Anda di halaman 1dari 2

“Putri Tanpa Senyum”

Dahulu ada sebuah kerajaan yang ceria dengan raja dan ratunya yang ceria.
Mereka juga memiliki seorang putri kecil yang ceria. Putri ini akan segera berusia
satu tahun. Karena itulah akan ada perayaan di istana. Semua peri diundang. Peri
mimpi datang dengan gulungan mimpi yang tebal supaya sang putri punya
simpanan mimpi indah untuk seumur hidupnya.

Peri bunga membawa aneka tanaman bunga terindah untuk membuat istana
lebih ceria sepanjang tahun. Peri buah membawa aneka tanaman buah termanis
untuk membuat kue pai manis bagi sang putri. Dan semua peri lain membawa aneka
hadiah yang menakjubkan untuk sang putri cilik yang ceria itu.

Sayangnya, raja dan ratu membuat sebuah kesalahan. Mereka lupa


mengundang Ciro si badut. Ciro sangat marah ketika mendengar ada perayaan
tanpa dirinya. Maka ia ingin membalas dendam.

Malam itu, ia datang ke istana dan mengadakan pertunjukan bagi putri dan
semua yang datang. Ia membuat begitu banyak lelucon. Semua orang tertawa
hingga sakit perut.

Tapi tengah malam, ia tiba-tiba berhenti dan berkata, “Putri ceriaku sayang,
aku sudah berikan senyum dan tawa yang cukup untuk seumur hidup. Maka mulai
sekarang, tidak akan ada yang dapat membuatmu tersenyum. Dan jika kau tidak
tersenyum sampai usia 18 tahun, kau akan kehilangan kemampuan senyummu
selamanya!” Selesai berkata.

Bisa kau bayangkan, kesedihan seketika menyelimuti kerajaan yang ceria itu.
Putri ceria mereka tiba-tiba kehilangan kemampuan untuk tersenyum. Raja dan ratu
melakukan segala yang mereka bisa untuk membuatnya tersenyum. Tapi, tidak ada
yang berhasil. Sang putri tumbuh besar sebagai putri tanpa senyuman.

Sebulan sebelum ulang tahun putri yang ke-18, raja membuat pengumuman
ke mancanegara. Siapa yang dapat membuat putri tersenyum sebelum ulang
tahunnya yang ke-18 boleh meminta imbalan apa saja dari raja.

Bangsawan maupun rakyat datang dari jauh dan dekat. Seorang pangeran
yang kaya membawa perhiasan bertahtakan berlian yang besar dan indah. Penari
terbaik mempertunjukkan tarian yang terindah. Pelawak terlucu membuat lelucon
demi lelucon. Pembuat kue terbaik memanggang kue-kue yang terlezat.

Peri-peri juga datang dengan banyak hadiah yang luar biasa. Tapi, putri tanpa
senyum tetap saja tanpa senyum. Satu hari sebelum ulang tahun putri yang ke-18,
datanglah seorang peminta-minta. Awalnya, penjaga istana tidak mengizinkannya
masuk. Tapi, ia mengaku dapat membuat putri tersenyum. Akhirnya ia diizinkan
masuk.

Di hadapan putri, ia berkata, ”Putri, aku tidak punya apa-apa untukmu. Malah
sebenarnya, aku memang tidak punya apa-apa sama sekali dan aku amat lapar.
Bisakah Putri memberiku makanan?”. Putri merasa iba pada si peminta-minta. Maka
ia memesan makanan. Ia memandang penuh semangat saat si peminta-minta itu
makan.

“Putri, aku tidak punya cukup pakaian padahal musim dingin segera tiba.
Bisakah Putri memberiku baju hangat?” tanya si peminta-minta setelah selesai
makan. Putri pun memesan beberapa baju hangat dan memberikannya pada si
peminta-minta. Ia memandang penuh sukacita saat si peminta-minta itu
mengenakannya.

“Putri, aku tidak punya tempat tinggal. Bolehkah aku bekerja di kandang kuda
supaya aku punya tempat tinggal?” tanya si peminta-minta lagi. Putri pun memanggil
penjaga dan menyuruhnya mengantar si peminta-minta ke kandang kuda. Juga ke
tempat tinggalnya yang baru.

“Terima kasih, Putri. Putri telah banyak sekali membantuku. Putri telah
mengubah hidupku”. Kata si peminta-minta. Mendengar itu, putri pun tersenyum.
Raja dan ratu bahagia sekali. Sang putri telah tersenyum. Itu berarti ia telah
terbebas dari kutukan. Tetapi, mereka tidak mengerti bagaimana si peminta-minta
bisa membuat putri tersenyum hanya dengan meminta ini itu. Ia bahkan tidak
memberikan apapun kepada putri.

“Aku sudah belajar bahwa hati kita lebih bahagia di saat kita memberi, bukan
di saat kita menerima.” Kata si peminta-minta dengan bijaksana. Raja bertanya
apakah peminta-minta itu punya permohonan lain. Sesuatu yang lebih dari sekadar
makanan, pakaian dan pekerjaan di kandang kuda.

Peminta-minta itu lalu melepaskan samarannya. Ternyata ia adalah seorang


pangeran dari kerjaan jauh. Dan, ia memang punya satu permintaan. Ia melamar
putri menjadi permaisurinya. Melihat kebijakan sang pangeran. Raja dan ratu
dengan senang hati mengabulkan permintaannya. Maka putri dan pangeran pun
hidup bahagia selamanya. Dan, tentu saja hidup mereka dipenuhi keceriaan,
senyum dan tawa.

Anda mungkin juga menyukai