Akhirnya kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan, semoga LKJiP ini akan bermafaat bagi peningkatan kinerja
Kabupaten Wonosobo, dalam upaya berkontribusi bagi peningkatan tata kelola pemerintahan
yang lebih efektif efesien dan lebih berorientasi pada pelayanan bagi masyarakat.
Berdasarkan Reviu kami, pengecualian pada masalah yang kami jelaskan dalam
paragraph berikut, tidak terdapat kondisi atau hal-hal yang menimbulkan perbedaan
dalam meyakini keandalan informasi yang disajikan di dalam laporan kinerja ini.
M. ZUHRI,S.Sos, M.Si
Pembina Utama Muda
NIP. 19610612 198503 1 019
L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Sesuai dengan kerangka logis RPJMD tersebut, input dana pembangunan melalui
belanja APBD, secara akumulatif memiliki pengaruh terhadap capaian Indikator Kinerja
Utama (IKU) Wonosobo pada tahun 2016. Secara berkesinambungan, diharapkan target bisa
tercapai sesuai dengan tahapan RPJMD 2016-2021. Apabila dikaitkan dengan indikator
RPJMD 2016-2021, maka capaian indikator makro pembangunan tahun 2016 dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | iii
CAPAIAN
TARGET
INDIKATOR CAPAIAN S.D. 2016
TUJUAN SASARAN 2015 TARGET 2016 %CAPAIAN AKHIR
SASARAN 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
MISI 1: Meningkatkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Meningkatnya nilai demokrasi
Meningkatkan rasa kemanusiaan, serta kesadaran
Indeks
toleransi dan keharmonisan untuk 1 kesadaran/pemahaman tentang 70 70 80 114,29 75 106,67
Demokrasi
hidup secara berdampingan hak dan kewajiban sebagai
warga negara
Meningkatnya toleransi dalam
Indeks
2 kehidupan beragama dan 0,45 0,49 0,87 177,55 0,49 177,55
Toleransi
bermasyarakat
Meningkatnya semangat dan Indeks Gotong
3 0,55 0,55 0,82 149,09 0,65 126,15
budaya gotong royong Royong
Meningkatnya ketentraman dan
Indeks Rasa
4 ketertiban umum serta 0,61 0,61 0,68 111,48 0,66 103,03
Aman
perlindungan masyarakat
Misi 2: Meningkatkan capaian kinerja dan pemajuan penyelenggaraan pemerintahan daerah
Meningkatkan kualitas tata kelola Meningkatnya kualitas
pemerintahan daerah dan desa sesuai reformasi birokrasi dan aparatur Indeks
semangat Reformasi Birokrasi untuk 1 pemerintahan daerah dan desa Reformasi 80,00 80,00 74,06 92,58 85 87,13
perbaikan pelayanan publik yang profesional, transparan, Birokrasi
bersih dan melayani
Indeks
Kepuasan 69,02 70,00 73,53 105,04 80 91,91
Masyarakat
L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | iv
CAPAIAN
TARGET
INDIKATOR CAPAIAN S.D. 2016
TUJUAN SASARAN 2015 TARGET 2016 %CAPAIAN AKHIR
SASARAN 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
Misi 3: Meningkatkan kemandirian daerah
Meningkatkan produktivitas, 1 Meningkatnya produksi dan
kemampuan pengelolaan sumber produktivitas daerah dengan PDRB Atas
15.141.690,0
daya dan membangun budaya tetap menjaga kualitas Dasar Harga 17.339.270 169,94% 29.467.110 100,00
0 29.467.110
berdikari yang optimal dengan tetap lingkungan Berlaku
memperhatikan lingkungan
PDRB Atas
11.513.483,1
Dasar Harga 12.150.875 98,52% 16.422.929 72,90
0 11.971.598
Konstan
Niai Tukar
108 110,20 108 98,01% 120 90,00
Petani (NTP)
Laju Inflasi 3,49 3,41 3 87,98% 3 100,00
Pertumbuhan
5,70 5,75 6,52 113,39% 6,52 100,00
Ekonomi
2 Terwujudnya masyarakat yang Indeks
bermartabat, berbudaya dan Ketahanan 86,6 86,6 90 90 100,00
berdikari. Pangan
3 Meningkatnya daya saing daerah Produktivitas
29,86 31,28 31,76 31,80 99,87
Total Daerah
PDRB per
14,82 15,51 20,42 131,66% 20,42 100,00
kapita
Indeks 0,15 1<indeks<2 0,15
kapasitas Fiskal
L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | vi
CAPAIAN
TARGET
INDIKATOR CAPAIAN S.D. 2016
TUJUAN SASARAN 2015 TARGET 2016 %CAPAIAN AKHIR
SASARAN 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
Persentase 63,17% 64,31% 60,37% 93,88 70% 86,24
panjang jalan
kabupaten
dalam kondisi
baik dan
sedang
2 Terpenuhinya layanan IPG (Indeks 92,51 92,926 92,91 99,98 92,93 99,98
penunjang untuk pemenuhan Pembangunan
kebutuhan masyarakat secara Gender)
lebih berkeadilan IDG (Indeks 45,36 45,7 47,72 104,42 104,42
45,70
Pemberdayaan
Gender)
Prevalensi 3,11 2,925 2,7 92,31 2,93 92,31
Kekerasan
Terhadap Anak
TFR (Total 2,2 2,1834 2,13 97,55 2,18 97,55
Fertility Rate)
Prosentase 79,03% 81% 79,48% 97,89 81,19% 97,89
Penduduk
Berakte
Kelahiran
Presentase 97,7 98,0833 91,57 93,36 98,08 93,36
Penduduk Ber
KTP
3 Terwujudnya kesetaraan Indeks Gini 0,34 0,34 0,34 100 0,34 100,00
pertumbuhan ekonomi antar Indeks 0,35 0,35 0,35 100 0,35 100,00
wilayah Williamson
4 Meningkatnya kesejahteraan Persentase 21,40% 19,74% 21,40% 108,41% 11,40% 53,27
ekonomi Angka
Kemiskinan
Indeks 3,54 3,44 3,54 102,91 2,90 81,92
Kedalaman
Kemiskinan
L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | vii
CAPAIAN
TARGET
INDIKATOR CAPAIAN S.D. 2016
TUJUAN SASARAN 2015 TARGET 2016 %CAPAIAN AKHIR
SASARAN 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
Indeks 1,04 1,035 1,04 100,48 1,010 97,12
Keparahan
Kemiskinan
5 Berkembangnya lapangan kerja Tingkat 5,31 5,25 4,47 85,14 5,25 85,14
dan kesempatan kerja Pengangguran
Terbuka
Partisipasi 73,9 74,28 74,75 100,63 74,28 100,63
Angkatan Kerja
Dependency 56,76 56,06 50,51 90,10 56,06 110,99
Ratio
Tingkat 94,66 94,7 95,52 100,87 94,70 100,87
Kesempatan
Kerja
Misi 5: Melakukan harmonisasi prinsip berkelanjutan dan berkesinambungan dalam pembangunan daerah
Terwujudnya pengelolaan SDA dan LH 1 Terwujudnya pengelolaan SDA
secara berkelanjutan dan LH secara berkelanjutan Indeks Kualitas
berkesinambungan berkesinambungan Lingkungan 58 58,15 61,42 105,62 68,15 90,12
Hidup
Ketaatan
Terhadap 78,15% 79,25% 79% 99,68 85% 92,94
RTRW
2 Berkembangnya pemanfaatan Rasio
energi dan energi Elektrifikasi DTD 91,96 91,96 100,00 100,00 91,96
baru/terbarukan Rumah Tangga
3 Meningkatnya upaya
pengurangan resiko bencana Indeks Resiko
135 129 135 95,56 75 55,56
melalui adaptasi dan mitigasi Bencana
L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | viii
Proses penyelenggaraan pemerintahan Daerah tahun 2016 mempedomani dokumen
RKPD 2016. Adapun ikhtisar keuangan penyelenggaraan pemerintahan daerah
Kabupaten Wonosobo tahun 2016, yang merupakan tahun ke-1 dari tahapan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2016-2021 adalah sebagai berikut:
3. Realisasi Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2016 dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pembiayaan Penerimaan direncanakan sebesar Rp 238.009.495.126,00 dapat
direalisasi sebesar Rp.238.104.871.956,00 atau 100,04%, lebih dari anggaran sebesar
Rp 95376.830,00 yang terdiri dari :
− Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (SILPA) direncanakan Rp
238.009.495.126,00 dapat direalisasi sebesar Rp238.041.000.846,00.
− Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah direncanakan Rp0,00 dapat
direalisasi sebesar Rp63.871.010,00.
b. Pembiayaan Pengeluaran direncanakan sebesar Rp16.030.590.000,00 dapat
direalisasi sebesar Rp16.030.590.000,00 atau 100,00 % berupa :
− Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Kabupaten Wonosobo dengan
dianggarkan Rp16.030.590.000,00 dapat direalisasi sebesar
Rp16.030.590.000,00 atau 100,00%
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun Anggaran 2016 sebesar
Rp178.535.895.176,00
L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................... 1
A. GAMBARAN UMUM DAN ASPEK STRATEGIS PEMERINTAH KABUPATEN
WONOSOBO ................................................................................................................. 1
1. Aspek Geografis .................................................................................................... 1
2. Aspek Demografi .................................................................................................. 2
3. Kondisi Ekonomi ................................................................................................... 4
4. Kependudukan...................................................................................................... 6
5. Pendidikan dan Kesehatan ................................................................................... 7
6. Pemerintahan........................................................................................................ 8
B. ISU STRATEGIS ............................................................................................................. 9
C. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN .............................................................................. 15
Tabel II.1 Keselarasan Misi RPJMN dengan Misi RPJMD Wonosobo Tahun 2016-2021 ....... 18
Tabel II.2 Keselarasan Antara Misi RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2013-2018
denganMisi RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021 ............................... 19
Tabel II.3 Keselarasan Misi RPJPD Kabupaten Wonosobo Tahun 2005-2025 Dengan
Misi RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021............................................ 20
Tabel II.4 Penerjemahan Unsur Visi Ke Dalam Misi RPJMD Kabupaten Wonosobo
2016-2021 .................................................................................................................. 21
Tabel II.5 Sinkronisasi prioritas pembangunan Kabupaten Wonosobo dengan
prioritas Nasional dan Provinsi Jawa Tengah......................................................... 22
Tabel II.6 Keterkaitan Misi, Tujuan, Sasaran dan Indikator Sasaran RPJMD
Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021 ................................................................ 25
Tabel II.7 Perjanjian Kinerja Bupati Wonosobo Tahun 2016 .................................................. 28
L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | xii
Tabel III.8 Capaian Kinerja Fungi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang
Perencanaan Tahun 2016 Berdasarkan Indikator RPJMD Kabupaten
Wonosobo Tahun 2016-2021.................................................................................... 52
Tabel III.9 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Fungsi Penunjang Urusan
Pemerintahan Bidang Perencanaan ....................................................................... 53
Tabel III.10 Permasalahan dan Solusi pada Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan
Bidang Penelitian dan Pengembangan................................................................... 56
Tabel III.11 Capaian Kinerja Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang
Keuangan Tahun 2016 ............................................................................................. 57
Tabel III.12 Capaian Kinerja Fungsi Lain Urusan Pemerintahan Bidang Pengawasan
Tahun 2016 Berdasarkan Indikator RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun
2016-2021 .................................................................................................................. 61
Tabel III.13 Matriks Permasalahan dan Solusi Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan
Bidang Pemerintahan Bidang Pengawasan ........................................................... 62
Tabel III.14 Capaian Kinerja Fungsi Lain Hukum Dan Penataan Peraturan Perundang-
Undangan berdasarkan Indikator RPJMD 2016-2021 ............................................. 64
Tabel III.15 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Hukum dan Penataan
Perundang-Undangan ............................................................................................. 65
Tabel III.16 Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tahun 2015
– 2016 Berdasarkan RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2015-2021 .................. 66
Tabel III.17 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa .............................................................................................. 67
Tabel III.18 Capaian Kinerja Urusan Statistik Tahun 2016Berdasarkan Indikator
RPJMD 2016-2021 ..................................................................................................... 69
Tabel III.19 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Statistik ...................................... 69
Tabel III.20 Capaian Kinerja Urusan Persandian Berdasarkan Indikator RPJMD 2016-
2021 ........................................................................................................................... 72
Tabel III.21 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Persandian.................................. 73
Tabel III.22 Capaian Kinerja Urusan Kearsipan Tahun 2016Berdasarkan Indikator
RPJMD 2016-2021 ..................................................................................................... 74
Tabel III.23 Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Kearsipan ............................................. 75
Tabel III.24 Capaian kinerja Urusan Transmigrasi Tahun 2016berdasarkan Indikator
RPJMD 2016-2021 ..................................................................................................... 77
Tabel III.25 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Transmigrasi ............................... 78
Tabel III.26 Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Kerjasama Daerah ............................... 80
Tabel III.27 Capaian Kinerja Misi 3 .............................................................................................. 82
Tabel III.28 Capaian Kinerja Urusan KetenagakerjaanTahun 2016Berdasarkan
Indikator RPJMD 2016-2021 ..................................................................................... 87
Tabel III.29 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Tenaga Kerja .............................. 90
Tabel III.30 Capaian kinerja berdasarkan RPJMD Program Pendidikan SMK .......................... 92
Tabel III.31 Data Indikator Kinerja Urusan Pertanian Berdasarkan RPJMD 2016-2021 ............ 95
Tabel III.32 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Pertanian .................................... 100
Tabel III.33 Data Indikator Kinerja Urusan Perikanan berdasarkan RPJMD 2016-2021 ........... 101
Tabel III.34 Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Kelautan dan Perikanan...................... 103
L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | xiii
Tabel III.35 Capaian Kinerja Urusan Perdagangan Tahun 2016berdasarkan Indikator
RPJMD 2016-2021 ..................................................................................................... 106
Tabel III.36 Matriks Permasalahan dan Solusi ........................................................................... 107
Tabel III.37 Capaian Kinerja Urusan Perindustrian Tahun 2016berdasarkan Indikator
RPJMD 2016-2021 ..................................................................................................... 110
Tabel III.38 Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Perindustrian ....................................... 112
Tabel III.39 Capaian Kinerja Urusan Koperasi dan UKM tahun 2016Berdasarkan
RPJMD 2016-2021 ..................................................................................................... 115
Tabel III.40 Matriks Permasalahan dan Solusi ........................................................................... 116
Tabel III.41 Data indikator Kinerja Urusan Kepariwisataan Berdasarkan RPJMD 2016 –
2021 ........................................................................................................................... 119
Tabel III.42 Capaian Indikator Keuangan Daerah ...................................................................... 121
Tabel III.43 Capaian Kinerja Urusan Penanaman Modal Tahun 2016Berdasarkan
Indikator RPJMD 2016-2021 ..................................................................................... 122
Tabel III.44 Matriks Permasalahan dan Solusipada Urusan Penanaman Modal...................... 123
Tabel III.45 Capaian Kinerja Urusan Perpustakaan BerdasarkanIndikator RPJMD 2016-
2021 ........................................................................................................................... 124
Tabel III.46 Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Perpustakaan ...................................... 125
Tabel III.47 Capaian Kinerja Urusan Pemuda dan Olahraga Tahun 2016Berdasarkan
Indikator RPJMD 2016-2021 ..................................................................................... 127
Tabel III.48 Capaian Kinerja Misi 4 .............................................................................................. 129
Tabel III.49 Capaian Kinerja Urusan Pendidikan Tahun 2016Berdasarkan Indikator
RPJMD 2016-2021 ..................................................................................................... 137
Tabel III.50 Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Pendidikan ........................................... 140
Tabel III.51 Capaian kinerja Urusan Kesehatan Tahun 2016berdasarkan Indikator
Kinerja RPJMD 2016-2021......................................................................................... 145
Tabel III.52 Capaian Kinerja Urusan Sosial Tahun 2016Berdasarkan Indikator RPJM
2016 – 2021................................................................................................................ 153
Tabel III.53 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Sosial .......................................... 154
Tabel III.54 Capaian Kinerja Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Berdasarkan Indikator RPJMD 2016-2021 ............................................................... 157
Tabel III.55 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman ............................................................................................. 170
Tabel III.56 Capaian Kinerja Urusan KetenagakerjaanTahun 2016Berdasarkan
Indikator RPJMD 2016-2021 ..................................................................................... 175
Tabel III.57 Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Perempuandan Perlindungan
AnakBerdasarkan RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021 ..................... 181
Tabel III.58 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak ....................................................................... 182
Tabel III.59 Indikator Kinerja Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Berdasarkan RPJMD Tahun 2016-2021 .................................................................... 185
Tabel III.60 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana ......................................................................................... 187
L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | xiv
Tabel III.61 Capaian Kinerja PembangunanUrusan Administrasi Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten WonosoboTahun 2016 berdasarkan Indikator
RPJMD 2016 -2021 .................................................................................................... 189
Tabel III.62 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Administrasi
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonosobo ............................... 190
Tabel III.63 Capaian Kinerja Urusan PerhubunganBerdasarkan Indikator RPJMD
Kabupaten Wonosobo 2016-2021............................................................................ 196
Tabel III.64 Permasalahan dan Solusi Urusan Perhubungan Tahun 2016 ................................ 197
Tabel III.65 Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan DesaBerdasarkan
Indikator RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 .............................................. 198
Tabel III.66 Capaian Kinerja Misi 5 .............................................................................................. 200
Tabel III.67 Capaian Kinerja Urusan Penataan Ruang Tahun 2016 berdasarkan
Indikator RPJMD Kabuapten Wonosobo 2016-2021 .............................................. 201
Tabel III.68 Capaian kinerja Urusan Lingkungan Hidup Tahun 2016berdasarkan
Indikator Kinerja RPJMD ......................................................................................... 203
Tabel III.69 Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Lingkungan Hidup ............................... 205
Tabel III.70 Uraian Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2016 ................................................ 210
Tabel III.71 Uraian Pendapatan Menurut Organisasi Pengelola PendapatanTahun
Anggaran 2016 ......................................................................................................... 211
Tabel III.72 Uraian Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 ........................................................ 216
Tabel III.73 Uraian Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2016 ................................................ 223
L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | xv
DAFTAR GAMBAR
L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | xvi
BAB I
PENDAHULUAN
2. Aspek Demografi
Berdasarkan data BPS, penduduk Wonosobo pada tahun 2014 secara de facto
berjumlah 773.280 orang, terdiri dari 392.017 perempuan (50,70%) dan 381.263 laki-laki
(49,30%). Sedangkan berdasarkan catatan penduduk secara de jure dari Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil, maka penduduk Wonosobo berjumlah 845.832
orang, dengan proporsi 411.473 perempuan (48,65%) dan 434.359 laki-laki (51,35%).
Selisih penduduk antara data de facto dengan data de jure mencerminkan penduduk
yg tidak berdomisili di Wonosobo tetapi secara administratif tercatat sebagai
penduduk Wonosobo.
Lebih detail tentang data demografis Wonosobo bisa dilihat pada tabel-tabel
berikut:
Tabel I.1
Proyeksi Penduduk Kabupaten Wonosobo Tahun 2015
Berdasarkan data BPS
No. Struktur Usia Perempuan Laki-laki Jumlah
1 0-4 33.994 34.673 68.667
2 05-09 32.742 34.727 67.469
3 10-14 31.425 34.171 65.596
4 15-19 30.591 33.974 64.565
2|BAB I PENDAHULUAN
No. Struktur Usia Perempuan Laki-laki Jumlah
5 20-24 26.764 29.406 56.170
6 25-29 25.323 26.108 51.431
7 30-34 28.303 27.385 55.688
8 35-39 29.004 28.469 57.473
9 40-44 27.729 27.748 55.477
10 45-49 27.019 26.624 53.643
11 50-54 24.745 24.018 48.963
12 55-59 20.175 20.677 40.852
13 60-64 15.018 16.345 31.363
14 65-69 11.067 11.349 22.416
15 70-74 8.269 8.309 16.578
16 75 + 10.980 9.985 20.965
Jumlah 383.148 393.968 777.116
Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo, 2016
Tabel I.2
Data Penduduk Wonosobo Tahun 2015
Berdasarkan Pencatatan Administratif Kependudukan
Jumlah berdasarkan pencatatan
No Kecamatan Desember 2015
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 WADASLINTANG 29.611 28.346 57.957
2 KEPIL 31.955 30.663 62.618
3 SAPURAN 30.039 28.816 58.855
4 KALIWIRO 26.038 25.239 51.277
5 LEKSONO 22.737 22.276 45.013
6 SELOMERTO 26.748 25.856 52.604
7 KALIKAJAR 34.708 32.561 67.269
8 KERTEK 43.998 42.117 86.115
9 WONOSOBO 45.499 44.339 89.838
10 WATUMALANG 28.094 26.715 54.809
11 MOJOTENGAH 31.994 29.523 61.517
12 GARUNG 28.290 26.086 54.376
13 KEJAJAR 22.909 21.201 44.110
14 SUKOHARJO 17.325 16.221 33.546
15 KALIBAWANG 13.620 12.741 26.361
Jumlah 433.565 412.700 846.265
Jumlah Total 433.565 412.700 846.265
Sumber: Kantor Admindukcapil Kabupaten Wonosobo, 2016
3|BAB I PENDAHULUAN
3. Kondisi Ekonomi
Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu Kabupaten di Wilayah Provinsi
Jawa Tengah yang memiliki potensi sumberdaya alam, terutama di sektor pertanian.
Sektor pertanian dalam empat tahun terakhir menyumbang hampir 50% dari total
PDRB, karena sebagian masyarakat Wonosobo bergerak dalam bidang pertanian.
Komoditi utama pertanian yang dihasilkan adalah padi, palawija, teh,
tembakau, berbagai jenis sayuran dan kopi serta tanaman hortikultura lainnya. Selain
itu, juga dikembangkan budi daya jamur dieng, carica dan asparagus yang berpotensi
sebagai komoditas ekspor non migas. Beberapa jenis tanaman yang merupakan
tanaman khas Kabupaten Wonosobo yaitu purwaceng, gondorukem dan kayu putih.
Industri pengolahan kayu dengan bahan baku berasal dari hutan rakyat menjadi salah
satu komoditas andalan bagi masyarakat.
Sektor lain yang menyumbang proporsi PDRB lumayan besar adalah
perdagangan, hotel dan restoran dan jasa, serta industri pengolahan, berkisar antara
9 – 12 %. Sektor-sektor ini perlu dikembangkan agar bisa menjadi menopang
ketergantungan tinggi pada sektor pertanian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
industri pengolahan semakin banyak dilakukan oleh masyarakat Wonosobo. Oleh
karena itu kebijakan pengembangan industri khususnya IKM perlu terus ditingkatkan,
sehingga ketergantungan pada sektor pertanian akan dapat dikurangi secara
bertahap.
Selengkapnya data tentang PDRB dan indikator ekonomi makro kabupaten
bisa dilihat pada tabel-tabel berikut:
Tabel I.3
Perkembangan Nilai Produk Domestik Regional Bruto
Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Kabupaten Wonosobo
Tahun 2011 – 2015 (Jutaan Rp)
No. Tahun Harga Berlaku Harga Konstan
Tabel I.4
Data PDRB dan Statistik Makro Kabupaten Wonosobo
4|BAB I PENDAHULUAN
Dalam kurun waktu 2011-2015, pertumbuhan PDRB Kabupaten Wonosobo
cenderung fluktuatif. Pada tahun 2014 berada pada angka 4,16 dan meningkat di
tahun 2015 menjadi 5,70. Meskipun berfluktuatif ada kecenderungan meningkat yang
mengindikasikan kinerja ekonomi makro di Kabupaten Wonosobo pada tahun
tersebut terus membaik.
Inflasi merupakan salah satu indikator penting yang dapat memberikan
informasi tentang dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat dan berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat.
Perkembangan harga barang dan jasa tersebut menjadi salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat daya beli seiring dengan peningkatan inflasi di Jawa Tengah
dan juga nasional dari tahun 2014 mengalami penurunan di tahun 2015 dapat menjadi
2,71.
Indeks Gini merupakan satu ukuran untuk melihat ketimpangan pendapatan
antar penduduk. Semakin mendekati nol maka ketimpangan semakin kecil. Secara
umum tingkat ketimpangan pendapatan antar penduduk yang terjadi di Kabupaten
Wonosobo masih tergolong pada kriteria rendah, atau dengan kata lain pembagian
pendapatan yang diterima penduduk cukup merata. Hal ini tergambar dari GR
Kabupaten Wonosobo di mana indeks gini sebesar 0,34 dalam arti ketimpangan
pendapatan antar penduduk rendah atau merata. Pelaksanaan otonomi daerah
menjadikan pemerintah daerah lebih terfokus dalam menentukan arah pembangunan
yang bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Tujuan pembangunan
ekonomi Kabupaten Wonosobo yang telah dan sedang dilaksanakan dapat dikatakan
telah berada pada jalur yang cukup baik.
Kriteria ketimpangan pendapatan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi
pendapatan yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk.
Tabel I.5
Kriteria ketimpangan pendapatan versi Bank Dunia
4. Kependudukan
Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Wonosobo mengalami penurunan yang
cukup signifikan dari 170.100 jiwa menjadi 165.800 jiwa pada tahun 2014 dimana inflasi
pada tahun yang sama juga mengalami penurunan. Penurunan jumlah penduduk
miskin ini juga berimplikasi pada menurunnya persentase penduduk miskin dari 22,08
menjadi 21,42 persen pada tahun 2014
Tabel I.7
Profil Kependudukan
No. Indikator Satuan 2014 2015 Keterangan
1 Jumlah Penduduk Jiwa 773,280 777,116 Data proyeksi
(Ribu)
2 Jumlah Penduduk > Jiwa 601,16 578,329 Angka sementara
17 tahun atau telah (Ribu)
Menikah
6|BAB I PENDAHULUAN
3 Jumlah Penduduk Jiwa 168 033,74 168 033,74 Angka sementara
Miskin (Ribu)
4 Jumlah Rumah RT 211,79 211,79 Angka sementara
Tangga(ribu)
5 Jumlah Anak (ribu) Anak 203,26 205,158 anak adalah jumlah
pdd dikurangi usia 15
tahun keatas
Sumber : Kantor Adminduk Kabupaten Wonosobo (2016)
Tahun
Uraian
2010 2011 2012 2013 2014 2015
7|BAB I PENDAHULUAN
Tahun
Uraian
2010 2011 2012 2013 2014 2015
6. Pemerintahan
Kabupaten Wonosobo, dibentuk berdasarkan Undang - Undang Nomor 13
Tahun 1950, tentang Pembentukan Daerah- Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan
Provinsi Jawa Tengah (diundangkan pada Tanggal 8 Agustus 1950). Dalam proses
penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Wonsoobo, ditetapkan Peraturan Daerah
Nomor 3 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang meliputi:
1. Sekretariat Daerah;
2. Sekretariat DPRD;
3. Inspektorat Kabupaten;
4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;
5. Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga;
6. Dinas Kesehatan;
7. Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga;
8. Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Kebersihan;
9. Dinas Pertanian dan Perikanan;
10. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
11. Dinas Pendapatan Daerah;
12. Badan Kependudukan, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak;
13. Kantor Perindustrian dan Perdagangan;
14. Kantor Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah;
15. Kantor Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
16. Kantor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
17. Kantor Perhubungan;
18. Kantor Pemberdayaan Masyarakat;
19. Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah;
20. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik;
21. Kantor Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil;
22. Satuan Polisi Pamong Praja dan Perlindungan Masyarakat;
23. Rumah Sakit Umum Daerah Setjonegoro;
24. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu;
25. Badan Penanggulangan Bencana Daerah;
26. Kecamatan;
27. Kelurahan;
28. Staf Ahli Bupati.
8|BAB I PENDAHULUAN
B. ISU STRATEGIS
Masih tingginya angka kemiskinan daerah menjadi perhatian besar Pemerintah
Daerah dalam proses pembangunan daerah. Data tahun 2013, tingkat kemiskinan di
Kabupaten Wonosobo masih 22,08 persen yang merupakan angka tertinggi se-Provinsi
Jawa Tengah. Dengan target angka kemiskinan 18 persen pada tahun 2016, maka dengan
kondisi tersebut Pemerintah Kabupaten Wonosobo harus mengakselerasi program
pembangunan yang pro dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Maka untuk tahun 2016 ditetapkanlah Tema Pembangunan Kabupaten Wonosobo
yaitu: “ Peningkatan Pelayanan Publik dan Daya Saing Daerah Yang Didukung Oleh
Penyediaan Infrastruktur Yang Berkualitas Untuk Kesejahteraan Masyarakat” dengan
fokus untuk menangani isu-isu strategis sebagai berikut :
1. Ketimpangan Regional
Ketimpangan wilayah Kabupaten Wonosobo menurut Indek Williamson pada
tahun 2010-2014 cenderung meningkat yaitu 0,17 pada tahun 2010 meningkat menjadi
0,22 pada tahun 2011, di tahun 2012 meningkat lagi menjadi 0,29, meningkat lagi
menjadi 0,28 di tahun 2013 dan meningkat lagi menjadi 0,35 di tahun 2014. Dari analisis
trend dari tahun ke tahun, kecenderungan kesenjangan semakin melebar. Meskipun
nilai indeks masih kurang atau sama dengan 0,35. Kondisi ini mengindikasikan bahwa
antar wilayah di Kabupaten Wonosobo kondisinya semakin terjadi kesenjangan antar
wilayah kecamatan. Kesenjangan antar wilayah yang tampak tersebut
mengindikasikan bahwa beberapa wilayah relatif berada di bawah kondisi secara
umum rata-rata wilayah yang lainnya. Adanya heterogenitas dan beragam
karakteristik suatu wilayah juga menyebabkan kecenderungan terjadinya konsentrasi
aktivitas ekonomi secara parsial dan memunculkan kondisi ketimpangan antar
wilayah.
2. Angka Kemiskinan Masih Tinggi
Salah satu permasalahan pembangunan terbesar di Kabupaten Wonosobo
adalah tingginya persentase penduduk miskin yang pada tahun 2014 masih
menduduki posisi tertinggi di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Jumlah penduduk miskin
pada tahun 2014 sebesar 165.800 jiwa atau 21,42. % dari total penduduk. Meskipun
dalam kurun waktu 2010-2014 mengalami penurunan, namun selama periode ini
persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di Kabupaten
Wonosobo selalu berada di atas rata-rata Jawa Tengah.
Berdasarkan Pemutahiran Basis Data Terpadu tahun 2015, jumlah rumah tangga
miskin sebanyak 88.062 yang tersebar di 15 kecamatan yang ada di Wilayah
Kabupaten Wonosobo. Permasalahan kemiskinan mikro yang ada di Kabupaten
Wonosobo meliputi kepemilikan jamban, rumah tidak layak huni, tingkat partisipasi
pendidikan, serta masih adanya rumah tangga miskin yang belum mendapatkan akses
atas jaminan kesehatan, raskin dan KUR . Masih ada 6.424 rumah tangga miskin yang
tidak memilki jamban, 60.151 rumah tangga miskin dengan rumah tidak layak huni,
Berdasarkan data PBDT 2015, sejumlah 20.794 rumah tangga miskin belum terakses
BPJS kesehatan, dan hanya 1,6 % rumah tangga miskin yang telah terakses Kredit
Usaha Rakyat (KUR).
3. Pertumbuhan Ekonomi Rendah
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo pada tahun 2010 sampai 2015
menunjukkan nilai yang berfluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010
pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) sebesar 4,52 mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar
5,37 kemudian pada tahun 2012 menurun menjadi 4,70% dan meningkat pada tahun
2013 sebesar 5,25%. Pada tahun 2014 mengalami penurunan kembali menjadi 4,16% dan
pada tahun 2015 meningkat menjadi 5,70%. Pemerintah Kabupaten Wonosobo harus
memacu program-program yang bisa meningkatkan investasi, mengintensifkan
9|BAB I PENDAHULUAN
perbaikan dan pembangunan infrastruktur, meningkatkan konsumsi masyarakat akan
produk/jasa lokal serta mengolah sumber daya alam secara berkelanjutan dengan
memanfaatkan teknologi
4. Pendidikan
Angka Partisipasi Sekolah baik tingkat pendidikan dasar maupun menengah
yang belum mencapai 100 %. Pada tahun 2015 Angka Partisipasi Sekolah penduduk usia
7-12 tahun baru mencapai 95,69. Angka partisipasi sekolah penduduk usia 13-15 tahun
masih mencapai angka 90 dan angka partisipasi sekolah penduduk usia 16-18 baru
mencapai 47,55 yang menunjukkan bahwa penduduk dengan usia sekolah masih ada
yang tidak sekolah dengan berbagai penyebab. Angka melanjutkan lulusan SD dan
SMP ke jenjeng SMP dan juga SMA Kabupaten Wonosobo masih rendah, sehingga
perlu ada penuntasan wajib belajar 9 tahun dan mengembangkan wajib belajar 12
tahun terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Kurangnya partsisipasi ini
berkaitan dengan belum meratanya akses pendidikan yang berkualitas baik sarana
prasarana maupun layanan pendidikan itu sendiri.
5. Kesehatan
Dari segi pelayanan, permasalahan kesehatan yang dihadapi adalah belum
meratanya akses dan kualitas layanan kesehatan di tingkat dasar. Sampai dengan
tahun 2015 jumlah Puskesmas yang memiliki lima tenaga kesehatan hanya ada empat
Puskesmas, bahkan dokter dan dokter spesialis di Kabupaten Wonosobo belum
memenuhi kebutuhan sesuai rasio jumlah penduduk di Kabupaten Wonosobo.
Selain permasalahan layanan kesehatan, angka kematian ibu dan bayi juga
masih dijumpai dalam perjalanan pembangunan yang telah dilaksanakan dalam kurun
lima tahun ini. Angka kematian ibu yang terjadi pada tahun 2015 sebesar 84,33 banyak
disebabkan karena penyakit bawaan yang diderita ibu hamil serta kasus pre eklamsia.
Sedangkan kematian bayi sebesar 7,5 disebabkan karena berat badan bayi lahir yang
rendah. Rendahnya berat badan bayi ini terkait dengan status gizi ibu hamil yang
rendah yang disebabkan karena kesadaran diri yang kurang untuk memeriksakan
kandungan dan rendahnya PHBS.
Penderita HIV setiap tahun terus mengalami peningkatan yang pada tahun
2015 ini temuan kasus HIV/AIDS sudah mencapai 288 kasus.
Kesehatan sebagai salah satu hak dasar merupakan investasi berharga bagi
seseorang dan sebuah bangsa untuk pembangunan. Pemerintah berkewajiban untuk
menjamin warga negaranya mendapatkan akses yang sama dalam pelayanan
kesehatan dengan salah satu upayanya melalui sistem jaminan kesehatan khususnya
bagi masyarakat miskin. Sampai dengan tahun 2015 jumlah peserta Penerima Bantuan
Iuran (PBI) baik yang didanai dari APBN, APBD I maupun APBD II sejumlah 378.802
jiwa. Sedangkan jumlah kepesertaan jaminan kesehatan baik PBI maupun Non PBI
sejumlah 463.110 atau 59,83 % dari jumlah penduduk Wonosobo.
Semenjak diberlakukannya program JKN yang dikelola BPJS oleh pemerintah,
maka peran kuratif dari Puskesmas semakin besar dan terasa. Puskesmas sebagai
salah satu fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan berfungsi menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi peserta JKN yang
artinya Puskesmas terdistribusi lebih besar dibandingkan dengan fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan sehingga akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan lebih
tinggi. Hal ini menjadikan peran puskesmas sangat krusial yaitu sebagai kontak
pertama kepada masyarakat untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar. Dengan
peran yang lebih besar ini tentu jumlah masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas
akan lebih besar, mau tidak mau tentu puskesmas harus berbenah diri mulai dari
kualitas pelayanan, kualitas SDM, kualitas sarana dan prasarana.
6. Infrastruktur dan Penataan ruang
10 | B A B I P E N D A H U L U A N
Beberapa permasalahan terkait dengan infrastruktur dan penatan ruang antara
lain berupa dokumen rencara tata ruang yang merupakan acuan dalam perencanaan
belum dimanfaatkan secara optimal termasuk penegakan peraturan di bidang tata
ruang. Akibatnya penggunaan lahan masih belum sesuai tata ruang wilayah. Sebagai
contoh adalah penggunaan lahan di kawasan Dieng yang sebagian besar
dimanfaatkan untuk pertanian, meskipun seharusnya merupakan kawasan konservasi.
Bidang transportasi sebagai pendukung perkembangan kota dan wilayah
berfungsi sebagai sarana penghubung maupun titik simpul distribusi. Dalam
perkembangannya, sistem transportasi wilayah yang memperhitungkan keterkaitan
dan keterpaduan antar moda dan antar wilayah belum tertata dengan baik, belum
tersebar secara merata sehingga pelayanan transportasi yang aman, nyaman, efisien
dan terpadu yang mendukung mobilitas penduduk dan barang belum optimal. Kondisi
jaringan jalan sebagai prasarana transportasi mengalami kerusakan sedang dan berat
yang tersebar hampir seluruh wilayah. Data tahun 2015 hanya 56% jalan yang
kondisinya baik. Sementara itu, kondisi baik dan sedang sesuai standar pelayanan
minimal telah mencapai 63,17%. Selain itu, kondisi jaringan pedestrian juga kurang
memadai serta tempat parkir yang belum tersedia secara layak.
Salah satu indikator dalam SPM bidang perumahan adalah tersedianya
lingkungan permukiman yang sehat dan aman yang didukung oleh prasarana, sarana
dan utilitas umum (PSU) yang memadai dimana PSU yang cukup penting adalah
ketersediaan sanitasi dasar yang layak bagi kesehatan. Sampai tahun 2015, jumlah
rumah tangga bersanitasi masih kecil. Tahun 2015 hanya mencapai 45,95%, sementara
yang mengakses sanitasi layak baru 21,01%. Permasalahan persampahan juga masih
menjadi masalah terkait dengan rendahnya cakupan penanganan volume sampah
yang hanya 0,6% pada tahun 2015.
7. Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Persoalan mendasar bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial adalah
kurangnya pemenuhan pelayanan sosial dasar seperti kesehatan, pendidikan,
sandang, pangan, papan serta belum terintegrasinya perlindungan dan jaminan sosial.
Integrasi ini juga menyangkut basis data PMKS yang terpadu dan update untuk
memperbaiki penetapan sasaran dan ketepatan penanganan.
Pada tahun 2015 Persentase PMKS yang mendapatkan bantuan sosial untuk
memenuhi kebutuhan dasar baru mencapai 42,84%. Hal ini berarti ada 57,16%
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang tidak mendapatkan bantuan.
Keterbatasan kemampuan pemerintah dalam penanganan masalah kesejahteraan
sosial telah mendorong bergesernya paradigma pembangunan kesejahteraan sosial
dengan lebih mengedepankan peran aktif masyarakat baik secara perorangan
maupun berkelompok melalui pengembangan nilai-nilai sosial budaya, seperti
kesetiakawanan sosial dan gotong royong yang dirumuskan sebagai modal sosial
dalam membangun ketahanan sosial masyarakat sekaligus sebagai perekat persatuan
bangsa. Kebutuhan pengembangan potensi yang tumbuh dan berkembang di
masyarakat, seperti kesetiakawanan sosial, kegotong royongan, keswadayaan
masyarakatdan kelembagaan-kelembagaan sosial/organisasi sosial, perlu diperkuat
dan difasilitasi oleh pemerintah agar ketahanan sosial masyarakat tetap terpelihara.
8. Ketenagakerjaan
Permasalahan pengangguran merupakan salah satu masalah pembangunan
yang selalu ada baik tingkat daerah maupun nasional. Meskipun tingkat
pengangguran terbuka di Kabupaten Wonosobo tergolong rendah yaitu 5,34, namun
tetap menjadi perhatian bagi pemerintah daerah mengingat pengangguran akan
berkorelasi dengan tingkat kemiskinan. Selain itu, masalah ketenagakerjaan di
Kabupaten Wonosobo menyangkut pada rendahnya tingkat pendidikan yang
didominasi oleh penduduk dengan latar belakang penddikan SD. Data Sakernas tahun
11 | B A B I P E N D A H U L U A N
2015, dari 428.556 angkatan kerja di Kabupaten Wonosobo ada 299.806 atau 69 %
angkatan kerja berlatar belakang pendidikan SD yang artinya dengan rendahnya
pendidikan ini maka peluang dan kapasitas tenaga kerja sangat rendah.
9. Gender dan Perlindungan Anak
Permasalahan dalam pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak yang
terjadi selama ini adalah rendahnya partisipasi perempuan dan anak dalam
pembangunan di samping masih adanya berbagai bentuk praktek diskriminasi
terhadap perempuan dan anak. Dalam konteks sosial, kesenjangan ini mencerminkan
masih terbatasnya akses sebagian besar perempuan terhadap layanan kesehatan
yang lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi dan keterlibatan dalam kegiatan publik
yang lebih luas. Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak juga menjadi
permasalahan serius yang harus segera ditangani menyangkut perlindungan hukum
terhadap korban kekerasan, upaya preventif dan rehabilitasi korban. Dalam kurun
waktu 2010 – 2015 jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan mencapai 878 kasus
sedangkan kasus kekerasan terhadap anak mencapai 480 kasus. Permasalahan
lainnya mencakup kesenjangan partisipasi politik kaum perempuan yang sampai pada
tahun 2015 partisipasi perempuan dalam parlemen di Kabupaten Wonosobo hanya
4,4,% bersumber dari ketimpangan struktur sosio kultural masyarakat.
15 | B A B I P E N D A H U L U A N
5. Peningkatan kualitas sumber daya manusia, baik pada aspek khusus menyangkut
SDM usia sekolah maupun usia kerja yang menyangkut peningkatan kualitas rohani
dan jasmani untuk mendorong daya saing Wonosobo, seiring penerapan Masyarakat
Ekonomi ASEAN.
6. Tata kelola pemerintahan, dengan fokus penguatan sistem penopang bagi reformasi
birokrasi, termasuk data, sistem informasi, serta pemanfaatan e-government bagi
layanan publik terutama di kecamatan
16 | B A B I P E N D A H U L U A N
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
B. MISI
Visi TERWUJUDNYA WONOSOBO BERSATU, UNTUK MAJU, MANDIRI DAN
SEJAHTERA UNTUK SEMUA akan dicapai melalui 5 (lima) misi pembangunan sebagai
berikut:
1. Meningkatkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara;
2. Meningkatkan capaian kinerja dan pemajuan penyelenggaraan pemerintahan daerah;
3. Meningkatkan kemandirian daerah;
4. Meningkatkan pelayanan dasar dan sarana prasarana publik untuk kesejahteraan yang
merata ; dan
5. Melakukan harmonisasi prinsip berkelanjutan dan berkesinambungan dalam
pembangunan daerah.
Kelima misi RPJMD Kabupaten Wonosobo tersebut apabila dikaitkan dengan misi
pada RPJMN 2014-2019 dapat dijelaskan sebagai berikut:
17 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
Tabel II.1.
Keselarasan Misi RPJMN dengan
Misi RPJMD Wonosobo Tahun 2016-2021
Selanjutnya, apabila dikaitkan dengan misi RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2013-2018,
maka kerangka logis RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Tabel II.2
Keselarasan Antara Misi RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2013-2018 dengan
Misi RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021
19 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
Penerjemahan RPJMD Kabupaten
Misi RPJMD Provinsi Jateng
Wonosobo Tahun 2016-2021
Misi 6: Meningkatkan Kualitas Pelayanan Diterjemahkan ke dalam misi (2)
Publik untuk Memenuhi Kebutuhan “meningkatkan capaian kinerja dan
Dasar Masyarakat pemajuan penyelenggaraan pemerintahan
daerah ” dan misi (4) “meningkatkan
pelayanan dasar dan sarana prasarana publik
untuk kesejahteraan yang merata."
Misi 7: Meningkatkan Infrastruktur untuk Diterjemahkan ke dalam misi (5) “melakukan
Mempercepat Pembangunan Jawa harmonisasi prinsip berkelanjutan dan
Tengah yang Berkelanjutan dan Ramah berkesinambungan dalam pembangunan
Lingkungan daerah”.
Sedangkan apabila dikaitkan dengan Misi RPJPD Kabupaten Wonosobo Tahun 2005-
2025, maka penerjemahan Misi RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021 adalah
sebagai berikut:
Tabel II.3
Keselarasan Misi RPJPD Kabupaten Wonosobo Tahun 2005-2025
Dengan Misi RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021
20 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
Misi RPJP 2005-2025 Misi RPJMD 2016-2021
Misi 3: Diterjemahkan ke dalam :
Mewujudkan kehidupan politik dan tata Misi (1) “meningkatkan persatuan dan
pemerintahan yang demokratis, bersih, kesatuan dalam kehidupan
bertanggung jawab yang didukung oleh bermasyarakat, berbangsa dan
aparatur pemerintahan yang profesional, bernegara”.
dan terbebas dari Korupsi, Kolusi dan Misi (2)“meningkatkan capaian kinerja
Nepotisme (KKN) disertai partisipasi dan pemajuan penyelenggaraan
rakyat secara penuh. pemerintahan daerah ”.
Misi 4: Diterjemahkan ke dalam misi (5)“melakukan
Mewujudkan pengelolaan sumberdaya harmonisasi prinsip berkelanjutan dan
alam dan lingkungan hidup berkesinambungan dalam pembangunan
KabupatenWonosobo yang optimal daerah”.’
dengan tetap menjaga keseimbangan
dan pelestarian fungsi dan
keberadaannya dalam upaya menopang
kehidupan dan penghidupan di masa
yang akan datang.
Tabel II.4
Penerjemahan Unsur Visi Ke Dalam Misi RPJMD Kabupaten Wonosobo
2016-2021
21 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
Unsur Visi Pelaksanaan dalam Misi
Sejahtera Untuk Dilaksanakan dalam :
Semua misi (4) “meningkatkan pelayanan dasar dan sarana prasarana
publik untuk kesejahteraan yang merata”
misi (5) “melakukan harmonisasi prinsip berkelanjutan dan
berkesinambungan dalam pembangunan daerah.”
Tabel II.5
Sinkronisasi prioritas pembangunan Kabupaten Wonosobo
dengan prioritas Nasional dan Provinsi Jawa Tengah
Mempercepat
pembangunan infrastruktur
untuk pertumbuhan,
pemerataan dan daya saing
daerah
(vi) Pembangunan Program Program unggulan:
sektorunggulan: Unggulan/Prioritas: Pembangunan lingkungan
kedaulatan pangan, Penguatan potensi ekonomi Jawa Tengah ijo royo royo;
kedaulatan energi dan lokal berbasis komoditas
kelistrikan, kemaritiman dan kawasan didukung
dan kelautan, pariwisata dengan pembangunan
dan industri, selaras pertanian dalam arti luas,
dengan nawacita 6 pariwisata, koperasi dan
dan 7 UMKM
1. Meningkatkan
pengelolaan dan nilai
tambah sumberdaya
alam (SDA) yang
berkelanjutan
2. Meningkatkan kualitas
lingkungan hidup,
mitigasi bencana alam
dan penanganan
perubahan iklim
(vii) Revolusi Mental, Program Program unggulan
selaras dengan Unggulan/Prioritas: Optimalisasi
Nawacita 8 dan 9 Peningkatan karakter penyelenggaraan
berprestasi, mandiri dan pendidikan di Jawa
menghargai nilai budaya Tengah;
Penguatan Meningkatkan peran
penyelenggaraan dan fungsi seni budaya
trantibum dan linmas Jawa
untuk menopang proses
demokratisasi,
23 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
Meningkatkan rasa kemanusiaan, toleransi dan keharmonisasn untuk hidup secara
berdampingan
Sasaran:
a. Meningkatnya nilai demokrasi serta kesadaran/pemahaman tentang hak dan
kewajiban sebagai warga negara;
b. Meningkatnya toleransi dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat;
c. Meningkatnya semangat dan budaya gotong royong;
d. Meningkatnya ketentraman dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat.
24 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
b. Berkembangnya pemanfaatan energi baru dan terbarukan; dan
c. Meningkatnya upaya pengurangan resiko bencana melalui adaptasi dan mitigasi.
Tabel II.6
Keterkaitan Misi, Tujuan, Sasaran dan Indikator Sasaran
RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021
26 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN
5 Berkembangnya lapangan 1. Tingkat Pengangguran
kerja dan kesempatan kerja Terbuka
2. Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK)
3. Rasio Ketergantungan
(Dependency Ratio)
4. Tingkat Kesempatan Kerja
D. Perjanjian Kinerja
Penetapan indikator kinerja daerah dimaksudkan untuk memberikan gambaran
tentang tingkat pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati pada akhir periode masa
jabatannya. Tingkat keberhasilan tersebut ditunjukan dari akumulasi pencapaian indikator
outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat
mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD
dapat dicapai.
Indikator kinerja adalah alat untuk mengukur secara spesifik baik secara kuantitatif
dan/atau kualitatif tingkat capaian kinerja program dan kegiatan. Dengan demikian
indikator kinerja menjadi dasar penilaian kinerja dalam proses perencanaan, pelaksanaan
maupun dalam pencapaian tujuan dan sasaran. Indikator tersebut menjadi parameter
prioritas pembangunan dan juga sebagai instrumen pemantauan dan evaluasi RPJMD.
Indikator Kinerja tersebut dituangkan dalam Perjanjian Kinerja Bupati. Perjanjian
Kinerja Bupati Wonosobo Tahun 2016 disusun untuk melaksanakan program/kegiatan yang
disertai dengan indikator kinerja. Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang
dihasilkan atas kegiatan tahun bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome) yang
seharusnya terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian target
kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan dari kegiatan tahun-
tahun sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja setiap tahunnya. Perjanjian
Kinerja Bupati tercantum sebagaimana termuat dalam tabel berikut ini:
27 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
Tabel II.7
Perjanjian Kinerja Bupati Wonosobo Tahun 2016
INDIKATOR TARGET
TUJUAN SASARAN
SASARAN 2016
MISI 1: Meningkatkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Meningkatkan rasa kemanusiaan, toleransi dan 1 Meningkatnya nilai
keharmonisan untuk hidup secara berdampingan demokrasi serta
kesadaran
kesadaran/pemaha Indeks
70
man tentang hak Demokrasi
dan kewajiban
sebagai warga
negara
2 Meningkatnya
toleransi dalam
Indeks
kehidupan 0,49
Toleransi
beragama dan
bermasyarakat
3 Meningkatnya
Indeks
semangat dan
Gotong 0,55
budaya gotong
Royong
royong
4 Meningkatnya
ketentraman dan
Indeks Rasa
ketertiban umum 0,61
Aman
serta perlindungan
masyarakat
Misi 2: Meningkatkan capaian kinerja dan pemajuan penyelenggaraan pemerintahan daerah
Meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan 1 Meningkatnya
daerah dan desa sesuai semangat Reformasi Birokrasi kualitas reformasi Indeks
untuk perbaikan pelayanan publik birokrasi dan Reformasi 80,00
aparatur Birokrasi
pemerintahan
daerah dan desa Indeks
yang profesional, Kepuasan 70,00
transparan, bersih Masyarakat
dan melayani
Misi 3: Meningkatkan kemandirian daerah
Meningkatkan produktivitas, kemampuan pengelolaan 1 Meningkatnya PDRB Atas
sumber daya dan membangun budaya berdikari yang produksi dan Dasar Harga
17.339.270
optimal dengan tetap memperhatikan lingkungan produktivitas daerah Berlaku
dengan tetap PDRB Atas
menjaga kualitas Dasar Harga
12.150.875
lingkungan Konstan
Niai Tukar
110,20
Petani (NTP)
Laju Inflasi 3,41
Pertumbuhan
5,75
Ekonomi
2 Terwujudnya
masyarakat yang Indeks
bermartabat, Ketahanan 86,6
berbudaya dan Pangan
berdikari.
28 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
INDIKATOR TARGET
TUJUAN SASARAN
SASARAN 2016
3 Meningkatnya daya Produktivitas
saing daerah 31,28
Total Daerah
PDRB per
15,51
kapita
Indeks
kapasitas 1<indeks<2
Fiskal
Misi 4: Meningkatkan pelayanan dasar dan sarana prasarana publik untuk kesejahteraan yang merata
Terwujudnya pertumbuhan yang berkeadilan dalam 1 Terpenuhinya IPM 66
aspek ekonomi, sosial dan lingkungan untuk layanan dan hak
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan dasar untuk Rata-rata
6
penanggulangan kemiskinan kesejahteraan Lama Sekolah
masyarakat
Angka Melek
Huruf
96,75
penduduk 15
tahun ke atas
Rata-Rata Usia
Harapan 71,35
Hidup
Angka
79,81
Kematian Ibu
Angka
9,3
Kematian Bayi
Prevalensi
Balita Gizi
kurang
Prevalensi
balita gizi
buruk
Persentase KK
yang
mendapatkan 0,53375
akses sanitasi
dasar
Persentase
panjang jalan
kabupaten
64,31%
dalam kondisi
baik dan
sedang
2 Terpenuhinya IPG (Indeks
layanan penunjang Pembangunan 92,926
untuk pemenuhan Gender)
kebutuhan IDG (Indeks
masyarakat secara Pemberdayaa 45,7
lebih berkeadilan n Gender)
Prevalensi 2,925
Kekerasan
Terhadap
Anak
TFR (Total
2,1834
Fertility Rate)
Prosentase
Penduduk
81%
Berakte
Kelahiran
29 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
INDIKATOR TARGET
TUJUAN SASARAN
SASARAN 2016
Presentase
Penduduk Ber 98,0833
KTP
3 Terwujudnya Indeks Gini 0,34
kesetaraan
pertumbuhan Indeks
0,35
ekonomi antar Williamson
wilayah
4 Meningkatnya Persentase
kesejahteraan Angka 19,74%
ekonomi Kemiskinan
Indeks
Kedalaman 3,44
Kemiskinan
Indeks
Keparahan 1,035
Kemiskinan
5 Berkembangnya Tingkat
lapangan kerja dan Pengangguran 5,25
kesempatan kerja Terbuka
Partisipasi
Angkatan 74,28
Kerja
Dependency
56,06
Ratio
Tingkat
Kesempatan 94,7
Kerja
Misi 5: Melakukan harmonisasi prinsip berkelanjutan dan berkesinambungan dalam pembangunan daerah
Terwujudnya pengelolaan SDA dan LH secara 1 Terwujudnya Indeks
berkelanjutan berkesinambungan pengelolaan SDA Kualitas
dan LH secara 58,15
Lingkungan
berkelanjutan Hidup
berkesinambungan
Ketaatan
Terhadap 79,25%
RTRW
2 Berkembangnya Rasio
pemanfaatan energi Elektrifikasi
91,96
dan energi Rumah
baru/terbarukan Tangga
3 Meningkatnya
upaya pengurangan
Indeks Resiko
resiko bencana 129
Bencana
melalui adaptasi dan
mitigasi
30 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA
Bab akuntabilitas kinerja ini menguraikan mengenai capaian kinerja Pemerintah
Kabupaten Wonosobo Tahun 2016 yang merupakan tahun pertama pencapaian kinerja
Bupati dan Wakil Bupati Wonosobo atas dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2016-2021. Dokumen perencanaan tersebut memuat
indikator kinerja makro yang merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) atas
penyelenggaraan urusan pemerintahan berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah.
31 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.1
Capaian Kinerja Misi 1
CAPAIAN S.D.
TARGET
TARGET CAPAIAN 2016
TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 2015 % CAPAIAN AKHIR
2016 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
MISI 1: Meningkatkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Meningkatkan rasa 1 Meningkatnya nilai demokrasi
kemanusiaan, serta kesadaran
toleransi dan kesadaran/pemahaman tentang Indeks Demokrasi 70 70 80 114,29 75 106,67
keharmonisan untuk hak dan kewajiban sebagai
hidup secara warga negara
berdampingan 2 Meningkatnya toleransi dalam
kehidupan beragama dan Indeks Toleransi 0,45 0,49 0,87 177,55 0,49 177,55
bermasyarakat
3
Meningkatnya semangat dan
Indeks Gotong Royong 0,55 0,55 0,82 149,09 0,65 126,15
budaya gotong royong
4 Meningkatnya ketentraman dan
ketertiban umum serta Indeks Rasa Aman 0,61 0,61 0,68 111,48 0,66 103,03
perlindungan masyarakat
32 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
a. Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum Dan Perlindungan Masyarakat
1) Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan
Pengenalan nilai-nilai sejarah berdirinya kabupaten Wonosobo pada generasi
penerus dengan kegiatan Ziarah ke 7 makam pendiri kabupaten Wonosobo ini untuk
untuk mewujudkan pemahaman jiwa patriotisme dan perjuangan tokoh pendiri
kabupaten wonosobo sehingga generasi penerus dapat meneladani dan mewarisi sifat
sifat serta nilai nilai kejuangan para pendiri wonosobo,
2) Program pengembangan wawasan kebangsaan
Program ini berkaitan erat dengan pelaksanaan rangkaian acara Peringatan
Kemerdekaan Republik Indonesia, untuk menanamkan pemaknaan akan wawasan
kebangsaan kepada masyarakat Wonosobo dalam hal ini Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pada kegiatan tahun 2016 pengembangan wawasan kebangsaan mulai
ditanamkan bukan hanya kepada generasi muda, pengenalan pada tingkat anak-anak
di tingkat PAUD yang merupakan jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar
sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak dini. Pelaksanaannya di
40 PAUD/TK se kabupaten Wonosobo dengan total peserta 1500 anak usia dini.
Wujud lain dari kegiatan dalam program ini adalah forum ceramah wawasan
kebangsaan dan diskusi wawasan kebangsaan bersama Siswa SLTP/MTs/SLTA/SMK,
Tokoh masyarakat, Tokoh agama, SLTP SLB putra don bosco dan SLB putri dena
upakaraagar meningkat rasa cinta tanah air dan bangsa, rasa persatuan dibidang
impolek sosbud hankam demi tegaknya NKRI bedasarkan pancasila dan UUD 1945.
3) Program pendidikan politik masyarakat
Pembinaan Politik bagi Masyarakat dan Pemuda bertujuan untuk
mengembangkan pendidikan politik masyarakat sebagai bagian pendidikan politik yang
merupakan rangkaian usaha untuk meningkatkan dan memantapkan kesadaran politik
dan kenegaraan, guna menunjang kelestarian Pancasila dan UUD 1945 sebagai budaya
politik bangsa. Pendidikan politik juga merupakan konsep bagian dari proses
perubahan kehidupan politik yang sedang dilakukan dewasa ini dalam rangka usaha
menciptakan suatu sistem politik yang benar-benar demokratis, stabil, efektif dan
efisien
Pada Program ini juga dilakukan pembinaan terhadap ormas sesuai dengan UU
No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Masyarakat, pembinaan dilakukan dengan tujuan
bahwa Ormas memahami kewajibannya yang antara lain menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjaga
ketertiban umum dan terciptanya kedamaian dalam masyarakat.
4) Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam
Maksud dari program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana
alam ini adalah sebagai salah satu upaya dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya
bencana melalui sistem peringatan dini dan kesiapsiagaan terhadap
bencana,optimalisasi penanggulangan bencana alam, bantuan kepada korban bencana
alam dan bencana lainnya, serta rehabilitasi dan konstruksi penanganan pasca
bencana. Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi Optimalisasi dan Fasiltasi
Penanggulangan Bencana, Fasilitasi Pengurangan Resiko Bencana, Optimalisasi Pusat
Pengendalian Operasi (Pusdalop), Fasilitasi Pemberian Bantuan Kepada Korban
Bencana Alam, Fasilitasi bagi tim SAR dan relawan, serta berbagai pelatihan
kesiapsiagaan dan simulasi bencanayang dilaksanakan di beberapa wilayah kecamatan.
Selain itu sebagai pendukung operasional penanganan bencana juga telah dilakukan
pengadaan perahu karet dan pengadaan logistik bencana yang disesuaikan dengan
kebutuhan. Berbagai kegiatan yang dilakukan secara sinergis antara Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bagian Soskesra Setda dan beberapa
33 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
kecamatan di Kabupaten Wonosobo merupakan upaya pencegahan dini dan
penanggulangan bencana alam yang lebih optimal sehingga masyarakat yang menjadi
korban bencana alam dan bencana lainnya dapat segera terbantu dan tertangani.
5) Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan
Lingkungan yang kondusif memberikan ketenangan bagi para investor untuk
menanamkan modalnya di Kabupaten Wonosobo, melalui Program Peningkatan
Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan beberapa kegiatan di bawah mendukung
pencapaian tersebut:
− Fasilitasi Operasional Forkompimda (Forum Komunikasi Pimpinan Daerah) yang
merupakan pertemuan rutin para pimpinan daerah untuk membahas isu-isu
strategis Kabupaten Wonosobo;
− Operasional PAM Pilkades, pada tahun ini pelaksanaan Pilkades serentak digelar di
30 desa berlangsung di akhir bulan November 2016;
− Fasilitasi Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial Tingkat Kabupaten Wonosobo,
kegiatan ini memfasilitasi terjadinya Konflik Sosial di Wilayah Kabupaten
Wonosobo;
− Fasilitasi PAM Tamu/Pejabat Asing/Daerah, semakin diliriknya kabupaten
Wonosobo dari berbagai sektor potensinya berimbas pada bertambahnya Pejabat
yang berkunjung ke Kabupaten Wonosobo, pengamanan tamu-tamu kabupaten ini
memberikan gambaran yang positif pada kabupaten Wonosobo;
− Fasilitasi TIM Terpadu Penanganan Konflik Sosial Tk Kabupaten Wonosobo
Kegiatan ini untuk mengurangi Konflik Sosial di Kabupaten Wsb dan Penanganan
seteterjadi Konflik, Rapat Tim Terpadu Penanganan Konflik Kabupaten Wonosobo;
− Koordinasi Penyelenggaraan Pemerintahan Terselenggaranya Pemerintahan yang
aman, Kondusif dan Terkendali;
− Kegiatan Kelinmasan (Upacara dan Pengerahan) dan Fasilitasi Kegiatan Linmas,
Siaga Linmas/PAM Lebaran, Natal dan Tahun Baru yang berupa Diklat dan
Pembinaan menyeluruh meliputi Penanggulangan bencana, Kamtramtibmas,
Sosial, Pemilu dan Pertahanan Negara dengan tujuan Meningkatkan Ketrampilan
Anggota Linmas dalam Melaksanakan Tupoksi. Sebagai hasil akhir harapan
keamanan dan ketentramanan di masyarakat bisa terpenuhi;
− Pembinaan Operasi PPNS dilaksanakan dengan tujuan pemahaman proses
pembinaan, penanganan pelanggar Perda sesuai dengan tugas dan kewenangan
PPNS yaitu mengawal kebijakan Pemerintah Kabupaten;
− Kegiatan lain :Pengamanan Rangkaian Hari Jadi Kabupaten Wonosobo dan
Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengendali Keamanan dan Kenyamanan
Lingkungan sehingga operasi dan patroli Wilayah Kecamatan se-Kabupaten
Wonosobo yang dilaksanakan bersama-sama dengan Polres, Kodim, Muspika dan
Kasi Trantibum se-Kabupaten Wonosobo maksimal dapat dilaksanakan.
6) Program Pemeliharaan Trantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminalitas
Kebutuhan data Ormas Fasilitasi dan validasi Data lembaga non pemerintah,
kegiatan ini untuk mendukung kegiatan pembinaan ormas dan memperoleh
pembaharuan data Ormas, Rapat Tim, Pembinaan PEPABRI, DHC 45.
Pentingnya Pembinaan Ormas ini dengan maksud untuk;
− meningkatkan partisipasi dan keberdayaan masyarakat;
− memberikan pelayanan kepada masyarakat;
− menjaga nilai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
− melestarikan dan memelihara norma, nilai, moral, etika, dan budaya yang hidup
dalam masyarakat;
− mengembangkan kesetiakawanan sosial, gotong royong, dan toleransi dalam
34 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
kehidupan bermasyarakat;
− menjaga, memelihara, dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa;
7) Program Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat (Pekat)
Program Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat (Pekat)
dimaksudkan untuk mencegah ataupun memberantas tindakan/perbuatan yang
muncul dan dapat meresahkan anggota masyarakat sehingga dapat tercipta situasi
yang aman, kondusif dan terkendali di wilayah Kabupaten Wonosobo. Program ini
diwujudkan dalam bentuk kegiatan berupa penanggulangan Kenakalan Anak,
Remaja/Pelajar yang dilaksanakan melalui operasi pelajar pada jam pelajaran di tempat-
tempat keramaian seperti di warnet, pertokoan/pasar maupun di tempat permainan
game.
Kegiatan lain untuk mendukung program ini adalah Pencegahan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba yaitu memberantas
penyalahgunaan dan Peredaran Gelap narkoba kegiatan ini berupa sosialisasi dan
Operasi Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba.
8) Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam
Kondisi morfologi Kabupaten Wonosobo yang sebagian besar berupa
perbukitan memaksa kesiapsiagaan menghadapi bencana yang bisa terjadi kapan saja,
selain itu perilaku manusia dalam pemanfaatan sumber daya alam berpengaruh pada
semakin turunnya kualitas lahan yang bisa memicu terjadinya bencana. Pengurangan
resiko bencana menjadi tantangan tersendiri disini melalui Program pencegahan dini
dan penanggulangan korban bencana alam yang kegiatannya sebagai berikut:
− Optimalisasi penanggulangan bencana yang dilaksanakan untuk penanganan
korban bencana, melayani korban bencana dan penanganan penanggulangan
bencana
− Pembinaan relawan/SAR untuk meningkatkan kapasitas anggota relawan dalam
rangka pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam, bentuk dari
kegiatan ini adalah pelatihan relawan/SAR.
− Fasilitasi bulan Pengurangan Resiko Bencana yang merupakan Agenda
Nasionalberupa Gelar Pasukan kesiapsiagaan penanggulangan resiko bencana
− Pengadaan sarana dan prasarana pencegahan dini dan penanggulangan bencana
untuk mengurangi resiko bencana dan tertanganinya korban bencana alam berupa
pengadaan alat-alat dapur, GPS, perahu motor dan peralatan rescue
− Pengadaan logistik, untuk memenuhi kebutuhan korban bencana
− Optimalisasi pusat pengendalian operasi, dilaksanakan untuk kelancaran
penanganan darurat bencana dan kesiap-siagan pusat kendali operasi
35 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
semua pihak menangani dan menyikapi salah satu tindak kriminal ini.
Upaya penanggulangan gangguan keamanan, ketertiban dan tindak kriminalitas
menunjukkan peningkatan walaupun masih banyak ditemukan gangguan keamanan dan
hambatan. Upaya pemberantasan yang relatif intensif dengan penggelaran Operasi
Kepolisian Kewilayahan maupun Operasi Kepolisian Terpadu dengan Instansi terkait
menunjukkan hasil yang signifikan. Langkah Pemerintah tersebut akan terus dilakukan
secara konsisten dan seyogyanya didukung penuh oleh seluruh lapisan masyarakat agar
kondisi aman dan tertib dapat semakin diwujudkan.
Masyarakat yang tangguh bencana ialah masyarakat yang mampu mengantisipasi
dan meminimalisir kekuatan yang merusak, melalui adaptasi. Mereka juga mampu
mengelola dan menjaga struktur dan fungsi dasar tertentu ketika terjadi bencana. Dan jika
terkena dampak bencana, mereka akan dengan cepat bisa membangun kehidupannya
menjadi normal kembali atau paling tidak dapat dengan cepat memulihkan diri secara
mandiri, Mampu mengantisipasi dan meminimalisasi kekuatan yang merusak (ancaman
bencana), dengan cara melakukan adaptasi, Mampu mengelola dan menjaga stuktur dan
fungsi dasar tertentu ketika terjadi bencana, Kalau terkena dampak bencana, mereka akan
dengan cepat bisa membangun kehidupannya menjadi normal kembali.
Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam ini mampu
meminimalisir korban dan dampak negatif akibat terjadinya bencana dari sekian banyak
bencana alam terutama bencana tanah longsor yang terjadi mengingat kondisi geografis,
geologis, hidrologis dan demografis Kabupaten Wonosobo yang potensial terjadi
bencana, baik yang disebabkan karena faktor alam, faktor non-alam maupun faktor
manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis yang dalam tingkat kondisi tertentu dapat
menghambat pembangunan daerah.
Tabel III.2
Capaian Kinerja Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum Dan Perlindungan
Masyarakat Tahun 2016 Berdasarkan Indikator RPJMD Kabupaten Wonosobo
Tahun 2016-2021
% Capaian
Capaian Capaian kinerja
NO Indikator Kinerja Program Target 2016
Kinerja 2015 Kinerja 2016 terhadap
target
1 Persentase kasus pelanggaran HAM
yang dilaporkan dan fasilitasi 100% 100% 100% 100,00
penyelesaiannya
2 Persentase Siskampling aktif 50% 50% 55% 110,00
3 Persentase FKDM yang aktif 65% 65% 65% 100,00
4 Persentase patroli siaga ketertiban
umum dan ketentraman masyarakat 75% 75% 75% 100,00
5 Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (
Ketertiban, ketentraman dan 85% 85% 85% 100,00
keindahan) di Kabupaten / kota
6 Angka kriminalitas yang tertangani 70% 70% 70% 100,00
7 Rasio kasus penyakit masyarakat/PEKAT
( pornografi, pornoaksi,
penyalahgunaan narkoba, perjusian 0,025 0,025 0,025 100,00
prostitusi, dan berbagai jenis pratik
asusila) per 1.000 penduduk
8 Cakupan Patroli siaga ketertiban umum
0,2 0,25 0,25 100,00
dan ketentraman masyarakat
36 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
% Capaian
Capaian Capaian kinerja
NO Indikator Kinerja Program Target 2016
Kinerja 2015 Kinerja 2016 terhadap
target
9 Cakupan rasio petugas Perlindungan
Masyarakat ( Linmas ) di 1,15 1,25 1,25 100,00
Kabupaten/kota
10 Rasio jumlah Polisi Pamong Praja Per
0,64 0,64 0,64 100,00
10.000 penduduk
11 Persentase Linmas terlatih 9% 9% 9% 100,00
12 Rasio Pos Siskampling per jumlah desa /
kelurahan 4,74 4,74 4,74 100,00
13 Persentase lembaga keagamaan dan
kemasyarakatan yang telah berbadan
hukum Indonesia yang mendapat 65% 68% 70% 102,94
bantuan pemerintah daerah.
14 Rasio tempat ibadah per satuan
penduduk (Jumlah tempat ibadah / 4,42 4,42 4,42 100,00
jumlah penduduk) x 1000
15 Persentase kecamatan yang sudah
memiliki pemetaan detail rawan 13% 27,50% 13% 47,27
bencana
16 Persentase Desa Rawan bencana yang
2% 5% 2% 40,00
terpasang EWS (early warning system)
17 persentase dokumen rencana
kontinjensi yang tersusun terhadap total 12,50% 25% 25% 100,00
jenis bencana
18 rapor ketangguhan bencana dtd baik sedang
19 Persentase dokumen jenis bencana yang
sudah tersusun dalam rencana 12.05 27% 12.05 185,92
kontinjensi
20 cakupan pelayanan bencana kebakaran 91% 92% 92% 100,00
21 Tingkat waktu tanggap (response time
30% 35% 35% 100,00
rate) daerah layanan WMK
22 Persentase desa siaga bencana 25% 28% 25% 89,29
Sumber : Kantor Kesbangpol dan Satpol PP Kab. Wonosobo
b. Urusan Kebudayaan
1) Program Pengembangan Nilai Budaya
Sesuai arah kebijakan yang telah dicanangkan Pemerintah Daerah, program ini
bertujuan untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang
mendukung toleransi dalam kehidupan keagamaan dan kemasyarakatan. Kegiatan
yang telah dilaksanakan guna mendukung program pengembangan nilai budaya
adalah:
− Fasilitasi Pentas Seni TMII Jakarta
Kegiatan ini merupakan ajang promosi seni dan budaya dengan menampilkan
kreatifitas seni budaya dan produk unggulan berbahan baku lokal. Kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2016 di TMII, Jakarta.
− Pentas Hari Jadi Wonosobo dan Birat Sengkolo
Kegiatan ini merupakan agenda tahunan untuk merayakan hari jadi Kabupaten
Wonosobo yaitu tanggal 24 Juli. Sebagai salah satu bentuk kegiatan pelestarian
budaya dan penghargaan kepada pendiri Kabupaten Wonosobo, serta dalam
rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Kabupaten Wonosobo, seperti tahun-
37 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
tahun sebelumnya, pada tahun 2016 ini Pemerintah Kabupaten Wonosobo
melaksanakan kegiatan Pentas Hari Jadi Wonosobo dan Birat Sengkolo, Festival
Kuda Kepang dan Festival Tari Pelajar.
− Parade Seni Dalam Rangka HUT Provinsi Jawa Tengah
Kegiatan ini merupakan partisipasi Kabupaten Wonsoobo dalam rangka
merayakan HUT Provinsi Jawa Tengah, yang telah dilaksanakan pada tanggal 22
Agustus 2016 di Magelang.
− Fasilitasi Pelaku Seni Budaya Melalui Festival Kuda Kepang
Festival Kuda Kepang telah dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2016 di Alun-
alun Wonosobo, yang diikuti oleh berbagai kelompok seni.
− Apresiasi Seni Pelajar Melalui Festival Tari Pelajar
Guna melestarikan seni budaya daerah dan menggali potensi dari pelajar, telah
dilaksanakan Festival Tari Pelajar pada tanggal 22 Desember 2016.
− Pentas Wayang Kulit RRI Purwokerto
Pentas Wayang Kulit telah dilaksanakan di Purwokerto pada tanggal 19 Desember
2016.
− Pengembangan dan Pelestarian Kesenian Tradisional Bundengan
Bundengan merupakan kesenian tradisional Kabupaten Wonosobo, pentas seni
bundengan telah dilaksanakan pada tanggal 29 Desember 2016.
− Promosi Budaya melalui Film Surga Menanti
Tabel III.3
Capaian Kinerja Urusan Kebudayaan Tahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJMD Kabupaten Wonosobo
Tahun 2016-2021
%Capaian
Capaian Capaian
Target kinerja
Indikator Kinerja Program Kinerja Kinerja
No 2016 terhadap
2015 2016
target
1 persentase kebudayaan /tradisi yg
ditetapkan sebagai tradisi /kebudayaan DTT 30% 80% 266,67
daerah
2 Persentase komunitas filantropi aktif DTT 40% 65% 162,50
3 Persentase penyelenggaraan festival
50% 55% 80% 145,45
seni dan budaya berbasis kearifan lokal
4 Rasio Benda Cagar Budaya Dalam
Kondisi Baik DTT 0,6 0,8 133,33
5 Persentase Benda/cagar budaya yang
dilestarikan 48% 49% 60% 122,45
6 Jumlah sarana penyelenggaraan seni
budaya 11 11 15 136,36
7 Rasio kelompok kesenian yang terdaftar
terhadap kelompok kesenian yang ada DTT 0,60 0,70 116,67
c. Urusan Sosial
1) Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya
Tujuan program ini adalah untuk mengurangi beban pengeluaran bagi
kelompok masyarakat miskin dan kurang mampu. Kegiatan yang telah dilaksanakan
38 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
yaitu: Pemberdayaan PMKS, Pendampingan Program Keluarga Harapan,
Pendistribusian Raskin dan Kegiatan Pasar Murah Menjelang Lebaran.
Kegiatan pemberdayaan PMKS dilaksanakan melalui kegiatan pembinaan terhadap
keluarga rawan sosial dan ekonomi dalam bentuk Kelompok Usaha Bersama bagi 100
KRSE (Kelompok Rawan Sosial Ekonomi).
