Anda di halaman 1dari 249

PENGANTAR

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LkjIP) Pemerintah Kabupaten Wonosobo


tahun 2016 disusun sebagai media untuk mempertanggungjawabkan akuntabilitas kinerja
pemerintahan sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Wonosobo
bepedoman Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,
Nomor 53 Tahun 2014, tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata
Cara Review Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. LkjiP Pemerintah Kabupaten
Wonosobo memuat tentang analisis akuntabilitas kinerja yang menggambarkan
pencapaian kinerja indikator sasaran dan tujuan dalam mendukung tercapainya Visi dan
Misi Pemerintah Kabupaten Wonosobo.

LKjIP Pemerintah Kabupaten Wonosobo Tahun 2016 diharapkan dapat menjadi


panduan bagi instansi pemerintah dilingkungan Pemerintah Kabupaten Wonosobo untuk
meningkatkan kinerja organisasinya sesuai dengan visi, misi, tujuan,sasaran, progam dan
kebijakan yang telah ditetapkan menuju terwujudnya Pemerintahan yang baik dan
bersih.(Good Governance and Clean Government) di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Wonosobo

Akhirnya kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan, semoga LKJiP ini akan bermafaat bagi peningkatan kinerja
Kabupaten Wonosobo, dalam upaya berkontribusi bagi peningkatan tata kelola pemerintahan
yang lebih efektif efesien dan lebih berorientasi pada pelayanan bagi masyarakat.

Wonosobo, 31 Maret 2017


BUPATI WONOSOBO

EKO PURNOMO, SE., MM.

LKjIP KABUPATEN WONOSOBO |i


PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO
INSPEKTORAT
JL. A. YANI NO. 30 TELEPON/FAXIMILE (0286) 321039 W ONOSOBO 56314
EMAIL : INSPEKTORATWONOSOBO@GMAIL.COM

PERNYATAAN TELAH DIREVIU


LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP)
KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN ANGGARAN 2016

Kami telah mereviu Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Wonosobo


untuk tahun anggaran 2016 sesuai Pedoman Reviu atas Laporan Kinerja. Substansi
informasi yang dimuat dalam Laporan Kinerja menjadi tanggung jawab manajemen
Pemerintah Kabupaten Wonosobo.

Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas Laporan Kinerja telah


disajikan secara akurat , andal dan valid.

Berdasarkan Reviu kami, pengecualian pada masalah yang kami jelaskan dalam
paragraph berikut, tidak terdapat kondisi atau hal-hal yang menimbulkan perbedaan
dalam meyakini keandalan informasi yang disajikan di dalam laporan kinerja ini.

Seperti yang diungkapkan yang menguraikan perbaikan penyelenggaraan


SAKIP dan koreksi atas penyajian laporan kinerja yang belum selesai dilakukan oleh
unit pengelola kerja

Wonosobo, 31 Maret 2017


Mengetahui:
INSPEKTUR
KABUPATEN WONOSOBO

M. ZUHRI,S.Sos, M.Si
Pembina Utama Muda
NIP. 19610612 198503 1 019

L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | ii
RINGKASAN EKSEKUTIF

Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LkjIP) Kabupaten Wonosobo


Tahun 2016 sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan tahun
2016 yang merupakan tahun pertama pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Pertama Daerah (RPJMD) Tahun 2016-2021 yang mengusung visi Bupati dan
Wakil Bupati terpilih yaitu Terwujudnya Wonosobo Bersatu untuk Maju, Mandiri dan
Sejahtera untuk Semua. Visi tersebut kemudian dijabarkan dalam tujuan, sasaran, strategi
dan arah kebijakan pembangunan serta program dan kegiatan indikatif beserta rencana
pendanaannya yang akan dilaksanakan dalam 5 (lima) tahun ke depan sebagai respon
atas kondisi, kebutuhan dan aspirasi masyarakat Kabupaten Wonosobo.

Untuk tahun 2016 ditetapkanlah Tema Pembangunan Kabupaten Wonosobo yaitu: “


Peningkatan Pelayanan Publik dan Daya Saing Daerah Yang Didukung Oleh Penyediaan
Infrastruktur Yang Berkualitas Untuk Kesejahteraan Masyarakat” dengan fokus
pelaksanaan prioritas pembangunan Kabupaten Wonosobo Tahun 2016 sebagai berikut :
1. Penanganan darurat dan kebencanaan, yang difokuskan pada pembangunan pasar
induk Wonosobo, penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS),
dan penanggulangan bencana;
2. Infrastruktur dan Lingkungan, yang difokuskan pada peningkatan kualitas dan
kuantitas jalan, jembatan, listrik dan irigasi (JALI), air besih dan sanitasi serta
pencapaian sustainable development goals (SDGs).
3. Penguatan ekonomi dan ketahanan pangan, yang difokuskan pada pengembangan
investasi, peningkatan produksi, dan pemerataan distribusi melalui skema
OVOP/ODOP, pertanian terpadu dan IKM terintegrasi.
4. Pariwisata dan ekonomi kreatif, yang difokuskan pada peningkatan kualitas
destinasi dan industri pariwisata dan wisata kota, untuk mendorong jumlah
kunjungan wisata dan menambah lama masa tinggal (length of stay) wisatawan di
Wonosobo.
5. Peningkatan kualitas sumber daya manusia, baik pada aspek khusus menyangkut
SDM usia sekolah maupun usia kerja yang menyangkut peningkatan kualitas rohani
dan jasmani untuk mendorong daya saing Wonosobo, seiring penerapan
Masyarakat Ekonomi ASEAN.
6. Tata kelola pemerintahan, dengan fokus penguatan sistem penopang bagi
reformasi birokrasi, termasuk data, sistem informasi, serta pemanfaatan e-
government bagi layanan publik terutama di kecamatan.

Sesuai dengan kerangka logis RPJMD tersebut, input dana pembangunan melalui
belanja APBD, secara akumulatif memiliki pengaruh terhadap capaian Indikator Kinerja
Utama (IKU) Wonosobo pada tahun 2016. Secara berkesinambungan, diharapkan target bisa
tercapai sesuai dengan tahapan RPJMD 2016-2021. Apabila dikaitkan dengan indikator
RPJMD 2016-2021, maka capaian indikator makro pembangunan tahun 2016 dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.

L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | iii
CAPAIAN
TARGET
INDIKATOR CAPAIAN S.D. 2016
TUJUAN SASARAN 2015 TARGET 2016 %CAPAIAN AKHIR
SASARAN 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
MISI 1: Meningkatkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Meningkatnya nilai demokrasi
Meningkatkan rasa kemanusiaan, serta kesadaran
Indeks
toleransi dan keharmonisan untuk 1 kesadaran/pemahaman tentang 70 70 80 114,29 75 106,67
Demokrasi
hidup secara berdampingan hak dan kewajiban sebagai
warga negara
Meningkatnya toleransi dalam
Indeks
2 kehidupan beragama dan 0,45 0,49 0,87 177,55 0,49 177,55
Toleransi
bermasyarakat
Meningkatnya semangat dan Indeks Gotong
3 0,55 0,55 0,82 149,09 0,65 126,15
budaya gotong royong Royong
Meningkatnya ketentraman dan
Indeks Rasa
4 ketertiban umum serta 0,61 0,61 0,68 111,48 0,66 103,03
Aman
perlindungan masyarakat
Misi 2: Meningkatkan capaian kinerja dan pemajuan penyelenggaraan pemerintahan daerah
Meningkatkan kualitas tata kelola Meningkatnya kualitas
pemerintahan daerah dan desa sesuai reformasi birokrasi dan aparatur Indeks
semangat Reformasi Birokrasi untuk 1 pemerintahan daerah dan desa Reformasi 80,00 80,00 74,06 92,58 85 87,13
perbaikan pelayanan publik yang profesional, transparan, Birokrasi
bersih dan melayani
Indeks
Kepuasan 69,02 70,00 73,53 105,04 80 91,91
Masyarakat

L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | iv
CAPAIAN
TARGET
INDIKATOR CAPAIAN S.D. 2016
TUJUAN SASARAN 2015 TARGET 2016 %CAPAIAN AKHIR
SASARAN 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
Misi 3: Meningkatkan kemandirian daerah
Meningkatkan produktivitas, 1 Meningkatnya produksi dan
kemampuan pengelolaan sumber produktivitas daerah dengan PDRB Atas
15.141.690,0
daya dan membangun budaya tetap menjaga kualitas Dasar Harga 17.339.270 169,94% 29.467.110 100,00
0 29.467.110
berdikari yang optimal dengan tetap lingkungan Berlaku
memperhatikan lingkungan

PDRB Atas
11.513.483,1
Dasar Harga 12.150.875 98,52% 16.422.929 72,90
0 11.971.598
Konstan

Niai Tukar
108 110,20 108 98,01% 120 90,00
Petani (NTP)
Laju Inflasi 3,49 3,41 3 87,98% 3 100,00
Pertumbuhan
5,70 5,75 6,52 113,39% 6,52 100,00
Ekonomi
2 Terwujudnya masyarakat yang Indeks
bermartabat, berbudaya dan Ketahanan 86,6 86,6 90 90 100,00
berdikari. Pangan
3 Meningkatnya daya saing daerah Produktivitas
29,86 31,28 31,76 31,80 99,87
Total Daerah
PDRB per
14,82 15,51 20,42 131,66% 20,42 100,00
kapita
Indeks 0,15 1<indeks<2 0,15
kapasitas Fiskal

LKjIP KABUPATEN WONOSOBO |v


CAPAIAN
TARGET
INDIKATOR CAPAIAN S.D. 2016
TUJUAN SASARAN 2015 TARGET 2016 %CAPAIAN AKHIR
SASARAN 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
Misi 4: Meningkatkan pelayanan dasar dan sarana prasarana publik untuk kesejahteraan yang merata
Terwujudnya pertumbuhan yang 1 Terpenuhinya layanan dan hak IPM 65,71 66 65,71 98,99 69,74 94,22
berkeadilan dalam aspek ekonomi, dasar untuk kesejahteraan
sosial dan lingkungan untuk masyarakat
peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan
Rata-rata Lama 6,11 6 6,11 98,95 7,11 85,94
Sekolah
Angka Melek 96,1 96,75 98,91 102,23 99,99 98,92
Huruf
penduduk 15
tahun ke atas
Rata-Rata Usia 71,02 71,35 71,35 100,00 73 97,74
Harapan Hidup
Angka 83,14 79,81 116,56 146,05 63,18 54,20
Kematian Ibu
Angka 9,66 9,3 12,82 137,85 7,5 58,50
Kematian Bayi
Prevalensi 2,20% 2,02% 2,56% 126,92 1,1% 42,97
Balita Gizi
kurang
Prevalensi 0,82% 0,12% 0,60% 20,00
balita gizi buruk
Persentase KK 47,95% 0,53375 0,12 22,48 80,50% 14,91
yang
mendapatkan
akses sanitasi
dasar

L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | vi
CAPAIAN
TARGET
INDIKATOR CAPAIAN S.D. 2016
TUJUAN SASARAN 2015 TARGET 2016 %CAPAIAN AKHIR
SASARAN 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
Persentase 63,17% 64,31% 60,37% 93,88 70% 86,24
panjang jalan
kabupaten
dalam kondisi
baik dan
sedang
2 Terpenuhinya layanan IPG (Indeks 92,51 92,926 92,91 99,98 92,93 99,98
penunjang untuk pemenuhan Pembangunan
kebutuhan masyarakat secara Gender)
lebih berkeadilan IDG (Indeks 45,36 45,7 47,72 104,42 104,42
45,70
Pemberdayaan
Gender)
Prevalensi 3,11 2,925 2,7 92,31 2,93 92,31
Kekerasan
Terhadap Anak
TFR (Total 2,2 2,1834 2,13 97,55 2,18 97,55
Fertility Rate)
Prosentase 79,03% 81% 79,48% 97,89 81,19% 97,89
Penduduk
Berakte
Kelahiran
Presentase 97,7 98,0833 91,57 93,36 98,08 93,36
Penduduk Ber
KTP
3 Terwujudnya kesetaraan Indeks Gini 0,34 0,34 0,34 100 0,34 100,00
pertumbuhan ekonomi antar Indeks 0,35 0,35 0,35 100 0,35 100,00
wilayah Williamson
4 Meningkatnya kesejahteraan Persentase 21,40% 19,74% 21,40% 108,41% 11,40% 53,27
ekonomi Angka
Kemiskinan
Indeks 3,54 3,44 3,54 102,91 2,90 81,92
Kedalaman
Kemiskinan

L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | vii
CAPAIAN
TARGET
INDIKATOR CAPAIAN S.D. 2016
TUJUAN SASARAN 2015 TARGET 2016 %CAPAIAN AKHIR
SASARAN 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
Indeks 1,04 1,035 1,04 100,48 1,010 97,12
Keparahan
Kemiskinan
5 Berkembangnya lapangan kerja Tingkat 5,31 5,25 4,47 85,14 5,25 85,14
dan kesempatan kerja Pengangguran
Terbuka
Partisipasi 73,9 74,28 74,75 100,63 74,28 100,63
Angkatan Kerja
Dependency 56,76 56,06 50,51 90,10 56,06 110,99
Ratio
Tingkat 94,66 94,7 95,52 100,87 94,70 100,87
Kesempatan
Kerja
Misi 5: Melakukan harmonisasi prinsip berkelanjutan dan berkesinambungan dalam pembangunan daerah
Terwujudnya pengelolaan SDA dan LH 1 Terwujudnya pengelolaan SDA
secara berkelanjutan dan LH secara berkelanjutan Indeks Kualitas
berkesinambungan berkesinambungan Lingkungan 58 58,15 61,42 105,62 68,15 90,12
Hidup

Ketaatan
Terhadap 78,15% 79,25% 79% 99,68 85% 92,94
RTRW
2 Berkembangnya pemanfaatan Rasio
energi dan energi Elektrifikasi DTD 91,96 91,96 100,00 100,00 91,96
baru/terbarukan Rumah Tangga
3 Meningkatnya upaya
pengurangan resiko bencana Indeks Resiko
135 129 135 95,56 75 55,56
melalui adaptasi dan mitigasi Bencana

L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | viii
Proses penyelenggaraan pemerintahan Daerah tahun 2016 mempedomani dokumen
RKPD 2016. Adapun ikhtisar keuangan penyelenggaraan pemerintahan daerah
Kabupaten Wonosobo tahun 2016, yang merupakan tahun ke-1 dari tahapan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2016-2021 adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan dianggarkan sebesar Rp 1.723.957.430.560,00 dapat direalisasi sebesar


Rp1.575.601.733.680,00 atau 91,39% yang berarti kurang dari anggaran sebesar Rp.
148.355.696.880,00

2. Rencana Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 setelah Perubahan sebesar


Rp1.945.936.335.686,00 dapat direalisasi Rp 1.619.140.120.460,00 atau 83,21% kurang
dari anggaran sebesar Rp 326.796.215.226,00.

3. Realisasi Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2016 dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pembiayaan Penerimaan direncanakan sebesar Rp 238.009.495.126,00 dapat
direalisasi sebesar Rp.238.104.871.956,00 atau 100,04%, lebih dari anggaran sebesar
Rp 95376.830,00 yang terdiri dari :
− Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (SILPA) direncanakan Rp
238.009.495.126,00 dapat direalisasi sebesar Rp238.041.000.846,00.
− Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah direncanakan Rp0,00 dapat
direalisasi sebesar Rp63.871.010,00.
b. Pembiayaan Pengeluaran direncanakan sebesar Rp16.030.590.000,00 dapat
direalisasi sebesar Rp16.030.590.000,00 atau 100,00 % berupa :
− Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Kabupaten Wonosobo dengan
dianggarkan Rp16.030.590.000,00 dapat direalisasi sebesar
Rp16.030.590.000,00 atau 100,00%
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun Anggaran 2016 sebesar
Rp178.535.895.176,00

Belanja APBD sebagaimana diuraikan di atas digunakan untuk mendanai semua


urusan pemerintahan daerah berdasarkan pemrioritasan RPJMD 2016-2021 pada tahapan
tahun 2016.

L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | ix
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


PERNYATAAN TELAH DI REVIU ................................................................................................ ii
RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................... 1
A. GAMBARAN UMUM DAN ASPEK STRATEGIS PEMERINTAH KABUPATEN
WONOSOBO ................................................................................................................. 1
1. Aspek Geografis .................................................................................................... 1
2. Aspek Demografi .................................................................................................. 2
3. Kondisi Ekonomi ................................................................................................... 4
4. Kependudukan...................................................................................................... 6
5. Pendidikan dan Kesehatan ................................................................................... 7
6. Pemerintahan........................................................................................................ 8
B. ISU STRATEGIS ............................................................................................................. 9
C. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN .............................................................................. 15

BAB II PERENCANAAN KINERJA............................................................................................... 17


A. VISI ................................................................................................................................ 17
B. MISI ............................................................................................................................... 17
C. Tujuan dan Sasaran ...................................................................................................... 23
D. Perjanjian Kinerja.......................................................................................................... 27

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ............................................................................................ 31


A. CAPAIAN KINERJA ....................................................................................................... 31
1. Misi 1 : Meningkatkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ......................................................... 31
a. Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum Dan Perlindungan Masyarakat.... 33
b. Urusan Kebudayaan ........................................................................................ 37
c. Urusan Sosial ................................................................................................... 38
d. Urusan Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa ............................................... 39
2. Misi 2: Meningkatkan capaian kinerja dan pemajuan penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah........................................................................................... 40
a. Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Kepegawaian Serta Pendidikan
Dan Pelatihan ................................................................................................... 42
b. Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Perencanaan .................... 44
c. Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan BidangPenelitian Dan
Pengembangan................................................................................................ 54
d. Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Keuangan......................... 56
e. Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Pembinaan dan
Pengawasan ..................................................................................................... 58
f. Bidang Hukum Dan Penataan Peraturan Perundang-Undangan .................. 62
LKjIP KABUPATEN WONOSOBO |x
g. Urusan Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa ............................................... 65
h. Urusan Statistik................................................................................................. 67
i. Urusan Persandian .......................................................................................... 70
j. Urusan Kearsipan ............................................................................................ 73
k. Urusan Transmigrasi........................................................................................ 76
l. Kerjasama Daerah............................................................................................ 78
3. Misi 3 : Meningkatkan kemandirian daerah ........................................................ 81
a. Urusan Tenaga Kerja ....................................................................................... 83
b. Urusan Pendidikan .......................................................................................... 91
c. Urusan Pertanian ............................................................................................. 92
d. Urusan Kelautan dan Perikanan ..................................................................... 100
e. Urusan Perdagangan ....................................................................................... 103
f. Urusan Perindustrian....................................................................................... 108
g. Urusan Koperasi dan UKM .............................................................................. 113
h. Urusan Pariwisata ............................................................................................ 117
i. Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Keuangan......................... 120
j. Urusan Penanaman Modal.............................................................................. 121
k. Urusan Perpustakaan ...................................................................................... 123
l. Urusan Kepemudaan dan Olahraga ............................................................... 125
4. Misi 4: Meningkatkan pelayanan dasar dan sarana prasarana publik untuk
kesejahteraan yang merata.................................................................................. 128
a. Urusan Pendidikan .......................................................................................... 132
b. Urusan Kesehatan ........................................................................................... 141
c. Urusan Sosial ................................................................................................... 151
d. Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman ................................ 154
e. Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang ............................................. 159
f. Urusan Tenaga Kerja ....................................................................................... 170
g. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ........................ 176
h. Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana........................... 183
i. Urusan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil ........................... 187
j. Urusan Pertanahan.......................................................................................... 190
k. Urusan Perhubungan ...................................................................................... 193
l. Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa ............................................... 197
5. Misi 5: Melakukan harmonisasi prinsip berkelanjutan dan
berkesinambungan dalam pembangunan daerah .............................................. 199
a. Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang ............................................. 201
b. Urusan Lingkungan Hidup............................................................................... 201
B. REALISASI ANGGARAN ................................................................................................ 206
1. Pengelolaan Pendapatan Daerah ........................................................................ 207
a. Kebijakan Umum Pendapatan Daerah ........................................................... 207
b. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah....................................................... 211
2. Pengelolaan Belanja Daerah ................................................................................ 213
a. Kebijakan Umum Belanja Daerah ................................................................... 213
b. Target dan Realisasi Belanja Daerah............................................................... 215
3. Pengelolaan Pembiayaan Daerah ........................................................................ 222
a. Kebijakan Pembiayaan Daerah ....................................................................... 222
b. Target dan Realisasi Pembiayaan Daerah ...................................................... 223
c. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) ..................................................... 224
BAB IV PENUTUP ....................................................................................................................... 225
LAMPIRAN
L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | xi
DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Proyeksi Penduduk Kabupaten Wonosobo Tahun 2015 Berdasarkan


data BPS ................................................................................................................... 1
Tabel I.2 Data Penduduk Wonosobo Tahun 2015 Berdasarkan Pencatatan
Administratif Kependudukan .................................................................................. 3
Tabel I.3 Perkembangan Nilai Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Berlaku dan Konstan Kabupaten Wonosobo Tahun 2011 – 2015 .......................... 4
Tabel I.4 Data PDRB dan Statistik Makro Kabupaten Wonosobo ........................................ 4
Tabel I.5 Kriteria ketimpangan pendapatan versi Bank Dunia ............................................. 5
Tabel I.6 Rasio Penduduk yang Bekerja ................................................................................. 6
Tabel I.7 Profil Kependudukan ............................................................................................... 6
Tabel I.8 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2010-2015
Kabupaten Wonosobo ............................................................................................ 7

Tabel II.1 Keselarasan Misi RPJMN dengan Misi RPJMD Wonosobo Tahun 2016-2021 ....... 18
Tabel II.2 Keselarasan Antara Misi RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2013-2018
denganMisi RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021 ............................... 19
Tabel II.3 Keselarasan Misi RPJPD Kabupaten Wonosobo Tahun 2005-2025 Dengan
Misi RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021............................................ 20
Tabel II.4 Penerjemahan Unsur Visi Ke Dalam Misi RPJMD Kabupaten Wonosobo
2016-2021 .................................................................................................................. 21
Tabel II.5 Sinkronisasi prioritas pembangunan Kabupaten Wonosobo dengan
prioritas Nasional dan Provinsi Jawa Tengah......................................................... 22
Tabel II.6 Keterkaitan Misi, Tujuan, Sasaran dan Indikator Sasaran RPJMD
Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021 ................................................................ 25
Tabel II.7 Perjanjian Kinerja Bupati Wonosobo Tahun 2016 .................................................. 28

Tabel III.1 Capaian Kinerja Misi1 ............................................................................................... 32


Tabel III.2 Capaian Kinerja Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum Dan
Perlindungan Masyarakat Tahun 2016Berdasarkan Indikator RPJMD
Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021 ................................................................ 36
Tabel III.3 Capaian Kinerja Urusan Kebudayaan Tahun 2016 Berdasarkan Indikator
RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021 ................................................... 38
Tabel III.4 Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat Dan DesaTahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021 ............. 40
Tabel III.5 Capaian Misi 2 .......................................................................................................... 41
Tabel III.6 Capaian Kinerja Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang
Kepegawaian dan Diklat Tahun 2016 Berdasarkan Indikator RPJMD
Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021 ................................................................ 43
Tabel III.7 Matriks Permasalahan dan Solusi Fungsi Lain pada Kepegawaian dan
Pendidikan dan Pelatihan ........................................................................................ 44

L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | xii
Tabel III.8 Capaian Kinerja Fungi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang
Perencanaan Tahun 2016 Berdasarkan Indikator RPJMD Kabupaten
Wonosobo Tahun 2016-2021.................................................................................... 52
Tabel III.9 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Fungsi Penunjang Urusan
Pemerintahan Bidang Perencanaan ....................................................................... 53
Tabel III.10 Permasalahan dan Solusi pada Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan
Bidang Penelitian dan Pengembangan................................................................... 56
Tabel III.11 Capaian Kinerja Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang
Keuangan Tahun 2016 ............................................................................................. 57
Tabel III.12 Capaian Kinerja Fungsi Lain Urusan Pemerintahan Bidang Pengawasan
Tahun 2016 Berdasarkan Indikator RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun
2016-2021 .................................................................................................................. 61
Tabel III.13 Matriks Permasalahan dan Solusi Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan
Bidang Pemerintahan Bidang Pengawasan ........................................................... 62
Tabel III.14 Capaian Kinerja Fungsi Lain Hukum Dan Penataan Peraturan Perundang-
Undangan berdasarkan Indikator RPJMD 2016-2021 ............................................. 64
Tabel III.15 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Hukum dan Penataan
Perundang-Undangan ............................................................................................. 65
Tabel III.16 Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tahun 2015
– 2016 Berdasarkan RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2015-2021 .................. 66
Tabel III.17 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa .............................................................................................. 67
Tabel III.18 Capaian Kinerja Urusan Statistik Tahun 2016Berdasarkan Indikator
RPJMD 2016-2021 ..................................................................................................... 69
Tabel III.19 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Statistik ...................................... 69
Tabel III.20 Capaian Kinerja Urusan Persandian Berdasarkan Indikator RPJMD 2016-
2021 ........................................................................................................................... 72
Tabel III.21 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Persandian.................................. 73
Tabel III.22 Capaian Kinerja Urusan Kearsipan Tahun 2016Berdasarkan Indikator
RPJMD 2016-2021 ..................................................................................................... 74
Tabel III.23 Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Kearsipan ............................................. 75
Tabel III.24 Capaian kinerja Urusan Transmigrasi Tahun 2016berdasarkan Indikator
RPJMD 2016-2021 ..................................................................................................... 77
Tabel III.25 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Transmigrasi ............................... 78
Tabel III.26 Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Kerjasama Daerah ............................... 80
Tabel III.27 Capaian Kinerja Misi 3 .............................................................................................. 82
Tabel III.28 Capaian Kinerja Urusan KetenagakerjaanTahun 2016Berdasarkan
Indikator RPJMD 2016-2021 ..................................................................................... 87
Tabel III.29 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Tenaga Kerja .............................. 90
Tabel III.30 Capaian kinerja berdasarkan RPJMD Program Pendidikan SMK .......................... 92
Tabel III.31 Data Indikator Kinerja Urusan Pertanian Berdasarkan RPJMD 2016-2021 ............ 95
Tabel III.32 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Pertanian .................................... 100
Tabel III.33 Data Indikator Kinerja Urusan Perikanan berdasarkan RPJMD 2016-2021 ........... 101
Tabel III.34 Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Kelautan dan Perikanan...................... 103

L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | xiii
Tabel III.35 Capaian Kinerja Urusan Perdagangan Tahun 2016berdasarkan Indikator
RPJMD 2016-2021 ..................................................................................................... 106
Tabel III.36 Matriks Permasalahan dan Solusi ........................................................................... 107
Tabel III.37 Capaian Kinerja Urusan Perindustrian Tahun 2016berdasarkan Indikator
RPJMD 2016-2021 ..................................................................................................... 110
Tabel III.38 Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Perindustrian ....................................... 112
Tabel III.39 Capaian Kinerja Urusan Koperasi dan UKM tahun 2016Berdasarkan
RPJMD 2016-2021 ..................................................................................................... 115
Tabel III.40 Matriks Permasalahan dan Solusi ........................................................................... 116
Tabel III.41 Data indikator Kinerja Urusan Kepariwisataan Berdasarkan RPJMD 2016 –
2021 ........................................................................................................................... 119
Tabel III.42 Capaian Indikator Keuangan Daerah ...................................................................... 121
Tabel III.43 Capaian Kinerja Urusan Penanaman Modal Tahun 2016Berdasarkan
Indikator RPJMD 2016-2021 ..................................................................................... 122
Tabel III.44 Matriks Permasalahan dan Solusipada Urusan Penanaman Modal...................... 123
Tabel III.45 Capaian Kinerja Urusan Perpustakaan BerdasarkanIndikator RPJMD 2016-
2021 ........................................................................................................................... 124
Tabel III.46 Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Perpustakaan ...................................... 125
Tabel III.47 Capaian Kinerja Urusan Pemuda dan Olahraga Tahun 2016Berdasarkan
Indikator RPJMD 2016-2021 ..................................................................................... 127
Tabel III.48 Capaian Kinerja Misi 4 .............................................................................................. 129
Tabel III.49 Capaian Kinerja Urusan Pendidikan Tahun 2016Berdasarkan Indikator
RPJMD 2016-2021 ..................................................................................................... 137
Tabel III.50 Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Pendidikan ........................................... 140
Tabel III.51 Capaian kinerja Urusan Kesehatan Tahun 2016berdasarkan Indikator
Kinerja RPJMD 2016-2021......................................................................................... 145
Tabel III.52 Capaian Kinerja Urusan Sosial Tahun 2016Berdasarkan Indikator RPJM
2016 – 2021................................................................................................................ 153
Tabel III.53 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Sosial .......................................... 154
Tabel III.54 Capaian Kinerja Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Berdasarkan Indikator RPJMD 2016-2021 ............................................................... 157
Tabel III.55 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman ............................................................................................. 170
Tabel III.56 Capaian Kinerja Urusan KetenagakerjaanTahun 2016Berdasarkan
Indikator RPJMD 2016-2021 ..................................................................................... 175
Tabel III.57 Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Perempuandan Perlindungan
AnakBerdasarkan RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021 ..................... 181
Tabel III.58 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak ....................................................................... 182
Tabel III.59 Indikator Kinerja Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Berdasarkan RPJMD Tahun 2016-2021 .................................................................... 185
Tabel III.60 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana ......................................................................................... 187

L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | xiv
Tabel III.61 Capaian Kinerja PembangunanUrusan Administrasi Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten WonosoboTahun 2016 berdasarkan Indikator
RPJMD 2016 -2021 .................................................................................................... 189
Tabel III.62 Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Administrasi
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonosobo ............................... 190
Tabel III.63 Capaian Kinerja Urusan PerhubunganBerdasarkan Indikator RPJMD
Kabupaten Wonosobo 2016-2021............................................................................ 196
Tabel III.64 Permasalahan dan Solusi Urusan Perhubungan Tahun 2016 ................................ 197
Tabel III.65 Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan DesaBerdasarkan
Indikator RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 .............................................. 198
Tabel III.66 Capaian Kinerja Misi 5 .............................................................................................. 200
Tabel III.67 Capaian Kinerja Urusan Penataan Ruang Tahun 2016 berdasarkan
Indikator RPJMD Kabuapten Wonosobo 2016-2021 .............................................. 201
Tabel III.68 Capaian kinerja Urusan Lingkungan Hidup Tahun 2016berdasarkan
Indikator Kinerja RPJMD ......................................................................................... 203
Tabel III.69 Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Lingkungan Hidup ............................... 205
Tabel III.70 Uraian Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2016 ................................................ 210
Tabel III.71 Uraian Pendapatan Menurut Organisasi Pengelola PendapatanTahun
Anggaran 2016 ......................................................................................................... 211
Tabel III.72 Uraian Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 ........................................................ 216
Tabel III.73 Uraian Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2016 ................................................ 223

L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kab. Wonosobo


Tahun 2007-2014 ...................................................................................................... 6

L K j I P K A B U P A T E N W O N O S O B O | xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. GAMBARAN UMUM DAN ASPEK STRATEGIS PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO


1. Aspek Geografis

Kabupaten Wonosobo terbagi menjadi 15 kecamatan, 236 desa dan 29


kelurahan. Secara geografis, Kabupaten Wonosobo terletak antara 7˚.11’ dan 7˚.36'
lintang selatan, 109˚,43' dan 110˚,'04' bujur timur, pada ketinggian 250 – 2.250 meter
DPL. Luas wilayah Kabupaten Wonosobo 98.448 ha (984,48 km2) dan berjarak 120
km dari ibu kota Provinsi Jawa Tengah serta 520 km dari ibu kota negara. Batas
administratif wilayah Wonosobo adalah :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Batang;
b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Magelang;
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kebumen dan Purworejo;
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kebumen.
Wonosobo beriklim tropis dengan dua musim dalam setahun yaitu musim
kemarau dan musim penghujan. Rata rata suhu udara di Wonosobo antara 14,3 – 26,5
derajat Celcius dengan curah hujan rata-rata per tahun berkisar antara 1.713 – 4.255
mm/tahun. Dengan kondisi tersebut Kabupaten Wonosobo sangat baik untuk
pertanian sehingga sektor pertanian merupakan sektor dominan dalam
perekonomian.
1|BAB I PENDAHULUAN
Kabupaten Wonosobo memiliki topografi perbukitan sampai pegunungan
dengan ketinggian lokasi antara 250 m hingga 2.250 m di atas permukaan laut,
dengan kondisi biogeofisik kemiringan 3-8 % sebesar 54,4 ha, 8-15 % seluas 24.769,1 ha,
15-40 % seluas 42.173,6 ha dan >40 % seluas 31.829,9 ha. Keadaan yang demikian
menyebabkan sering timbul bencana alam seperti tanah longsor (land slide), gerakan
tanah runtuh dan gerakan tanah merayap.
Jenis tanah yang ada di Kabupaten Wonosobo terdiri dari tanah andosol seluas
10.817,7 ha, regosol seluas 19.372,7 ha, latosol seluas 63.043,4 ha, organosol seluas
761,1 ha, mediteran merah kuning seluas 3.054 ha dan gromosol seluas 1.778,6 ha
dengan komposisi tata guna lahan terdiri atas tanah sawah mencakup 18.696,68 ha
(18,99%), tanah kering seluas 55.140,80 ha (55,99%), hutan negara 18.909,72 ha
(19.20%), perkebunan negara/swasta 2.764,51 ha (2,80%) dan lainnya seluas 2.968,07
ha (3,01%).
Dari dua deskripsi keadaan geografis di atas, yang perlu diwaspadai adalah
bahwa di Wonosobo terdapat beberapa daerah dengan potensi pertanian yang
mengalami degradasi lahan, antara lain Kawasan Dieng, meliputi 27 desa di empat
kecamatan yaitu kejajar (16 desa/kelurahan), Garung (5 desa), Mojotengah (2 desa)
dan Watumalang (3 desa). Dengan pertimbangan tersebut, perlu kebijakan khusus
untuk menggali pertanian sebagai salah satu sektor andalan dikaitkan dengan tata
ruang dan karakteristik topografis.
Potensi pengembangan wilayah berdasarkan kajian dalam Peraturan Daerah
No 2 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo. Dalam
dokumen tersebut untuk Kawasan Budidaya di Wonosobo meliputi kawasan
peruntukan hutan produksi, hutan rakyat, pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan, pertambangan, industri, pariwisata dan permukiman. Kawasan Lindung
meliputi kawasan hutan lindung dan kawasan yang memberikan perlindungan bagi
kawasan bawahannya, kawasan Lindung Geologi, Kawasan Suaka Alam, Pelestarian
Alam, dan Cagar Budaya. Dengan ditetapkannya kawasan tersebut maka segenap
unsur pengembangan wilayah akan lebih terarah dan berpedoman pada prinsip-
prinsip untuk kemajuan wilayah dan kearifan alam.

2. Aspek Demografi
Berdasarkan data BPS, penduduk Wonosobo pada tahun 2014 secara de facto
berjumlah 773.280 orang, terdiri dari 392.017 perempuan (50,70%) dan 381.263 laki-laki
(49,30%). Sedangkan berdasarkan catatan penduduk secara de jure dari Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil, maka penduduk Wonosobo berjumlah 845.832
orang, dengan proporsi 411.473 perempuan (48,65%) dan 434.359 laki-laki (51,35%).
Selisih penduduk antara data de facto dengan data de jure mencerminkan penduduk
yg tidak berdomisili di Wonosobo tetapi secara administratif tercatat sebagai
penduduk Wonosobo.
Lebih detail tentang data demografis Wonosobo bisa dilihat pada tabel-tabel
berikut:
Tabel I.1
Proyeksi Penduduk Kabupaten Wonosobo Tahun 2015
Berdasarkan data BPS
No. Struktur Usia Perempuan Laki-laki Jumlah
1 0-4 33.994 34.673 68.667
2 05-09 32.742 34.727 67.469
3 10-14 31.425 34.171 65.596
4 15-19 30.591 33.974 64.565

2|BAB I PENDAHULUAN
No. Struktur Usia Perempuan Laki-laki Jumlah
5 20-24 26.764 29.406 56.170
6 25-29 25.323 26.108 51.431
7 30-34 28.303 27.385 55.688
8 35-39 29.004 28.469 57.473
9 40-44 27.729 27.748 55.477
10 45-49 27.019 26.624 53.643
11 50-54 24.745 24.018 48.963
12 55-59 20.175 20.677 40.852
13 60-64 15.018 16.345 31.363
14 65-69 11.067 11.349 22.416
15 70-74 8.269 8.309 16.578
16 75 + 10.980 9.985 20.965
Jumlah 383.148 393.968 777.116
Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo, 2016

Tabel I.2
Data Penduduk Wonosobo Tahun 2015
Berdasarkan Pencatatan Administratif Kependudukan
Jumlah berdasarkan pencatatan
No Kecamatan Desember 2015
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 WADASLINTANG 29.611 28.346 57.957
2 KEPIL 31.955 30.663 62.618
3 SAPURAN 30.039 28.816 58.855
4 KALIWIRO 26.038 25.239 51.277
5 LEKSONO 22.737 22.276 45.013
6 SELOMERTO 26.748 25.856 52.604
7 KALIKAJAR 34.708 32.561 67.269
8 KERTEK 43.998 42.117 86.115
9 WONOSOBO 45.499 44.339 89.838
10 WATUMALANG 28.094 26.715 54.809
11 MOJOTENGAH 31.994 29.523 61.517
12 GARUNG 28.290 26.086 54.376
13 KEJAJAR 22.909 21.201 44.110
14 SUKOHARJO 17.325 16.221 33.546
15 KALIBAWANG 13.620 12.741 26.361
Jumlah 433.565 412.700 846.265
Jumlah Total 433.565 412.700 846.265
Sumber: Kantor Admindukcapil Kabupaten Wonosobo, 2016

3|BAB I PENDAHULUAN
3. Kondisi Ekonomi
Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu Kabupaten di Wilayah Provinsi
Jawa Tengah yang memiliki potensi sumberdaya alam, terutama di sektor pertanian.
Sektor pertanian dalam empat tahun terakhir menyumbang hampir 50% dari total
PDRB, karena sebagian masyarakat Wonosobo bergerak dalam bidang pertanian.
Komoditi utama pertanian yang dihasilkan adalah padi, palawija, teh,
tembakau, berbagai jenis sayuran dan kopi serta tanaman hortikultura lainnya. Selain
itu, juga dikembangkan budi daya jamur dieng, carica dan asparagus yang berpotensi
sebagai komoditas ekspor non migas. Beberapa jenis tanaman yang merupakan
tanaman khas Kabupaten Wonosobo yaitu purwaceng, gondorukem dan kayu putih.
Industri pengolahan kayu dengan bahan baku berasal dari hutan rakyat menjadi salah
satu komoditas andalan bagi masyarakat.
Sektor lain yang menyumbang proporsi PDRB lumayan besar adalah
perdagangan, hotel dan restoran dan jasa, serta industri pengolahan, berkisar antara
9 – 12 %. Sektor-sektor ini perlu dikembangkan agar bisa menjadi menopang
ketergantungan tinggi pada sektor pertanian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
industri pengolahan semakin banyak dilakukan oleh masyarakat Wonosobo. Oleh
karena itu kebijakan pengembangan industri khususnya IKM perlu terus ditingkatkan,
sehingga ketergantungan pada sektor pertanian akan dapat dikurangi secara
bertahap.
Selengkapnya data tentang PDRB dan indikator ekonomi makro kabupaten
bisa dilihat pada tabel-tabel berikut:
Tabel I.3
Perkembangan Nilai Produk Domestik Regional Bruto
Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Kabupaten Wonosobo
Tahun 2011 – 2015 (Jutaan Rp)
No. Tahun Harga Berlaku Harga Konstan

1 2011 10.045.107,9 9.489.550,5


2 2012 10.893.446,2 9.935.905,3
3 2013 12.031.337,7 10.457.818,0
4 2014 13.333.270,5 10.892.939,1
5 2015*** 14.584.345,7 11.513.483,1
Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo
Keterangan: *** angka 2015 angka sangat sementara

Tabel I.4
Data PDRB dan Statistik Makro Kabupaten Wonosobo

No. Indikator Satuan 2014 2015 Keterangan


1 Pertumbuhan % 4,16 5,70* Angka sementara
PDRB
2 Laju Inflasi Provinsi % 8,22 0,99* Angka sementara
3 Laju Inflasi % 8,77 2,71* Angka sementara
Kabupaten
4 Indeks Gini 0,34 0,34* Angka sementara
5 Pemerataan % 20,09 20,09* Angka sementara
Pendapatan versi
Bank Dunia

4|BAB I PENDAHULUAN
Dalam kurun waktu 2011-2015, pertumbuhan PDRB Kabupaten Wonosobo
cenderung fluktuatif. Pada tahun 2014 berada pada angka 4,16 dan meningkat di
tahun 2015 menjadi 5,70. Meskipun berfluktuatif ada kecenderungan meningkat yang
mengindikasikan kinerja ekonomi makro di Kabupaten Wonosobo pada tahun
tersebut terus membaik.
Inflasi merupakan salah satu indikator penting yang dapat memberikan
informasi tentang dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat dan berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat.
Perkembangan harga barang dan jasa tersebut menjadi salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat daya beli seiring dengan peningkatan inflasi di Jawa Tengah
dan juga nasional dari tahun 2014 mengalami penurunan di tahun 2015 dapat menjadi
2,71.
Indeks Gini merupakan satu ukuran untuk melihat ketimpangan pendapatan
antar penduduk. Semakin mendekati nol maka ketimpangan semakin kecil. Secara
umum tingkat ketimpangan pendapatan antar penduduk yang terjadi di Kabupaten
Wonosobo masih tergolong pada kriteria rendah, atau dengan kata lain pembagian
pendapatan yang diterima penduduk cukup merata. Hal ini tergambar dari GR
Kabupaten Wonosobo di mana indeks gini sebesar 0,34 dalam arti ketimpangan
pendapatan antar penduduk rendah atau merata. Pelaksanaan otonomi daerah
menjadikan pemerintah daerah lebih terfokus dalam menentukan arah pembangunan
yang bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Tujuan pembangunan
ekonomi Kabupaten Wonosobo yang telah dan sedang dilaksanakan dapat dikatakan
telah berada pada jalur yang cukup baik.
Kriteria ketimpangan pendapatan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi
pendapatan yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk.

Tabel I.5
Kriteria ketimpangan pendapatan versi Bank Dunia

Distribusi Pendapatan Tingkat Ketimpangan atau Kesenjangan


Kelompok 40% penduduk termiskin
pengeluarannya <12% dari keseluruhan Tinggi
pengeluaran
Kelompok 40% penduduk termiskin
pengeluarannya 12% sampai 17% dari Sedang
keseluruhan pengeluaran
Pengeluarannya >17% dari keseluruhan Rendah
pengeluaran
Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo, 2015

Berdasarkan kriteria Bank Dunia, distribusi pendapatan penduduk Kabupaten


Wonosobo tergolong merata pada ketimpangan rendah. Hal tersebut ditunjukkan
sebesar 20,09% pendapatan dinikmati oleh 40% masyarakat berpenghasilan rendah,
sebesar 36,19% oleh 40% masyarakat berpenghasilan menengah dan sebesar 43,72%
oleh 20% masyarakat berpenghasilan tinggi.
Rasio penduduk yang bekerja merupakan perbandingan antara jumlah
penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja dengan angkatan kerja. Rasio ini
menggambarkan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan
tenaga kerja atau bisa disebut sebagai gambaran permintaan tenaga kerja.
Dari tabel di bawah ini dapat diketahui bahwa terjadi jumlah penduduk yang
bekerja dari tahun 2010 hingga 2014 cenderung meningkat, meskipun pada tahun
2011, rasio penduduk yang bekerja menurun drastis, tetapi kembali meningkat pada
5|BAB I PENDAHULUAN
tahun 2012. Data rasio penduduk yang bekerja pada tahun 2014 yang diperoleh dari
website resmi Kemenakertrans menunjukkan nilai 0,947 atau 94,7% penduduk yang
memperoleh pekerjaan sedangkan sisanya masih mencari kerja atau belum
mendapatkan pekerjaan.
Tabel I.6
Rasio Penduduk yang Bekerja
Tahun Penduduk yang bekerja Angkatan Kerja Rasio Penduduk yang bekerja
2010 381.326 397.392 0,96
2011 369.940 392.465 0,94
2012 394.042 416.421 0,95
2013 354.967 376.939 0,94
2014 397.002 419.388 0,95
Sumber: BPS Sakernas 2010-2014

Pengangguran terbuka adalah penduduk yang telah masuk dalam angkatan


kerja tetapi tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan
usaha, serta sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Berdasarkan
data BPS tahun 2014 angka pengangguran terbuka Kabupaten Wonosobo 5,40
% masih di bawah angka provinsi (5,68%) dan nasional (5,94%).
Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Wonosobo tahun 2014 mengalami
penurunan dari tahun 2013, yaitu 5,83 menjadi 5,34 atau mengalami penurunan 0,49%.

Gambar I.1 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (%)


Kab. Wonosobo Tahun 2007-2014

4. Kependudukan
Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Wonosobo mengalami penurunan yang
cukup signifikan dari 170.100 jiwa menjadi 165.800 jiwa pada tahun 2014 dimana inflasi
pada tahun yang sama juga mengalami penurunan. Penurunan jumlah penduduk
miskin ini juga berimplikasi pada menurunnya persentase penduduk miskin dari 22,08
menjadi 21,42 persen pada tahun 2014

Tabel I.7
Profil Kependudukan
No. Indikator Satuan 2014 2015 Keterangan
1 Jumlah Penduduk Jiwa 773,280 777,116 Data proyeksi
(Ribu)
2 Jumlah Penduduk > Jiwa 601,16 578,329 Angka sementara
17 tahun atau telah (Ribu)
Menikah
6|BAB I PENDAHULUAN
3 Jumlah Penduduk Jiwa 168 033,74 168 033,74 Angka sementara
Miskin (Ribu)
4 Jumlah Rumah RT 211,79 211,79 Angka sementara
Tangga(ribu)
5 Jumlah Anak (ribu) Anak 203,26 205,158 anak adalah jumlah
pdd dikurangi usia 15
tahun keatas
Sumber : Kantor Adminduk Kabupaten Wonosobo (2016)

5. Pendidikan dan Kesehatan


IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya
membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM merupakan indeks
komposit hasil agregasi tiga jenis indeks yang masing-masing mewakili dimensi
pembangunan manusia, yakni indeks kesehatan, indeks pendidikan, dan indeks
standar hidup. Mulai tahun 2015 Badan Pusat Statistik telah merllis angka Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) metode baru dengan perubahan mendasar mencakup
penggunaan indikator harapan lama sekolah (HLS) menggantikan indikator angka
melek huruf (AMH) dalam perhitungan indeks pendidikan dan penggunaan indikator
pendapatan nasional bruto (PNB) per kapita menggantikan produk domestik bruto
(PDB) per kapita dalam perhitungan indeks standar hidup.
Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan
oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal
yang pernah dijalani. Lamanya bersekolah merupakan ukuran akumulasi investasi
pendidikan individu. Rata-rata lama sekolah Kabupaten Wonosobo masih jauh dari
RLS 12 tahun. Pada tahun 2015 rata-rata lama sekolah hanya 6,14 tahun meningkat
dari tahun sebelumnya yang hanya 6,07 tahun. Banyak faktor yang jadi penyebab dari
ketidaktercapaiannya RLS 12 tahun, antara lain persepsi masyarakat tentang
pendidikan, yang dianggap belum menjanjikan, serta mahalnya biaya pendidikan juga
menjadi kendala selanjutnya. Aspek kesehatan merupakan unsur penting yang
berkaitan dengan kapabilitas penduduk. Derajat kesehatan pada dasarnya dapat
dilihat dari seberapa lama harapan hidup yang mampu dicapai. Semakin lama harapan
hidup yang mampu dicapai merefleksikan semakin tinggi derajat kesehatannya.
Angka harapan hidup menunjukkan kualitas kesehatan masyarakat, yaitu
mencerminkan “lamanya hidup” sekaligus “hidup sehat” suatu masyarakat.Dalam
kurun waktu Tahun 2010-2014, Usia Harapan Hidup di Wonosobo sebesar 69,8 tahun
meningkat menjadi 70,8 tahun. Meningkatnya Usia Harapan Hidup penduduk di
Wonosobo disebabkan semakin tingginya kesadaran masyarakat dalam
memperhatikan kesehatannya melalui perilaku hidup bersih dan sehat.
Tabel I.8.
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2010-2015
Kabupaten Wonosobo

Tahun
Uraian
2010 2011 2012 2013 2014 2015

Angka Harapan 70,37 70,5 70,63 70,76 70,82 71,02


Hidup (tahun)

Harapan Lama 9,96 10,09 10,83 11,03 11,34 11,43


Sekolah (tahun)

Rata-rata lama 5,81 5,87 5,9 5,92 6,07 6,11


sekolah (tahun)

7|BAB I PENDAHULUAN
Tahun
Uraian
2010 2011 2012 2013 2014 2015

Pengeluaran per 9.032 9.275 9.404 9.458 9.491 9.736


kapita disesuaikan
(ribu rupiah ppp)

IPM 62,5 63,07 64,18 64,57 65,2 65,7

Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo, 2015


Perkembangan IPM Kabupaten Wonosobo dari tahun 2010 sampai dengan 2015
menunjukkan adanya peningkatan. IPM tahun 2015 sebesar 65,70 meningkat 3,20
poin jika dibanding tahun 2010 sebesar 62,50. Mengacu pada klasifikasi UNDP,
sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2015 IPM Kabupaten Wonosobo termasuk
kategori sedang (66 ≤ IPM< 80).

