lokasi X tersingkap batas batulempung dengan batugamping dengan kedudukan N 90o E/20o
dimana batugamping berada di atas batulempung. Peta topografi dan posisi X diketahui.
Penyelesaian :
Lihat gambar 7.10. Urutan penyelesaian sebagai berikut :
1. Buat garis SS’ yang sejajar dengan strike lapisan batuan yang melewati X.
2. Buat garis tegak lurus SS’ sebagai garis AB dan berpotongan di C (ketinggian 800 meter).
3. Buat garis CE yang melalui C dan menyudut terhadap garis AB dengan sudut sebesar
kemiringannya (dip = 20o).
4. Pada garis SS’ buat skala sesuai dengan ketinggiannya mulai dari titik C, ke arah luar
semakin kecil, sesuai dengan skala peta.
5. Buat garis yang melalui titik – titik ketinggian tersebut sejajar dengan garis AB dan
berpotongan dengan garis CE pada titik – titik tertentu.
118
6. Dari titik tersebut buat garis sejajar strike lapisan hingga berpotongan dengan garis
kontur.
7. Buat titik perpotongan garis tersebut dengan kontur yang mempunyai ketinggian yang
sama sebagai titik sama tinggi.
8. Hubungkan titik – titik tersebut dari masing – masing ketinggian sehingga membentuk
suatu pola penyebaran singkapan.