39 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.4
Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Tahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJMD Kabupaten Wonosobo
Tahun 2016-2021
Capaian Target Capaian %Capaian kinerja
No Indikator Kinerja Program
Kinerja 2015 2016 Kinerja 2016 terhadap target
40 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.5
Capaian Misi 2
CAPAIAN
TARGET
INDIKATOR TARGET CAPAIAN S.D. 2016
TUJUAN SASARAN 2015 %CAPAIAN AKHIR
SASARAN 2016 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
Misi 2: Meningkatkan capaian kinerja dan pemajuan penyelenggaraan pemerintahan daerah
Meningkatkan kualitas tata 1 Meningkatnya Indeks
kelola pemerintahan daerah kualitas reformasi Reformasi 80,00 80,00 74,06 92,58 85 87,13
dan desa sesuai semangat birokrasi dan aparatur Birokrasi
Reformasi Birokrasi untuk pemerintahan daerah
perbaikan pelayanan publik dan desa yang Indeks
profesional, Kepuasan 69,02 70,00 73,53 105,04 80 91,91
transparan, bersih dan Masyarakat
melayani
41 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Dalam hal mengukur capaian indeks Reformasi Birokrasi, Pemerintah
Kabupaten Wonosobo pada tahun 2016, telah melakukan pengukuran Indeks
Reformasi Birokrasi di 15 Kecamatan dengan hasil 74,07%, nilai ini meningkat sebesar
4,07% dibandingkan kondisi tahun 2015 walaupun belum memenuhi target yang telah
ditetapkan. Untuk mewujudkan pemerintah yang bersih dari KKN, Pemerintah
Kabupaten Wonosobo berinisiasi membangun Zona Integritas, Pilot project dalam
zona integritas adalah OPD BKD Kabupaten Wonosobo Adapun untuk indikator
kepuasan masyarakat telah melampaui target yang selanjutnya harus terus
ditingkatkan sebagai “feedback” bagi peningkatan pelayanan terhadap masyarakat.
Berikut disampaikan urusan pemerintahan yang diselenggarakan guna
mencapai misi kedua yang telah ditetapkan dalam dokumen RPJMD 2016-2021
a. Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Kepegawaian Serta Pendidikan Dan Pelatihan
1) Program Peningkatan Disiplin Aparatur
Program ini bertujuan untuk meningkatkan tingkat kedisiplinan aparatur.
Berbagai kegiatan untuk meningkatnya disiplin aparatur diantaranya pengadaan
dan pemasangan finger print sejumlah 52 unit di semua OPD agar penerapan
absensi secara elektronik dapat mudah diakses oleh seluruh PNS yang ada di
Wonosobo, dan sidak PNS, sidak PNS merupakan kegiatan yang dilakukan setiap
tahun oleh Tim Sidak Kabupaten untuk mengetahui tingkat tertib jam kerja kantor
dan pelanggaran disiplin lainnya.
43 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Kinerja Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Kepegawaian dan
Diklat Tahun 2016 telah menunjukkan kinerja yang cukup baik, beberapa indikator
yang mengalami kemajuan dibandingkan tahun 2015 diantaranya persentase
capaian sasaran kinerja sebesar 82%. Sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah
No.46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi dan PERKA BKN No.1 Tahun 2013 setiap
PNS wajib menyusun SKP. Sasaran Kinerja Pegawai merupakan rencana operasional
pelaksanaan tugas pokok jabatan dengan mengacu pada Renstra dan Renja masing-
masing OPD yang berisikan tentang kegiatan yang akan dilakukan, hasil yang akan
dicapai, berapa yang akan dihasilkan dan kapan harus selesai.
44 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
2) Program Perencanaan Pembangunan Daerah
Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintah Daerah memerlukan
perencanaan yang akurat serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap
pembangunan yang dilakukannya. Dalam rangka memberikan arahan pembangunan
yang komperehensif baik secara fisik maupun non fisik dan dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan masyarakat, maka Pemerintah Kabupaten Wonosobo
melaksanakan Program Perencanaan Pembangunan Daerah dengan rincian
kegiatan sebagai berikut :
− Pelaksanaan Musrenbang RKPD Tahun 2018
− Pelaksanaan Musrenbang di 15 Kecamatan
− Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2018
− Pengembangan Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan dan Data
Terintegrasi
− Penyusunan RPJMD 2016-2021 dan Fasilitasi Penyusunan Renstra SKPD
− Penyusunan RKPD dan KUA PPAS (Perubahan 2016 dan Penetapan 2017)
− Koordinasi Monitoring dan Evaluasi Perencanaan dan Pelaksanaan
Pembangunan Daerah Tahun 2016
− Review RPJP Kabupaten Wonosobo
− Fasilitasi Laporan Terintegrasi (LKPJ, LPPD, EKPPD)
− Perencanaan T-1 Gambar dan RAB Renovasi Puskesmas
45 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
rangka pengembangan SIPP tersebut, Bappeda bekerja sama dengan PT Integra
Inovasi Indonesia Yogyakarta menyelenggarakan Pelatihan SIPP dengan
narasumber dari PT Integra Inovasi Indonesia dan didampingi oleh Super admin SIPP
Bappeda dalam pengentryan Renja SIPP, Penyusunan modul data primer oleh Tim
Penyusun Modul Data Primer yang terdiri dari Bappeda dan OPD yang telah
menerapkan SIM serta OPD yang terkait dengan data yg diperlukan dalam proses
perencanaan pembangunan Kabupaten Wonosobo. Alamat website SIPP
Kabupaten Wonosobo : www.renda.wonosobokab.go.id
RPJMD Tahun 2016 – 2021 merupakan tahap ketiga dari RPJPD Kabupaten
Wonosobo Tahun 2005 – 2025. Sementara itu Bupati dan Wakil Bupati terpilih
dilantik pada tanggal 17 Februari 2016, sehingga 6 bulan setelah Kepala Daerah
dilantik yaitu pada bulan Agustus 2016 RPJMD harus sudah tersusun. Tahapan dalam
proses penyusunan RPJMD Tahun 2016 – 2021 meliputi penelaahan dokumen yang
relevan, pengolahan data dan analisis sektoral, serta dialog yang melibatkan para
pemangku kepentingan (stakeholder) pembangunan.
Penyusunan KUA PPAS Perubahan Tahun Anggaran 2016 dan Penetapan 2017
mendasarkan pada program prioritas pembangunan yang tertuang dalam Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Wonosobo tahun 2017. KUA PPAS
Perubahan 2016 dan KUA PPAS Penetapan 2017 merupakan acuan dalam
penyusunan Rancangan APBD Perubahan Tahun Anggaran 2016 dan RAPBD
Penetapan 2017. Oleh karena itu pemerintah kabupaten Wonosobo melaksanakan
kegiatan Penyusunan RKPD dan KUA PPAS (Perubahan 2016 dan Penetapan 2017).
Kegiatan Perencanaan T-1 Gambar dan RAB Renovasi Puskesmas pada tahun
2016 merupakan tahap persiapan untuk mendukung terlaksananya renovasi 7
(tujuh) Puskesmas pada tahun 2017 antara lain, Puskesmas Kejajar 1, Puskesmas
Selomerto 2. Puskesmas Kertek 1, Puskesmas Sukoharjo 2, Puskesmas Leksono 2,
Puskesmas Sapuran dan Puskesmas Kepil 1. Hasil kegiatan ini berupa dokumen,
gambar dan RAB renovasi 7 (tujuh) Puskesmas tersebut.
47 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
− Fasilitasi Agropolitan
− Pembuatan Profil Potensi Daerah
50 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Provinsi) dan dana penunjang dari APBD Kabupaten. Kegiatan ini bertujuan
meningkatkan koordinasi, pengelolaan dan sinkronisasi Program Penanggulangan
Kemiskinan di Kabupaten Wonosobo dan meningkatkan kapasitas TKPKD.
Pelaksanaan kegiatan berupa studi banding kemiskinan ke Pemda Banyuwangi dan
penyusunan dokumen Laporan LP2KD dan dokumen Laporan Kinerja TKPKD.
Penyusunan dokumen Rencana Aksi Daerah (RAD) Pangan dan Gizi bertujuan
sebagai acuan SKPD dalam merencanakan program pangan dan gizi. Bentuk
kegiatan ini meliputi sosialisasi semua indikator program yang masuk dalam OPD
terkait dan penyusunan dokumen perencanaan RAD
53 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
c. Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Penelitian Dan Pengembangan
Kegiatan Optimalisasi Kreatifitas dan Inovasi Daerah di Kabupaten Wonosobo
merupakan kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan secara mandiri oleh
masyarakat dan menghasilkan produk-produk inovatif. Melalui ajang Lomba Krenova
(Kreatifitas dan Inovasi Masyarakat) para kreator dan inovator Kabupaten Wonosobo
diberi kesempatan untuk menampilkan produk-produk inovatif temuannya, baik
berupa produk baru maupun inovasi pengembangan terhadap produk yang sudah ada.
Lomba Krenova diselenggarakan rutin setiap tahun sejak tahun 2012 merupakan salah
satu wadah dan sarana untuk menggali dan menyalurkan berbagai ide, kreasi dan
inovasi masyarakat Wonosobo. Diharapkan dengan kegiatan ini, masyarakat
Wonosobo semakin gemar untuk berkreasi mencurahkan ide-ide baru serta melakukan
inovasi dalam berbagai sektor pembangunan sehingga diperoleh berbagai kemajuan
baru baik berupa ilmu pengetahuan, teknologi-teknologi terapan, maupun produk-
produk baru yang siap dipasarkan. Lomba Krenova tahun 2016 mengukuhkan enam
produk inovatif sebagai pemenang, yaitu :
1. Greened penyaring air dari sekam jerami oleh siswa-siswi SMAN Wadaslintang
sebagai pemenang pertama. Produk penyaring air ini sudah diproduksi dan dijual
kepada masyarakat luas dengan harga yang bersaing dibanding dengan produk
sejenis buatan luar negeri.
2. Alat tangkap serangga oleh Yudik Priyanto dari Selomerto sebagai pemenang
kedua. Alat ini sudah diujicoba di areal persawahan bawang merah dan masih
berupa prototype yang terus disempurnakan.
3. Mie Ongklok Instan oleh Desta Adi Hatmoko dari Wonosobo sebagai pemenang
ketiga. Mie ongklok yang merupakan makanan khas Wonosobo dan biasanya
hanya bisa dinikmati secara langsung di tempat penjualnya, diolah menjadi
makanan instan yang bisa dibawa kemana-mana sebagai oleh-oleh. Produk mie
ongklok instan ini telah diproduksi dan dipasarkan di berbagai toko oleh-oleh.
4. Sprayer elektrik oleh Agus Surono dari Wadaslintang, sebagai pemenang
keempat. Sprayer elektrik ini merupakan alat bantu dalam pengolahan pertanian
untuk menyemprot pestisida yang dimodifikasi menggunakan tenaga baterai
sehingga lebih mudah digunakan. Produk ini masih berupa prototype yang masih
terus disempurnakan.
5. Kerajinan tangan miniatur kendaraan oleh Jumal sebagai pemenang kelima,
merupakan kerajinan yang dibuat secara hand made berupa miniatur kendaraan
seperti bis, mobil dan dokar. Produk kerajinan ini sudah diproduksi dan
dipasarkan kepada masyarakat luas.
6. Jemuran elektrik oleh Agus Suja’i sebagai pemenang keenam, merupakan alat
untuk menjemur pakaian menggunakan tenaga listrik untuk menjawab
kebutuhan masyarakat Wonosobo yang kadang mengalami kesulitan dalam
menjemur pakaiannya karena kondisi cuaca yang didominasi oleh hujan. Produk
ini masih berupa prototype yang masih terus disempurnakan.
Dalam kegiatan Fasilitasi Riset dan Inovasi Daerah telah dilakukan beberapa riset
dan kajian, salah satu diantaranya dalah Kajian Geopark Dieng. Geopark merupakan
taman bumi atau kawasan wisata geologi yang memadukan keragaman geologi, hayati
dan budaya dan saat ini telah resmi menjadi program UNESCO. Melalui kajian ini
dilakukan identifikasi terhadap geosite dan geoheritage (warisan geologi) serta sosial
heritage dan cultur diversity (lingkungan sosial dan warisan budaya) sebagai
pendukung untuk dikukuhkannya Dieng sebagai Geopark Nasional yang nantinya akan
diusulkan untuk diakui dan menjadi anggota UNESCO Global Geopark (UGG).
54 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Salah satu kegiatan riset bidang lingkungan hidup adalah Kajian Kerusakan
Lingkungan Akibat Pertambangan Minerba. Kajian ini dilakukan terutama mengingat
sektor pertambangan terutama galian C intensitasnya cukup tinggi dan sebarannya
cukup luas di Kabupaten Wonosobo. Hasil kajian dapat disimpulkan bahwa di banyak
lokasi penambangan kerusakan lahan yang ditimbulkan sudah masuk kategori rusak
berat sedangkan di beberapa lokasi lainnya masuk kategori rusak sedang.
Rekomendasi yang disarankan untuk meminimalisir dampak kerusakan lahan adalah
dengan melakukan upaya reklamasi dengan memanfaatkan lahan bekas galian menjadi
rest area, pertanian maupun permukiman serta penanaman tanaman keras di areal
penambangan sesuai dengan tanaman aslinya.
Penelitian dan Pengembangan yang telah dilakukan selama tahun 2016 dilakukan
oleh beberapa Organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten Wonosobo baik dengan
menfasilitasi masyarakat yang melakukan inovasi produk secara mandiri maupun
dengan melakukan riset bekerjasama dengan lembaga lain. Berbagai kegiatan riset
maupun kajian yang dilakukan menghasilkan beberapa produk inovasi baru maupun
rekomendasi-rekomendasi kebijakan yang bermanfaat untuk kegiatan perencanaan
dan pembangunan selanjutnya.
56 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel. III.11
Capaian Kinerja Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan
Bidang Keuangan Tahun 2016
Capaian Kinerja
Sedang
1 Opini BPK WDP WDP -
proses audit
Persentase Pelaporan
2 Capaian Kinerja dan 65% 100% 90% 90,00
Keuangan tepat waktu
3 Predikat SAKIP C B CC
Persentase tersedianya 7
layanan informasi jasa
konstruksi tingkat
4 75% 80% 80% 100,00
kabupaten pada Sistem
Informasi Pembinaan Jasa
Konstruksi (SIPJAK)
Persentase tersedianya
layanan IUJK dengan waktu
5 penerbitan paling lama 10 100% 100% 100% 100,00
hari kerja setelah
persyaratan lengkap
Persentase ketepatan
waktu penyampaian
6 laporan keuangan dan 90% 100% 90% 90,00
kinerja berdasarkan PP
No.58 Tahun 2005
Persentase ketepatan
waktu penyampaian
7 laporan 100% 100% 90% 90,00
pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD
Persentase SKPD yang
8 melaporkan inventaris 55% 70% 80% 114,29
barang tepat waktu
Persentase belanja pegawai
9 55% menurun 47,54% menurun
terhadap total belanja
Perrsentase realisasi
10 47% 75% 73,57% 98,09
belanja modal
Persentase realisasi belanja
11 DTD 100% 97,86% 97,86
pemeliharaan infrastruktur
Persentase belanja modal
12 terhadap total belanja 16,38% meningkat 17,12% meningkat
daerah
Persentase belanja barang
13 dan jasa terhdap total 14,16% meningkat 19,25% meningkat
belanja
Persentase realisasi belanja
14 85% 90% 85,54% 95,04
barang dan jasa
57 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Capaian Kinerja
58 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Penyusunan Reviu LKPD/SKPD se-Kabupaten Wonosobo Tahun 2016,
dilaksanakan dengan melakukan pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan 25 OPD
di Kabupaten Wonosobo. Dengan kegiatan ini diharapkan Laporan Keuangan
Daerah Tahun Anggaran 2016 yang disampaikan telah berdasarkan Sistem
Pengendalian Intern (SPI) yang memadai dan sesuai Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP).
Capaian fungsi lain urusan pemerintahan bidang pengawasan pada akhir tahun
2016 jika dilihat dari Indikator Kinerja Berdasarkan RPJMD Kabupaten Wonosobo
Tahun 2016-2021 dapat dilihat pada tabel berikut:
60 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel. III. 12
Capaian Kinerja Fungsi Lain Urusan Pemerintahan Bidang Pengawasan Tahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021
Capaian Kinerja
No. Indikator Kinerja Program Capaian Tahun Capaian Tahun 2016
2015
1 Persentase tindak lanjut hasil 71,45% - Persentase Tindak Lanjut
pemeriksaan aparatur internal dan atas pemeriksaan Inspektorat
BPK Kabupaten Wonosobo:
57,58%
- Persentase Tindak Lanjut
atas pemeriksaan Inspektorat
Provinsi Jawa Tengah: 88,73%
- Persentase Tindak Lanjut
atas pemeriksaan BPK : 70,15%
2 Level APIP 1 1,3
3 Persentase kasus yang dilaporkan DTD Belum ada
melalui whistle blowing system
4 Persentase OPD yang menerapkan 0% 0%
SPIP
Sumber: Inspektorat, 2017
Untuk capaian level APIP Tahun 2016 dibandingkan tahun 2015 mengalami
peningkatan sebesar 0,3 dibandingkan tahun 2015 yaitu 1,3, namun masih 1,3 Initial
artinya APIP belum dapat memberikan jaminan atas proses tata kelola sesuai
peraturan dan belum dapat mencegah korupsi.
61 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel. III.13
Matriks Permasalahan dan Solusi
Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Pemerintahan Bidang Pengawasan
No Permasalahan Solusi
1 Kemauan OPD menindaklanjuti terhadap Pimpinan OPD lebih berkomitmen dalam
hasil temuan/ pemeriksaan aparatur menindaklanjuti rekomendasi hasil
internal maupun Eksternal BPK rendah pemeriksaan internal (Inspektorat
Kabupaten dan Inspektorat Provinsi) dan
eksternal (BPK)
2 Kurangnya kesadaran akan pentingnya tata Memperkuat Tata kelola tertib administrasi
kelola tertib administrasi sebagai indikator Pemerintahan
pelevelan APIP, sehingga indikator
pelevelan APIP yang sudah dilaksanakan
diadministrasikan dengan baik
3 Kurangnya koordinator dengan BPKP, Menjalin kerjasama dan koordinasi yang baik
sehingga hal-hal yang menjadi indikator dengan BPKP sehingga indikator pelevelan
pelevelan APIP kurang dipahami APIP dapat dipahami
4 Belum semua OPD membentuk satgas SPIP Melakukan pendampingan dengan BPKP ke
seluruh SKPD dalam penerapan SPIP secara
bertahap
62 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Nomor 4 tahun 2016 tentang Pengelolaan sampah. Diharapkan dengan telah
tersosialisasikannya kedua perda tersebut, masyarakat dapat memahami hak dan
kewajibannya terkait kedua perda tersebut. Sesuai dengan amanat Peraturan
Menteri Keuangan Nomor Nomor 28/PMK.07/2016 Tentang Penggunaan,
Pemantauan, dan Evaluasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau maka sosialisasi
terhadap peraturan tersebut telah dilakukan pada bulan Juli-September 2016.
Kegiatan reses DPRD dilaksanakan oleh semua anggota DPRD baik unsur
pimpinan maupun anggota pada daerah pemilihan masing-masing untuk menyerap
aspirasi masyarakat yang diharapkan anggota DPRD dapat menyalurkan aspirasi
masyarakat. Reses dilakukan pada bulan Maret 2016. Hasil dari reses tersebut
diharapkan menjadi salah satu input kegiatan untuk penyusunan dokumen
perencanaan RKPD tahun 2017.
Dalam rangka mendukung kinerja bagi pimpinan dan anggota DPRD dan
anggota komisi maka pada tahun 2016 dilaksanakan kegiatan Pengadaan Buku Kerja
63 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
DPRD Kab. Wonosobo dan Pengadaan buku Kinerja Komisi DPRD.Capaian Kinerja
Fungsi Lain Hukum Dan Penataan Peraturan Perundang-Undangan termuat dalam
tabel berikut :
Tabel III.14
Capaian Kinerja Fungsi Lain Hukum Dan Penataan Peraturan Perundang-Undangan
berdasarkan Indikator RPJMD 2016-2021
%Capaian
dibandingkan
No Indikator Kinerja Program Capaian 2015 Capaian 2016 dengan
tahun
sebelumnya
1 Rasio realisasi Propemda 13/22= 295,45
5/25
0,59
2 Persentase raperda yang disetujui DPRD 100% 100% 100
3 Rasio perda yang dibatalkan terhadap Raperda 0
DTD-data
dan raperbup yang ditetapkan menjadi perda 0
tidak tersedia
dan perbup
4 Persentase perbup yang ditetapkan terhadap 600
10% 60%
jumlah perbup amanat perda
5 Persentase Raperda inistiatif yang dihasilkan 200
2 4
oleh DPRD
6 Persentase keputusan/ peraturan DPRD yang (18/19*100)= 378,92
25
dihasilkan oleh DPRD 94,73
Sumber : 1. Bag. Hukum Setda Kab. Wonosobo, 2017
2. Sekretariat DPRD Kab. Wonosobo, 2017
Untuk mengetahui kinerja urusan ini ditetapkan beberapa indikator yang dapat
dilihat seperti dibawah ini :
Tabel III.16
Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tahun 2015 - 2016
Berdasarkan RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2015-2021
% Capaian
Capaian Target Capaian
NO Indikator Kinerja Program kinerja
Kinerja 2015 2016 Kinerja 2016
terhadap target
Persentase desa dengan tipe
1 1,89 6 6,35
swasembada 105,83
2 jumlah BUMDes 20 20 56 280,00
3 Persentase BUMDes aktif 75 78 83 106,41
Persentase pendampingan dalam
pemberdayaan masyarakat yang
4 DTD 20 10
berkelanjutan terhadap kemitraan
pemberdayaan (min 2 tahun) 50,00
Jumlah Badan Kerjasama Antar Desa
5 15 15 15
(BKAD) 100,00
6 Persentase pokmas aktif DTD 40 30 75,00
Persentase nilai swadaya masyarakat
7 DTD 2 4,7
terhadap total nilai APBDes 235,00
Persentase Desa yang memiliki proporsi
8 anggaran swadaya >20% dalam total DTD 2 4,23
APBDes 211,50
Persentase desa yang menetapkan
9 75 100 100
APBDes tepat waktu 100,00
Persentase desa yg menyampaikan
laporan keterangan
10 75 100 100
pertanggungjawaban penyelenggaraan
pemerintahan kepada BPD tepat waktu 100,00
66 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
persentase desa yg menyampaikan
11 laporan penyelenggaraan pemerintahan 99 100 100
kepada bupati tepat waktu 100,00
persentase desa yg menyampaikan
12 laporan penyelenggaraan pemerintahan DTD 100 100
kepada masyarakat tepat waktu 100,00
Persentase Desa yang
13 menginformasikan Rencana 70 100 100
pembangunan desa di ruang public 100,00
Persentase desa yang menetapkan
14 75 100 100
APBDes tepat waktu 100,00
Sumber : Kantor Pemberdayaan Masyarakat, 2016 dan Bagian Pemerintahan Setda, 2016
Dari tabel diatas terlihat bahwa terjadi peningkatan strata desa swasembada dari
1,83 % menjadi 6,35 % atau 15 desa swasembada. Hal ini menunjukan adanya
perkembangan desa baik dilihat dari kemudahan pemenuhan kebutuhan pokok,
alat-alat teknis yang digunakan, keberadaan lembaga-lembaga ekonomi, sosial dan
kebudayaan, keheterogenitas jenis mata pencaharian, tingkat pendidikan dan
kesadaran tentang kesehatan serta kehidupan perekonomian penduduk.
3. Masih kurangnya akses/informasi bagi masyarakat Perlunya media informasi dan komunikasi
desa mengenai program pemberdayaan masyarakat yang efektif bagi masyarakat atas akses
desa; informasi program pemberdayaan
masyarakat desa.
h. Urusan Statistik
1) Program Pengembangan Data dan Informasi/Statistik Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional disebutkan bahwa perencanaan
pembangunan daerah harus didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan, dan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah Pasal 247 disebutkan pula perencanaan pembangunan
daerah didasarkan pada data dan informasi yang dikelola dalam sistem informasi
pembangunan Daerah. Selain itu penyusunan Sistem Informasi Pembangunan
Daerah juga berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun
2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah.
67 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Sistem Informasi Pembangunan Daerah atau yang disingkat SIPD ini
merupakan instrumen pendukung program pembangunan daerah yang amat
penting dan strategis sebagai upaya memperkuat perencanaan pembangunan
daerah. SIPD merupakan sistem pengelolaan data informasi untuk mendukung
perencanaan, pengendalian dan analisa kinerja daerah dengan pemanfaatan sistem
informasi.
SIPD ini merupakan dokumen hasil pengolahan data dan informasi yang
berasal dari seluruh SKPD dan instansi vertikal di Kabupaten Wonosobo.
Pengembangan sistem ini secara umum diharapkan akan dapat meningkatkan
kapasitas Kabupaten Wonosobo dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan daerah. Sasaran yang diharapkan dari Pengembangan SIPD
Kabupaten Wonosobo Tahun 2016 yaitu : rapat Koordinasi Kelompok Kerja
Pengumpulan Data, pengumpulan dan pengolahan 8 (delapan) kelompok data di
Kabupaten Wonosobo berbasis 15 kecamatan (sesuai Form Data Sistem Informasi
Data dari Pusat/Kementrian Dalam Negeri), mengentry/updating 8 kelompok data
Kabupaten Wonosobo Tahun 2016 secara online melalui jaringan
www.sipd.bangda.depdagri.go.id, Update peta profil daerah, dan Penyusunan Buku
Profil Daerah Tahun 2016 berisi analisis 8 kelompok data profil daerah yang
dilengkapi dengan gambar, tabel dan foto yang meliputi : data umum, ata sosial
budaya, data sumber daya alam, data infrastruktur, data industri, perdagangan,
lembaga keuangan, koperasi, usaha dan investasi, data ekonomi dan keuangan,
data politik, hukum dan keamanan, data insidensial
68 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.18
Capaian Kinerja Urusan Statistik Tahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJMD 2016-2021
% Capaian
Capaian Capaian dibandingkan
No Indikator Kinerja Program
2015 2016 tahun
sebelumnya
1 Jumlah publikasi data/dokumen hasil 25,00
riset/kajian atau produk administrasi yang diakui 4 1
BPS
2 Persentase publikasi data/dokumen hasil 100,00
riset/kajian atau produk administrasi yang diakui 10% 10%
BPS
3 Persentase PD yang memutakhirkan informasi 55,55
60% 33,33%
publik berkala
4 Persentase PD yang menyediakan informasi 108,33
60% 65%
publik wajib setiap saat
5 Persentase Publikasi data/ kajian wajib yang 60% 65% 108,33
diupdate
Sumber : Bappeda Kab. Wonosobo, 2017
Dalam melaksanakan urusan Statistik, beberapa permasalahan dan solusi yang perlu
diupayakan yaitu :
Tabel III.19
Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Statistik
No Masalah Solusi
1. Data tidak akurat dan berubah-ubah sehingga Sinergitas dan sikronisasi pengelolaan data
menyulitkan di dalam penyusunan rencana dan informasi pembangunan daerah
pembangunan
2. − Masalah ketersedian (avaibility) data Pengembangan sistem informasi dalam
yang masih rendah. Hal ini disebabkan pengelolaan data dan informasi
antara lain karena penyimpanan dan pembangunan daerah melalui Program Satu
pengolahan data masih berlangsung Data Untuk Pembangunan adalah untuk
secara manual/semi manual sehingga mewujudkan kesatuan data dan informasi
proses berlangsung dengan lambat. untuk keperluan penyusunan kebijakan dalam
Beberapa OPD memang telah mulai proses pembangunan. Sedangkan tujuannya
membangun aplikasi yang berupa sistem adalah mewujudkan pengelolaan data dan
informasi untuk mendukung informasi pembangunan, sebagai bagian
pengelolaan data di internal OPD-nya. dalam penyusunan kebijakan pembangunan
− Input data yang bersumber dari OPD daerah dan pelayanan publik, dalam satu
seringkali menunjukkan adanya sistem dan mekanisme yang terintegrasi.
perbedaan secara kuantitas maupun
kualitasnya, sehingga sering diragukan
validitasnya serta keterbatasan
keragaman jenis datanya
3. Masih minimnya sumber daya manusia, Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber
tenaga ahli dalam pengelolaan data dan daya manusia pengelola data dan informasi
informasi pembangunan daerah
4. Metodologi dan mekanisme pengumpulan Pengembangan metodologi analisis data dan
data yang belum terstruktur dengan baik informasi pembangunan daerah;
5. Metadata tidak melekat ke data. Dalam Bila metadata melekat ke data, pengguna
banyak sekali kasus, data tidak dilengkapi data dapat sekaligus akses data berikut
dengan metadata dari data tersebut. metadatanya. Metadata melekat ke data
Penyebabnya adalah metadata tidak diperlukan untuk memudahkan penelusuran
69 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
No Masalah Solusi
diproduksi dari setiap data, dan kalaupun metodologi dibalik produksi data atau
diproduksi, tidak melekat ke data secara perubahan-perubahan yang terjadi atas data
manunggal dan otomatis. tertentu karena perlakuan metodologis dan
perubahan yang dilakukan terdokumentasi
dalam metadata data tersebut. Dari segi
pengelolaan data, metadatamelekat akan
membantu, misalnya, menjamin informasi
yang baku tentang data bersangkutan tetap
tersedia dan bisa cepat dipanggil ketika
terjadi pergantian (turnover) staf
penanggungjawab data tertentu
i. Urusan Persandian
Penyelenggaraan persandian yang dilakukan baik di pusat maupun di daerah
adalah upaya untuk menanggulangi kerawanan terhadap data dan informasi yang
masih belum optimal. Kegiatan persandian diarahkan untuk menjaga kerahasiaan
(confidentiality), keutuhan (integrity), keaslian (authentication), dan tidak ada
pengingkaran (non repudiation) informasi yang disandikan. Kebijakan keamanan dan
pengamanan informasi harusnya berada dalam suatu tatanan sistem yang terintegrasi
dan terkoordinasi dari mata rantai kebijakan pemerintahan. Adapun capaian kinerja
urusan persandian berdasarkan pada indikator RPJMD 2016-2021, terdapat dua
indikator yang mencapai target tahun 2016 yaitu rasio jenis informasi yang diamankan
dengan persandian telah mencapai 1. Dimana ada 8 (delapan) jenis informasi yang telah
diamankan dengan persandian yaitu :
1. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi
public dapat menghambat proses penegakan hukum.
2. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi
public dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan
intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha.
3. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi
public dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara.
4. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi
public dapat mengungkapkan kekayaan alam Indonesia.
5. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi
public dapat merugikan ketahanan ekonomi nasional.
6. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepadapemohon informasi
public dapat mengungkap rahasia pribadi.
7. Memorandum atau surat-surat antar-badan publiK atau intra badan publik, yang
menurut sifatnya dirahasikan kecuali atas putusan Komisi Informasi atau
pengadilan.
8. Informasi yang tidak boleh diungkap berdasarkan Undang-Undang.
Sedangkan indikator rasio konten informasi dari setiap jenis informasi yang
diamankan dengan persandian juga telah mencapai target tahun 2016 yaitu dengan
rasio 1, antara lain:
1. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi
public dapat menghambat proses penegakan hukum.
1) Proses pemeriksaan penyelenggaraan pemerintahan.
2) Proses peradilan yang belum ditetapkan pengadilan (belum mempunyai
kekuatan hukum tetap/inkraacht).
70 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
3) Hasil pemeriksaan khusus terhadap kasus indisipliner PNS dan perceraian PNS.
4) Berkas perkara pelanggar perda.
5) Rencana kegiatan operasi/pengamanan.
2. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi
public dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual
dan perlindungan dari persaingan usaha.
1) Dokumen pengadaan/pemeriksaan barang/jasa.
2) Rincian harga perkiraan sendiri (HPS).
3) Laporan hasil pemeriksaan perusahaan.
4) Surat pengajuan hak merk, cipta, paten, dan desain yang masih dalam proses
Kemenkumham.
5) Data stok gula kristal putih.
6) Surat pengaduan masalah ketenagakerjaan.
7) Pengaduan perselisihan hubungan perindustrian.
8) Data pribadi pemohon yang mengajukan ijin usaha.
9) Data primer perusahaan (modal perusahaan, kekayaan, rekening dan pajak).
10)Naskah ujian CPNS, ujian nasional dan ujian sekolah/lembaga.
3. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi
public dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara.
1) Kegiatan intelijen terkait ideologi, politik, sosial, budaya dan penanganan kasus
yang mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.
2) Data spesifikasi sarana komunikasi persandian.
3) Perangkat khusus persandian.
4) Kunci sistem sandi.
5) Data penempatan jaringan, peralatan dan tempat kegiatan sandi.
6) Data jalur komunikasi VVIP.
7) Berita sandi.
8) Frekuensi radio komunikasi persandian.
4. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi
public dapat mengungkapkan kekayaan alam Indonesia.
1) Hasil eksplorasi detail (koordinat potensi bahan tambang, kualitas dan kuantitas
komoditas tambang).
2) Laporan studi kelayakan (nilai ekonomis komoditas tambang, perkiraan jumlah
cadangan, kualitas bahan tambang dan sebaran)
3) Laporan evaluasi kegiatan pertambangan.
4) Data potensi air tanah.
5. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi
public dapat merugikan ketahanan ekonomi nasional.
1) Rencana pembelian tanah dan properti oleh perusda.
2) Laporan keuangan perusda yang belum diaudit, laporan rugi/laba dan laporan
neraca.
3) Surat-surat dokumen Anggaran dan Otoritasnya
4) Rencana tukar menukar / pemindahtanganan aset daerah.
5) Usulan penetapan upah minimum kabupaten oleh bupati kepada gubernur.
6) Data sertifikat tanah hak pakai dan HPL, tanah negara, tanah obyek land reform,
tanah HGU dan tanah terlantar.
7) Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
(PPAS).
6. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepadapemohon informasi
public dapat mengungkap rahasia pribadi.
1) Data pribadi PNS.
71 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
2) Data pribadi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
3) Identitas korban tindak kekerasan.
4) Alamat shelter (tempat penampungan) korban yang sedang ditangani atau
diberikan pendampingan.
5) Data wajib pajak.
6) Data medis pasien.
7) Data pribadi masyarakat yang menderita masalah gizi.
8) Data penderita HIV/AIDS
9) Data pribadi pemohon administrasi kependudukan.
10)Daftar orang yang terkait G 30 S PKI dan organisasi terlarang lainnya.
7. Memorandum atau surat-surat antar-badan public atau intra badan publik, yang
menurut sifatnya dirahasikan kecuali atas putusan Komisi Informasi atau
pengadilan.
1) MoU / SPK yang masih dalam proses.
2) Daftar Penilaian Pekerjaan Pegawai (DP3) dan hasil evaluasi kinerja pegawai
melalui Sarasan Kinerja Pegawai (SKP).
3) Daftar usulan mutasi dan pengangkatan PNS dalam jabatan.
4) Bahan rapat dan berita acara Baperjakat.
5) Rancangan dan Surat Keputusan (SK) jabatan struktural sampai dengan
pelantikan.
6) Data hasil penilaian uji kompetensi PNS.
8. Informasi yang tidak boleh diungkap berdasarkan Undang-Undang
1) Sistem keamanan website/aplikasi online (akun administrasi).
2) Login administrator website/kode akses elektronik.
3) Security network.
4) Manajemen bandwith.
5) Lokasi server.
6) IP Address Private.
7) Sistem manajemen database.
Tabel III.20
Capaian Kinerja Urusan Persandian Berdasarkan
Indikator RPJMD 2016-2021
Capaian
No Indikator Kinerja Program
2015 2016
1 Rasio perangkat daerah yang yang
menggunakan persandian untuk DTD-data tidak 20/39=
mengamankan setiap jenis informasi yang tersedia 0,53
wajib diamankan
2 Rasio jenis informasi yang diamankan dengan DTD-data tidak 8/8=
persandian tersedia 1
3 Rasio konten informasi dari setiap jenis DTD-data tidak 57/57=
informasi yang diamankan dengan persandian tersedia 1
Sumber : Bappeda Kab. Wonosobo, 2017
Apabila ditinjau dari tabel di atas, juga dapat diketahui bahwa Rasio perangkat
daerah yang yang menggunakan persandian untuk mengamankan setiap jenis
informasi yang wajib diamankan mencapai angka 0,53 dimana terdapat 20 dri 39 OPD
yang telah melakukan pengamanan setiap jenis informasi yang wajib diamankan yaitu
Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat, Bappeda, dan Kantor Admistrasi
Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta 15 (lima belas) kecamatan.
72 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Dalam melaksanakan urusan Persandian, beberapa permasalahan dan solusi
yang perlu diupayakan yaitu :
Tabel III.21
Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Persandian
No Masalah Solusi
1 Masalah keamanan sering kali kurang Meningkatkan kesadaran akan pentingnya
mendapat perhatian dari para pemilik dan pengamanan informasi melalui sosialisasi
pengelola sistem informasi, sering kali pengenalan persandian baik melalui diklat,
masalah keamanan berada diurutan kedua, seminar dan pelatihan
bahkan diurutan terakhir dalam daftar hal-
hal yang dianggap penting bahkan apabila
mengganggu kinerja dari sistem, seringkali
keamanan dikurangi atau ditiadakan.
2 Keterbatasan SDM sandi yang dimiliki Menganalisis, mengklasifikasikan informasi
pemda dan keterbatasan kemampuan lalu menyandikan informasikan sesuai dengan
dalam pengelolaan informasi berklasifikasi kebutuhannya dan memberikan pengamanan
kepada database/bank data dengan
mempertimbangkan kecepatan akses dan
personal yang akan mengakses informasi
tersebut
Pengelolaan informasi berklasifikasi di pemda
yaitu pembuatan, pengiriman, penyimpanan
informasi berklasifikasi di luar fungsi sandi
belum teramankan; berklasifikasi yang
dimiliki pemda.
j. Urusan Kearsipan
1) Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan
Program ini bertujuan untuk melakukan peningkatkan sistem administrasi
kearsipan di masing-masing OPD, Sekolah dan Desa, melalui Kegiatan: Pengadaan
buku/revisi pedoman Kearsipan berupa Klasifikasi Arsip dengan hasil 1 (satu)
pedoman, Kajian Sistem Informasi Kearsipan berupa Penyusunan Naskah Akademik
Raperda Penyelenggaraan Kearsipan dengan hasil 1 (satu) Naskah Akademik, Bintek
Kearsipan bagi TU SMP Negeri dengan sasaran 38 orang dari 18 SMP Negeri.