6. Pemerintahan
Kabupaten Wonosobo, dibentuk berdasarkan Undang - Undang Nomor 13
Tahun 1950, tentang Pembentukan Daerah- Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan
Provinsi Jawa Tengah (diundangkan pada Tanggal 8 Agustus 1950). Dalam proses
penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Wonsoobo, ditetapkan Peraturan Daerah
Nomor 3 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang meliputi:
1. Sekretariat Daerah;
2. Sekretariat DPRD;
3. Inspektorat Kabupaten;
4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;
5. Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga;
6. Dinas Kesehatan;
7. Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga;
8. Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Kebersihan;
9. Dinas Pertanian dan Perikanan;
10. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
11. Dinas Pendapatan Daerah;
12. Badan Kependudukan, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak;
13. Kantor Perindustrian dan Perdagangan;
14. Kantor Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah;
15. Kantor Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
16. Kantor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
17. Kantor Perhubungan;
18. Kantor Pemberdayaan Masyarakat;
19. Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah;
20. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik;
21. Kantor Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil;
22. Satuan Polisi Pamong Praja dan Perlindungan Masyarakat;
23. Rumah Sakit Umum Daerah Setjonegoro;
24. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu;
25. Badan Penanggulangan Bencana Daerah;
26. Kecamatan;
27. Kelurahan;
28. Staf Ahli Bupati.

8|BAB I PENDAHULUAN
B. ISU STRATEGIS
Masih tingginya angka kemiskinan daerah menjadi perhatian besar Pemerintah
Daerah dalam proses pembangunan daerah. Data tahun 2013, tingkat kemiskinan di
Kabupaten Wonosobo masih 22,08 persen yang merupakan angka tertinggi se-Provinsi
Jawa Tengah. Dengan target angka kemiskinan 18 persen pada tahun 2016, maka dengan
kondisi tersebut Pemerintah Kabupaten Wonosobo harus mengakselerasi program
pembangunan yang pro dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Maka untuk tahun 2016 ditetapkanlah Tema Pembangunan Kabupaten Wonosobo
yaitu: “ Peningkatan Pelayanan Publik dan Daya Saing Daerah Yang Didukung Oleh
Penyediaan Infrastruktur Yang Berkualitas Untuk Kesejahteraan Masyarakat” dengan
fokus untuk menangani isu-isu strategis sebagai berikut :
1. Ketimpangan Regional
Ketimpangan wilayah Kabupaten Wonosobo menurut Indek Williamson pada
tahun 2010-2014 cenderung meningkat yaitu 0,17 pada tahun 2010 meningkat menjadi
0,22 pada tahun 2011, di tahun 2012 meningkat lagi menjadi 0,29, meningkat lagi
menjadi 0,28 di tahun 2013 dan meningkat lagi menjadi 0,35 di tahun 2014. Dari analisis
trend dari tahun ke tahun, kecenderungan kesenjangan semakin melebar. Meskipun
nilai indeks masih kurang atau sama dengan 0,35. Kondisi ini mengindikasikan bahwa
antar wilayah di Kabupaten Wonosobo kondisinya semakin terjadi kesenjangan antar
wilayah kecamatan. Kesenjangan antar wilayah yang tampak tersebut
mengindikasikan bahwa beberapa wilayah relatif berada di bawah kondisi secara
umum rata-rata wilayah yang lainnya. Adanya heterogenitas dan beragam
karakteristik suatu wilayah juga menyebabkan kecenderungan terjadinya konsentrasi
aktivitas ekonomi secara parsial dan memunculkan kondisi ketimpangan antar
wilayah.
2. Angka Kemiskinan Masih Tinggi
Salah satu permasalahan pembangunan terbesar di Kabupaten Wonosobo
adalah tingginya persentase penduduk miskin yang pada tahun 2014 masih
menduduki posisi tertinggi di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Jumlah penduduk miskin
pada tahun 2014 sebesar 165.800 jiwa atau 21,42. % dari total penduduk. Meskipun
dalam kurun waktu 2010-2014 mengalami penurunan, namun selama periode ini
persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di Kabupaten
Wonosobo selalu berada di atas rata-rata Jawa Tengah.
Berdasarkan Pemutahiran Basis Data Terpadu tahun 2015, jumlah rumah tangga
miskin sebanyak 88.062 yang tersebar di 15 kecamatan yang ada di Wilayah
Kabupaten Wonosobo. Permasalahan kemiskinan mikro yang ada di Kabupaten
Wonosobo meliputi kepemilikan jamban, rumah tidak layak huni, tingkat partisipasi
pendidikan, serta masih adanya rumah tangga miskin yang belum mendapatkan akses
atas jaminan kesehatan, raskin dan KUR . Masih ada 6.424 rumah tangga miskin yang
tidak memilki jamban, 60.151 rumah tangga miskin dengan rumah tidak layak huni,
Berdasarkan data PBDT 2015, sejumlah 20.794 rumah tangga miskin belum terakses
BPJS kesehatan, dan hanya 1,6 % rumah tangga miskin yang telah terakses Kredit
Usaha Rakyat (KUR).
3. Pertumbuhan Ekonomi Rendah
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo pada tahun 2010 sampai 2015
menunjukkan nilai yang berfluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010
pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) sebesar 4,52 mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar
5,37 kemudian pada tahun 2012 menurun menjadi 4,70% dan meningkat pada tahun
2013 sebesar 5,25%. Pada tahun 2014 mengalami penurunan kembali menjadi 4,16% dan
pada tahun 2015 meningkat menjadi 5,70%. Pemerintah Kabupaten Wonosobo harus
memacu program-program yang bisa meningkatkan investasi, mengintensifkan
9|BAB I PENDAHULUAN
perbaikan dan pembangunan infrastruktur, meningkatkan konsumsi masyarakat akan
produk/jasa lokal serta mengolah sumber daya alam secara berkelanjutan dengan
memanfaatkan teknologi
4. Pendidikan
Angka Partisipasi Sekolah baik tingkat pendidikan dasar maupun menengah
yang belum mencapai 100 %. Pada tahun 2015 Angka Partisipasi Sekolah penduduk usia
7-12 tahun baru mencapai 95,69. Angka partisipasi sekolah penduduk usia 13-15 tahun
masih mencapai angka 90 dan angka partisipasi sekolah penduduk usia 16-18 baru
mencapai 47,55 yang menunjukkan bahwa penduduk dengan usia sekolah masih ada
yang tidak sekolah dengan berbagai penyebab. Angka melanjutkan lulusan SD dan
SMP ke jenjeng SMP dan juga SMA Kabupaten Wonosobo masih rendah, sehingga
perlu ada penuntasan wajib belajar 9 tahun dan mengembangkan wajib belajar 12
tahun terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Kurangnya partsisipasi ini
berkaitan dengan belum meratanya akses pendidikan yang berkualitas baik sarana
prasarana maupun layanan pendidikan itu sendiri.
5. Kesehatan
Dari segi pelayanan, permasalahan kesehatan yang dihadapi adalah belum
meratanya akses dan kualitas layanan kesehatan di tingkat dasar. Sampai dengan
tahun 2015 jumlah Puskesmas yang memiliki lima tenaga kesehatan hanya ada empat
Puskesmas, bahkan dokter dan dokter spesialis di Kabupaten Wonosobo belum
memenuhi kebutuhan sesuai rasio jumlah penduduk di Kabupaten Wonosobo.
Selain permasalahan layanan kesehatan, angka kematian ibu dan bayi juga
masih dijumpai dalam perjalanan pembangunan yang telah dilaksanakan dalam kurun
lima tahun ini. Angka kematian ibu yang terjadi pada tahun 2015 sebesar 84,33 banyak
disebabkan karena penyakit bawaan yang diderita ibu hamil serta kasus pre eklamsia.
Sedangkan kematian bayi sebesar 7,5 disebabkan karena berat badan bayi lahir yang
rendah. Rendahnya berat badan bayi ini terkait dengan status gizi ibu hamil yang
rendah yang disebabkan karena kesadaran diri yang kurang untuk memeriksakan
kandungan dan rendahnya PHBS.
Penderita HIV setiap tahun terus mengalami peningkatan yang pada tahun
2015 ini temuan kasus HIV/AIDS sudah mencapai 288 kasus.
Kesehatan sebagai salah satu hak dasar merupakan investasi berharga bagi
seseorang dan sebuah bangsa untuk pembangunan. Pemerintah berkewajiban untuk
menjamin warga negaranya mendapatkan akses yang sama dalam pelayanan
kesehatan dengan salah satu upayanya melalui sistem jaminan kesehatan khususnya
bagi masyarakat miskin. Sampai dengan tahun 2015 jumlah peserta Penerima Bantuan
Iuran (PBI) baik yang didanai dari APBN, APBD I maupun APBD II sejumlah 378.802
jiwa. Sedangkan jumlah kepesertaan jaminan kesehatan baik PBI maupun Non PBI
sejumlah 463.110 atau 59,83 % dari jumlah penduduk Wonosobo.
Semenjak diberlakukannya program JKN yang dikelola BPJS oleh pemerintah,
maka peran kuratif dari Puskesmas semakin besar dan terasa. Puskesmas sebagai
salah satu fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan berfungsi menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi peserta JKN yang
artinya Puskesmas terdistribusi lebih besar dibandingkan dengan fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan sehingga akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan lebih
tinggi. Hal ini menjadikan peran puskesmas sangat krusial yaitu sebagai kontak
pertama kepada masyarakat untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar. Dengan
peran yang lebih besar ini tentu jumlah masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas
akan lebih besar, mau tidak mau tentu puskesmas harus berbenah diri mulai dari
kualitas pelayanan, kualitas SDM, kualitas sarana dan prasarana.
6. Infrastruktur dan Penataan ruang

10 | B A B I P E N D A H U L U A N
Beberapa permasalahan terkait dengan infrastruktur dan penatan ruang antara
lain berupa dokumen rencara tata ruang yang merupakan acuan dalam perencanaan
belum dimanfaatkan secara optimal termasuk penegakan peraturan di bidang tata
ruang. Akibatnya penggunaan lahan masih belum sesuai tata ruang wilayah. Sebagai
contoh adalah penggunaan lahan di kawasan Dieng yang sebagian besar
dimanfaatkan untuk pertanian, meskipun seharusnya merupakan kawasan konservasi.
Bidang transportasi sebagai pendukung perkembangan kota dan wilayah
berfungsi sebagai sarana penghubung maupun titik simpul distribusi. Dalam
perkembangannya, sistem transportasi wilayah yang memperhitungkan keterkaitan
dan keterpaduan antar moda dan antar wilayah belum tertata dengan baik, belum
tersebar secara merata sehingga pelayanan transportasi yang aman, nyaman, efisien
dan terpadu yang mendukung mobilitas penduduk dan barang belum optimal. Kondisi
jaringan jalan sebagai prasarana transportasi mengalami kerusakan sedang dan berat
yang tersebar hampir seluruh wilayah. Data tahun 2015 hanya 56% jalan yang
kondisinya baik. Sementara itu, kondisi baik dan sedang sesuai standar pelayanan
minimal telah mencapai 63,17%. Selain itu, kondisi jaringan pedestrian juga kurang
memadai serta tempat parkir yang belum tersedia secara layak.
Salah satu indikator dalam SPM bidang perumahan adalah tersedianya
lingkungan permukiman yang sehat dan aman yang didukung oleh prasarana, sarana
dan utilitas umum (PSU) yang memadai dimana PSU yang cukup penting adalah
ketersediaan sanitasi dasar yang layak bagi kesehatan. Sampai tahun 2015, jumlah
rumah tangga bersanitasi masih kecil. Tahun 2015 hanya mencapai 45,95%, sementara
yang mengakses sanitasi layak baru 21,01%. Permasalahan persampahan juga masih
menjadi masalah terkait dengan rendahnya cakupan penanganan volume sampah
yang hanya 0,6% pada tahun 2015.
7. Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Persoalan mendasar bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial adalah
kurangnya pemenuhan pelayanan sosial dasar seperti kesehatan, pendidikan,
sandang, pangan, papan serta belum terintegrasinya perlindungan dan jaminan sosial.
Integrasi ini juga menyangkut basis data PMKS yang terpadu dan update untuk
memperbaiki penetapan sasaran dan ketepatan penanganan.
Pada tahun 2015 Persentase PMKS yang mendapatkan bantuan sosial untuk
memenuhi kebutuhan dasar baru mencapai 42,84%. Hal ini berarti ada 57,16%
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang tidak mendapatkan bantuan.
Keterbatasan kemampuan pemerintah dalam penanganan masalah kesejahteraan
sosial telah mendorong bergesernya paradigma pembangunan kesejahteraan sosial
dengan lebih mengedepankan peran aktif masyarakat baik secara perorangan
maupun berkelompok melalui pengembangan nilai-nilai sosial budaya, seperti
kesetiakawanan sosial dan gotong royong yang dirumuskan sebagai modal sosial
dalam membangun ketahanan sosial masyarakat sekaligus sebagai perekat persatuan
bangsa. Kebutuhan pengembangan potensi yang tumbuh dan berkembang di
masyarakat, seperti kesetiakawanan sosial, kegotong royongan, keswadayaan
masyarakatdan kelembagaan-kelembagaan sosial/organisasi sosial, perlu diperkuat
dan difasilitasi oleh pemerintah agar ketahanan sosial masyarakat tetap terpelihara.
8. Ketenagakerjaan
Permasalahan pengangguran merupakan salah satu masalah pembangunan
yang selalu ada baik tingkat daerah maupun nasional. Meskipun tingkat
pengangguran terbuka di Kabupaten Wonosobo tergolong rendah yaitu 5,34, namun
tetap menjadi perhatian bagi pemerintah daerah mengingat pengangguran akan
berkorelasi dengan tingkat kemiskinan. Selain itu, masalah ketenagakerjaan di
Kabupaten Wonosobo menyangkut pada rendahnya tingkat pendidikan yang
didominasi oleh penduduk dengan latar belakang penddikan SD. Data Sakernas tahun
11 | B A B I P E N D A H U L U A N
2015, dari 428.556 angkatan kerja di Kabupaten Wonosobo ada 299.806 atau 69 %
angkatan kerja berlatar belakang pendidikan SD yang artinya dengan rendahnya
pendidikan ini maka peluang dan kapasitas tenaga kerja sangat rendah.
9. Gender dan Perlindungan Anak
Permasalahan dalam pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak yang
terjadi selama ini adalah rendahnya partisipasi perempuan dan anak dalam
pembangunan di samping masih adanya berbagai bentuk praktek diskriminasi
terhadap perempuan dan anak. Dalam konteks sosial, kesenjangan ini mencerminkan
masih terbatasnya akses sebagian besar perempuan terhadap layanan kesehatan
yang lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi dan keterlibatan dalam kegiatan publik
yang lebih luas. Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak juga menjadi
permasalahan serius yang harus segera ditangani menyangkut perlindungan hukum
terhadap korban kekerasan, upaya preventif dan rehabilitasi korban. Dalam kurun
waktu 2010 – 2015 jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan mencapai 878 kasus
sedangkan kasus kekerasan terhadap anak mencapai 480 kasus. Permasalahan
lainnya mencakup kesenjangan partisipasi politik kaum perempuan yang sampai pada
tahun 2015 partisipasi perempuan dalam parlemen di Kabupaten Wonosobo hanya
4,4,% bersumber dari ketimpangan struktur sosio kultural masyarakat.

10. Ketahanan Pangan


Pangan merupakan salah satu urusan wajib yang harus dilaksanakan
pemerintah daerah untuk memastikan ketersediaan pangan di daerah, memastikan
kemampuan akses fisik dan ekonomi dari masyarakat terhadap sumber pangan secara
sosial dan demografis sepanjang waktu dan di mana saja. Ketiga, memastikan bahwa
pangan yang dikonsumsi masyarakat itu sudah memenuhi standar gizi dan kesehatan.
Permasalahan pembangunan yang terkait dengan ketahanan pangan adalah sebagai
berikut: (a) belum optimalnya pemantauan distribusi, harga dan akses pangan
masyarakat; (b) ketergantungan bahan pangan dari luar daerah yang masih besar; (c)
keamanan dan keanekaragaman konsumsi pangan melalui pengembangan pangan
lokal masih kurang; (d) masih rendahnya konsumsi pangan berbasis lokal yang sehat
dan aman bagi anak-anak sekolah serta rendahnya konsumsi protein hewani; (e)
sering terjadi fluktuasi harga dari berbagai komoditas.
11. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Permasalahan pembangunan yang terkait dengan Koperasi dan UMKM adalah
sebagai berikut: (a) jumlah koperasi aktif masih belum maksimal hanya 61% koperasi
yang masih aktif, kurangnya SDM koperasi sesuai dengan standar keahlian teknis; (b)
masih rendahnya aplikasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam sistem
produksi Usaha Kecil Menengah (UMKM) sehingga kurang mendukung daya
saingnya; (c) belum tersedianya kebijakan yang mendukung bagi perkembangan dan
keberlanjutan UMKM; (e) masih kurangnya kualitas SDM dan daya saing pemasaran
(promosi) produk UMKM, baik pada bidang sandang, pangan, kerajinan, dan jasa; (f)
masih rendahnya ketersediaan dan aksesibilitas UMKM terhadap permodalan
lembaga keuangan/pembiayaan mikro; (g) belum optimalnya kemitraan usaha antara
koperasi dan UMKM dengan pelaku usaha lainnya; (h) rendahnya daya saing koperasi
dan UMKM dalam mengakses pasar; (i) masih kurangnya kemampuan koperasi dan
UMKM dalam penguasaan teknologi informasi.
12. Investasi /Penanaman Modal
Permasalahan pembangunan yang terkait dengan Penanaman Modal adalah
sebagai berikut: (a) belum adanya regulasi untuk menghadapi kebebasan arus
investasi dalam rangka menghadapi MEA; (b) pencapaian investasi masih belum
optimal; (c) keterbatasan dan kekurangan SDM yang kompeten mengelola investasi
daerah menghadapi MEA; (d) ketersediaan fasilitas dan infrastruktur daerah untuk
12 | B A B I P E N D A H U L U A N
penunjang peningkatan daya tarik investasi dan mendukung operasional investasi di
daerah masih terbatas; (f) sistem keamanan termasuk premanisme yang menjamin
investor yang masih bermasalah; (g) belum adanya informasi kebutuhan investasi; dan
(h) mekanisme monev perijinan belum optimal.
13. Pariwisata
Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu destinasi wisata unggulan
Provinsi Jawa Tengah bahkan nasional. Kawasan Dieng termasuk kawasan strategis
pariwisata nasional meskipun kawasan pariwisata Dieng diampu 2 (dua) kabupaten.
Perkembangan pariwisata Kabupaten Wonosobo ditopang oleh kondisi geografis dan
budaya seperti wisata alam, sejarah, budaya, heritage, kuliner dan lainnya. Kabupaten
Wonosobo saat ini didominasi oleh kegiatan wisata alam, khususnya wisata Dieng.
Meskipun kontribusi PDRB mengalami peningkatan dan jumlah wisatawan nusantara
meningkat, wisatawan manca negara justru menurun signifikan setelah meningkat
pada tahun 2012. Tahun berikutnya justru menurun drastis, dari 19.089 menjadi 7.294
pada tahun 2014 atau mengalami penurunan 63%. Hal ini harus menjadi perhatian bagi
pemerintah. Selain penurunan jumlah wisatawan manca negara, permasalahan dalam
pembangunan pariwisata adalah perawatan objek wisata karena sebagian wisata di
Wonosobo merupakan objek wisata alam. Oleh karena itu pengelolaanya harus
bersifat holistik dengan mempertimbangkan kelestarian alam melalui intervensi fisik
dan juga mempertimbangkan sosial masyarakat. Salah satu obyek wisata yang perlu
diperhatikan adalah Telaga Warna yang saat ini hanya memiliki warna hijau akibat
matinya alga merah dan biru dampak peptisida dari pertanian warga.
14. Belum Optimalnya Produksi dan Produktivitas Daerah
Sebagai daerah yang berbasis pertanian, Kabupaten Wonosobo mempunyai
kemampuan produksi yang mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya.
Sektor pertanian selama tahun 2011 hingga 2015 menempati posisi tertinggi dalam
memberikan kontribusi kepada PDRB dengan rata-rata 34,2%. Meskipun sektor
pertanian memberikan kontribusi terbesar bagi perekonomian di Kabupaten
Wonosobo, setiap tahunnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB mengalami
penurunan rata rata 0,38%. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya lahan
pertanian menjadi permukiman akibat dampak dari peningkatan jumlah penduduk,
sehingga kebutuhan ruang untuk permukiman semakin berkurang atau dapat
disebabkan oleh berkurangnya jumlah petani yang beralih ke sektor lain yang lebih
menguntungkan seperti sektor bangunan dan jasa. Produk pertanian kurang bersaing
di pasar nasional dan internasional. Selain berkurangnya lahan pertanian akibat alih
fungsi lahan. Permasalahan lain yang mempengaruhi turunnya produktivitas pertanian
adalah infrastruktur yang diperlukan untuk peningkatan produksi pertanian
khususnya produksi beras. Jaringan irigasi diperlukan untuk pengaturan air, mulai dari
penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaannya. Rasio jaringan
irigasi pada tahun 2013 dalam keadaan baik sebesar 70,80%, sedangkan pada tahun
2015, kondisi jaringan irigasi dalam keadaan baik sebanyak 70,49%.
Dalam sektor industri, meskipun pertumbuhan industri meningkat dalam kurun
waktu lima tahun, namun kontribusi terhadap PDRB mengalami penurunan 0,07%
pada tahun 2015 karena beberapa faktor. Lemahnya struktur industri dan daya saing
industri lokal menyebabkan produk tidak kompetitif, ketersediaan tenaga kerja yang
berkualitas sesuai kebutuhan dunia usaha industri masih rendah; kurangnya akses
permodalan; kurang luasnya jaringan pemasaran serta kualitas kuantitas kontinuitas
hasil industri belum stabil.
Terkait dengan perdagangan dari berbagai sumber adalah sebagai berikut: (a)
masih banyaknya peredaran barang dan jasa yang belum terstandarisasi dan ada yang
belum aman; (b) masih kurangnya pasar yang memenuhi syarat kesehatan,
kebersihan dan kenyamanan; (c) terbatasnya kemampuan sumber daya manusia
13 | B A B I P E N D A H U L U A N
pelaku usaha UMKM; (d) masih rendahnya kualitas sarana dan prasarana
perdagangan; (e) sistem distribusi barang kepokmas belum efektif dan efisien; (f)
masih minimnya ragam komoditas ekspor non migas dengan nilai tambah yang
rendah; (g) masih rendahnya kesadaran pemakaian produk dalam negeri.
Sektor perdagangan mempunyai peran strategis dalam pembangunan ekonomi
daerah, terutama dalam mendukung kelancaran penyaluran arus barang dan jasa,
memenuhi kebutuhan pokok rakyat, serta mendorong pembentukan harga yang
wajar. Dalam pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat, pemerintah berkewajiban
untuk memastikan bahwa peredaran barang yang menjadi konsumsi masyarakat
terjamin kualitas dan keamanannya, terlebih lagi dengan masuknya pasar global,
maka peredaran barang menjadi kurang terkendali dari segi mutu dan standar
kesehatan. Dari segi kuantitas, stok barang yang menjadi kebutuhan masyarakat juga
harus diperhatikan terutama dalam sistem distribusinya agar tidak terjadi kelangkaan
produk yang menyebabkan tingginya harga barang.
Pasar tradisional sebagai tempat di mana orang berinteraksi dan berbelanja
suatu barang atau jasa baik yang berada di ibu kota kabupaten, kecamatan maupun
desa perlu direvitalisasi agar dapat menciptakan suatu pasar yang memberikan
kenyamanan dan memperlancar arus distribusi barang dan jasa sehingga
mempermudah masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan pokok. Dengan
berfungsinya pasar- pasar tradisional yang ada di kecamatan maupun desa diharapkan
dapat mengurangi biaya pemasaran dan harga beli.
15. Energi dan Sumber Daya Mineral
Secara kewenangan, pertambangan sudah tidak menjadi kewenangan
pemerintah daerah, namun merupakan kewenangan pemerintah provinsi dan
pemerintah pusat. Kewenangan pemerintah daerah terkait ESDM hanya pada
pemanfaatan energi terbarukan yang dalam hal ini bisa pada pemanfaatan langsung
energi panas bumi. Pemanfaatan langsung pada energi panas bumi selama ini belum
dilakukan secara teknis oleh pemerintah daerah. Permasalahan pembangunan yang
terkait dengan energi dan sumber daya mineral dari berbagai sumber adalah
kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB terus mengalami penurunan.
16. Reformasi Birokasi dan Tata Kelola Pemerintahan
Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah yang telah dicabut dan diganti dengan Undang-Undang baru yakni Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 membawa perubahan krusial tentang pembagian
urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, pemerintahan daerah propinsi, dan
pemerintahan daerah kabupaten/kota. Dari sisi hukum, perubahan tersebut dapat
dikelompokan ke dalam dua aspek yakni perubahan formal dan perubahan materiil.
Dengan pemberlakuan undang- undang baru ini, perubahan struktur organisasi
perangkat daerah pada pemerintahan daerah kabupaten merupakan hal yang tidak
terelakan karena berdampak pada perubahan tugas dan fungsi organisasi perangkat
daerah. Berkaitan dengan semangat reformasi birokrasi ini, pemerintah Kabupaten
Wonosobo dituntut untuk dapat menyusun struktur organisasi baru yang tepat fungsi
dan tepat ukuran serta mampu mengurangi tumpang tindih tugas dan fungsi antar
organisasi perangkat daerah. Dalam bidang pelayanan publik, dalam UU No 23 Tahun
2014 ini memberikan dorongan kepada daerah untuk memaksimalkan peranannya
dalam melaksanakan kewenangan yang berorientasi kepada pelayanan publik yang
pada akhirnya akan mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Beberapa permasalahan terkait dengan tata kelola dan pelayanan publik
adalah: penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) di masing-masing Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) khususnya OPD pelayanan belum dilaksanakan secara
optimal, capaian Standar Pelayanan Minimal pada OPD pelaksana urusan wajib belum
sesuai target yang diharapkan, penempatan aparatur secara porposional berdasarkan
14 | B A B I P E N D A H U L U A N
kebutuhan organisasi masih bermasalah, birokrasi dalam manajemen pembangunan
dan pengelolaan keuangan pemerintah Kabupaten Wonosobo relatif masih rendah,
sistem remunerasi berbasis kinerja yang masih belum terimplementasi dengan baik,
kelurahan dan kecamatan belum berperan optimal dalam pelayanan dan pelaksanaan
pembangunan skala lingkungan atau di tingkat masyarakat, pelibatan masyarakat dan
kelembagaan forum warga dalam perencanaan dan pengawasan pembangunan
belum dimanfaatkan secara optimal, penanganan tindak lanjut aduan masyarakat
sebagai wujud monitoring evaluasi pelayanan publik berbasis partisipasi masyarakat
belum optimal.

C. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN


Dasar penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LkjIP) adalah sebagai
berikut :
1. TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998, tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih, dan
bebas korupsi, kolusi dan nepotisme;
2. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih,
dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme , sebagai tindak lanjut dari Tap MPR;
3. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
4. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi;
5. Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Penyusunan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP);
6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Nomor
53 Tahun 2014, tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan
Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Penyusunan LKJiP Tahun 2016 sebagai bentuk pertanggungjawaban


penyelenggaraan pemerintahan tahun 2016 yang merupakan tahun pertama pelaksanaan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pertama Daerah (RPJMD) Tahun 2016-2021
yang mengusung visi Bupati dan Wakil Bupati terpilih yaitu Terwujudnya Wonosobo
Bersatu untuk Maju, Mandiri dan Sejahtera untuk Semua. Visi tersebut kemudian
dijabarkan dalam tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan pembangunan serta
program dan kegiatan indikatif beserta rencana pendanaannya yang akan dilaksanakan
dalam 5 (lima) tahun ke depan sebagai respon atas kondisi, kebutuhan dan aspirasi
masyarakat Kabupaten Wonosobo.
Untuk tahun 2016 ditetapkanlah Tema Pembangunan Kabupaten Wonosobo yaitu:
“Peningkatan Pelayanan Publik dan Daya Saing Daerah Yang Didukung Oleh Penyediaan
Infrastruktur Yang Berkualitas Untuk Kesejahteraan Masyarakat” dengan fokus
pelaksanaan prioritas pembangunan Kabupaten Wonosobo Tahun 2016 sebagai berikut :
1. Penanganan darurat dan kebencanaan, yang difokuskan pada pembangunan pasar
induk Wonosobo, penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS),
dan penanggulangan bencana;
2. Infrastruktur dan Lingkungan, yang difokuskan pada peningkatan kualitas dan
kuantitas jalan, jembatan, listrik dan irigasi (JALI), air besih dan sanitasi serta
pencapaian sustainable development goals (SDGs).
3. Penguatan ekonomi dan ketahanan pangan, yang difokuskan pada pengembangan
investasi, peningkatan produksi, dan pemerataan distribusi melalui skema
OVOP/ODOP, pertanian terpadu dan IKM terintegrasi.
4. Pariwisata dan ekonomi kreatif, yang difokuskan pada peningkatan kualitas destinasi
dan industri pariwisata dan wisata kota, untuk mendorong jumlah kunjungan wisata
dan menambah lama masa tinggal (length of stay) wisatawan di Wonosobo.

15 | B A B I P E N D A H U L U A N
5. Peningkatan kualitas sumber daya manusia, baik pada aspek khusus menyangkut
SDM usia sekolah maupun usia kerja yang menyangkut peningkatan kualitas rohani
dan jasmani untuk mendorong daya saing Wonosobo, seiring penerapan Masyarakat
Ekonomi ASEAN.
6. Tata kelola pemerintahan, dengan fokus penguatan sistem penopang bagi reformasi
birokrasi, termasuk data, sistem informasi, serta pemanfaatan e-government bagi
layanan publik terutama di kecamatan

16 | B A B I P E N D A H U L U A N
BAB II
PERENCANAAN KINERJA

Visi dan misi merupakan gambaran ke depan Kabupaten Wonosobo pada


kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati terpilih untuk periode RPJMD Tahun 2016-2021.
Gambaran tentang visi dan misi dituangkan ke dalam tujuan dan sasaran yang
merujuk RPJPD Kabupaten Wonosobo Tahun 2005–2025 (Sasaran Pokok Prioritas
Pembangunan Tahap III) dan RPJMN Tahun 2015–2019 dengan mempertimbangkan RPJMD
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013–2018 dan RTRW Kabupaten Wonosobo 2011–2031.
A. VISI
Dengan memperhatikan kinerja penyelenggaraan pemerintahan selama tahun 2010
– 2015, dan berbagai permasalahan pembangunan daerah serta isu-isu strategis baik dalam
skala lokal, regional, nasional maupun global, maka visi pembangunan daerah untuk tahun
2016 – 2021 adalah :

TERWUJUDNYA WONOSOBO BERSATU UNTUK MAJU, MANDIRI DAN SEJAHTERA


UNTUK SEMUA

Visi pembangunan Kabupaten Wonosobo ini diharapkan akan mewujudkan


keinginan dan amanat masyarakat Kabupaten Wonosobo dengan tetap mengacu pada
pencapaian tujuan nasional seperti diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Visi ini harus
dapat diukur keberhasilannya dalam rangka mewujudkan Wonosobo sebagai kabupaten
yang bersatu untuk maju, mandiri dan sejahtera untuk semua, dalam kerangka tujuan
jangka panjang Wonosobo yang ASRI dan Bermartabat.

B. MISI
Visi TERWUJUDNYA WONOSOBO BERSATU, UNTUK MAJU, MANDIRI DAN
SEJAHTERA UNTUK SEMUA akan dicapai melalui 5 (lima) misi pembangunan sebagai
berikut:
1. Meningkatkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara;
2. Meningkatkan capaian kinerja dan pemajuan penyelenggaraan pemerintahan daerah;
3. Meningkatkan kemandirian daerah;
4. Meningkatkan pelayanan dasar dan sarana prasarana publik untuk kesejahteraan yang
merata ; dan
5. Melakukan harmonisasi prinsip berkelanjutan dan berkesinambungan dalam
pembangunan daerah.
Kelima misi RPJMD Kabupaten Wonosobo tersebut apabila dikaitkan dengan misi
pada RPJMN 2014-2019 dapat dijelaskan sebagai berikut:

17 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
Tabel II.1.
Keselarasan Misi RPJMN dengan
Misi RPJMD Wonosobo Tahun 2016-2021

Penjabaran dalam RPJMD Kabupaten


Misi RPJMN 2014-2019
Wonosobo 2016-2021
Misi 1: Dituangkan ke dalam :
Mewujudkan keamanan nasional yang misi (1) “meningkatkan persatuan dan
mampu menjaga kedaulatan wilayah, kesatuan dalam kehidupan berbangsa,
menopang kemandirian ekonomi bernegara dan bermasyarakat”.
dengan mengamankan sumber daya Dalam konteks ini, persatuan dan kesatuan
maritim, dan mencerminkan kepribadian merupakan modal utama untuk terwujudnya
Indonesia sebagai negara kepulauan. keamanan nasional maupun daerah,
menegah disintegrasi, dan memperkokoh
kohesi sosial. Oleh karena itu, misi pertama
dalam RPJMD Kabupaten Wonosobo ini
relevan dengan misi ke-1 dalam RPJMN
Misi 2: Diterjemahkan ke dalam:
Mewujudkan masyarakat maju, misi (1) “meningkatkan persatuan dan
berkeseimbangan, dan demokratis kesatuan dalam kehidupan berbangsa,
berlandaskan negara hukum. bernegara dan bermasyarakat”, khususnya
pada aspek konsolidasi demokrasi,
penghormatan terhadap HAM serta adanya
kesadaran hak dan kewajiban sebagai warga
negara.
misi (2) “meningkatkan capaian kinerja dan
pemajuan penyelenggaraan pemerintahan
daerah .”
Misi 4: Diterjemahkan ke dalam:
Mewujudkan kualitas hidup manusia misi (2) “meningkatkan capaian kinerja dan
Indonesia yang tinggi, maju, dan pemajuan penyelenggaraan pemerintahan
sejahtera. daerah .”
misi (4) “meningkatkan pelayanan dasar dan
sarana prasarana publik untuk kesejahteraan
yang merata ”, khususnya yang terkait
dengan arah kebijakan untuk peningkatan
layanan dasar bidang pendidikan, kesehatan,
bidang ekonomi dan sosial.
misi (5) “melakukan harmonisasi prinsip
berkelanjutan dan berkesinambungan dalam
pembangunan daerah”, yang akan
mendukung kualitas hidup manusia
Indonesia berdasarkan prinsip berkelanjutan
terutama dalam pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan.
Misi 5: Diterjemahkan ke dalam:
Mewujudkan bangsa yang berdaya misi (3) “meningkatkan kemandirian
saing. daerah”, yang salah satu aspeknya adalah
aspek daya saing dan peningkatan
produksi/produktivitas daerah.
18 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
Penjabaran dalam RPJMD Kabupaten
Misi RPJMN 2014-2019
Wonosobo 2016-2021
Misi 7: Diterjemahkan ke dalam:
Mewujudkan masyarakat yang Misi (3) “meningkatkan kemandirian
berkepribadian dalam kebudayaan. daerah”, khususnya pada sasaran untuk
“terwujudnya masyarakat yang bermartabat,
berbudaya dan berdikari”

Selanjutnya, apabila dikaitkan dengan misi RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2013-2018,
maka kerangka logis RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Tabel II.2
Keselarasan Antara Misi RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2013-2018 dengan
Misi RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021

Penerjemahan RPJMD Kabupaten


Misi RPJMD Provinsi Jateng
Wonosobo Tahun 2016-2021
Misi 1: Membangun Jawa Tengah Diterjemahkan ke dalam :
berbasisTrisakti Bung Karno, Berdaulat di  misi (1) “meningkatkan persatuan dan
BidangPolitik, Berdikari di Bidang kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat,
Ekonomi, dan Berkepribadian di Bidang berbangsa dan bernegara,khususnya yang
Kebudayaan sesuai dengan sasaran mantapnya
konsolidasi demokrasi;
 misi (3) “meningkatkan kemandirian
daerah.”
Misi 2: Mewujudkan Kesejahteraan Diterjemahkan ke dalam misi (4)
Masyarakat yang Berkeadilan, “meningkatkan pelayanan dasar dan sarana
Menanggulangi Kemiskinan dan prasarana publik untuk kesejahteraan yang
Pengangguran merata.”
Misi 3: Mewujudkan Penyelenggaraan Diterjemahkan ke dalam misi (2)
Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah “meningkatkan capaian kinerja dan
yang Bersih, Jujur dan Transparan, pemajuan penyelenggaraan pemerintahan
“Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi” daerah.”
Misi 4: Memperkuat Kelembagaan Sosial Diterjemahkan ke dalam misi
Masyarakat untuk Meningkatkan (1)“meningkatkan persatuan dan kesatuan
Persatuan dan Kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.”
Misi 5: Memperkuat Partisipasi Dituangkan ke dalam misi (2) ”meningkatkan
Masyarakat dalam Pengambilan capaian kinerja dan pemajuan
Keputusan dan Proses Pembangunan penyelenggaraan pemerintahan daerah ”,
yang Menyangkut Hajat Hidup Orang khususnya pada tujuan “meningkatnya
Banyak indeks reformasi birokrasi”, pada sasaran
“meningkatnya kualitas reformasi birokrasi
dan aparatur yang profesional, transparan,
bersih dan melayani”,di mana salah satu arah
kebijakannya adalah“menguatkan kapasitas
sistem pembangunan daerah yang
partisipatif dan komprehensif”.

19 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
Penerjemahan RPJMD Kabupaten
Misi RPJMD Provinsi Jateng
Wonosobo Tahun 2016-2021
Misi 6: Meningkatkan Kualitas Pelayanan Diterjemahkan ke dalam misi (2)
Publik untuk Memenuhi Kebutuhan “meningkatkan capaian kinerja dan
Dasar Masyarakat pemajuan penyelenggaraan pemerintahan
daerah ” dan misi (4) “meningkatkan
pelayanan dasar dan sarana prasarana publik
untuk kesejahteraan yang merata."
Misi 7: Meningkatkan Infrastruktur untuk Diterjemahkan ke dalam misi (5) “melakukan
Mempercepat Pembangunan Jawa harmonisasi prinsip berkelanjutan dan
Tengah yang Berkelanjutan dan Ramah berkesinambungan dalam pembangunan
Lingkungan daerah”.

Sedangkan apabila dikaitkan dengan Misi RPJPD Kabupaten Wonosobo Tahun 2005-
2025, maka penerjemahan Misi RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021 adalah
sebagai berikut:
Tabel II.3
Keselarasan Misi RPJPD Kabupaten Wonosobo Tahun 2005-2025
Dengan Misi RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021

Misi RPJP 2005-2025 Misi RPJMD 2016-2021


Misi1: Diterjemahkan ke dalam :
Mewujudkan sumberdaya manusia  Misi (1) “meningkatkan persatuan dan
Kabupaten Wonosobo yang beriman dan kesatuan dalam kehidupan
bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, bermasyarakat, berbangsa dan
sehat lahir batin, berpendidikan, bernegara”,khususnya arah kebijakan
berbudaya, kreatif dan inovatif. meningkatkan peran lembaga
keagamaan dan lembaga sosial
pendidikan keagamaan,
 Misi (3) “meningkatkan kemandirian
daerah”.
 Misi (4)“meningkatkan pelayanan dasar
dan sarana prasarana publik untuk
kesejahteraan yang merata.”

Misi 2: Diterjemahkan ke dalam misi


Mewujudkan perekonomian daerah (3)“meningkatkan kemandirian daerah”
Kabupaten Wonosobo yang tangguh dan
berbasis pada potensi unggulan daerah
dengan memanfaatkan teknologi inovatif
yang ramah lingkungan disertai
penguatan kelembagaan usaha mikro
dan kecil serta penguatan lembaga
koperasi dalam rangka pemberdayaan
ekonomi rakyat.

20 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
Misi RPJP 2005-2025 Misi RPJMD 2016-2021
Misi 3: Diterjemahkan ke dalam :
Mewujudkan kehidupan politik dan tata  Misi (1) “meningkatkan persatuan dan
pemerintahan yang demokratis, bersih, kesatuan dalam kehidupan
bertanggung jawab yang didukung oleh bermasyarakat, berbangsa dan
aparatur pemerintahan yang profesional, bernegara”.
dan terbebas dari Korupsi, Kolusi dan  Misi (2)“meningkatkan capaian kinerja
Nepotisme (KKN) disertai partisipasi dan pemajuan penyelenggaraan
rakyat secara penuh. pemerintahan daerah ”.
Misi 4: Diterjemahkan ke dalam misi (5)“melakukan
Mewujudkan pengelolaan sumberdaya harmonisasi prinsip berkelanjutan dan
alam dan lingkungan hidup berkesinambungan dalam pembangunan
KabupatenWonosobo yang optimal daerah”.’
dengan tetap menjaga keseimbangan
dan pelestarian fungsi dan
keberadaannya dalam upaya menopang
kehidupan dan penghidupan di masa
yang akan datang.

Misi 5: Diterjemahkan ke dalam :


Mewujudkan tersedianya prasarana dan  Misi (2) “meningkatkan capaian kinerja
sarana publik baik secara kuantitatif dan pemajuan penyelenggaraan
maupun kualitatif dengan perawatan pemerintahan daerah
yang memadai.  Misi (4)“meningkatkan pelayanan dasar
dan sarana prasarana publik untuk
kesejahteraan yang merata”.
Misi 6: Diterjemahkan ke dalam misi
Mewujudkan kehidupan masyarakat (1)“meningkatkan persatuan dan kesatuan
Kabupaten Wonosobo yang sejahtera dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
lahir dan batin, mandiri dan bermartabat, dan bernegara.”
dengan menghormati hukum dan Hak
Asasi Manusia (HAM) serta keadilan dan
kesetaraan gender.

Adapun penjabaran unsur visi RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 ke dalam


misi dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel II.4
Penerjemahan Unsur Visi Ke Dalam Misi RPJMD Kabupaten Wonosobo
2016-2021

Unsur Visi Pelaksanaan dalam Misi


Bersatu Dilaksanakan dalam misi (1)“meningkatkan persatuan dan
kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.”
Maju Dilaksanakan dalam :
 Misi (2) “meningkatkan capaian kinerja dan pemajuan
penyelenggaraan pemerintahan daerah.”
 Misi (3) “meningkatkan kemandirian daerah.”
Mandiri Dilaksanakan dalam misi (3)“meningkatkan kemandirian daerah.”

21 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
Unsur Visi Pelaksanaan dalam Misi
Sejahtera Untuk Dilaksanakan dalam :
Semua  misi (4) “meningkatkan pelayanan dasar dan sarana prasarana
publik untuk kesejahteraan yang merata”
 misi (5) “melakukan harmonisasi prinsip berkelanjutan dan
berkesinambungan dalam pembangunan daerah.”

Sedangkan sinkronisasi prioritas pembangunan Kabupaten Wonosobo dengan


prioritas nasional dan Provinsi Jawa Tengah di Tabel berikut:

Tabel II.5
Sinkronisasi prioritas pembangunan Kabupaten Wonosobo
dengan prioritas Nasional dan Provinsi Jawa Tengah

Dimensi Pembangunan Penguatan Sasaran Pokok Prioritas


dan Prioritas RPJMN 2014- penyelenggaraan trantibum RPJMD Provinsi Jawa
2019 / Nawacita dan linmas untuk Tengah / Program
menopang proses Unggulan Jawa Tengah
demokratisasi, 2013-2018
(i) Keamanan dan Program Program unggulan:
Ketertiban selaras Unggulan/Prioritas: Pendidikan Politik
dengan Nawacita 1 Penguatan Masyarakat
penyelenggaraan trantibum
dan linmas untuk menopang
proses demokratisasi
(ii) Tata Kelola dan Program Program unggulan :
Reformasi Birokrasi, Unggulan/Prioritas::  Reformasi Birokrasi
selaras dengan Peningkatan kualitas berbasis kompetensi
Nawacita 2 reformasi birokrasi untuk  Menguatkan sistem
tata kelola pemerintahan pelayanan publik
yang baik
(iii) Pemerataan Program Program unggulan :
pembangunan antar Unggulan/Prioritas:  Desa mandiri
kelompok pendapatan Peningkatan pembangunan  peningkatan
dan antar wilayah, perdesaan dalam upaya kesejahteraan pekerja;
selaras dengan pengurangan kemiskinan  Meningkatkan keadilan
Nawacita 3 dan pengangguran gender dan
perlindungan anak;
(iv) Kepastian dan Program Program unggulan :
penegakan hukum selaras Unggulan/Prioritas:
dengan Penguatan Pendidikan politik
Nawacita 4 penyelenggaraan trantibum masyarakat;
dan linmas untuk menopang
proses demokratisasi,
(v) Pembangunan Program Program unggulan
Pendidikan, Unggulan/Prioritas:  Rakyat Sehat
Kesehatan, Meningkatkan kualitas  Pembangunan
Perumahan selaras sumberdaya manusia dan infrastruktur
dengan Nawacita 5 kesejahteraan rakyat yang
berkeadilan sesuai
perspektif hak warga
22 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
Dimensi Pembangunan Penguatan Sasaran Pokok Prioritas
dan Prioritas RPJMN 2014- penyelenggaraan trantibum RPJMD Provinsi Jawa
2019 / Nawacita dan linmas untuk Tengah / Program
menopang proses Unggulan Jawa Tengah
demokratisasi, 2013-2018
(rights-based approach)

Mempercepat
pembangunan infrastruktur
untuk pertumbuhan,
pemerataan dan daya saing
daerah
(vi) Pembangunan Program Program unggulan:
sektorunggulan: Unggulan/Prioritas: Pembangunan lingkungan
kedaulatan pangan, Penguatan potensi ekonomi Jawa Tengah ijo royo royo;
kedaulatan energi dan lokal berbasis komoditas
kelistrikan, kemaritiman dan kawasan didukung
dan kelautan, pariwisata dengan pembangunan
dan industri, selaras pertanian dalam arti luas,
dengan nawacita 6 pariwisata, koperasi dan
dan 7 UMKM
1. Meningkatkan
pengelolaan dan nilai
tambah sumberdaya
alam (SDA) yang
berkelanjutan
2. Meningkatkan kualitas
lingkungan hidup,
mitigasi bencana alam
dan penanganan
perubahan iklim
(vii) Revolusi Mental, Program Program unggulan
selaras dengan Unggulan/Prioritas:  Optimalisasi
Nawacita 8 dan 9 Peningkatan karakter penyelenggaraan
berprestasi, mandiri dan pendidikan di Jawa
menghargai nilai budaya Tengah;
Penguatan Meningkatkan peran
penyelenggaraan dan fungsi seni budaya
trantibum dan linmas Jawa
untuk menopang proses
demokratisasi,

C. Tujuan dan Sasaran


Tujuan dan sasaran pada hakekatnya merupakan arahan bagi pelaksanaan setiap
urusan pemerintahan daerah dalam mendukung pelaksanaan misi, untuk mewujudkan visi
pembangunanKabupaten Wonosobo selama kurun waktu 2016-2021. Tujuan dan sasaran
pada masing-masing misidiuraikan sebagai berikut :
1. Misi 1: Meningkatkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
Tujuan:

23 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
Meningkatkan rasa kemanusiaan, toleransi dan keharmonisasn untuk hidup secara
berdampingan
Sasaran:
a. Meningkatnya nilai demokrasi serta kesadaran/pemahaman tentang hak dan
kewajiban sebagai warga negara;
b. Meningkatnya toleransi dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat;
c. Meningkatnya semangat dan budaya gotong royong;
d. Meningkatnya ketentraman dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat.

2. Misi 2: Meningkatkan capaian kinerja dan pemajuan penyelenggaraan pemerintahan


daerah
Tujuan:
Meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan daerah dan desa sesuai semangat
reformasi birokrasi untuk perbaikan pelayanan publik
Sasaran:
Meningkatnya kualitas reformasi birokrasi dan aparatur pemerintahan daerah dan desa
yang profesional, transparan, bersih dan melayani.

3. Misi 3: Meningkatkan kemandirian daerah


Tujuan:
Meningkatkan produktivitas, kemampuan pengelolaan sumber daya yang optimal
dengan tetap memperhatikan lingkungan dan membangun budaya berdikari
Sasaran:
a. Meningkatnya produksi dan produktivitas daerah dengan tetap menjaga kualitas
lingkungan; dan
b. Meningkatnya daya saing daerah.

4. Misi 4: Meningkatkan pelayanan dasar dan sarana prasarana publik untuk


kesejahteraan yang merata
Tujuan:
Terwujudnya pertumbuhan yang berkeadilan dalam aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan
Sasaran:
a. Terpenuhinya layanan dan hak dasar untuk kesejahteraan masyarakat;
b. Terpenuhinya layanan penunjang untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat secara
lebih berkeadilan;
c. Terwujudnya kesetaraan pertumbuhan ekonomi antar wilayah;
d. Meningkatnya kesejahteraan ekonomi untuk mengurangi angka kemiskinan; dan
e. Berkembangnya lapangan kerja dan kesempatan kerja.

5. Misi 5: Melakukan harmonisasi prinsip berkelanjutan dan berkesinambungan dalam


pembangunan daerah
Tujuan:
Terwujudnya prinsip berkelanjutan dan berkesinambungan dalam pengelolaan
lingkungan hidup dan sumber daya alam dengan memperhatikan prinsip keseimbangan
dan keadilan antarkelompok dan antargenerasi.
Sasaran:
a. Terwujudnya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara
berkelanjutan berkesinambungan;

24 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
b. Berkembangnya pemanfaatan energi baru dan terbarukan; dan
c. Meningkatnya upaya pengurangan resiko bencana melalui adaptasi dan mitigasi.

Tabel II.6
Keterkaitan Misi, Tujuan, Sasaran dan Indikator Sasaran
RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021

TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN


MISI 1: Meningkatkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
Meningkatkan rasa 1 Meningkatnya nilai demokrasi Indeks Demokrasi
kemanusiaan, serta kesadaran
toleransi dan kesadaran/pemahaman
keharmonisan untuk tentang hak dan kewajiban
hidup secara sebagai warga negara
berdampingan 2 Meningkatnya toleransi dalam Indeks Toleransi
kehidupan beragama dan
bermasyarakat
3 Meningkatnya semangat dan Indeks Gotong Royong
budaya gotong royong
4 Meningkatnya ketentraman Indeks Rasa Aman
dan ketertiban umum serta
perlindungan masyarakat
MISI 2: Meningkatkan capaian kinerja dan pemajuan penyelenggaraan pemerintahan
daerah
Meningkatkan 1 Meningkatnya kualitas 1. Indeks Reformasi Birokrasi
kualitas tata kelola reformasi birokrasi dan
2. Indeks Kepuasan
pemerintahan daerah aparatur pemerintahan
Masyarakat
dan desa sesuai daerah dan desa yang
semangat reformasi profesional, transparan,
birokrasi untuk bersih dan melayani
perbaikan pelayanan
publik.
MISI 3: Meningkatkan kemandirian daerah
Meningkatkan 1 Meningkatnya produksi dan 1. PDRB Atas Dasar Harga
produktivitas, produktivitas daerah Berlaku (ADHB)
Kemampuan 2. PDRB Atas Dasar Harga
pengelolaan sumber Konstan (ADHK)
daya dan 3. Nilai Tukar Petani
membangun budaya 4. Laju Inflasi
berdikari 5. Pertumbuhan Ekonomi
6. Indeks ketahanan pangan
2 Meningkatnya daya saing 1. Produktivitas daerah
daerah 2. PDRB per kapita (juta
rupiah)
3. Indeks kapasitas fiskal
daerah
MISI 4: Meningkatkan pelayanan dasar dan sarana prasarana publik untuk kesejahteraan
yang merata
25 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN

Terwujudnya 1. Terpenuhinya layanan dan hak 1. Indeks Pembangunan


pertumbuhan yang dasar untuk kesejahteraan Manusia (IPM)
berkeadilan untuk masyarakat 2. Rata – rata lama sekolah
peningkatan 3. Angka Melek Huruf
kesejahteraan Penduduk usia 15-45 tahun
masyarakat dan 4. Rata – rata usia harapan
penanggulangan hidup
kemiskinan 5. Angka kematian ibu
6. Angka kematian bayi
7. Prevalensi balita gizi
kurang
8. Prevalensi balita gizi buruk
9. Persentase KK yang
mendapatkan akses
sanitasi dasar
10. Persentase panjang jalan
kabupaten dalam kondisi
baik dan sedang

2 Terpenuhinya layanan 1. Indeks Pembangunan


penunjang untuk pemenuhan Gender (IPG)
kebutuhan masyarakat secara 2. Indeks Pemberdayaan
lebih berkeadilan Gender (IDG)
3. Prevalensi kekerasan
terhadap anak
4. Total Fertility Rate (TFR)
5. Laju Pertumbuhan
Penduduk (LPP)
6. Persentase Penduduk
Berakte Kelahiran
7. Presentase Penduduk Ber
KTP
3 Terwujudnya kesetaraan 1. Indeks Gini
pertumbuhan ekonomi antar 2. Indeks Wiliamson
wilayah

4 Meningkatnya kesejahteraan 1. Persentase angka


ekonomi untuk mengurangi kemiskinan
angka kemiskinan 2. Indeks kedalaman
kemiskinan
3. Indeks keparahan kemis
mkinan

26 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN
5 Berkembangnya lapangan 1. Tingkat Pengangguran
kerja dan kesempatan kerja Terbuka
2. Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK)
3. Rasio Ketergantungan
(Dependency Ratio)
4. Tingkat Kesempatan Kerja

MISI 5: Melakukan harmonisasi prinsip berkelanjutan dan berkesinambungan dalam


pembangunan daerah
Terwujudnya prinsip 1. Terwujudnya pengelolaan 1. Indeks kualitas lingkungan
berkelanjutan dan SDA dan LH secara hidup (IKLH)
berkesinambungan berkelanjutan 2. Ketaatan terhadap RTRW
dalam pengelolaan berkesinambungan
lingkungan hidup dan 2. Berkembangnya 1. Rasio Elektrifikasi Rumah
sumber daya alam pemanfaatan energi dan Tangga
dengan energi baru/terbarukan
memperhatikan berdasarkan prinsip
prinsip keseimbangan keterkaitan keseimbangan
dan keadilan antar dan keadilan.
kelompok dan antar 4. Meningkatnya upaya 1. Indeks Resiko Bencana
generasi. pengurangan resiko bencana
melalui adaptasi dan mitigasi

D. Perjanjian Kinerja
Penetapan indikator kinerja daerah dimaksudkan untuk memberikan gambaran
tentang tingkat pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati pada akhir periode masa
jabatannya. Tingkat keberhasilan tersebut ditunjukan dari akumulasi pencapaian indikator
outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat
mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD
dapat dicapai.
Indikator kinerja adalah alat untuk mengukur secara spesifik baik secara kuantitatif
dan/atau kualitatif tingkat capaian kinerja program dan kegiatan. Dengan demikian
indikator kinerja menjadi dasar penilaian kinerja dalam proses perencanaan, pelaksanaan
maupun dalam pencapaian tujuan dan sasaran. Indikator tersebut menjadi parameter
prioritas pembangunan dan juga sebagai instrumen pemantauan dan evaluasi RPJMD.
Indikator Kinerja tersebut dituangkan dalam Perjanjian Kinerja Bupati. Perjanjian
Kinerja Bupati Wonosobo Tahun 2016 disusun untuk melaksanakan program/kegiatan yang
disertai dengan indikator kinerja. Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang
dihasilkan atas kegiatan tahun bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome) yang
seharusnya terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian target
kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan dari kegiatan tahun-
tahun sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja setiap tahunnya. Perjanjian
Kinerja Bupati tercantum sebagaimana termuat dalam tabel berikut ini:

27 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
Tabel II.7
Perjanjian Kinerja Bupati Wonosobo Tahun 2016

INDIKATOR TARGET
TUJUAN SASARAN
SASARAN 2016
MISI 1: Meningkatkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Meningkatkan rasa kemanusiaan, toleransi dan 1 Meningkatnya nilai
keharmonisan untuk hidup secara berdampingan demokrasi serta
kesadaran
kesadaran/pemaha Indeks
70
man tentang hak Demokrasi
dan kewajiban
sebagai warga
negara
2 Meningkatnya
toleransi dalam
Indeks
kehidupan 0,49
Toleransi
beragama dan
bermasyarakat
3 Meningkatnya
Indeks
semangat dan
Gotong 0,55
budaya gotong
Royong
royong
4 Meningkatnya
ketentraman dan
Indeks Rasa
ketertiban umum 0,61
Aman
serta perlindungan
masyarakat
Misi 2: Meningkatkan capaian kinerja dan pemajuan penyelenggaraan pemerintahan daerah
Meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan 1 Meningkatnya
daerah dan desa sesuai semangat Reformasi Birokrasi kualitas reformasi Indeks
untuk perbaikan pelayanan publik birokrasi dan Reformasi 80,00
aparatur Birokrasi
pemerintahan
daerah dan desa Indeks
yang profesional, Kepuasan 70,00
transparan, bersih Masyarakat
dan melayani
Misi 3: Meningkatkan kemandirian daerah
Meningkatkan produktivitas, kemampuan pengelolaan 1 Meningkatnya PDRB Atas
sumber daya dan membangun budaya berdikari yang produksi dan Dasar Harga
17.339.270
optimal dengan tetap memperhatikan lingkungan produktivitas daerah Berlaku
dengan tetap PDRB Atas
menjaga kualitas Dasar Harga
12.150.875
lingkungan Konstan
Niai Tukar
110,20
Petani (NTP)
Laju Inflasi 3,41
Pertumbuhan
5,75
Ekonomi
2 Terwujudnya
masyarakat yang Indeks
bermartabat, Ketahanan 86,6
berbudaya dan Pangan
berdikari.

28 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
INDIKATOR TARGET
TUJUAN SASARAN
SASARAN 2016
3 Meningkatnya daya Produktivitas
saing daerah 31,28
Total Daerah
PDRB per
15,51
kapita
Indeks
kapasitas 1<indeks<2
Fiskal
Misi 4: Meningkatkan pelayanan dasar dan sarana prasarana publik untuk kesejahteraan yang merata
Terwujudnya pertumbuhan yang berkeadilan dalam 1 Terpenuhinya IPM 66
aspek ekonomi, sosial dan lingkungan untuk layanan dan hak
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan dasar untuk Rata-rata
6
penanggulangan kemiskinan kesejahteraan Lama Sekolah
masyarakat
Angka Melek
Huruf
96,75
penduduk 15
tahun ke atas
Rata-Rata Usia
Harapan 71,35
Hidup
Angka
79,81
Kematian Ibu
Angka
9,3
Kematian Bayi
Prevalensi
Balita Gizi
kurang
Prevalensi
balita gizi
buruk
Persentase KK
yang
mendapatkan 0,53375
akses sanitasi
dasar
Persentase
panjang jalan
kabupaten
64,31%
dalam kondisi
baik dan
sedang
2 Terpenuhinya IPG (Indeks
layanan penunjang Pembangunan 92,926
untuk pemenuhan Gender)
kebutuhan IDG (Indeks
masyarakat secara Pemberdayaa 45,7
lebih berkeadilan n Gender)
Prevalensi 2,925
Kekerasan
Terhadap
Anak
TFR (Total
2,1834
Fertility Rate)
Prosentase
Penduduk
81%
Berakte
Kelahiran
29 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
INDIKATOR TARGET
TUJUAN SASARAN
SASARAN 2016
Presentase
Penduduk Ber 98,0833
KTP
3 Terwujudnya Indeks Gini 0,34
kesetaraan
pertumbuhan Indeks
0,35
ekonomi antar Williamson
wilayah
4 Meningkatnya Persentase
kesejahteraan Angka 19,74%
ekonomi Kemiskinan
Indeks
Kedalaman 3,44
Kemiskinan
Indeks
Keparahan 1,035
Kemiskinan
5 Berkembangnya Tingkat
lapangan kerja dan Pengangguran 5,25
kesempatan kerja Terbuka
Partisipasi
Angkatan 74,28
Kerja
Dependency
56,06
Ratio
Tingkat
Kesempatan 94,7
Kerja
Misi 5: Melakukan harmonisasi prinsip berkelanjutan dan berkesinambungan dalam pembangunan daerah
Terwujudnya pengelolaan SDA dan LH secara 1 Terwujudnya Indeks
berkelanjutan berkesinambungan pengelolaan SDA Kualitas
dan LH secara 58,15
Lingkungan
berkelanjutan Hidup
berkesinambungan
Ketaatan
Terhadap 79,25%
RTRW
2 Berkembangnya Rasio
pemanfaatan energi Elektrifikasi
91,96
dan energi Rumah
baru/terbarukan Tangga
3 Meningkatnya
upaya pengurangan
Indeks Resiko
resiko bencana 129
Bencana
melalui adaptasi dan
mitigasi

30 | P E R E N C A N A A N K I N E R J A
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA
Bab akuntabilitas kinerja ini menguraikan mengenai capaian kinerja Pemerintah
Kabupaten Wonosobo Tahun 2016 yang merupakan tahun pertama pencapaian kinerja
Bupati dan Wakil Bupati Wonosobo atas dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2016-2021. Dokumen perencanaan tersebut memuat
indikator kinerja makro yang merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) atas
penyelenggaraan urusan pemerintahan berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah.

Capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam bab ini


menguraikan capaian kinerja berdasarkan Indikator Kinerja Utama/Indikator Makro
berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2016 yang merupakan tahun
pertama penyelenggaraan RPJMD 2016-2021. Terdapat 43 IKU yang telah ditetapkan
dalam dokumen RPJMD 2016-2021, yang dijadikan pedoman dalam penentuan program
dan kegiatan yang diselenggarakan oleh Perangkat Daerah. IKU yang ditetapkan
merupakan hasil analisa dari beberapa indikator program sebagaimana tertuang dalam
Perjanjian Kinerja Tahun 2016.

1. Misi 1 : Meningkatkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat,


berbangsa dan bernegara
Secara keseluruhan pencapaian target IKU untuk misi pertama telah
melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2016. Pencapaian misi tersebut
diperoleh dari penyelenggaraan urusan, program dan kegiatan yang diselenggarakan
sebagaimana termuat dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah yaitu:
− Ketentraman, Ketertiban Umum Dan Perlindungan Masyarakat;
− Pemerintahan Umum;
− Hukum dan Penataan Peraturan Perundang-Undangan;
− Perangkat Pengampu layanan pemenuhan hak dasar;
− Sosial;
− Administrasi Pemerintahan;
− Kebudayaan;
− Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa ;
− Penunjang Perencanaan Dan Litbang.

31 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.1
Capaian Kinerja Misi 1
CAPAIAN S.D.
TARGET
TARGET CAPAIAN 2016
TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 2015 % CAPAIAN AKHIR
2016 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
MISI 1: Meningkatkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Meningkatkan rasa 1 Meningkatnya nilai demokrasi
kemanusiaan, serta kesadaran
toleransi dan kesadaran/pemahaman tentang Indeks Demokrasi 70 70 80 114,29 75 106,67
keharmonisan untuk hak dan kewajiban sebagai
hidup secara warga negara
berdampingan 2 Meningkatnya toleransi dalam
kehidupan beragama dan Indeks Toleransi 0,45 0,49 0,87 177,55 0,49 177,55
bermasyarakat
3
Meningkatnya semangat dan
Indeks Gotong Royong 0,55 0,55 0,82 149,09 0,65 126,15
budaya gotong royong
4 Meningkatnya ketentraman dan
ketertiban umum serta Indeks Rasa Aman 0,61 0,61 0,68 111,48 0,66 103,03
perlindungan masyarakat

32 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
a. Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum Dan Perlindungan Masyarakat
1) Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan
Pengenalan nilai-nilai sejarah berdirinya kabupaten Wonosobo pada generasi
penerus dengan kegiatan Ziarah ke 7 makam pendiri kabupaten Wonosobo ini untuk
untuk mewujudkan pemahaman jiwa patriotisme dan perjuangan tokoh pendiri
kabupaten wonosobo sehingga generasi penerus dapat meneladani dan mewarisi sifat
sifat serta nilai nilai kejuangan para pendiri wonosobo,
2) Program pengembangan wawasan kebangsaan
Program ini berkaitan erat dengan pelaksanaan rangkaian acara Peringatan
Kemerdekaan Republik Indonesia, untuk menanamkan pemaknaan akan wawasan
kebangsaan kepada masyarakat Wonosobo dalam hal ini Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pada kegiatan tahun 2016 pengembangan wawasan kebangsaan mulai
ditanamkan bukan hanya kepada generasi muda, pengenalan pada tingkat anak-anak
di tingkat PAUD yang merupakan jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar
sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak dini. Pelaksanaannya di
40 PAUD/TK se kabupaten Wonosobo dengan total peserta 1500 anak usia dini.
Wujud lain dari kegiatan dalam program ini adalah forum ceramah wawasan
kebangsaan dan diskusi wawasan kebangsaan bersama Siswa SLTP/MTs/SLTA/SMK,
Tokoh masyarakat, Tokoh agama, SLTP SLB putra don bosco dan SLB putri dena
upakaraagar meningkat rasa cinta tanah air dan bangsa, rasa persatuan dibidang
impolek sosbud hankam demi tegaknya NKRI bedasarkan pancasila dan UUD 1945.
3) Program pendidikan politik masyarakat
Pembinaan Politik bagi Masyarakat dan Pemuda bertujuan untuk
mengembangkan pendidikan politik masyarakat sebagai bagian pendidikan politik yang
merupakan rangkaian usaha untuk meningkatkan dan memantapkan kesadaran politik
dan kenegaraan, guna menunjang kelestarian Pancasila dan UUD 1945 sebagai budaya
politik bangsa. Pendidikan politik juga merupakan konsep bagian dari proses
perubahan kehidupan politik yang sedang dilakukan dewasa ini dalam rangka usaha
menciptakan suatu sistem politik yang benar-benar demokratis, stabil, efektif dan
efisien
Pada Program ini juga dilakukan pembinaan terhadap ormas sesuai dengan UU
No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Masyarakat, pembinaan dilakukan dengan tujuan
bahwa Ormas memahami kewajibannya yang antara lain menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjaga
ketertiban umum dan terciptanya kedamaian dalam masyarakat.
4) Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam
Maksud dari program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana
alam ini adalah sebagai salah satu upaya dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya
bencana melalui sistem peringatan dini dan kesiapsiagaan terhadap
bencana,optimalisasi penanggulangan bencana alam, bantuan kepada korban bencana
alam dan bencana lainnya, serta rehabilitasi dan konstruksi penanganan pasca
bencana. Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi Optimalisasi dan Fasiltasi
Penanggulangan Bencana, Fasilitasi Pengurangan Resiko Bencana, Optimalisasi Pusat
Pengendalian Operasi (Pusdalop), Fasilitasi Pemberian Bantuan Kepada Korban
Bencana Alam, Fasilitasi bagi tim SAR dan relawan, serta berbagai pelatihan
kesiapsiagaan dan simulasi bencanayang dilaksanakan di beberapa wilayah kecamatan.
Selain itu sebagai pendukung operasional penanganan bencana juga telah dilakukan
pengadaan perahu karet dan pengadaan logistik bencana yang disesuaikan dengan
kebutuhan. Berbagai kegiatan yang dilakukan secara sinergis antara Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bagian Soskesra Setda dan beberapa
33 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
kecamatan di Kabupaten Wonosobo merupakan upaya pencegahan dini dan
penanggulangan bencana alam yang lebih optimal sehingga masyarakat yang menjadi
korban bencana alam dan bencana lainnya dapat segera terbantu dan tertangani.
5) Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan
Lingkungan yang kondusif memberikan ketenangan bagi para investor untuk
menanamkan modalnya di Kabupaten Wonosobo, melalui Program Peningkatan
Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan beberapa kegiatan di bawah mendukung
pencapaian tersebut:
− Fasilitasi Operasional Forkompimda (Forum Komunikasi Pimpinan Daerah) yang
merupakan pertemuan rutin para pimpinan daerah untuk membahas isu-isu
strategis Kabupaten Wonosobo;
− Operasional PAM Pilkades, pada tahun ini pelaksanaan Pilkades serentak digelar di
30 desa berlangsung di akhir bulan November 2016;
− Fasilitasi Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial Tingkat Kabupaten Wonosobo,
kegiatan ini memfasilitasi terjadinya Konflik Sosial di Wilayah Kabupaten
Wonosobo;
− Fasilitasi PAM Tamu/Pejabat Asing/Daerah, semakin diliriknya kabupaten
Wonosobo dari berbagai sektor potensinya berimbas pada bertambahnya Pejabat
yang berkunjung ke Kabupaten Wonosobo, pengamanan tamu-tamu kabupaten ini
memberikan gambaran yang positif pada kabupaten Wonosobo;
− Fasilitasi TIM Terpadu Penanganan Konflik Sosial Tk Kabupaten Wonosobo
Kegiatan ini untuk mengurangi Konflik Sosial di Kabupaten Wsb dan Penanganan
seteterjadi Konflik, Rapat Tim Terpadu Penanganan Konflik Kabupaten Wonosobo;
− Koordinasi Penyelenggaraan Pemerintahan Terselenggaranya Pemerintahan yang
aman, Kondusif dan Terkendali;
− Kegiatan Kelinmasan (Upacara dan Pengerahan) dan Fasilitasi Kegiatan Linmas,
Siaga Linmas/PAM Lebaran, Natal dan Tahun Baru yang berupa Diklat dan
Pembinaan menyeluruh meliputi Penanggulangan bencana, Kamtramtibmas,
Sosial, Pemilu dan Pertahanan Negara dengan tujuan Meningkatkan Ketrampilan
Anggota Linmas dalam Melaksanakan Tupoksi. Sebagai hasil akhir harapan
keamanan dan ketentramanan di masyarakat bisa terpenuhi;
− Pembinaan Operasi PPNS dilaksanakan dengan tujuan pemahaman proses
pembinaan, penanganan pelanggar Perda sesuai dengan tugas dan kewenangan
PPNS yaitu mengawal kebijakan Pemerintah Kabupaten;
− Kegiatan lain :Pengamanan Rangkaian Hari Jadi Kabupaten Wonosobo dan
Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengendali Keamanan dan Kenyamanan
Lingkungan sehingga operasi dan patroli Wilayah Kecamatan se-Kabupaten
Wonosobo yang dilaksanakan bersama-sama dengan Polres, Kodim, Muspika dan
Kasi Trantibum se-Kabupaten Wonosobo maksimal dapat dilaksanakan.
6) Program Pemeliharaan Trantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminalitas
Kebutuhan data Ormas Fasilitasi dan validasi Data lembaga non pemerintah,
kegiatan ini untuk mendukung kegiatan pembinaan ormas dan memperoleh
pembaharuan data Ormas, Rapat Tim, Pembinaan PEPABRI, DHC 45.
Pentingnya Pembinaan Ormas ini dengan maksud untuk;
− meningkatkan partisipasi dan keberdayaan masyarakat;
− memberikan pelayanan kepada masyarakat;
− menjaga nilai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
− melestarikan dan memelihara norma, nilai, moral, etika, dan budaya yang hidup
dalam masyarakat;
− mengembangkan kesetiakawanan sosial, gotong royong, dan toleransi dalam

34 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
kehidupan bermasyarakat;
− menjaga, memelihara, dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa;
7) Program Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat (Pekat)
Program Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat (Pekat)
dimaksudkan untuk mencegah ataupun memberantas tindakan/perbuatan yang
muncul dan dapat meresahkan anggota masyarakat sehingga dapat tercipta situasi
yang aman, kondusif dan terkendali di wilayah Kabupaten Wonosobo. Program ini
diwujudkan dalam bentuk kegiatan berupa penanggulangan Kenakalan Anak,
Remaja/Pelajar yang dilaksanakan melalui operasi pelajar pada jam pelajaran di tempat-
tempat keramaian seperti di warnet, pertokoan/pasar maupun di tempat permainan
game.
Kegiatan lain untuk mendukung program ini adalah Pencegahan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba yaitu memberantas
penyalahgunaan dan Peredaran Gelap narkoba kegiatan ini berupa sosialisasi dan
Operasi Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba.
8) Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam
Kondisi morfologi Kabupaten Wonosobo yang sebagian besar berupa
perbukitan memaksa kesiapsiagaan menghadapi bencana yang bisa terjadi kapan saja,
selain itu perilaku manusia dalam pemanfaatan sumber daya alam berpengaruh pada
semakin turunnya kualitas lahan yang bisa memicu terjadinya bencana. Pengurangan
resiko bencana menjadi tantangan tersendiri disini melalui Program pencegahan dini
dan penanggulangan korban bencana alam yang kegiatannya sebagai berikut:
− Optimalisasi penanggulangan bencana yang dilaksanakan untuk penanganan
korban bencana, melayani korban bencana dan penanganan penanggulangan
bencana
− Pembinaan relawan/SAR untuk meningkatkan kapasitas anggota relawan dalam
rangka pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam, bentuk dari
kegiatan ini adalah pelatihan relawan/SAR.
− Fasilitasi bulan Pengurangan Resiko Bencana yang merupakan Agenda
Nasionalberupa Gelar Pasukan kesiapsiagaan penanggulangan resiko bencana
− Pengadaan sarana dan prasarana pencegahan dini dan penanggulangan bencana
untuk mengurangi resiko bencana dan tertanganinya korban bencana alam berupa
pengadaan alat-alat dapur, GPS, perahu motor dan peralatan rescue
− Pengadaan logistik, untuk memenuhi kebutuhan korban bencana
− Optimalisasi pusat pengendalian operasi, dilaksanakan untuk kelancaran
penanganan darurat bencana dan kesiap-siagan pusat kendali operasi

Pembinaan politik daerah terus dilaksanakan baik ditujukan kepada LSM,Ormas


dan OKP dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Meskipun dengan jumlah
rasio personil Satpol PP per 10.000 penduduk serta rasio jumlah Linmas per 10.000
penduduk yang masih dibawah ideal, namun tetap dapat mempertahankan dan
meningkatkan kemampuan mendeteksi dini berbagai potensi gangguan kantrantibmas,
dan juga semakin menguatkan ketahanan masyarakat terhadap gangguan kantrantibmas.
Aksi massa terhadap kebijakan daerah atau demo/protes terhadap Perda, Perbup pada
Tahun 2016 bisa ditangani dengan baik.
Peningkatan keamanan, ketertiban dan penanggulangan kriminalitas sebagai salah
satu prioritas pembangunan telah dirasakan hasilnya oleh masyarakat. Kondisi yang kian
kondusif memberikan harapan bagi peningkatan rasa nyaman bagi kehidupan masyarakat
untuk dapat menjalankan segenap aktivitasnya dengan baik, disisi lain maraknya
peredaran narkoba mengalami peningkatan di tahun ini, diperlukan upaya yang intensif

35 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
semua pihak menangani dan menyikapi salah satu tindak kriminal ini.
Upaya penanggulangan gangguan keamanan, ketertiban dan tindak kriminalitas
menunjukkan peningkatan walaupun masih banyak ditemukan gangguan keamanan dan
hambatan. Upaya pemberantasan yang relatif intensif dengan penggelaran Operasi
Kepolisian Kewilayahan maupun Operasi Kepolisian Terpadu dengan Instansi terkait
menunjukkan hasil yang signifikan. Langkah Pemerintah tersebut akan terus dilakukan
secara konsisten dan seyogyanya didukung penuh oleh seluruh lapisan masyarakat agar
kondisi aman dan tertib dapat semakin diwujudkan.
Masyarakat yang tangguh bencana ialah masyarakat yang mampu mengantisipasi
dan meminimalisir kekuatan yang merusak, melalui adaptasi. Mereka juga mampu
mengelola dan menjaga struktur dan fungsi dasar tertentu ketika terjadi bencana. Dan jika
terkena dampak bencana, mereka akan dengan cepat bisa membangun kehidupannya
menjadi normal kembali atau paling tidak dapat dengan cepat memulihkan diri secara
mandiri, Mampu mengantisipasi dan meminimalisasi kekuatan yang merusak (ancaman
bencana), dengan cara melakukan adaptasi, Mampu mengelola dan menjaga stuktur dan
fungsi dasar tertentu ketika terjadi bencana, Kalau terkena dampak bencana, mereka akan
dengan cepat bisa membangun kehidupannya menjadi normal kembali.
Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam ini mampu
meminimalisir korban dan dampak negatif akibat terjadinya bencana dari sekian banyak
bencana alam terutama bencana tanah longsor yang terjadi mengingat kondisi geografis,
geologis, hidrologis dan demografis Kabupaten Wonosobo yang potensial terjadi
bencana, baik yang disebabkan karena faktor alam, faktor non-alam maupun faktor
manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis yang dalam tingkat kondisi tertentu dapat
menghambat pembangunan daerah.
Tabel III.2
Capaian Kinerja Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum Dan Perlindungan
Masyarakat Tahun 2016 Berdasarkan Indikator RPJMD Kabupaten Wonosobo
Tahun 2016-2021

% Capaian
Capaian Capaian kinerja
NO Indikator Kinerja Program Target 2016
Kinerja 2015 Kinerja 2016 terhadap
target
1 Persentase kasus pelanggaran HAM
yang dilaporkan dan fasilitasi 100% 100% 100% 100,00
penyelesaiannya
2 Persentase Siskampling aktif 50% 50% 55% 110,00
3 Persentase FKDM yang aktif 65% 65% 65% 100,00
4 Persentase patroli siaga ketertiban
umum dan ketentraman masyarakat 75% 75% 75% 100,00
5 Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (
Ketertiban, ketentraman dan 85% 85% 85% 100,00
keindahan) di Kabupaten / kota
6 Angka kriminalitas yang tertangani 70% 70% 70% 100,00
7 Rasio kasus penyakit masyarakat/PEKAT
( pornografi, pornoaksi,
penyalahgunaan narkoba, perjusian 0,025 0,025 0,025 100,00
prostitusi, dan berbagai jenis pratik
asusila) per 1.000 penduduk
8 Cakupan Patroli siaga ketertiban umum
0,2 0,25 0,25 100,00
dan ketentraman masyarakat

36 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
% Capaian
Capaian Capaian kinerja
NO Indikator Kinerja Program Target 2016
Kinerja 2015 Kinerja 2016 terhadap
target
9 Cakupan rasio petugas Perlindungan
Masyarakat ( Linmas ) di 1,15 1,25 1,25 100,00
Kabupaten/kota
10 Rasio jumlah Polisi Pamong Praja Per
0,64 0,64 0,64 100,00
10.000 penduduk
11 Persentase Linmas terlatih 9% 9% 9% 100,00
12 Rasio Pos Siskampling per jumlah desa /
kelurahan 4,74 4,74 4,74 100,00
13 Persentase lembaga keagamaan dan
kemasyarakatan yang telah berbadan
hukum Indonesia yang mendapat 65% 68% 70% 102,94
bantuan pemerintah daerah.
14 Rasio tempat ibadah per satuan
penduduk (Jumlah tempat ibadah / 4,42 4,42 4,42 100,00
jumlah penduduk) x 1000
15 Persentase kecamatan yang sudah
memiliki pemetaan detail rawan 13% 27,50% 13% 47,27
bencana
16 Persentase Desa Rawan bencana yang
2% 5% 2% 40,00
terpasang EWS (early warning system)
17 persentase dokumen rencana
kontinjensi yang tersusun terhadap total 12,50% 25% 25% 100,00
jenis bencana
18 rapor ketangguhan bencana dtd baik sedang
19 Persentase dokumen jenis bencana yang
sudah tersusun dalam rencana 12.05 27% 12.05 185,92
kontinjensi
20 cakupan pelayanan bencana kebakaran 91% 92% 92% 100,00
21 Tingkat waktu tanggap (response time
30% 35% 35% 100,00
rate) daerah layanan WMK
22 Persentase desa siaga bencana 25% 28% 25% 89,29
Sumber : Kantor Kesbangpol dan Satpol PP Kab. Wonosobo

b. Urusan Kebudayaan
1) Program Pengembangan Nilai Budaya
Sesuai arah kebijakan yang telah dicanangkan Pemerintah Daerah, program ini
bertujuan untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang
mendukung toleransi dalam kehidupan keagamaan dan kemasyarakatan. Kegiatan
yang telah dilaksanakan guna mendukung program pengembangan nilai budaya
adalah:
− Fasilitasi Pentas Seni TMII Jakarta
Kegiatan ini merupakan ajang promosi seni dan budaya dengan menampilkan
kreatifitas seni budaya dan produk unggulan berbahan baku lokal. Kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2016 di TMII, Jakarta.
− Pentas Hari Jadi Wonosobo dan Birat Sengkolo
Kegiatan ini merupakan agenda tahunan untuk merayakan hari jadi Kabupaten
Wonosobo yaitu tanggal 24 Juli. Sebagai salah satu bentuk kegiatan pelestarian
budaya dan penghargaan kepada pendiri Kabupaten Wonosobo, serta dalam
rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Kabupaten Wonosobo, seperti tahun-

37 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
tahun sebelumnya, pada tahun 2016 ini Pemerintah Kabupaten Wonosobo
melaksanakan kegiatan Pentas Hari Jadi Wonosobo dan Birat Sengkolo, Festival
Kuda Kepang dan Festival Tari Pelajar.
− Parade Seni Dalam Rangka HUT Provinsi Jawa Tengah
Kegiatan ini merupakan partisipasi Kabupaten Wonsoobo dalam rangka
merayakan HUT Provinsi Jawa Tengah, yang telah dilaksanakan pada tanggal 22
Agustus 2016 di Magelang.
− Fasilitasi Pelaku Seni Budaya Melalui Festival Kuda Kepang
Festival Kuda Kepang telah dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2016 di Alun-
alun Wonosobo, yang diikuti oleh berbagai kelompok seni.
− Apresiasi Seni Pelajar Melalui Festival Tari Pelajar
Guna melestarikan seni budaya daerah dan menggali potensi dari pelajar, telah
dilaksanakan Festival Tari Pelajar pada tanggal 22 Desember 2016.
− Pentas Wayang Kulit RRI Purwokerto
Pentas Wayang Kulit telah dilaksanakan di Purwokerto pada tanggal 19 Desember
2016.
− Pengembangan dan Pelestarian Kesenian Tradisional Bundengan
Bundengan merupakan kesenian tradisional Kabupaten Wonosobo, pentas seni
bundengan telah dilaksanakan pada tanggal 29 Desember 2016.
− Promosi Budaya melalui Film Surga Menanti
Tabel III.3
Capaian Kinerja Urusan Kebudayaan Tahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJMD Kabupaten Wonosobo
Tahun 2016-2021
%Capaian
Capaian Capaian
Target kinerja
Indikator Kinerja Program Kinerja Kinerja
No 2016 terhadap
2015 2016
target
1 persentase kebudayaan /tradisi yg
ditetapkan sebagai tradisi /kebudayaan DTT 30% 80% 266,67
daerah
2 Persentase komunitas filantropi aktif DTT 40% 65% 162,50
3 Persentase penyelenggaraan festival
50% 55% 80% 145,45
seni dan budaya berbasis kearifan lokal
4 Rasio Benda Cagar Budaya Dalam
Kondisi Baik DTT 0,6 0,8 133,33
5 Persentase Benda/cagar budaya yang
dilestarikan 48% 49% 60% 122,45
6 Jumlah sarana penyelenggaraan seni
budaya 11 11 15 136,36
7 Rasio kelompok kesenian yang terdaftar
terhadap kelompok kesenian yang ada DTT 0,60 0,70 116,67

8 Persentase kelompok kesenian aktif DTT 50% 80% 160,00


9 Rasio kerjasama daerah bidang
kebudayaan terhadap seluruh kerjasama DTT 0,05 0,3 600,00
daerah

c. Urusan Sosial
1) Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya
Tujuan program ini adalah untuk mengurangi beban pengeluaran bagi
kelompok masyarakat miskin dan kurang mampu. Kegiatan yang telah dilaksanakan

38 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
yaitu: Pemberdayaan PMKS, Pendampingan Program Keluarga Harapan,
Pendistribusian Raskin dan Kegiatan Pasar Murah Menjelang Lebaran.
Kegiatan pemberdayaan PMKS dilaksanakan melalui kegiatan pembinaan terhadap
keluarga rawan sosial dan ekonomi dalam bentuk Kelompok Usaha Bersama bagi 100
KRSE (Kelompok Rawan Sosial Ekonomi).

Untuk mengurangi beban pengeluaran bagi masyarakat miskin, pemerintah


meluncurkan Program Keluarga Harapanmerupakan program nasional berupa bantuan
sosial bersyarat. Persyaratan tersebut yaitu bagi keluarga kurang mampu yang sedang
menyekolahkan anaknya dan atau yang sedang hamil dan atau mempunyai anak balita,
dengan harapan agar terjadi perubahan perilaku masyarakat kurang mampu di bidang
pendidikan dan kesehatan. Pada tahun 2016 penerima bantuan PKH untuk wilayah
Kabupaten Wonosobo sejumlah 35.646 Rumah Tangga, meningkat 34,5%, jika
dibandingkan dengan Tahun 2015 yaitu sejumlah 26.500 RTSM. Untuk mengurangi
beban pengeluaran pada saat menjelang hari raya idul fitri diselenggarakan kegitan
pasar murah, yang dilaksanakan di 15 Kecamatan.

d. Urusan Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa


1) Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Membangun Desa
Berbagai upaya untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat dilakukan
untuk mendorong peran aktif mereka dalam pembangunan, diantaranya melalui
pencanangan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BGGRM) yang dipusatkan di
Desa Suroyudan Kecamatan Sukoharjo, yng dilanjutkan dengan kerja bakti masal
Pencanangan BGGRM ini di latar-belakangi oleh keinginan untuk melestarikan nilai-nilai
kegotong-royongan sebagai salah satu ciri khas kehidupan masyarakat Indonesia
pada umumnya, sebagai sebuah modal social nilai-nilai kegotong royongan menjadi
begitu penting dalam konteks pemberdayaan masyarakat, gotong royong inilah yang
menjadi inti dari konsep dari, oleh dan untuk masyarakat.

Pasca Pencanangan BGGRM di Desa Suroyudan Kecamatan Sukoharjo


dilanjutkan dengan kegiatan Karya Bakti TNI/POLRI sebagai wujud
kepedulian/penggalangan TNI/POLRI dalam pembangunan dan kemanunggalan TNI
POLRI dengan masyarakat, kegiatan Karya Bhakti TNI/POLRI diwujudkan dalam bentuk
pelatihan dan pembuatan jamban untuk warga kurang mampu yang belum memiliki
jamban.
Upaya mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan juga
dilaksanakan melalui gerakan PKK. Gerakan PKK bertujuan memberdayakan keluarga
untuk meningkatkan kesejahteraan menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat
sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum
dan lingkungan. Implementasi gerakan dilaksanakan melalui 10 program PKK. Pada
Tahun 2016 TP PKK Kabupaten melaksanakan kegiatan-kegiatan antara lain : Sosialisasi
program PKK melalui pokja-pokja, rapakoordinasi PKK, penyusunan buku Profil PKK,
Faslitasi Posyandu dan PKK KB Kesehatan, , Pelatihan pembuatan PMT AS dan Balita
Posyandu, Pembuatan Aplikasi SIM PKK, Workshop Pendidikan PAUD, Workshop dan
ampanye Save the Children, Workshop peningkatan kapasitas kader baskom dan
beberapa lomba tingkatkabupaten da rovins antara lain lomba kudapan , lomba design
batik, perpustaan desa, merangkai bunga buah dan sayur serta lomba masak ikan.

39 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.4
Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Tahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJMD Kabupaten Wonosobo
Tahun 2016-2021
Capaian Target Capaian %Capaian kinerja
No Indikator Kinerja Program
Kinerja 2015 2016 Kinerja 2016 terhadap target

Persentase nilai swadaya masyarakat


1
terhadap total nilai APBDes
DTT 2% 4,70% 235

Persentase desa yang memiliki proporsi


211,5
2 anggaran swadaya >20% dalam total DTT 2% 4,23%
APBdes

2. Misi 2: Meningkatkan capaian kinerja dan pemajuan penyelenggaraan pemerintahan


daerah
Pencapaian misi kedua dilaksanakan melalui pelaksanaan fungsi penunjang
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah yaitu : perencanaan,
keuangan;kepegawaian serta pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan
dan fungsi lain sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.Selain itu
penyelenggaraan urusan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 untuk
mencapai misi ke dua antara lain : urusan pemberdayaan masyarakat dan desa,
komunikasi dan infomasi, pertanahan, kearsipan, pemberdayaan perempuan dan anak,
statistik, persandian, transmigrasi, administrasi kependudukan dan catatan sipil.

40 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.5
Capaian Misi 2

CAPAIAN
TARGET
INDIKATOR TARGET CAPAIAN S.D. 2016
TUJUAN SASARAN 2015 %CAPAIAN AKHIR
SASARAN 2016 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
Misi 2: Meningkatkan capaian kinerja dan pemajuan penyelenggaraan pemerintahan daerah
Meningkatkan kualitas tata 1 Meningkatnya Indeks
kelola pemerintahan daerah kualitas reformasi Reformasi 80,00 80,00 74,06 92,58 85 87,13
dan desa sesuai semangat birokrasi dan aparatur Birokrasi
Reformasi Birokrasi untuk pemerintahan daerah
perbaikan pelayanan publik dan desa yang Indeks
profesional, Kepuasan 69,02 70,00 73,53 105,04 80 91,91
transparan, bersih dan Masyarakat
melayani

41 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Dalam hal mengukur capaian indeks Reformasi Birokrasi, Pemerintah
Kabupaten Wonosobo pada tahun 2016, telah melakukan pengukuran Indeks
Reformasi Birokrasi di 15 Kecamatan dengan hasil 74,07%, nilai ini meningkat sebesar
4,07% dibandingkan kondisi tahun 2015 walaupun belum memenuhi target yang telah
ditetapkan. Untuk mewujudkan pemerintah yang bersih dari KKN, Pemerintah
Kabupaten Wonosobo berinisiasi membangun Zona Integritas, Pilot project dalam
zona integritas adalah OPD BKD Kabupaten Wonosobo Adapun untuk indikator
kepuasan masyarakat telah melampaui target yang selanjutnya harus terus
ditingkatkan sebagai “feedback” bagi peningkatan pelayanan terhadap masyarakat.
Berikut disampaikan urusan pemerintahan yang diselenggarakan guna
mencapai misi kedua yang telah ditetapkan dalam dokumen RPJMD 2016-2021
a. Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Kepegawaian Serta Pendidikan Dan Pelatihan
1) Program Peningkatan Disiplin Aparatur
Program ini bertujuan untuk meningkatkan tingkat kedisiplinan aparatur.
Berbagai kegiatan untuk meningkatnya disiplin aparatur diantaranya pengadaan
dan pemasangan finger print sejumlah 52 unit di semua OPD agar penerapan
absensi secara elektronik dapat mudah diakses oleh seluruh PNS yang ada di
Wonosobo, dan sidak PNS, sidak PNS merupakan kegiatan yang dilakukan setiap
tahun oleh Tim Sidak Kabupaten untuk mengetahui tingkat tertib jam kerja kantor
dan pelanggaran disiplin lainnya.

2) Program Fasilitasi pindah/ purna PNS


Program ini bertujuan untuk memfasilitasi PNS yang mengajukan pindah
maupun yang akan purna tugas. Kegiatan yang dilakukan yaitu fasilitasi pensiun PNS
agar layanan pensiun tepat waktu. Pada Tahun 2016 PNS yang difasilitasi pensiun
sejumlah 289 orang.

3) Program Peningkatan Kapasitas Aparatur


Untuk meningkatkan kapasitas aparatur PNS dilakukan berbagai kegiatan
diantaranya diklat, baik diklat formal, struktural maupun fungsional serta diklat/
bintek dan fasilitasi tugas belajar PNS. Pada tahun 2016 ada 46 orang yang
difasilitasi mengikuti diklat formal, 16 orang mengikuti diklat struktural, 28 orang
mengikuti diklat fungsional, 40 orang mengikuti diklat/ bintek pengadaan barang
dan jasa, 40 orang mengikuti bimtek komputer serta fasilitasi tugas belajar PNS
sejumlah 7 orang.