Tabel III.22
Capaian Kinerja Urusan Kearsipan Tahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJMD 2016-2021
Kondisi
Kinerja pada 2016
No Indikator Kinerja Program
Awal RPJMD
2015 Target Capaian
1 Pengelolaan Arsip Secara Baku 82,50 % 86 % 90 %
74 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Kondisi
Kinerja pada 2016
No Indikator Kinerja Program
Awal RPJMD
2015 Target Capaian
3 Persentase PD yang Telah 0,026 % 5% 0,026 %
Menerapkan Tata Naskah Dinas
Elektronik
4 Persentase Website PD yang DTD 50 % -
Memiliki Menu Pengaduan
Masyarakat
5 Persentase Pelaksanaan Sistem DTD 25 % 90 %
Kearsipan Sesuai Norma, Standar,
Prosedur dan Kriteria (NSPK)
Sumber: Kantor Arpusda, 2016
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa Pengelolaan Arsip Secara Baku
dan Pelaksanaan Sistem Kearsipan Sesuai Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria pada
tahun 2016 sudah mencapai 90 %, tetapi OPD, Desa/Kelurahan yang Dibina dalam
Pengelolaan Arsip Dinamis masih belum ada pembinaan secara menyeluruh dan PD
yang Telah Menerapkan Tata Naskah Dinas Elektronik masih belum mencapai satu
persen (1%) karena hanya sebatas penggunaan surat elektronik saja, sedangkan
Website PD yang Memiliki Menu Pengaduan Masyarakat masih belum tercapai
(belum ada menu pengaduan masyarakat).
Beberapa permasalahan yang dihadapi dan solusi yang dapat dilakukan dalam
rangka pelaksanaan Urusan Kearsipan antara lain :
Tabel III.23
Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Kearsipan
No Masalah Solusi
1. Belum terlaksananya Tata Naskah Memberikan sosialisasi bahwa Tata Naskah Dinas
Dinas Elektronik secara menyeluruh elektronik/e-Arsip sudah saatnya dilaksanakan untuk
peningkatan manajemen dan pengelolaan kearsipan
2. Masih adanya paradigma yang Perubahan goodwill dari berbagai pihak, khususnya
menempatkan arsip sebagai posisi eksekutif dan legislatif untuk menciptakan iklim yang
marginal dan membebankan tugas kondusif bagi pelaksanaan kearsipan di daerah yang
kearsipan pada petugas arsip atau memiliki daya dukung dalam manajemen informasi
arsiparis semata daerah
Pengelolaan arsip harus diarahkan untuk
memberdayakan arsip sebagai tulang punggung
manajemen modern dan pendayagunaan aparatur
daerah, dalam artian pengelolaan arsip di instansi
pemerintah daerah diarahkan agar arsip menjadi
sumber informasi bagi manajemen atau decision
maker
3. Kurangnya apresiasi OPD terhadap Memberikan dorongan agar setiap instansi
bidang kearsipan yang menjadikan melaksanakan tata kearsipan secara benar sehingga
arsip tidak mendapat perhatian berdaya guna dan berhasil guna
secara proporsional sehingga Mengembangkan pengawasan dan monitoring tata
penataan dan penyimpanan arsip kearsipan di masing-masing OPD
belum sesuai dengan kaidah atau Mengembangkan situasi kondisi untuk pelaksanaan
aturan kearsipan yang baku manajemen kearsipan melalui penyelenggaraan
apresiasi kearsipan, penyuluhan, pendidikan dan
latihan, pameran serta seminar
75 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
No Masalah Solusi
4. Masih terbatas dan belum Optimalisasi sarana kearsipan di masing-masing OPD dan
terstandarisasinya sarana kearsipan pemenuhan kebutuhan sarana seperti depo arsip, sarana
di masing-masing OPD sehingga penyimpanan, pemeliharaan, perawatan dalam rangka
menyebabkan arsip tidak tertata pelestarian arsip yang memadai dan memenuhi standar
secara sistematis (tidak sesuai dgn kondisi lingkungan yang aman untuk menjamin
prosedur yg ditetapkan) keselamatan dan keutuhan arsip
5. Belum adannya aturan yang tegas Perlu dibuat Perda Tentang Kearsipan serta peraturan
pada tataran operasional bidang pelaksananya
kearsipan sehingga belum bisa
menerapkan sanksi terhadap
pelanggaran di bidang kearsipan
k. Urusan Transmigrasi
1) Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi
Pada tahun 2016, urusan pilihan transmigrasi dilaksanakan melalui satu
program, yaitu Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi, yang kemudian
diimplementasikan dengan tiga kegiatan yaitu : Peningkatan Pelayanan
Pemberangkatan Transmigrasi Umum dan Transmigrasi Swakarsa, Penjajagan
Kesepakatan Kerjasama (MoU) Bidang Ketransmigrasian dengan Daerah
Penempatan Transmigran, serta Monitoring dan Evaluasi Penempatan Transmigrasi.
1. Jumlah pendaftar tidak sebanding dengan Perlu peningkatan alokasi jumlah transmigran
kuota penempatan yang ditetapkan. serta kualitas dan produktivitas tenaga kerja
transmigran melalui peningkatan sumberdaya
manusia sehingga memiliki daya saing tinggi,
pengembangan serta pemanfaatan teknologi
unggulan dan spesifik sesuai dengankebutuhan
di lokasi transmigrasi.
l. KerjasamaDaerah
Kegiatan Fasilitasi Kerjasama dengan Perguruan Tinggi merupakan fasilitasi
kegiatan Kuliah Kerja Nyata yang dilakukan oleh para mahasiswa berbagai perguruan
tinggi yang melakukan kegiatan KKN di Kabupaten Wonosobo. Bentuk fasilitasi berupa
konsultasi dalam penentuan lokasi KKN, penentuan program kegiatan KKN, serta
78 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
dukungan terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat di lokasi KKN. Lokasi KKN
ditentukan bersama antara pihak perguruan tinggi dan juga Pemkab Wonosobo yaitu
dengan memperhatikan program kerja KKN dan juga disesuaikan dengan program-
program pembangunan daerah. Untuk KKN tahun 2016 wilayah yang
direkomendasikan menjadi lokasi KKN adalah desa-desa yang masuk dalam kategori
desa dengan angka kemiskinan sedang dan tinggi, dengan harapan kegiatan KKN yang
dilaksanakan bisa turut membantu mengurangi angka kemiskinan yang menjadi salah
satu agenda utama pembangunan di Wonosobo. Selama tahun 2016 beberapa
perguruan tinggi yang melaksanakan KKN di Wonosobo diantaranya : ISI Surakarta,
UNS Surakarta, UGM Yogyakarta, UNNES Semarang, STIE Tamansiswa Banjarnegara,
AKPER Pemprov Jateng di Wonosobo dan UNSIQ Wonosobo. Berbagai kegiatan KKN
yang telah dilakukan oleh para mahasiswa berbagai perguruan tinggi secara langsung
dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang menjadi lokasi KKN dan diharapkan
bisa mendukung pencapaian berbagai target dan tujuan pembangunan daerah.
Sementara itu untuk melakukan assesment kerjasama daerah baik dengan daerah
lain maupun dengan pihak ketiga, Pemkab Wonosobo membentuk TKKSD (Tim
Koordinasi Kerjasama Daerah) yang pada tahun 2016 sekretariatnya berada di Bagian
Pemerintahan Setda Kabupaten Wonosobo. Selama tahun 2016, Perjanjian Kerjasama
Daerah yaitu kerjasama dengan daerah lain tidak ada yang difasilitasi, namun terdapat
7 (tujuh) kerjasama dengan Pihak Ketiga, yaitu :
1. Kesepakatan Bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak dengan Bupati Wonosobo Nomor : 13A/KPP-PA/D.I/08/2016 dan Nomor :
536/9/2016 tanggal 25 Agustus 2015 tentang Kerjasama Proyek Pengembangan
Industri Rumahan bagi Perempuan di Kabupaten Wonosobo;
2. Kesepakatan Bersama Bupati Wonosobo dengan Kepala Desa Dieng, Kepala Desa
Mlandi, Kepala Desa Slukatan, Kepala Desa Tegalombo dan Kepala Desa Besuki
Nomor : 690/5/2016, Nomor : 140/08-11/2016, Nomor : 141/012/V/2016, Nomor :
03/18/VI/2016, Nomor : 094/19/2016 dan Nomor : 690/7/2016 tanggal 23 Juni 2016
tentang Kerjasama Dsa Tuntas Akses Air Minum Melalui Program Kolaborasi
Penyediaan Air Minum (Kolam).
3. Kesepakatan Bersama Pimpinan Bank Rakyat Indonesia (Persero) dan Bupati
Wonosobo Nomor : B-697-VII/KC/LYI/02/2016 dan Nomor : 518.3/1/2016 tanggal 02
Februari 2016 tentang Kerjasama Percepatan Pelayanan Penerbitan Izin Usaha
Mikro dan Kecil (IUMK) dan Kartu Izin Usaha Mikro dan Kecil (K IUMK).
4. Kesepakatan Bersama Direktur PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk dan
Bupati Wonosobo Nomor : MoU.010/WKDIRUT 2/PBAE/VI/2016 dan Nomor :
800/4/2016 tanggal 21 Juni 2016 tentang Kerjasama Layanan Perbankan kepada
Pegawai Negeri Sipil Aktif maupun yang memasuki masa persiapan pensiun di
Lingkungan Pemerintahan Kab. Wonosobo.
5. Kesepakatan Bersama Direktur Yayasan Organization for Industrial and Cultural
Advancement (OISCA) dan Bupati Wonosobo Nomor : YOP II/003/2016 dan
Nomor : 520/8/2016 tanggal 13 Agustus 2016 tentang Kerjasama Pengembangan
Budidaya Pertanian di Kabupaten Wonosobo.
6. Kesepakatan Bersama Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Prov. Jawa Tengah dan Bupati Wonosobo Nomor :
2559/WPB.14/2016 dan Nomor : 518/16/2016 tanggal 6 September 2016 tentang
Kerjasama Pengelolaan dan Penggunaan Sistem Informasi Kredit Program Kredit
Usaha Rakyat.
7. Kesepakatan Bersama Rektor Universitas Tidar Magelang dan Bupati Wonosobo
Nomor : 1496/UN57/KS/2016 dan Nomor : 420/22/2016 tanggal 3 Nopember 2016
79 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
tentang Kerjasama melalui Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di
Kabupaten Wonosobo.
Berbagai bentuk kerjasama dengan pihak ketiga di atas pada prinsipnya merupakan
upaya mewujudkan berbagai tujuan pembangunan daerah dengan didasarkan pada
pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik serta saling menguntungkan.
Berbagai bentuk kerjasama daerah yang telah dilakukan selama tahun 2016
oleh Pemkab Wonosobo tentunya didasarkan pada pertimbangan manfaat dan
keuntungan berupa efisiensi dan efektifitas pelayanan publik maupun manfaat dan
keuntungan lainnya. Dari sebanyak 7 (tujuh) kerjasama dengan pihak ketiga yang telah
dilakukan pada tahun 2016, 4 (empat) buah kerjasama diantaranya telah ditindaklanjuti
dengan Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang menjelaskan secara lebih detil tentang
berbagai hak, kewajiban dan bentuk kerjasama yang dilakukan. Sementara 3 (tiga)
buah kerjasama lainnya masih sebatas MoU yang masih menunggu tindak lanjutnya.
Tabel III.26
Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Kerjasama Daerah
No. Permasalahan Solusi/Upaya yang Perlu Dilakukan
1. Kerjasama dengan daerah yang berbatasan Masih perlu digali dan dikaji berbagai
terutama yang memiliki eksternalitas baik kejasama dengan daerah lain yang
ekonomi aupun sosial secara lintas daerah masih berbatasan secara langsung yang
dilakukan secara terbatas. memiliki eksternalitas lintas daerah, yaitu
terutama dengan Kabupaten
Temanggung dan Banjarnegara agar
diperoleh manfaat yang lebih besar.
2. Beberapa bentuk kerjasama ada yang masih Fungsi koordinasi yang dimiliki oleh
dilaksanakan secara mandiri oleh OPD yang TKKSD lebih dioptimalkan sehingga
menangani dan tidak melalui Forum TKKSD berbagai bentuk kerjasama betul-betul
sehingga informasi mengenai manfaat dan membawa manfat yang besar bagi proses
bentuk kerjasama kurang tersampaikan kepada pembangunan daerah.
banyak pihak.
3. Berbagai peluang kerjasama baik dengan daerah Berbagai kegiatan studi banding yang
lain yang memiliki kelebihan tau keunggulan dilakukan secara mandiri seharusnya bisa
dalam pengelolaan pembangunan maupun ditindaklanjuti dengan melakukan
dengan pihak ketiga yang memiliki sumber daya kerjasama dengan daerah lain yang
yang lebih besar dan berkualitas masih belum memiliki keunggulan dalam bidang-
tergarap dengan baik. bidang tertentu.
80 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
3. Misi 3 : Meningkatkan kemandirian daerah
Guna mewujudkan misi ketiga, penyelenggaraan pemerintahan daerah
difokuskan pada urusan pemerintah daerah sebagai berikut :
− tenaga kerja
− pendidikan
− pertanian
− kelautan dan perikanan
− perdagangan
− perindustrian
− koperasi dan UKM
− pariwisata
− keuangan
− penanaman modal
− perpustakaan
− kepemudaan dan olahraga
81 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.27
Capaian Kinerja Misi 3
CAPAIAN
TARGET
INDIKATOR TARGET CAPAIAN S.D. 2016
TUJUAN SASARAN 2015 %CAPAIAN AKHIR
SASARAN 2016 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
Misi 3: Meningkatkan kemandirian daerah
Meningkatkan
produktivitas,
kemampuan pengelolaan
sumber daya dan
PDRB Atas Dasar
membangun budaya 15.141.690,00 169,94% 29.467.110 100,00
Harga Berlaku 17.339.270 29.467.110
berdikari yang optimal
dengan tetap
memperhatikan
lingkungan Meningkatnya produksi dan
1 produktivitas daerah dengan tetap
menjaga kualitas lingkungan PDRB Atas Dasar
11.513.483,10 98,52% 16.422.929 72,90
Harga Konstan 12.150.875 11.971.598
82 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Berikut disampaikan urusan pemerintahan yang diselenggarakan guna
mencapai misi kedua yang telah ditetapkan dalam dokumen RPJMD 2016-2021
a. Urusan Tenaga Kerja
1) ProgramPerluasan Peningkatan Kesempatan Kerja
Melalui program ini diharapkan dapat membuka, menciptakan dan
meningkatkan lapangan kerja baru yang sesuai dengan kemampuan sumber
daya manusia melalui kegiatan padat karya, pengembangan informasi pasar
kerja dan pengembangan kewirausahaan. Selain itu, melalui pengembangan
pasar kerja diharapkan juga memudahkan para pencari kerja untuk mendapat
informasi peluang lapangan kerja sesuai dengan pendidikan dan kompetensi
yang dimiliki. Berbagai kegiatan dalam program ini dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok kegiatan, yaitu :
− Padat Karya Infrastruktur
Kegiatan padat karya ini dimaksudkan menciptakan kesempatan kerja
dan memberikan penghasilan langsung kepada para tenaga kerja
pengangguran dan setengah pengangguran selama pelaksanaan kegiatan.
Padat Karya Infrastruktur dimaksudkan untuk membangun / meningatkan
kualitas infrastruktur pedesan yang mendukung peningkatan ekonomi
produktif, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat.
Kegiatan padat karya infrastruktur merupakan upaya pemberdayaan
masyarakat penganggur dan setengah menganggur dalam kegiatan
pembuatan atau rehabilitasi sarana dan prasarana ekonomi daerah setempat
seperti : pembukaan jalan desa, perkerasan jalan desa, pembangunan
senderan/talud, betonisasi, pembangunan irigasi, pembangunan sambungan
air bersih, pembangunan drainase. Sedangkan pada tahun 2016 Padat Karya
Infrastruktur yang dapat dilaksanakan pada 8 lokasi di Kabupaten Wonosobo,
berupa :
a. Pembangunan senderan di kelurahan Kalibeber Kecamatan Mojotengah;
b. Pembangunan senderan di kelurahan Kejiwan Kecamatan Wonosobo;
c. Betonisasi di Dusun Jentrek Kelurahan Rojoimo Kec. Wonosobo;
d. Betonisasi di Kelurahan Kalikajar Kec. Kalikajar;
e. Betonisasi di Kelurahan Kaliwiro Kec. Kaliwiro;
f. Pavingisasi di Kelurahan Leksono Kecamatan Leksono;
g. Betonisasi di Kelurahan Wringinanom Kecamatan Kertek;
h. Pembangunan senderan jalan wisata Desa Tlogo Kecamatan Garung.
83 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
− Pengembangan Pasar Kerja
Pengembangan pasar kerja bertujuan untuk memperluas dan
meningkatkan kesempatan kerja yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan
Pembinaan Pelaksanaan Bursa Kerja Khusus dan kegiatan bursa kerja (job fair).
Kegiatan Pembinaan Pelaksanaan Bursa Kerja Khusus dilaksanakan dengan
melakukan kegiatan sosialisasi lowongan ke BKK se kabupaten Wonosobo,
sementara kegiatan bursa kerja(job fair) dilaksanakan dengan mempertemukan
pencari kerja dengan perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan pada
satu waktu dan tempat yang sama sehingga masyarakat pencari kerja
dimudahkan dalam memperoleh informasi lowongan kerja.
Kegiatan lain yang mendukung pengembangan pasar kerja adalah :
• Guna memberikan informasi pasar kerja yang dapat diakses oleh para
pencari kerja di wilayah Wonosobo, pada tanggal 23 – 24 Mei 2016
bertempat di Geung Sasana Adipura Kencana Wonosobo dilaksanakan
kegiatan Job Fair I. Kegiatan ini diiukti oleh 52 perusahaan, dan dihadiri oleh
1.400 orang pencari kerja. Kegiatan ini menjadi strategis dan menjadi
magnet bagi pencari kerja maupun perusahaan calon pengguna tenaga
kerja, karena kegiatan ini menjadi ajang bertemunya pencari kerja dengan
pengguna tenaga kerja (perusahaan) secara langsung, sehingga kedua pihak
merasakan manfaat langsung. Sedangkan kegiatan pendukung berupa
seminar sukses memasuki dunia kerja dilaksanakan di event job fair pada
tanggal 23 Mei 2016 dengan menghadirkan pembicara praktisi dunia usaha
dan motivator wirausaha yang diikuti oleh peserta yang didominasi oleh
pelajar SMK dan ex-trainee pelatihan BLK. Sedangkan Job Fair II Tahun 2016
dilaksanakan pada tanggal 6 Desember 2016 di Gedung Korpri Wonosobo
diikuti oleh 42 perusahaan, dan dihadiri oleh 1.100 masyarakat pencari kerja.
• Monitoring dan Evaluasi Penempatan Tenaga Kerja, dna Penempatan dan
perlindungan Tenaga Kerja; mengingat pentingnya pengawasan
penempatan tenaga kerja, guna memberikan perlindungan dalam
penempatan tenaga kerja khususnya melalui Program Antar Kerja Antar
Daerah (AKAD), maka kegiatan monitoring dan Evaluasi Penempatan tenaga
Kerja dilaksanakan, melalui sosialisasi proses penempatan tenaga kerja yang
prosedural, yang diharapkan dapat meminimalisir pelanggaran penempatan
tenaga kerja. Sosialisasi ini dilaksanakan di beberapa desa yang menjadi
kantong tenaga kerja AKAD. Di samping itu dilaksanakan monitoring
penempatan tenaga kerja AKAD pada perusahaan-perusahaan kelapa sawit
yang ada di Kalimantan.
• Pengembangan dan Pembinaan BKK, serta Kegiatan Pengendalian
Pembinaan PPTKIS, berupa koordinasi, sosialisasi, dan pembinaan
penempatan tenaga kerja melaui lembaga BKK (Bursa Kerja Khusus) yang
ada di sekolah menengah dan PPTKIS. Dengan kegiatan ini diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan penempatan tenaga kerja melaui lembaga
tersebut, serta menekan terjadinya pelanggaran dalam penempatan tenaga
kerja;
• Penempatan Tenaga Kerja Melalui AKAD (Antar Kerja Antar Daerah)
Berbagai program Kabupaten Wonosobo melalui Kantor Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dilakukan dalam upaya peningkatan kesempatan kerja, antara
lain melalui penempatan tenaga kerja lokal (AKL), penempatan tenaga kerja
antar daerah (AKAD), dan penempatan kerja antar negara (AKAN), dimana
prioritas kegiatan diarahkan pada masyarakat buruh tani dan petani
subsisten yang perlu mendapatkan mata pencaharian yang layak. Data AKL,
84 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
AKAD, dan AKAN selama tahun 2015-2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini
:
Tabel III.27
Jumlah Penempatan Tenaga Kerja Kabupaten Wonosobo
Tahun
No. Pencari Kerja
2015 2016
1 Angkatan Kerja Lokal (AKL) 6 680
2 Angkatan Kerja Antar Daerah (AKAD) 1.321 789
3 Angkatan Kerja Antar Negara (AKAN) 1.336 1.899
Total 2.663 3.368
Sumber: Kantor Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2016
− Pengembangan Kewirausahaan
Mengingat pentingnya upaya peningkatan ketrampilan/kompetensi
bagi masyarakat pencari kerja, yang dengan demikian diharapkan akan mampu
meningkatkan peluang kerja bagi masyarakat melalui pengembangan
ketrampilan dan wirausaha, pada tahun 2016 dilaksanakan kegiatan Pelatihan
Menjahit (APTI) (DBHCHT), Pelatihan Montir (APTI) (DBHCHT), Penciptaan
Wirausaha Baru Melalui Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri (DBHCHT),
Pengembangan Kompetensi Wirausaha Melalui Inkubasi Bisnis (DBHCHT), dan
Pembinaan Eks-TKI.
− Kegiatan Pelatihan Menjahit (APTI) (DBHCHT), dilaksanakan di Dsa Reco
Kecamatan Kertek dengan diikuti oleh 16 orang peserta, selama 180 jam
pelajaran. Pelatihan ini diikuti oleh masyarakat petani tembakau.
− Kegiatan Pelatihan Montir (APTI) (DBHCHT), dilaksanakan di Desa Kalidesel
Kecamatan Watumalang dengan diikuti oleh 16 orang peserta, selama 180
jam pelajaran. Pelatihan ini diikuti oleh masyarakat petani tembakau.
− Penciptaan Wirausaha Baru Melalui Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri
(DBHCHT), dilaksanakan dalam 2 tahap yang masing-masing diikuti oleh 20
orang. Kegiatan ini dikemas daam bentuk pelatihan kewirausahaan selama
48 jam pelajaran (6 hari) yang diikuti oleh tenaga kerja muda yang
mempunyai ide pengembangan usaha dan eks-trainee pelatihan BLK. Pada
akhir pelatihan dilaksanakan start-up business competition, dimana setiap
peserta wajib membuat proposal bisnis yang dipresentasikan di depan juri.
Pelatihan ini diharapkan memberi bekal bagi peserta dalam menyusun
perencanaan usaha dan mengaplikasikan pengetahuannya dalam
menyusun rencana pengembangan usaha.
85 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
− Kegiatan Pengembangan Kompetensi Wirausaha Melalui Inkubasi Bisnis
(DBHCHT). Kegiatan ini dilaksanakan untuk 2 kejuruan yaitu prosesing hasil
pertanian dan desain grafis, yang diikuti oleh 20 orang peserta yang terdiri
dari 10 orang eks TKI (untuk kejuruan prosesing hasil pertanian) dan 10
orang tenaga kerja muda (untuk kejuruan desain grafis), dalam pelatihan
yang dilaksanakan selama 40 hari. Bentuk kegiatan berupa pelatihan teknis
prosesing hasil pertanian dan desain grafis yang dirangkai dengan pelatihan
wirausaha dan praktik wirausaha (pemasaran).
− Pembinaan eks-TKI. Bentuk kegiatan berupa pelatihan bagi eks-TKI yang
diikuti oleh 50 orang. Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan
ketrampilan teknik pengolahan hasil pertanian, serta mendorong para
peserta pelatihan untuk terus mengembangkan ketrampilan dengan
berwirausaha di bidang pengolahan hasil pertanian. Pelatihan ini
dilaksanakan dengan pola 80 jam pelajaran.
87 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
%Capaian
Capaian Capaian
Target kinerja
Indikator Kinerja Kinerja Kinerja
No 2016 terhadap
2015 2016
target
Persentase perusahaan yang
3 menerapkan syarat kerja non NA 70% 75%
diskriminatif 107,14
Angka sengketa pengusaha - pekerja
4 4 4 2
per tahun yang diselesaikan 50,00
Persentase angkatan kerja yang
5 mendapatkan pelatihan berbasis 47% 47% 43,19%
kompetensi 91,89
Persentase angkatan kerja yang
6 mendapat pelatihan berbasis 60,70% 67% 44,40%
masyarakat 66,27
Persentase peserta pelatihan yang
7 NA 1% 0
mendapatkan sertifikat kompetensi 0,00
Persentase instruktur bersertifikat
8 NA 0 18,73%
kompetensi
Persentase Lembaga kursus dan
9 NA 0 0
Pelatihan bersertifikat Nasional
Sumber: Kantor Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2016
Pada tahun 2016 ini terdapat perbedaan indikator kineja berdasar RPJMD
dibanding degan tahun sebelumnya. Mengacu pada RPJMD 2016-2021 setidaknya
terdapat 3 program yang masuk dalam urusan ketenagakerjaan yaitu Program
Pengembangan Hubungan Industrial dan Peningkatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
Progra Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja, dan Program
Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif. Ketiga program
tersebut diarahkan pada upaya pencapaian indikator RPJMD di atas.
Kualitas instruktur, yang antara lain diukur dengan sertifikat kompetensi yang
dimiliki, menjadi bagian penting dalam peningkatan kualitas lulusan pelatihan. Oleh
karena itu upaya untuk memperbaiki kualitas instruktur terus dilakukan antara lain
dengan mendorong insruktur menngikuti sertifikasi, dan hal ini menjadi salah satu
inidkator kinerja, yaitu persentase instruktur yang bersertifikat kompeten. Tabel di
menunjukkan capaian indikator ini sebesar 18,75% dimana dari 16 instruktur 3
diantaranya telah bersertifikat kompeten, yaitu 2 orang instruktur pada kejuruan
otomotif dan 1 orang pada kejuruan menjahit.
Tabel III.29
Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Tenaga Kerja
No Permasalahan Solusi
1. Dari aspek SDM, jumlah tenaga fungsional tertentu, Perlu diadakan pendidikan dan pelatihan
yang terdiri dari Pengawas Ketenagakerjaan, untuk meningkatkan kemampuan
Pengantar Kerja, Mediator, dan Instruktur masih pejabat maupun petugas fungsional ,
menghadapi permasalahan, baik dari sisi kuantitas instruktur, pengantar kerja dan pegawai
maupun kualitasnya. yang lain.
i) Untuk menjalankan fungsi pengawasan secara
efektif dibutuhkan pegawai pengawas dengan
jumlah yang cukup dan dengan kompetensi
(terutama kompetensi K3) yang memadai.
90 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
No Permasalahan Solusi
ii) Mediator : Saat ini tidak terdapat pegawai
fungsional Mediator.
iii) Instruktur : untuk menuju pelatihan berbasis
kompetensi diperlukan instruktur dengan
sertifkat kompeten. Saat ini tidak ada sistem
up grading yang jelas bagi instruktur sehingga
peningkatan ketrampilan instruktur sangat
terbatas.
iv) Pengantar Kerja : mempunyai peran vital
dalam penempatan tenaga kerja melalui
Program AKAD, AKL, maupun AKAN. Jumlah
Pengantar Kerja yang hanya 1 orang,
menjadikan fungsinya belum optimal,.
v) Terbatasnya peguasaan kemampuan
perangkat kerja (computer) oleh staf menjadi
kendala dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.
2. Manajemen Perlu manajemen organisasi yang baik
i) Pengelolaan organisasi. dalam hal pembagian staf dan distribusi
ii) Standar Operational Prosedur yang tidak pekerjaan , sehingga pekerjaan akan
dijalankan oleh aparat organisasi. berjalan sesuai tupoksi yang ada , standar
iii) Pembagian tugas yang menumpuk pada pelayanan publik agar menggunakan
beberapa staf atau tidak merata. SOP.
iv) Sistem kerja yang masih kaku.
3. Desain produk pelayanan yang belum berorientasi Peningkatan sistem informasi yang
ke pelanggan (customer oriented) membuat terkomputerisasi, bank data yang
layanan kepada masyarakat terutama para pencari terpusat serta menghasilkan informasi
kerja menjadi tidak optimal. yang akurat dan up to date sehingga
pelayanan kepada masyarakat terutama
para pencari kerja bisa lebih optimal.
4. Masih terbatasnya lapangan kerja yang tidak Menjalin kemitraan dengan berbagai
sebanding dengan jumlah tenaga kerja yang pihak untuk memperluas lapangan kerja
tersedia, serta ketidaksesuaian peluang kerja yang dan kesempatan kerja, serta melakukan
ada dengan pendidikan dan kemampuan yang pendampingan, motivasi, serta
dimiliki oleh para pencari kerja. pembekalan pengetahuan dan
ketrampilan bagi para pencari kerja
melalui program kerjasama dengan
berbagai perusahaan dibidang
pendampingan persiapan masuk dunia
kerja.
5. Perencanaan Program dan Kegiatan yang tidak Akan lebih memperhatikan Peraturan-
sesuai dengan indikator renstra RPJMD, yang peraturan yang mendasari dan
mengakibatkan beberapa indikator tidak mencapai meningkatkan koordinasi internal
harapan yang semestinya dicapai. maupun eksternal untuk sinkronisasi
perencanaan program ataupun kegiatan.
b. Urusan Pendidikan
1) Program Pendidikan Menengah
Upaya Peningkatan akses terhadap pendidikan menengah yang
berkualitas selalu diupayakan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah.
Pada tahun 2016, Pembangunan Prasarana Pendidikan SMA/SMK baik berupa
rehabilitasi ruang kelas baru, senderan maupun penataan lingkungan. Ruang
belajar sebagai prasarana utama proses pembelajaran menjadi perhatian yang
harus dipenuhi untuk meningkakan kenyamanan siswa,
91 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
SMK dibentuk dengan tujuan untuk mencetak calon tenaga kerja
tingkat menengah yang memiliki keterampilan dan siap memasuki dunia
usaha/dunia industry. Oleh karenanya beberapa kegiatan pendukung
diselenggarakan untuk merespon tuntutan pasar tenaga kerja. Kegiatan Career
Center yang dilaksanakan oleh SMK Negeri 1 Wadaslintang, bertujuan untuk
meningkatkan layanan pendidikan bermutu pada SMK yang berwujud
pendidikan kepada masyarakat, khususnya lulusan SMK dan/atau sederajat
sebagai bekal memasuki dunia kerja. Fasilitasi Pengelolaan Bursa Kerja Khusus
(BKK) SMK diselenggarakan untuk meningkatkan daya serap lulusan
pendidikan kejuruan pada dunia usaha dan industri melalui stimulan
pembiayaan fasilitasi bursa kerja khusus sehingga setelah lulus siswa dapat
bekerja di dunia usaha/dunia industry yang kerjasamanya telah terjalin dengan
sekolah. SMK Negeri 1 Kepil menerima bantuan keuangan pemerintah Provinsi
Jawa Tengah untuk penyelenggaraan kelas industry. Kelas industri dibentuk
untuk meningkatkan kualitas lulusan SMK yang mempunyai kompetensi sesuai
dengan permintaan industri melalui dukungan pembiayaan fasilitasi program
kelas industri SMK.
c. Urusan Pertanian
1) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Peningkatan kesejahteraan petani merupakan salah satu dari empat isu
strategis sukses pembangunan pertanian, menuju pembangunan industrialisasi
berbasis pertanian. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
petani melalui pemberdayaan dan peningkatan akses petani terhadap
sumberdaya usaha tani, dalam rangka budidaya pertanian ramah lingkungan.
Kegiatan yang dilaksanakan adalah Pekan Daerah Kontak Tani Nelayan Andalan
Kabupaten Wonosobo.
92 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
2) Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan)
Program Peningkatan Ketahanan Pangan dimaksudkan untuk
mengoperasionalkan pembangunan dalam rangka mengembangkan sistem
ketahanan pangan baik di tingkat nasional maupun di tingkat masyarakat.
Kegiatan yang dilaksanakan adalah Survey Produktivitas Lahan. Survey
produktivitas lahan dilaksanakan untuk mengetahui produksi dan produktivitas
per komoditas. Metode yang dilakukan adalah dengan pengubinan sampel
masing-masing pada pada lahan seluas 2,5 m x 2,5 m dalam satu hamparan.
Tabel III.31
Data Indikator Kinerja Urusan Pertanian Berdasarkan RPJMD 2016-2021
Capaian Kinerja
No. Indikator Kinerja Program
2015 2016 Naik/ Turun
1 Produksi Tanaman Pangan (ton) 402.069 474.421 72.352
- Padi 104.093 167.165 63.072
- Jagung 101.123 77.369 -23.754
- Ubi Kayu 188.724 207.924 19.200
- Ubi Jalar 8.129 21.963 13.834
2 Produktivitas Tanaman Pangan/ Padi 5,1 167.165.781/30.316 0,41
(ton/ha) =5,51
3 Jumlah Produksi sayur-sayuran (kw) 1.983.025 4.971.225 2.988.200
4 Jumlah Produksi Buah-buahan (kw) 1.389.305 1.462.206 72.901
5 Jumlah Produksi Tanaman Biofarmaka 3.140.867 6.274.477 3.133.610
(kg)
6 Jumlah Produksi Bunga (tangkai) 2.710.124 3.189.117 478.993
7 Jumlah Produksi Perkebunan (ton) 8.482,17 8.522,12 39,95
8 Peningkatan Level Sertifikasi untuk pertama Pertama, ketiga meningkat
Komoditas
9 Persentase Teknologi Tepat Guna 10% 15% 5%
Bidang Pertanian yang Sudah
Diterapkan
10 Persentase Luasan Lahan 0 1% 1%
Pertanian/Perkebunan Ramah
Lingkungan (Pertanian Organik,
Pertanian Sesuai Kaidah Konservasi)
13 Persentase Ekspor Hasil Pertanian DTD DTD DTD
Terhadap Total Ekspor Non Migas
14 Jumlah Populasi Ternak Besar (ekor) 22.645 22.218 -427
95 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Capaian Kinerja
No. Indikator Kinerja Program
2015 2016 Naik/ Turun
15 Jumlah Populasi Ternak Kecil (ekor) 255.769 264.138 8.369
16 Jumlah Populasi Unggas (ekor) 2.883.833 2.925.696 41.863
17 Jumlah Produksi Telur (kg) 1.712.874 1.787.369 74.495
18 Jumlah Produksi Susu (l) 872.687 744.792 -127.895
19 Jumlah Produksi Daging (kg) 6.943.811 7.110.374 166.563
20 Persentase Kasus Ternak yang 80% 78% -2%
Tertangani
21 Jumlah Temuan Teknologi Tepat Guna 5 jenis 5 jenis tetap
Bidang Peternakan yang Sudah
Diterapkan
22 Persentase Kenaikan Pasokan Produk 10% 10% tetap
Peternakan ke Perusahaan Pengolah
23 Rasio Anggota Kelompok Tani 28,47 28,47 tetap
Terhadap Petani
24 Rasio Anggota Kelompok Tani Ternak 5,29 5,29 tetap
terhadap Peternak
25 Persentase Penyuluh yang Memiliki 50% 65% 15%
Pendidikan Formal Pertanian dan
Peternakan
Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan (analisis, 2016)
96 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
disebabkan jumlah tanaman penghasil buah-buahan meningkat karena ada
tanaman yang baru pertama berbuah. Peningkatan jumlah tanaman meliputi
Alpokat sebanyak 133 pohon, belimbing 28 pohon, duku 241 pohon, durian 4980
pohon, jambu biji 2472 pohon, jeruk siam 272 pohon, pepaya 302 pohon, pisang
11326 pohon, sirsak 382 pohon, sukun 123 pohon, melinjo 92 pohon dan jengkol 86
pohon.
Rasio petani yang melakukan usaha pertanian organik masih terbatas pada
petani yang tergabung pada kelompok. Saat ini yang terdata baru 2 kelompok
petani salak dengan jumlah anggota masing-masing berjumlah kurang lebih 50
97 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
orang. Sedangkan pada tanaman padi dan tanaman lainnya, sistem pertaniannya
masih semi organik misalnya untuk pestisida sudah menggunakan pestisida alami
(non pestisida buatan), tetapi pupuknya sebagian masih menggunakan pupuk
kimia, atau untuk pengairan masih menjadi satu dengan pengairan dari sawah lain
yang menggunakan sistem pengairan non organik, oleh karena itu sistem
pertaniannya belum bisa dikatakan organik 100%. Oleh karena itu persentase
produksi komoditas pertanian organik terhadap total komoditas pertanian juga
belum banyak, kurang lebih hanya sebanyak 5%, yaitu pada tanaman salak dan
untuk padi baru mulai akan dirintis.
Persentase ekspor hasil pertanian terhadap total ekspor non migas belum
diketahui data pastinya, karena ekspor baru dilakukan di tingkat kelompok. Produk
pertanian di Kabupaten Wonosobo yang sudah diekspor antara lain salak, gula
kelapa, kentang, lobak, red bit dan kopi.