4) Program Pengembangan dan Pembinaan Aparatur


Dalam rangka pengembangan dan pembinaan aparatur, berbagai kegiatan
dilaksanakan untuk mendukung program ini, diantaranya Pengangkatan Sumpah
Jabatan dan PNS sejumlah 608 tenaga honorer K-II, penegakan disiplin PNS
terhadap 7 orang PNS yang melanggar disiplin PNS, kesamaptaan PNS untuk
menumbuhkan jiwa sportif dan kesehatan PNS, Pemetaan Database Kepegawaian
sejumlah 3000 PNS non guru untuk memperoleh data kepegawaian yang akurat,
Penyusunan LKJi, untuk mengisi jabatan struktural (Jabatan Pimpinan Tinggi
Pratama, Administrator, dan Pengawas) berdasarkan Perda 12 Tahun 2016,
Pemerintah Kabupaten Wonosobo melaksanakan Tes Uji Kompetensi Calon pejabat
struktural Eselon 4 Sejumlah 198 dan Eselon III sejumlah 67 orang serta
Pengangkatan dan pengukuhan jabatan struktural sejumlah 608.

5) Program Pelayanan Publik


Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan
42 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
kepada Publik. Diberlakukannya Undang undang Nomor 5 tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara, tugas ASN diharapkan dapat menjalankan tugas pelayanan
publik secara mudah, cepat dan profesional. Berbagai kegiatan untuk mendukung
program ini diantaranya Fasilitasi Penerapan Tata Naskah Dinas Elektronik dengan
pengadaan aplikasi TNDE untuk mendukung percepatan penyampaian informasi
melalui surat digital Permenpan No. 6 Tahun 2011. Kegiatan lain adalah Akselerasi
Penyusunan berbagai Sistem Manajemen Kepegawaian untuk meningkatkan
kelancaran proses pelayananan administrasi kepegawaian, diantaranya kenaikan
pangkat, Kenaikan Gaji Berkala dan Mutasi. Untuk meningkatkan Partisipasi
Masyarakat dalam Pelayanan Publik Pemerintah Kabupaten Wonosobo pada tahun
2016 telah menjalin mitra dengan LSM Masyarakat Peduli Pelayanan Publik (MPPP)
agar masyarakat sensitif dan berperan aktif dalam pemantauan pelaksanaan
pembangunan.
6) Program Penataan Kelembagaan
Pedoman Penataan Kelembagaan Tahun 2016 mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang perangkat daerah. Untuk mendukung
program ini dilakukan berbagai kegiatan diantaranya penyusunan Road Map
Reformasi Birokrasi untuk memberikan pedoman tahapan dalam mewujudkan
reformasi birokrasi, Sosialisasi Pemetaan Urusan untuk mendapatkan kerangka dan
formulasi yang tepat dalam penyusunan perubahan kelembagaan dan Evaluasi
Kelembagaan dalam bentuk penyusunan Raperda tentang kelembagaan OPD serta
Penyusunan Rincian Tugas Pokok dan Fungsi OPD baru berdasarkan Perda No. 12
Tahun 2016.
Pada tahun pertama penerapan indikator capaian RPJMD Kabupaten
Wonosobo Tahun 2016-2021, capaian kinerja fungsi penunjang urusan pemerintahan
bidang kepegawaian dan diklat pada akhir tahun 2016 dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel. III.6
Capaian Kinerja Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan
Bidang Kepegawaian dan Diklat Tahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021
Capaian Kinerja

No. Indikator Kinerja Program Capaian Capaian % CAPAIAN


Tahun 2015 Tahun 2016

1 Persentase capaian sasaran kinerja pegawai sesuai dengan


target 80% 82% 102,50

2 Persentase OPD dengan Nilai Indeks Reformasi Birokrasi


Baik (Kategori B) 70% 74,07% 105,81
3 Persentase zone integritas yang terbentuk
2,56% 2,56% 100,00
4 Persentase struktur jabatan dan eselonering yang terisi
95% 93,36% 98,27
5 Persentase pejabat yang telah memenuhi persyaratan
pendidikan formal sesuai dengan bidang tugasnya 60% 73,08% 121,80

6 Persentase Pejabat yang telah memenuhi persyaratan


pendidikan pelatihan 65% 69,81% 107,40

7 Persentase pegawai ASN yang mendapat Hukuman Disiplin


0,024% 0,0009% 0,04
(Berat, Sedang, Ringan)
Sumber: Bagian Organisasi Dan Kepegawaian Setda, 2016

43 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Kinerja Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Kepegawaian dan
Diklat Tahun 2016 telah menunjukkan kinerja yang cukup baik, beberapa indikator
yang mengalami kemajuan dibandingkan tahun 2015 diantaranya persentase
capaian sasaran kinerja sebesar 82%. Sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah
No.46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi dan PERKA BKN No.1 Tahun 2013 setiap
PNS wajib menyusun SKP. Sasaran Kinerja Pegawai merupakan rencana operasional
pelaksanaan tugas pokok jabatan dengan mengacu pada Renstra dan Renja masing-
masing OPD yang berisikan tentang kegiatan yang akan dilakukan, hasil yang akan
dicapai, berapa yang akan dihasilkan dan kapan harus selesai.

Capaian Persentase pejabat yang telah memenuhi persyaratan pendidikan


formal sesuai dengan bidang tugasnya sebesar 73,08% dan Persentase Pejabat yang
telah memenuhi persyaratan pendidikan pelatihan sebesar 69,81%. Hal ini
menunjukkan Komitmen Pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam menempatkan
pegawainya disesuaikan dengan bidang tugasnya dan persyaratan pendidikan dan
pelatihan yang telah ditempuh PNS, namun dalam hal struktur jabatan dan
eselonering yang tidak terisi masih ada sekitar 6,64% atau sekitar 37 jabatan yang
belum terisi, hal ini disebabkan banyak PNS yang purna tugas di akhir tahun 2016.

Dalam hal penegakan disiplin Pemerintah Kabupaten Wonosobo, Pada tahun


2016 telah melakukan berbagai upaya melalui program dan kegiatan penegakan
disiplin, sehingga capaian Persentase pegawai ASN yang mendapat Hukuman
Disiplin (Berat, Sedang, Ringan) menurun dibandingkan tahun 2015, namun masih
ada 0,0009% atau sekitar 7 orang yang mendapat Hukuman Disiplin baik hukuman
disiplin berat, sedang maupun ringan.

Permasalahan yang dihadapi dan solusi dalam fungsi penunjang urusan


pemerintahan bidang kepegawaian dan diklat antara lain:
Tabel. III.7
Matriks Permasalahan dan Solusi Fungsi Lain pada Kepegawaian dan Pendidikan dan
Pelatihan
No Permasalahan Solusi
1 Belum ada ukuran kompetensi jabatan Perlu ditetapkan ukuran kompetensi bagi jabatan
untuk penempatan pejabat sesuai dengan tertentu agar penempatan PNS sesuai dengan
kreteria yang dibutuhkan kreteria yang dibutuhkan
2 Belum adanya Roadmap pengembangan Penyusunan Roadmap pengembangan dan
dan pembinaan karir PNS yang jelas pembinaan karir PNS sehingga jenjang karir PNS
dapat lebih jelas dan terarah
3 Pengelolaan SIMPEG/ Sistem Informasi Memaksimalkan aplikasi SIMPEG agar lebih efisien
Kepegawaian belum optimal dan cepat dalam pengelolaan administrasi
kepegawaian

b. Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Perencanaan


1) Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur
Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur yang ada di Bappeda
merupakan salah satu bentuk dukungan pemerintah kabupaten Wonosobo
terhadap Urusan Perencanaan berupa kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Formal,
diantaranya pengiriman peserta Diklat Akuntansi Accrual dan pengiriman peserta
Training of Trainer (TOT) Aparatur Pemerintah Desa.

44 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
2) Program Perencanaan Pembangunan Daerah
Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintah Daerah memerlukan
perencanaan yang akurat serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap
pembangunan yang dilakukannya. Dalam rangka memberikan arahan pembangunan
yang komperehensif baik secara fisik maupun non fisik dan dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan masyarakat, maka Pemerintah Kabupaten Wonosobo
melaksanakan Program Perencanaan Pembangunan Daerah dengan rincian
kegiatan sebagai berikut :
− Pelaksanaan Musrenbang RKPD Tahun 2018
− Pelaksanaan Musrenbang di 15 Kecamatan
− Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2018
− Pengembangan Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan dan Data
Terintegrasi
− Penyusunan RPJMD 2016-2021 dan Fasilitasi Penyusunan Renstra SKPD
− Penyusunan RKPD dan KUA PPAS (Perubahan 2016 dan Penetapan 2017)
− Koordinasi Monitoring dan Evaluasi Perencanaan dan Pelaksanaan
Pembangunan Daerah Tahun 2016
− Review RPJP Kabupaten Wonosobo
− Fasilitasi Laporan Terintegrasi (LKPJ, LPPD, EKPPD)
− Perencanaan T-1 Gambar dan RAB Renovasi Puskesmas

Pelaksanaan kegiatan Musrenbang sebagai basis penyusunan RKPD Tahun 2017


merupakan tahapan perencanaan pembangunan yang diawali dari penyelenggaraan
Musrenbang Desa/Kelurahan, Musrenbang Kecamatan, Forum gabungan OPD, dan
pelaksanaan Musrenbang Kabupaten. Proses musrenbang pada dasarnya mendata
aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang dirumuskan melalui pembahasan di tingkat
desa/kelurahan, dilanjutkan di tingkat kecamatan, dikumpulkan berdasarkan urusan
wajib dan pilihan pemerintahan daerah, dan selanjutnya diolah dan dilakukan
prioritisasi program/kegiatan di tingkat kabupaten/kota oleh Bappeda bersama para
pemangku kepentingan, disesuaikan dengan kemampuan pendanaan dan
kewenangan daerah.

Musrenbang di 15 kecamatan dilaksanakan pada bulan Februari 2016 telah


menghasilkan prioritas kecamatan yang merupakan hasil kesepakatan di forum
musrenbang kecamatan. Hasil musrenbang kecamatan tersebut sebagai
bahan/masukan pada Forum Gabungan OPD, kemudian hasil kesepakatan di Forum
Gabungan OPD ditajamkan pada pelaksanaan Musrenbang Kabupaten bulan maret
2016 yang menghasilkan daftar skala prioritas program dan kegiatan yang diusulkan
oleh stakeholder pembangunan daerah, yang kemudian akan digunakan sebagai
masukan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2017.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang demikian pesat


memberikan peluang bagi pengaksesan pengelolaan, dan pendayagunaan informasi
secara cepat dan akurat sesuai dengan skala prioritas kebutuhan pembangunan
suatu daerah. Dalam rangka mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan dan
terciptanya integrasi, sinkronisasi serta sinergi data perencanaan pembangunan
maka Pemerintah Kabupaten Wonosobo melaksanakan kegiatan Pengembangan
Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan (SIPP) dan Data Terintegrasi.
Pengembangan Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan (SIPP) dan Data
Terintegrasi bertujuan untuk meningkatkan kualitas perencanaan dan data. Dalam

45 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
rangka pengembangan SIPP tersebut, Bappeda bekerja sama dengan PT Integra
Inovasi Indonesia Yogyakarta menyelenggarakan Pelatihan SIPP dengan
narasumber dari PT Integra Inovasi Indonesia dan didampingi oleh Super admin SIPP
Bappeda dalam pengentryan Renja SIPP, Penyusunan modul data primer oleh Tim
Penyusun Modul Data Primer yang terdiri dari Bappeda dan OPD yang telah
menerapkan SIM serta OPD yang terkait dengan data yg diperlukan dalam proses
perencanaan pembangunan Kabupaten Wonosobo. Alamat website SIPP
Kabupaten Wonosobo : www.renda.wonosobokab.go.id

RPJMD Tahun 2016 – 2021 merupakan tahap ketiga dari RPJPD Kabupaten
Wonosobo Tahun 2005 – 2025. Sementara itu Bupati dan Wakil Bupati terpilih
dilantik pada tanggal 17 Februari 2016, sehingga 6 bulan setelah Kepala Daerah
dilantik yaitu pada bulan Agustus 2016 RPJMD harus sudah tersusun. Tahapan dalam
proses penyusunan RPJMD Tahun 2016 – 2021 meliputi penelaahan dokumen yang
relevan, pengolahan data dan analisis sektoral, serta dialog yang melibatkan para
pemangku kepentingan (stakeholder) pembangunan.

Penyusunan RPJMD ini dimaksudkan sebagai wadah untuk


mengimplementasikan visi dan misi kepala daerah terpilih dan merupakan upaya
menjaga kesinambungan pembangunan mengingat dokumen RPJMD sebelumnya
telah habis masa berlakunya. Tujuan penyusunan RPJMD Tahun 2016 – 2021 adalah
sebagai arah dan pedoman pelaksanaan pembangunan selama lima tahun ke depan.
Dengan demikian RPJMD menjadi arah dan pedoman penyusunan Rencana
Strategis (Renstra) seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) serta arah dan
pedoman penyusunan RKPD tiap tahun selama lima tahun ke depan, selain itu
RPJMD juga digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian kinerja darah dan juga
kinerja kepala OPD selama lima tahun ke depan. Berkenaan dengan hal-hal tersebut,
maka pemerintah kabupaten Wonosobo melaksanakan kegiatan Penyusunan
RPJMD 2016-2021 dan Fasilitasi Penyusunan Renstra OPD.

Kegiatan Koordinasi Monitoring dan Evaluasi Perencanaan dan Pelaksanaan


Pembangunan Daerah Tahun 2016 dilakukan untuk mendukung penyusunan
perencanaan pembangunan daerah dalam bentuk monitoring pelaksanaan
Musrenbang Kecamatan untuk penyusunan RKPD 2017, agar penyusunan rencana
dapat dilaksanakan dengan baik dan menghasilkan rencana pembangunan yang
berkualitas, dengan masukan dari hasil pemantauan, evaluasi, dan kajian atau
evaluasi kebijakan.

Penyusunan Dokumen Review RPJPD sebagai bahan/masukan penyempurnaan


Dokumen RPJP Kabupaten Wonosobo sesuai dengan sistematika pada Permendagri
Nomor 54 Tahun 2010 dan isu-isu strategis, dengan melakukan Forum Group
Discussion (FGD) dengan OPD dan lembaga terkait untuk menggali informasi dan
evaluasi pelaksanaan dokumen RPJPD Kab Wonosobo 2005-2025 untuk
menyempurnaan Dokumen Hasil Review, Ekspose dokumen Hasil Review RPJPD.
Penyusunan Dokumen Review RPJPD oleh Tim Review Bappeda dengan didampingi
tenaga ahli/narasumber dari MAP UGM.

Berdasarkan amanat dari Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang


Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dan
Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat
46 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
maka pemerintah kabupaten Wonosobo melaksanakan kegiatan Fasilitasi Laporan
Terintegrasi (LKPJ, LPPD, EKPPD). Kegiatan ini bertujuan melaporkan kinerja
pemerintah kabupaten Wonosobo sesuai pemetaan urusan, dasar penyusunan
LKPJ adalah Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, dasar penyusunan LPPD
berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014.

Dalam rangka konsistensi dan keselarasan program pembangunan serta


penyesuaian kebijakan Pemerintah Daerah, Provinsi dan Pusat maka disusun RKPD
Kabupaten Wonosobo Tahun 2017. Dokumen RKPD Kabupaten Wonosobo Tahun
2017 ini disusun sebagai pedoman bagi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di
Kabupaten Wonosobo untuk penyusunan Rencana Kerja OPD (Renja-OPD) dan
untuk menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran OPD (RKA-OPD) Tahun 2017.
Sedangkan sebagai suatu kesatuan dalam proses perencanaan dan penganggaran
daerah, RKPD Kabupaten Wonosobo Tahun 2017 juga menjadi pedoman untuk
penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) Kabupaten Wonosobo Tahun 2017 dan penyusunan Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Wonosobo tahun
2017. RKPD Tahun 2017 yang telah ditetapkan dalam Peraturan Bupati Wonosobo
Nomor 12 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintahan Daerah Kabupaten
Wonosobo Tahun 2017. Tema yang diangkat pada RKPD Kabupaten Wonosobo
Tahun 2017 yaitu “Pemantapan Kualitas Reformasi Birokrasi untuk Meningkatkan
Daya Saing dan Produktivitas DaerahGuna Mempercepat Penurunan Angka
Kemiskinan”.

Penyusunan KUA PPAS Perubahan Tahun Anggaran 2016 dan Penetapan 2017
mendasarkan pada program prioritas pembangunan yang tertuang dalam Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Wonosobo tahun 2017. KUA PPAS
Perubahan 2016 dan KUA PPAS Penetapan 2017 merupakan acuan dalam
penyusunan Rancangan APBD Perubahan Tahun Anggaran 2016 dan RAPBD
Penetapan 2017. Oleh karena itu pemerintah kabupaten Wonosobo melaksanakan
kegiatan Penyusunan RKPD dan KUA PPAS (Perubahan 2016 dan Penetapan 2017).

Kegiatan Perencanaan T-1 Gambar dan RAB Renovasi Puskesmas pada tahun
2016 merupakan tahap persiapan untuk mendukung terlaksananya renovasi 7
(tujuh) Puskesmas pada tahun 2017 antara lain, Puskesmas Kejajar 1, Puskesmas
Selomerto 2. Puskesmas Kertek 1, Puskesmas Sukoharjo 2, Puskesmas Leksono 2,
Puskesmas Sapuran dan Puskesmas Kepil 1. Hasil kegiatan ini berupa dokumen,
gambar dan RAB renovasi 7 (tujuh) Puskesmas tersebut.

3) Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi


Kegiatan yang dilaksanakan melalui Program Perencanaan Pembangunan
Ekonomi antara lain :
− Fasilitasi Peningkatan Investasi Daerah
− Fasilitasi Kegiatan FEDEP
− Fasilitasi Kegiatan Klaster
− Fasilitasi Wisata Edukasi Berbasis Klaster
− Fasilitasi Klaster UMKM Terintegrasi (DBHCHT)
− Analisis LP2B Kabupaten Wonosobo
− Pendampingan dan FGD PUD
− Fasilitasi Badan Hukum Badan/Lembaga/Ormas

47 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
− Fasilitasi Agropolitan
− Pembuatan Profil Potensi Daerah

Dalam rangka mendorong minat investasi dan meningkatkan pemasaran


produk unggulan daerah maka pemerintah kabupaten Wonosobo melaksanakan
kegiatan Fasilitasi Peningkatan Investasi Daerah. Implementasi dari kegiatan ini
adalah melakukan koordinasi dengan atase perdagangan terkait rencana investasi
perusahaan Singapura di Wonosobo dalam bidang pengolahan dan pemasaran
carica. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini dalah tercapainya
Peningkatan Investasi Daerah dan meningkatnya pemasaran produk unggulan di
Kabupaten Wonosobo.

Fasilitasi Kegiatan FEDEP bertujuan untuk pengembangan ekonomi lokal


berbasis klaster yang dananya bersumber dari bantuan keuangan provinsi dan
kabupaten. Bentuk kegiatannya berupa rapat koordinasi pokja FEDEP, peningkatan
kapasitas klaster melalui pelatihan Role Model Pembuatan SOP klaster gula jawa
dan Pameran Produk Unggulan Daerah. Dalam rangka mempromosikan,
memperluas jaringan pemasaran produk-produk klaster dan meningkatkan iklim
investasi di Kabupaten Wonosobo maka dilakukan kegiatan Promosi Klaster dan
Promosi Investasi dan Produk Unggulan Daerah melalui ajang pameran produk
unggulan UMKM dan klaster di Paragon Mall Semarang. Hasil yang diharapkan dari
kegiatan ini adalah terbentuknya klaster usaha yang mandiri, terjalinnya kemitraan
usaha, tersusunnya rekomendasi kebijakan berupa Dokumen Perencanaan Ekonomi.

Dalam rangka mendorong terbentuknya klaster kategori berkembang,


terstandarisasinya produk gula jawa, bertambahnya jumlah anggota klaster gula
jawa dan meningkatnya jumlah rantai nilai klaster domba maka pemerintah
kabupaten Wonosobo melaksanakan Fasilitasi Kegiatan Klaster. Kegiatan yang telah
dilaksanakan berupa workshop penyusunan bisnis plan klaster domba dan klaster
gula jawa, praktek SOP klaster gula jawa dan workshop pengolahan daging domba.
Hasil fasilitasi kegiatan klaster ini diharapkan mendorong tercapainya Program
Perencanaan Pembangunan Ekonomi.

Pemerintah Kabupaten Wonosobo mengambil inisiatif untuk memanfaatkan


Aula B Terminal Mendolo sebagai rumah produksi sekaligus sebagai tempat wisata
edukasi berbasis klaster dan untuk menampilkan produk unggulan Kabupaten
Wonosobo terutama untuk klaster. Namun sebagai tempat wisata edukasi berbasis
klaster, belum memiliki sarana prasarana yang memadai. Oleh karena itu
pemerintah kabupaten Wonosobo melalui kegiatan Fasilitasi Wisata Edukasi
Berbasis Klaster menyediakan sarana prasarana pendukung berupa meja, kursi, AC,
korden dan sebagainya untuk meningkatkan kapasitas Komplek Wisata Edukasi
Terminal Mendolo sebagai tempat wisata edukasi berbasis klaster yang
representatif.

Untuk mendukung peningkatan promosi dan kerjasama ekonomi serta


investasi pemerintah kabupaten Wonosobo melaksanakan kegiatan Fasilitasi Klaster
UMKM Terintegrasi (DBHCHT). Kegiatan yang telah dilaksanakan berupa pameran
produk unggulan di Komplek Wisata Edukasi Mendolo yang melibatkan klaster dan
UMKM sebagai ajang promosi produk-produk UMKM. Untuk meningkatkan
kapasitas klaster batik, telah dilaksanakan studi lapangan pengembangan batik di
Tuban dengan peserta klaster batik Kabupaten Wonosobo.
48 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Ditengah besarnya tanggung jawab pemerintah untuk mewujudkan ketahanan
pangan, pembangunan pertanian menghadapi permasalahan dan tantangan yang
sangat besar terutama tingginya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian
sebagai akibat pertambahan penduduk. Dalam rangka pengendalian alih fungsi
lahan pertanian pangan, pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Dalam
UU Nomor 41/2009 tersebut dengan jelas disebutkan bahwa Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (LP2B) adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk
dilindungi dan dikembangkan secara konsistem guna menghasilkan pangan pokok
bagi kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. LP2B dapat berupa
lahan beririgasi, lahan reklamasi rawa pasang surut dan non pasang surut (lebak)
dan/atau lahan tidak beririgasi (lahan kering). Dalam rangka menindaklanjuti
ketentuan tersebut di atas maka pada tahun 2016 ini Pemerintah Kabupaten
Wonosobo melakukan kegiatan Analisis LP2B Kabupaten Wonosobo. Kegiatan ini
diharapkan dapat mendorong peningkatan ketahanan pangan dan kedaulatan
pangan di kabupaten Wonosobo. Di samping itu,teridentifikasinya luasan lahan
pertanian yang ditetapkan sebagai LP2B dapat mencegah terjadinya alih fungsi
lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. Dan sebagai dasar penyusunan perda
LP2B Kabupaten Wonosobo.

Pendampingan dan FGD PUD bertujuan untuk mendorong pengembangan


produk unggulan daerah Kabupaten Wonosobo. Realisasi kegiatan berupa
penyelenggaraan “Carica Day” yaitu minum carica bersama secara gratis sebagai
bentuk pengenalan produk unggulan daerah Wonosobo (Carica) yang diikuti oleh
segenap lapisan masyarakat Wonosobo. Disamping itu juga dilaksanakan Forum
Group Discussion (FGD) Produk Unggulan Daerah (PUD) Sehingga dihasilkan Data
Kajian Produk Unggulan Daerah.

Dalam rangka menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah pasal 298 yang mengamanatkan bahwa penerima bantuan
dari pemerintah harus berbadan hukum, maka Pemerintah Kabupaten Wonosobo
berupaya untuk memfasilitasi kelompok masyarakat dan yayasan yang akan
mengajukan pembentukan badan hukum dalam wadah Kegiatan Fasilitasi
Pembentukan Badan Hukum Kelompok Usaha Masyarakat. Pada Tahun 2016
berhasil memfasilitasi pembentukan badan hukum kepada 91 kelompok masyarakat
dan 3 yayasan.

Dalam rangka pengembangan Kawasan Agropolitan Rojonoto sebagai


kawasan strategis dan prospektif yang mempunyai tujuan untuk memicu kegiatan
agribisnis dalam rangka peningkatan perekonomian wilayah, maka pemerintah
kabupaten Wonosobo melaksanakan kegiatan Fasilitasi Agropolitan melalui review
master plan dan rapat-rapat koordinasi. Pengembangan kawasan agropolitan
merupakan pengembangan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani di kawasan
agropolitan. Hasil yang diharapkan adalah bahwa perencanaan kawasan agropolitan
sesuai dengan kondisi eksisting, selain itu diharapkan terjadi peningkatan
pemasaran hasil produksi di kawasan agropolitan.

Pembuatan Profil Potensi Daerah bertujuan untuk meningkatkan minat


Investasi di Kabupaten Wonosobo. Pelaksanaan kegiatan berupa pembuatan film
potensi ekonomi kabupaten Wonosobo yang memuat data-data terkait promosi
49 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
potensi ekonomi dan wisata kabupaten Wonosobo. Hasil kegiatan ini adalah
tersedianya Dokumentasi Profil Potensi Daerah.

4) Program Perencanaan Sosial dan Budaya


Pelaksanaan Program Perencanaan Sosial dan Budaya direalisasikan melalui
kegiatan :
− Fasilitasi Perencanaan PUS (Pendidikan Untuk Semua)
− Pemberdayaan Pendamping PKH
− Fasilitasi Wonosobo Kabupaten Ramah HAM dan Festival Kemanusiaan
Wonosobo Berkelanjutan
− Fasilitasi Pencapaian SDGs
− Fasilitasi Tim KHPPIA
− Fasilitasi TKPKD (Tim Koordinasi Penenggulangan Kemiskinan Daerah)
− Penyusunan RAD Pangan dan Gizi
− Review Masterplan Pendidikan
− Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

Kegiatan Fasilitasi Perencanaan PUS (Pendidikan Untuk Semua) dilaksanakan


melalui forum-forum koordinasi Tim PUS, road show peningkatan pendidikan oleh
Bupati/Wakil Bupati beserta anggota forum PUS ke-15 kecamatan, monitoring ke-15
kecamatan dalam rangka pendataan sekolah ramah anak dan pendataan anak putus
sekolah. Selanjutnya dilakukan penyusunan Laporan Tahunan Pelaksanaan
Pendidikan Untuk Semua (PUS) dalam bentuk buku sebagai dokumentasi hasil
pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Perencanaan PUS 2016.

Sebagai daerah penerima PKH (Program Keluarga Harapan) maka Pemda


Wonosobo berkewajiban untuk menyediakan alokasi APBD Kabupaten. Pada tahun
2016 APBD Kabupaten mengalokasikan untuk kegiatan Pemberdayaan Pendamping
PKH. Realisasi kegiatan ini berupa Pelatihan Peningkatan Kapasitas Bagi
Pendamping PKH 15 kecamatan. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pengelolaan program PKH dan meningkatkan kapasitas pendamping PKH.

Pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Pencapaian SDGs direalisasikan dengan


melakukan Sosialisasi Indikator SDGs untuk seluruh OPD. Tujuan semua OPD dapat
memahami indikator yang akan dilaksanakan di masing-masing OPD yang tertuang
dalam SDGs.
Pelaksanaan Fasilitasi Program Kelangsungan Hidup Pertumbuhan Perkembangan
Ibu dan Anak di Kabupaten Wonosobo ini melalui kegiatan Koordinasi Tim DTPS
MPS, Koordinasi Tim Pokja PAUD, Koordinasi Tim Pokja MBS dan Review Program
KHPPIA. Disamping itu juga melakukan audit sosial maternal perinatal Kematian Ibu
dan Bayi bagi Puskesmas dan Kecamatan dan evaluasi pelayanan ibu hamil di
puskesmas 15 kecamatan. Hasil dari pelaksanaan kegiatan ini yaitu meningkatnya
koordinasi, pengelolaan dan sinkronisasi program KHPPIA di bidang pendidikan dan
kesehatan terutama terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan kesehatan
dan pendidikan ibu dan anak. Selain itu dengan adanya Review Program KHPPIA,
dapat menjadi masukan bagi penyusunan perencanaan pembangunan daerah di
bidang kesehatan dan pendidikan.

Fasilitasi TKPKD (Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah)


merupakan kegiatan yang dananya bersumber dari APBD Provinsi (Bantuan

50 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Provinsi) dan dana penunjang dari APBD Kabupaten. Kegiatan ini bertujuan
meningkatkan koordinasi, pengelolaan dan sinkronisasi Program Penanggulangan
Kemiskinan di Kabupaten Wonosobo dan meningkatkan kapasitas TKPKD.
Pelaksanaan kegiatan berupa studi banding kemiskinan ke Pemda Banyuwangi dan
penyusunan dokumen Laporan LP2KD dan dokumen Laporan Kinerja TKPKD.

Penyusunan dokumen Rencana Aksi Daerah (RAD) Pangan dan Gizi bertujuan
sebagai acuan SKPD dalam merencanakan program pangan dan gizi. Bentuk
kegiatan ini meliputi sosialisasi semua indikator program yang masuk dalam OPD
terkait dan penyusunan dokumen perencanaan RAD

Penyusunan Buku Masterplan Pendidikan sudah dilaksanakan pada tahun 2011,


Sehubungan dengan telah tersusunnya RPJMD 2016 – 2021 maka perlu dilakukan
Penyusunan Evaluasi Buku Masterplan Pendidikan dengan tujuan untuk melakukan
penyesuaian antara strategi pendidikan dengan RPJMD Kabupaten Wonosobo
Tahun 2016 – 2021. Oleh karena itu pemerintah kabupaten Wonosobo melaksanakan
kegiatan Review Masterplan Pendidikan yang melibatkan pihak ketiga dalam
penyusunan buku tersebut yang penyusunannya selesai pada bulan November 2016.
Hasil kegiatan ini berupa Buku Evaluasi Masterplan Pendidikan.

Kegiatan Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)


merupakan kegiatan yang dananya bersumber dari dana bantuan Provinsi. Dalam
rangka mendorong peningkatan konsumsi garam beryodium bagi masyarakat, maka
pemerintah kabupaten Wonosobo mengalokasikan dana penunjang yang
bersumber dari APBD Kabupaten melalui kegiatan Penanggulangan GAKY. Kegiatan
ini meliputi Sidak Pasar dan pembelian alat tes kit dan bahan untuk melakukan tes
tingkat konsumsi garam beryodium masyarakat yang sesuai SNI. Hasil sidak pasar
disosialisasikan kepada semua Camat. Pelaksanaan kegiatan ini dituangkan dalam
Laporan Hasil Kegiatan Penanggulangan GAKY.

5) Program Perencanaan Prasarana Wilayah Dan Sumber Daya Alam


Realisasi pelaksanaan program Program Perencanaan Prasarana Wilayah Dan
Sumber Daya Alam dilaksanakan melalui kegiatan Fasilitasi Program Pusat (
Pamsimas, Mitra Prima, PPSP, PPIP, dll.). Fasilitasi Program Pusat (Pamsimas, Mitra
Prima, PPSP) merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk pengawalan proses
terhadap program-program yang dilaksanakan pemerintah pusat di wilayah
Kabupaten Wonosobo seperti kegiatan PAMSIMAS, Penyusunan JAKSTRADA,
inventarisasi bangunan-bangunan bersejarah sebagai bahan masukan Wonosobo
Kota Pusaka dan kebutuhan dokumen RPIJM.

Capaian kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan Daerah secara umum


sudah dilaksanakan. Dalam rangka mewujudkan perubahan yang dilakukan secara
terencana dan sistematik menuju suatu kondisi yang lebih baik maka Pemerintah
Kabupaten Wonosobo mempunyai dokumen perencanaan, yang terdiri atas
perencanaan jangka panjang (RPJPD) untuk perencanaan 20 tahunan dan
perencanaan jangka menengah (RPJMD) untuk perencanaan pembangunan 5
tahunan. Masing-masing dokumen perencanaan tersebut telah berketetapan
hukum melalui Peraturan Daerah Perda nomor 1 Tahun 2010 tentang tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005 - 2025 dan
Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2016–2021.
51 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Dalam rangka penyusunan dokumen rencana tahunan (RKPD) diperlukan
koordinasi tahun 2017. Dokumen RKPD tahun 2017 tersebut ditetapkan melalui
Peraturan Bupati No. 12 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintahan Daerah
Kabupaten Wonosobo Tahun 2017.Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa perencanaan
pembangunan daerah harus didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan, dan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah Pasal 247 disebutkan pula perencanaan pembangunan
daerah didasarkan pada data dan informasi yang dikelola dalam sistem informasi
pembangunan Daerah (data profil). Sistem Informasi Pembangunan Daerah atau
yang disingkat SIPD ini merupakan instrumen pendukung program pembangunan
daerah yang amat penting dan strategis sebagai upaya memperkuat perencanaan
pembangunan daerah. SIPD merupakan sistem pengelolaan data informasi untuk
mendukung perencanaan, pengendalian dan analisa kinerja daerah dengan
pemanfaatan sistem informasi. SIPD ini merupakan dokumen hasil pengolahan data
dan informasi yang berasal dari seluruh SKPD dan instansi vertikal di Kabupaten
Wonosobo. Pengembangan sistem ini secara umum diharapkan akan dapat
meningkatkan kapasitas Kabupaten Wonosobo dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah.
Tabel III.8
Capaian Kinerja Fungi Penunjang Urusan Pemerintahan
Bidang Perencanaan Tahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021
Capaian
Capaian Target %Capaian kinerja
NO Indikator Kinerja Program Kinerja
Kinerja 2015 2016 terhadap target
2016
% Tersedianya informasi RTR wilayah
1 Kabupaten beserta rencana rinci melalui 68,75% 73,96% 68,75% 92,96
peta analog dan dilegalisasi
2 % RDTR yang dilegalisasi 0 0 0 #DIV/0!
% dokumen perencanaan pembangunan
3 70% 80% 100% 125,00
daerah yang ditetapkan tepat waktu
% kesesuaian program dalam RKPD
4 85% 90% 100% 111,11
dengan program dalam RPJMD
% kesesuaian program dalam Renja
5 70% 80% DTT
SKPD dengan program dalam RKPD

2,8085 >3 2,9632 belum tercapai


Peringkat dan status kinerja
6
penyelenggaraan Pemerintah Daerah (sangat
(tinggi) (tinggi)
tinggi)
% OPD menyusun dokumen perencanaan
7 70% 80% 100% 125,00
(Renja OPD) tepat waktu
8 % serapan kegiatan dan anggaran 86,78% 90% 89,83% 99,81
% aparat perencana yang memiliki
9 26% 30% 36% 120,00
sertifikat diklat perencanaan
% keterisian format data dan informasi
10 80% 100% 100% 100,00
dalam SIPD
% ketersediaan data dan informasi
11 DTT 100% 77% 77,00
perencanaan pembangunan daerah
% dokumen perencanaan sosbud yang
12 75% 80% 70% 87,50
terimplementasi dalam kegiatan OPD
% kenaikan jumlah desa yang menjadi
16 0% 3% 0% 0,00
pusat pertumbuhan
52 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tingkat aksesibilitas (panjang jalan,/luas
17 79,20% 79,33 79,20% 1,00
wilayah)
% kegiatan PD yang sesuai dengan
18 DTT 70% 50% 71,43
perencanaan wilayah dan SDA
% kawasan strategis cepat tumbuh
19 0% 20% 0% 0,00
(KSCT) yang dilegalisasi
% panjang jalan kawasan perbatasan
20 40% 45%
dalam kondisi baik dan sedang

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam rangka pelaksanaan Urusan


Perencanaan Pembangunan, yaitu :
Tabel III.9
Matriks Permasalahan dan Solusi pada Fungsi Penunjang
Urusan Pemerintahan Bidang Perencanaan
No Masalah Solusi
1. Proses perencanaan teknokratik yang berbasis
pada data sekunder dan primer, baik dari hasil
monitoring dan evaluasi maupun hasil
kajian/telahaan, dianggap masih belum
memadai sehingga kekuatan data dan informasi
dalam memproyeksikan arah pembangunan
berikutnya masih lemah
2. Kemampuan masyarakat dalam mengidentifikasi Peningkatkan pemahaman masyarakat
kebutuhan pembangunan masih kurang, hanya tentang skala prioritas dan
terfokus pada kebutuhan pembangunan kewenangan daerah melalui berbagai
infrstruktur, kebutuhan pembangunan ekonomi media, seperti : pameran perencanaan
dan sosial budaya belum tergali dengan baik. pembangunan , media cetakan
(Leaflet, booklet, poster) video
informasi tentang perencanaan
pembangunan.
3. Tingkat partisipasi masyarakat dalam Perlunya penetapan pagu wilayah
musyawarah perencanaan pembangunan masih kecamatan (PWK) untuk memberikan
rendah disebabkan oleh menurunnya batasan dan efektifitas pelaksanaan
kepercayaan masyarakat terhadap pelaksanaan Musrenbang Kecamatan, dimana PWK
Musrenbang ini akan digunakan sebagai pagu
indikatif usulan kegiatan Musrenbang
tingkat kecamatan yang akan
memberikan garansi kepada
masyarakat terkait hasil usulan yang
telah disepakati dalam Musrenbang
Kecamatan.
4. Belum optimalnya kesinambungan antara Mengoptimalkan fungsi perencanaan
proses perencanaan dan proses penganggaran, program dan anggaran dengan
serta belum konsistennya proses politik dalam peningkatan koordinasi antara institusi
menerjemahkan dokumen perencanaan menjadi perencana dengan institusi
dokumen anggaran penganggaran serta mengintegrasikan
proses politik sejak awal.
5. Adanya ego atau kepentingan antarsektor yang − Peningkatan efektifitas koordinasi
seringkali dinyatakan sebagai kesulitan untuk dan pengendalian pelaksanaan
melakukan koordinasi, sehingga persoalan yang program/ kegiatan
bersifat lintas sektor seringkali ditangani secara − Meningkatkan komunikasi,
parsial dan terfragmentasi sehingga cenderung koordinasi, dan kerjasama antar
tidak menyentuh atau menyelesaikan persoalan daerah dan antar instansi dalam
yang sebenarnya; penyusunan dokumen
perencanaan daerah.

53 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
c. Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Penelitian Dan Pengembangan
Kegiatan Optimalisasi Kreatifitas dan Inovasi Daerah di Kabupaten Wonosobo
merupakan kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan secara mandiri oleh
masyarakat dan menghasilkan produk-produk inovatif. Melalui ajang Lomba Krenova
(Kreatifitas dan Inovasi Masyarakat) para kreator dan inovator Kabupaten Wonosobo
diberi kesempatan untuk menampilkan produk-produk inovatif temuannya, baik
berupa produk baru maupun inovasi pengembangan terhadap produk yang sudah ada.
Lomba Krenova diselenggarakan rutin setiap tahun sejak tahun 2012 merupakan salah
satu wadah dan sarana untuk menggali dan menyalurkan berbagai ide, kreasi dan
inovasi masyarakat Wonosobo. Diharapkan dengan kegiatan ini, masyarakat
Wonosobo semakin gemar untuk berkreasi mencurahkan ide-ide baru serta melakukan
inovasi dalam berbagai sektor pembangunan sehingga diperoleh berbagai kemajuan
baru baik berupa ilmu pengetahuan, teknologi-teknologi terapan, maupun produk-
produk baru yang siap dipasarkan. Lomba Krenova tahun 2016 mengukuhkan enam
produk inovatif sebagai pemenang, yaitu :
1. Greened penyaring air dari sekam jerami oleh siswa-siswi SMAN Wadaslintang
sebagai pemenang pertama. Produk penyaring air ini sudah diproduksi dan dijual
kepada masyarakat luas dengan harga yang bersaing dibanding dengan produk
sejenis buatan luar negeri.
2. Alat tangkap serangga oleh Yudik Priyanto dari Selomerto sebagai pemenang
kedua. Alat ini sudah diujicoba di areal persawahan bawang merah dan masih
berupa prototype yang terus disempurnakan.
3. Mie Ongklok Instan oleh Desta Adi Hatmoko dari Wonosobo sebagai pemenang
ketiga. Mie ongklok yang merupakan makanan khas Wonosobo dan biasanya
hanya bisa dinikmati secara langsung di tempat penjualnya, diolah menjadi
makanan instan yang bisa dibawa kemana-mana sebagai oleh-oleh. Produk mie
ongklok instan ini telah diproduksi dan dipasarkan di berbagai toko oleh-oleh.
4. Sprayer elektrik oleh Agus Surono dari Wadaslintang, sebagai pemenang
keempat. Sprayer elektrik ini merupakan alat bantu dalam pengolahan pertanian
untuk menyemprot pestisida yang dimodifikasi menggunakan tenaga baterai
sehingga lebih mudah digunakan. Produk ini masih berupa prototype yang masih
terus disempurnakan.
5. Kerajinan tangan miniatur kendaraan oleh Jumal sebagai pemenang kelima,
merupakan kerajinan yang dibuat secara hand made berupa miniatur kendaraan
seperti bis, mobil dan dokar. Produk kerajinan ini sudah diproduksi dan
dipasarkan kepada masyarakat luas.
6. Jemuran elektrik oleh Agus Suja’i sebagai pemenang keenam, merupakan alat
untuk menjemur pakaian menggunakan tenaga listrik untuk menjawab
kebutuhan masyarakat Wonosobo yang kadang mengalami kesulitan dalam
menjemur pakaiannya karena kondisi cuaca yang didominasi oleh hujan. Produk
ini masih berupa prototype yang masih terus disempurnakan.

Dalam kegiatan Fasilitasi Riset dan Inovasi Daerah telah dilakukan beberapa riset
dan kajian, salah satu diantaranya dalah Kajian Geopark Dieng. Geopark merupakan
taman bumi atau kawasan wisata geologi yang memadukan keragaman geologi, hayati
dan budaya dan saat ini telah resmi menjadi program UNESCO. Melalui kajian ini
dilakukan identifikasi terhadap geosite dan geoheritage (warisan geologi) serta sosial
heritage dan cultur diversity (lingkungan sosial dan warisan budaya) sebagai
pendukung untuk dikukuhkannya Dieng sebagai Geopark Nasional yang nantinya akan
diusulkan untuk diakui dan menjadi anggota UNESCO Global Geopark (UGG).

54 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Salah satu kegiatan riset bidang lingkungan hidup adalah Kajian Kerusakan
Lingkungan Akibat Pertambangan Minerba. Kajian ini dilakukan terutama mengingat
sektor pertambangan terutama galian C intensitasnya cukup tinggi dan sebarannya
cukup luas di Kabupaten Wonosobo. Hasil kajian dapat disimpulkan bahwa di banyak
lokasi penambangan kerusakan lahan yang ditimbulkan sudah masuk kategori rusak
berat sedangkan di beberapa lokasi lainnya masuk kategori rusak sedang.
Rekomendasi yang disarankan untuk meminimalisir dampak kerusakan lahan adalah
dengan melakukan upaya reklamasi dengan memanfaatkan lahan bekas galian menjadi
rest area, pertanian maupun permukiman serta penanaman tanaman keras di areal
penambangan sesuai dengan tanaman aslinya.

Kegiatan riset atau kajian lainnya diantaranya kajian pelestarian dan


pengembangan ternak domba Wonosobo, kajian kompetitif produk unggulan desa
menuju OVOP, kajian indeks-indeks sosial, kajian benchmarking aplikasi webgis, dan
kajian sentra UKM. Kajian pelestarian dan pengembangan ternak domba Wonosobo
dilakukan mengingat varietas domba Wonosobo atau yang dikenal sebagai dombos
sudah mulai langka dan sulit ditemukan. Varietas jenis ini merupakan percampuran
antara domba jenis Texel dengan domba lokal ekor tipis (DET), sehingga menghasilkan
domba yang memiliki bobot hampir dua kali lipat domba lokal. Dengan kajian tersebut
diharapkan varietas dombos dapat dilestarikan keberadaannya dan jumlah populasinya
meningkat serta proses pengembangan dan pengembangbiakannya dapat dilakukan
dengan mudah oleh para peternak dan masyarakat Wonosobo. Kegiatan ini
dilaksanakan di kelompok ternak dombos Desa Wonosari dan Purwojiwo Kecamatan
Kalikajar. Upaya pelestarian varietas ini juga dilakukan dengan dikeluarkannya
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 2915/Kpts/Ot.140/6/2011 tentang Penetapan
Rumpun Domba Wonosobo yang menetapkan dombos menjadi kekayaan sumber daya
genetik ternak asli Indonesia umumnya dan Wonosobo pada khususnya yang perlu
dilindungi dan dilestarikan.

Penelitian dan Pengembangan yang telah dilakukan selama tahun 2016 dilakukan
oleh beberapa Organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten Wonosobo baik dengan
menfasilitasi masyarakat yang melakukan inovasi produk secara mandiri maupun
dengan melakukan riset bekerjasama dengan lembaga lain. Berbagai kegiatan riset
maupun kajian yang dilakukan menghasilkan beberapa produk inovasi baru maupun
rekomendasi-rekomendasi kebijakan yang bermanfaat untuk kegiatan perencanaan
dan pembangunan selanjutnya.

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Sistem Nasional


Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi kegiatan
penelitian dan pengembangan pada prinsipnya diupayakan dalam rangka peningkatan
penguasaan terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta menginformasikan hasil-
hasil penelitian dan pengembangan tersebut seluas-luasnya kepada masyarakat.
Berbagai hasil dari penenelitian dan pengembangan baik berupa inovasi produk atau
layanan maupun rekomendasi-rekomendasi kebijakan diharapkan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi yang berbasis daya saing dan juga mendorong proses
perencanaan dan pembangunan yang lebih baik serta tepat sasaran sehingga pada
gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Berbagai hasil kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh


masyarakat berupa produk-produk inovasi yang dihasilkan dari Lomba Krenova selama
tiga tahun terakhir telah dipublikasikan dalam bentuk Buku Karya Inovasi Masyarakat
55 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Wonosobo, sementara berbagai hasil kajian dalam bentuk rekomendasi kebijakan juga
telah diekspose dan diinformasikan melalui berbagai forum diskusi yang dilaksanakan
oleh masing-masing Organisasi Perangkat Daerah penyelenggara kajian-kajian
tersebut.