98 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Jumlah produksi daging meningkat sebanyak 166.563 kg. Peningkatan
jumlah produksi daging terutama disebabkan pemotongan pada hari raya pada
Tahun 2016 meningkat dibandingkan dengan Tahun 2015.
Rasio anggota kelompok tani terhadap petani dan rasio anggota kelompok
tani ternak terhadap peternak masih sama dengan tahun lalu. Pada Tahun 2016,
jumlah kelompok tani di Kabupaten Wonosobo sebanyak 1383 kelompok, terdiri
atas 370 kelompok tani pemula, 577 kelompok tani lanjut, 395 kelompok tani
madya dan 41 kelompok tani utama. Sedangkan jumlah anggota kelompok tani
adalah sebanyak 61.850 orang dengan rincian laki-laki sebanyak 56.639 orang dan
perempuan sebanyak 5.180 orang. Ke depan perlu ditingkatkan minat petani dan
peternak untuk bergabung dalam kelompok tani/tani ternak, karena kelompok
tani/kelompok tani ternak berfungsi sebagai tempat memperoleh ilmu,
sarana/wadah kerjasama antar anggota dan dengan pihak lain, sebagai unit
produksi dan memudahkan petani untuk mendapatkan akses tentang program-
program pertanian/peternakan yang ada di Kabupaten Wonosobo.
Penyuluh pertanian merupakan agen bagi perubahan perilaku petani.
Melalui peran penyuluh, petani diharapkan menyadari akan kebutuhannya,
melakukan peningkatan kemampuan diri dan dapat berperan di masyarakat
dengan lebih baik. Pada Tahun 2016 jumlah penyuluh pertanian adalah 160 orang
yang terdiri atas penyuluh PNS sejumlah 71 orang dan penyuluh THL sejumlah 89
orang. Persentase penyuluh yang memiliki pendidikan formal pertanian dan
peternakan untuk keseluruhan penyuluh PNS dan THL adalah 65%, yaitu untuk
penyuluh yang memiliki ijazah sarjana di bidang pertanian.
99 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.32
Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Pertanian
No. Permasalahan Solusi
100 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
− Pengadaan Sarana Pokok BBI
b) Pelatihan Ketrampilan Budidaya Ikan (DBHCHT)
Kegiatan yang dilaksanakan berupa pemberian pelatihan ketrampilan
budidaya ikan kepada 22 peserta di BPINM Wanayasa.
c) Peningkatan Pelayanan UPT BBI (Balai Benih Ikan)
Kegiatan yang dilaksanakan berupa belanja bahan dan perlengkapan
kegiatan
d) Fasilitasi dan Sosialisasi Pelestarian Waduk Wadaslintang
Kegiatan yang dilaksanakan berupa pengadaan benih ikan nila ukuran 9-12
cm sebanyak 142.500 ekor untuk acara gelar sarasehan bersama Bupati
Wonosobo di Waduk Wadaslintang. Pemerintah Kabupaten Wonosobo
merencanakan untuk menata waduk Wadaslintang agar ke depan mampu
berperan menjadi sentra perikanan, alias Kawasan Minapolitan. Rencana
tersebut akan diseriusi demi mengoptimalkan potensi yang dimiliki salah
satu waduk terbesar di Asia Tenggara tersebut.
101 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Capaian Kinerja
No. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
2015 2016
8 Persentase ekspor hasil perikanan terhadap DTD DTD
total ekspor non migas
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan (2016)
102 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.34
Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Kelautan dan Perikanan
No. Permasalahan Solusi
1 Belum optimalnya produksi dan produktivitas Pengembangan komoditas perikanan
perikanan unggul
2 Masih lemahnya kapasitas kelembagaan SDM Peningkatan SDM perikanan melalui bintek,
perikanan dan tebatasnya pengetahuan, kursus, magang dan sekolah lapang
ketrampilan dan sikap SDM perikanan dalam
pengembangan perikanan
3 Masih rendahnya daya saing produk perikanan Pengembangan sistem jaminan mutu
pangan dan promosi produk perikanan
4 Masih terbatasnya akses pembudidaya ikan ke Pemberian sosialisasi adanya kredit lunak
permodalan seperti KUR
e. Urusan Perdagangan
1) Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan lembaga
perlindungan konsumen dan pemberdayaan konsumen, peningkatan
kapasitas kelembagaan yang menangani sengketa dagang dan perlindungan
industri dalam negeri, standarisasi, pengendalian mutu, tertib ukur serta
pengawasan barang barang/jasa. Di samping itu juga untuk meningkatkan
kesadaran konsumen akan hak dan kewajibannya serta menumbuhkan
kesadaran pelaku usaha akan pentingnya perlindungan konsumen sehingga
meningkatkan kualitas barang/jasa di pasar dalam negeri. Sedangkan sasaran
dari program ini adalah meningkatnya daya saing berbasis efisiensi dan
meningkatnya perlindungan terhadap konsumen.
106 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
tradisional masih menjadi andalan masyarakat Kabupaten Wonosobo untuk
berbelanja kebutuhan sehari-hari. Selain harganya murah dibandingkan di pasar
modern,, berbelanja di pasar tradisional diunggulkan dengan sistim tawar-menawar
yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Wonosobo. Sampai saat ini
pasar tradisional masih mendominasi sarana prasarana perdagangan di Kabupaten
Wonosobo. Pada tahun 2016 terdapat 13 pasar tradisional yang dikelola Pemerintah
Kabupaten Wonosobo berupa 1 pasar induk, 9 pasar daerah dan 3 pasar
unggas/hewan. Pasar tradisional tersebut mempunyai daya tampung 6.511 los dan
885 kios dengan jumlah pedagang 10.511. Persentase los/kios yang termanfaatkan
baru 60% dan masih ada 3.169 pedagang yang belum mempunyai los/kios atau sudah
mempunyai tetapi belum dimanfaatkan karena dirasa kurang strategis sehingga
mereka menggelar dagangannya di dasaran. Dengan adanya dasaran di pasar
tradisonal ini mengurangi jumlah pedagang kaki lima yang berdagang di tempat
bukan peruntukannya menjadi sebesar 30%. Sedangkan untuk pasar tradisional yang
direvitalisasi baru mencapai 53,85% atau baru 7 pasar dari 13 pasar tradisional. Untuk
tahun 2016 ini telah dilakukan revitalisasi pasar tradisional yaitu di pasar Leksono,
Kaliwiro dan Kejajar. Dengan adanya revitalisasi pasar tradisional ini diharapkan akan
meningkatkan daya saing pasar tradisional, meningkatkan kesejahteraan para
pedagang melalui peningkatan omset, mendukung kelancaran distribusi bahan
kebutuhan masyarakat dan mendorong penguatan pasar dalam negeri di era
persaingan global yang kian terbuka. Melalui revitalisasi pasar tradisional diharapkan
ketersediaan bahan kebutuhan pokok bisa terpenuhi dengan rasio ketersediaan 0,8
dengan koefisien rata-rata harga pemerintah dan pasar sebesar 5,5. Artinya harga
yang ditetapkan pemerintah cenderung lebih rendah dibandingkan harga pasar. Di
mana harga pasar ini salah satunya ditentukan oleh biaya produksi yang salah satu
variabelnya adalah terkait dengan ketersediaan pupuk dan pestisida. Berdasarkan
hasil pengawasan, untuk ketersediaan pupuk dan pestisida di tingkat distributor dan
pengecer tidak banyak mengalami kendala dan hambatan. Yang menjadi hambatan
adalah di tingkat petani dalam hal penggunaan secara dosis tepat dari pupuk dan
pestisida. Untuk rasio ketersediaan pupuk dan pestisida di Kabupaten Wonosobo
pada tahun 2016 adalah sebesar 0,1.
107 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
No Permasalahan Solusi/Upaya yang dilakukan
sebagai intermediasi antara petani dan pembeli
baik pedagang pengecer, pengumpul,
pedagang besar dan konsumen akhir dengan
jaringan pemasaran yang lebih pendek dan
transparan sehingga margin keuntungan bisa
dinikmati petani.
− Membangun resi gudang
− Menyederhanakan saluran distribusi.
3. Tingginya jumlah unit usaha industri − Mendata dan menertibkan data basis pelaku
non formal dan perdagangan tanpa usaha.
ijin − Peningkatan industri dari status non formal ke
formal melalui peningkatan kapasitas usaha.
4. Kurangnya sarana prasarana − Membangun sarana dan prasarana
perdagangan yang representatif perdagangan yang memadai dan representatif
f. Urusan Perindustrian
1) Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
Program ini bertujuan memberdayakan dan mengembangkan industri
kecil dan menengah agar mampu berperan dalam memberikan kontribusi
pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja. Dengan sasaran
tumbuhnya wirausaha baru, meningkatnya daya saing dan meluasnya
diversifikasi jenis produk.
110 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
mengalami kenaikan yaitu dari Rp. 1.880.888.3000.000,- di tahun 2015 naik
menjadi Rp. 1.931.309.890.000,- di tahun 2016.
Dari 17.708 unit industri kecil pada tahun 2016 yang sudah berijin
sebanyak 10.979 unit atau sebesar 62% kondisi ini meningkat dibandingkan
tahun 2015 dengan nilai sebesar 60% atau sebanyak 10.303 unit dari 17.172 unit.
Dengan demikian pada tahun 2016 masih ada 38% atau sebanyak 6.729 unit
industri kecil yang masih merupakan industri informal dan belum berijin.
Tabel III.38
Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Perindustrian
N
Permasalahan Solusi/Upaya yang dilakukan
o.
1. Lemahnya daya saing o Meningkatkan daya saing produk IKM dengan fasilitasi
industri lokal pelatihan-pelatihan teknik produksi dan kewirausahaan
serta.
2. Lemahnya kelembagaan o Pelatihan pengelolaan industri.
industri yang didominasi o Meningkatkan akses IKM terhadap sumber pembiayaan
oleh IKM dengan memfasilitasi pertemuan antara IKM dengan CSR
perusahaan, dan Fasilitasi permodalan.
o Promosi produk unggulan skala regional, nasional maupun
internasional serta memanfaatkan setiap event pameran
untuk menjaring pasar yang lebih luas melalui kemitraan
dalam bentuk keterkaitan usaha antara IKM dan BUMN
sehingga dapat memperkuat struktur ekonomi wilayah.
3. Lemahnya struktur o Mendorong pemanfaatan sumberdaya lokal sebagai industri
industri unggulan dengan mengelompokkannya menjadi suatu
klaster bisnis unggulan dengan memanfaatkan inovasi
teknologi sehingga mampu memproduksi dalam skala besar
dengan biaya yang efisien, serta bisa melakukan penjualan
secara rutin dan berkelanjutan.
o Memperkuat struktur industri terutama industri yang
mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi
maupun barang jadi. Lebih utamanya pada agroindustri.
4. Lemahnya kemampuan o Peningkatan kapasitas pelaku industri terutama dalam
pengelolaan administrasi pengelolaan administrasi dan keuangan
dan keuangan
112 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
N
Permasalahan Solusi/Upaya yang dilakukan
o.
5. Lemahnya inovasi dan o Pengembangan inovasi produk
diversifikasi produk o Pelatihan inovasi dan diversifikasi produk
113 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
− Fasilitas Badan Hukum Bagi UMKM / IKM (DBHCHT). Program ini bertujuan
agar terfasilitasinya badan hukum bagi UKM/IKM yang diikuti oleh 35
kelompok se-Kabupaten Wonosobo;
− Pelatihan dan Fasilitas Bagi Koperasi Pertanian (DBHCHT) yaitu melalui
kegiatan pelatihan pengembangan unit usaha jamur tiram bagi koperasi
agar tercipta unit usaha penanaman jamur tiram di Kabupaten Wonosobo
yang diikuti oleh 2 Koperasi beserta anggotanya se-Kabupaten Wonosobo;
− Promosi Produk Skala Nasional, Regional dan Lokal guna meningkatkan
akses pasar bagi UKM pada Pameran HARKOPNAS Jambi, Pameran Gelar
Produk UMKM di Wonosobo dan misi dagang ke Konjen RI di Singapura;
− Pengembangan Produk Unggulan Melalui Sertifikat Produk (DBHCHT) agar
dapat meningkatkan kualitas daripada produk-produk UMKM yaitu dengan
terfasilitasinya perizinan makanan olahan (20 PIRT, 5 barcode dan 5 label
halal);
− Pelatihan Kewirausahaan (APTI) (DBHCHT) guna mengembangkan SDM
UMKM yang diikuti oleh 50 orang se-Kabupaten Wonosobo;
− Pelatihan Kewirausahaan melalui Program SDSP (Satu Desa Satu
Pengusaha) yang diikuti oleh 150 orang UMKM se-Kabupaten Wonosobo;
− Pengembangan Usaha dan Inovasi Produk UMKM yaitu pada produk
olahan UMKM diantaranya singkong dan rebung serta pengembangan
bahan produksi boga (minyak, gandum, mentega, rebung, singkong dan
packaging produk) diikuti oleh 50 orang UMKM di Kecamatan Leksono dan
Kecamatan Kalikajar;
− Pelatihan Tata Boga (APTI) (DBHCHT) yang diikuti oleh 30 orang Koperasi
dan UKM se-Kabuapaten Wonosobo.
114 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
− Pembinaan, Pengendalian Dan Pengawasan Koperasi dengan melakukan
study banding ke Solo yang diikuti oleh 30 orang dan 30 koperasi;
− Pelatihan SDM Koperasi Berbasis Kompetensi dengan melakukan study
banding ke Solo yang diikuti oleh 30 orang dan 30 koperasi;
− Pelatihan Akuntansi Dasar dan Aplikasi Akuntansi Komputer (DBHCHT)
diikuti oleh 40 orang dan 40 koperasi;
− Pengembangan Jaringan Pemasaran Produk OVOP berbasis Koperasi
melalui kegiatan pameran di Jawa Barat yang diikuti oleh 4 orang dan 2
Koperasi.
Tabel III.39
Capaian Kinerja Urusan Koperasi dan UKM tahun 2016
Berdasarkan RPJMD 2016-2021
%Capaian
Capaian Capaian
Target kinerja
No Indikator Kinerja Program Kinerja Kinerja
2016 terhadap
2015 2016
target
Persentase Usaha Mikro dan kecil
1 98,78% 98,79% 99,83% 101,05
terhadap UKM
Persentase kenaikan tenaga kerja
2 2% 4% 4% 100,00
Koperasi
Persentase kenaikan tenaga kerja
3 0,10% 0,15% 0,16% 106,67
UMKM
Persentase Penambahan jumlah
4 2% 2,50% 2,51% 100,40
wirausaha baru
Persentase koperasi terhadap jumlah
5 2% 2,1% 2,20% 104,76
UMKM
6 Persentase kenaikan Jumlah UMKM 3% 5,0% 6,00% 120,00
7 Persentase kenaikan Aset UMKM 3% 5,0% 5,10% 102,00
Persentase kenaikan Omset UMKM
8 3% 5,0% 5,00% 100,00
(juta)
115 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
%Capaian
Capaian Capaian
Target kinerja
No Indikator Kinerja Program Kinerja Kinerja
2016 terhadap
2015 2016
target
Persentase Koperasi yang mampu
9 mengakses pembiayaan dari Lembaga 65% 71% 71% 100,00
Keuangan
Persentase UMKM yang mampu
10 mengakses pembiayaan dari Lembaga 4% 7% 7% 100,00
Keuangan
11 Persentase UMKM memiliki perijinan 60% 64% 65% 101,56
12 Persentase kenaikan Aset Koperasi 1,20% 2,20% 2,21% 100,45
13 Persentase kenaikan Omset Koperasi 1,20% 2,20% 2,21% 100,45
Persentase koperasi sehat terhadap
14 50,00% 55,00% 57,00% 103,64
koperasi aktif
Persentase jumlah koperasi aktif
15 63% 65% 66% 101,54
terhadap jumlah koperasi
Sumber : Kantor Koperasi dan UMKM Kabupaten Wonosobo tahun 2016
116 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
No Permasalahan Solusi/ Upaya yang dilakukan
4 Belum optimalnya kemitraan usaha Peningkatan pengembangan kemitraan yang
antara koperasi dan UMKM dengan melibatkan koperasi dan UMKM dalam
pelaku usaha lainnya pengembangan produk-produk unggulan yang
berbasis rantai nilai, subkontrak, alih teknologi,
pemasaran/ekspor, atau investasi
5 Masih sulitnya akses koperasi dan Fasilitasi akses koperasi dan UMKM kepada jenis
UMKM terhadap sumber-sumber sumber pembiayaan, sesuai dengan kebutuhan dan
pembiayaan dan permodalan perkembangan koperasi dan UMKM (sejenis
KUR/KKPE dsb), kemudahan pembiayaan dan
sertifikasi tanah, yang didukung adanya regulasi
yang jelas
h. Urusan Pariwisata
1) Program Pengembangan Ekonomi Kreatif (Program Penyediaan Fasilitas
Kreasi bagi Orang Kreatif)
Program ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah industri kreatif dan
SDM yang berkarya di bidang ekonomi kreatif sehingga mendukung
pengembangan dunia kepariwisataan di Kabupaten Wonosobo. Dengan
makin meningkatnya jumlah industri kreatif dan SDM kreatif, diharapkan pula
akan meningkatkan kunjungan wisatawan dan lama tinggal wisatawan yang
diharapkan berdampak pada meningkatnya pendapatan masyarakat.
Kegiatan yang telah dilaksanakan pada Tahun 2016 untuk mendukung
program ini adalah:
- Pembuatan Ruang Pamer Ekonomi Kreatif
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mempromosikan produk-produk ekonomi
kreatif berbahan baku lokal dengan lokasi di Kantor Parekraf Kabupaten
Wonosobo, yang pembuatannya bekerja sama dengan CV. Sumber Berkah.
- Fasilitasi Kreatifitas Komunitas pada Ruang Terbuka Hijau
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan apresiasi dan profesionalisme
para seniman dan pelajar. Kegiatan berupa lomba melukis dan kreasi rangka
besi di Kalianget pada tanggal 13 Agustus 2016
- Kegiatan Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kreatif
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan dan pendapatan
masyarakat berupa pelatihan Sablon dan Kriya Kaca yang telah dilaksanakan
pada tanggal 10 sampai 12 Mei 2016 di Gedung Korpri Kabupaten Wonosobo.
117 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Kegiatan ini berupa pengadaan sarana promosi pariwisata secara
swakelola.
- Festival Kesenian
Dalam rangka melestarikan kesenian tradisional, pada tanggal 20 Nopember
2016 telah dilaksanakan festival seni musik di Alun-alun Wonosobo yang
diikuti oleh budayawan, seniman, pelajar dan masyarakat.
- Wonosobo Expo Dalam Rangka Peringatan Hari Jadi Wonosobo
Kegiatan ini berupa pameran produk lokal dan pameran wisata guna
promosi potensi daerah, yang diikuti oleh masyarakat maupun swasta
- Pembinaan Pokdarwis
Kegiatan ini berupa pembinaan Pokdarwis dan pengiriman peserta konvensi
ke Klaten. Dalam upaya pengembangan dunia pariwisata, anggota
Pokdarwis perlu memperoleh pembinaan agar bertambah wawasannya.
- Fasilitasi Wonosobo Mencari Bakat
Guna menyalurkan bakat dan minat para pelajar serta pelaku seni, pada
tanggal 10 Desember 2016 telah dilaksanakan berbagai ajang lomba
pencarian bakat
- Fasilitasi Pameran Pariwisata
Fasilitasi Pameran Wisata telah dilaksanakan pada bulan Maret dan Juni
berupa pameran produk unggulan dan wisata
- Fasilitasi Lomba Foto Potensi Pariwisata dan Budaya
Fasilitasi ini merupakan ajang promosi melalui media cetak yang telah
dilaksanakan pada bulan Desember 2016
118 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III. 41
Data indikator Kinerja Urusan Kepariwisataan Berdasarkan RPJMD 2016 – 2021
%Capaian
Capaian
Target Capaian kinerja
Indikator Kinerja Program Kinerja
No 2016 Kinerja 2016 terhadap
2015
target
Persentase kenaikan kunjungan per
1 obyek wisata terhadap seluruh 5,00% 6,00% 28,95% 482,50
kunjungan wisata
Persentase kontribusi sektor pariwisata
2 7,62% 8% 1,86% 23,25
terhadap PAD
Persentase kenaikan kunjungan
3 5,00% 6,00% 28,95% 482,50
wisatawan
Persentase kunjungan wisatawan
4 5,00% 6,00% 29,41% 490,17
nusantara
Persentase kunjungan wisatawan
5 mancanegara terhadap seluruh 5,00% 0,22% #DIV/0!
wisatawan
6 Rata-rata lama tinggal wisatawan 2 2,2 2 90,91
7 Jumlah komunitas ekonomi kreatif 4 4 4 100,00
Persentase komunitas kreatif yang
8 DTD 20% DTD #VALUE!
terafiliasi dalam ruang/ arena kreasi
Persentase orang kreatif yang menjadi
9 DTD 5% DTD #VALUE!
wirausaha
Persentase produk kreatif yang
10 DTD 5% DTD #VALUE!
terfasilitasi pameran
Persentase kerjasama pariwisata
11 DTD 0 DTD #VALUE!
terhadap seluruh MOU
Sumber: Kantor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Wonosobo (2016)
Berdasarkan RPJMD Tahun 2016 – 2021, ada beberapa capaian kinerja yang
melebihi target yakni persentase kenaikan kunjungan per obyek wisata terhadap
seluruh kunjungan wisata, persentase kenaikan kunjungan wisatawan, persentase
kunjungan wisatawan nusantara. Kunjungan wisata per obyek wisata pada tahun
2016 terealisir sebesar 28,95% atau meningkat 23,95% dibadingkan tahun
sebelumnya. Kunjungan wisatawan pada tahun 2016 meningkat sebesar 251.784
orang atau 28,95% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2015 kunjungan
wisatawan sejumlah 869.791 orang sedangkan pada tahun 2016 kunjungan
wisatawan meningkat menjadi 1.121.575 orang. Demikian pula dengan kunjungan
wisatawan nusantara mengalami kenaikan sebesar 29,41%. Sedangkan capaian
kinerja yang belum dapat memenuhi target adalah persentase kontribusi sektor
pariwisata terhadap PAD, persentase kunjungan wisatawan mancanegara terhadap
seluruh wisatawan, rata-rata lama tinggal wisatawan dan jumlah komunitas
ekonomi kreatif.
121 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
− Pengkajian Perijinan di Kabupaten Wonosobo dalam rangka penerbitan ijin
sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan dengan dilaksanakan
sidang pengkajian Perijinan
− Monitoring dan Evaluasi untuk mengetahui kesesuaian antara ijin yang
diajukan dengan usaha yang dilaksanakan dalam bentuk kegaiatan
Monitoring dan Evaluasi serta Peningkatan Pelayanan Perijinan dan
Penyusunan SOP BPMPPT di Kabupaten Wonosobo
− Penyusunan Naskah Akademik Pemetaan Tata Ruang IUTM dalam rangka
Peningkatan kecukupan regulasi dalam mendukung investasi daerah di
Kabupaten Wonosobo.
122 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Capaian kinerja urusan Penanaman Modal Kabupaten Wonosobo dapat
dilihat dari jumlah Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di mana pada tahun
2016 realisasi penanaman modal dilihat dari jumlah modal usaha berdasarkan
penerbitan Ijin usaha sebesar 768,1 milyar rupiah ,-. Apabila dibandingkan dengan
tahun 2015 ada kenaikan sebesar 145,41% . Nilai investasi sampai dengan tahun
2016 ini sudah melampaui target RPJMD 2016-2021 sebesar 496,96 milyar Rupiah.
Sampai dengan tahun 2016 penanaman modal di Kabupaten Wonosobo sudah
mencapai 1,86 trilyun rupiah, mengalami kenaikan 69,9% . Pada tahun 2016
persentase implementasi perijinan yang melalui SPIPISE sudah 100%. Sedangkan
rata- rata lama proses Perijinan adalah 7 ( tujuh ) hari.
123 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
− Pengadaan mobil keliling untuk menambah jangkauan layanan
perpustakaan keliling.
− Pembuatan taman belajar/panggung berupa panggung sebagai sarana
ajang kreativitas kepada pengunjung perpustakaan maupun masyarakat.
− Lomba mocopat siswa SD , lomba bercerita siswa SD , lomba menulis cerita
legenda desa serta lomba mendongeng guru TK/PAUD untuk menambah
keterampilan bercerita/mendongeng, menulis dan menyanyi bahasa jawa
serta meningkatkan jumlah kunjungan ke perpustakaan.
− Pengadaan alat peraga pendidikan, alat permainan edukatif untuk anak
dan story telling merupakan stimulan untuk meningkatkan kunjungan ke
perpustakaan serta meningkatkan minat baca kepada anak.
− Pelatihan pengelola perpustakaan dan rumah belajar , seminar
perpustakaan, forum komunikasi dan road show arpusda, pelatihan
keterampilan pemasaran on-line (DBHCHT), pembuatan profile arpusda
untuk meningkatkan pemahaman/ pengetahuan tentang kepustakaan,
wawasan hasil koordinasi se-jateng, maupun pemasaran secara on-line.
− Lomba perpustakaan desa/kelurahan dan sekolah dalam rangka
pembinaan kepada lembaga perpustakaan yang ada di lima belas (15)
kecamatan, dimana masing-masing kecamatan mengajukan masing-masing
satu (1) perpustakaan ditingkat SD, SMP, dan desa/kelurahan. Diharapkan
pengelola perpustakaan terus berpacu untuk meningkatkan mutu dan
pelayanan yang pada akhirnya akan menarik minat dan membudayakan
membaca.
Kegiatan Tahun 2016 yang tertuang dalam RPJMD 20116 – 2021 masih
ada yang belum terlaksana (Lomba Membaca Cepat) karena belum adanya
alokasi anggaran dan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga
SKPD belum siap untuk melaksanakannya.
Tabel III.45
Capaian Kinerja Urusan Perpustakaan Berdasarkan
Indikator RPJMD 2016-2021
%Capaian
Capaian
Capaian kinerja
No. Indikator Kinerja Program Kinerja Target 2016
Kinerja 2016 terhadap
2015
target
Rata-rata Kemampuan Membaca 120
1 DTD
Cepat Anak SD kata/menit
Rata-rata Kemampuan Membaca 200
2 DTD
Cepat Anak SMP kata/menit
Rata-rata Kemampuan Membaca 250
3 DTD
Cepat Anak SMA kata/menit
4 Jumlah Perpustakaan 798 813 798 98,15
125 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Gerakan Pramuka sebagai penyelenggara pendidikan kepanduan
Indonesia yang merupakan bagian pendidikan nasional, bertujuan untuk
membina kaum muda dalam mencapai sepenuhnya potensi-potensi spiritual,
sosial, intelektual dan fisiknya. Sebagai bagian dari pendidikan nasional maka
kegiatan kepramukaan yang selama ini dilaksanakan di sekolah sebagai
kegiatan ekstrakulikuler perlu ditunjang dengan fasilitas kelengkapan buku
penunjang kepramukaan serta tenda pramuka untuk SD dan SMP, sehingga
pada tahun 2016 melalui APBD kabupaten melaksanakan Pengadaan Buku
Penunjang Ekstrakurikuler Wajib Pramuka Jenjang SD serta kursus mahir
tingkat dasar pramuka.
Salah satu upaya untuk membina mental dan watak serta jiwa
nasionalisme pemuda adalah melaui kegiatan paskibra yang meliputi seleksi
calon paskibra dari siswa siswi SMA di Kabupaten Wonosobo, pelatihan serta
pelaksanaan upacara bendera 17 agustus. Paskibra dibentuk dengan tujuan
membina watak, kemandirian dan profesionalisme, memelihara dan
meningkatkan rasa persaudaraan, kekeluargaan, persatuan dan kesatuan,
mewujudkan kerjasama yang utuh serta jiwa pengabdian kepada bangsa dan
negara, memupuk rasa tanggng jawab dan daya cipta yang dinamis serta
kesadaran nasional dikalangan para anggota dan keluarganya.
126 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Selain pembinaan atlet, keberadaan sarana olahraga juga perlu
mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah, Secara bertahap GOR
mulai dibenahi dengan pembuatan jalan masuk stadion, pembagunan saluran
air dan pemasangan instalasi listrik
Tabel III.47
Capaian Kinerja Urusan Pemuda dan Olahraga Tahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJMD 2016-2021
%Capaian
Capaian Capaian
kinerja
NO Indikator Kinerja Program Kinerja Target 2016 Kinerja
terhadap
2015 2016
target
Persentase organisasi pemuda yang
1 10% 10% 10% 100,00
berbadan hukum
Persentase organisasi pemuda yg
difasilitasi dalam peningkatan
2 5% 5% 6% 120,00
kapasitas dan manajemen
kepemudaan
3 Persentase organisasi pemuda aktif 40% 40% 45% 112,50
4 Persentase komunitas olahraga aktif 25% 25% 25% 100,00
Rasio klub olahraga terhadap jumlah
5 0,652 0.652 0,863 190,60
penduduk
Persentase kenaikan prestasi
6 DTD DTD 1%
olahraga tk prov , nasional
Rasio Gelanggang Olah Raga per
7 1,81 1,81 1,96 108,29
1.000 Penduduk
Rasio Lapangan Olah Raga per
8 0,0024 0,0024 0,0052 216,67
10.000 Penduduk
Persentase kenaikan jumlah pemuda
9 DTD DTD 1%
berprestasi
Sumber: Disdikbupora, Kantor Kesbangpollinmas (diolah)
4. Misi 4: Meningkatkan pelayanan dasar dan sarana prasarana publik untuk kesejahteraan
yang merata
Pencapaian misi keempat didorong dengan melaksanakan penyelenggaraan urusan
pemerintahan di sektor :
− Pendidikan
− Kesehatan
− Sosial
− Perumahan rakyat dan kawasan permukiman
− Pekerjaan umum dan penataan ruang
− Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
− Pengendalian penduduk dan keluarga berencana
− Tenaga kerja
− Pemberdayaan masyarakat dan desa
− Kependudukan dan catatan sipil
− Pertanahan
− perhubungan
128 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.48
Capaian Kinerja Misi 4
CAPAIAN S.D.
TARGET
INDIKATOR TARGET CAPAIAN 2016
TUJUAN SASARAN 2015 %CAPAIAN AKHIR
SASARAN 2016 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
Misi 4: Meningkatkan pelayanan dasar dan sarana prasarana publik untuk kesejahteraan yang merata
Terwujudnya 1 Terpenuhinya layanan dan hak dasar IPM 65,71 66 65,71 98,99 69,74 94,22
pertumbuhan yang untuk kesejahteraan masyarakat
berkeadilan dalam aspek
ekonomi, sosial dan
lingkungan untuk
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat dan
penanggulangan
kemiskinan
Rata-rata Lama 6,11 6 6,11 98,95 7,11 85,94
Sekolah
Angka Melek 96,1 96,75 98,91 102,23 99,99 98,92
Huruf penduduk
15 tahun ke atas
Rata-Rata Usia 71,02 71,35 71,35 100,00 73 97,74
Harapan Hidup
Angka Kematian 83,14 79,81 116,56 146,05 63,18 54,20
Ibu
Angka Kematian 9,66 9,3 12,82 137,85 7,5 58,50
Bayi
Prevalensi Balita 2,20% 2,02% 2,56% 126,92 1,1% 42,97
Gizi kurang
Prevalensi balita 0,82% 0,12% 0,60% 20,00
gizi buruk
129 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
CAPAIAN S.D.
TARGET
INDIKATOR TARGET CAPAIAN 2016
TUJUAN SASARAN 2015 %CAPAIAN AKHIR
SASARAN 2016 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
Persentase KK 47,95% 0,53375 0,12 22,48 80,50% 14,91
yang
mendapatkan
akses sanitasi
dasar
Persentase 63,17% 64,31% 60,37% 93,88 70% 86,24
panjang jalan
kabupaten
dalam kondisi
baik dan sedang
2 Terpenuhinya layanan penunjang IPG (Indeks 92,51 92,926 92,91 99,98 92,93 99,98
untuk pemenuhan kebutuhan Pembangunan
masyarakat secara lebih berkeadilan Gender)
IDG (Indeks 45,36 45,7 47,72 104,42 45,70 104,42
Pemberdayaan
Gender)
Prevalensi 3,11 2,925 2,7 92,31 2,93 92,31
Kekerasan
Terhadap Anak
TFR (Total 2,2 2,1834 2,13 97,55 2,18 97,55
Fertility Rate)
Prosentase 79,03% 81% 79,48% 97,89 81,19% 97,89
Penduduk
Berakte
Kelahiran
Presentase 97,7 98,0833 91,57 93,36 98,08 93,36
Penduduk Ber
KTP
130 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
CAPAIAN S.D.
TARGET
INDIKATOR TARGET CAPAIAN 2016
TUJUAN SASARAN 2015 %CAPAIAN AKHIR
SASARAN 2016 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
3 Terwujudnya kesetaraan Indeks Gini 0,34 0,34 0,34 100 0,34 100,00
pertumbuhan ekonomi antar Indeks 0,35 0,35 0,35 100 0,35 100,00
wilayah Williamson
4 Meningkatnya kesejahteraan Persentase 21,40% 19,74% 21,40% 108,41% 11,40% 53,27
ekonomi Angka
Kemiskinan
Indeks 3,54 3,44 3,54 102,91 2,90 81,92
Kedalaman
Kemiskinan
Indeks 1,04 1,035 1,04 100,48 1,010 97,12
Keparahan
Kemiskinan
5 Berkembangnya lapangan kerja dan Tingkat 5,31 5,25 4,47 85,14 5,25 85,14
kesempatan kerja Pengangguran
Terbuka
Partisipasi 73,9 74,28 74,75 100,63 74,28 100,63
Angkatan Kerja
Dependency 56,76 56,06 50,51 90,10 56,06 110,99
Ratio
Tingkat 94,66 94,7 95,52 100,87 94,70 100,87
Kesempatan
Kerja
131 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Berikut disampaikan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menopang pencapaian misi ke-
empat dari Pemerintah kabupaten Wonosobo
a. Urusan Pendidikan
1) Program Pendidikan Anak Usia Dini
Program Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan untuk memperluas akses dan
meningkatkan mutu layanan PAUD melalui lembaga PAUD, Taman Kanak-Kanak (TK),
Raudhatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat, serta, berbentuk Kelompok
Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang sederajat, dan jalur
informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh
lingkungan.
Dana Alokasi Khusus bidang pendidikan pada tahun 2016 dialokasikan untuk
kegiatan pengadaan koleksi Perpustakaan SD, media pendidikan sekolah, perangkat
lunak, peralatan laboratorium bahasa, alat peraga pendidikan, pembangunan jamban,
serta rehab ruang dan penambahan kelas baru.
Untuk meminimalisir jumlah anak putus sekolah seluruh SD/MI dan SMP/MTs
mendapatkan alokasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari Pemerintah Pusat
berdasarkan usulan dari sekolah. Penyaluran BOS dari pemerintah pusat melalui
mekanisme transfer langsung ke rekening sekolah. Selain itu Bantuan Keuangan
Provinsi Jawa Tengah juga memberikan anggaran Pendampingan BOS bagi SD/SDLB/MI
dan SMP/SMPLB/MTs dengan mekanisme penyaluran oleh Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga ke rekening sekolah penerima.
Untuk prestasi non akademis penyelenggaraan Festival dan Lomba Seni Siswa
Nasional (FLS2N) menjadi wadah bagi siswa SMP untuk menunjukkan kelebihan
mereka di seni kriya, vocal group, seni tari, seni baca Al-Qur’an, cipta cerpen Bahasa
Indonesia, story telling, festival music tradisional, menyanyi tunggal, seni lukis, cipta
puisi, cipta lagu, desain motif batik. Sedangkan bagi siswa yang berbakat di olahraga,
Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) adalah media bagi peserta didik untuk
mengekspresikan potensinya dalam bidang Olahraga. Selain itu, lomba dan
pertandingan ini diharapkan dapat meningkatkan atmosfer olahraga yang positif antar
sekolah dalam rangka memotivasi dan memberikan pelayanan bagi peserta yang
berpotensi dalam bidang olahraga. Terpilihnya para juara cabang olah raga jenjang
SMP untuk mewakili Kabupaten Wonosobo ke tingkat Provinsi dan Nasional.
134 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
4) Program Pendidikan Non Formal
Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang dimaksud dengan pengertian pendidikan non formal adalah jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Tujuan Program Pendidikan Non Formal (PNF) adalah meningkatkan
ketersediaan dan keterjangkauan layanan pendidikan keaksaraan usia 15 tahun ke atas
dengan berbasis pemberdayaan, berkesetaraan gender dan relevan dengan kebutuhan
individu dan masyarakat. Selain itu layanan PNF ditujukan untuk meningkatkan
ketersediaan dan keterjangkauan layanan pendidikan kecakapan hidup, kursus dan
pelatihan serta pendidikan kewirausahaan yang bermutu dan berdaya saing serta
relevan dengan kebutuhan pemerbdayaan masyarakat, dunia usaha dan dunia industri,
khususnya bagi penduduk putus sekolah dalam dan antar jenjang sehingga dapat
bekerja dan atau berusaha secara produktif, mandiri dan profesional. Beberapa
kegiatan yang didanai dalam rpgram ini anatara lain pembangunan ruang kelas untuk
AGAPE, pembangunan taman belajar AL Salaf kalianget dan pembangunan gedung
PKBM Wonokasian Kecamatan Selomerto.
137 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Capaian % Capaian
Capaian
No Indikator Kinerja Program Kerja Target terhadap target
Kerja 2016
2015 2016
13 Angka Melanjutkan (AM) dari SMP ke 74,1 70,73
75 94,31
SMA/SMK
14 Persentase ruang kelas SD yang memenuhi 66% 70%
standar nasional pendidikan 68% 102,94
138 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Capaian % Capaian
Capaian
No Indikator Kinerja Program Kerja Target terhadap target
Kerja 2016
2015 2016
16-18 tahun
41 Persentase indeks nilai sikap siswa SMA 75% 76%
75% 101,33
kategori baik
42 Rasio APK SMA penduduk usia sekolah 20% 0,52 0,55 91,67
0,6%
penduduk termiskin dibanding 20% terkaya
140 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Permasalahan Solusi
3. Masih rendahnya kualitas lembaga Mendorong dan memfasilitasi akreditasi lembaga
pendidikan masyarakat pendidikan masyarakat
4. Masih minimnya sekolah inklusi baik jenjang Menambah jumlah guru yang terlatih baik di sekolah
SD,SMP maupun SMA karena katerbatasan inklusi maupun di sekolah yang memiliki siswa
jumlah guru yang terlatih. berkebutuhan khusus melalui pelatihan.
5. Kemampuan pengoperasian komputer di Mengintegrasikan mata pelajaran TIK dalam
tingkat sekolah masih rendah. pembelajaran umum.
b. Urusan Kesehatan
1) Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
Sebagaimana diamanatkan dalam UU no. 36 tahun 2009, Pemerintah daerah
berwenang merencanakan kebutuhan perbekalan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
daerahnya namun dengan tetap memperhatikan pengaturan dan pembinaan standar
pelayanan yang berlaku secara nasional. Pada tahun 2016 Pemerintah Kabupaten
Wonosobo berupaya untuk memenuhi kecukupan obat dan perbekalan kesehatan
melalui pengadaan obat generik esensial dan perbekalan kesehatan baik untuk rumah
sakit maupun puskesmas, pustu dan PKD. Untuk kebutuhan obat diluar obat generic,
dilakukan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan diluar DOEN bagi pelayanan
kesehatan dasar serta pengembangan Puskesmas Rawat Inap.disamping hal tersebut,
bahwa pelayanan kesehatan di puskesmas dan tuntutan masyarakat semakin
komprehensif. Hali ini harus dicukupi kebutuhannya
Secara umum kegiatan pada program ini terbagi dalam beberapa kelompok
kegiatan yaitu kampanye perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), percepatan desa
siagaaktif , pembinaan pos kesehatan pondok pesantren (Poskestren), saka bakti
husada dan pengembangan dan integrasi posyandu melalui stratanya. Sasaran yang
ingin dicapai melalui Kegiatan-kegiatan pada program ini yaitu terdapat peningkatan
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
142 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
6) ProgramPengembanganLingkungan Sehat
Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, mauppun sosial yang memungkinkan setiap orang
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, lngkungan sehat itu meliputi
lingkungan pemukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas
umum lingkungan sehat harus bebas dari unsur – unsur yang menimbulkan gangguan
kesehatan, antara lain : limbah cair, limbah padat, limbah gas, sampah, binatang
pembawa penyakit, zat kimia yang berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang batas,
sinar radiasi, dan air yang tercemar.
11) Program Pelayanan Kesehatan BLUD Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit
Program ini meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja barang
dan jasa BLUD, belanja sarana prasarana aparatur dan belanja modal lainnya. Untuk
pelayanan adiminstrasi perkantoran telah dicukupinya beberapa kebutuhan
diantaranya peralatan tekhnologi, meubeler, pengadaan alat rumah tangga,pengadaan
printer,alat-alat kesehatan dan pembangunan gedung poliklinik rumah sakit dan
puskesmas. Pembelian hal tersebut digunakan untuk melaksanakan kegiatan -kegiatan
diantaranya penyediaan jasa surat menyurat, penyediaan jasa komunikasi, konsultasi
keluar daerah, rapat-rapat koordinasi dan konsultasi dalam daerah, penyelesaian
pekerjaan kantor dan penyediaan jasa pelayanan umum pemerintah. Sedangkan untuk
pelayanan sarana dan prasarana aparatur dicukupinya kendaraan dinas dan yang
lannya. Untuk program disiplin aparatur diwujudkan dalam bentuk kegiatan pengadaan
yaitu: pengadaan pakaiankhusus hari-hari tertentu pada Dinas Kesehatan dan
pengadaan pakaian kerja lapangan pada RSUD Setjonegoro. Sedangkan program untuk
penigkatan kapasitas sumberdaya aparatur dilaksanakan dalam bentuk kegiatan
pendidikan dan pelatihan. Program yang bertujuan untuk meningkatan pengetahuan
dan ketrampilan petugas kesehatan
144 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.51
Capaian kinerja Urusan Kesehatan Tahun 2016
berdasarkan Indikator Kinerja RPJMD 2016-2021
Capaian
Capaian Kinerja %Capaian kinerja
NO Indikator Kinerja Program Target 2016 Kinerja
2015 terhadap target
2016
Cakupan kunjungan Ibu Hamil
1 89,64 89,64 90,27 100,70
K4
Cakupan komplikasi
2 123,1 100 100 100,00
kebidanan yang ditangani
Cakupan persalinan ditolong
3 nakes yang mempunyai 99,7 99,7 99,36 99,66
kompetensi kebidanan
Cakuan kunjungn nifas
4 97,8 97,8 99,46 101,70
lengkap
Cakupan penduduk yang
5 58,76 58,76 58,76 100,00
memiliki jaminan kesehatan
Persentase puskesmas
6 melaksanakan pemeriksaaan 100 100 100 100,00
dan survailans jamaah haji
Cakupan kesehatan bayi
7 99,2 99,35 100 100,65
(kunjungan bayi)
Angka kelangsungan hidup
8 99,03 99,03 98,8 99,77
bayi
Cakupan pelayanan kesehatan
9 100 100 65,25 65,25
anak balita
Persentase ketersediaan obat
10 90 90 100 111,11
dan vaksin di Puskesmas
Persentase penggunaan obat
11 42 45 45 100,00
raisional di Puskesmas
Rasio kebutuhan :
12 1:06 1:06 1:08 103,03
Ketersediaan obat
Persentase pelayanan
13 41,6 41,6 41,67 100,17
kefarmasian sesuai standart
Persentase apotik, toko obat,
14 dan toko alat kesehatan yang 90 90 100 111,11
punya izin
Ratio bed rawat inap
15 1: 6507 1: 6507 100,00
persatuan penduduk
Rasio puskesmas, poliklinik
16 1:1:10.073 1:10.073 1:10.073 100,00
,pustu, persatuan penduduk
Persentase puskesmas yang
17 mempunyai sarana dan 41,6 41,6 33,33 80,12
prasarana sesuai standart
Indek kepuasan pelanggan
18 elayanan kesehatan rawat 68,3 68,3 100 146,41
jalan
Indek kepuasan pelanggan
19 elayanan kesehatan rawat 83,5 83,5 79,78 95,54
inap
Angka kematian BBLR (1.500
20 4,5 4,5 7,06 63,74
gr2500 gr) di rumah sakit
Ketersedian obat dirumah
21 98 98 97 98,98
sakit
Lama tunggu pelayanan rawat
22 75 75 57 131,58
jalan
145 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Capaian
Capaian Kinerja %Capaian kinerja
NO Indikator Kinerja Program Target 2016 Kinerja
2015 terhadap target
2016
23 Lama tunggu pelayanan obat 29 29 122 23,77
Persentase puskesmas
24 16 33 33,33 101,00
terakriditasi
Persentase fasilitas pelayanan
25 kesehatan yang memiliki 96,3 96,3 88,37 91,77
izioperasional
Penanganan penderita TB
26 - 100 100 100,00
sesuai standart
27 Prevalensi HIV 0,038 4,00% 0,04 100,00
Cakupan penemuan penderita
28 23,3 23,3 23,47 100,73
pneumonia Balita
Persentase kasus DBD yang
29 100 100 100 100,00
ditangani
30 Angka Kematian DBD 4,4 4,4 22,44 510,00
Persentase penemuan
31 46,7 46,7 78,8 168,74
penderita diare
Persentase anak usia 0-11
32 bulan yang mendapat 99,3 98,3 101,7 103,46
imunisasi dasar lengkap
Cakupan desa/kelurahan
33 Universal Vhild Imunizatio 100 100 99,24 99,24
(UCI)
Penemuan kasus AFP Non
34 2,3 2 2,3 115,00
polio usia < 15 tahun
Persentase kejadian luar biasa
35 (KLB) penyakit yang dilakukan 100 100 100 100,00
penanggulangan <24 jam
36 Angka kematian malaria 0,02 0,02 0,02 100,00
Persentase penanganan
37 100 100 100 100,00
penderita malaria
Persentase kasus filariasis
38 yang mendapatkan 100 100 100 100,00
pengobatan
Persentase cakuan penemuan
39 82 82 100 121,95
kasus kusta baru tanpa cacat
Persentase tekanan darah
40 1,19 1,19 0,74 62,18
tinggi
Persentase wanita usia 30-50
41 tahun yang dideteksi dini 1,5 1,5 0,9 60,00
kanker serviks dan payudara
Prevalensi obesitas penduduk
42 20 20 0,13 0,65
usia > 18 tahun
Persentase penderita
43 95 95 95 100,00
gangguan jiwa bebas pasung
Prevalensi ibu hamil (KEK)
44 11,95 11,8 9,25 78,39
kurang enegi kronik
Persentase bayi usia kurang
45 dari 6 bulan mendapat Asi 62,9 62,9 68,93 109,59
Eksklusif
Prevalensi bayi dengan berat
46 4,71 4,71 5,1 108,28
badan lahir rendah(BBLR)
146 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Capaian
Capaian Kinerja %Capaian kinerja
NO Indikator Kinerja Program Target 2016 Kinerja
2015 terhadap target
2016
Persentase anak balita gizi
47 buruk yang mendapat 100 100 100 100,00
perawatan
Prevalensi stunting(pendek
48 dan sangat pendek) pada anak 16,85 16,85 11,14 66,11
baduta bawah dua tahun
Prevalensi gizi kurang
49 (underweight) pada anak 2,2 2,2 2,56 116,36
balita
Cakupan pemberian makanan
50 pendamping ASI balita usia 6- 100 100 100 100,00
24 bulan
Persentase balita gizi kurang
51 dari keluarga miskin tang 80 85 100 117,65
tertangani
Persentase balita gizi buruk
52 dari keluarga miskin tang 80 85 100 117,65
tertangani
Cakupan desa siaga aktif
53 5 5 6,7 134,00
strata mandiri
54 Cakupan rumah tangga sehat 71 71 74 104,23
Persentase posyandu dengan
55 20 20 20,6 103,00
strata mandiri
Persentase makanan di kantin
56 sekolah dan industri rumah 42 45 54,8 121,78
tangga yang memenuhi syarat
Prsentase industri rumah
tangga pangan yang memiliki
57 82,5 82,5 79,06 95,83
sertifikat produksi pangan
(SPP-IRT)
Jumlah desa / keurahan yang
58 melaksanakan sanitasi total 1 1 1 100,00
berbasis masyarakat (STBM)
59 Persentase desa ODF 4,9 6 6,03 100,50
Persentase tempat tempat
60 umum(TTU) yang memenuhi 70,11 70,11 75,9 108,26
syarat kesehatan
Persentase tempat
pengolahan makanan (TPM)
61 45 48 51,69 107,69
yang memenuhi syarat
kesehatan
Persentase fasilitasi pelayanan
62 10 45 39,28 87,29
kesehatan ramah lingkungan
Persentase rumah tangga
63 33,57 40 -
miskin berakses sanitasi layak
64 Cakupan pelayanan lansia 99,7 99,7 69,98 70,19
Sumber : Dinas Kesehatan, 2016
Selain dua indikator tersebut diatas, terdapat indikator yang masih bertahan
dan ada kecendrungan menurun yaitu capaian pembangunan kesehatan dalam
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan (menurun menjadi 99,36% di tahun 2016, tahun sebelumnya adalah 99,77%),
dan indikator yang masih bertahan adalah cakupan komplikasi kebidanan yang
ditangani sebesar 100% tahun lalu dan tahun 2016 ini tetap 100%.Namun ada indikator
yang lain juga masih bertahan, antara lain: cakupan balita gizi buruk mendapat
perawatan sebesar 100%, cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC
BTA positif sebesar 100%. Dan cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit
DBD juga masih bertahan 100%.serta cakupan kunjungan bayi.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas, Dinas Kesehatan terus berupaya menekan
angka tersebut melalui kegiatan kelas Ibu hamil yang dianjurkan bahwa setiap desa di
Wonosobo melaksankan kelas ibu hamil untuk dapat mendeteksi lebih dini adanya
resiko tinggi pada ibu hamil sehingga bisa dicegah agar tidak terjadi kematian ibu
melahirkan. Dan peningkatan cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
antenatal, menurunkan angka anemia pada ibu hamil dan remaja putri, meningkatkan
peran dan fungsi posyandu serta memberikan edukasi dan informasi mengenai resiko
tinggi kehamilan.serta memperkuat peran PKD sehingga dimungkinkan untuk
pelayanan persalinan, sehingga dapat meningkatkan akses pelayanan, begitu juga
halnya peran desa siaga dan UKBM lainnya, perlu ditingaktkan agar semakin mudah
masyarakat mendapatkan pertolongan persalinan dan juga rujukan.
c. Urusan Sosial
1) Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya
Tujuan program ini adalah untuk mengurangi beban pengeluaran bagi
kelompok masyarakat miskin dan kurang mampu. Kegiatan yang telah dilaksanakan
yaitu: Pemberdayaan PMKS, Pendampingan Program Keluarga Harapan,
Pendistribusian Raskin dan Kegiatan Pasar Murah Menjelang Lebaran.
151 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
3) Program Pembinaan Anak Terlantar
Fenomena merebaknya anak terlantar merupakan persoalan sosial yang
kompleks, keberadaan mereka tidak jarang menjadi masalah bagi banyak pihak baik
keluarga, masyarakat dan negara. Karena anak merupakan aset generasi penerus
bangsa yang perlu ditingkatkan kualitasnya melalui pembinaan anak terlantar dalam
bentuk kegiatan Penanganan Anak Terlantar dan putus sekolah bekerja sama dengan
Balai Rehabilitasi Anak Putus Sekolah, Anak Nakal dan Anak Berhadapan dengan
hukum yang tersebar diwilayah Jawa Tengah dengan mengadakan pengiriman
pelatihan ketrampilan Boga, Salon dan perbengkelan bagi remaja putus sekolah
sehingga mereka dapat meningkatkan kemauan dan kemampuan berwirausaha.
4) Program Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial (Eks Narapidana, PSK, Narkoba
dan Penyakit Sosial Lainnya)
Program ini merupakan upaya rehabilitasi bagi penyandang penyakit sosial,
yang bertujuan untuk menyiapkan masa depan para penyandang penyakit sosial agar
mereka dapat kembali hidup bermasyarakat secara mandiri. Pola pembinaan yang
dilakukan yaitu dengan melalui penyuluhan, pelatihan ketrampilan dan pemberian
modal usaha kepada 35 orang eks penyandang penyakit sosial.
Melihat peran yang begitu besar sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk
membina dan mendukung keberadaan lembaga kesejahteraan sosial ini. Wujud
pembinaan terhadap lembaga ini yaitu berupa pelatihan dan bintek penanganan PMKS
yang diikuti oleh 40 PSM dan 40 pengurus karang taruna, pengiriman pelatihan kader
social ke stakeholder terkait selama tahun 2016 sebanyak 114 orang.
Tabel III.52
Capaian Kinerja Urusan Sosial Tahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJM 2016 – 2021
Target %Capaian
Capaian 2016 Capaian Kinerja
Indikator Kinerja Pembangunan
No. Kinerja Kinerja dibandingkan
Daerah
2015 2016 dengan
target
Persentase PMKS yang terlayani
1 88,40 88,40% 90 101,81
jaminan sosial
2 Persentase PMKS yang mendapat
44,20 42,20% 26 61,61
bansos
3 Persentase penyandang cacat fisik NA
dan mental serta lanjut usia tidak
NA 19 #VALUE!
potensial yang menerima jaminan
sosial
4 Persentase PMKS yang menerima
program pemberdayaan melalui
32 32% 8 25,00
KUBE atau kelompok sosial
ekonomi sejenis lainnya
5 Persentase anak terlantar, balita 46,40% 61,61
terlantar, ABH, anak dengan
46,40 71,2
kecacatan yang terpenuhi
kebutuhan dasarnya
6 Jumlah panti sosial 17 17 17 100,00
7 Presentase panti sosial berbadan
60 60% 94,1 156,83
hukum
8 Presentase lembaga sosial yang 40%
40 45 61,61
berbadan hukum
9 Presentase PMKS yang 42,84%
memperoleh bantuan sosial untuk 42,84 26 60,69
pemenuhan kebutuhan dasar
10 Cakupan Raskin terhadap Rumah 61,60%
61,60 61,60 100,00
Tangga Miskin
11 Persentase rata-rata kenaikan PMKS 2% 101,81
DTD 11,5
yang memiliki kemandirian ekonomi
Sumber: Bagian Sosial dan Kesra Setda Tahun 2016
153 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
tresna werda (panti jompo), 1 panti sosial bina laras, 2 panti sosial bina rungu wicara, 1
rumah singgah/ Shelter dan pada tahun 2016, 16 panti telah berbadan hukum artinya
secara kelembagaan panti tersebut sudah mendapat pengakuan dari kementerinan
Hukum dan HAM. Sedangkan Kelembagaan Sosial yang sudah berbadan hukum
mencapai 45 % meningkat 5 % dibandingkan tahun 2015.
Permasalahan dihadapi dalam pelaksanaan urusan sosial serta upaya yang perlu
dilakukan adalah:
Tabel III.53
Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Sosial
NO PERMASALAHAN SOLUSI
1. Data PMKS belum valid/lengkap Menyusun rencana dan mekanisme pendataan
PMKS yang ter update
2. Tidak terlayaninya penyandang masalah Keterlibatan sejumlah pekerja sosial dan
kesejahteraan sosial dalam keluarga menyalurkan para penyandang PMKS ke
miskin oleh berbagai program akibat beberapa unit-unit rehabilitasi (UPT dan
ketidaktahuan keluarga maupun Panti Asuhan Negeri/ Swasta)
ketidakmampuan program menjangkau
keberadaannya
3. Keterbatasan kapasitas (SDM, sarana dan • Meningkatkan kualitas SDM kesejahteraan
prasarana) bagi penyelenggaraan kegiatan sosial masyarakat, antara lain TKSM/relawan
pelayanan/rehabilitasi dan keberagaman sosial, karang taruna, organisasi sosial, dan
kondisi dan keberadaan penyandang kelembagaan sosial di tingkat lokal.
masalah kesejahteraan sosial • Melakukan prioritasi dalam penentuan sasaran
Pada tahun 2016 upaya peningkatan akses sanitasi khususnya air limbah rumah
tangga dilaksanakan melalui kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM)
yang berkonsentrasi menuntaskan di wilayah perkotaan Wonosobo. Kegiatan ini
dilaksanakan di satu lokasi yaitu pada RW 11 Kelurahan Kalibeber Kecamatan
Mojotengah dengan anggaran yang terealisasi sebesar Rp 450.222.400,00 berupa
bantuan langsung masyarakat yang diterimakan kepada KSM Munggang Resik, dengan
output berupa pembangunan 1 (satu) unit septictank komunal yang dapat melayani 78
KK di lingkungan tersebut.
154 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Selain kegiatan SLBM untuk menunjang pencapaian universal accses,
Kabupaten Wonosobo juga mendapat alokasi kegiatan Pembangunan Akses Air
Limbah Setempat (Septictank). Kegiatan tersebut berupa pembangunan septictank
individu dan septictank komunal terbatas dengan realisasi anggaran sebesar Rp.
980.784.496,00 yang menghasilkan output berupa pembangunan 132 unit septictank
yang dapat melayani 168 KK untuk 148 rumah.
Kondisi
% capaian
Kinerja Pada 2016
No. Indikator Kinerja Program terhadap
Awal RPJMD
target
2015 Target Capaian
1 Rasio Rumah layak huni 0,885 0,890 0,750 84,27
Kekurangan tempat tinggal (backlog)
2 34,416 33,666 37.608
berdasarkan perspektif menghuni 111,71
3 Cakupan rumah layak huni terjangkau 3,57 % 4% 3,8 % 95,00
4 Tempat pemakaman umum 865 865 865 100,00
Sumber: Bappeda, DCKTRK, KPM (Analisis, 2016)
Sebagai salah satu program wajib pemerintah daerah urusan perumahan rakyat
dan kawasan permukiman mempunyai tantangan yang berat terkait anggaran.
Sehingga diperlukan strategi yang dapat dilakukan dalam pengentasan masalah
sanitasi berupa tahapan prioritas penanganan. Tahap awal pengentasan permasalahan
sanitasi diprioritaskan di kawasan kumuh yang terdapat di perkotaan dengan
kepadataan tinggi. Pengembangan sanitasi lingkungan berskala komunitas sangat
tepat dilakukan di wilayah perkotaan. Namun terkendala permasalahan terbatasnya
lahan yang tersedia di lapangan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah dengan memanfaatkan lahan-lahan kosong milik umum/individu
maupun jalan lingkungan yang telah disepakati bersama. Beberapa upaya lain
dilakukan terhadap pengembangan sanitasi lingkungan berskala komunitas berbasis
masyarakat melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk
menjamin keberlanjutan pengelolaan. Selain itu untuk menuntaskannya diperlukan
integrasi antar program maupun antar kegiatan.
Dalam rangka pencapaian indikator dalam SPM urusan Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman, maka perlu dilakukan strategi yang mementingkan
keterpaduan semua sumber daya berupa :
−Penanganan tuntas sasaran
Penangananan kawasan kumuh perlu dilakukan secara tuntas dan menyeluruh pada
suatu wilayah, tidak dilakukan secara parsial. Hal ini mempermudah capaian kinerja
penanganan kawasan kumuhyang didasarkan pada identifikasi kekumuhan suatu
kawasan. Untuk kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Wonosobo termasuk
dalam tingkat kekumuhan yang ringan.
−Penanganan terintegrasi dengan program lain
Dengan masih banyaknya rumah tidak layak huni yang harus diselesaikan maka
sosialisasi dan pengarusutamaan penanganan urusan perumahan dengan indikator
158 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
utama berupa penanganan rumah tidak layak huni (RTLH) dan penyediaan lingkungan
permukiman yang aman dan sehat melalui sarana prasarana dan utilitas pada
program-program pemberdayaan dan pemanfaatan dana transfer desa dapat
memperluas sasaran program dan meningkatkan pembiayaan.Untuk itu seluruh
program-program pengentasan kemiskinan dapat lebih difokuskan pada penanganan
rumah tidak layak.
−Penanganan langsung pada sasaran
Upaya peningkatan kemampuan kepemilikan rumah merupakan salah satu strategi
yang perlu dikembangkan. Hal ini dapat dilaksanakan melalui peningkatan akses
kredit kepemilikan rumah dimana pemerintah berperan sebagai fasilitator dan
penjamin pelaksanaan program. Kerjasama dengan perbankan merupakan salah satu
alternatif yang dapat ditempuh.
161 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
6) Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan
Pengairan lainnya.
Sebagai daerah dengan sebagian besar kondisi geografis pegunungan,wilayah
Kabupaten Wonosobo secara langsung dibebani oleh fungsinya sebagai daerah
tangkapan dan sumber air bagi wilayah di sekitarnya. Bagi daerah yang mayoritas
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, pengembangan sektor sumber
daya air menjadi salah satu kunci penting pengembangan sektor pertanian. Oleh
karena itu, merupakan upaya yang tepat bila kebijakan pembangunan sumber daya
air diarahkan untuk menunjang sektor pertanian menuju peningkatan ketahanan
pangan, dalam hal ini kebijakan teknis operasional yang dirasakan sesuai adalah
rehabilitasi dan peningkatan kapasitas jaringan irigasi.
163 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Disamping itu, untuk memperjelas kewenangan terkait dengan pembangunan
jalan/jembatan sekaligus untuk kebutuhan pendataan asset daerah, sudah diterbitkan
SK Bupati No 620/303/2014 tentang Penetapan Jalan Kabuapten di Wilayah
kabupaten Wonosobo. Sk tersebut digunakan sebagai acuan jaringan jalan yang
masuk kewenangan Pemerintah Kabupaten Wonosobo dan dapat dibiayai
pembangunanya dengan dana APBD. Untuk sementara panjang jalan yang masuk
kewenangan pemerintah kabupaten adalah sepanjang 779,891 km yang tersebar di
semua wilayah Kabupaten Wonosobo.
Program infrastruktur perdesaan juga dilaksanakan oleh Dinas Cipta Karya Tata
Ruang dan Kebersihan dengan alokasi anggaran sebesar Rp532.265.000,00. Program
ini dilaksanakan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat terhadap kebutuhan air
bersih. Kegiatan yang dilaksanakan berupa pembangunan sarana dan prasarana air
bersih tersebut berlokasi di tiga lokasi yaitu Desa Mlandi, Desa Slukatan, dan Desa
Besuki.
Secara garis besar, melalui program perencanaan tata ruang ini dilakukan
penyusunandokumen dan regulasi tata ruangrencana makro (Perda RTRW) dan
rencana mikro (rencana rest area dan penataan kota) sebagai acuan bagi
pengembangan dan pembangunan kawasan di Wonosobo agar lebih efektif dan
efisien sesuai dengan daya tampung dan daya dukung dari kawasan. Dalam program
Perencanaan Tata Ruang ini terdapat 6 item kegiatan yang kesemuanya dilaksanakan
oleh Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Kabupaten Wonosobo yaitu :
Fasilitasi Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah(BKPRD)
Ortorectifikasi Citra Satelit Dan Pemetaan Dasar Skala Detail.
Penyusunan Review Materi Teknis dan Perda RTRW Kabupaten Wonosobo.
Penyusunan Rencana Rest Area.
Perencanaan Pengembangan Kota Kertek.
Pelestarian dan Pengembangan Kota Pusaka.
Secara tugas pokok dan fungsi Organisasi Perangkat Daerah (OPD)di tingkat
kabupaten, terdapat 2 instansi pemerintah daerah (Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dan Dinas Ciptakarya, Tata Ruang dan Kebersihan) dan satu
instansi vertikal (Kantor ATR BPN) yang berwenang menangani urusan penataan
ruang di daerah.Sebagai langkah koordinatif maka sejak 2010 di Wonosobo dibentuk
lembaga adhock yaitu Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Kabupaten
Wonosobo. Keberadaan Badan ini ditujukan untuk menjembatani masing-masing
kewenangan yang dimiliki oleh 3 institusi tersebut sekaligus sebagai langkah untuk
mewujudkan sinergitas yang kokoh dari masing-masing stakeholder. Sesuai arahan
Peraturan Mentri Dalam negeri No 50 tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi
Penataan Ruang Daerah, BKPRD diketuai oleh Sekretaris Daerah dengan sekretariat
164 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
BKPRD berada di Bappeda. Untuk menjamin berfungsinya badan adhock tersebut
maka pada tahun 2016 dianggarkan fasilitasi untuk mendukung fungsi BKPRD.
Fasilitasi BKPRD diwujudkan dalam bentuk rapat/sidang tim pokja perencanaan tata
ruang dan pokja pengendalian pemanfaatan ruang. Selain untuk kebutuhan
rapat/sidang fasilitasi juga diberikan untuk membiayai cek lapangan atas dugaan
pelanggaran tata ruang maupun koordinasi ke BKPRD Provinsi Jawa Tengah dan juga
pemerintah pusat. Besarnya anggaran yang dialokasikan adalah sejumlah Rp.
54.000.000,- guna membiayai operasional BKPRD selama satu tahun penuh.
Kegiatan Ortorectifikasi Citra Satelit dan Pemetaan Dasar Skala Detail perlu
dilakukan sejalan dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional yang menyebutkan bahwa seluruh kegiatan
pembangunan harus direncanakan berdasarkan data spasial yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Kegiatan Penyusunan Rencana Rest Area dilakukan sebagai salah satu langkah
antisipasi untuk mengurangi potensi kecelakan di pusat Kota Kertek. Keberadaan rest
area kendaraan diharapkan akan dapat mengurangi resiko kecelakaan yang
diakibatkan oleh kondisi rem kendaraan yang terlalu panas karena geometrik jalan
yang curam maupun kecelakaan yang disebabkan oleh faktor manusia.
Dibutuhkan kerja keras dan yang lebih baik lagi untuk memenuhi target (yang
diamanatkan oleh RPJMD) serta meningkatkan kinerja pembangunan daerah dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat akan keberadaan infrastruktur yang lebih merata
dan berkeadilan.
167 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
− Mendorong penetapan pagu kegiatan infrastruktur dengan pendekatan tuntas
ruas sehingga akan emberikan manfaat ruas jalan yang lebih besar bagi
masyarakat.
− Permasalahan infrastruktur terkait perkembangan kewilayahan dapat
diminimalisair melalui pengendalian pemanfaatan ruang dengan kebijakan yang
lebih terarah termasuk pelaksanaan insentif dan disinsentif.
168 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
ruang sesuai arahan tata ruang (hal ini ditandai dengan permohonan informasi
tata ruang yang meningkat karena syarat mengikat atas hal-hal yang memang
dibutuhkan masyarakat seperti proses perijinan IMB untuk syarat pinjaman di
bank, proses sertifikasi lahan yang akan digunakan sebagai covernote di bank,
jadi bukan atas kesadaran dan kemauan masyarakat sendiri untuk mengetahui
rencana peruntukan lahan miliknya).
- Belum dipahaminya secara benar terkait bahwa hak kepemilikan lahan pribadi
yang diakui pemerintah, namun penggunaannya dibatasi mengikuti ketentuan
ataupun arahan penataan ruang).
- Pengembangan suatu kawasan acapkali tidak sejalan dengan rencana tata
ruang yang telah disusun (rencana tata ruang akan tetap menjadi dokumen
sedangkan pelaksanaan pembangunan tetap berjalan berdasarkan permintaan
pasar).
- Munculnya konflik sektoral dalam memanfaatkan ruang seperti: kehutanan,
pertambangan, perindustrian, pertanian, lingkungan hidup, pariwisata dan
sebagainya.
- Penurunan luas dan fungsi kawasan resapan air menjadi kawasan terbangun
169 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.55
Matriks Permasalahan dan Solusi
pada Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
No Permasalahan Solusi
1. Masih rendahnya tingkat kesadaran Dilakukan sosialisasi masalah PHBS dan Kesehatan
masyarakat akan sanitasi Lingkungan kepada masyarakat secara berjenjang
dengan integrasi berbagai sektor. Penanganan
masalah sanitasi dilakukanmelalui program Sanitasi
Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) dan menjadi
tumpuan peningkatan capaian kinerja khususnya
yang terkait dengan sanitasi. Diperlukan percepatan
dan penyebarluasan program ini melalui dukungan
sumber daya, baik berupa pendanaan maupun peran
aktif berbagai stakeholder untuk bersama pemerintah
melaksanakan program tersebut
2. Terbatasnya dana pembangunan Dengan terbatasnya alokasi dana untuk
sanitasi pembangunan sanitasi, maka perlu dilakukan
pentahapan prioritas penanganan. Tahap awal
pengentasan masalah sanitasi diprioritaskan
diwilayah perkotaan yang mempunyai kepadataan
tinggi. Pengembangan sanitasi lingkungan berskala
komunitas sangat tepat dilakukan diwilayah
perkotaan dan diintegrasikan dengan program lain.
3. Terbatasnya lahan yang tersedia untuk Salah satu strategi dalam penanganan sanitasi terkait
lokasi IPAL Komunal dengan keterbatasan anggaran adalah dengan
pembangunan IPAL komunal, namun karena
minimnya lahan yang tersedia di permukiman
khususnya perkotaan maka upaya yang dilakukan
adalah dengan memanfaatkan lahan-lahan kosong
milik umum/individu maupun jalan lingkungan yang
telah disepakati bersama.
4. Tingginya angka rumah tidak layak huni Penanganan masalah rumah tidak layak huni, telah
(RTLH) dilakukan beberapa upaya diantaranya integrasi
berbagai program termasuk melibatkan CSR dan dana
non APBN/APBD. Diharapkan kedepannya
keterlibatan berbagai pihak tersebut dapat
ditingkatkan lagi.
5. Rendahnya kepemilikan rumah Penanganan langsung pada sasaran melalui upaya
peningkatan akses kredit kepemilikan rumah, dimana
pemerintah berperan sebagai fasilitator dan
penjamin pelaksanaan program ini. Kerjasama dengan
perbankan merupakan salah satu alternatif yang
dapat ditempuh.
f. UrusanTenaga Kerja
1) Program Perlindungan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan
Program perlindungan pengembangan lembaga ketenagakerjaan dilakukan dalam
dua bentuk kegiatan yaitu sosialisasi serta pengawasan dan perlindungan. Rincian
kegiatan pada program ini adalah sebagai berikut:
170 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
− Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi yang dilakukan meliputi sosialisasi prosedur
penyelesaian PHI (Perselisihan Hubungan Industrial), sosialisasi berbagai
peraturan pelaksanaan tentang ketenagakerjaan, dan BPJS Ketenagakerjaan dan
penyelesaian klaim. Dalam kegiatan Pembinaan Fasilitasi Prosedur Penyelesaian
Hubungan Industrial (PHI), selain dilakukan sosialisasi, juga dilaksanakan
penanganan kasus perdata PHI/PHK.
Pada tahun 2016 ini terdapat perbedaan indikator kineja berdasar RPJMD
dibanding degan tahun sebelumnya. Mengacu pada RPJMD 2016-2021 setidaknya
terdapat 3 program yang masuk dalam urusan ketenagakerjaan yaitu Program
Pengembangan Hubunan Industrial dan Peningkatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
Progra Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja, dan Program
Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif. Ketiga program
tersebut diarahkan pada upaya pencapaian indikator RPJMD di atas.
Indikator capaian Program Pengembangan Hubunan Industrial dan
Peningkatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja antara lain adalah Persentase Kenaikan
Kepersertaan Pekerja Dalam Jaminan Kesehatan, Persentase Sengketa Pengusaha
Pekerja Per Tahun Yang Diselesaikan, Persentase Perusahaan Yang Menerapkan
Syarat Kerja Non Diskriminatif, dan Angka Sengketa Pengusaha - Pekerja Per
Tahun Yang Diselesaikan.
172 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Sementara itu, melalui pemberlakuan Undang-Undang Ketenagakerjaan
Nomor 13 Tahun 2003 yang dapat dipatuhi oleh pekerja dan pengusaha, akan
menciptakan kondisi iklim kerja yang kondusif dan perhatian terhadap kesehatan
dan keselamatan kerja sebagai hak dasar pekerja akan lebih terjamin.
Implementasi program ini dalam beberapa kegiatan yaitu penyelesaian
perselisihan hubungan industrial, pemutusan hubungan kerja, peningkatan
pengawasan, perlindungan dan penegakan hukum tehadap keselamatan dan
kesehatan kerja, peningkatan kegiatan dewan pengupahan kabupaten,
penyelesaian kasus TKI bermasalah, penyelesaian klaim JHT Jamsostek,
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja, dan peningkatan lembaga ketenagakerjaan
LKS bipartit, tripartit, dan serikat pekerja sehingga diharapkan adanya hubungan
harmonis antara pemerintah, perusahaan dan serikat pekerja yang akan
mendukung terciptanya iklim usaha kondusif, pada akhirnya mampu menarik
investor masuk ke Wonosobo.
174 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
pelatihan yang diarahkan pada pencapaian komptensi tertentu bagi peserta
pelatihan, berdasarkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia).
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga kerja yang terlatih dan siap
pakai serta memungkinkan untuk menjadi wirausaha atau membuka usaha sendiri,
maupun bekerja pada dunia industri atau dunia usaha yang ada di Kabupaten
Wonosobo maupun daerah lainnya.
Pada Tahun 2016, dengan alokasi anggaran Rp. 200.000.000,- Kegiatan
Pelatihan Ketrampilan Bagi Pencari Kerja /Pelatihan Institusional (DBHCHT)
sebanyak 8 (delapan) paket pelatihan, berupa pelatihan Tata rias, Menjahit,
Mekanik Sepeda Motor, Meubelair, Komputer, Mekanik Mobil Bensin, Administrasi
Perkantoran, Prosesing Hasil pertanian, AutoCAD, Instalasi Tenaga, Teknisi HP.
Semua kegiatan tersebut dilaksnakan di BLK yang masing-masing paket kejuruan
diikuti oleh 16 orang peserta. Dengan demikian selama pelaksanaan kegiatan,
kegiatan ini diikuti oleh 128 orang peserta pelatihan.
d) Skill Competition
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memacu masyarakat pencari kerja dan
pelajar khususnya di sekolah kejuruan meningkatkan skill / ketrampilan pada
beberapa kejuruan. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk kompetisi ketrampilan
bagi masyarakat umum dan pelajar sekolah kejuruan, untuk ketrampilan pada
kejuruan teknologi informasi, akuntansi, otomotof sepeda motor, dan tata
busana. Kompetisi ini dibagi dalam dua kategori, yaitu masyarakat umum dan
pelajar.