Dalam penyelenggaran urusan penelitian dan pengembangan terdapat beberapa


permasalahan yang memerlukan solusi/upaya yang perlu dilakukan sebagaimana
termuat dalam tabel berikut :
Tabel III.10
Permasalahan dan Solusi pada Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang
Penelitian dan Pengembangan
No. Permasalahan Solusi/Upaya yang perlu dilakukan
1. Masih kurangnya kerjasama antara pemerintah Kerjasama antara pemerintah daerah
daerah dengan perguruan tinggi, dan lembaga dengan berbagai perguruan tinggi dan
litbang dalam kegiatan penelitian, pengembangan, lembaga litbang dalam kegiatan
perekayasaan dan inovasi. penelitian, pengembangan,
2. Masih minimnya upaya alih teknologi, kekayaan perekayasaan dan inovasi serta
intelektual serta hasil-hasil penelitian dan penyebarluasan informasi mengenai
pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah hasil-hasilnya masih harus ditingkatkan
daerah, perguruan tinggi dan lembaga litbang. dengan memperhatikan berbagai jenis
Belum maksimalnya penyebarluasan informasi penelitian pengembangan,
hasil-hasil penelitian dan pengembangan, perekayasaan dan inovasi yang
perekayasaan dan inovasi kepada masyarakat luas. dibutuhkan masyarakat. Termasuk di
dalamnya berbagai upaya diseminasi
atau penguasaan masyarakat terhadap
hasil-hasilnya.
3. Masih rendahnya budaya, kesadaran dan motivasi Upaya mendorong motivasi dan
masyarakat untuk melakukan penguasaan kesadaran masyarakat untuk menyukai
terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan menguasai Ilmu Pengetahuan dan
serta melakukan penelitian, pengembangan, Teknologi (IPTEK) dilakukan terutama
perekayasaan dan inovasi sederhana yang kepada para siswa sekolah berbagai
bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat secara tingkatan, sehingga akan mendorong
mandiri. budaya inovasi teknologi dan tidak
hanya sekedar menjadi pemakai
teknologi saja.

d. Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Keuangan


Kinerja pengelolaan keuangan dapat dilihat dari ketaatan terhadap azas
pengelolaan keuangan salah satunya adalah opini BPK. Pemerintah Kabupaten
Wonosobo mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) karena pengelolaan
aset daerah yang belum tertib. Penyampaian laporan keuangan dan kinerja belum
semuanya tepat waktu hal ini terjadi karena adanya perubahan SOTK OPD. Terjadi
penurunan persentase belanja pegawai terhadap total belanja dan kenaikan rasio PAD
terhadap total pendapatan daerah merupakan indikator adanya peningkatan kinerja
pengelolaan keuangan daerah. Secara lengkap capaian indikator RPJMD tahun 2016
tersaji dalam tabel berikut ini :

56 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel. III.11
Capaian Kinerja Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan
Bidang Keuangan Tahun 2016
Capaian Kinerja

No. Indikator Kinerja Program Target Tahun %Capaian


Capaian Tahun 2015 Capaian 2016
2016

Sedang
1 Opini BPK WDP WDP -
proses audit

Persentase Pelaporan
2 Capaian Kinerja dan 65% 100% 90% 90,00
Keuangan tepat waktu

3 Predikat SAKIP C B CC
Persentase tersedianya 7
layanan informasi jasa
konstruksi tingkat
4 75% 80% 80% 100,00
kabupaten pada Sistem
Informasi Pembinaan Jasa
Konstruksi (SIPJAK)
Persentase tersedianya
layanan IUJK dengan waktu
5 penerbitan paling lama 10 100% 100% 100% 100,00
hari kerja setelah
persyaratan lengkap
Persentase ketepatan
waktu penyampaian
6 laporan keuangan dan 90% 100% 90% 90,00
kinerja berdasarkan PP
No.58 Tahun 2005
Persentase ketepatan
waktu penyampaian
7 laporan 100% 100% 90% 90,00
pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD
Persentase SKPD yang
8 melaporkan inventaris 55% 70% 80% 114,29
barang tepat waktu
Persentase belanja pegawai
9 55% menurun 47,54% menurun
terhadap total belanja
Perrsentase realisasi
10 47% 75% 73,57% 98,09
belanja modal
Persentase realisasi belanja
11 DTD 100% 97,86% 97,86
pemeliharaan infrastruktur
Persentase belanja modal
12 terhadap total belanja 16,38% meningkat 17,12% meningkat
daerah
Persentase belanja barang
13 dan jasa terhdap total 14,16% meningkat 19,25% meningkat
belanja
Persentase realisasi belanja
14 85% 90% 85,54% 95,04
barang dan jasa

Rasio SILPA terhadap total


15 13,32% 11,98% 11,43% 95,41
pendapatan daerah

57 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Capaian Kinerja

No. Indikator Kinerja Program Target Tahun %Capaian


Capaian Tahun 2015 Capaian 2016
2016

Persentase realisasi belanja


16 DTD 100% 85,00% 85,00
barang jasa (eks BAU)
Persentase realisasi belanja
17 pelayanan administrasi DTD 100% 79,83% 79,83
perkantoran
Persentase realisasi belanja
18 pemeliharaan sarpras DTD 100% 97,86% 97,86
aparatur
Persentase aset daerah
19 DTD 75% 80,00% 106,67
dalam kondisi baik

Persentase realisasi belanja


20 DTD 90% 73,56% 81,73
modal sarpras aparatur

Permasalahan yang dihadapi dalam fungsi penunjang urusan pemerintahan bidang


keuangan antara lain :
− Aplikasi pengelolaan barang milik daerah belum terintegrasi dengan aplikasi
pengeloaan keuangan daerah.
− Upaya meningkatan kemampuan sumber daya manusia pengelola barang
milik daerah belum optimal.
Solusi pemecahan masalah :
− Aplikasi pengelolaan barang milik daerah harus terintegrasi dengan aplikasi
keuangan daerah.
− Dibutuhkan komitmen dari Pengguna Barang untuk menunjuk Pengurus
Barang yang mempunyai kompetensi sesuai standar

e. Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Pembinaan dan Pengawasan


1) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Program ini bertujuan untuk penguatan dan peningkatan kualitas sumber daya
Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP). Berbagai kegiatan untuk mendukung
program ini diantaranya pendidikan dan pelatihan formal bagi 10 APIP di Kabupaten
Wonosobo, Peningkatan kualitas sumber daya pengawasan dengan melakukan
Bimtek tentang Pelaksanaan Review kinerja dalam pengelolaan dana desa,
peningkatan kapasitas APIP dengan melakukan Bimtek tentang Pelaksanaan
Review RKA untuk mendukung siklus perencanaan tepat waktu.

2) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan


Keuangan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan capaian kinerja penyelenggaraan
Pemerintahan daerah dan capaian kinerja keuangan. Berbagai kegiatan untuk
mendukung program ini diantaranya Penyusunan Reviu LKPD/SKPD se-Kabupaten
Wonosobo Tahun 2016, gelar pengawasan dan Reviu Penyerapan Anggaran (PA),
Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ), dan Monitoring Penyerapan dan Penggunaan
Dana Desa Tahun 2016 yang dilakukan setiap triwulan.

58 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Penyusunan Reviu LKPD/SKPD se-Kabupaten Wonosobo Tahun 2016,
dilaksanakan dengan melakukan pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan 25 OPD
di Kabupaten Wonosobo. Dengan kegiatan ini diharapkan Laporan Keuangan
Daerah Tahun Anggaran 2016 yang disampaikan telah berdasarkan Sistem
Pengendalian Intern (SPI) yang memadai dan sesuai Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP).

Agar akuntabilitas, efektifitas dan efisiensi pelaksanakan program pemerintah


Kabupaten Wonosobo dan persentase Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan baik itu
pemeriksaan yang dilakukan oleh pengawas Internal (APIP) ataupun Pengawas
Eksternal (Inspektorat Provinsi Jawa tengah, BPKP dan BPK Perwakilan Jawa
Tengah) meningkat Pemerintah Kabupaten mengadakan Gelar Pengawasan Daerah
(Larwasda) atas semua temuan hasil pemeriksaan baik pengawas internal maupun
eksternal. Kegiatan ini merupakan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun
1995 Tanggal 21 Agustus 1995 tentang Penyelenggaraan Gelar Pengawasan Daerah
dan Temu Karya Pengawasan di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan
Pemerintah Daerah serta Surat Menteri Dalam Negeri Tanggal 19 September 1995
Nomor 050/623/a.3/IJ perihal Petunjuk Teknis Instruksi Menteri Dalam Negeri
Nomor 35 Tahun 1995.

Selain itu Kabupaten Wonosobo juga telah melaksanakan Reviu Penyerapan


Anggaran (PA), Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ), dan Monitoring Penyerapan dan
Penggunaan Dana Desa Tahun 2016 yang dilakukan setiap triwulan. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai ketepatan waktu rencana penyerapan
anggaran, pengadaan barang/jasa serta penggunaan dana desa serta dapat
memonitor perkembangan penyerapan Anggaran, pengadaan barang/jasa, dan
penyerapan dana Desa oleh OPD dan Desa di Kabupaten Wonosobo.

3) Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan


Kebijakan KDH
Program ini bertujuan untuk mengoptimalkan Sistem Pengawasan dan
Pengendalian Penyelenggaraan Pemerintahan (SPIP) di lingkungan Pemerintahan
Kabupaten Wonosobo. Berbagai kegiatan untuk mendukung program ini
diantaranya:
− Pembentukan satgas SPIP Tingkat Kabupaten Wonosobo dan sosialisasi SPIP
kepada 70 Pejabat/PNS yang menangani perencanaan, evaluasi dan pelaporan
pada masing-masing OPD di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Wonosobo.
− Pengelolaan LP2P (Laporan Pajak-Pajak Pribadi) dan LHKPN (Laporan Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara). Kegiatan ini dilaksanakan melalui sosialisasi
Pengisian blangko LP2P dan Cara Pelaporan LP2P agar Pelaporan semua pajak
pribadi (pajak penghasilan) semua pegawai di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Wonosobo kepada Kementerian Keuangan tepat waktu dan update.
− Pendampingan/Asistensi Pemeriksaan Aparat Penegak Hukum, Pengawas
Eksternal, Penanganan Pengaduan Masyarakat dan Pemeriksaan Khusus.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan agar tercapai keselarasan hubungan
antara pengawas internal (APIP) dengan Pengawas Eksternal (BPK) serta
Aparat Penegak Hukum (Kepolisian dan Kejaksaan) dalam pelaksanaan
pengawasan. Bentuk pendampingan/ asistensi dilakukan dengan Pelaksanaan
pemeriksaan khusus atas permintaan bantuan dari APH (Aparat Penegak
Hukum) terkait perhitungan kerugian negara, pendampingan audit pengawas
eksternal (BPK) baik terkait pemeriksaan LKD dan Pemantauan TPTGR,
59 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
pelaksanaan pemeriksaan atas Pengaduan Masyarakat yang diterima langsung
ataupun melalui lembaga lain dan monitoring Inspektur atas pelaksanaan
penanganan Pengaduan Masyarakat.
− Reviu RKA
Maksud dilaksanakan Reviu RKA adalah untuk memberikan keyakinan terbatas
bahwa RKA OPD telah disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD), Rencana Kerja OPD dan Pagu Anggaran serta kelayakan anggaran
terhadap sasaran indikator kinerja program yang direncanakan agar kualitas
perencanaan penganggaran meningkat.
− Sosialisasi LHKASN (Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara) dan
Perekaman Data ke Apikasi SIHARKA
− Menindaklanjuti Surat Edaran Menteri PAN dan RB Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Kewajiban Penyampaian Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara
(LHKASN) di lingkungan Instansi Pemerintah, Pemerintah kabupaten Wonosobo
pada Tahun 2016 mengadakan acara sosialisasi LHKASN kepada 55 pejabat
sruktural yang menangani Kepegawaian di masing-masing OPD di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Wonosobo.
− Sosialisasi ini bertujuan agar PNS di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten
Wonosobo memiliki pemahaman yang sama dalam pengisian LHKASN. LHKASN
merupakan dokumen penyampaian harta kekayaan PNS yang dimiliki dan
dikuasai sebagai bentuk transparansi aparatur sipil negara. Form pengisian
LHKASN yang harus diisi setiap PNS terdiri dari data pribadi dan keluarga, harta
kekayaan, penghasilan, pengeluaran, serta surat pernyataan. Rincian LHKASN
terkait harta kekayaan yang harus dilaporkan terdiri dari harta tidak bergerak,
harta bergerak, surat berharga, kas (tabungan, deposito, dll), serta
piutang/hutang. Sementara untuk komponen penghasilan yang harus
dilaporkan antara lain, penghasilan dari jabatan, penghasilan dari profesi,
penghasilan dari usaha lain, penghasilan dari hibah/lainnya, serta penghasilan
dari suami/istri yang bekerja. Sedangkan perekaman data ke aplikasi tersebut
dilaksanakan dengan tujuan agar laporan semua harta kekayaan
pejabat/pegawai di lingkungan Pemerintah Kabupaten Wonosobo dapat
terinput kedalam aplikasi SIHARKA sehingga dapat terpantau perkembangan
pelaporannya oleh Pemerintah Pusat secara Real Time dan Update.
− Peningkatan Kapasitas Pengawas dalam Pelaksanaan Pengawasan Perencanaan
dan Penganggaran Responsive Gender (PPRG)
− Kegiatan ini merupakan tindak lanjut Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014
Tentang Pedoman Pengawasan Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran
yang Responsif Gender untuk Pemerintah Daerah. Kegiatan ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pengawasan
terhadap pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran Responsive Gender
(PPRG) di OPD Kabupaten Wonosobo.

Capaian fungsi lain urusan pemerintahan bidang pengawasan pada akhir tahun
2016 jika dilihat dari Indikator Kinerja Berdasarkan RPJMD Kabupaten Wonosobo
Tahun 2016-2021 dapat dilihat pada tabel berikut:

60 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel. III. 12
Capaian Kinerja Fungsi Lain Urusan Pemerintahan Bidang Pengawasan Tahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021
Capaian Kinerja
No. Indikator Kinerja Program Capaian Tahun Capaian Tahun 2016
2015
1 Persentase tindak lanjut hasil 71,45% - Persentase Tindak Lanjut
pemeriksaan aparatur internal dan atas pemeriksaan Inspektorat
BPK Kabupaten Wonosobo:
57,58%
- Persentase Tindak Lanjut
atas pemeriksaan Inspektorat
Provinsi Jawa Tengah: 88,73%
- Persentase Tindak Lanjut
atas pemeriksaan BPK : 70,15%
2 Level APIP 1 1,3
3 Persentase kasus yang dilaporkan DTD Belum ada
melalui whistle blowing system
4 Persentase OPD yang menerapkan 0% 0%
SPIP
Sumber: Inspektorat, 2017

Capaian kinerja fungsi lain urusan pemerintahan bidang pengawasan pada


tahun 2016 adalah persentase tindak lanjut hasil pemeriksaan aparatur internal atas
pemeriksaan Inspektorat Kabupaten Wonosobo sebesar 57,58%, persentase tindak
lanjut hasil pemeriksaan aparatur internal atas pemeriksaan Inspektorat Provinsi
Jawa Tengah sebesar 88,73% dan persentase tindak lanjut hasil pemeriksaan
aparatur eksternal BPK sebesar 70,15%.

Untuk capaian level APIP Tahun 2016 dibandingkan tahun 2015 mengalami
peningkatan sebesar 0,3 dibandingkan tahun 2015 yaitu 1,3, namun masih 1,3 Initial
artinya APIP belum dapat memberikan jaminan atas proses tata kelola sesuai
peraturan dan belum dapat mencegah korupsi.

Untuk capaian Persentase kasus yang dilaporkan melalui whistle blowing


system dan Persentase OPD yang menerapkan SPIP masih 0%. Hal ini disebabkan
pada tahun 2016 satgas SPIP baru terbentuk dan belum memiliki Whistle Blowing
System yaitu suatu sistem untuk memproses pengaduan/pemberian informasi yang
disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung sehubungan
dengan adanya perbuatan yang melanggar perundang-undangan,
peraturan/standar, kode etik, dan kebijakan, serta tindakan lain yang sejenis
berupa ancaman langsung atas kepentingan umum, serta Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN) yang terjadi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Wonosobo.

Permasalahan yang dihadapi dan solusi dalam penyelenggaraan fungsi lain


urusan pemerintahan bidang pengawasan antara lain :

61 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel. III.13
Matriks Permasalahan dan Solusi
Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Pemerintahan Bidang Pengawasan
No Permasalahan Solusi
1 Kemauan OPD menindaklanjuti terhadap Pimpinan OPD lebih berkomitmen dalam
hasil temuan/ pemeriksaan aparatur menindaklanjuti rekomendasi hasil
internal maupun Eksternal BPK rendah pemeriksaan internal (Inspektorat
Kabupaten dan Inspektorat Provinsi) dan
eksternal (BPK)
2 Kurangnya kesadaran akan pentingnya tata Memperkuat Tata kelola tertib administrasi
kelola tertib administrasi sebagai indikator Pemerintahan
pelevelan APIP, sehingga indikator
pelevelan APIP yang sudah dilaksanakan
diadministrasikan dengan baik
3 Kurangnya koordinator dengan BPKP, Menjalin kerjasama dan koordinasi yang baik
sehingga hal-hal yang menjadi indikator dengan BPKP sehingga indikator pelevelan
pelevelan APIP kurang dipahami APIP dapat dipahami
4 Belum semua OPD membentuk satgas SPIP Melakukan pendampingan dengan BPKP ke
seluruh SKPD dalam penerapan SPIP secara
bertahap

f. Bidang Hukum Dan Penataan Peraturan Perundang-Undangan


1) Program Penataan Peraturan Perundang-undangan
Program Penataan Peraturan Perundangan-undangan bertujuan untuk
meningkatkan efektifitas dalam pengelolaan peraturan perundang-undangan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah. Efektifitas tersebut diantaranya dapat
menurunkan tumpang tindih peraturan dari seluruh tingkatan pemerintahan serta
efektifitas dalam pengelolaan peraturan perundang-undangan. Penataan peraturan
perundang-undangan menjadi hal yang mutlak diperlukan dalam era sekarang ini
untuk menyesuaikan dengan situasi dan perubahan yang begitu cepat dalam rangka
menjamin kepastian hukum dalam menjalankan roda pemerintahan.

Program ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain Penyusunan


Rancangan Peraturan Peraturan Daerah (Raperda). Kegiatan ini bertujuan agar
tersusunnya rancangan peraturan daerah sebagai dasar pelaksanaan pemerintahan
dan pembangunan yang akan dikirim ke DPRD untuk diadakan pembahasan dan
ditetapkan menjadi Perda. Pada tahun 2016 telah dihasilkan 13 peraturan daerah
dengan rincian 3 perda tentang APBD, 1 perda tentang RPJMD tahun 2016-2021 dan
8 perda lainnya yang merupakan raperda yang diagendakan dalam prolegda tahun
2016. Kegiatan lainnya yang dilakukan yaitu Pelaksanaan Ranham dengan output
laporan Ranham Kabupaten Wonosobo setiap tahunnya. Laporan berkala Ranham
Kabupaten Wonosobo bertujuan untuk menyelaraskan rancangan peraturan daerah
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yaitu Peraturan Presiden
Nomor 75 Tahun 2015 Tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun
2015-2019. Pada tahun 2016 Wonosobo mendapat penghargaan sebagai Kota Peduli
HAM (Hak Asasi Manusia).

Salah satu upaya untuk memberikan informasi pengetahuan dan pemahaman


tentang bahaya penyalahgunaan narkoba dan pendidikan anti korupsi bagi pelajar
maka dilaksanakan kegiatan Pembinaan dan Penyuluhan Hukum pada 30 November
2016. Selain itu juga telah dilakukan Sosialisasi Peraturan Daerah yaitu Perda Nomor
2 tahun 2016 tentang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat dan Perda

62 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Nomor 4 tahun 2016 tentang Pengelolaan sampah. Diharapkan dengan telah
tersosialisasikannya kedua perda tersebut, masyarakat dapat memahami hak dan
kewajibannya terkait kedua perda tersebut. Sesuai dengan amanat Peraturan
Menteri Keuangan Nomor Nomor 28/PMK.07/2016 Tentang Penggunaan,
Pemantauan, dan Evaluasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau maka sosialisasi
terhadap peraturan tersebut telah dilakukan pada bulan Juli-September 2016.

Sejak berlakunya Peraturan Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2012 tentang


Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Nasional maka di masing-masing
daerah dilaksanakan kegiatan Pembinaan SDJI yang bertujuan untuk memberikan
kepastian hukum dan kemanfaatan pengelolaan JDIHN. Untuk menyesuaikan
dengan perkembangan teknologi khususnya Penyebarluasan produk-produk
peraturan perundang-undangan daerah melalui sistem online. Kegiatan ini dipantau
oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) yang merupakan pusat jaringan
sedangkan SJDI Kabupaten Wonosobo sebagai unit jaringan, pembinaan dilakukan
satu tahun sekali dengan acara pertemuan berkala JDI Hukum se Indonesia. Selain
itu kegiatan tersebut juga dilakukan melalui pembinaan UJDH level kecamatan.

Dalam rangka peningkatan petugas penyusun peraturan perundang-undangan


pada masing-masing OPD maka dilakukan Bimbingan Teknis Perancang Peraturan
Perundang-undangan pada bulan Juli-September 2016. Kegiatan ini dimaksudkan
agar tersedianya petugas perancang peraturan perundang-undangan yang ada
pada setiap SKPD yang dapat/mampu membuat produk perundang-undangan
khususnya Surat keputusan Bupati, hal tersebut dimaksudkan agar produk Surat
keputusan bupati yang dibuat masing-masing SKPD sesuai dan tidak menyimpang
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2) Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah


Program ini terdiri dari) kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung kinerja
DPRD dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya yaitu legislasi,
budgeting,pengawasan dengan kegiatan sebagai berikut: Reses DPRD, General
check up, Dokumentasi dan Sosialisasi Kinerja DPRD, Workshop DPRD dan
Peningkatan SDM Aparatur Sekretariat DPRD, Pengadaan naskah akademik dan
Raperda, Penyediaan tenaga ahli dan Tim Ahli bagi DPRD, Pelantikan Bupati dan
Wakil Buapti Wonosobo periode 2016-2021, Pengadaan buku Kerja DPRD,
Pengadaan buku Kinerja Komisi DPRD, Apraisal tunjangan perumahan DPRD.

Kegiatan reses DPRD dilaksanakan oleh semua anggota DPRD baik unsur
pimpinan maupun anggota pada daerah pemilihan masing-masing untuk menyerap
aspirasi masyarakat yang diharapkan anggota DPRD dapat menyalurkan aspirasi
masyarakat. Reses dilakukan pada bulan Maret 2016. Hasil dari reses tersebut
diharapkan menjadi salah satu input kegiatan untuk penyusunan dokumen
perencanaan RKPD tahun 2017.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) nomor 52 tahun


2015 tentang penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2016 maka
Kegiatan General Check Up diperuntukkan bagi anggota dewan beserta anggota
keluarganya di rumah sakit umum daerah (RSUD) Setjonegoro.

Dalam rangka mendukung kinerja bagi pimpinan dan anggota DPRD dan
anggota komisi maka pada tahun 2016 dilaksanakan kegiatan Pengadaan Buku Kerja
63 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
DPRD Kab. Wonosobo dan Pengadaan buku Kinerja Komisi DPRD.Capaian Kinerja
Fungsi Lain Hukum Dan Penataan Peraturan Perundang-Undangan termuat dalam
tabel berikut :

Tabel III.14
Capaian Kinerja Fungsi Lain Hukum Dan Penataan Peraturan Perundang-Undangan
berdasarkan Indikator RPJMD 2016-2021
%Capaian
dibandingkan
No Indikator Kinerja Program Capaian 2015 Capaian 2016 dengan
tahun
sebelumnya
1 Rasio realisasi Propemda 13/22= 295,45
5/25
0,59
2 Persentase raperda yang disetujui DPRD 100% 100% 100
3 Rasio perda yang dibatalkan terhadap Raperda 0
DTD-data
dan raperbup yang ditetapkan menjadi perda 0
tidak tersedia
dan perbup
4 Persentase perbup yang ditetapkan terhadap 600
10% 60%
jumlah perbup amanat perda
5 Persentase Raperda inistiatif yang dihasilkan 200
2 4
oleh DPRD
6 Persentase keputusan/ peraturan DPRD yang (18/19*100)= 378,92
25
dihasilkan oleh DPRD 94,73
Sumber : 1. Bag. Hukum Setda Kab. Wonosobo, 2017
2. Sekretariat DPRD Kab. Wonosobo, 2017

Berdasarkan tabel capaian kinerja di atas dapat terlihat bahwa terdapat


kenaikan capaian keenam indikator. Indikator rasio realisasi propemda pada tahun
2016 mencapai 0,59. Secara rinci peraturan daerah yang telah diterbitkan pada
tahun 2016 yaitu :
1. Perda No 1 th 2016 tentang Pemilihan Kepala Desa
2. Perda Nomor 2 tahun 2016 tentang Ketertiban Umum dan Ketentraman
Masyarakat
3. Perda Nomor 3 tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Kabupaten Wonosobo Nomor 27 Tahun 2001 tentang Penyertaan Modal
Pemerintah Kabupaten Wonosobo pada Perseroan terbatas (PT) Bimo Lukar
(Apotik cahaya)
4. Perda Nomor 4 tahun 2016 tentang Pengelolaan Sampah
5. Perda Nomor 5 tahun 2016 tentang Kabupaten Wonosobo ramah hak Asasi
manusia
6. Perda Nomor 6 tahun 2016 tentang Pencalonan, Pengangkatan dan
Pemberhentian Perangkat Desa
7. Perda Nomor 7 tahun 2016 tentang Pencabutan 7 (tujuh) Peraturan daerah
yang Mengatur Desa
8. Perda Nomor 8 tahun 2016 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indoensia
9. Perda Nomor 9 tahun 2016 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah kabupaten Wonosobo TA 2015
10. Perda Nomor 10 tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan jangka Menengah
Daerah kabupaten Wonosobo tahun 2016-2021
11. Perda Nomor 11 tahun 2016 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Wonosobo TA 2016
64 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
12. Perda Nomor 12 tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah Kabupaten Wonosobo
13. Perda Nomor 13 tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah
kabupaten Wonosobo TA 2017

Dalam melaksanakan urusan fungsi hukum dan peraturan perundang-


undangan, beberapa permasalahan dan solusi yang perlu diupayakan yaitu :
Tabel III.15
Matriks Permasalahan dan Solusi
pada Urusan Hukum dan Penataan Perundang-Undangan
No Masalah Solusi
1 Masih terdapat peraturan perundang- Melakukan penyesuaian terhadap aturan-
undangan yang diterbitkan oleh pemerintah aturan yang baru walaupun aturan-aturan
pusat yang tidak saling mendukung antar yang lama belum sepenuhnya dilaksanakan.
kementerian / lembaga sehingga
pelaksanaan di daerah menjadi tidak jelas
2 Masih terdapat ketentuan dalam perundang-
undangan dirasakan kurang peka atau
bahkan bertentangan dengan realitas kondisi
di daerah sehingga sering mengalami
berbagai kendala dalam
pengimplementasiannya
3. Fungsi pengawasan pemerintahan Pihak pemerintah provinsi Jawa tengah
sebagaimana tersebut dalam permendagri harus secara aktif melaporkan hasil
Nomor 53 tahun 2007 tentang pengawasan pengawasan dan pemantauan peraturan
peraturan daerah dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota dan peraturan
daerah tidak optimal sehingga berdampak bupati/walikota kepada Menteri Dalam
pula pada penyusunan perundang-undangan Negeri
daerah yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan diatasnya .

g. UrusanPemberdayaan Masyarakat Dan Desa


1) Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa
Pemerintah Desa dalam menjalankan tugasnya dilapangan akan berhadapan
langsung dengan masyarakat, tentunya dengan kompleksitas permasalahan dan
kebutuhan yang muncul pada tataran bawah. Masyarakat desa pula yang akan
merasakan imbas secara langsung apabila kinerja aparatur desa tidak optimal,
terlebih lagi apabila kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah desa tidak sesuai
dengan permasalahan dan kebutuhan yang ada pada masyarakat desa. Sehingga
perlu adanya upaya untuk meningkatkan kapasitas aparatur desa dengan tujuan
mewujudkan tata kelola pemerintahan desa yang baik dan profesional.

Kegiatan yang dilaksanakan yaitu Bimbingan Teknis untuk memberikan


pembekalan kepada Ketua BPD se-Kabupaten Wonosobo mengenai peran dan
fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa yang dikuti oleh 236 Ketua
BPD sekabupaten Wonosobo.. Disamping itu juga dilaksanakan Obsevasi Lapangan
Kasi Pemerintahan Kecamatan tentang Pengelolaan Dana Transfer Ke Desa, yang
dikuti oleh 15 orang.

Pada tahun 2016 dilaksanakan kegatan fasilitasi Pemilihan Kepala Desa di 30


Desa 14 Kecamatan untuk pengisian jabatan kepala desa yang kosong, kegiatannya
berupa Pembentukan Tim Fasilitasi Pemilihan Kepala Desa di Tk. Kabupaten dan
Kecamatan, penyusunan time schedule PILKADES, pelaksanaan Ujian Tertulis bagi
65 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Desa dengan Bakal Calon lebih dari 5 bakal calon, Pelaksanaan Ujian Tertulis Bakal
Calon Kades, Fasilitasi kelengkapan PILKADES (BOP panitia desa, cetak kartu suara,
kotak suara dan bilik suara, Pelaksanaan monitoring H-1 pelaksanaan PILKADES dan
monitoring hari H PILKADES di 30 desa).

Untuk meningkatkan pengelolaan keuangan desa telah dilaksanakan Pelatihan


Aplikasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES) pada tanggal 28 – 30 November 2016
yang diikuti oleh 236 Admin desa. Sistem Aplikasi ini merupakan sistenm
pengelolaan keuangan desa yang telah dikembangkan oleh INFEST Yogyakarta,
menggandeng TIM TIK Kabupaten Wonosobo.

2) Program Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan bidang


Pemerintahan Desa.
Tujuan dari Program ini adalah untuk menyusun peraturan perundangan
sebagai acuan/pedoman penyelenggaraan pemerintahan desa. Pada tahun 2016
telah berhasil menyusun 7 Peraturan Bupati, yaitu : 1. Penghasilan Kepala Desa dan
Perangkat Desa; 2. Penetapan Besaran SILTAP dan Tunjangan Kepala Desa &
Perangkat Desa; 3. Pedoman Pelaksanaan Dana Transfer Ke Desa Tahun 2016; 4.
Penetapan Besaran DTD 2016 ; 5. Tata Cara PILKADES; 6. Tata Cara Pengisian
Perangkat Desa; 7. Pedoman Pengelolaan Aset Desa

Untuk mengetahui kinerja urusan ini ditetapkan beberapa indikator yang dapat
dilihat seperti dibawah ini :

Tabel III.16
Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tahun 2015 - 2016
Berdasarkan RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2015-2021
% Capaian
Capaian Target Capaian
NO Indikator Kinerja Program kinerja
Kinerja 2015 2016 Kinerja 2016
terhadap target
Persentase desa dengan tipe
1 1,89 6 6,35
swasembada 105,83
2 jumlah BUMDes 20 20 56 280,00
3 Persentase BUMDes aktif 75 78 83 106,41
Persentase pendampingan dalam
pemberdayaan masyarakat yang
4 DTD 20 10
berkelanjutan terhadap kemitraan
pemberdayaan (min 2 tahun) 50,00
Jumlah Badan Kerjasama Antar Desa
5 15 15 15
(BKAD) 100,00
6 Persentase pokmas aktif DTD 40 30 75,00
Persentase nilai swadaya masyarakat
7 DTD 2 4,7
terhadap total nilai APBDes 235,00
Persentase Desa yang memiliki proporsi
8 anggaran swadaya >20% dalam total DTD 2 4,23
APBDes 211,50
Persentase desa yang menetapkan
9 75 100 100
APBDes tepat waktu 100,00
Persentase desa yg menyampaikan
laporan keterangan
10 75 100 100
pertanggungjawaban penyelenggaraan
pemerintahan kepada BPD tepat waktu 100,00

66 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
persentase desa yg menyampaikan
11 laporan penyelenggaraan pemerintahan 99 100 100
kepada bupati tepat waktu 100,00
persentase desa yg menyampaikan
12 laporan penyelenggaraan pemerintahan DTD 100 100
kepada masyarakat tepat waktu 100,00
Persentase Desa yang
13 menginformasikan Rencana 70 100 100
pembangunan desa di ruang public 100,00
Persentase desa yang menetapkan
14 75 100 100
APBDes tepat waktu 100,00
Sumber : Kantor Pemberdayaan Masyarakat, 2016 dan Bagian Pemerintahan Setda, 2016

Dari tabel diatas terlihat bahwa terjadi peningkatan strata desa swasembada dari
1,83 % menjadi 6,35 % atau 15 desa swasembada. Hal ini menunjukan adanya
perkembangan desa baik dilihat dari kemudahan pemenuhan kebutuhan pokok,
alat-alat teknis yang digunakan, keberadaan lembaga-lembaga ekonomi, sosial dan
kebudayaan, keheterogenitas jenis mata pencaharian, tingkat pendidikan dan
kesadaran tentang kesehatan serta kehidupan perekonomian penduduk.

Permasalahan dalam pelaksanaan urusan pemberdayaan masyarakat dan desa serta


upaya yang perlu dilakukan adalah :
Tabel III.17
Matriks Permasalahan dan Solusi
pada Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
NO PERMASALAHAN SOLUSI
1. Masih terbatasnya kapasitas kelembagaan Meningkatkan kapasitas pemerintahan di
pemerintahan di tingkat lokal dan kelembagaan tingkat lokal dalam mengelola
sosial ekonomi untuk mendukung peningkatan pembangunan perdesaan secara
sumber daya pembangunan perdesaan; partisipatif

2. Belum optimalnya peran aktif kelompok masyarakat Perlunya meningkatkan keterlibatan


tertentu dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat lembaga desa dan lembaga
dan pembangunan; kemasyarakatan dalam mendukung
pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
masyarakat dan pembangunan;

3. Masih kurangnya akses/informasi bagi masyarakat Perlunya media informasi dan komunikasi
desa mengenai program pemberdayaan masyarakat yang efektif bagi masyarakat atas akses
desa; informasi program pemberdayaan
masyarakat desa.

h. Urusan Statistik
1) Program Pengembangan Data dan Informasi/Statistik Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional disebutkan bahwa perencanaan
pembangunan daerah harus didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan, dan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah Pasal 247 disebutkan pula perencanaan pembangunan
daerah didasarkan pada data dan informasi yang dikelola dalam sistem informasi
pembangunan Daerah. Selain itu penyusunan Sistem Informasi Pembangunan
Daerah juga berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun
2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah.
67 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Sistem Informasi Pembangunan Daerah atau yang disingkat SIPD ini
merupakan instrumen pendukung program pembangunan daerah yang amat
penting dan strategis sebagai upaya memperkuat perencanaan pembangunan
daerah. SIPD merupakan sistem pengelolaan data informasi untuk mendukung
perencanaan, pengendalian dan analisa kinerja daerah dengan pemanfaatan sistem
informasi.

Pemanfaatan sistem informasi dengan teknologi yang modern bukan


lagi sebagai sebuah trend semata namun sudah menjadi kebutuhan dan
tuntutan untuk memberikan informasi yang lebih cepat, meski pada
pelaksanaannya harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi di daerah. Oleh
karena itu dalam SIPD ini, gambaran data dan informasi yang disajikan tidak
dapat lepas dan menjadi bagian integral dari sistem informasi yang ada pada
pemerintah Provinsi maupun pemerintah Pusat. SIPD ini diharapkan dapat
digunakan sebagai salah satu sarana penunjang kelancaran koordinasi dan
penyampaian informasi, baik kepada pemerintah pusat maupun pemerintah
provinsi serta sebagai bahan untuk melakukan kerjasama dengan pemerintah
daerah lain.

SIPD ini merupakan dokumen hasil pengolahan data dan informasi yang
berasal dari seluruh SKPD dan instansi vertikal di Kabupaten Wonosobo.
Pengembangan sistem ini secara umum diharapkan akan dapat meningkatkan
kapasitas Kabupaten Wonosobo dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan daerah. Sasaran yang diharapkan dari Pengembangan SIPD
Kabupaten Wonosobo Tahun 2016 yaitu : rapat Koordinasi Kelompok Kerja
Pengumpulan Data, pengumpulan dan pengolahan 8 (delapan) kelompok data di
Kabupaten Wonosobo berbasis 15 kecamatan (sesuai Form Data Sistem Informasi
Data dari Pusat/Kementrian Dalam Negeri), mengentry/updating 8 kelompok data
Kabupaten Wonosobo Tahun 2016 secara online melalui jaringan
www.sipd.bangda.depdagri.go.id, Update peta profil daerah, dan Penyusunan Buku
Profil Daerah Tahun 2016 berisi analisis 8 kelompok data profil daerah yang
dilengkapi dengan gambar, tabel dan foto yang meliputi : data umum, ata sosial
budaya, data sumber daya alam, data infrastruktur, data industri, perdagangan,
lembaga keuangan, koperasi, usaha dan investasi, data ekonomi dan keuangan,
data politik, hukum dan keamanan, data insidensial

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa ketersediaan buku “Kabupaten


dalam angka” dan buku ”PDRB Kabupaten” selalu ada/ tersedia. Publikasi statistik
"Kabupaten dalam angka” dan “PDRB Kabupaten” telah menjadi domain kerja bagi
instansi Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo karena kedua produk statistik
tersebut merupakan output wajib bagi BPS di seluruh Indonesia. Kedua produk
statistik yang disusun oleh BPS Kabupaten Wonosobo ini merupakan salah bagian
dalam penyelenggaraan Statistik Dasar, yakni statistik yang pemanfaatannya
ditujukan untuk keperluan yang bersifat luas, baik bagi pemerintah maupun
masyarakat, yang memiliki ciri-ciri lintas sektoral, berskala nasional, makro, dan yang
penyelenggaraannya menjadi tanggung-jawab Badan Pusat Statistik.

68 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.18
Capaian Kinerja Urusan Statistik Tahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJMD 2016-2021
% Capaian
Capaian Capaian dibandingkan
No Indikator Kinerja Program
2015 2016 tahun
sebelumnya
1 Jumlah publikasi data/dokumen hasil 25,00
riset/kajian atau produk administrasi yang diakui 4 1
BPS
2 Persentase publikasi data/dokumen hasil 100,00
riset/kajian atau produk administrasi yang diakui 10% 10%
BPS
3 Persentase PD yang memutakhirkan informasi 55,55
60% 33,33%
publik berkala
4 Persentase PD yang menyediakan informasi 108,33
60% 65%
publik wajib setiap saat
5 Persentase Publikasi data/ kajian wajib yang 60% 65% 108,33
diupdate
Sumber : Bappeda Kab. Wonosobo, 2017

Dalam melaksanakan urusan Statistik, beberapa permasalahan dan solusi yang perlu
diupayakan yaitu :
Tabel III.19
Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Statistik
No Masalah Solusi
1. Data tidak akurat dan berubah-ubah sehingga Sinergitas dan sikronisasi pengelolaan data
menyulitkan di dalam penyusunan rencana dan informasi pembangunan daerah
pembangunan
2. − Masalah ketersedian (avaibility) data Pengembangan sistem informasi dalam
yang masih rendah. Hal ini disebabkan pengelolaan data dan informasi
antara lain karena penyimpanan dan pembangunan daerah melalui Program Satu
pengolahan data masih berlangsung Data Untuk Pembangunan adalah untuk
secara manual/semi manual sehingga mewujudkan kesatuan data dan informasi
proses berlangsung dengan lambat. untuk keperluan penyusunan kebijakan dalam
Beberapa OPD memang telah mulai proses pembangunan. Sedangkan tujuannya
membangun aplikasi yang berupa sistem adalah mewujudkan pengelolaan data dan
informasi untuk mendukung informasi pembangunan, sebagai bagian
pengelolaan data di internal OPD-nya. dalam penyusunan kebijakan pembangunan
− Input data yang bersumber dari OPD daerah dan pelayanan publik, dalam satu
seringkali menunjukkan adanya sistem dan mekanisme yang terintegrasi.
perbedaan secara kuantitas maupun
kualitasnya, sehingga sering diragukan
validitasnya serta keterbatasan
keragaman jenis datanya
3. Masih minimnya sumber daya manusia, Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber
tenaga ahli dalam pengelolaan data dan daya manusia pengelola data dan informasi
informasi pembangunan daerah
4. Metodologi dan mekanisme pengumpulan Pengembangan metodologi analisis data dan
data yang belum terstruktur dengan baik informasi pembangunan daerah;
5. Metadata tidak melekat ke data. Dalam Bila metadata melekat ke data, pengguna
banyak sekali kasus, data tidak dilengkapi data dapat sekaligus akses data berikut
dengan metadata dari data tersebut. metadatanya. Metadata melekat ke data
Penyebabnya adalah metadata tidak diperlukan untuk memudahkan penelusuran

69 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
No Masalah Solusi
diproduksi dari setiap data, dan kalaupun metodologi dibalik produksi data atau
diproduksi, tidak melekat ke data secara perubahan-perubahan yang terjadi atas data
manunggal dan otomatis. tertentu karena perlakuan metodologis dan
perubahan yang dilakukan terdokumentasi
dalam metadata data tersebut. Dari segi
pengelolaan data, metadatamelekat akan
membantu, misalnya, menjamin informasi
yang baku tentang data bersangkutan tetap
tersedia dan bisa cepat dipanggil ketika
terjadi pergantian (turnover) staf
penanggungjawab data tertentu

i. Urusan Persandian
Penyelenggaraan persandian yang dilakukan baik di pusat maupun di daerah
adalah upaya untuk menanggulangi kerawanan terhadap data dan informasi yang
masih belum optimal. Kegiatan persandian diarahkan untuk menjaga kerahasiaan
(confidentiality), keutuhan (integrity), keaslian (authentication), dan tidak ada
pengingkaran (non repudiation) informasi yang disandikan. Kebijakan keamanan dan
pengamanan informasi harusnya berada dalam suatu tatanan sistem yang terintegrasi
dan terkoordinasi dari mata rantai kebijakan pemerintahan. Adapun capaian kinerja
urusan persandian berdasarkan pada indikator RPJMD 2016-2021, terdapat dua
indikator yang mencapai target tahun 2016 yaitu rasio jenis informasi yang diamankan
dengan persandian telah mencapai 1. Dimana ada 8 (delapan) jenis informasi yang telah
diamankan dengan persandian yaitu :
1. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi
public dapat menghambat proses penegakan hukum.
2. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi
public dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan
intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha.
3. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi
public dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara.
4. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi
public dapat mengungkapkan kekayaan alam Indonesia.
5. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi
public dapat merugikan ketahanan ekonomi nasional.
6. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepadapemohon informasi
public dapat mengungkap rahasia pribadi.
7. Memorandum atau surat-surat antar-badan publiK atau intra badan publik, yang
menurut sifatnya dirahasikan kecuali atas putusan Komisi Informasi atau
pengadilan.
8. Informasi yang tidak boleh diungkap berdasarkan Undang-Undang.

Sedangkan indikator rasio konten informasi dari setiap jenis informasi yang
diamankan dengan persandian juga telah mencapai target tahun 2016 yaitu dengan
rasio 1, antara lain:
1. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi
public dapat menghambat proses penegakan hukum.
1) Proses pemeriksaan penyelenggaraan pemerintahan.
2) Proses peradilan yang belum ditetapkan pengadilan (belum mempunyai
kekuatan hukum tetap/inkraacht).

70 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
3) Hasil pemeriksaan khusus terhadap kasus indisipliner PNS dan perceraian PNS.
4) Berkas perkara pelanggar perda.
5) Rencana kegiatan operasi/pengamanan.
2. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi
public dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual
dan perlindungan dari persaingan usaha.
1) Dokumen pengadaan/pemeriksaan barang/jasa.
2) Rincian harga perkiraan sendiri (HPS).
3) Laporan hasil pemeriksaan perusahaan.
4) Surat pengajuan hak merk, cipta, paten, dan desain yang masih dalam proses
Kemenkumham.
5) Data stok gula kristal putih.
6) Surat pengaduan masalah ketenagakerjaan.
7) Pengaduan perselisihan hubungan perindustrian.
8) Data pribadi pemohon yang mengajukan ijin usaha.
9) Data primer perusahaan (modal perusahaan, kekayaan, rekening dan pajak).
10)Naskah ujian CPNS, ujian nasional dan ujian sekolah/lembaga.
3. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi
public dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara.
1) Kegiatan intelijen terkait ideologi, politik, sosial, budaya dan penanganan kasus
yang mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.
2) Data spesifikasi sarana komunikasi persandian.
3) Perangkat khusus persandian.
4) Kunci sistem sandi.
5) Data penempatan jaringan, peralatan dan tempat kegiatan sandi.
6) Data jalur komunikasi VVIP.
7) Berita sandi.
8) Frekuensi radio komunikasi persandian.
4. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi
public dapat mengungkapkan kekayaan alam Indonesia.
1) Hasil eksplorasi detail (koordinat potensi bahan tambang, kualitas dan kuantitas
komoditas tambang).
2) Laporan studi kelayakan (nilai ekonomis komoditas tambang, perkiraan jumlah
cadangan, kualitas bahan tambang dan sebaran)
3) Laporan evaluasi kegiatan pertambangan.
4) Data potensi air tanah.
5. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi
public dapat merugikan ketahanan ekonomi nasional.
1) Rencana pembelian tanah dan properti oleh perusda.
2) Laporan keuangan perusda yang belum diaudit, laporan rugi/laba dan laporan
neraca.
3) Surat-surat dokumen Anggaran dan Otoritasnya
4) Rencana tukar menukar / pemindahtanganan aset daerah.
5) Usulan penetapan upah minimum kabupaten oleh bupati kepada gubernur.
6) Data sertifikat tanah hak pakai dan HPL, tanah negara, tanah obyek land reform,
tanah HGU dan tanah terlantar.
7) Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
(PPAS).
6. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepadapemohon informasi
public dapat mengungkap rahasia pribadi.
1) Data pribadi PNS.
71 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
2) Data pribadi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
3) Identitas korban tindak kekerasan.
4) Alamat shelter (tempat penampungan) korban yang sedang ditangani atau
diberikan pendampingan.
5) Data wajib pajak.
6) Data medis pasien.
7) Data pribadi masyarakat yang menderita masalah gizi.
8) Data penderita HIV/AIDS
9) Data pribadi pemohon administrasi kependudukan.
10)Daftar orang yang terkait G 30 S PKI dan organisasi terlarang lainnya.
7. Memorandum atau surat-surat antar-badan public atau intra badan publik, yang
menurut sifatnya dirahasikan kecuali atas putusan Komisi Informasi atau
pengadilan.
1) MoU / SPK yang masih dalam proses.
2) Daftar Penilaian Pekerjaan Pegawai (DP3) dan hasil evaluasi kinerja pegawai
melalui Sarasan Kinerja Pegawai (SKP).
3) Daftar usulan mutasi dan pengangkatan PNS dalam jabatan.
4) Bahan rapat dan berita acara Baperjakat.
5) Rancangan dan Surat Keputusan (SK) jabatan struktural sampai dengan
pelantikan.
6) Data hasil penilaian uji kompetensi PNS.
8. Informasi yang tidak boleh diungkap berdasarkan Undang-Undang
1) Sistem keamanan website/aplikasi online (akun administrasi).
2) Login administrator website/kode akses elektronik.
3) Security network.
4) Manajemen bandwith.
5) Lokasi server.
6) IP Address Private.
7) Sistem manajemen database.

Tabel III.20
Capaian Kinerja Urusan Persandian Berdasarkan
Indikator RPJMD 2016-2021
Capaian
No Indikator Kinerja Program
2015 2016
1 Rasio perangkat daerah yang yang
menggunakan persandian untuk DTD-data tidak 20/39=
mengamankan setiap jenis informasi yang tersedia 0,53
wajib diamankan
2 Rasio jenis informasi yang diamankan dengan DTD-data tidak 8/8=
persandian tersedia 1
3 Rasio konten informasi dari setiap jenis DTD-data tidak 57/57=
informasi yang diamankan dengan persandian tersedia 1
Sumber : Bappeda Kab. Wonosobo, 2017

Apabila ditinjau dari tabel di atas, juga dapat diketahui bahwa Rasio perangkat
daerah yang yang menggunakan persandian untuk mengamankan setiap jenis
informasi yang wajib diamankan mencapai angka 0,53 dimana terdapat 20 dri 39 OPD
yang telah melakukan pengamanan setiap jenis informasi yang wajib diamankan yaitu
Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat, Bappeda, dan Kantor Admistrasi
Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta 15 (lima belas) kecamatan.

72 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Dalam melaksanakan urusan Persandian, beberapa permasalahan dan solusi
yang perlu diupayakan yaitu :
Tabel III.21
Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Persandian
No Masalah Solusi
1 Masalah keamanan sering kali kurang Meningkatkan kesadaran akan pentingnya
mendapat perhatian dari para pemilik dan pengamanan informasi melalui sosialisasi
pengelola sistem informasi, sering kali pengenalan persandian baik melalui diklat,
masalah keamanan berada diurutan kedua, seminar dan pelatihan
bahkan diurutan terakhir dalam daftar hal-
hal yang dianggap penting bahkan apabila
mengganggu kinerja dari sistem, seringkali
keamanan dikurangi atau ditiadakan.
2 Keterbatasan SDM sandi yang dimiliki  Menganalisis, mengklasifikasikan informasi
pemda dan keterbatasan kemampuan lalu menyandikan informasikan sesuai dengan
dalam pengelolaan informasi berklasifikasi kebutuhannya dan memberikan pengamanan
kepada database/bank data dengan
mempertimbangkan kecepatan akses dan
personal yang akan mengakses informasi
tersebut
 Pengelolaan informasi berklasifikasi di pemda
yaitu pembuatan, pengiriman, penyimpanan
informasi berklasifikasi di luar fungsi sandi
belum teramankan; berklasifikasi yang
dimiliki pemda.

j. Urusan Kearsipan
1) Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan
Program ini bertujuan untuk melakukan peningkatkan sistem administrasi
kearsipan di masing-masing OPD, Sekolah dan Desa, melalui Kegiatan: Pengadaan
buku/revisi pedoman Kearsipan berupa Klasifikasi Arsip dengan hasil 1 (satu)
pedoman, Kajian Sistem Informasi Kearsipan berupa Penyusunan Naskah Akademik
Raperda Penyelenggaraan Kearsipan dengan hasil 1 (satu) Naskah Akademik, Bintek
Kearsipan bagi TU SMP Negeri dengan sasaran 38 orang dari 18 SMP Negeri.

2) Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen /Arsip Daerah


Program ini bertujuan untuk menyelamatkan dan melestarikan arsip
dokumen/arsip daerah melalui kegiatan :
− Seleksi Arsip, dilakukan berdasarkan pada Jadwal Retensi Arsip. Arsip yang
telah di seleksi dipisahkan untuk dilakukan penyusutan arsip. Arsip-arsip yang
sudah sudah habis masa aktifnya dipindahkan ke pusat arsip dibuatkan Daftar
Arsip Inaktif yaitu sejumlah 1.686 di internal Kantor Arsip dan Perpustakaan
Daerah dan 5.441 berkas di 3 OPD (Bappeda, Satpol PP dan Linmas serta
Sekretariat DPRD)
− Pelaksanaan Fumigasi Ruangan Depo Penyimpanan Arsip, dilaksanakan untuk
mencegah kerusakan fisik arsip yang disebabkan oleh serangga dan binatang
pengerat, mengobati atau mematikan faktor-faktor perusak biologis dan
mensterilkan keadaan arsip agar tidak berbau busuk serta menyegarkan udara
agar tidak menimbulkan penyakit bagi manusia. Adapun sasaran fumigasi
meliputi 2 (dua) lokasi penyimpanan arsip.
− Pemusnahan Arsip-Arsip Musnah Sesuai Prosedur dilakukan melalui
pembentukan panitia penilai, penyeleksian arsip, pembuatan daftar arsip usul
musnah, penilaian oleh panitia penilai, permintaan persetujuan pemusnahan
73 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
dari pimpinan pencipta arsip, penetapan arsip yang akan dimusnahkan, dan
pelaksanaan pemusnahan arsip. Adapun kegiatan pemusnahan arsip tidak
dapat terlaksana karena belum adanya ruang kegiatan seleksi dan tempat
penyimpanan arsip hasil seleksi karena sedang dalam proses pembangunan
depot arsip.
− Penanganan Arsip-Arsip Vital/Kacau dilakukan melalui kegiatan pemilahan
antara arsip dan non arsip, melakukan identifikasi dan
pengelompokkan/pemberkasan arsip, mendaftar arsip pada kartu
deskripsi/melakukan pendeskripsian, pembuatan skema/bagan semacam
klasifikasi yang digunakan untuk menyusun kartu-kartu deskripsi,
menyusun/mengelompokkan kartu deskripsi, memberikan nomor definitif
pada arsip, dan membuat daftar arsip. Kegiatan penanganan arsip-arsip
vital/kacau ini dilakukan di tiga OPD yaitu Bappeda, Satpol PP dan Linmas serta
Sekretariat DPRD.
− Preservasi Arsip Leter C merupakan kegiatan memperbaiki/merestorasi arsip
yang sudah rusak dengan teknik penambalan dengan kertas khusus, sehingga
arsip yang kondisinya rusak menjadi baik kembali, baik secara fisik maupun
informasinya. Sasaran kegiatan ini adalah Arsip Leter C milik Desa meliputi 8
Desa di Wilayah Kabupaten Wonosobo terdiri dari 469 lembar, kegiatannya
meliputi:
a. Inventarisasi Arsip Leter C yang kondisinya rusak;
b. Penyerahan Arsip yang akan dipreservasi dari Desa kepada Kantor Arsip
dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Wonosobo;
c. Penyerahan Arsip yang akan dipreservasi oleh Kantor Arsip dan
Perpustakaan Daerah Kabupaten Wonosobo kepada Badan Arspus
Provinsi Jawa Tengah/pihak ke 3;
d. Pelaksanaan Preservasi oleh Badan Arspus Provinsi Jawa Tengah/pihak ke
3;
e. Penyerahahan kembali arsip yang telah di preservasi oleh Badan Arspus
Provinsi Jawa Tengah kepada Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah
Kabupaten Wonosobo;
f. Penyerahan kembali arsip yang telah di preservasi oleh Kantor Arsip dan
Perpustakaan Daerah Kabupaten Wonosobo kepada Desa.

3) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur


Program ini meliputi Pembangunan gedung/depot arsip sejumlah 1 (satu)
unit dengan luas bangunan 380 m².

Tabel III.22
Capaian Kinerja Urusan Kearsipan Tahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJMD 2016-2021
Kondisi
Kinerja pada 2016
No Indikator Kinerja Program
Awal RPJMD
2015 Target Capaian
1 Pengelolaan Arsip Secara Baku 82,50 % 86 % 90 %

2 Jumlah OPD, Desa/Kelurahan yang DTD 30 % -


Dibina dalam Pengelolaan Arsip
Dinamis

74 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Kondisi
Kinerja pada 2016
No Indikator Kinerja Program
Awal RPJMD
2015 Target Capaian
3 Persentase PD yang Telah 0,026 % 5% 0,026 %
Menerapkan Tata Naskah Dinas
Elektronik
4 Persentase Website PD yang DTD 50 % -
Memiliki Menu Pengaduan
Masyarakat
5 Persentase Pelaksanaan Sistem DTD 25 % 90 %
Kearsipan Sesuai Norma, Standar,
Prosedur dan Kriteria (NSPK)
Sumber: Kantor Arpusda, 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa Pengelolaan Arsip Secara Baku
dan Pelaksanaan Sistem Kearsipan Sesuai Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria pada
tahun 2016 sudah mencapai 90 %, tetapi OPD, Desa/Kelurahan yang Dibina dalam
Pengelolaan Arsip Dinamis masih belum ada pembinaan secara menyeluruh dan PD
yang Telah Menerapkan Tata Naskah Dinas Elektronik masih belum mencapai satu
persen (1%) karena hanya sebatas penggunaan surat elektronik saja, sedangkan
Website PD yang Memiliki Menu Pengaduan Masyarakat masih belum tercapai
(belum ada menu pengaduan masyarakat).

Beberapa permasalahan yang dihadapi dan solusi yang dapat dilakukan dalam
rangka pelaksanaan Urusan Kearsipan antara lain :
Tabel III.23
Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Kearsipan
No Masalah Solusi
1. Belum terlaksananya Tata Naskah  Memberikan sosialisasi bahwa Tata Naskah Dinas
Dinas Elektronik secara menyeluruh elektronik/e-Arsip sudah saatnya dilaksanakan untuk
peningkatan manajemen dan pengelolaan kearsipan
2. Masih adanya paradigma yang  Perubahan goodwill dari berbagai pihak, khususnya
menempatkan arsip sebagai posisi eksekutif dan legislatif untuk menciptakan iklim yang
marginal dan membebankan tugas kondusif bagi pelaksanaan kearsipan di daerah yang
kearsipan pada petugas arsip atau memiliki daya dukung dalam manajemen informasi
arsiparis semata daerah
 Pengelolaan arsip harus diarahkan untuk
memberdayakan arsip sebagai tulang punggung
manajemen modern dan pendayagunaan aparatur
daerah, dalam artian pengelolaan arsip di instansi
pemerintah daerah diarahkan agar arsip menjadi
sumber informasi bagi manajemen atau decision
maker
3. Kurangnya apresiasi OPD terhadap  Memberikan dorongan agar setiap instansi
bidang kearsipan yang menjadikan melaksanakan tata kearsipan secara benar sehingga
arsip tidak mendapat perhatian berdaya guna dan berhasil guna
secara proporsional sehingga  Mengembangkan pengawasan dan monitoring tata
penataan dan penyimpanan arsip kearsipan di masing-masing OPD
belum sesuai dengan kaidah atau  Mengembangkan situasi kondisi untuk pelaksanaan
aturan kearsipan yang baku manajemen kearsipan melalui penyelenggaraan
apresiasi kearsipan, penyuluhan, pendidikan dan
latihan, pameran serta seminar

75 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
No Masalah Solusi
4. Masih terbatas dan belum Optimalisasi sarana kearsipan di masing-masing OPD dan
terstandarisasinya sarana kearsipan pemenuhan kebutuhan sarana seperti depo arsip, sarana
di masing-masing OPD sehingga penyimpanan, pemeliharaan, perawatan dalam rangka
menyebabkan arsip tidak tertata pelestarian arsip yang memadai dan memenuhi standar
secara sistematis (tidak sesuai dgn kondisi lingkungan yang aman untuk menjamin
prosedur yg ditetapkan) keselamatan dan keutuhan arsip
5. Belum adannya aturan yang tegas Perlu dibuat Perda Tentang Kearsipan serta peraturan
pada tataran operasional bidang pelaksananya
kearsipan sehingga belum bisa
menerapkan sanksi terhadap
pelanggaran di bidang kearsipan

k. Urusan Transmigrasi
1) Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi
Pada tahun 2016, urusan pilihan transmigrasi dilaksanakan melalui satu
program, yaitu Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi, yang kemudian
diimplementasikan dengan tiga kegiatan yaitu : Peningkatan Pelayanan
Pemberangkatan Transmigrasi Umum dan Transmigrasi Swakarsa, Penjajagan
Kesepakatan Kerjasama (MoU) Bidang Ketransmigrasian dengan Daerah
Penempatan Transmigran, serta Monitoring dan Evaluasi Penempatan Transmigrasi.

Kegiatan Peningkatan Pelayanan Pemberangkatan Transmigrasi Umum dan


Transmigrasi Swasta
Bertujuan untuk memberikan pelayanan dengan memfasilitasi penempatan
calon transmigran ke lokasi transmigrasi. Anggaran APBD Kabupaten Wonosobo
untuk pelaksanaan kegiatan ini sebesar Rp. 50.000.000,- dengan realisasi angaran
sebesar Rp. 47.750.600,- atau sebesar 95,50 %. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk
pengecekan calon lokasi penempatan transmigasi di Kabupaten Morowali Provinsi
Sulawesi Tengah. Pengecekan lokasi ini dilakukan untuk memastikan bahwa lokasi
calon penempatan sudah siap untuk menerima transmigran dengan segenap
infrastruktur pendukung serta untuk mengetahui kondisi calon lokasi penempatan
sehingga bisa memberi gambaran riil kepada calon transmigran mengenai kondisi
iklim, tanah, maupun sarana prasarana yang ada. Setelah itu dilanjutkan dengan
pendaftaran, rekruitmen, dan seleksi calon transmigran. Seleksi dilakukan untuk
menjaring calon peserta yang memenuhi syarat serta benar-benar berminat untuk
mengikuti program transmigrasi. Sebelum peserta diberangkatkan, terlebih dahulu
dilakukan pembekalan bagi calon transmigran selama 1 minggu di Balai Transmigrasi
Semarang. Calon transmigran diberangkatkan dari Kantor Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Wonosobo. Adapun lokasi transmigrasi untuk penempatan
tahun 2016 adalah di Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah. Jumlah
masyarakat yang mendaftar pada tahun 2016 sebanyak 32 KK, namun yang
diberangkatkan hanya 5 KK, karena alokasi yang ditetapkan oleh propinsi untuk
Wonosobo dibatasi hanya 5 KK. Pemberangkatan pada tanggal 18 Desember2016
dengan tujuan Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah sebanyak 5 KK.

Kegiatan Penjajagan Kesepakatan Kerjasama Bidang Ketransmigrasian


Penjajagan kesepakatan kerjasama dimaksudkan untuk menjalin kerjasama
penempatan dengan daerah tujuan penempatan, yang diawali dengan penjajagan
mengenai kondisi alam dan sosial budaya daerah penempatan. Dari penjajagan ini
kemudian bisa diketahui berbagai konidisi lingkungan fisik maupun sosial budaya
serta kesiapan infrastruktur, yang apabila dalam tinjauan kami memungkinkan
76 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
untuk ditindaklanjuti dijadikan sebagai calon lokasi penempatan maka akan
dilanjutkan dengan kesepakatan kerjasama. Pada tahun 2016 telah
dilakukanpenjajagan kesepakatan kerjasama untuk penempatan transmigran tahun
2017dengan Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara dan Kabupaten
Bengkulu Selatan. Dari hasil penjajagan pada dua lokasi tersebut, lokasi di
Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara lebih memungkinkan untuk
dijadikan sebagai calon lokasi penempatan transmigrasi karena dukungan
infrastruktur sudah lebih baik. Hal ini kemudian dilanjutkan dengan penyusunan
rencana MoU tahun 2017 antara Pemerintah Kabupaten Wonosobo dengan daerah
tujuan yaitu Pemerintah Kabupaten Bulungan untuk penempatan transmigran
tahun 2017.

Pembinaan pasca penempatan yaitu proses pembinaan yang diberikan kepada


transmigran setelah penempatan di lokasi transmigrasi yang dilakukan melalui
kegiatan monitoring dan evaluasi.

Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penempatan Transmigrasi


Dilaksanakan pada tahun 2016 bertujuan untuk melakukan peninjauan lokasi
transmigran penempatan tahun 2013 di Kabupaten Toraja Utara Provinsi Sulawesi
Selatan, yang berlokasi di Unit Pemukiman Transmigrasi Rante Karua SP 2 Lembang
Batulotong Kecamatan Awan Rante Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Di
lokasi ini ditempatkan 8 KK transmigran asal Kabupaten Wonosobo pada tahun
2013. Berdasarkan hasil monitoring, 8 KK tersebut masih berada di lokasi
penempatan, bahkan sudah mengalami perbaikan kondisi, berkat usaha pertanian
yang dikembangkan di lokasi telah berjalan dengan baik dan mampu menghidupi
keluarganya. Di samping itu kondisi infrastruktur yang cukup baik antara lain jalan
beton yang sudah sampai ke lokasi penempatan, fasilitas air bersih yang memadai,
serta jaringan listrik yang sudah menyentuh sebagian lokasi penempatan.
Tabel III.24
Capaian kinerja Urusan Transmigrasi Tahun 2016
berdasarkan Indikator RPJMD 2016-2021
Capaian Kinerja
No. Indikator Kinerja Program
2015 2016
1 Persentase kenaikan jumlah transmigran
40% (40%)

Berdasarkan RPJMD 2016-2021 hanya terdapat satu indikator kinerja urusan


transmigrasi, yaitu persentase kenaikan jumlah transmigran. Tabel di atas
menunjukkan bahwa pada tahun 2016 terjadi penurunan jumlah transmigran dari
tahun sebelumnya (2015) ditempatkan 7 Kepala Keluarga di Kabupaten Soppeng
Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan,
sedangkan tahun 2016 hanya berhasil ditempatkan 5 Kepala Keluarga di kabupaten
Morowali Provinsi Sulawesi Tengah. Penurunan jumlah penempatan ini tidak lain
disebabkan penentuan alokasi transmigran yang diatur oleh Dinas Tenaga Kerja
Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah bersama seluruh dinas yang
mengampu urusan transmigrasi se-Jawa Tengah. Karena terbatasnya alokasi nasional
yang kemudian dibagi ke provinsi menjadi variabel utama penentuan jumlah
transmigran pada setiap kabupaten.

Pelaksanaan program penempatan transmigran terus diupayakan untuk dapat


mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu memberikan pelayanan penempatan yang
77 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
layak dan manusiawi bagi calon transmigran melalui rangkaian upaya penjajagan
calon lokasi penempatan yang dilanjutkan dengan kerjasama penempatan yang
tertuang dalam MoU yang di dalamnya mengatur tugas dan tanggung jawab para
pihak baik pemerintah daerah asal transmigran maupun pemerintah daerah tujuan
penempatan transmigran, serta layanan penempatan yang layak bagi calon
transmigran. Rangkaian proses itu semestinya bisa menjamin transmigran
mendapatkan lokasi penempatan dan fasilitasi bagi mobilitas penduduk dan
meningkatan minat masyarakat bertransmigrasi dengan memberikan jaminan bagi
calon tansmigran untuk memperoleh tempat tinggal dan penghidupan yang layak
sehingga dapat mengentaskan kemiskinan.Pada tahun 2016 jumlah calon transmigran
yang ditempatkan sejumlah 5 KK, sementara pendaftar sebanyak 32 KK. Terbatasnya
jumlah alokasi penempatan, yang ditetapkan berdasarkan kuota nasional, menjadikan
tidak semua peminat transmigrasi terdaftar bisa ditempatkan.
Dalam pelaksanaan urusan transmigrasi terdapat beberapa hambatan yang dihadapi
dalam pelaksanaanya di lapangan dan upaya-upaya yang perlu dilakukan, yaitu
sebagai berikut :
Tabel III.25
Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Transmigrasi
No. Permasalahan Solusi

1. Jumlah pendaftar tidak sebanding dengan Perlu peningkatan alokasi jumlah transmigran
kuota penempatan yang ditetapkan. serta kualitas dan produktivitas tenaga kerja
transmigran melalui peningkatan sumberdaya
manusia sehingga memiliki daya saing tinggi,
pengembangan serta pemanfaatan teknologi
unggulan dan spesifik sesuai dengankebutuhan
di lokasi transmigrasi.

2. Kurangnyaperhatian terhadap Dukungan dari pemerintah daerah asal dan


kelangsungan usaha dan hidup para pemerintah daerah tujuan penempatan sangat
transmigran, karena pelaksanaan diperlukan, salah satunya dengan adanya
transmigrasi cenderung berorientasi pada jaminan kepastian usaha, peningkatan peluang
upaya pemindahan penduduk dan berusaha dan kesempatan kerja.
pemenuhan fasilitas pemukiman serta
penyiapan lahannya saja
3. Kondisi daerah tujuan penempatan Penjajagan kerjasama permukiman
transmigrasi yang masih minim fasilitas transmigrasi diarahkan pada lokasi-lokasi
kondisi lingkungan alam dan sosial budaya strategis dengan kondisi sosial kultural, iklim,
mempengaruhi minat masyarakat untuk kelayakan lahan dan dukungan infrastruktur
mengikuti program transmigrasi yang memadai.
4. Penyerahan lahan kepada transmigran Monitoring penempatan harus berorientasi
sering kali terkendala bahkan sampai pada upaya pemenuhan hak hak transmigran
bertahun tahun transmigran tidak sesuai dengan kesepakan (MoU) yang telah
mendapat lahan yang dijanjiakan secara ditandatangani oleh pemerintah daerah asal
penuh maupun pemerintah daerah tujuan
penempatan.

l. KerjasamaDaerah
Kegiatan Fasilitasi Kerjasama dengan Perguruan Tinggi merupakan fasilitasi
kegiatan Kuliah Kerja Nyata yang dilakukan oleh para mahasiswa berbagai perguruan
tinggi yang melakukan kegiatan KKN di Kabupaten Wonosobo. Bentuk fasilitasi berupa
konsultasi dalam penentuan lokasi KKN, penentuan program kegiatan KKN, serta

78 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
dukungan terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat di lokasi KKN. Lokasi KKN
ditentukan bersama antara pihak perguruan tinggi dan juga Pemkab Wonosobo yaitu
dengan memperhatikan program kerja KKN dan juga disesuaikan dengan program-
program pembangunan daerah. Untuk KKN tahun 2016 wilayah yang
direkomendasikan menjadi lokasi KKN adalah desa-desa yang masuk dalam kategori
desa dengan angka kemiskinan sedang dan tinggi, dengan harapan kegiatan KKN yang
dilaksanakan bisa turut membantu mengurangi angka kemiskinan yang menjadi salah
satu agenda utama pembangunan di Wonosobo. Selama tahun 2016 beberapa
perguruan tinggi yang melaksanakan KKN di Wonosobo diantaranya : ISI Surakarta,
UNS Surakarta, UGM Yogyakarta, UNNES Semarang, STIE Tamansiswa Banjarnegara,
AKPER Pemprov Jateng di Wonosobo dan UNSIQ Wonosobo. Berbagai kegiatan KKN
yang telah dilakukan oleh para mahasiswa berbagai perguruan tinggi secara langsung
dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang menjadi lokasi KKN dan diharapkan
bisa mendukung pencapaian berbagai target dan tujuan pembangunan daerah.

Sementara itu untuk melakukan assesment kerjasama daerah baik dengan daerah
lain maupun dengan pihak ketiga, Pemkab Wonosobo membentuk TKKSD (Tim
Koordinasi Kerjasama Daerah) yang pada tahun 2016 sekretariatnya berada di Bagian
Pemerintahan Setda Kabupaten Wonosobo. Selama tahun 2016, Perjanjian Kerjasama
Daerah yaitu kerjasama dengan daerah lain tidak ada yang difasilitasi, namun terdapat
7 (tujuh) kerjasama dengan Pihak Ketiga, yaitu :
1. Kesepakatan Bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak dengan Bupati Wonosobo Nomor : 13A/KPP-PA/D.I/08/2016 dan Nomor :
536/9/2016 tanggal 25 Agustus 2015 tentang Kerjasama Proyek Pengembangan
Industri Rumahan bagi Perempuan di Kabupaten Wonosobo;
2. Kesepakatan Bersama Bupati Wonosobo dengan Kepala Desa Dieng, Kepala Desa
Mlandi, Kepala Desa Slukatan, Kepala Desa Tegalombo dan Kepala Desa Besuki
Nomor : 690/5/2016, Nomor : 140/08-11/2016, Nomor : 141/012/V/2016, Nomor :
03/18/VI/2016, Nomor : 094/19/2016 dan Nomor : 690/7/2016 tanggal 23 Juni 2016
tentang Kerjasama Dsa Tuntas Akses Air Minum Melalui Program Kolaborasi
Penyediaan Air Minum (Kolam).
3. Kesepakatan Bersama Pimpinan Bank Rakyat Indonesia (Persero) dan Bupati
Wonosobo Nomor : B-697-VII/KC/LYI/02/2016 dan Nomor : 518.3/1/2016 tanggal 02
Februari 2016 tentang Kerjasama Percepatan Pelayanan Penerbitan Izin Usaha
Mikro dan Kecil (IUMK) dan Kartu Izin Usaha Mikro dan Kecil (K IUMK).
4. Kesepakatan Bersama Direktur PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk dan
Bupati Wonosobo Nomor : MoU.010/WKDIRUT 2/PBAE/VI/2016 dan Nomor :
800/4/2016 tanggal 21 Juni 2016 tentang Kerjasama Layanan Perbankan kepada
Pegawai Negeri Sipil Aktif maupun yang memasuki masa persiapan pensiun di
Lingkungan Pemerintahan Kab. Wonosobo.
5. Kesepakatan Bersama Direktur Yayasan Organization for Industrial and Cultural
Advancement (OISCA) dan Bupati Wonosobo Nomor : YOP II/003/2016 dan
Nomor : 520/8/2016 tanggal 13 Agustus 2016 tentang Kerjasama Pengembangan
Budidaya Pertanian di Kabupaten Wonosobo.
6. Kesepakatan Bersama Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Prov. Jawa Tengah dan Bupati Wonosobo Nomor :
2559/WPB.14/2016 dan Nomor : 518/16/2016 tanggal 6 September 2016 tentang
Kerjasama Pengelolaan dan Penggunaan Sistem Informasi Kredit Program Kredit
Usaha Rakyat.
7. Kesepakatan Bersama Rektor Universitas Tidar Magelang dan Bupati Wonosobo
Nomor : 1496/UN57/KS/2016 dan Nomor : 420/22/2016 tanggal 3 Nopember 2016
79 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
tentang Kerjasama melalui Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di
Kabupaten Wonosobo.
Berbagai bentuk kerjasama dengan pihak ketiga di atas pada prinsipnya merupakan
upaya mewujudkan berbagai tujuan pembangunan daerah dengan didasarkan pada
pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik serta saling menguntungkan.

Kerjasama daerah sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang


Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pasal 363 pada prinsipnya
didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta saling
menguntungkan. Oleh karenanya kegiatan kerjasama daerah dianggap berhasil ketika
kerjasama tersebut menghasilkan efisiensi dan efektifitas publik maupun menghasilkan
keuntungan bagi pemerintah daerah dan pihak yang diajak kerjasama tersebut.

Berbagai bentuk kerjasama daerah yang telah dilakukan selama tahun 2016
oleh Pemkab Wonosobo tentunya didasarkan pada pertimbangan manfaat dan
keuntungan berupa efisiensi dan efektifitas pelayanan publik maupun manfaat dan
keuntungan lainnya. Dari sebanyak 7 (tujuh) kerjasama dengan pihak ketiga yang telah
dilakukan pada tahun 2016, 4 (empat) buah kerjasama diantaranya telah ditindaklanjuti
dengan Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang menjelaskan secara lebih detil tentang
berbagai hak, kewajiban dan bentuk kerjasama yang dilakukan. Sementara 3 (tiga)
buah kerjasama lainnya masih sebatas MoU yang masih menunggu tindak lanjutnya.
Tabel III.26
Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Kerjasama Daerah
No. Permasalahan Solusi/Upaya yang Perlu Dilakukan
1. Kerjasama dengan daerah yang berbatasan Masih perlu digali dan dikaji berbagai
terutama yang memiliki eksternalitas baik kejasama dengan daerah lain yang
ekonomi aupun sosial secara lintas daerah masih berbatasan secara langsung yang
dilakukan secara terbatas. memiliki eksternalitas lintas daerah, yaitu
terutama dengan Kabupaten
Temanggung dan Banjarnegara agar
diperoleh manfaat yang lebih besar.
2. Beberapa bentuk kerjasama ada yang masih Fungsi koordinasi yang dimiliki oleh
dilaksanakan secara mandiri oleh OPD yang TKKSD lebih dioptimalkan sehingga
menangani dan tidak melalui Forum TKKSD berbagai bentuk kerjasama betul-betul
sehingga informasi mengenai manfaat dan membawa manfat yang besar bagi proses
bentuk kerjasama kurang tersampaikan kepada pembangunan daerah.
banyak pihak.

3. Berbagai peluang kerjasama baik dengan daerah Berbagai kegiatan studi banding yang
lain yang memiliki kelebihan tau keunggulan dilakukan secara mandiri seharusnya bisa
dalam pengelolaan pembangunan maupun ditindaklanjuti dengan melakukan
dengan pihak ketiga yang memiliki sumber daya kerjasama dengan daerah lain yang
yang lebih besar dan berkualitas masih belum memiliki keunggulan dalam bidang-
tergarap dengan baik. bidang tertentu.

80 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
3. Misi 3 : Meningkatkan kemandirian daerah
Guna mewujudkan misi ketiga, penyelenggaraan pemerintahan daerah
difokuskan pada urusan pemerintah daerah sebagai berikut :
− tenaga kerja
− pendidikan
− pertanian
− kelautan dan perikanan
− perdagangan
− perindustrian
− koperasi dan UKM
− pariwisata
− keuangan
− penanaman modal
− perpustakaan
− kepemudaan dan olahraga

81 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.27
Capaian Kinerja Misi 3

CAPAIAN
TARGET
INDIKATOR TARGET CAPAIAN S.D. 2016
TUJUAN SASARAN 2015 %CAPAIAN AKHIR
SASARAN 2016 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
Misi 3: Meningkatkan kemandirian daerah

Meningkatkan
produktivitas,
kemampuan pengelolaan
sumber daya dan
PDRB Atas Dasar
membangun budaya 15.141.690,00 169,94% 29.467.110 100,00
Harga Berlaku 17.339.270 29.467.110
berdikari yang optimal
dengan tetap
memperhatikan
lingkungan Meningkatnya produksi dan
1 produktivitas daerah dengan tetap
menjaga kualitas lingkungan PDRB Atas Dasar
11.513.483,10 98,52% 16.422.929 72,90
Harga Konstan 12.150.875 11.971.598

Niai Tukar Petani


108 110,20 108 98,01% 120 90,00
(NTP)
Laju Inflasi 3,49 3,41 3 87,98% 3 100,00
Pertumbuhan
5,70 5,75 6,52 113,39% 6,52 100,00
Ekonomi
Terwujudnya masyarakat yang Indeks
2 bermartabat, berbudaya dan Ketahanan 86,6 86,6 90 90 100,00
berdikari. Pangan
Produktivitas
29,86 31,28 31,76 31,80 99,87
Total Daerah
3 Meningkatnya daya saing daerah PDRB per kapita 14,82 15,51 20,42 131,66% 20,42 100,00
Indeks kapasitas
0,15 1<indeks<2 0,15
Fiskal

82 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Berikut disampaikan urusan pemerintahan yang diselenggarakan guna
mencapai misi kedua yang telah ditetapkan dalam dokumen RPJMD 2016-2021
a. Urusan Tenaga Kerja
1) ProgramPerluasan Peningkatan Kesempatan Kerja
Melalui program ini diharapkan dapat membuka, menciptakan dan
meningkatkan lapangan kerja baru yang sesuai dengan kemampuan sumber
daya manusia melalui kegiatan padat karya, pengembangan informasi pasar
kerja dan pengembangan kewirausahaan. Selain itu, melalui pengembangan
pasar kerja diharapkan juga memudahkan para pencari kerja untuk mendapat
informasi peluang lapangan kerja sesuai dengan pendidikan dan kompetensi
yang dimiliki. Berbagai kegiatan dalam program ini dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok kegiatan, yaitu :
− Padat Karya Infrastruktur
Kegiatan padat karya ini dimaksudkan menciptakan kesempatan kerja
dan memberikan penghasilan langsung kepada para tenaga kerja
pengangguran dan setengah pengangguran selama pelaksanaan kegiatan.
Padat Karya Infrastruktur dimaksudkan untuk membangun / meningatkan
kualitas infrastruktur pedesan yang mendukung peningkatan ekonomi
produktif, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat.
Kegiatan padat karya infrastruktur merupakan upaya pemberdayaan
masyarakat penganggur dan setengah menganggur dalam kegiatan
pembuatan atau rehabilitasi sarana dan prasarana ekonomi daerah setempat
seperti : pembukaan jalan desa, perkerasan jalan desa, pembangunan
senderan/talud, betonisasi, pembangunan irigasi, pembangunan sambungan
air bersih, pembangunan drainase. Sedangkan pada tahun 2016 Padat Karya
Infrastruktur yang dapat dilaksanakan pada 8 lokasi di Kabupaten Wonosobo,
berupa :
a. Pembangunan senderan di kelurahan Kalibeber Kecamatan Mojotengah;
b. Pembangunan senderan di kelurahan Kejiwan Kecamatan Wonosobo;
c. Betonisasi di Dusun Jentrek Kelurahan Rojoimo Kec. Wonosobo;
d. Betonisasi di Kelurahan Kalikajar Kec. Kalikajar;
e. Betonisasi di Kelurahan Kaliwiro Kec. Kaliwiro;
f. Pavingisasi di Kelurahan Leksono Kecamatan Leksono;
g. Betonisasi di Kelurahan Wringinanom Kecamatan Kertek;
h. Pembangunan senderan jalan wisata Desa Tlogo Kecamatan Garung.

Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan selama kegiatan Padat Karya


Infrastruktur pada Tahun 2016 sebanyak 564 orang, yang berasal dari
masyarakat setempat, dengan memprioritaskan tenaga kerja adalah
penganggur, setengah penganggur, dan keluarga miskin, dengan jumlah HOK
sebanyak 11.016 HOK. Pelaksanaan Kegiatan Padat Karya Infrastruktur pada
tahun 2016 mengalami perbedaan dengan pelaksanaan tahun-tahun
sebelumnya, dimana pada pelaksanaan tahun 2016 lebih berfokus pada
penyerapan sebanyak mungkin tenaga kerja, sehingga masyarakat sasaran,
yaitu keluarga miskin, penganggur, dan setengah penganggur yang merasakan
manfaat menjadi lebih banyak. Di samping itu, pada kegiatan yang
dilaksanakan di desa, hanya terdapat belanja upah tenaga kerja saja, tanpa ada
belanja bahan baku bangunan/material. Bahan baku bangunan pada
pelaksanaan kegiatan berasal dari swadaya masyarakat setempat.

83 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
− Pengembangan Pasar Kerja
Pengembangan pasar kerja bertujuan untuk memperluas dan
meningkatkan kesempatan kerja yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan
Pembinaan Pelaksanaan Bursa Kerja Khusus dan kegiatan bursa kerja (job fair).
Kegiatan Pembinaan Pelaksanaan Bursa Kerja Khusus dilaksanakan dengan
melakukan kegiatan sosialisasi lowongan ke BKK se kabupaten Wonosobo,
sementara kegiatan bursa kerja(job fair) dilaksanakan dengan mempertemukan
pencari kerja dengan perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan pada
satu waktu dan tempat yang sama sehingga masyarakat pencari kerja
dimudahkan dalam memperoleh informasi lowongan kerja.
Kegiatan lain yang mendukung pengembangan pasar kerja adalah :
• Guna memberikan informasi pasar kerja yang dapat diakses oleh para
pencari kerja di wilayah Wonosobo, pada tanggal 23 – 24 Mei 2016
bertempat di Geung Sasana Adipura Kencana Wonosobo dilaksanakan
kegiatan Job Fair I. Kegiatan ini diiukti oleh 52 perusahaan, dan dihadiri oleh
1.400 orang pencari kerja. Kegiatan ini menjadi strategis dan menjadi
magnet bagi pencari kerja maupun perusahaan calon pengguna tenaga
kerja, karena kegiatan ini menjadi ajang bertemunya pencari kerja dengan
pengguna tenaga kerja (perusahaan) secara langsung, sehingga kedua pihak
merasakan manfaat langsung. Sedangkan kegiatan pendukung berupa
seminar sukses memasuki dunia kerja dilaksanakan di event job fair pada
tanggal 23 Mei 2016 dengan menghadirkan pembicara praktisi dunia usaha
dan motivator wirausaha yang diikuti oleh peserta yang didominasi oleh
pelajar SMK dan ex-trainee pelatihan BLK. Sedangkan Job Fair II Tahun 2016
dilaksanakan pada tanggal 6 Desember 2016 di Gedung Korpri Wonosobo
diikuti oleh 42 perusahaan, dan dihadiri oleh 1.100 masyarakat pencari kerja.
• Monitoring dan Evaluasi Penempatan Tenaga Kerja, dna Penempatan dan
perlindungan Tenaga Kerja; mengingat pentingnya pengawasan
penempatan tenaga kerja, guna memberikan perlindungan dalam
penempatan tenaga kerja khususnya melalui Program Antar Kerja Antar
Daerah (AKAD), maka kegiatan monitoring dan Evaluasi Penempatan tenaga
Kerja dilaksanakan, melalui sosialisasi proses penempatan tenaga kerja yang
prosedural, yang diharapkan dapat meminimalisir pelanggaran penempatan
tenaga kerja. Sosialisasi ini dilaksanakan di beberapa desa yang menjadi
kantong tenaga kerja AKAD. Di samping itu dilaksanakan monitoring
penempatan tenaga kerja AKAD pada perusahaan-perusahaan kelapa sawit
yang ada di Kalimantan.
• Pengembangan dan Pembinaan BKK, serta Kegiatan Pengendalian
Pembinaan PPTKIS, berupa koordinasi, sosialisasi, dan pembinaan
penempatan tenaga kerja melaui lembaga BKK (Bursa Kerja Khusus) yang
ada di sekolah menengah dan PPTKIS. Dengan kegiatan ini diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan penempatan tenaga kerja melaui lembaga
tersebut, serta menekan terjadinya pelanggaran dalam penempatan tenaga
kerja;
• Penempatan Tenaga Kerja Melalui AKAD (Antar Kerja Antar Daerah)
Berbagai program Kabupaten Wonosobo melalui Kantor Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dilakukan dalam upaya peningkatan kesempatan kerja, antara
lain melalui penempatan tenaga kerja lokal (AKL), penempatan tenaga kerja
antar daerah (AKAD), dan penempatan kerja antar negara (AKAN), dimana
prioritas kegiatan diarahkan pada masyarakat buruh tani dan petani
subsisten yang perlu mendapatkan mata pencaharian yang layak. Data AKL,
84 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
AKAD, dan AKAN selama tahun 2015-2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini
:
Tabel III.27
Jumlah Penempatan Tenaga Kerja Kabupaten Wonosobo
Tahun
No. Pencari Kerja
2015 2016
1 Angkatan Kerja Lokal (AKL) 6 680
2 Angkatan Kerja Antar Daerah (AKAD) 1.321 789
3 Angkatan Kerja Antar Negara (AKAN) 1.336 1.899
Total 2.663 3.368
Sumber: Kantor Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2016

− Sosialisasi Peraturan Penempatan dan Perlindungan TKI


Penempatan tenaga kerja melalui Antar kerja Antar Negara masih
mendominasi penempatan tenaga kerja Kabupaten Wonosobo pada tahun
2016. Menjamin penempatan Tenaga Kerja Indonesia melalui jalur legal dan
sesuai dengan prosedur menjadi kewajiban pemerintah daerah melalui Kantor
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, yang dengan demikian diharapkan akan
mengurangi potensi timbulnya masalah dalam penempatan tenaga kerja, yang
sekaligus menjadi pintu awal bagi perlindungan tenaga kerja. Untuk itu
pengetahuan masyarakat tentang prosedur penempatan dan perlindungan
tenaga kerja menjadi penting.

− Pengembangan Kewirausahaan
Mengingat pentingnya upaya peningkatan ketrampilan/kompetensi
bagi masyarakat pencari kerja, yang dengan demikian diharapkan akan mampu
meningkatkan peluang kerja bagi masyarakat melalui pengembangan
ketrampilan dan wirausaha, pada tahun 2016 dilaksanakan kegiatan Pelatihan
Menjahit (APTI) (DBHCHT), Pelatihan Montir (APTI) (DBHCHT), Penciptaan
Wirausaha Baru Melalui Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri (DBHCHT),
Pengembangan Kompetensi Wirausaha Melalui Inkubasi Bisnis (DBHCHT), dan
Pembinaan Eks-TKI.
− Kegiatan Pelatihan Menjahit (APTI) (DBHCHT), dilaksanakan di Dsa Reco
Kecamatan Kertek dengan diikuti oleh 16 orang peserta, selama 180 jam
pelajaran. Pelatihan ini diikuti oleh masyarakat petani tembakau.
− Kegiatan Pelatihan Montir (APTI) (DBHCHT), dilaksanakan di Desa Kalidesel
Kecamatan Watumalang dengan diikuti oleh 16 orang peserta, selama 180
jam pelajaran. Pelatihan ini diikuti oleh masyarakat petani tembakau.
− Penciptaan Wirausaha Baru Melalui Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri
(DBHCHT), dilaksanakan dalam 2 tahap yang masing-masing diikuti oleh 20
orang. Kegiatan ini dikemas daam bentuk pelatihan kewirausahaan selama
48 jam pelajaran (6 hari) yang diikuti oleh tenaga kerja muda yang
mempunyai ide pengembangan usaha dan eks-trainee pelatihan BLK. Pada
akhir pelatihan dilaksanakan start-up business competition, dimana setiap
peserta wajib membuat proposal bisnis yang dipresentasikan di depan juri.
Pelatihan ini diharapkan memberi bekal bagi peserta dalam menyusun
perencanaan usaha dan mengaplikasikan pengetahuannya dalam
menyusun rencana pengembangan usaha.

85 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
− Kegiatan Pengembangan Kompetensi Wirausaha Melalui Inkubasi Bisnis
(DBHCHT). Kegiatan ini dilaksanakan untuk 2 kejuruan yaitu prosesing hasil
pertanian dan desain grafis, yang diikuti oleh 20 orang peserta yang terdiri
dari 10 orang eks TKI (untuk kejuruan prosesing hasil pertanian) dan 10
orang tenaga kerja muda (untuk kejuruan desain grafis), dalam pelatihan
yang dilaksanakan selama 40 hari. Bentuk kegiatan berupa pelatihan teknis
prosesing hasil pertanian dan desain grafis yang dirangkai dengan pelatihan
wirausaha dan praktik wirausaha (pemasaran).
− Pembinaan eks-TKI. Bentuk kegiatan berupa pelatihan bagi eks-TKI yang
diikuti oleh 50 orang. Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan
ketrampilan teknik pengolahan hasil pertanian, serta mendorong para
peserta pelatihan untuk terus mengembangkan ketrampilan dengan
berwirausaha di bidang pengolahan hasil pertanian. Pelatihan ini
dilaksanakan dengan pola 80 jam pelajaran.

2) Program Perlindungan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan


Program perlindungan pengembangan lembaga ketenagakerjaan
dilakukan dalam dua bentuk kegiatan yaitu sosialisasi serta pengawasan dan
perlindungan. Rincian kegiatan pada program ini adalah sebagai berikut:
− Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi yang dilakukan meliputi sosialisasi prosedur
penyelesaian PHI (Perselisihan Hubungan Industrial), sosialisasi berbagai
peraturan pelaksanaan tentang ketenagakerjaan, dan BPJS
Ketenagakerjaan dan penyelesaian klaim. Dalam kegiatan Pembinaan
Fasilitasi Prosedur Penyelesaian Hubungan Industrial (PHI), selain dilakukan
sosialisasi, juga dilaksanakan penanganan kasus perdata PHI/PHK.

Sosialisasi berbagai peraturan pelaksanaan ketenagakerjaan


dilaksanakan karena beberapa alasan, yaitu 1). belum adanya persamaan
persepsi tentang pentingnya pembentukan sarana hubungan industrial di
perusahan, 2). supaya terbentuk sarana HI di perusahaan 3). agar lebih
dipahaminya sistempengupahan di perusahaan, sistem outsourching,fungsi
kelembagaan K3 diperusahaan 4). mendorong terbentuknya lembaga K3
diperusahaan.

Sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan dan penyelesaian klaim dimaksudkan


agar tenaga kerja memahami tentang BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS
Kesehatan serta tidak mengalami kesulitan ketika mengajukan klaim BPJS
Ketenagakerjaan, Selain itu juga dilakukan fasilitasi dan pendampingan
kepada tenaga kerja yang mengalami kesulitan dalam proses klaim JHT
(Jaminan Hari Tua) Ketenagakerjaan.

− Pengawasan dan Perlindungan


Kegiatan pengawasan dan perlindungan meliputi beberapa kegiatan,
yaitu kegiatan peningkatan pengawasan dan perlindungan serta penegakan
hukum terhadap K3, pemeriksaan dan pengujian alat obyek K3, peningkatan
Lembaga Ketenagakerjaan LKS Bipartit, Tripartit dan Serikat Pekerja, serta
peningkatan Kegiatan Dewan Pengupahan Kabupaten.
Peningkatan pengawasan dan perlindungan serta penegakan hukum
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K-3) bertujuan untuk
melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan
86 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
pekerjaannya, melalui upaya-upaya pengendalian semua bentuk
pelanggaran bahaya yang ada di lingkungan tempat kerja.Selain itu, melalui
kegiatan ini diharapkan juga dipahaminya pentingnya penggunaan alat
pelindung diri dan tata cara penggunaan APD yang benar. Kegiatan
dilaksanakan melalui pembinaan dan pemeriksaan norma kerja dan
pelaksanaan K3 di perusahaan-perusahaan yang ada di kabupaten
Wonosobo. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan dan pengujian alat obyek
K3 dengan melakukan pemeriksaan pada perusahaan-perusahaan di
kabupaten Wonosobo yang diperkirakan menggunakan peralatan obyek K3.
Tujuannnya adalah untuk mengidentifikasi berbagai peralatan yang
dipergunakan di perusahaan dan juga untuk mengidentifikasi peralataan
yang belum memiliki kelengkapan perijinan.

Peningkatan Lembaga Ketenagakerjaan LKS Bipartit, Tripartit dan


Serikat Pekerja merupakan kegiatan untuk memfasilitasi permusyawaratan
dan konsultasi antara pekerja/buruh, pengusaha dan pemerintah dalam
rangka meminimalkan perselisihan hubungan industrial melalui penciptaan
hubungan yang harmonis antara ketiganya. Upaya ini akan berimplikasi
terhadap iklim investasi Kabupaten Wonosobo yang membaik dan
dilakukan melalui beberapa kegiatan, yaitu : sosialisasi yang diikuti unsur
pekerja dan pengusaha,sidang pleno LKS Tripartit dan sidang Badan Pekerja
LKS Tripartit, pembinaan serikat pekerja, serta porseni tripartit.