Tabel III.56
Capaian Kinerja Urusan KetenagakerjaanTahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJMD 2016-2021
No Capaian Kinerja Capaian Target Capaian %Capaian
Kinerja 2016 Kinerja kinerja
2015 2016 terhadap
target
1 Persentase kenaikan kepersertaan
0.4% 30% 33,60
pekerja dalam jaminan kesehatan 10,08%
2 Persentase sengketa pengusaha
100% 100% 100% 100,00
pekerja per tahun yang diselesaikan
3 Persentase perusahaan yang
menerapkan syarat kerja non NA 70% 75 % 107,14
diskriminatif
4 Angka sengketa pengusaha -
4 4 2 50,00
pekerja per tahun yang diselesaikan
5 Persentase angkatan kerja yang
mendapatkan pelatihan berbasis 47% 47% 43,19% 91,89
kompetensi
6 Persentase angkatan kerja yang
mendapat pelatihan berbasis 60,7% 60,7% 44,4% 73,15
masyarakat
7 Persentase peserta pelatihan yang
NA NA 0
mendapatkan sertifikat kompetensi
8 Persentase warga miskin yang
mendapatkan pelatihan
0 0 12 %
ketrampilan
175 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
No Capaian Kinerja Capaian Target Capaian %Capaian
Kinerja 2016 Kinerja kinerja
2015 2016 terhadap
target
9 Persentase instruktur bersertifikat
NA NA 18,73 %
kompetensi
10 Persentase Lembaga kursus dan
NA NA 0
Pelatihan bersertifikat Nasional
Sumber: Kantor Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2016
176 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Kegiatan Peningkatan Kapasitas Kelompok Bina Keluarga TKI dilaksanakan
melalui sub kegiatan Rapat Koordinasi Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang
(TPPO), sub kegiatan ini bertujuan untuk pencegahan kasus Perdagangan Orang
(human trafficking).Sub kegiatan lain yang difasilitasi oleh kegiatan ini adalah
Sosialisasi Program Bidang PP dan PA bagi Bina Keluarga TKI, dilaksanakan melalui
sosialisasi Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Nomor 20 Tahun 2010 tentang Panduan Umum Bina Keluarga TKI.Sub Kegiatan
Identifikasi dan Pembentukan kelompok Bina Keluarga TKI di 4 desa kantong TKI, yaitu
Kelurahan Tawangsari, desa Krasak Selomerto, desa Gunturmadu Mojotengah dan
Desa Dempel Kalibawang. Dilaksanakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi
kebutuhan eks TKI guna mencari solusi terkait kesejahteraan bagi keluarga sekaligus
mendorong pembentukan kelompok-kelompok BK TKI.Selain itu, kegiatan ini juga
memfasilitasi kegiatan Rakor Pokja Bina Keluarga TKI Tingkat Kabupaten Wonosobo
yang bertujuan untuk mengkoordinasi pelaksanaan /penyelenggaraan sosialisasi,
identifikasi dan pembentukan kelompok BK TKI serta pendataan buruh migran.
Kegiatan Optimalisasi Gerakan sayang ibu dan bayi dilaksanakan melalui rakor
Gerakan sayang ibu dan anak yang diikuti oleh Tim GSIB Kabupaten dan Tim KSIB
Kecamatan, yang bertujuan untuk melaksanakan koordinasi kegiatan program kerja
GSIB tahun 2016 dalam rangka penurunan angka kematian ibu dan bayi di kabupaten
Wonosobo.Rakor GSIB tingkat desa dan pembinaan SATGAS GSIB juga dilaksanakan
dalam upaya evaluasi program serta implementasi kegiatan GSIB di tingkat Kabupaten
, kecamatan dan Desa Model GSIB. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Pungangan
Mojotengah.Melalui kegiatan ini, terfasilitasi pula Kegiatan Penghargaan Pemenang
Gerakan sayang Ibu dan Bayi Tingkat Kabupaten Wonosobo dengan hasil, Pemenang
Terbaik I Kecamatan Mojotengah, Juara Pemenang Terbaik II Kecamatan Kalikajar dan
Pemenang terbaik III Kecamatan Garung.
178 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
membangun kesepakatan untuk menginisiasi jaringan yang perduli terhadap isu
perempuan dan pengembangan ekonomi mikro bagi perempuan tingkat
kabupaten serta sebagai sarana sosialisasi pembentukan jaringan perempuan
usaha kecil (JARPUK) di kabupaten Wonosobo.
- Rakor desa Peningkatan Produktifitas Ekonomi Perempuan yang dilaksanakan di
desa Pulosaren , diikuti oleh 25 orang pengurus anggota PPEP. Tujuan sub
kegiatan ini adalah mengadakan pembentukan kelompok PPEP dan BKKB PP dan
PA Kabupaten Wonosobo di Desa Miskin, meningkatkan semangat dan
produktifitas ekonomi perempuan, peningkatan kapasitas kelompok usaha kecil
melalui peningkatan partisipasi perempuan dengan metode ABCD (Aset Based
Community Development) serta guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa khususnya bagi perempuan.
179 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Seminar ini juga dibahas tentang macam tindak pidana korupsi sesuai dengan UU
Nomor 31/1999 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20/2001.
- Kegiatan ini juga mefasilitasi sub kegiatan pelaksanaan upacara dan resepsi hari
Kartini yang iikuti oleh 315 orang peserta, terdiri dari unsur Forkompinda beserta
istri, OPD, Organisasi Peremuan , TP PKK, Dharmawanita.
- Selain hari kartini, sub kegiatan lain yang difasilitasi adalah upacara resepsi Hari
anak Nasional dan Upacara resepsi Hari Ibu.
180 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
3) ProgramPeningkatanPeran Serta dan Kesetaraan Gender dalam Pembangunan
Pelaksanaan program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas SDM
perempuan dan juga meningkatkan kapasitas manajemen organisasi perempuan.
Adapun Rincian Kegiatannya sebagai berikut:
- Pencegahan Kekerasan Pada Anak sekolah dan Kesejahteraan Gender dalam
Pembangunan yang dilaksanakan oleh Dinas pendidikan kebudayaan pemuda dan
olahraga
- Kegiatan PKK yang dilaksanakan oleh Kecamatan wadaslintang dan sukoharjo
Tabel III.57
Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Perempuandan Perlindungan Anak
Berdasarkan RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021
% Capaian
Capaian Capaian
Target kinerja
No Indikator Kinerja Kinerja Kinerja
2016 terhadap
2015 2016
target
1 Indek Pembangunan Gender (IPG) 92,51 92,51 #DIV/0!
2 IndekPemberdayaan Gender (IDG) 45,36 45,36 #DIV/0!
3 Persentase Anggaran Reponsif gender 0,13 0,13 0,13 100,00
4 Persentase APBDes Responsif gender dan 10 10 20 200,00
PUHA
5 Persentase anak berhadapan dengan hukum 100% 100% 100% 100,00
yang tertangani
6 Persentase pengaduan korban kekerasan anak 100% 100% 100% 100,00
yang ditangani
7 Persentase pengaduan korban kekerasan 100% 100% 100% 100,00
terhadap perempuan yang ditangan
8 Jumlah lembaga layanan aktif tingkat desa 5 5 6 120,00
9 Persentase Lembaga penyedia layanan PP dan 5 5 6 120,00
PA
10 Persentase perempuan sebagai tenaga 38,21% 38,21% 38,21% 100,00
profesional
11 Persentase keterwakilan perempuan dalam 4,44% 4,44% 4,44% 100,00
parlemen
12 Partisipasi perempuan dalam lembaga 42,71% 42,71% 2,05% 4,80
pemerintahan
13 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan 63,81% 63,81% 63,85% 100,06
14 Rasio KDRT perempuan (kasus yang 4,11% 4,11% 4,11% 100,00
terlaporkan dan tertangani)
15 Persentase Jumlah Tenaga Kerja di bawah 20% 20% NA #VALUE!
umur
16 Angka melek huruf perempuan usia 15 th ke 96,49 96,49 98,69 102,28
atas
17 Prevalensi Kekerasan Terhadap Anak (kasus 2,7 2,7 2,7 100,00
yang terlaporkan dan tertangani)
18 Persentase desa ramah anak 1,50% 1,50% 1,51% 100,67
19 Persentase puskesmas ramah anak 18% 18% 16,67% 92,61
20 Persentase sekolah ramah anak 0 NA #VALUE!
Sumber: Badan KBPPPA, 2016
181 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Dengan melihat tabel di atas dapat dilihat bahwaangka capaian Indeks
Pembangunan Gender (IPG) dan Indek Pemberdayaan Gender (IDG) tahun 2016 belum
dapat ditampilkan karena masih dalam proses penghitungan. Sementara itu untuk data
tahun 2015, capaian Indeks Pembangunan Gender (IPG) adalah 92,51 dan Indek
Pemberdayaan Gender (IDG) adalah 45,36 Capaian angka IPG dan IDG tersebut
menunjukkan bahwa upaya pemberdayaan perempuan dan pengarusutamaan gender
di Kabupaten Wonosobo masih perlu ada penekanan kegiatan.
Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak pada tahun 2016
mengalami penurunan yaitu sebanyak 161kasus yang pada tahun 2015 yang lalu
sejumlah 178 kasus. Walaupun mengalami penurunan, namun angka ini tetap
menunjukkan bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak masih cukup
tinggi. Kondisi ini selayaknya menjadi perhatian bersama baik pihak Pemkab
Wonosobo maupun masyarakat secara umum, dan menjadi alasan kuat untuk lebih
menguatkan kembali fungsi dan peran keluarga sebagai benteng pertahanan utama
dimana perempuan dan anak-anak tinggal dan tumbuh berkembang.
2. Belum terintegrasinya penanganan kasus Mendorong agar korban mau melapor supaya pelaku
kekerasan dalam rumah tangga dengan kekerasan dapat ditindaklanjuti sesuai dengan aturan
institusi kejaksaan dan pengadilan yang berlaku
182 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
h. Urusan Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana
1) Program Keluarga Berencana
Prioritas utama Program Keluarga Berencana dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2016-2021 adalah peningkatan kualitas dan
jangkauan layanan KB melalui klinik pemerintah dan swasta. Untuk meningkatkan
jangkauan layanan KB pada Tahun 2016 telah dilaksanakan kegiatan Fasilitasi Layanan
KB gratis untuk masyarakat miskin di Kecamatan Kepil, Kaliwiro, kalikajar, Wonosobo
dan Garung melalui kegiatan Bhakti Sosial Pelayanan KB bagi keluarga Pra Sejahtera
dan Keluarga Sejahtera I ( Pra KS dan KS 1).
184 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Keluarga merupakan penopang dasar perkembangan individu dalam
masyarakat. Semua aspek kehidupan berawal dari keluarga. Unggl dan kuatnya
individu dalam masyarakat pada awal selalu ditopang oleh institusi keluarga yang
baik, Keluarga yang bahagia dan sejahtera akan membentuk masyarakat Kabupaten
Wonosobo saling asih, asuh bergotong royong dan terdorong untuk maju.
Capaian kinerja Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera juga dapat
dilihat berdasarkan beberapa indikator kinerja berdasarkan RPJMDyang tersaji pada
tabel berikut:
Tabel III.59
Indikator Kinerja Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Berdasarkan RPJMD Tahun 2016-2021
%Capaian
Capaian Target Capaian kinerja
Indikator Kinerja
No Kinerja 2015 2016 Kinerja 2016 terhadap
target
1 Total fertility Rate (TFR) 2,13 2,13
2 Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) 0,55 0,5
Cakupan Penyediaan alat dan obat kontrasepsi untuk
3 8,81% 8,81% 8,81% 100,00
memenuhi permintaan masyarakat 30% setiap tahun
CPR/ Contraceptive Prevalancy Rate (Prevalensi
4 80,20% 80,2 80,46 100,32
Peserta KB aktif)
Cakupan penyediaan informasi data mikro keluarga
5 100% 100% 100% 100,00
di setiap desa/kelurahan 100% setiap tahun
6 Rasio petugas KB /desa 3,1 3,1 4,03 130,00
Age Spesific Fertility Rate (ASFR) 15-19 (Angka
7 95% 90% 65% 72,22
Kelahiran Menurut Golongan Umur)
8 Unmetneed 7,93% 7,80% 8,36% 107,18
Cakupan kepersertaan KB pada PUS keluarga pra
9 45% 48% 30,01% 62,52
sejahtera
Persentase Peserta KB MKJP (Metode Kontrasepsi
10 41,08% 42% 41,02% 97,67
Jangka Panjang)
11 Drop out KB 18,15% 17,90% 17,20% 96,09
12 % Kepersertaan KB Pria 2,50% 2,55% 1,56% 61,18
13 Jumlah Kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) 450 451 432 95,79
14 % anggota Bina Keluarga Balita (BKB) ber-KB 87,33% 87,34% 87,36% 100,02
185 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tujuan Program Keluarga Berencana secara demografi adalah untuk
menurunkan angka kelahiran dan secara filosofis adalah untuk mewujudkan keluarga
kecil bahagia dan sejahtera. Jumlah anak dalam keluarga yang dianjurkan oleh
Pemerintah adalah 2 (dua) anak lebih baik. Berkaitan dengan hal di atas, dapat
diketahui bahwa Total Fertility Rate (TFR) di Kabupaten Wonosobo tahun 2016 tidak
tersedia data, tetapi TFR kabupaten wonosobo tahun 2015 sebesar 2,13. Sedangkan
prevalensi peserta KB Aktif tahun 2016 mengalami penurunan 0,44 % dari 80,90 %
menjadi 80,46 % yang didukung dengan peserta KB Baru sebanyak 23.800 akseptor
yang terdiri dari peserta KB baru murni dan peserta KB ganti cara.
Menurut hasil Updating data keluarga tahun 2016 bahwa Pasangan Usia Subur
(PUS) yang istrinya dibawah usia 20 tahun di kabupaten Wonosobo masih sangat
tinggi dan ini merupakan persentase tertinggi di jawa tengah juga Age Specific
Fertility Rate juga masih tergolong tinggi. Di lain sisi, tingkat partisipasi pria dalam ber
KB jika dilihat dari data persentase peserta KB baru pria, terlihat masih sangat rendah
yaitu sebesar 2,33 % dan sedikit mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Data
tersebut menunjukkan bahwa persentasepeserta KB pria sangat rendah
dibandingkan dengan peserta KB aktif wanita. Hal ini disebabkan karena masih
adanya anggapan sebagian masyarakat bahwa KB merupakan urusan wanita saja,
selain itu juga adanya kekhawatiran pria dalam kontrasepsi MOP dapat menurunkan
libido.
Cakupan Pasangan Usia Subur yang ingin ber KB tapi tidak terpenuhi
(Unmetneed) di kabupaten Wonosobo masih tinggi yaitu sekitar 8,36 %.Hal ini
berkaitan dengan tingkat pengetahuan, akses terhadap layanan dan kualitas
pelayanan. Sementara angka drop out KB juga cukup tinggi sebesar17,20 % . Meskipun
menurun dari tahun sebelumnya, tetapi masih perlu perlu mendapat perhatian dari
semua pihak karena nilai ini masih tergolong tinggi.
186 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.60
Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
No. Permasalahan Solusi
1. Masih lemahnya dukungan dan komitmen Lebih meningkatkan promosi dalam menggerakkan
para stake holder dalam program Program Kependudukan dan Keluarga Berencana juga
kependudukan, Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di masyarakat dengan melakukakan
pembangunan keluarga kerjasama dengan Tim Penggerak PKK, TNI, Polri, Muslimat
dan Aisiyah, serta organisasi masyarakat lainnnya
2. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat Perlu adanya revitalisasi program dan kegiatan
tentang Program Kependudukan, KB dan Kependudukan dan keluarga berencana , serta
Pembangunan Keluarga perencanaan program dan kegiatan yang lebih
terintegratif.
3. Pengetahuan remaja tentang kesehatan Peningkatan jumlah dan peran PIK KKR di setiap
reproduksi masih rendah, ini ditandai kecamatan untuk meningkatkan pengetahuan remaja
dengan Usia Kawin pertama perempuan tentang kesehatan reproduksi dalam upaya untuk
masih tinggi, meningkatkan usia kawin pertama perempuan.
4. Terbatasnya sarana/media dalam upaya Perlunya subsidi biaya pelayanan untuk keluarga
mensosialisasikan Program Kependudukan, Prasejahtera dan sejahtera 1 dalam upaya untuk
KB dan Pembangunan Keluarga meningkatkan partisipasi keluarga tersebut didalam ber
KB.
5. Belum merata Ketertarikan PUS akan KB Melakukan pembinaan dan pendampingan serta
MOW dan MOP disemua wilayah, hal ini memberikan pengetahuan kepada keluarga terutama
disebabkan pemahaman masyarakat akan pasangan usia subur baik yang sudah ber KB maupun yang
KB Mantap masih beragam belum.
6. Masih rendahnya tingkat partisipasi kaum Mengoptimalkan peran aktifpaguyuban ”Priyo Utomo”
pria dalam ber-KB. dan lebih melakukan promosi tentang KB pria untuk
meningkatkan peran pria dalam ber KB
7. Usia kawin pertama perempuan masih Perlu dilaksanakan kampanye pendewasaan usia
rendah perkawinan.
8. Terbatasnya jumlah dan kualitas sumber Optimalisasi Panca Bina Keluarga dalam rangka
daya manusia sebagai penggerak program pemberdayaan keluarga
di tingkat desa/rw maupun RT untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan program
KKBPK
Dalam rangka peningkatan persentase jumlah pemilik KTP berbasis NIK maka
dilakukan melalui kegiatan Penerbitan KTP Elektronik (e-KTP) dengan pemberian
upah petugas operator, belanja modal peralatan dan mesin-Pengadaan Alat
Penyimpan Perlengkapan Kantor (Almari Arsip Elektronik ) dan belanja modal
pengadaan printer.
Kegiatan Bintek Operator Kependudukan tidak dapat dilaksanakan 100 %,
disebabkan karena Tahun 2016 semula direncanakan menggunakan SIAK 5,7 namun
karena tahun 2016 masih menggunakan SIAK 4 maka apabila Bintek tersebut
dilaksanakan akan sia-sia karena peralatan SIAK 5,7 belum siap sedangkan Nara
Sumber dari Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Bintek Operator dan Pelayanan
Kependudukan akan dilaksanakan di Tahun 2017 dengan menggunakan APBD Tahun
2017.
188 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.61
Capaian Kinerja Pembangunan
Urusan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonosobo
Tahun 2016 berdasarkan Indikator RPJMD 2016 -2021
% Capaian
Capaian Target Capaian kinerja
Indikator Kinerja
No Kinerja 2015 2016 Kinerja 2016 terhadap
target
1 Rasio Kepemilikan KTP berbasis NIK 88,52 90 91,57 101,74
Rasio Kepemilikan Akta Kelahiran bag+
2 99,58 99,6 98,81
bayi (0-1 tahun) 99,21
Rasio Kepemilikan Akta Kelahiran (semua
3 79,03 79,6 79,48
penduduk) 99,85
4 Rasio Kepemilikan Akta Kematian 10,74 10,75 5,5 51,16
3 Upaya kearah terintegrasinya peraturan antar Meningkatkan secara intensif dan maksimal
sector dalam pemanfaatan data dan dokumen koordinasi dengan lintas SKPD, lembaga vertical,
kependudukan masih perlu di tingkatkan. DPRD, LSM, Perguruan Tinggi dan Pemangku
kepentingan lainnya.
190 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
No Permasalahan Solusi/Upaya Yang Dilakukan
5 Kemampuan Sumber Daya Manusia dan • Pelatihan secara intensif bagi pegawai
pelaksana teknis yang tidak merata mulai dari Kecamatan maupun pegawai Kantor
Kecamatan sampai Kabupaten Administrasi Kependudukan dan Pencatatan
Sipil terutama untuk memahami dan
mengerti peraturan-peraturan urusan
administrasi ;
• Memberikan pengertian dan arahan bahwa
pelaksanaan administrasi kependudukan dan
pencatatan sipil Kabupaten Wonosobo tidak
bias sporadic tapi harus sitemik dan bertahap
karena keterbatasan sumder daya.
j. Urusan Pertanahan
1) Program Penataan, Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
Tujuan dari program ini adalah untuk penataan administrasi pertanahan serta
pengadaan dan penyediaan sarana prasarana pemerintahan yang digunakan untuk
menunjang program pemerintah baik di bidang pendidikan, kepariwisataan maupun
fasilitas kepentingan umum lainnya yaitu di bidang pertahanan keamanan.
Berdasarkan data Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo, pada tahun 2016 dari
keseluruhan luas wilayah Kabupaten Wonosobo yaitu 98.468 Ha tanah yang telah
bersertifikat seluas 43.237 Ha atau sekitar (43.91%). Dilihat dari sisi luasan, persentase
tanah yang telah bersertitifikat di Kabupaten Wonosobo dari tahun-ke tahun
mengalami peningkatan. Namun demikian, perlu upaya dan strategi untuk memacu
kesadaran masyarakat akan arti pentingnya sertifikat sebagai salah satu alat/bukti
kepemilikan tanah yang sah.
Pada tahun 2015, lahan pemerintah daerah yang telah disertifikatkan seluas 36.79%.
Selama tahun 2016, sertifikat tanah aset pemerintah daerah yang berhasil diterbitkan
adalah 121 sertifikat.
Pada tahun 2016, Tim fasilitasi penyelesaian permasalahan pertanahan telah berhasil
memediasi berbagai permasalahan diantaranya 13 permasalahan tukar menukar
tanah, 10 permasalahan sengketa tanah dan fasilitasi 3 paket kegiatan pengadaan
tanah untuk kepentingan umum.
2) Program Penyelesaian Konflik-Konflik Pertanahan
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa historis dan data tanah serta
pemahaman tentang aturan tentang pertanahan menjadi modal utama dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan dan penanganan permasalahan bidang pertanahan.
Oleh karena itu program ini digunakan untuk fasilitasi penataan database dan
peningkatan kapasitas bidang pertanahan.
Aplikasi SIPETA tersebut menjadi salah satu alat bantu bagi Bagian Pemerintahan
Setda untuk menangani permasalahan dan penyelesaian konflik – konflik pertanahan.
Sehingga upaya dalam mewujudkan tertib administrasi pertanahan seperti pemetaan
batas wilayah dan pengamanan tanah aset pemerintahdaerah melalui penataan
database pertanahan dapat segera terwujud. Harapan ke depan Sistem Informasi
Pemetaan Tanah Partisipatif dapat membantu percepatan mewujudkan penerapan
One Map Policy di Kabupaten Wonosobo.
Keseluruhan program dan kegiatan urusan pertanahan tahun 2016 ditujukan pada
penertiban dan pensertifikatan aset tanah milik daerah maupun milik masyarakat, hal
tersebut didukung pula dari kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh Badan
Pertanahan Nasional (BPN).
192 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Permasalahan yang dihadapi di bidang pertanahan antara lain :
− Adanya permohonan ganti rugi dari warga masyarakat dan juga dari
Pemerintah Desa karena tanahnya digunakan untuk fasilitas Pemerintah
Daerah (fasilitas pendidikan, kesehatan dan fasilitas umum lainnya), hal
tersebut belum dapat difasilitasi pemberian ganti ruginya mengingat
keterbatasan dana yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah.
− Tanah aset Pemerintah Daerah masih banyak yang belum bersertifikat atas
nama Pemerintah Daerah;
− Proses pensertifikatan tanah aset pemerintah daerah cenderung lambat
proses penyelesaiannya;
− Pemanfaatan aset milik Pemerintah Daerah berupa tanah yang belum
maksimal dan sesuai peruntukannya;
− Aset desa yang berupa tanah masih banyak yang belum bersertifikat;
− Penataan database pertanahan idealnya dapat serempak dilaksanakan di
Kabupaten Wonosobo sehingga dapat mempercepat implementasi One Map
One Policy.
Masih terdapat pengadaan tanah yang tidak didasarkan pada rencana kebutuhan
daan tidak sesuai dengan rencana pemanfaatan pada Rencana Tata Ruang dan
Wilayah Kabupaten Wonosobo.
Sedangkan untuk mengatasi permasalahan tersebut, upaya yang dilakukan antara
lain:
− Melakukan pengecekan dan meneliti serta mengkaji permohonan ganti rugi
yang diajukan dan apabila sesuai dan memenuhi syarat diupayakan
dianggarkan untuk pemberian ganti rugi;
− Pensertifikatan tanah milik Pemerintah Daerah secara rutin dan bertahap
guna terciptanya tertib administrasi aset Daerah;
− Perlunya dibangun koordinasi yang baik dengan Kantor Pertanahan
Wonosobo, jika memungkinkan ke depan perlu dibangun Perjanjian
Kerjasama tentang penyelesaian pensertifikatan tanah aset pemerintah
daerah;
− Melakukan inventarisasi terhadap tanah-tanah yang belum berfungsi
maksimal sesuai dengan rencana penggunaannya, untuk kemudian dilakukan
pengkajian untuk pemanfaatannya;
− Mendorong desa agar berupaya mensertifkatkan aset desa yang berupa
tanah secara bertahap dengan menganggarkannya melalui Dana Transfer ke
Desa;
− Mendorong implementasi SIPETA pada 21 kelurahan lainnya dan pada 236
desa di Kabupaten Wonosobo;
− Kabupaten Wonosobo perlu segera menyusun Rencana Umum Pengadaan
Tanah Untuk Kepentingan Umum yang mendasarkan pada Rencana Tata
Ruang dan Wilayah Kabupaten Wonosobo.
−
k. Urusan Perhubungan
1) Program Peningkatan Pelayanan Angkutan
Tujuan dan sasaran program ini adalah untuk meningkatkan pelayanan angkutan
kepada masyarakat. Dari alokasi sebesar Rp. 992.095.600,- , 99,17 % diantaranya telah
direalisasikan melalui 9 item kegiatan. Khusus untuk program peningkatan pelayanan
angkutan pada tahun anggaran 2016 selain didanai melalui APBD, program ini juga
193 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
didanai melalui DAK yaitu untuk kegiatan DAK perhubungan sebesar Rp. 235.790.000,-
dan kegiatan DAK Pengadaan Sarana dan Prasarana Transportasi Pedesaan sebesar Rp.
521.305.600,-.
Selain itu, kegiatan Operasi terpadu dan fasilitasi kegiatan Forum LLAJ juga menjadi
item yang direalisasikan. Operasi terpadu termasuk upaya krusial yang harus dilakukan
untuk memonitor kondisi riel di lapangan sekaligus upaya secara preventif agar
pelayanan angkutan terutama angkutan umum dan angkutan barang tetap dalam
kondisi yang optimal dan pelaksanaan di lapangan sudah sesuai dengan aturan.
Untuk kegiatan yang bersumber dari DAK, Dinas Perhubungan melaksanakan 2 item
kegiatan yaitu DAK perhubungan dan DAK Pengadaan Sarana dan Prasarana
Transportasi Pedesaan. Realisasi DAK Perhubungan sebesar Rp. 232.285.000,- sebagian
besar dialokasikan untuk pemasangan rambu-rambu pengaturan serta pembuatan
Zebra Cross di beberapa titik yang memerlukan fasilitas penyeberangan jalan.
Sedangkan realisasi DAK Pengadaan Sarana dan Prasarana Transportasi Pedesaan
sebesar Rp. 517.157.750,- dimanfaatkan untuk pembelian 1 buah mobil angkutan barang
guna mendukung kelancaran angkutan terutama di daerah-daerah yang belum
terlayani dengan baik.
Pembuatan Zona Selamat Sekolah direalisasikan sebesar 92,50% untuk satu titik di
deakat SD Negeri Kertek guna meningkatkan keamanan bagi siswa yang lokasi
sekolahnya berada di tepi jalan raya Wonosobo-Parakan tersebut.
Khusus untuk program Peningkatan Tertib Lalu Lintas juga diampu oleh Kecamatan
Kertek yaitu melalui kegiatan Penanganan kemacetan arus lalu lintas di pertigaan
kertek dengan anggaran sebesar Rp. 150.000.000,- yang direalisasikan seluruhnya (100
%) untuk membantu kelancaran pengaturan lalu-lintas di perempatan Pasar Kertek
terutama pada jam-jam sibuk. Permasalahan kemacetan dan kerawanan kecelakaan di
Kertek adalah permasalahan yang harus ditangani dan diselesaikan. Titik perempatan
Pasar Kertek menjadi salah satu titik macet yang paling parah di Wonosobo
dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain kondisi geometrik jalan, letak pusat Kota
Kertek yang kurang menguntungkan (tusuk sate) yang diperparah dengan dekatnya
pertigaan Kertek dengan pasar. Dari beberapa alternatif penyelesaian diantaranya
adalah penambahan tenaga pengatur lalu lintas guna membantu petugas kepolisian di
Perempatan Pasar Kertek.
Kinerja Urusan Perhubungan dapat dilihat melalui indikator yang sudah dituangkan
dalam dokumen RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021. Pada sebagian besar
indikator, semakin tinggi nilai indikator terkait maka akan semakin tinggi pula
kemampuan daerah tersebut dalam menyelenggarakan urusan perhubungan. Capaian
kinerja perhubungan dapat dilihat dalam tabel dibawah sebagai berikut dibawah ini :
195 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.63
Capaian Kinerja Urusan Perhubungan
Berdasarkan Indikator RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021
Capaian Capaian %Capaian
Target
Capaian Kinerja Kinerja Kinerja kinerja
No 2016
2015 2016 terhadap target
Persentase Spot Parkir On street yang
1 60% 65% 71% 109,23
tertata
2 Persentase Tersedianya gedung parkir 0 10% 0 0,00
Persentase tersedianya halte terhadap
3 10% 12% 10% 83,33
total kebutuhan halte
Rasio jumlah kendaraan (SMP) per
4 95 95 95 100,00
panjang jalan (Km)
Persentase terminal kewenangan
5 33% 33% 40% 121,21
kabupaten yang direvitalisasi
6 Persentase angkutan umum laik pakai 60% 67% 69% 102,99
Persentase jaringan trayek yang sudah
dilayani angkutan umum yang
7 60% 61% 70% 114,75
menghubungkan daerah tertinggal dan
terpencil
Persentase pelayanan pengujian
8 56,34% 59,45% 59,45% 100,00
kendaraan bermotor
9 Jumlah titik blackspot yang tertangani 28,57% 28,57% 28,57% 100
Persentase sekolah di tepi jalan protokol
10 yang terpasang Zona Selamat Sekolah 30% 35% 50% 142,86
(ZSS)
Jumlah persimpangan wajib APILL yang
11 4 4 4 100
sudah terpasang APILL
Sumber : Kantor Perhubungan, 2016
Penambahan persentase angkutan umum laik pakai sebagian besar dipicu oleh
penyegaran armada angkutan umum yang memang sudah habis masa umur teknisnya.
196 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Meskipun ada kecenderungan bahwa sebagian besar armada angkutan umum sudah
mulai menurun kelayakan teknisnya akan tetapi sebagian besar yang beroperasi yaitu
sebesar 69 % masih dapat dikatakan layak secara teknis.
Peningkatan pada indikator Persentase sekolah di tepi jalan protokol yang terpasang
Zona Selamat Sekolah (ZSS) mengalami peningkatan hampir 20% dari tahun
sebelumnya dengan adanya pembangunan Zona Selamat Sekolah (ZSS) di wilayah
Kertek. Hingga tahun 2016, dari keseluruhan 6 titik yang secara teknis membutuhkan
fasilitas Zona Selamat Sekolah (ZSS) hanya tinggal 3 titik yang belum terpasang.
Tabel III.64
Permasalahan dan Solusi Urusan Perhubungan Tahun 2016
Permasalahan Solusi
Laju pertambahan kendaraan pribadi ini Pengembangan sistem pelayanan
terutama sepeda motor. transportasi angkutan umum yang lebih
Pertumbuhan mobilisasi sarana nyaman dan dapat diandalkan bagi
transportasi yang sudah tidak seimbang penumpang sehingga akan dapat
dengan penyediaan prasarana mengurangi pemakaian kendaraan
transportasi terutama prasarana jalan pribadi.
yang menyebabkan kemacetan di Pembangunan gedung parkir
beberapa titik/simpul jalan pada saat jam terintegrasi yang dekat dengan pusat-
sibuk. pusat kegiatan ekonomi.
Lalu lintas campur antara pergerakan Pengaturan parkir progresif dan
antar kabupaten dengan pergerakan berlangganan pada beberapa kantong
lokal seringkali menimbulkan konflik parkir.
baik kemacetan, kecelakaan maupun Menggalakan program safety riding dan
ketidaknyamanan di dalam perjalanan. sosialisasi kesadaran berlalu lintas.
kondisi topografis pegunungan Penambahan pemasangan
mengakibatkan banyaknya turunan perlengkapan keselamatan jalan.
curam yang rawan kecelakaan. Audit keselamatan jalan
Kurang seimbangnya antara jumlah Pemberian training terutama untuk
trayek kendaraan umum dengan pengemudi angkutan umum
pengguna angkutan menyebabkan Pengontrolan muatan pada untuk
banyaknya angkutan yang mangkal atau angkutan barang di Kabupaten
mengetem di pinggir jalan. Akibatnya Wonosobo dengan menggunakan
timbul terminal bayangan/pangkalan timbangan portabel untuk mengukur
kendaraan angkot/microbus pada titik tonase angkutan barang dan dilakukan
titik tertentu. penertiban secara berkala
Tidak meratanya persebaran angkutan, Pembangunan kawasan terminal
sehingga ada yang kelebihan angkutan angkutan barang
(over supply) dan ada yang kekurangan Pengujian KIR kendaraan bermotor
angkutan (over demand) pada pelayanan sampai dengan pada uji kendaraan
angkutan umum yang a pribadi.
Belum optimalnya pelaksanaan Penggalakkan program uji secara priodik
manajemen transportasi perhubungan pada ruas jalan terpilih untuk uji emisi.
darat Pengembangan sistem pelayanan
Makin banyaknya angkutan barang transportasi angkutan umum yang lebih
yang melebihi muatan sehingga nyaman dan dapat diandalkan bagi
berakibat pada rusaknya jaringan jalan penumpang sehingga akan dapat
akibat beban yang kurang sesuai dengan mengurangi pemakaian kendaraan
kapasitas tonase jalan. pribadi.
Belum optimalnya pengoperasian Pembangunan gedung parkir
197 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Permasalahan Solusi
terminal tipe A Mendolo terintegrasi yang dekat dengan pusat-
Belum optimalnya penataan parkir pusat kegiatan ekonomi.
terutama pada badan jalan yang Pengaturan parkir progresif dan
mengakibatkan kemacetan dan tundaan berlangganan pada beberapa kantong
perjalanan karena manuver parkir parkir.
Belum optimalnya manajemen Menggalakan program safety riding dan
transportasi perhubungan darat sosialisasi kesadaran berlalu lintas.
Masih rendahnya kualitas prasarana Penambahan pemasangan
perhubungan darat perlengkapan keselamatan jalan.
Masih kurangnya jaringan transportasi Audit keselamatan jalan
perhubungan darat Pemberian training terutama untuk
pengemudi angkutan umum
Pengontrolan muatan pada untuk
angkutan barang di Kabupaten
Wonosobo dengan menggunakan
timbangan portabel untuk mengukur
tonase angkutan barang dan dilakukan
penertiban secara berkala
Pembangunan kawasan terminal
angkutan barang
Pengujian KIR kendaraan bermotor
sampai dengan pada uji kendaraan
pribadi.
Penggalakkan program uji secara priodik
pada ruas jalan terpilih untuk uji emisi.
Pengembangan angkutan umum massal
dan teknologi mesin ramah lingkungan
Tabel III.65
Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Berdasarkan Indikator RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021
%Capaian
Capaian Capaian
Target kinerja
No Indikator Kinerja Kinerja Kinerja
2016 terhadap
2015 2016
target
1 jumlah BUMDes 20 20 56 280
2 Persentase BUMDes aktif 75% 78% 83% 106,41
198 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
5. Misi 5: Melakukan harmonisasi prinsip berkelanjutan dan berkesinambungan dalam
pembangunan daerah
Untuk mencapai misi ke-5 urusan pemerintahan yang diselenggarakan oleh pemerintah
kabupaten adalah sebagai berikut :
199 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.66
Capaian Kinerja Misi 5
CAPAIAN
TARGET
INDIKATOR TARGET CAPAIAN S.D. 2016
TUJUAN SASARAN 2015 %CAPAIAN AKHIR
SASARAN 2016 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
Misi 5: Melakukan harmonisasi prinsip berkelanjutan dan berkesinambungan dalam pembangunan daerah
Terwujudnya 1 Terwujudnya pengelolaan SDA dan
pengelolaan SDA dan LH LH secara berkelanjutan Indeks Kualitas
secara berkelanjutan berkesinambungan Lingkungan 58 58,15 61,42 105,62 68,15 90,12
berkesinambungan Hidup
Ketaatan
78,15% 79,25% 79% 99,68 85% 92,94
Terhadap RTRW
2 Berkembangnya pemanfaatan energi Rasio
dan energi baru/terbarukan Elektrifikasi DTD 91,96 91,96 100,00 100,00 91,96
Rumah Tangga
3 Meningkatnya upaya pengurangan
resiko bencana melalui adaptasi dan Indeks Resiko
135 129 135 95,56 75 55,56
mitigasi Bencana
200 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
m. Urusan Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang
Kinerja Urusan Penataan Ruang dapat dilihat melalui indikator yang sudah
dituangkan dalam dokumen RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 yaitu
Persentase Tersedianya informasi mengenai rencana tata ruang (RTR) wilayah
kabupaten beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital.
Disamping indikator tersebut Capaiaan Kinerja Urusan Penataan Ruang juga
dapat di dilihat melalui indikator Persentase RDTR yang dilegalisasi. Kedua
Indikator ini merupakan indikasi kemampuan suatu daerah untuk mengelola,
merencanakan dan mengendalikan pemanfaatan ruang yang dimiliki. Semakin
tinggi nilai indikator ini, semakin tinggi kemampuan daerah tersebut dalam
menyelenggarakan urusan tata ruang. Capaian kinerja penataan ruang dapat
dilihat dalam tabel dibawah sebagai berikut.
Tabel III.67
Capaian Kinerja Urusan Penataan Ruang Tahun 2016
berdasarkan Indikator RPJMD Kabuapten Wonosobo 2016-2021
n. UrusanLingkungan Hidup
1) Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
Peningkatan jumlah dan aktivitas penduduk kabupaten tentunya juga
menyebabkan kenaikan jumlah sampah sebagai sisa hasil kegiatan.
Penanganan sampah dituangkan melalui program pengembangan kinerja
pengelolaan persampahan. Program ini diampu oleh Dinas Cipta Karya, Tata
Ruang dan Kebersihan serta Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Untuk
kegiatan yang berada di Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan yaitu
Pelatihan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat, Pengadaan Mesin
Pencacah Plastik dan Mesin Blower Pengering Sampah Plastik, Pengadaan
Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah (Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu/TPST) (DBHCHT) yang diarahkan di Kelurahan Wonoroto
Watumalang. Adapun kegiatan yang diampu Dinas cipta Karya, Tata Ruang
dan Kebersihan terkait persampahan yaitu peningkatan operasi dan
pemeliharaan sarana dan prasarana persampahan dengan subkegiatan
berupa pengadaan peralatan penunjang persampahan di TPA, pengadaan
mesin-mesin pengomposan, pembuatan/perbaikan TPS wilayah RIK, rehab
garasi excavator TPA, pembangunan pagar TPA, pavingisasi TPA, studi
kelayakan Tempat pembuangan limbah B3, rehab/perbaikan gerbong toilet
keliling, masterplan penanganan sampah, pengadaan sarana persampahan,
penyempurnaan rehab garasi/excavator TPA.