Peningkatan Kegiatan Dewan Pengupahan bertujuan untuk


memberikan perlindungan bagi tenaga kerja melalui usulan penetapan
standar Upah Minimum Kabupaten (UMK) berdasarkan hasil survey
Kebutuhan Hidup Layak (KHL) setiap tahun.Tujuan dari kegiatan ini adalah
teridentifikasinya KHL Kabupaten setiap tahun, tercapainya keputusan UMK
setiap tahunnya, teridentifikasinya pelaksanaan UMK tahun sebelumnya,
serta agar UMK yang baru diketahui seluruh perusahaan. Penetapan UMK
biasanya dilakukan melalui survey KHL untuk menentukan nilai KHL
Kabupaten Wonosobo, kemudian hasilnya dirapatkandan di ajukan kepada
Dewan Pengupahan untuk menentukan nilai UMK. Selanjutnya diajukan
usulan penetapan UMK melalui sidang Depekab yang direkomendasikan
oleh Bupati Wonosobo ke Gubernur untuk di setujui. Kegiatan Survey KHL
dilaksanakan di beberapa pasar seperti Pasar Wonosobo, Pasar Kertek, dan
Pasar Garung, dengan obyek yang disurvey berupa sandang, pangan, papan
untuk pekerja lajang sesuai dengan ketentuan Dewan Pengupahan
Nasional. Tim survey KHL terdiri dari unsur Apindo, unsur Serikat Pekerja,
unsur Pakar dan perwakilan dari BPS serta dari Disnakertrans.
Tabel III.28
Capaian Kinerja Urusan Ketenagakerjaan Tahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJMD 2016-2021
%Capaian
Capaian Capaian
Target kinerja
Indikator Kinerja Kinerja Kinerja
No 2016 terhadap
2015 2016
target
Persentase kenaikan kepersertaan
1 30% 30% 10,08%
pekerja dalam jaminan kesehatan 33,60
Persentase sengketa pengusaha
2 100% 100% 100%
pekerja per tahun yang diselesaikan 100,00

87 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
%Capaian
Capaian Capaian
Target kinerja
Indikator Kinerja Kinerja Kinerja
No 2016 terhadap
2015 2016
target
Persentase perusahaan yang
3 menerapkan syarat kerja non NA 70% 75%
diskriminatif 107,14
Angka sengketa pengusaha - pekerja
4 4 4 2
per tahun yang diselesaikan 50,00
Persentase angkatan kerja yang
5 mendapatkan pelatihan berbasis 47% 47% 43,19%
kompetensi 91,89
Persentase angkatan kerja yang
6 mendapat pelatihan berbasis 60,70% 67% 44,40%
masyarakat 66,27
Persentase peserta pelatihan yang
7 NA 1% 0
mendapatkan sertifikat kompetensi 0,00
Persentase instruktur bersertifikat
8 NA 0 18,73%
kompetensi
Persentase Lembaga kursus dan
9 NA 0 0
Pelatihan bersertifikat Nasional
Sumber: Kantor Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2016

Pada tahun 2016 ini terdapat perbedaan indikator kineja berdasar RPJMD
dibanding degan tahun sebelumnya. Mengacu pada RPJMD 2016-2021 setidaknya
terdapat 3 program yang masuk dalam urusan ketenagakerjaan yaitu Program
Pengembangan Hubungan Industrial dan Peningkatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
Progra Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja, dan Program
Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif. Ketiga program
tersebut diarahkan pada upaya pencapaian indikator RPJMD di atas.

Indikator capaian Program Pengembangan Hubunan Industrial dan


Peningkatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja antara lain adalah Persentase Kenaikan
Kepersertaan Pekerja Dalam Jaminan Kesehatan, Persentase Sengketa Pengusaha
Pekerja Per Tahun Yang Diselesaikan, Persentase Perusahaan Yang Menerapkan
Syarat Kerja Non Diskriminatif, dan Angka Sengketa Pengusaha - Pekerja Per Tahun
Yang Diselesaikan.

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada indikator Persentase Kenaikan


Kepersertaan Pekerja Dalam Jaminan Kesehatan terjadi penurunan persentase
kepesertaan pekerja pada jaminan kesehatan/sosial sebesar 10,08% dimana pada
tahun 2015 terdapat 66,93% pekerja yang telah menjadi peserta aktif BPJS
Ketenagakerjaan, namun pada tahun 2016 hanya terdapat 56,85% pekerja yang
tercatat sebagai peserta aktif BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini terjadi karena banyaknya
pekerja yang mengundurkan diri dari kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan karena
menyatakan mundur dari karyawan perusahaan. Hal tentunya menjadi catatan bagi
Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian untuk mengefektifkan program perlindungan
tenaga kerja melalui BPJS Ketenagakerjaan dengan terus mendorong keterlibatan
aktif perusahaan untuk memenuhi hak pekerja termasuk dalam keikutsertaan pekerja
sebagai peserta aktif BPJS Ketenagakerjaan.

Sementara itu, melalui pemberlakuan Undang-Undang Ketenagakerjaan


Nomor 13 Tahun 2003 yang dapat dipatuhi oleh pekerja dan pengusaha, akan
88 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
menciptakan kondisi iklim kerja yang kondusif dan perhatian terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja sebagai hak dasar pekerja akan lebih terjamin. Implementasi
program ini dalam beberapa kegiatan yaitu penyelesaian perselisihan hubungan
industrial, pemutusan hubungan kerja, peningkatan pengawasan, perlindungan dan
penegakan hukum tehadap keselamatan dan kesehatan kerja, peningkatan kegiatan
dewan pengupahan kabupaten, penyelesaian kasus TKI bermasalah, penyelesaian
klaim JHT Jamsostek, pemeriksaan kesehatan tenaga kerja, dan peningkatan
lembaga ketenagakerjaan LKS bipartit, tripartit, dan serikat pekerja sehingga
diharapkan adanya hubungan harmonis antara pemerintah, perusahaan dan serikat
pekerja yang akan mendukung terciptanya iklim usaha kondusif, pada akhirnya
mampu menarik investor masuk ke Wonosobo.

Untuk mencapai hal tersebut, upaya penyelesaian sengketa pengusaha –


pekerja menjadi salah satu perhatian bagi Kantor Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
mengingat pentingnya menjaga situasi dunia usaha yang kondusif, dan pentingnya
kepastian penyelesaian sengketa secara adil dan bermartabat bagi kedua belah pihak
. Tabel di atas menunjukkan bahwa selama tahun 2016 terdapat 2 sengketa
pengusaha –pekerja, dan kedua sengketa tersebut bisa diselesaiakan dengan baik.

Program Peningkatan Kualitas dan Produktifitas Tenaga Kerja merupakan


suatu program dalam urusan ketenagakerjaan yang dimaksudkan untk meningkatkan
kualitas dan produktivitas tenaga kerja melalui serangkaian intervensi kegiatan
berupa pelatihan kerja dan penempatan tenaga kerja, sehingga dengan bekal
ketrampilan yang dimilikinya masyarakat bisa mendapatkan pekerjaan baik sebagai
karyawan pada perusahaan maupun dengan berusaha mandiri. Indikator kinerja
berupa : Persentase angkatan kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis
kompetensi, Persentase angkatan Kerja Yang Mendapat Pelatihan Berbasis
Masyarakat, Persentase Peserta Pelatihan Yang Mendapatkan Sertifikat Kompetensi,
Persentase Warga Miskin Yang Mendapatkan Pelatihan Ketrampilan, Persentase
Instruktur Bersertifikat Kompetensi, Persentase Lembaga Kursus Dan Pelatihan
Bersertifikat Nasional, Persentase Pencari Kerja Terdaftar Yang Ditempatkan,
Peningkatan Jumlah Kerjasama Penempatan Tenaga Kerja Dengan Perusahaan,
Persentase Warga Miskin Yang Mendapatkan Pelatihan Ketrampilan.
Pelatihan ketrampilan yang dilaksanakan oleh Kantor Tenaga Kerja dan Transmigrasi
adalah pelatihan berbasis kompetensi, yaitu pelatihan yang berpedoman pada SKKNI
(Standar Kompetensi kerja Nasional Indonesia) dengan elatihan ini diharapkan
peserta mampu mencapai standar kompetensi sehingga peserta bisa mendapatkan
manfaat dari kemampuannya tersebut baik dengan bekerja pada dunia industri
maupun dengan berwirausaha. Capaian indikator Persentase Angkatan Kerja yang
mendapat pelatihan berbasis kompetensi pada Tahun 2016 sebesar 43,19% artinya
hanya 43 orang dari 100 orang pendaftar pelatihan yang bisa mengikuti pelatihan
berbasis kompetensi, menurun dibanding capaian tahun sebelumnya (2015) sebesar
47%. Hal ini terjadi karena besarnya animo masyarakat untuk mengikuti pelatihan
belum sebanding dengan fasilitas yang tersedia.

Salah satu penyebab masih tingginya angka kemiskinan adalah masalah


terbatasnya akses keluarga miskin atas berbagai fasilitas baik akses pendidikan, akses
terhadap layanan kesehatan, akses terhadap sumberdaya ekonomi, termasuk
terbatasnya akses mendapatkan pekerjaan dan pelatihan kerja yang memungkinkan
meningkatnya ketrampilan sehingga terbuka peluang lebih untuk mendapatkan
pekerjaan dan penghidupan yang layak. Maka indikator persentase warga miskin
89 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
yang mendapat pelatihan menjadi salah satu indikator penting untuk membantu
warga miskin membuka peluang terlibat aktif dalam aktifitas ekonomi setelah
mendapat pelatihan kerja. Untuk indikator persentase warga miskin yang
mendapatkan pelatihan ditunjukkan pada tabel di atas, terlihat baru 12% dari peserta
pelatihan merupakan warga miskin. Angka ini sudah melampaui target kinerja tahun
2016 sebesar 10%, namun capaian ini akan terus ditingkatkan dengan memperbesar
porsi peserta pelatihan bagi warga miskin.

Kualitas instruktur, yang antara lain diukur dengan sertifikat kompetensi yang
dimiliki, menjadi bagian penting dalam peningkatan kualitas lulusan pelatihan. Oleh
karena itu upaya untuk memperbaiki kualitas instruktur terus dilakukan antara lain
dengan mendorong insruktur menngikuti sertifikasi, dan hal ini menjadi salah satu
inidkator kinerja, yaitu persentase instruktur yang bersertifikat kompeten. Tabel di
menunjukkan capaian indikator ini sebesar 18,75% dimana dari 16 instruktur 3
diantaranya telah bersertifikat kompeten, yaitu 2 orang instruktur pada kejuruan
otomotif dan 1 orang pada kejuruan menjahit.

Salah satu indikator penting dalam penempatan tenaga kerja adalah


peningkatan jumlah kerjasama penempatan tenaga kerja dengan perusahaan, yang
tahun ini capaian kinerjanya adalah sebesar 19,04 %, artinya terdapat peningkatan
kerjasama penempatan dengan perusahaan dibanding dengan tahun sebelumnya.
Pada tahun 2016 terdapat 25 perusahaan yang melakukan kerjasama penempatan.
Sementara jumlah kerjasama penempatan pada tahun sebelumnya sebanyak 21
perusahaan.

Melalui serangkaian kegiatan yang dilaksanakan pada Tahun 2016, pencapaian


beberapa indikator pada progam ini mengalami peningkatan, diantaranya adalah
indikator persentase pencari kerja terdaftar yang ditempatkan. Pada tahun 2015
capaian indikator ini adalah 45,42%, sedangkan pada tahun 2016 mengalami
peningkatan menjadi 62,61%. Pada tahun 2016 tercatat 5.379 pencari kerja terdaftar.
Dari angka tersebut 3.368 orang bisa ditempatkan, baik melalui Program Antar Kerja
Lokal (Penempatan tenaga Kerja Dalam Satu Provinsi), Antar Kerja Antar Daerah
(Penempatan Tenaga Kerja di luar provinsi) dan Antar Kerja Antar Negara (AKAN).

Secara umum permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan urusan


ketenagakerjaan dan solusi yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel III.29
Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Tenaga Kerja
No Permasalahan Solusi
1. Dari aspek SDM, jumlah tenaga fungsional tertentu, Perlu diadakan pendidikan dan pelatihan
yang terdiri dari Pengawas Ketenagakerjaan, untuk meningkatkan kemampuan
Pengantar Kerja, Mediator, dan Instruktur masih pejabat maupun petugas fungsional ,
menghadapi permasalahan, baik dari sisi kuantitas instruktur, pengantar kerja dan pegawai
maupun kualitasnya. yang lain.
i) Untuk menjalankan fungsi pengawasan secara
efektif dibutuhkan pegawai pengawas dengan
jumlah yang cukup dan dengan kompetensi
(terutama kompetensi K3) yang memadai.
90 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
No Permasalahan Solusi
ii) Mediator : Saat ini tidak terdapat pegawai
fungsional Mediator.
iii) Instruktur : untuk menuju pelatihan berbasis
kompetensi diperlukan instruktur dengan
sertifkat kompeten. Saat ini tidak ada sistem
up grading yang jelas bagi instruktur sehingga
peningkatan ketrampilan instruktur sangat
terbatas.
iv) Pengantar Kerja : mempunyai peran vital
dalam penempatan tenaga kerja melalui
Program AKAD, AKL, maupun AKAN. Jumlah
Pengantar Kerja yang hanya 1 orang,
menjadikan fungsinya belum optimal,.
v) Terbatasnya peguasaan kemampuan
perangkat kerja (computer) oleh staf menjadi
kendala dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.
2. Manajemen Perlu manajemen organisasi yang baik
i) Pengelolaan organisasi. dalam hal pembagian staf dan distribusi
ii) Standar Operational Prosedur yang tidak pekerjaan , sehingga pekerjaan akan
dijalankan oleh aparat organisasi. berjalan sesuai tupoksi yang ada , standar
iii) Pembagian tugas yang menumpuk pada pelayanan publik agar menggunakan
beberapa staf atau tidak merata. SOP.
iv) Sistem kerja yang masih kaku.
3. Desain produk pelayanan yang belum berorientasi Peningkatan sistem informasi yang
ke pelanggan (customer oriented) membuat terkomputerisasi, bank data yang
layanan kepada masyarakat terutama para pencari terpusat serta menghasilkan informasi
kerja menjadi tidak optimal. yang akurat dan up to date sehingga
pelayanan kepada masyarakat terutama
para pencari kerja bisa lebih optimal.
4. Masih terbatasnya lapangan kerja yang tidak Menjalin kemitraan dengan berbagai
sebanding dengan jumlah tenaga kerja yang pihak untuk memperluas lapangan kerja
tersedia, serta ketidaksesuaian peluang kerja yang dan kesempatan kerja, serta melakukan
ada dengan pendidikan dan kemampuan yang pendampingan, motivasi, serta
dimiliki oleh para pencari kerja. pembekalan pengetahuan dan
ketrampilan bagi para pencari kerja
melalui program kerjasama dengan
berbagai perusahaan dibidang
pendampingan persiapan masuk dunia
kerja.
5. Perencanaan Program dan Kegiatan yang tidak Akan lebih memperhatikan Peraturan-
sesuai dengan indikator renstra RPJMD, yang peraturan yang mendasari dan
mengakibatkan beberapa indikator tidak mencapai meningkatkan koordinasi internal
harapan yang semestinya dicapai. maupun eksternal untuk sinkronisasi
perencanaan program ataupun kegiatan.

b. Urusan Pendidikan
1) Program Pendidikan Menengah
Upaya Peningkatan akses terhadap pendidikan menengah yang
berkualitas selalu diupayakan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah.
Pada tahun 2016, Pembangunan Prasarana Pendidikan SMA/SMK baik berupa
rehabilitasi ruang kelas baru, senderan maupun penataan lingkungan. Ruang
belajar sebagai prasarana utama proses pembelajaran menjadi perhatian yang
harus dipenuhi untuk meningkakan kenyamanan siswa,

91 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
SMK dibentuk dengan tujuan untuk mencetak calon tenaga kerja
tingkat menengah yang memiliki keterampilan dan siap memasuki dunia
usaha/dunia industry. Oleh karenanya beberapa kegiatan pendukung
diselenggarakan untuk merespon tuntutan pasar tenaga kerja. Kegiatan Career
Center yang dilaksanakan oleh SMK Negeri 1 Wadaslintang, bertujuan untuk
meningkatkan layanan pendidikan bermutu pada SMK yang berwujud
pendidikan kepada masyarakat, khususnya lulusan SMK dan/atau sederajat
sebagai bekal memasuki dunia kerja. Fasilitasi Pengelolaan Bursa Kerja Khusus
(BKK) SMK diselenggarakan untuk meningkatkan daya serap lulusan
pendidikan kejuruan pada dunia usaha dan industri melalui stimulan
pembiayaan fasilitasi bursa kerja khusus sehingga setelah lulus siswa dapat
bekerja di dunia usaha/dunia industry yang kerjasamanya telah terjalin dengan
sekolah. SMK Negeri 1 Kepil menerima bantuan keuangan pemerintah Provinsi
Jawa Tengah untuk penyelenggaraan kelas industry. Kelas industri dibentuk
untuk meningkatkan kualitas lulusan SMK yang mempunyai kompetensi sesuai
dengan permintaan industri melalui dukungan pembiayaan fasilitasi program
kelas industri SMK.

Untuk menimgkatkan partisipasi sekolah pada tingkat menengah telah


diselenggarakan Bantuan Beasiswa Siswa SMA/SMK dari Keluarga Kurang
Mampu. Selain untuk jalur pendidikan formal, pemerintah juga
mengakomodasi bantuan untuk penyelenggaraan pendidikan non formal
setara SMA, yaitu penyelenggaran pendidikan kesetaraan Paket C setara
SMA.Bantuan penyelenggaraan Paket C disalurkan yang digunakan oleh
lembaga untuk pengadaan bahan belajar, pengadaan alat tulis dan biaya
transportasi tutor.

Perhatian pemerintah Kabupaten Wonosobo untuk meningkatkan


angka partisipasi pendidikan menengah adalah dengan menyalurkan anggaran
untuk pembangunan prasarana sekolah dengan bersumber dari APBD Murni.
Selain itu untuk menjaga keamanan lingkungan sekolah dan warga sekolah,
pembangunan senderan dan pagar keliling sekolah menjadi salah satu prioritas.
pengadaan alat laboratorium juga diselenggarakan terutama untuk
laboratorium bahasa dan multimedia.
Tabel III.30
Capaian kinerja berdasarkan RPJMD Program Pendidikan SMK
Capaian kompetensi keahlian Capaian Target Capaian %
No.
SMK 2015 2016 2016 capaian
1 Persentase kompetensi 55% 56% 60% 109,09%
keahlian SMK minimal
berakreditasi B

c. Urusan Pertanian
1) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Peningkatan kesejahteraan petani merupakan salah satu dari empat isu
strategis sukses pembangunan pertanian, menuju pembangunan industrialisasi
berbasis pertanian. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
petani melalui pemberdayaan dan peningkatan akses petani terhadap
sumberdaya usaha tani, dalam rangka budidaya pertanian ramah lingkungan.
Kegiatan yang dilaksanakan adalah Pekan Daerah Kontak Tani Nelayan Andalan
Kabupaten Wonosobo.
92 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
2) Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan)
Program Peningkatan Ketahanan Pangan dimaksudkan untuk
mengoperasionalkan pembangunan dalam rangka mengembangkan sistem
ketahanan pangan baik di tingkat nasional maupun di tingkat masyarakat.
Kegiatan yang dilaksanakan adalah Survey Produktivitas Lahan. Survey
produktivitas lahan dilaksanakan untuk mengetahui produksi dan produktivitas
per komoditas. Metode yang dilakukan adalah dengan pengubinan sampel
masing-masing pada pada lahan seluas 2,5 m x 2,5 m dalam satu hamparan.

3) Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian


Program ini bertujuan untuk memberikan nilai tambah melalui
peningkatan mutu, pemasaran dan keanekaragaman produk olahan komoditas
pertanian, serta meningkatkan efisiensi pengolahan dan pemasaran hasil
pertanian. Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi Pengembangan
Agropolitan (luncuran APBD 2015), Pelatihan Ketrampilan Pembuatan Kopi
Bubuk (DBHCHT), Pelatihan Manajemen Agribisnis, Fasilitasi dan Edukasi
Kesadaran Konsumsi Bahan Pangan Asal Hewan, Fasilitasi Agro Ekspo,
Pelatihan Kelembagaan Agribisnis Bagi Petani/Poktan (DBHCHT), Pembuatan
Unit Pengolahan Gula Kristal (DBHCHT), Pelatihan Barista Kopi, Pelatihan
Pengolahan Gula Kelapa (DBHCHT), Pelatihan Pengolahan Kentang (Pajak
Rokok), Pelatihan Pengolahan Salak, Validasi dan Pendataan Identifikasi Calon
Petani Gula Kelapa Organik, Forum Konsultasi Pengembangan Agribisnis
Florikultura dengan Balithi, Pelatihan Budidaya dan Pasca Panen Sayuran dan
Fasilitasi Rapat Koordinasi APTI (DBHCHT).

4) Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan


Program ini bertujuan untuk mengembangkan hasil produksi pertanian
dan perkebunan dengan sasaran untuk mencapai kedaulatan pangan daerah.
Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi Pengembangan Tanaman Hias Bunga
Krisan (DBHCHT), Pengembangan dan Pengelolaan Taman Konservasi Anggrek
(Kerjasama Balithi Kementrian Pertanian RI), Pelatihan Pupuk Organik
(DBHCHT), Pelatihan Grade Tembakau (DBHCHT), Pelatihan Budi Daya
Tembakau (DBHCHT), Pembuatan Rumah Pengering (DBHCHT), Pengadaan
Mesin Perajang Tembakau (DBHCHT), Pengadaan Keranjang dan Para-para
(DBHCHT), Pelatihan Keterampilan Pengolahan Limbah (DBHCHT), Konservasi
Lahan pada Areal Tanaman Tembakau dengan Tanaman Kopi (DBHCHT),
Konservasi Lahan pada Areal Tanaman Tembakau dengan Tanaman Kemar
(DBHCHT), Pemberdayaan Peningkatan Kapasitas PPL, Pendampingan UPSUS
PAJALAI, Pengembangan dan Pelatihan Pusat Pembibitan Kentang,
Pengembangan Jagung (Luncuran APBD 2015), Pengembangan Umbi-Umbian
(Luncuran APBD 2015), Pembangunan Gedung Fermentasi (DBHCHT) (Luncuran
APBD 2015), Pelatihan Kelembagaan P3A, Pembangunan/Rehabilitasi Sarana
Prasarana Pendukung Produksi Pertanian, Pembangunan Sarana Prasarana
Pendukung Produksi Pertanian, Pelatihan Pengelolaan Pupuk Organik (APTI)
(DBHCHT), Demplot Pertanian dan Perikanan Terpadu, Pengembangan
Florikultura Kerjasama dengan Balithi (DBHCHT), Pengadaan Tanaman
Hidroponik dan DED UPT Balai Benih Padi Sari Aji.
Salah satu kegiatan pelatihan yang dilaksanakan adalah Pelatihan Grade
Tembakau (DBHCHT). Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan SDM tentang grade tembakau, meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan SDM tentang kualitas tembakau, meningkatkan pemahaman
93 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Good Agriculture Practice (GAP tembakau) dan meningkatkan pemahaman
Good Manufacturing Practice (GMP) tembakau. Sasaran kegiatan adalah 40
orang anggota kelompok tani di Wilayah Kecamatan Kertek, Kalikajar, Garung,
Kejajar, Mojotengah dan Watumalang.
Kegiatan konservasi lahan dilaksanakan melalui kegiatan konservasi
lahan pada areal Tanaman Tembakau dengan Tanaman Kopi. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengurangi tingkat erosi lahan dan meningkatkan
pendapatan petani. Kegiatan dilaksanakan di Desa Bowongso Kecamatan
Kalikajar, Desa Kalikuning Kecamatan Kalikajar, Desa Binangun Kecamatan
Watumalang dan Desa Krinjing Kecamatan Watumalang. Kegiatan konservasi
lain adalah konversi lahan pada areal Tanaman Tembakau dengan Tanaman
Kemar. Kegiatan dilaksanakan di Desa Butuh Lor Kecamatan Kalikajar, Desa
Kalikuning Kecamatan Kalikajar, Desa Binangun Kecamatan Watumalang dan
Desa Krinjing Kecamatan Watumalang.

5) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak


Tujuan dari program ini adalah mencegah penyebaran penyakit ternak
serta menanggulangi penyebab penyakit yang dapat menyebabkan penyakit
hewan menular termasuk yang bersifat zoonosis dan penurunan produksi
ternak. Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah Pemeliharaan Kesehatan
dan Pencegahan Penyakit Menular.

6) Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan


Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan populasi, produksi dan
produktivitas ternak sehingga akan menjamin ketersediaan pangan dan
menghasilkan nilai tambah ekonomi bagipetani. Kegiatan yang dilakukan
berupa Pendistribusian Bibit Ternak kepada Masyarakat (luncuran APBD 2015),
Pengembangan Ternak Sapi Perah di Kabupaten Wonosobo (luncuran APBD
2015), Pengembangan Ternak Unggas (luncuran APBD 2015), Pengembangan
Ternak Jenis Unggul (luncuran APBD 2015), Fasilitasi Pengembangan Kelompok
Ternak Kambing dan Domba (luncuran APBD 2015), Fasilitasi Pengembangan
Kelompok Ternak Sapi (luncuran APBD 2015), Fasilitasi Kelompok Ternak Ayam
( luncuran APBD 2015), Pelatihan Ternak Sapi Potong (DBHCHT), Pelatihan dan
Pengembangan Peternakan Kelurahan Jaraksari, Pelatihan Ketrampilan Ternak
Sapi Perah (DBHCHT), Pelatihan Ketrampilan Ternak Kambing (DBHCHT), Kajian
Pelestarian dan Pengembangan Ternak Domba Wonosobo, Peningkatan
Pelayanan UPT RPH, Penguatan Kelembagaan dan Kontes Ternak, Pengadaan
Ternak Sapi untuk Kelompok Tani Joyo Binangun Kel. Wringinanom Kec.
Kertek, Peningkatan Pelayanan UPT Sariaji, Fasilitasi Sarana Prasarana
Pembibitan Ternak dan Pelatihan Keterampilan Pengolahan Hasil Ternak.
Kajian Pelestarian dan Pengembangan Ternak Domba Wonosobo
dilaksanakan pada kelompok Domba Wonosobo di Kabupaten Wonosobo
meliputi Desa Butuh, Wonosari dan Purwojiwo Kecamatan Kalikajar dan Desa
Surengede Kecamatan Kejajar. Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat menjadi
acuan kelanjutan kegiatan pelestarian dan pengembangan ternak Domba
Wonosobo.

7) Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan


Tujuan program ini adalah dalam rangka meningkatkan pemasaran
produksi hasil peternakan dengan cara promosi untuk meningkatkan daya
saing dan kemitraan. Kegiatan yang dilakukan berupa Pelatihan Juru Sembelih
94 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Halal. Keberadaan juru sembelih halal merupakan salah satu upaya menjamin
konsumen mengonsumsi daging yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH).

8) Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana


Program ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas penyaluran
pupuk bersubsidi, serta mewujudkan optimalisasi pemanfaatan air irigasi
melalui pengembangan jaringan irigasi maupun pengembangan sumber air.
Kegiatan yang dilakukan berupa:
- Penyusunan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK)
Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) adalah rencana
kebutuhan sarana produksi pertanian dan alat mesin pertanian untuk satu
musim/siklus usaha yang disusun berdasarkan musyawarah anggota
kelompok tani yang merupakan alat pesanan sarana produksi pertanian
kelompok tani kepada Gapoktan atau lembaga lain (penyalur sarana
produksi pertanian dan perbankan), termasuk perencanaan kebutuhan
pupuk bersubsidi
- Perbaikan Saluran Irigasi UPT Sari Aji (Revitalisasi UPT Sari Aji)
Kegiatan yang dilaksanakan adalah penyediaan sarana operasional di
UPT Sari Aji berupa pompa air, traktor tangan, power thereaser dan mesin
pemotong rumput.

Sedangkan untuk capaian RPJMD 2016-2021 adalah sebagai berikut :

Tabel III.31
Data Indikator Kinerja Urusan Pertanian Berdasarkan RPJMD 2016-2021
Capaian Kinerja
No. Indikator Kinerja Program
2015 2016 Naik/ Turun
1 Produksi Tanaman Pangan (ton) 402.069 474.421 72.352
- Padi 104.093 167.165 63.072
- Jagung 101.123 77.369 -23.754
- Ubi Kayu 188.724 207.924 19.200
- Ubi Jalar 8.129 21.963 13.834
2 Produktivitas Tanaman Pangan/ Padi 5,1 167.165.781/30.316 0,41
(ton/ha) =5,51
3 Jumlah Produksi sayur-sayuran (kw) 1.983.025 4.971.225 2.988.200
4 Jumlah Produksi Buah-buahan (kw) 1.389.305 1.462.206 72.901
5 Jumlah Produksi Tanaman Biofarmaka 3.140.867 6.274.477 3.133.610
(kg)
6 Jumlah Produksi Bunga (tangkai) 2.710.124 3.189.117 478.993
7 Jumlah Produksi Perkebunan (ton) 8.482,17 8.522,12 39,95
8 Peningkatan Level Sertifikasi untuk pertama Pertama, ketiga meningkat
Komoditas
9 Persentase Teknologi Tepat Guna 10% 15% 5%
Bidang Pertanian yang Sudah
Diterapkan
10 Persentase Luasan Lahan 0 1% 1%
Pertanian/Perkebunan Ramah
Lingkungan (Pertanian Organik,
Pertanian Sesuai Kaidah Konservasi)
13 Persentase Ekspor Hasil Pertanian DTD DTD DTD
Terhadap Total Ekspor Non Migas
14 Jumlah Populasi Ternak Besar (ekor) 22.645 22.218 -427

95 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Capaian Kinerja
No. Indikator Kinerja Program
2015 2016 Naik/ Turun
15 Jumlah Populasi Ternak Kecil (ekor) 255.769 264.138 8.369
16 Jumlah Populasi Unggas (ekor) 2.883.833 2.925.696 41.863
17 Jumlah Produksi Telur (kg) 1.712.874 1.787.369 74.495
18 Jumlah Produksi Susu (l) 872.687 744.792 -127.895
19 Jumlah Produksi Daging (kg) 6.943.811 7.110.374 166.563
20 Persentase Kasus Ternak yang 80% 78% -2%
Tertangani
21 Jumlah Temuan Teknologi Tepat Guna 5 jenis 5 jenis tetap
Bidang Peternakan yang Sudah
Diterapkan
22 Persentase Kenaikan Pasokan Produk 10% 10% tetap
Peternakan ke Perusahaan Pengolah
23 Rasio Anggota Kelompok Tani 28,47 28,47 tetap
Terhadap Petani
24 Rasio Anggota Kelompok Tani Ternak 5,29 5,29 tetap
terhadap Peternak
25 Persentase Penyuluh yang Memiliki 50% 65% 15%
Pendidikan Formal Pertanian dan
Peternakan
Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan (analisis, 2016)

Produksi tanaman pangan Tahun 2016 meningkat sebanyak 72.352 ton


dibandingkan Tahun 2015. Peningkatan tersebut berasal dari peningkatan produksi
padi, ubi kayu dan ubi jalar, sedangkan produksi jagung mengalami penurunan.
Peningkatan produksi tanaman padi, ubi jalar dan ubi kayu disebabkan oleh
peningkatan produktivitas. Sedangkan penurunan produksi jagung disebabkan
oleh penurunan luas panen jagung dari 26.888 ha di Tahun 2015 menjadi 21.243 ha
di Tahun 2016. Luas panen jagung menurun karena sebagian lahannya beralih
untuk ditanami padi, salak dan tanaman hortikultura. Selain ini ada tanaman
jagung yang ditanam di bawah tegakan hutan negara yaitu hutan pinus. Pada
Tahun 2016 tanaman pinus di hutan negara tersebut sudah cukup tinggi/besar
sehingga di bawahnya tidak bisa ditanami jagung lagi karena jika ditanami
tanaman jagung tidak akan mendapat cukup sinar matahari.

Produktivitas tanaman pangan/padi pada Tahun 2016 meningkat sebesar


0,41 ton/ha dibandingkan produktivitas tanaman pangan/padi pada Tahun 2015.
Peningkatan produktivitas tersebut dikarenakan penggunaan sistem tanam Jajar
Legowo, selain itu serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) bisa lebih
dikendalikan pada Tahun 2016.

Jumlah produksi sayur-sayuran meningkat sebanyak 2.988.200 kuintal


dibandingkan Tahun 2015. Peningkatan produksi sayur-sayuran disumbang oleh
peningkatan luas panen. Peningkatan luas panen pada bawang merah sebanyak 7
ha, bawah putih 27 ha, kubis 654 ha, sawi 179 ha, kacang merah 75 ha, labu siam 97
ha, bayam 45 ha, cabe besar 167 ha, cabe rawit 39 ha, tomat 39 ha, terong 5 ha,
buncis 31 ha dan ketimun 10 ha. Peningkatan luas lahan yang ditanami tanaman
sayur-sayuran berasal dari lahan yang semula ditanami tanaman jagung.

Jumlah produksi buah-buahan meningkat sebanyak 72.901 kuintal


dibandingkan Tahun 2015. Peningkatan produksi buah-buahan secara umum

96 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
disebabkan jumlah tanaman penghasil buah-buahan meningkat karena ada
tanaman yang baru pertama berbuah. Peningkatan jumlah tanaman meliputi
Alpokat sebanyak 133 pohon, belimbing 28 pohon, duku 241 pohon, durian 4980
pohon, jambu biji 2472 pohon, jeruk siam 272 pohon, pepaya 302 pohon, pisang
11326 pohon, sirsak 382 pohon, sukun 123 pohon, melinjo 92 pohon dan jengkol 86
pohon.

Jumlah produksi tanaman biofarmaka meningkat sebanyak 3.133.610 kg


dibandingkan Tahun 2015. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh
meningkatnya luas panen tanaman jahe dan kapulaga. Luas panen tanaman jahe
meningkat sebanyak 865.140 m2 dibandingkan Tahun 2015, sedangkan tanaman
kapulaga luas panennya meningkat sebanyak 8.346.626 m2. Peningkatan luas
lahan tanaman jahe disebabkan pada akhir Tahun 2015 harga tanaman jahe sangat
tinggi yaitu seharga Rp 20.000 sampai dengan Rp 24.000 per kg. Akan tetapi
setelah ditanam dengan perluasan lahan oleh para petani, harga jahe pada Tahun
2016 justru sangat rendah yaitu hanya berkisar Rp 2.000 sampai dengan Rp 4.000
per kg, sehingga menimbulkan kekecewaan di kalangan petani jahe.

Jumlah produksi bunga meningkat sebanyak 478.993 tangkai dibandingkan


Tahun 2015. Peningkatan produksi disebabkan oleh peningkatan lahan anggrek
dari 100 m2 di Tahun 2015 menjadi 800 m2 di Tahun 2016 karena ada kegiatan dari
pemerintah. Selain itu peningkatan produksi bunga juga ada pada tanaman
anthurium bunga, chrisan dan mawar.

Jumlah produksi perkebunan meningkat sebanyak 39,95 ton dibandingkan


Tahun 2015. Peningkatan tersebut terutama berasal dari peningkatan produksi
kelapa dalam (kelapa yang digunakan untuk sayur).

Level sertifikasi untuk komoditas pada tanaman gula kelapa adalah


sertifikasi Prima I (sertifikasi level ketiga) sedangkan sertifikasi pada salak adalah
sertifikasi Prima III (sertifikasi level pertama). Sertifikasi digunakan sebagai syarat
ekspor.

Persentase teknologi tepat guna bidang pertanian yang sudah diterapkan


naik sebanyak 5% dibandingkan tahun sebelumnya. Diantaranya adalah melalui
SLPTT, SLPHT, pengunaan pupuk organik, teknologi alat tanam dan alat panen
serta teknologi pengolahan produk pertanian seperti alat pengolah kentang
menjadi tepung, singkong menjadi tepung mokav dan cabe menjadi tepung cabe
serta teknologi pengembangan benih varietas lokal yaitu pada tanaman tembakau
berupa Kemloko I-III dan Kopengan, sedangkan pada tanaman padi benih lokal
yang dikembangkan adalah IR 64, Barito dan Cisadane.

Persentase luasan lahan pertanian/perkebunan ramah lingkungan (Pertanian


Organik, Pertanian Sesuai Kaidah Konservasi) adalah sebesar kurang lebih 1%, yaitu
melalui kegiatan percontohan pada kelompok. Kegiatan yang sudah berjalan
adalah pada tanaman salak yaitu di Desa Pucungwetan Kecamatan Sukoharjo dan
Desa Wonosroyo Kecamatan Watumalang.

Rasio petani yang melakukan usaha pertanian organik masih terbatas pada
petani yang tergabung pada kelompok. Saat ini yang terdata baru 2 kelompok
petani salak dengan jumlah anggota masing-masing berjumlah kurang lebih 50
97 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
orang. Sedangkan pada tanaman padi dan tanaman lainnya, sistem pertaniannya
masih semi organik misalnya untuk pestisida sudah menggunakan pestisida alami
(non pestisida buatan), tetapi pupuknya sebagian masih menggunakan pupuk
kimia, atau untuk pengairan masih menjadi satu dengan pengairan dari sawah lain
yang menggunakan sistem pengairan non organik, oleh karena itu sistem
pertaniannya belum bisa dikatakan organik 100%. Oleh karena itu persentase
produksi komoditas pertanian organik terhadap total komoditas pertanian juga
belum banyak, kurang lebih hanya sebanyak 5%, yaitu pada tanaman salak dan
untuk padi baru mulai akan dirintis.

Persentase ekspor hasil pertanian terhadap total ekspor non migas belum
diketahui data pastinya, karena ekspor baru dilakukan di tingkat kelompok. Produk
pertanian di Kabupaten Wonosobo yang sudah diekspor antara lain salak, gula
kelapa, kentang, lobak, red bit dan kopi.

Jumlah populasi ternak besar menurun sebanyak 427 ekor. Penurunan


jumlah ternak besar disebabkan oleh perubahan/konversi lahan yang semula
ditanami rumput sebagian berubah menjadi lahan tanaman salak, yaitu di
Kecamatan Leksono, Watumalang, Kepil dan Sukoharjo. Berkurangnya lahan
rumput menyebabkan berkurangnya pasokan pakan untuk ternak. Selain itu cukup
banyak ternak besar yang dijual untuk kebutuhan sehingga jumlah ternak besar
berkurang banyak.

Jumlah populasi ternak kecil meningkat sebanyak 8.369 ekor. Peningkatan


tersebut terutama disumbang oleh peningkatan populasi Kambing Ettawa yaitu di
Kecamatan Watumalang, Sukoharjo, Leksono, Sapuran, Kepil, Kalibawang,
Kaliwiro, Wadaslintang, Mojotengah, Kalikajar. Ternak Kambing Ettawa tersebut
digunakan untuk kontes breeding. Kambing Ettawa yang dipelihara untuk
memproduksi susu ada di Kecamatan Kepil, Watumalang dan Kalikajar. Sedangkan
Domba Wonosobo untuk saat ini banyak diperjualbelikan ke luar wilayah
Wonosobo, untuk itu perlu diperhatikan pengembangan Domba Wonosobo
melalui breeding galur murni sehingga pelestarian plasma nutfah Domba
Wonosobo tetap terjaga.

Jumlah populasi unggas meningkat sebanyak 41.863 ekor. Peningkatan


tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan jumlah ayam potong di
Wadaslintang dan di Gadingrejo Kepil. Peternakan ayam potong di wilayah
tersebut umumnya berbentuk kemitraan. Sedangkan untuk peternakan ayam layer
ada di Kecamatan Kepil. Khusus untuk ayam potong jumlah populasi dihitung
bukan pada jumlah populasi pada akhir Tahun 2016, tetapi dari jumlah ayam yang
hidup dan pernah hidup di sepanjang Tahun 2016. Peningkatan jumlah populasi
unggas juga diikuti oleh kenaikan jumlah produksi telur. Jumlah produksi telur naik
sebanyak 74.495 kg. Kenaikan produksi telur disebabkan oleh meningkatnya
jumlah unggas betina produktif.

Jumlah produksi susu menurun sebesar 127.895 liter. Penyebab turunnya


produksi yaitu jumlah sapi betina produktif yang laktasi menurun. Penurunan
terjadi karena populasi sapi perah di Tawangsari, Semayu, Kejajar, Sruni, Kalibeber
dan Bumirejo berkurang.

98 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Jumlah produksi daging meningkat sebanyak 166.563 kg. Peningkatan
jumlah produksi daging terutama disebabkan pemotongan pada hari raya pada
Tahun 2016 meningkat dibandingkan dengan Tahun 2015.

Persentase kasus ternak yang tertangani sedikit mengalami penurunan yaitu


sebesar 2% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan di
Kabupaten Wonosobo belum ada Perda mengenai Peternakan dan Kesehatan
Hewan, sehingga petugas tidak bisa melakukan penarikan retribusi terhadap
pelayanan penanganan kasus ternak pada jam kerja. Ke depan perlu segera dibuat
Perda mengenai Peternakan dan Kesehatan Hewan sehingga petugas yang
menangani kasus ternak di lapangan punya landasan atau payung hukum yang
jelas.

Jumlah temuan teknologi tepat guna bidang peternakan setidaknya ada 5


jenis yang sudah diterapkan yaitu dari teknologi pengolahan hasil ternak berupa
alat pembuat yoghurt, teknologi pengolahan pakan ternak berupa mesin choper
dan alat pembuat konsentrat dan dari segi teknologi pengolahan limbah ada alat
pembuat biogas dan pupuk cair.

Persentase kenaikan pasokan produk peternakan ke perusahaan pengolah


adalah sebanyak 10%. Produk peternakan yang dipasok ke perusahaan pengolah
adalah susu, yang disetorkan ke Koperasi Pesat di Purwokerto, dikirim 3 hari sekali
sebanyak 1000 liter.

Rasio anggota kelompok tani terhadap petani dan rasio anggota kelompok
tani ternak terhadap peternak masih sama dengan tahun lalu. Pada Tahun 2016,
jumlah kelompok tani di Kabupaten Wonosobo sebanyak 1383 kelompok, terdiri
atas 370 kelompok tani pemula, 577 kelompok tani lanjut, 395 kelompok tani
madya dan 41 kelompok tani utama. Sedangkan jumlah anggota kelompok tani
adalah sebanyak 61.850 orang dengan rincian laki-laki sebanyak 56.639 orang dan
perempuan sebanyak 5.180 orang. Ke depan perlu ditingkatkan minat petani dan
peternak untuk bergabung dalam kelompok tani/tani ternak, karena kelompok
tani/kelompok tani ternak berfungsi sebagai tempat memperoleh ilmu,
sarana/wadah kerjasama antar anggota dan dengan pihak lain, sebagai unit
produksi dan memudahkan petani untuk mendapatkan akses tentang program-
program pertanian/peternakan yang ada di Kabupaten Wonosobo.
Penyuluh pertanian merupakan agen bagi perubahan perilaku petani.
Melalui peran penyuluh, petani diharapkan menyadari akan kebutuhannya,
melakukan peningkatan kemampuan diri dan dapat berperan di masyarakat
dengan lebih baik. Pada Tahun 2016 jumlah penyuluh pertanian adalah 160 orang
yang terdiri atas penyuluh PNS sejumlah 71 orang dan penyuluh THL sejumlah 89
orang. Persentase penyuluh yang memiliki pendidikan formal pertanian dan
peternakan untuk keseluruhan penyuluh PNS dan THL adalah 65%, yaitu untuk
penyuluh yang memiliki ijazah sarjana di bidang pertanian.

99 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.32
Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Pertanian
No. Permasalahan Solusi

1 Belum optimalnya produksi dan Peningkatan intensifikasi pertanian, penerapan


produktivitas pertanian GAP (Good Agricultural Practices) dan SOP
(Standar Operasional Prosedur)
2 Infrastruktur pertanian tanaman pangan Perbaikan infrastruktur pertanian
dan hortikultura belum optimal
3 Perubahan iklim yang memicu bencana Mitigasi dan antisipasi perubahan iklim, integrasi
alam dan serangan OPT kegiatan untuk mengantisipasi dampak perubahan
iklim
4 Penggunaan pupuk dan pestisida Pengembangan pupuk organik, agensia hayati,
anorganik yang belum sesuai anjuran pestisida nabati serta anjuran penggunaan pupuk
serta pestisida melalui sekolah lapang
5 Masih lemahnya kapasitas kelembagaan Peningkatan kapasitas kelembagaan petani serta
petani dan terbatasnya pengetahuan, ketrampilan petani melalui bintek, kursus, magang
ketrampilan dan sikap petani dalam dan sekolah lapang
pengembangan pertanian
6 Semakin terbatasnya tenaga kerja terampil  Modernisasi pertanian melalui penggunaan
dan produktif yang mau bekerja di sektor alat tepat guna untuk mengantisipasi semakin
pertanian berkurangnya minat tenaga kerja produktif
pada sektor pertanian
 Pengembangan tenaga terampil menengah
bidang pertanian melalui Sekolah Pertanian
Menengah Atas
7 Masuknya komoditas pertanian impor Pengembangan komoditas pertanian unggul dan
yang menyaingi produk petani promosi produk pertanian
8 Tuntutan atas produk pertanian yang Pengembangan sistem jaminan mutu pangan
semakin aman dikonsumsi organik dan ramah lingkungan
9 Laju alih fungsi lahan pertanian ke non Optimalisasi lahan melalui intensifikasi pertanian,
sektor pertanian semakin pemantapan sapta usaha tani dan mendorong
mengkhawatirkan dilaksanakannya peraturan tentang tata ruang dan
lahan pertanian berkelanjutan

d. Urusan Kelautan Dan Perikanan


1) Program Pengembangan Budidaya Perikanan
Tujuan dari program ini adalah meningkatkan produktivitas ikan
sebagai komoditi utama melalui budidaya ikan terpadu yang berhubungan
dengan pembenihan dan pakan serta hal-hal penunjang lainnya. Kegiatan yang
dilaksanakan berupa:
a) Pembangunan/Rehabilitasi Sarana Prasarana Fisik Perikanan Pengembangan
Kawasan Budidaya Air Tawar (DAK)
Kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
− Pengadaan Induk Ikan dan Pakan Ikan BBI se- Kabupaten Wonosobo
yaitu induk ikan nila sebanyak 5 paket dan pakan ikan sebanyak
5.550 kg
− Pengadaan Timbangan Gantung 50 kg sebanyak 3 unit untuk BBI se-
Kabupaten Wonosobo
− Pengadaan A`lat Pengolahan Produksi Perikanan berupa 1 paket
regulator, blong, selang dan aerator
− Pengadaan komputer PC sebanyak 1 paket

100 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
− Pengadaan Sarana Pokok BBI
b) Pelatihan Ketrampilan Budidaya Ikan (DBHCHT)
Kegiatan yang dilaksanakan berupa pemberian pelatihan ketrampilan
budidaya ikan kepada 22 peserta di BPINM Wanayasa.
c) Peningkatan Pelayanan UPT BBI (Balai Benih Ikan)
Kegiatan yang dilaksanakan berupa belanja bahan dan perlengkapan
kegiatan
d) Fasilitasi dan Sosialisasi Pelestarian Waduk Wadaslintang
Kegiatan yang dilaksanakan berupa pengadaan benih ikan nila ukuran 9-12
cm sebanyak 142.500 ekor untuk acara gelar sarasehan bersama Bupati
Wonosobo di Waduk Wadaslintang. Pemerintah Kabupaten Wonosobo
merencanakan untuk menata waduk Wadaslintang agar ke depan mampu
berperan menjadi sentra perikanan, alias Kawasan Minapolitan. Rencana
tersebut akan diseriusi demi mengoptimalkan potensi yang dimiliki salah
satu waduk terbesar di Asia Tenggara tersebut.

Melalui acara ini para nelayan menyampaikan harapan agar Pemerintah


membangun ataupun merehab Tempat pelalangan Ikan (TPI) di 4 titik, yaitu
Erorejo, Sumbersari, Tritis dan Sumberejo. Hal tersebut penting demi
terciptanya ketertiban pemasaran hasil ikan tangkapan. Selain itu, Nelayan juga
meminta Pemerintah merevisi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 28 Tahun 2002
tentang Perlindungan Terhadap Ikan. Revisi tersebut dimaksudkan agar Perda
lebih relevan dengan perkembangan perikanan di Kabupaten Wonosobo.