201 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
2) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Aktivitas pembangungan tentunya harus dikendalikan agar tidak mencemari
dan merusak lingkungan hidup. Upaya itu dituangkan dalam program
pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup yang dituangkan
dalam beberapa kegiatan, yaitu DAK Bidang Lingkungan Hidup yang
merupakan dana alokasi khusus bidang lingkungan hidup dari Pemerintah
pusat. Kegiatan DAK ini meliputi subkegiatan seperti pengadaan tempat
pemilah sampah untuk bank sampah, sekolah adiwiyata dan kelurahan se-
Kecamatan wonosobo, pengadaan bangunan komposter, pengadaan sepeda
motor trail, sepeda motor roda 3. Kegiatan lainnya yaitu fasilitasi kajian
kerusakan lingkungan akibat pertambangan minerba, Fasilitasi Pembinaan
Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Sosialisasi Pengendalian Pencemaran
Lingkungan Hidup, Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup Kemitraan
Bersama Masyarakat.
Tabel III.68
Capaian kinerja Urusan Lingkungan Hidup Tahun 2016
berdasarkan Indikator Kinerja RPJMD
%Capaian
Capaian Capaian
Target kinerja
Indikator Kinerja Kinerja Kinerja
No 2016 terhadap
2015 2016
target
Persentase panjang sempadan sungai utama
1 88% 88% 88% 100
berupa ruang terbuka hijau
5 Persentase Kualitas sumber mata air Kelas A 75% 79% 75% 94,94
203 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
%Capaian
Capaian Capaian
Target kinerja
Indikator Kinerja Kinerja Kinerja
No 2016 terhadap
2015 2016
target
7 Indeks kualitas air sungai 60 62 65 105,41
8 Indeks tutupan vegetasi 91,28 91,28 91,28 100
DTD-data
20 Persentase sumber mata air yang rusak tidak 5% 6,25% 125
tersedia
21 Persentase tutupan vegetasi 74,83% 74,83% 74,83% 100
22 Rata-rata indeks seluruh jasa ekosistem D3TLH 0,44 0,45 0,44 97,417
Tabel III.69
Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Lingkungan Hidup
No Permasalahan Solusi
1 Persentase Penyediaan RTH Publik - Menyusun regulasi spesifik kawasan terkait Ruang
yang masih relatif kecil terbuka Hijau
- Menambah luasan RTH publik
2 Belum optimalnya penanganan - Implementasi penegakan perda pengelolaan
persampahan sampah
- Optimalisasi operasional TPA minimal controlled
landfill yang teratur
- Mencari alternatif pengolahan sampah TPA
dengan berbagai teknologi yang palling optimal
- Mengurangi sampah dari sumbernya (rumah
tangga, perkantoran, industri, dll)
- Edukasi gerakan buang sampah pada tempatnya
secara masif dan berkelanjutan
- Perluasan jangkauan pelayanan persampahan
- Optimalisasi bank sampah tingkat RW
- Pengolahan sampah mandiri di lokasi objek wisata
3 Terbatasnya upaya pengawasan - Melakukan pengawasan secara rutin dan periodik
rutin terhadap jenis terhadap semua jenis usaha dan industri yang
usaha/kegiatan yang berpotensi berpotensi mencemari lingkungan
polutan (anggapan DPPLH hanya - Monev secara intensif implementasi dokumen
205 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
No Permasalahan Solusi
sekedar persyaratan pengelolaan lingkungan hidup (SPPL, UKL/UPL,
adminiistratif) AMDAL)
4 Masih maraknya praktik pertanian - Edukasi petani praktik pertanian ramah
yang mencemari lingkungan (olah lingkungan
lahan dan pestisida, pupuk kimia - Demplot pertanian ramah lingkungan
yang berlebihan)
5 Terjadinya luapan banjir limpasan - Pembuatan sumur resapan
hingga permukiman dan jalan - Pengaturan ketat persentase kawasan terbangun
di kawasan resapan
- Mengurangi pengolahan lahan budidaya yang
merusak lingkungan di daerah hulu
B. REALISASI ANGGARAN
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan penguatan kapasitas fiskal daerah,
Pemerintah Daerah diberi kewenangan yang lebih besar untuk mewujudkan kemandirian
keuangan melalui desentralisasi fiskal yang diatur dengan peraturan perundang-
undangan. Beberapa peraturan yang terkait langsung dengan hal tersebut adalah
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015, kemudian Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Kemandirian keuangan daerah menjadi sangat penting, baik dari sisi pendapatan
(revenue), maupun dari sisi pengeluaran (expenditure) agar Pemerintah Daerah memiliki
kemampuan yang lebih kuat untuk mendesain dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
bersifat strategis bagi peningkatan kesejahteraan rakyat sesuai dengan aspirasi dan
karakteristik masyarakatnya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah disusun
sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan kemampuan
pendapatan daerah dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk
mencapai tujuan bernegara. Pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Wonosobo telah
diupayakan agar sesuai dengan azas umum pengelolaan keuangan daerah yaitu tertib,
taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan
bertanggungjawab dengan tidak mengesampingkan keadilan, kepatutan dengan tujuan
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat
Wonosobo. Pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah selama satu tahun anggaran 2016
diawali dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 5 Tahun
2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 tanggal 30
Desember 2015, kemudian Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 11 Tahun
2016 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016
tanggal 8 Nopember 2016.
206 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 pasal 4 Azas Umum
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah sebagai berikut :
1. Tertib adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna
yang didukungdengan bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Taat adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada Peraturan
Perundang-Undangan.
3. Efektif adalah merupakan hasil program dengan target yang telah ditetapkan yaitu
dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.
4. Efisien adalah merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan
tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.
5. Ekonomis adalah merupakan perolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas pada
tingkat harga yang terendah.
6. Transparan adalah merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat
untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang
keuangan daerah
7. Bertanggung jawab adalah merupakan perwujudan kewajiban seseorang untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan.
8. Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya dan/ atau
keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif.
9. Kepatutan adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan
proporsional.
10. Manfaat adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat.
Kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah terbagi dalam 3 (tiga) aspek yaitu
pengelolaan pendapatan daerah, pengelolaan belanja daerah dan pengelolaan
pembiayaan daerah.
207 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
hukum penerimaan pendapatan dengan memperhatikan pedoman penyusunan
APBD tahun anggaran 2016. Hal ini dilakukan agar penetapan target pendapatan
daerah dapat dilakukan secara realistis sehingga tidak terjadi over estimateatau
sebaliknya terjadi under estimate yang signifikan dalam penetapan rencana
pendapatan daerah yang dapat berdampak kontra produktif terhadap
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta pembangunan
daerah secara keseluruhan baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
pada tahun anggaran yang akan datang.
Sumber Pendapatan Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun Anggaran 2016 masih
tergantung dari Pemerintah Pusat dan Provinsi, baik berupa Dana Perimbangan
maupunLain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah, sementara kontribusi Pendapatan
Asli Daerah (PAD) terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) masih
relatif kecil. Hal ini dikarenakan masih terbatasnya sumber pendapatan daerah
yang ada. Kebijakan pengelolaan keuangan daerh dibidang pendapatan dapat
diuraikan sebagi berikut :
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari PAD memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
a. Penganggaran pajak daerah dan retribusi daerah:
1) Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah berpedoman
pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang
Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin
Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.
2) Penetapan target pajak daerah dan retribusi daerah didasarkan pada data
potensi pajak daerah dan retribusi daerah yang berpotensi terhadap target
pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah serta realisasi penerimaan
pajak daerah dan retribusi daerah tahun sebelumnya.
3) Dalam rangka mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari
pajak daerah dan retribusi daerah, Pemerintah Daerah melakukan kegiatan
penghimpunan data obyek dan subyek pajak daerah dan retribusi daerah,
penentuan besarnya pajak daerah dan retribusi daerah yang terhutang
sampai dengan kegiatan penagihan pajak daerah dan retribusi daerah
kepada wajib pajak daerah dan retribusi daerah serta pengawasan
penyetorannya.
4) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor, dialokasikan
untuk mendanai pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta
peningkatan moda dan sarana transportasi umum sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 8 ayat (5) Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009.
5) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Rokok, dialokasikan paling sedikit
50% (lima puluh per seratus) untuk mendanai pelayanan kesehatan
masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009.
6) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Penerangan Jalan sebagian
dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan sebagaimana
208 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
diamanatkan dalam Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009.
b. Penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
memperhatikan rasionalitas dengan memperhitungkan nilai kekayaan daerah
yang dipisahkan dan memperhatikan perolehan manfaat ekonomi, sosial
dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu, dengan berpedoman
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pengelolaan Investasi Daerah.
c. Penganggaran Lain-lain PAD Yang Sah:
1) Pendapatan bunga atau jasa giro dari dana cadangan, dianggarkan pada
akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-Lain PAD Yang Sah, obyek
Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangan, rincian obyek Bunga atau Jasa Giro
Dana Cadangan sesuai peruntukannya
2) Pendapatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik pemerintah daerah yang belum
menerapkan PPK-BLUD mempedomani Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun
2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan
Kesehatan Nasional pada FKTP Milik Pemerintah Daerah dan Surat Edaran
Menteri Dalam Negeri Nomor 900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014 Hal Petunjuk
Teknis Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan serta
Pertanggungjawaban Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada FKTP
Milik Pemerintah Daerah.
3) Pendapatan atas denda pajak daerah dan retribusi daerah dianggarkan pada
akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-Lain PAD Yang Sah dan
diuraikan ke dalam obyek dan rincian obyek sesuai kode rekening
berkenaan.
2) Dana Perimbangan
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari pendapatan perimbangan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Penganggaran Dana Bagi Hasil (DBH):
Pendapatan dari DBH dianggarkan sesuai Peraturan Presiden mengenai
Rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Alokasi DBH-Pajak Tahun Anggaran 2016 dan dengan
memperhatikan perkembangan realisasi pendapatan DBH selama 3 (tiga)
tahun terakhir.
b. Penganggaran Dana Alokasi Umum (DAU):
Penganggaran DAU sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai Rincian
APBN Tahun Anggaran 2016.
c. Penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK):
DAK dan/atau DAK Tambahan dianggarkan sesuai Peraturan Presiden
mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atau Peraturan Menteri
Keuangan mengenai Alokasi DAK Tahun Anggaran 2016.
209 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
1) Penganggaran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dialokasikan sesuai
dengan Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana
Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2016.
2) Penganggaran Tunjangan Profesi Guru (TPG) dialokasikan sesuai dengan
Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi
Tunjangan Profesi Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah Tahun Anggaran 2016.
3) Pendapatan yang diperuntukan bagi desa dan desa adat yang bersumber dari
APBN dalam rangka membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, dan pembinaan kemasyarakatan serta pemberdayaan
masyarakat desa, dan kemasyarakatan sebagaimana maksud Pasal 72 ayat (1)
huruf b dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Pasal 294 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dianggarkan dalam
APBD pemerintah kabupaten/kota Tahun Anggaran 2016 dengan
mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana
Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
sebagaiman diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Penganggaran Dana Desa dialokasikan sesuai dengan Peraturan Presiden
mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atau Peraturan Menteri
Keuangan mengenai Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2016
4) Penganggaran Dana Transfer lainnya dialokasikan sesuai dengan Peraturan
Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atau Peraturan Menteri
Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana Transfer lainnya Tahun
Anggaran 2016.
5) Penganggaran pendapatan yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak Daerah yang
diterima dari pemerintah provinsi didasarkan pada alokasi belanja Bagi Hasil
Pajak Daerah dari pemerintah provinsi Tahun Anggaran 2016.
6) Penganggaran pendapatan hibah yang bersumber dari pemerintah, pemerintah
daerah lainnya atau pihak ketiga, baik dari badan, lembaga, organisasi swasta
dalam negeri/luar negeri, kelompok masyarakat maupun perorangan yang tidak
mengikat dan tidak mempunyai konsekuensi pengeluaran atau pengurangan
kewajiban pihak ketiga atau pemberi hibah, dianggarkan dalam APBD setelah
adanya kepastian pendapatan dimaksud.
7) Penganggaran pendapatan yang bersumber dari sumbangan pihak ketiga, baik
dari badan, lembaga, organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat
maupun perorangan yang tidak mengikat dan tidak mempunyai konsekuensi
pengeluaran atau pengurangan kewajiban pihak ketiga atau pemberi
sumbangan, dianggarkan dalam APBD setelah adanya kepastian pendapatan
dimaksud.
210 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
b. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah tahun anggaran 2016 setelah perubahan dianggarkan sebesar
Rp1.723.957.430.560,00 dapat direalisasi Rp1.575.601.733.680,00 atau 91,39 % yang
berarti kurang dari anggaran sebesar Rp148.355.696.880,00 dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel III.70
Uraian Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2016
NO.
URAIAN ANGGARAN REALISASI LEBIH / (KURANG)
URUT
1 2. 3. 4. 5.
211 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Dari tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa realisasi pendapatan yang bersumber dari
Pendapatan Asli Daerah melebihi anggaran, namun disisi lain terdapat realisasi pendapatan
yang kurang dari anggaran cukup besar antara lain pendapatan yang bersumber dari :
Tabel III.71
Uraian Pendapatan Menurut Organisasi Pengelola Pendapatan
Tahun Anggaran 2016
ANGGARAN
SETELAH BERTAMBAH/
NO SKPD REALISASI
PERUBAHAN (BERKURANG)
1 2 3 4 5
DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
1 1.000.000,00 4.309.019,00 3.309.019,00
PEMUDA DAN OLAH RAGA
2 DINAS KESEHATAN 37.582.972.920,00 37.301.195.091,00 (281.777.829,00)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
3 72.000.000.000,00 76.344.703.018,00 4.344.703.018,00
(RSUD) SETJONEGORO
DINAS SUMBERDAYA AIR DAN BINA
4 290.000.000,00 924.041.750,00 634.041.750,00
MARGA
DINAS CIPTAKARYA, TATA RUANG
5 85.000.000,00 119.198.900,00 34.198.900,00
DAN KEBERSIHAN
6 KANTOR PERHUBUNGAN 1.077.000.000,00 1.176.246.300,00 99.246.300,00
KANTOR ADMINISTRASI
7 KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN 600.000.000,00 542.270.000,00 (57.730.000,00)
SIPIL
KANTOR TENAGA KERJA DAN
8 5.000.000,00 6.100.000,00 1.100.000,00
TRANSMIGRASI
KANTOR KOPERASI DAN USAHA
9 10.000.000,00 10.766.630,00 766.630,00
MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
BADAN PENANAMAN MODAL DAN
10 1.165.730.000,00 851.870.113,00 (313.859.887,00)
PELAYANAN PERIJINAN TERPADU
11 SEKRETARIAT DAERAH 30.471.215.140,00 44.276.230.015,00 13.805.014.875,00
12 DINAS PENDAPATAN DAERAH 33.334.616.000,00 36.644.465.518,00 3.309.849.518,00
13 PPKD 1.546.009.861.000,00 1.375.707.066.170,00 (170.302.794.830,00)
14 KECAMATAN WONOSOBO 342.620.500,00 437.975.000,00 95.354.500,00
15 KECAMATAN KERTEK 120.200.000,00 155.383.000,00 35.183.000,00
16 KECAMATAN SELOMERTO 213.315.000,00 321.698.500,00 108.383.500,00
17 KECAMATAN LEKSONO 175.400.000,00 192.890.000,00 17.490.000,00
18 KECAMATAN WATUMALANG 47.200.000,00 16.350.000,00 (30.850.000,00)
19 KECAMATAN MOJOTENGAH 53.900.000,00 101.505.000,00 47.605.000,00
20 KECAMATAN GARUNG 8.300.000,00 11.550.000,00 3.250.000,00
21 KECAMATAN KEJAJAR 32.800.000,00 47.800.000,00 15.000.000,00
212 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
ANGGARAN
SETELAH BERTAMBAH/
NO SKPD REALISASI
PERUBAHAN (BERKURANG)
1 2 3 4 5
22 KECAMATAN KALIKAJAR 31.400.000,00 65.650.000,00 34.250.000,00
23 KECAMATAN SAPURAN 61.500.000,00 102.700.000,00 41.200.000,00
24 KECAMATAN KEPIL 8.400.000,00 39.850.000,00 31.450.000,00
25 KECAMATAN KALIWIRO 8.700.000,00 15.790.000,00 7.090.000,00
26 KECAMATAN WADASLINTANG 22.000.000,00 2.200.000,00 (19.800.000,00)
KANTOR ARSIP DAN
27 16.000.000,00 19.770.000,00 3.770.000,00
PERPUSTAKAAN DAERAH
28 DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN 183.300.000,00 162.159.656,00 (21.140.344,00)
Dilihat dari Tabel III.A.2 diatas, nampaklah bahwa kontribusi pendapatan asli daerah
terhadap total pendapatan daerah relatif kecil yaitu sebesar 12,69% hal ini
mencerminkan bahwa keuangan pemerintah kabupaten Wonosobo masih sangat
tergantung dari pemerintah pusat maupun provinsi.
2. Pengelolaan Belanja Daerah
Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih, belanja daerah dimaksud meliputi semua pengeluaran dari
rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban
daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali
oleh daerah. Belanja daerah tahun anggaran 2016 merupakan formulasi kebijakan
yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan Pemerintah Kabupaten Wonosobo
dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan dan pembangunan, pelayanan
masyarakat, dan upaya penyelesaian berbagai persoalan yang dihadapi daerah, yang
dikelompokkan ke dalam Belanja Tidak langsung dan Belanja Langsung.
Penyelenggaraan pemerintahan di daerah tidak terlepas dari pengelolaan belanja
daerah. Hal ini berkaitan erat dengan upaya pelaksanaan pembangunanan yang
efektif dan efisien serta dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Upaya ini pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.
a. Kebijakan Umum Belanja Daerah.
Berdasarkan ketentuan pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, disebutkan bahwa dalam menyusun
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, penganggaran pengeluaran harus
didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang
cukup. Hal ini berarti bahwa APBD disusun tidak saja berdasarkan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan daerah, melainkan juga harus disesuaikan
dengan kemampuan pendapatan daerah. Secara umum permasalahan dalam
belanja daerah adalah adanya ketidakseimbangan kebutuhan belanja daerah
dengan kemampuan pendapatan daerah yang direncanakan.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas guna tercapainya pelayanan yang optimal
kepada masyarakat dan pelaksanaan pembangunan serta jalanya pemerintahan
maka diperlukan kebijakan dibidang belanja daerah. Kebijakan dimaksud
213 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
tentunya adalah menjamin kelancaran pendanaan program/kegiatan dan biaya
operasional pemerintah daerah yang telah direncanakan dalam APBD dalam
upaya mendorong peningkatan kinerja pelayanan kepada masyarakat, yang
diharapkan akan meningkatkan partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan.
Secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Kebijakan terkait Pemenuhan Belanja Mengikat dan Belanja Wajib (Pasal 106
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006) :
1. Memenuhi Belanja Mengikat yaitu belanja yang dibutuhkan secara terus-
menerus dan dialokasikan oleh Pemda dengan jumlah yang cukup untuk
keperluan setiap bulan dalam tahun anggaran bersangkutan seperti Belanja
Pegawai, Belanja Barang dan Jasa.
2. Memenuhi Belanja Wajib yaitu belanja untuk terjaminnya kelangsungan
pemenuhan pendanaan pelayanan dasar masyarakat antara lain :
Pendidikan dan Kesehatan dan/atau melaksanakan kewajiban kepada pihak
ketiga.
2) Kebijakan terkait Pemenuhan Belanja Prioritas
1. Mengedapankan program-program yang menunjang pertumbuhan
ekonomi, peningkatan penyediaan lapangan kerja dan upaya
pengentasan kemiskinan.
2. Melaksanakan program-program yang bersifat mengikat seperti halnya
dukungan pencapaian 9 prioritas pembangunan nasional (Nawa Cita)
sebagaimana diamanatkan pada RPJMN 2015 - 2019 serta pemenuhan
ketentuan perundang-undangan.
3. Melaksanakan pendampingan terhadap program-program pemerintah
pusat
4. Mengakomodir seluruh program pembangunan yang dijaring melalui
Aspirasi Masyarakat dalam Musrenbang.
5. Mengakomodir Hasil telaahan pokok-pokok pikiran DPRD, yang
merupakan hasil kajian permasalahan pembangunan daerah yang
diperoleh dari DPRD berdasarkan risalah rapat dengar pendapat dan/atau
rapat hasil penyerapan aspirasi melalui reses yang dituangkan dalam
daftar permasalahan pembangunan yang ditandatangani oleh Pimpinan
DPRD
6. Mendukung Wonosobo sebagai kabupaten Ramah HAM.
3) Kebijakan terkait pengalokasian belanja penyelenggaraan urusan pemerintah
daerah (Pasal 12 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014):
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Pekerjaan umum dan penataan ruang
4. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman
5. Ketenteraman
6. Ketertiban umum
7. Pelindungan masyarakat sosial
214 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
4) Kebijakan terkait belanja hibah, bantuan sosial, subsidi, bantuan keuangan
dan belanja tidak terduga (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun
2011 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006) :
1. Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari pemerintah daerah
kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah,
masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta
tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang
penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.
2. Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari
pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau
masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang
bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
Sedangkan resiko sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat
menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh
individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis
sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam
yang jika tidak diberikan belanja bantuan sosial akan semakin terpuruk
dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar.
3. Bantuan keuangan adalah bantuan dalam bentuk uang antar pemerintah
daerah, dari pemerintah provinsi kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota maupun dari pemerintah daerah kepada pemerintah
desa dengan tujuan untuk mengatasi kesenjangan fiskal antar daerah
diwilayah tertentu dalam rangka meningkatkan kapasitas fiskal baik untuk
kepentingan yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus.
4. Belanja tidak terduga adalah merupakan alokasi anggaran untuk kegiatan-
kegiatan yang sifatnya tidak biasa/tanggap darurat dalam rangka
pencegahan dan gangguan terhadap stabilitas penyelenggaraan
pemerintahan demi terciptanya keamanan dan ketertiban di daerah dan
tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan
bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk
pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun
sebelumnya yang telah ditutup.
215 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.72
Uraian Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016
216 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
KODE URAIAN ANGGARAN REALISASI LEBIH / (KURANG)
1 2. 3. 4. 5.
5 . 1 . 6 . 05 Belanja Bagi Hasil Retribusi Daerah Kepada 1.005.773.050,00 1.005.773.050,00 0,00
Pemerintah Desa
5.1.7 Belanja Bantuan Keuangan kepada 239.701.302.300,00 239.582.160.300,00 (119.142.000,00)
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
5 . 1 . 7 . 03 Belanja Bantuan Keuangan kepada Desa 238.801.302.300,00 238.759.302.300,00 (42.000.000,00)
5 . 1 . 7 . 05 Belanja Bantuan Kepada Partai Politik 900.000.000,00 822.858.000,00 (77.142.000,00)
5.1.8 Belanja Tidak Terduga 8.000.000.000,00 7.448.607.458,00 (551.392.542,00)
5 . 1 . 8 . 01 Belanja Tak Terduga 8.000.000.000,00 7.448.607.458,00 (551.392.542,00)
5.2 BELANJA LANGSUNG 763.717.298.265,00 613.615.381.593,00 (150.101.916.672,00)
5.2.1 Belanja Pegawai 24.320.974.643,00 22.606.209.724,00 (1.714.764.919,00)
5 . 2 . 1 . 01 Honorarium PNS 9.570.301.700,00 8.702.735.000,00 (867.566.700,00)
5 . 2 . 1 . 02 Honorarium Non PNS 640.460.000,00 607.439.000,00 (33.021.000,00)
5 . 2 . 1 . 03 Uang Lembur 1.357.302.900,00 1.167.325.400,00 (189.977.500,00)
5 . 2 . 1 . 05 Uang untuk diberikan kepada Pihak 2.437.945.000,00 2.379.816.794,00 (58.128.206,00)
Ketiga/Masyarakat
5 . 2 . 1 . 06 Belanja Pegawai BLUD 10.314.965.043,00 9.748.893.530,00 (566.071.513,00)
5.2.2 Belanja Barang dan Jasa 363.491.263.527,00 314.099.521.034,00 (49.391.742.493,00)
5 . 2 . 2 . 01 Belanja Bahan Pakai Habis 6.420.345.399,00 5.943.614.137,00 (476.731.262,00)
5 . 2 . 2 . 02 Belanja Bahan/Material 22.471.537.580,00 20.575.775.750,00 (1.895.761.830,00)
5 . 2 . 2 . 03 Belanja Jasa Kantor 100.773.201.119,00 68.890.161.575,00 (31.883.039.544,00)
5 . 2 . 2 . 04 Belanja Premi Asuransi 314.110.000,00 298.997.703,00 (15.112.297,00)
5 . 2 . 2 . 05 Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor 6.382.225.940,00 5.684.974.366,00 (697.251.574,00)
5 . 2 . 2 . 06 Belanja Cetak dan Penggandaan 4.422.917.950,00 4.175.618.327,00 (247.299.623,00)
5 . 2 . 2 . 07 Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir 2.154.363.648,00 2.069.455.158,00 (84.908.490,00)
5 . 2 . 2 . 08 Belanja Sewa Sarana Mobilitas 1.017.235.000,00 931.779.000,00 (85.456.000,00)
5 . 2 . 2 . 09 Belanja Sewa Alat Berat 385.674.000,00 371.241.000,00 (14.433.000,00)
217 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
KODE URAIAN ANGGARAN REALISASI LEBIH / (KURANG)
1 2. 3. 4. 5.
5 . 2 . 2 . 10 Belanja Sewa Perlengkapan dan Peralatan 568.635.000,00 525.857.500,00 (42.777.500,00)
Kantor
5 . 2 . 2 . 11 Belanja Makanan dan Minuman 13.358.766.052,00 12.321.520.094,00 (1.037.245.958,00)
5 . 2 . 2 . 12 Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya 467.570.000,00 447.167.150,00 (20.402.850,00)
5 . 2 . 2 . 13 Belanja Pakaian Kerja 413.610.000,00 393.428.000,00 (20.182.000,00)
5 . 2 . 2 . 14 Belanja Pakaian khusus dan hari-hari tertentu 1.187.672.000,00 1.159.110.800,00 (28.561.200,00)
5 . 2 . 2 . 15 Belanja Perjalanan Dinas 22.664.626.921,00 19.885.808.224,00 (2.778.818.697,00)
5 . 2 . 2 . 16 Belanja Beasiswa Pendidikan PNS 47.000.000,00 47.000.000,00 0,00
5 . 2 . 2 . 17 Belanja kursus, pelatihan, sosialisasi dan 1.026.867.000,00 634.267.616,00 (392.599.384,00)
bimbingan teknis PNS
5 . 2 . 2 . 18 Belanja Perjalanan Pindah Tugas 41.410.000,00 41.410.000,00 0,00
5 . 2 . 2 . 20 Belanja Pemeliharaan 161.500.000,00 158.046.000,00 (3.454.000,00)
5 . 2 . 2 . 21 Belanja Jasa Konsultansi 2.692.535.000,00 2.164.422.000,00 (528.113.000,00)
5 . 2 . 2 . 22 Belanja Barang Dana BOS 0,00 0,00 0,00
5 . 2 . 2 . 23 Belanja Hibah Barang atau Jasa kepada 73.604.312.000,00 68.912.755.976,00 (4.691.556.024,00)
Masyarakat/Pihak Ketiga
5 . 2 . 2 . 25 Belanja Operasional Sekolah Negeri 2.431.600.000,00 2.412.441.860,00 (19.158.140,00)
5 . 2 . 2 . 26 Belanja Barang dan Jasa BLUD 98.679.374.918,00 96.010.168.798,00 (2.669.206.120,00)
5 . 2 . 2 . 27 Belanja Bantuan Sosial Barang kepada Pihak 1.804.174.000,00 44.500.000,00 (1.759.674.000,00)
Ketiga / Masyarakat
5.2.3 Belanja Modal 375.905.060.095,00 276.909.650.835,00 (98.995.409.260,00)
5 . 2 . 3 . 11 Belanja Modal Tanah - Pengadaan Tanah Untuk 650.000.000,00 321.386.000,00 (328.614.000,00)
Bangunan Gedung
5 . 2 . 3 . 13 Belanja Modal Tanah - Pengadaan Tanah Untuk 60.000.000,00 55.940.000,00 (4.060.000,00)
Bangunan Bukan Gedung
5 . 2 . 3 . 14 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 3.950.000.000,00 3.912.436.532,00 (37.563.468,00)
Alat-Alat Besar Darat
5 . 2 . 3 . 16 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 9.758.000,00 8.758.860,00 (999.140,00)
Alat-alat Bantu
218 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
KODE URAIAN ANGGARAN REALISASI LEBIH / (KURANG)
1 2. 3. 4. 5.
5 . 2 . 3 . 17 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 9.116.365.600,00 8.112.740.568,00 (1.003.625.032,00)
Alat Angkutan Darat Bermotor
5 . 2 . 3 . 18 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 0,00 0,00 0,00
Alat Angkutan Darat Tak Bermotor
5 . 2 . 3 . 19 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 116.250.000,00 91.313.100,00 (24.936.900,00)
Alat Angkut Apung Bermotor
5 . 2 . 3 . 22 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 171.000.000,00 169.645.000,00 (1.355.000,00)
Alat Bengkel Bermesin
5 . 2 . 3 . 24 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 141.122.000,00 127.724.000,00 (13.398.000,00)
Alat Ukur
5 . 2 . 3 . 25 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 823.951.000,00 584.185.500,00 (239.765.500,00)
Alat Pengolahan
5 . 2 . 3 . 26 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 1.982.449.000,00 1.946.912.400,00 (35.536.600,00)
Alat Pemeliharaan Tanaman/Alat Penyimpan
5 . 2 . 3 . 27 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 2.069.216.125,00 1.968.517.719,00 (100.698.406,00)
Alat Kantor
5 . 2 . 3 . 28 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 6.006.254.275,00 5.657.257.320,00 (348.996.955,00)
Alat Rumah Tangga
5 . 2 . 3 . 29 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 6.311.079.125,00 5.820.689.998,00 (490.389.127,00)
Komputer
5 . 2 . 3 . 30 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 24.718.000,00 24.715.200,00 (2.800,00)
Meja Dan Kursi Kerja/Rapat Pejabat
5 . 2 . 3 . 31 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 539.229.920,00 421.607.407,00 (117.622.513,00)
Alat Studio
5 . 2 . 3 . 32 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 174.419.125,00 169.567.100,00 (4.852.025,00)
Alat Komunikasi
5 . 2 . 3 . 33 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 1.500.000,00 1.500.000,00 0,00
Peralatan Pemancar
5 . 2 . 3 . 34 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 384.977.818,00 333.348.034,00 (51.629.784,00)
219 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Alat Kedokteran
KODE URAIAN ANGGARAN REALISASI LEBIH / (KURANG)
1 2. 3. 4. 5.
5 . 2 . 3 . 35 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 20.834.340.530,00 20.633.797.938,00 (200.542.592,00)
Alat Kesehatan
5 . 2 . 3 . 36 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 556.240.000,00 550.702.719,00 (5.537.281,00)
Unit-Unit Laboratorium
5 . 2 . 3 . 37 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 2.644.213.150,00 2.583.252.000,00 (60.961.150,00)
Alat Peraga/Praktek Sekolah
5 . 2 . 3 . 43 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 4.400.000,00 3.250.000,00 (1.150.000,00)
Peralatan Laboratorium Hidrodinamika
5 . 2 . 3 . 48 Belanja Modal Peralatan dan Mesin -Pengadaan 393.648.000,00 391.471.200,00 (2.176.800,00)
Alat Keamanan dan Perlindungan
5 . 2 . 3 . 49 Belanja Modal Gedung dan Bangunan - 155.047.065.411,00 73.337.457.252,00 (81.709.608.159,00)
Pengadaan Bangunan Gedung Tempat Kerja
5 . 2 . 3 . 53 Belanja Modal Gedung dan Bangunan - 375.000.000,00 368.363.000,00 (6.637.000,00)
Pengadaan Bangunan Tugu Peringatan
5 . 2 . 3 . 55 Belanja Modal Gedung dan Bangunan - 700.000.000,00 0,00 (700.000.000,00)
Pengadaan Bangunan Monumen/Bangunan
Bersejarah lainnya
5 . 2 . 3 . 57 Belanja Modal Gedung dan Bangunan - 150.000.000,00 3.490.000,00 (146.510.000,00)
Pengadaan Bangunan Rambu-Rambu
5 . 2 . 3 . 59 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan - 118.627.573.016,00 110.086.902.725,00 (8.540.670.291,00)
Pengadaan Jalan
5 . 2 . 3 . 60 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan - 6.468.250.000,00 5.889.965.500,00 (578.284.500,00)
Pengadaan Jembatan
5 . 2 . 3 . 61 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan - 24.419.381.000,00 21.245.824.455,00 (3.173.556.545,00)
Pengadaan Bangunan Air Irigasi
5 . 2 . 3 . 62 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan - 25.000.000,00 24.530.000,00 (470.000,00)
Pengadaan Bangunan Air Pasang Surut
5 . 2 . 3 . 64 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan - 161.699.000,00 160.880.000,00 (819.000,00)
Pengadaan Bangunan Pengaman Sungai dan
220 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Penanggulangan Bencana
KODE URAIAN ANGGARAN REALISASI LEBIH / (KURANG)
1 2. 3. 4. 5.
5 . 2 . 3 . 67 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan - 4.063.046.000,00 3.984.725.475,00 (78.320.525,00)
Pengadaan Bangunan Air Kotor
5 . 2 . 3 . 69 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan - 607.265.000,00 593.747.900,00 (13.517.100,00)
Pengadaan Instalasi Air Minum/Air Bersih
5 . 2 . 3 . 70 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan - 2.310.000.000,00 2.026.641.096,00 (283.358.904,00)
Pengadaan Instalasi Air Kotor
5 . 2 . 3 . 71 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan - 172.000.000,00 168.668.000,00 (3.332.000,00)
Pengadaan Instalasi Pengolahan Sampah
5 . 2 . 3 . 74 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan - 675.000.000,00 170.204.000,00 (504.796.000,00)
Pengadaan Instalasi Gardu Listrik
5 . 2 . 3 . 82 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya - Pengadaan 4.574.769.000,00 4.401.946.687,00 (172.822.313,00)
Buku
5 . 2 . 3 . 85 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya - Pengadaan 563.880.000,00 555.586.150,00 (8.293.850,00)
Barang Bercorak Kebudayaan
JUMLAH BELANJA 1.945.936.335.686,00 1.619.140.120.460,00 (326.796.215.226,00)
221 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Dari tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa penyerapan belanja daerah tahun anggaran 2016
sebesar 83,21% dan menyisakan anggaran yang cukup besar, hal ini disebabkan berbagai
masalah antara lain jumlah paket pekerjaan yang banyak tetapi tidak sebanding dengan jumlah
SDM yang menangani paket pekerjaan tersebut, waktu pelaksaan pekerjaan tidak cukup
disebabkan adanya kegiatan dalam proses lelang gagal.
222 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
merupakan kewajiban daerah, pengurangan program dan kegiatan yang
kurang prioritas dan/atau pengurangan volume program dan kegiatannya.
NO. LEBIH /
URAIAN ANGGARAN REALISASI
URUT (KURANG)
1 2. 3. 4. 5.
3 PEMBIAYAAN
3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 238.009.495.126,00 238.104.871.956,00 95.376.830,00
3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran 238.009.495.126,00 238.041.000.946,00 31.505.820,00
Tahun Anggaran Sebelumnya
3.1.5 Penerimaan kembali Pemberian 0,00 63.871.010,00 63.871.010,00
Pinjaman
3.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 16.030.590.000,00 16.030.590.000,00 0,00
3.2.2 Penyertaan Modal (Investasi) 16.030.590.000,00 16.030.590.000,00 0,00
Pemerintah Daerah
223 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
c. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA).
SILPA Tahun Anggaran 2016 sebesar Rp178.535.895.176,00 yang berasal dari realisasi
pendapatan dikurangi realisasi belanja ditambah pembiayaan netto sebagai berikut :
1. Realisasi pendapatan Rp. 1.575.601.733.680,00
2. Realisasi Belanja Rp. 1.619.140.120.460,00
Surplus/(Devisit) (Rp. 43.538.386.780,00)
224 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
BAB IV
PENUTUP
3. Realisasi Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2016 dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pembiayaan Penerimaan direncanakan sebesar Rp 238.009.495.126,00 dapat direalisasi
sebesar Rp 238.104.871.956,00 atau 100,04%, lebih dari anggaran sebesar Rp
95.376.830,00 yang terdiri dari :
− Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (SILPA) direncanakan Rp
238.009.495.126,00 dapat direalisasi sebesar Rp 238.041.000.846,00.
− Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah direncanakan Rp 0,00 dapat
direalisasi sebesar Rp 63.871.010,00.
b. Pembiayaan Pengeluaran direncanakan sebesar Rp 16.030.590.000,00 dapat direalisasi
sebesar Rp 16.030.590.000,00 atau 100,00 % berupa :
− Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Kabupaten Wonosobo dengan
dianggarkan Rp 16.030.590.000,00 dapat direalisasi sebesar Rp 16.030.590.000,00
atau 100,00%
c. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun Anggaran 2016 sebesar Rp
178.535.895.176,00
Sesuai dengan kerangka logis RPJMD tersebut, input dana pembangunan melalui
belanja APBD, secara akumulatif memiliki pengaruh terhadap capaian Indikator Kinerja Utama
Wonosobo pada tahun 2016. Secara berkesinambungan, diharapkan target bisa tercapai sesuai
dengan tahapan RPJMD 2016-2021.
225 | P E N U T U P
LAMPIRAN
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
(LKjIP)