Sedangkan kegiatan Belanja Hibah Barang atau Jasa kepada


Masyarakat pada tahun 2016 seperti Pengadaan Kapal/Perahu sebanyak 4 unit
dan Jaring KJA sebanyak 25 buah, Pembangunan UPR/HSRT sebanyak 2 paket
yaitu di Kecamatan Wadaslintang dan Selomerto, Pembangunan Kolam
Budidaya Ikan Air Tawar sebanyak 4 paket yaitu di Kecamatan Wadaslintang,
Kecamatan Kepil, Kecamatan Kaliwiro dan Kecamatan Selomerto tidak dapat
dilaksanakan karena penerima bantuan hibah belum memenuhi syarat
penerima bantuan hibah yaitu sudah berbadan hukum selama 3 tahun.
Tabel III.33
Data Indikator Kinerja Urusan Perikanan berdasarkan RPJMD 2016-2021
Capaian Kinerja
No. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
2015 2016
1 Persentase kenaikan luas lahan perikanan 0% =(221,8-262)/262 x
100 % =
-15,34%
2 Persentase kenaikan produksi ikan 2% 9.102,30/6.894,56 x
konsumsi 1/5x In x 100% = 5,55%
3 Persentase kenaikan produksi benih ikan 2% 56.950.575,30/53.270
.694,56 x 1/5 x In x
100% = 1,33%
4 Rata-rata konsumsi ikan per kapita 13,31 13,45 kg/kapita/tahun
(kg/kapita/tahun) kg/kapita/tahun
5 Hasil produksi perikanan tangkap 716,59 ton 491,46 ton
6 Rasio anggota kelompok tani ikan terhadap 9,65% =(10 x 234)/24.240
jumlah petani ikan/nelayan =9,65%
7 Pengolahan hasil perikanan 41,84 ton 43,94 ton

101 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Capaian Kinerja
No. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
2015 2016
8 Persentase ekspor hasil perikanan terhadap DTD DTD
total ekspor non migas
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan (2016)

Luas lahan perikanan pada Tahun 2016 mengalami penurunan sebanyak


15,34%. Penurunan luas lahan tersebut diakibatkan oleh berkurangnya luas
lahan kolam darat sebanyak 40,2 ha.

Persentase kenaikan produksi ikan konsumsi sebanyak 5,55%, kenaikan


tersebut disumbang oleh kenaikan produksi ikan di kolam sebanyak 830,1 ton
dan kenaikan produksi ikan di Karamba sebanyak 3,25 ton dibandingkan Tahun
2015, sedangkan produksi ikan di Karamba Jaring Apung mengalami penurunan
sebanyak 767,27 ton dibandingkan Tahun 2015. Secara keseluruhan kenaikan
produksi ikan adalah sebanyak 66,08 ton yaitu 9.102,30 di Tahun 2016
dibandingkan 9.036,22 ton di Tahun 2015. Kenaikan jumlah produksi ikan
berpengaruh langsung terhadap kenaikan konsumsi ikan di Kabupaten
Wonosobo Tahun 2016 yaitu sebesar 0,14 kg/kapita/tahun dibandingkan Tahun
2015.

Persentase kenaikan produksi benih ikan adalah sebesar 1,33%. Kenaikan


produksi benih ikan ditopang oleh kenaikan hasil budidaya pembenihan di UPR
sebanyak 418.430 ekor dibandingkan Tahun 2015 dan kenaikan hasil budidaya
pembenihan di BBI sebanyak 3.354.800 ekor dibandingkan Tahun 2015.
Kenaikan produksi benih ikan salah satunya ditunjang oleh kegiatan pengadaan
Induk Ikan dan Pakan Ikan BBI se- Kabupaten Wonosobo.

Hasil Produksi perikanan tangkap pada tahun-tahun terakhir


menunjukkan kecenderungan penurunan. Pada tahun 2016 hasil produksi
perikanan tangkap sebanyak 491,46 ton, menurun sebanyak 225,13 ton
dibandingkan Tahun 2015. Demikian pula hasil produksi perikanan tangkap
Tahun 2015 menurun sebesar 11,15 ton dibandingkan Tahun 2014. Penurunan
hasil produksi perikanan tangkap ini disebabkan oleh menurunnya hasil
tangkapan ikan di sungai, waduk dan telaga.

Rasio anggota kelompok tani ikan terhadap jumlah petani ikan/nelayan


di Tahun 2016 adalah 9,65%. Kelompok ikan di Kabupaten Wonosobo berjumlah
234 kelompok dengan rata-rata jumlah anggota 10 orang, sedangkan jumlah
petani ikan adalah 24.240 orang. Artinya masih banyak petani ikan yang belum
tergabung dalam kelompok tani ikan. Diharapkan ke depan semakin banyak
yang bergabung dalam kelompok tani ikan karena kelompok tani ikan
berfungsi sebagai sarana/wadah kerjasama antar anggota dan dengan pihak
lain, sebagai unit produksi dan sebagai tempat belajar untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan anggota.
Pengolahan hasil perikanan di Kabupaten Wonosobo pada Tahun 2016
adalah sebesar 43,94 ton, meningkat 2,1 ton dibandingkan Tahun 2015,
sedangkan ekspor hasil perikanan di Kabupaten Wonosobo tidak diketahui
persentasenya terhadap total eksport non migas , namun ada yaitu ekspor fillet
ikan oleh PT. Aquafarm Nusantara di Waduk Wadaslintang.

102 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.34
Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Kelautan dan Perikanan
No. Permasalahan Solusi
1 Belum optimalnya produksi dan produktivitas Pengembangan komoditas perikanan
perikanan unggul

2 Masih lemahnya kapasitas kelembagaan SDM Peningkatan SDM perikanan melalui bintek,
perikanan dan tebatasnya pengetahuan, kursus, magang dan sekolah lapang
ketrampilan dan sikap SDM perikanan dalam
pengembangan perikanan
3 Masih rendahnya daya saing produk perikanan Pengembangan sistem jaminan mutu
pangan dan promosi produk perikanan

4 Masih terbatasnya akses pembudidaya ikan ke Pemberian sosialisasi adanya kredit lunak
permodalan seperti KUR

5 Belum optimalnya infrastruktur, sarana dan Perlunya peningkatan infrastruktur, sarana


prasarana pembudidaya ikan dan prasarana perikanan budidaya dan
tangkap
6 Pembudidaya ikan semakin sedikit dengan Modernisasi perikanan menggunakan alat
semakin berkurangnya generasi muda yang tepat guna
berminat pada sektor perikanan

e. Urusan Perdagangan
1) Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan lembaga
perlindungan konsumen dan pemberdayaan konsumen, peningkatan
kapasitas kelembagaan yang menangani sengketa dagang dan perlindungan
industri dalam negeri, standarisasi, pengendalian mutu, tertib ukur serta
pengawasan barang barang/jasa. Di samping itu juga untuk meningkatkan
kesadaran konsumen akan hak dan kewajibannya serta menumbuhkan
kesadaran pelaku usaha akan pentingnya perlindungan konsumen sehingga
meningkatkan kualitas barang/jasa di pasar dalam negeri. Sedangkan sasaran
dari program ini adalah meningkatnya daya saing berbasis efisiensi dan
meningkatnya perlindungan terhadap konsumen.

Perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan dilakukan


melalui upaya perlindungan produsen domestik dan perlindungan konsumen
yang telah dilakukan melalui kegiatan penyampaian informasi dan
pemberantasan barang kena cukai ilegal serta optimalisasi perlindungan
konsumen berupa pelaksanaan sosialisasi/ edukasi kepada konsumen yang
menjangkau seluruh lapisan masyarakat dengan harapan konsumen akan
semakin cerdas dalam memilih kebutuhan barang/jasa serta fasilitasi tempat
pamer di tiga lokasi yaitu Semarang, Ciamis dan Pekanbaru. Untuk tempat
pamer yang berada di Ciamis dan Pekanbaru sampai saat ini masih beroperasi
sedangkan untuk tempat pamer di Semarang sudah tidak beroperasi karena
sewanya sudah habis dan tidak ada yang melanjutkan.

Upaya perlindungan konsumen tidak hanya dilakukan melalui kegiatan


yang bersifat preventif seperti sosialisasi, namun juga perlu didukung dengan
103 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
kegiatan pengawasan barang beredar dan jasa. Dimana untuk tahun 2016
telah dilaksanakan kegiatan pemantauan barang bersubsidi serta pemantauan
barang beredar melalui fasilitasi kegiatan PPNS dan PPBJ bidang perdagangan.

Salah satu pilar untuk mewujudkan perlindungan konsumen adalah


terciptanya jaminan kebenaran hasil pengukuran dari alat UTTP (ukur, takar,
timbang dan perlengkapannya) yang digunakan dalam berbagai kegiatan
transaksi perdagangan. Perdagangan yang adil tercermin pada kondisi dimana
konsumen memperoleh haknya secara penuh sesuai dengan harga yang
dibayarkan dan sebaliknya penjual tidak mengalami kerugian atas nilai harga
barang yang dijualnya. Pemberian jaminan kebenaran hasil pengukuran
tersebut dilakukan melalui pemberian cap tanda tera sah yang berlaku
terhadap alat UTTP untuk jangka waktu tertentu melalui proses tera dan tera
ulang. Untuk kegiatan kemetrologian ini pada tahun 2016 telah dilaksanakan
kegiatan pembinaan dan pengawasan kemetrologian dengan harapan agar
terjaganya standarisasi alat UTTP serta pengadaan sarpras kemetrologian
berupa 9 alat UTTP sebagai aset Kantor Perindustrian dan Perdagangan.

Sektor perdagangan akan dapat berkembang apabila didukung


dengan produk industri yang berkualitas dan berdaya saing. Untuk itu
diperlukan sinergitas dalam upaya pengembangan industri sekaligus
mendorong dan memperkuat sektor perdagangan. Perlu program/kegiatan
perindustrian yang tepat sasaran untuk meningkatkan volume perdagangan
baik skala lokal, regional maupun internasional. Untuk mendukung hal
tersebut telah dilaksanakan kegiatan up date data perindustrian bekerjasama
dengan BDSLMP3PB Unsiq berupa data industri kecil dan menengah
berdasarkan lokasi, klasifikasi dan omzet. Data yang terkumpul adalah data by
name by addres sejumlah 5.509 unit usaha industri kecil dan 107 unit usaha
industri menengah di seluruh kecamatan se Kabupaten Wonosobo.

2) Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri


Program ini bertujuan untuk meningkatkan kelancaran distribusi
barang dan jasa yang efisien dan efektif serta mengembangkan sistem usaha
dan lembaga perdagangan yang berpihak pada ekonomi kerakyatan. Program
ini diarahkan pada peningkatan efisiensi dan efektivitas distribusi, peningkatan
iklim usaha dan kepastian berusaha, pengintegrasian dan perluasan pasar
dalam negeri, peningkatan akses pasar bagi produk dalam negeri serta
perlindungan konsumen.
Untuk peningkatan efisiensi dan efektivitas distribusi, pada tahun 2016
telah dilaksanakan kegiatan pengembangan distribusi perdagangan berupa
fasilitasi penjualan salak ke Kampar Riau dengan sistim modal awal yang
selanjutnya akan berkembang setiap tahun. Kegiatan ini dikelola oleh Kantor
Perindustrian dan Perdagangan bersama asosiasi salak di desa Tlogo
Kecamatan Sukoharjo. Kegiatan ini juga merupakan implementasi dari
peningkatan akses pasar bagi produk dalam negeri. Kegiatan lainnya dalam
rangka mendukung akses pasar adalah promosi/misi dagang
internasional/nasional/regional berupa keikutsertaan dalam pameran inacraft
di Jakarta dengan produk yang dipamerkan berupa kerajinan batik, bambu
dan keramik serta pameran produk unggulan daerah di Bandung dengan
produk yang dipamerkan berupa makanan dan batik khas Wonosobo.
Sedangkan untuk peningkatan iklim usaha dan kepastian berusaha berupa
104 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
pengembangan dan penguatan usaha di bidang perdagangan dalam negeri
termasuk koperasi dan UMKM telah dilaksanakan kegiatan pembinaan dan
pengembangan kelembagaan MPIG (Masyarakat Perlindungan Indikasi
Geografis) dalam bentuk rapat penguatan kelembagaan MPIG carica dan
keberlanjutan kelembagaan MPIG serta pembuatan baliho MPIG carica
sebanyak 4 buah yang dipasang di 4 titik jalan Provinsi yaitu di Jl. Wonosobo-
Kertek (TMP), Jl. Banyumas (Kalierang Selomerto), Jl. Dieng Kalianget dan Jl.
Dieng Garung. Pembuatan dan pemasangan baliho ini juga sebagai sarana
edukasi untuk melindungi konsumen agar mengkonsumsi produk yang
berstandar.

3) Program Peningkatan Potensi Perdagangan Dalam Negeri


Program ini bertujuan untuk mendorong peran dunia usaha yang ada
di daerah agar semakin berkembang serta menyediakan kebutuhan pokok dan
kebutuhan masyarakat lainnya disesuaikan dengan pola produksi dan
konsumsi maupun sistem pembiayaan dan jasa transportasi serta jaringan
distribusi yang mantap. Melalui program ini pada tahun 2016 telah
dilaksanakan kegiatan fasilitasi peningkatan kapasitas pengelola pasar desa
berupa bintek pengelola pasar desa dengan peserta 15 pengelola pasar desa
yang terdiri dari ketua dan sekretaris serta studi banding pasar desa di
Patikraja Banyumas yang diikuti oleh 15 pengelola pasar desa dan 15 kepala
desa. Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan masyarakat berperan aktif
dalam memaksimalkan pasar desa dengan harapan ada perubahan perilaku
perdagangan sehingga pada akhirnya bisa berperan aktif dalam perekonomian
desa serta membangun dan menumbuhkan kegiatan-kegiatan usaha yang
lebih kondusif di pasar desa.

4) Program Pengembangan Infrastruktur (Sarana dan Prasarana) Perdagangan


Program ini bertujuan untuk meningkatkan sarana prasarana
(infrastruktur) perdagangan dalam rangka peningkatan efisiensi perdagangan,
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta menyediakan tempat
transaksi yang lebih layak bagi pedagang dan masyarakat. Di samping itu juga
untuk meningkatkan daya saing dan eksistensi pasar tradisional melalui
perwujudan pasar tradisional yang bersih, aman dan nyaman. Pada tahun 2016
telah dilaksanakan pengembangan infrastruktur di sektor perdagangan melalui
kegiatan DAK sarana perdagangan berupa perbaikan 12 unit los yang terdiri
dari 84 pedagang los di pasar Leksono, revitalisasi pasar Kaliwiro berupa
perbaikan jalan masuk pasar, pembuatan papan nama pasar, perbaikan 34 los
pedagang dan 5 unit los PKL dan revitalisasi pasar Kejajar berupa perbaikan 11
kios dan 38 los.
5) Program Pengembangan Usaha Perdagangan Masyarakat
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan
dan wawasan para pelaku usaha kecil menengah sektor perdagangan
sehingga bisa melakukan inovasi dalam mengembangkan usahanya terutama
dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, membantu mendapatkan
akses permodalan beserta kemudahannya dan dapat menerapkan strategi
permodalan yang tepat, efektif dan efisien.
Melalui program ini pada tahun 2016 telah dilaksanakan kegiatan
pelatihan pelaku usaha perdagangan yang bersumber dana dari DBHCHT dan
pajak rokok berupa pelatihan manajemen pemasaran, penyusunan
businessplan, fasilitasi akses pasar dan permodalan. Harapan dengan adanya
105 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
kegiatan ini adalah para pelaku usaha di sektor perdagangan bisa mencukupi
kebutuhan sektor perdagangan yang ada di Kabupaten Wonosobo sehingga
pemenuhan kebutuhan barang dan jasa di Kabupaten Wonosobo tidak perlu
lagi didatangkan dari luar daerah/wilayah.
Tabel III.35
Capaian Kinerja Urusan Perdagangan Tahun 2016
berdasarkan Indikator RPJMD 2016-2021
%Capaian
Capaian
Target Capaian kinerja
Indikator Kinerja Kinerja
No 2016 Kinerja 2016 terhadap
2015
target
Rasio ketersediaan kebutuhan
1 0,8 0,84 0,8 95,24
bahan pokok
Rasio ketersediaan pupuk dan
2 DTD 0,1 0,1 100,00
pestisida
3 Persentase kenaikan UDKM 10% 13% 15% 115,38
Koefisien harga rata-rata
4 DTD 5 5,5 110,00
pemerintahan dan pasar
Rasio metrologi legal yang di tera
5 20 20 19,1 95,50
ulang
Rasio kerjasama pemerintah daerah
6 bidang perdagangan terhadap DTD 0,04 0,04 100,00
semua kerjasama
Persentase kanaikan negara tujuan
7 10% 10% DTD #VALUE!
ekspor
8 Nilai ekspor bersih perdagangan 50.123.595 50000000 47.208.997,90 94,42
Persentase los/kios yang
9 DTD 60% 60 10000,00
dimanfaatkan
Persentase pasar tradisional yang
10 30% 38% 53,85 14171,05
direvitalisasi
Penurunan pedagang kaki lima yang
11 berjualan di tempat yang bukan DTD 0,60% 0,30% 50,00
peruntukannya
Sumber : Dinas Koperasi UMKM dan dan Perdagangan, 2017, Bappeda (2017)

Capaian kinerja urusan perdagangan di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat dari


kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB, di mana pada tahun 2017
menunjukkan penurunan dengan nilai kontribusi 17,85% dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar 17,91%. Meskipun pertumbuhannya mengalami penurunan akan
tetapi jika dilihat dari nilainya mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp.
2.040.784.910.000,- di tahun 2015 naik menjadi Rp 2.099.863.100.000,- di tahun 2016.
Kinerja perdagangan yang tercermin dari net ekspor pada tahun 2016
mengalami penurunan sebesar 0,45% di mana nilainya sebesar $47.208.997,90.
Sedangkan tahun 2015 net ekspor Kabupaten Wonosobo sebesar $47.424.377,18.
Besarnya nilai net ekspor perdagangan barang dan jasa tersebut sebagian besar
berasal dari lima komoditas non migas yaitu kayu barecore, kayu blacboard, mahoni,
bibit bunga dan biji sayuran yang berasal dari delapan perusahaan di Kabupaten
Wonosobo. Negara tujuan ekspor Kabupaten Wonosobo adalah 14 negara tujuan
yaitu Cina, Taiwan, Jordania, Saudi Arabia, Irak, Qatar, Libanon, Egyip, Jepang,
Singapura, Belanda, Perancis, Inggris, Malaysia.

Selain pemasaran ekspor potensi perdagangan Kabupaten Wonosobo lainnya


adalah pemasaran lokal baik berupa pasar modern maupun pasar tradisional. Pasar

106 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
tradisional masih menjadi andalan masyarakat Kabupaten Wonosobo untuk
berbelanja kebutuhan sehari-hari. Selain harganya murah dibandingkan di pasar
modern,, berbelanja di pasar tradisional diunggulkan dengan sistim tawar-menawar
yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Wonosobo. Sampai saat ini
pasar tradisional masih mendominasi sarana prasarana perdagangan di Kabupaten
Wonosobo. Pada tahun 2016 terdapat 13 pasar tradisional yang dikelola Pemerintah
Kabupaten Wonosobo berupa 1 pasar induk, 9 pasar daerah dan 3 pasar
unggas/hewan. Pasar tradisional tersebut mempunyai daya tampung 6.511 los dan
885 kios dengan jumlah pedagang 10.511. Persentase los/kios yang termanfaatkan
baru 60% dan masih ada 3.169 pedagang yang belum mempunyai los/kios atau sudah
mempunyai tetapi belum dimanfaatkan karena dirasa kurang strategis sehingga
mereka menggelar dagangannya di dasaran. Dengan adanya dasaran di pasar
tradisonal ini mengurangi jumlah pedagang kaki lima yang berdagang di tempat
bukan peruntukannya menjadi sebesar 30%. Sedangkan untuk pasar tradisional yang
direvitalisasi baru mencapai 53,85% atau baru 7 pasar dari 13 pasar tradisional. Untuk
tahun 2016 ini telah dilakukan revitalisasi pasar tradisional yaitu di pasar Leksono,
Kaliwiro dan Kejajar. Dengan adanya revitalisasi pasar tradisional ini diharapkan akan
meningkatkan daya saing pasar tradisional, meningkatkan kesejahteraan para
pedagang melalui peningkatan omset, mendukung kelancaran distribusi bahan
kebutuhan masyarakat dan mendorong penguatan pasar dalam negeri di era
persaingan global yang kian terbuka. Melalui revitalisasi pasar tradisional diharapkan
ketersediaan bahan kebutuhan pokok bisa terpenuhi dengan rasio ketersediaan 0,8
dengan koefisien rata-rata harga pemerintah dan pasar sebesar 5,5. Artinya harga
yang ditetapkan pemerintah cenderung lebih rendah dibandingkan harga pasar. Di
mana harga pasar ini salah satunya ditentukan oleh biaya produksi yang salah satu
variabelnya adalah terkait dengan ketersediaan pupuk dan pestisida. Berdasarkan
hasil pengawasan, untuk ketersediaan pupuk dan pestisida di tingkat distributor dan
pengecer tidak banyak mengalami kendala dan hambatan. Yang menjadi hambatan
adalah di tingkat petani dalam hal penggunaan secara dosis tepat dari pupuk dan
pestisida. Untuk rasio ketersediaan pupuk dan pestisida di Kabupaten Wonosobo
pada tahun 2016 adalah sebesar 0,1.

Untuk mendukung perlindungan terhadap masyarakat baik kepada konsumen


maupun produsen mengenai kebenaran pengukuran. Di Kabupaten Wonosobo alat
ukur takar timbang dan perlengkapannya (UTTP) wajib ditera dan ditera ulang,
dengan rasio metrologi legal yang ditera ulang ada 19,1.

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam rangka pelaksanaan urusan


perdagangan dan upaya yang dilakukan antara lain :
Tabel III.36
Matriks Permasalahan dan Solusi
No Permasalahan Solusi/Upaya yang dilakukan
1. Dengan diberlakukannya − Penguatan jejaring kekuatan ekonomi
perdagangan bebas, banyak produk perdagangan.
asing yang masuk ke Indonesia − Peningkatan standarisasi produk, sehingga
sehingga tingkat persaingan produk produk lokal bisa menembus ekspor.
lokal semakin tinggi. − Meningkatkan daya saing pelaku usaha.
− Menerapkan cinta produk lokal dan bangga
bela beli produk Wonosobo.
2. Minimnya tertib niaga bagi para − Meningkatkan SDM pelaku usaha.
pelaku usaha perdagangan − Mengembangkan/mengikuti pasar lelang

107 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
No Permasalahan Solusi/Upaya yang dilakukan
sebagai intermediasi antara petani dan pembeli
baik pedagang pengecer, pengumpul,
pedagang besar dan konsumen akhir dengan
jaringan pemasaran yang lebih pendek dan
transparan sehingga margin keuntungan bisa
dinikmati petani.
− Membangun resi gudang
− Menyederhanakan saluran distribusi.
3. Tingginya jumlah unit usaha industri − Mendata dan menertibkan data basis pelaku
non formal dan perdagangan tanpa usaha.
ijin − Peningkatan industri dari status non formal ke
formal melalui peningkatan kapasitas usaha.
4. Kurangnya sarana prasarana − Membangun sarana dan prasarana
perdagangan yang representatif perdagangan yang memadai dan representatif

f. Urusan Perindustrian
1) Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
Program ini bertujuan memberdayakan dan mengembangkan industri
kecil dan menengah agar mampu berperan dalam memberikan kontribusi
pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja. Dengan sasaran
tumbuhnya wirausaha baru, meningkatnya daya saing dan meluasnya
diversifikasi jenis produk.

Melalui program ini telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan yang


bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan dan kualitas SDM melalui
pelatihan-pelatihan, pendampingan, studi banding dan pemberian bantuan
peralatan sehingga akan meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang
pada akhirnya akan meningkatkan daya saing produk, akses pasar dan
kemitraan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain pelatihan ketrampilan dan
pengembangan industri perbengkelan berupa pemberian skill/ketrampilan
untuk 40 orang selama 8 hari, pelatihan ketrampilan rajut bambu berupa
ketrampilan untuk membuat produk-produk bambu model baru yang up to
date dan kunjungan lapang ke Tasikmalaya Jawa Barat dengan peserta 30
orang dari desa Karangluhur Kecamatan Kertek, pelatihan ketrampilan dan
pengembangan klaster industri kayu olahan dalam bentuk magang di industri
kerajinan topeng dan sangkar yang dilaksanakan di Pajeksari Tempuran
Magelang, pelatihan ketrampilan pengembangan IKM tempe dalam rangka
meningkatkan diversifikasi produk tempe yang diikuti oleh 30 orang produsen
tempe di Desa Bumiroso Kecamatan Watumalang, pelatihan ketrampilan
pengembangan IK bambu cendani berupa diversifikasi kerajinan bambu yang
dilaksanakan di Bantul Yogyakarta dengan peserta 30 orang, pelatihan
ketrampilan dan pengembangan industri kecil carica berupa pengolahan
limbah carica menjadi biogas dan bantuan dua unit peralatan pengolah limbah
untuk koperasi klaster carica, pelatihan ketrampilan kreasi renda dan brelen
dalam rangka meningkatkan ketrampilan masyarakat dan meningkatkan
pendapatan, pelatihan kreasi dan inovasi batik tingkat lanjut berupa pelatihan
dan pembentukan kelompok pengrajin batik yang profesional dengan ciri khas
yang didukung oleh peluang potensi pasar dari wisata seni Kabupaten
Wonosobo, pelatihan ketrampilan aneka souvenir berupa peningkatan
ketrampilan pembuatan souvenir khususnya utuk daerah-daerah wisata,
pelatihan ketrampilan pengolahan makanan dan minuman penunjang desa
108 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
wisata Reco berupa pelatihan makanan olahan berbahan dasar jagung dan
minuman berbahan dasar buah terong belanda dan Pelatihan pengemasan
dengan melakukan kunjungan ke Malang Jawa Timur.

Di samping pelatihan peningkatan ketrampilan dan kualitas SDM,


Kabupaten Wonosobo juga fokus pada pengembangan industri tertentu sesuai
spesifikasi lokal seperti industri agro yang merupakan industri utama karena
Wonosobo merupakan daerah pertanian. Salah satu industri agro yang ada di
Wonosobo adalah industri agro yang berada di wilayah agropolitan Rojonoto
(Kaliwiro, Sukoharjo, Leksono. Selomerto), yang semakin mengalami
perkembangan baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Agar tercipta
kontinuitas maka perkembangan tersebut harus didukung dengan adanya
fasilitasi pemasaran dan permodalan. Pada tahun 2016 telah dilaksanakan
kegiatan pengembangan IKM di kawasan agropolitan Rojonoto berupa
fasilitasi pemasaran IKM di wilayah Rojonoto dalam bentuk pasar rakyat
agropolitan yang berlangsung di Mendolo. Untuk hilirisasi dari industri agro ini
sebagian besar berupa industri makanan yang juga terus ditingkatkan
pengembangannya sehingga bisa bersaing dengan industri sejenis dari daerah
lain salah satunya melalui kegiatan fasilitasi peningkatan kompetensi IKM dan
bantuan sarana prasarana bagi IKM berupa pelatihan tentang kemasan di AA
Packing Malang dengan peserta produsen makanan di Kecamatan Leksono,
Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Wonosobo sejumlah
20 orang .

Juga telah dikembangkan kegiatan untuk mendukung pengembangan


industri logam melalui kegiatan DAK IKM berupa pembangunan kantor UPT
kerajinan logam baik kerajinan logam teralis maupun pande besi yang dibangun
di Kelurahan Jlamprang Kecamatan Wonosobo sebagai sentra kerajinan teralis.

Untuk mendukung kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk IKM perlu


didukung dengan ketrampilan manajerial seperti mengelola keuangan,
mengatur strategi pemasaran, manajemen SDM serta kepemimpinan. Terkait
dengan hal tersebut telah dilaksanakan kegiatan pelatihan industri kecil
perdesaan berupa pelatihan manajemen usaha dengan peserta IKM dari Desa
Kuripan Garung, Desa Binangun Watumalang, Desa Kajeksan Sukoharjo, Desa
Kemiriombo Kaliwiro.

Dan dalam rangka meningkatkan jumlah wirausaha baru, pemerintah


senantiasa menciptakan wirausaha baru baik melalui pendekatan by design
yang dilakukan melalui serangkaian kegiatan rekruitmen, pelatihan, magang
maupun pemberian modal usaha sebelum menjada wirausaha maupun melalui
pendekatan fast track melalui serangkaian kegiatan dengan pelatihan,
inkubator diiringi pemberian fasilitas peralatan produksi atau modal kerja.
Terkait dengan hal tersebut pada tahun 2016 telah dilaksanakan kegiatan
pelatihan ketrampilan pengembangan IK batako dengan peserta 30 orang yang
berasal dari Kecamatan Mojotengah, Kalikajar, Watumalang, Kalibawang,
Selomerto dan Wonosobo, pelatihan wirausaha baru bagi IKM berupa
Pelatihan olahan criping di Kecamatan Kertek, pelatiha kerajinan mendong di
Kecamatan Kalikajar dan pelatihan pembuatan gula jawa di Kecamatan
Kaliwiro. Serta kegiatan pelatihan industri berbasis inkubator bagi pelaku usaha
pemula berupa pelatihan olahan makanan (kue dan roti) beserta bahan dan
109 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
alat perlengkapannya. Melalui kegiatan ini akan memperkuat kemampuan
wirausaha IKM agar menjadi wirausaha yang mandiri dan profesional.
Dalam melaksanakan urusan perindustrian, didukung oleh alokasi
anggaran untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pelayanan administrasi
perkantoran dan peningkatan sarana prasarana aparatur dengan uraian
sebagai berikut :
Tabel III.37
Capaian Kinerja Urusan Perindustrian Tahun 2016
berdasarkan Indikator RPJMD 2016-2021
%Capaian
Capaian Capaian
Target kinerja
Indikator Kinerja Kinerja Kinerja
No 2016 terhadap
2015 2016
target
1 Pertumbuhan industri kecil (%) 5,35 5,5 3,12 56,73
2 Pertumbuhan industri menengah (%) 2 3 0 0,00
3 Pertumbuhan industri besar (%) DTD 0 0 DTD
Persentase kenaikan kapasita produksi
4 2 3 2,5 83,33
industri
5 Persentase industri kecil yang berijin 60 67 62 92,54
Persentase kenaikan jumlah tenaga
6 2 4 3,24 81,00
kerja sektor industri
Persentase usaha industri baru, jenis
7 usaha industri baru, penetapan industri 10 18 11 61,11
inti/prioritas
Persentase pertumbuhan klaster
8 0 4 0 0,00
dengan status maju
9 Persentase klaster yang memiliki SOP 40 40 33,33 83,33
10 Persentase kenaikan jumlah klaster 0 20 33,33 166,65
Persentase kenaikan perkembangan
11 serapan tenaga kerja pada sentra 2 4 3,75 93,75
industri potensial
Persentase kenaikan pelaku usaha
12 2 4 3,23 80,75
industri potensial (persentra)

13 Jumlah produk yang berstandar nasional 0 0 1 100,00

Jumlah produk yang berstandar


14 0 0 1 100,00
internasional
Persentase merk produk industri
15 30 30 30 100,00
bersertifikat halal
%IKM yang memperoleh sertifikat good
16 4 4,2 0 0,00
manufacturing product
% IK yang telah memanfaatkan teknologi
17 6,75 7 6,75 96,43
tepat guna
Sumber : Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Perindustrian (2017), Bappeda (2017)

Sektor industri yang berkembang di Kabupaten Wonosobo adalah


industri pengolahan, di mana sektor ini merupakan sektor strategis karena di
samping menyerap tenaga kerja sangat besar juga memiliki keterkaitan ke
depan (forward linkage) dan keterkaitan kebelakang (backward linkage) yang
relatif banyak. Kontribusi sektor industri terhadap PDRB pada tahun 2016
sebesar 16,42%. Kondisi ini mengalami penurunan dibandingkan tahun
sebelumnya yaitu sebesar 16,51% atau menurun 0,10%. Akan tetapi nilainya

110 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
mengalami kenaikan yaitu dari Rp. 1.880.888.3000.000,- di tahun 2015 naik
menjadi Rp. 1.931.309.890.000,- di tahun 2016.

Pertumbuhan industri di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2016


sebesar 3,12%, kondisi ini mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya
dimana pada tahun 2015 pertumbuhannya sebesar 5,35%. Pertumbuhan industri
sebesar 3,12% seluruhnya berasal dari pertumbuhan industri kecil karena
memang untuk industri menengah dan industri besar pertumbuhannya 0% atau
tidak ada penambahan jumlah industri. Meskipun pertumbuhannya menurun
dibandingkan tahun sebelumnya, akan tetapi jumlah unit usaha industri kecil
mengalami peningkatan dari 17.172 unit di tahun 2015 menjadi 17.708 unit di
tahun 2017. Peningkatan unit usaha ini sebagain besar didominasi oleh industri
pangan yang mencakup 82,11% dari seluruh industri kecil yang ada di Kabupaten
Wonosobo. Demikian pula untuk jumlah tenaga kerja pada tahun 2016 sebesar
26.725 orang meningkat dibandingkan tahun 2015 dengan jumlah 25.884 orang
atau mengalami peningkatan sebesar 3,24%, di mana 69,81% berasal dari tenaga
kerja industri kecil pangan. Begitu pula untuk kapasitas produksi di tahun 2016
mengalami peningkatan sebesar 2,5% dengan nilai produksi pada tahun 2016
meningkat sebesar 0,32%.

Dari 17.708 unit industri kecil pada tahun 2016 yang sudah berijin
sebanyak 10.979 unit atau sebesar 62% kondisi ini meningkat dibandingkan
tahun 2015 dengan nilai sebesar 60% atau sebanyak 10.303 unit dari 17.172 unit.
Dengan demikian pada tahun 2016 masih ada 38% atau sebanyak 6.729 unit
industri kecil yang masih merupakan industri informal dan belum berijin.

Untuk meningkatkan daya saing industri telah dilakukan berbagai upaya


antara lain sertifikasi produk berupa sertifikasi halal dan sertifikasi good
manufacturing product maupun standarisasi sistem produk secara nasional
maupun internasional. Sampai tahun 2016 jumlah produk industri di Kabupaten
Wonosobo yang berstandar nasional bersertifikat SNI (Standar Nasional
Indonesia) ada 1 yaitu air minum dalam kemasan dengan merk Aqua.
Sedangkan yang berstandar internasional juga baru ada 1 yaitu IKM carica Yuasa
Food berupa HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) yaitu standar
bagi industri makanan dan minuman untuk mengidentifikasi resiko keamanan
pangan serta mencegah bahaya dalam keamanan pangan. Sedangkan produk
yang bersertifikasi halal mencapai 30%, produk bersertifikasi halah ini sebagian
besar dimiliki oleh industri makanan dan minuman. Sedangkan sampai tahun
2016 ini belum ada produk yang bersertifikasi good manufacturing product (0%)
di mana sertifikat ini dikeluarkan oleh Sucofindo. Akan tetapi IKM yang sudah
mengikuti pelatihan GMP sudah ada yaitu sekitar 4,2%.

Dalam rangka meningkatkan keunggulan kompetitif Kabupaten


Wonosobo menetapkan produk unggulan sebagai produk yang mempunyai
nilai lebih dan daya saing. Di mana produk unggulan yang sudah ditetapkan
dengan SK ada 3 yaitu carica, purwaceng dan khemar, dengan kenaikan
produksi di tahun 2016 sebasar 2%. Produk unggulan daerah ini dikembangkan
melalui sistem ovop, klaster dan sentra. Pada tahun 2015 telah terbentuk 4
klaster yaitu klaster carica, klaster gula jawa, klaster domba dan klaster
pariwisata berbasis desa wisata dan pada tahun 2016 bertambah 2 klaster yaitu
klaster batik dan klaster singkong. Jadi pada tahun 2016 ada penambahan
111 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
klaster sebanyak 33,33%. Sedangkan untuk klaster berstatus maju di Kabupaten
Wonosobo belum ada. Berdasarkan data stratifikasi klaster yang dirilis oleh
BPMD Provinsi Jawa Tengah, status klaster di Kabupaten Wonosobo adalah
menengah untuk klaster carica dan pemula untuk klaster yang lainnya.
Sementara klaster yang sudah mempunyai SOP (Standart Operasional
Prosedur) baru ada 2 klaster yaitu klaster carica berupa SOP pengolahan carica
in syrup kemasan gelas dan cup serta klaster gula jawa berupa SOP pengolahan
gula kelapa cetak dan kristal.

Di samping pengembangan klaster industri, Kabupaten Wonosobo juga


mengembangkan sentra industri potensial. Sampai saat ini ada enam sentra
industri potensial yaitu sentra carica, sentra opak, sentra teralis, sentra
konveksi, sentra pande besi dan sentra gula jawa. Keenam sentra industri
potensial tersebut di tahun 2016 mengalami kenaikan unit usaha sebesar 3,23%
atau bertambah dari 2.383 unit di tahun 2015 menjadi 2.460 unit di tahun 2016.
Demikian pula dengan serapan tenaga kerja juga mengalami kenaikan sebesar
3,75% atau bertambah dari 4.957 orang di tahun 2015 menjadi 5.143 orang di
tahun 2016. Dan untuk tahun-tahun mendatang diharapkan sentra industri
potensial tersebut akan semakin bertambah dan berkembang baik unit
usahanya maupun kapasitas usahanya serta bisa menjangkau pemasaran
ekspor.

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam rangka pelaksanaan


urusan perindustrian dan upaya yang dilakukan antara lain :

Tabel III.38
Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Perindustrian
N
Permasalahan Solusi/Upaya yang dilakukan
o.
1. Lemahnya daya saing o Meningkatkan daya saing produk IKM dengan fasilitasi
industri lokal pelatihan-pelatihan teknik produksi dan kewirausahaan
serta.
2. Lemahnya kelembagaan o Pelatihan pengelolaan industri.
industri yang didominasi o Meningkatkan akses IKM terhadap sumber pembiayaan
oleh IKM dengan memfasilitasi pertemuan antara IKM dengan CSR
perusahaan, dan Fasilitasi permodalan.
o Promosi produk unggulan skala regional, nasional maupun
internasional serta memanfaatkan setiap event pameran
untuk menjaring pasar yang lebih luas melalui kemitraan
dalam bentuk keterkaitan usaha antara IKM dan BUMN
sehingga dapat memperkuat struktur ekonomi wilayah.
3. Lemahnya struktur o Mendorong pemanfaatan sumberdaya lokal sebagai industri
industri unggulan dengan mengelompokkannya menjadi suatu
klaster bisnis unggulan dengan memanfaatkan inovasi
teknologi sehingga mampu memproduksi dalam skala besar
dengan biaya yang efisien, serta bisa melakukan penjualan
secara rutin dan berkelanjutan.
o Memperkuat struktur industri terutama industri yang
mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi
maupun barang jadi. Lebih utamanya pada agroindustri.
4. Lemahnya kemampuan o Peningkatan kapasitas pelaku industri terutama dalam
pengelolaan administrasi pengelolaan administrasi dan keuangan
dan keuangan

112 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
N
Permasalahan Solusi/Upaya yang dilakukan
o.
5. Lemahnya inovasi dan o Pengembangan inovasi produk
diversifikasi produk o Pelatihan inovasi dan diversifikasi produk

g. Urusan Koperasi dan UKM


1) Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha
Kecil Menengah.
Adanya program ini dimaksudkan agar UKM dapat mengembangkan
minat berwirausaha dan meningkatkan daya saing sehingga dapat
meningkatkan kompetensi UKM yang lebih baik, munculnya pelaku usaha baru,
produktivitas UKM meningkat serta meningkatkan produk-produk UKM yang
lebih inovatif.
Beberapa kegiatan telah dilakukan guna melaksanakan Program
Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil
Menengah diantaranya :
− Peningkatan kualitas produk lokal menjadi produk unggulan yang
melibatkan 160 orang UMKM, yaitu pada Kecamatan Kejajar, Kecamatan
Garung, Kecamatan Mojotengah dan Kecamatan Kepil;
− Peningkatan kewirausahaan ekonomi kerakyatan yang dilaksanakan di
Kecamatan Leksono, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Wonosobo dan
Kecamatan Sapuran yang diikuti oleh 120 orang UMKM.

2) Program Pengembangan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif


Program ini bertujuan untuk meningkatkan produk-produk UKM yang
lebih berkualitas dan dapat lebih mengoptimalkan sumber daya Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah (UKM) termasuk diantaranya peningkatan kualitas SDM
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM). Untuk itu dengan adanya program
ini kesejahteraan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah akan lebih baik dan tidak
terjadi kesenjangan sosial ekonomi.
Pada program ini telah dilakukan beberapa kegiatan diantaranya :
− Pelatihan Packaging Produk Makanan (DBHCHT) yang diikuti oleh 20 orang
UMKM;
− Bintek Pengembangan Produk Kerajinan Bambu (DBHCHT) yang dilakukan
di Kecamatan Kertek dan diiukti oleh 25 orang UMKM;
− Pelatihan Ketrampilan Alih Teknologi Tepat Guna (ATTG) Produk Singkong
(DBHCHT) yaitu pelatihan guna peningkatan SDM yang diikuti oleh 40
UMKM;
− Pelatihan Produk Aneka Boga (DBHCHT) yang diikuti oleh 40 orang UMKM;
− Pelatihan Ketrampilan Rajut Tingkat terampil (DBHCHT) diikuti oleh 20
orang UMKM se-Kabupaten Wonosobo;
− Peningkatan Kualitas Produk Lokal Menjadi Produk Unggulan Daerah
dengan melakukan pengadaan peralatan usaha yang diikuti oleh 25 orang
UMKM se-Kabupaten Wonosobo;
− Pelatihan Kewirausahaan dan Budaya Usaha Bagi Masyarakat (DBHCHT)
yang diikuti oleh 40 orang UMKM;
− Pasar Rakyat (DBHCHT) Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses
pasar yang telah diselenggarakan di 7 lokasi menjelang hari raya;
− Pelatihan Konveksi Lanjutan (DBHCHT) yang diikuti oleh 25 orang di
Kecamatan Kalikajar;

113 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
− Fasilitas Badan Hukum Bagi UMKM / IKM (DBHCHT). Program ini bertujuan
agar terfasilitasinya badan hukum bagi UKM/IKM yang diikuti oleh 35
kelompok se-Kabupaten Wonosobo;
− Pelatihan dan Fasilitas Bagi Koperasi Pertanian (DBHCHT) yaitu melalui
kegiatan pelatihan pengembangan unit usaha jamur tiram bagi koperasi
agar tercipta unit usaha penanaman jamur tiram di Kabupaten Wonosobo
yang diikuti oleh 2 Koperasi beserta anggotanya se-Kabupaten Wonosobo;
− Promosi Produk Skala Nasional, Regional dan Lokal guna meningkatkan
akses pasar bagi UKM pada Pameran HARKOPNAS Jambi, Pameran Gelar
Produk UMKM di Wonosobo dan misi dagang ke Konjen RI di Singapura;
− Pengembangan Produk Unggulan Melalui Sertifikat Produk (DBHCHT) agar
dapat meningkatkan kualitas daripada produk-produk UMKM yaitu dengan
terfasilitasinya perizinan makanan olahan (20 PIRT, 5 barcode dan 5 label
halal);
− Pelatihan Kewirausahaan (APTI) (DBHCHT) guna mengembangkan SDM
UMKM yang diikuti oleh 50 orang se-Kabupaten Wonosobo;
− Pelatihan Kewirausahaan melalui Program SDSP (Satu Desa Satu
Pengusaha) yang diikuti oleh 150 orang UMKM se-Kabupaten Wonosobo;
− Pengembangan Usaha dan Inovasi Produk UMKM yaitu pada produk
olahan UMKM diantaranya singkong dan rebung serta pengembangan
bahan produksi boga (minyak, gandum, mentega, rebung, singkong dan
packaging produk) diikuti oleh 50 orang UMKM di Kecamatan Leksono dan
Kecamatan Kalikajar;
− Pelatihan Tata Boga (APTI) (DBHCHT) yang diikuti oleh 30 orang Koperasi
dan UKM se-Kabuapaten Wonosobo.

3) Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi


Program ini bertujuan untuk meningkatan kualitas kelembagaan baik
fungsi koperasi, profesionalisme pengurus, program kerja pengurus baik
jangka pendek maupun jangka panjang, peningkatan kualitas sumber daya
manusia, peningkatkan pengetahuan dan wawasan akuntansi, pengawasan
dan manajemen koperasi agar koperasi mampu tumbuh dan berkembang dan
menjadi wadah kepentingan bersama bagi anggotanya. Dengan demikian
diharapkan kelembagaan dan organisasi koperasi di tingkat primer dan
sekunder akan lebih terkoordinir serta pencapaian dari segi fungionalitas akan
lebih baik lagi. Dan juga sarana dan infrastruktur pendukung pengembangan
koperasi diharapkan akan semakin lengkap dan berkualitas, efektifitas lembaga
koperasi semakin berfungsi baik, praktek berkoperasi yang baik dan
meningkatkan pandangan positif perihal koperasi di kalangan masyarakat.

Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan guna mendukung


Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi, diantaranya :
− Fasilitasi Sarana dan Penilaian kesehatan KSP,USP,KJKS, dan UJKS Koperasi
yang bertujuan guna meningkatkan koperasi sehat yaitu dengan
melakukan Bintek Penilaian Kesehatan, Sertifikat Penilaian Kesehatan KSP/
USP Koperasi;
− Revitalisasi Koperasi yaitu dengan melakukan kegiatan Bintek Peningkatan
Keterampilan Usaha Anggota Koperasi, pengadaan ayam petelur dan
pejantan, pengadaan sarana produksi berupa cup sealer yang diikuti oleh
25 orang dan 2 Koperasi sejumlah 2 paket;

114 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
− Pembinaan, Pengendalian Dan Pengawasan Koperasi dengan melakukan
study banding ke Solo yang diikuti oleh 30 orang dan 30 koperasi;
− Pelatihan SDM Koperasi Berbasis Kompetensi dengan melakukan study
banding ke Solo yang diikuti oleh 30 orang dan 30 koperasi;
− Pelatihan Akuntansi Dasar dan Aplikasi Akuntansi Komputer (DBHCHT)
diikuti oleh 40 orang dan 40 koperasi;
− Pengembangan Jaringan Pemasaran Produk OVOP berbasis Koperasi
melalui kegiatan pameran di Jawa Barat yang diikuti oleh 4 orang dan 2
Koperasi.

4) Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi Usaha Mikro Kecil


Menengah
Program ini bertujuan mempermudah, memperlancar dan memperluas
akses UMKM kepada sumber daya produktif agar mampu memanfaatkan
kesempatan yang terbuka, dan potensi sumber daya lokal, serta menyesuaikan
skala usahanya sesuai tuntutan efisiensi. Sistem pendukung dibangun melalui
pengembangan lembaga pendukung/penyedia jasa pengembangan usaha yang
terjangkau, semakin tersebar dan bermutu untuk meningkatkan akses UMKM
terhadap pasar dan sumber daya produktif, seperti sumber daya manusia,
modal, pasar, teknologi, dan informasi, termasuk mendorong peningkatan
fungsi intermediasi lembagalembaga keuangan bagi UMKM.

Fokus utama guna melaksanakan program Pengembangan Sistem


Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah antara lain :
− Kemitraan Usaha Dengan Perusahaan Menengah/ Besar guna
meningkatkan akses pasar produk UMKM yang diikuti oleh 60 orang
UMKM se-Kabu[aten Wonosobo;
− Bintek Pengembangan Pasar Melalui On line yang diikuti oleh 50 orang
UMKM se-Kabupaten Wonosobo.

Tabel III.39
Capaian Kinerja Urusan Koperasi dan UKM tahun 2016
Berdasarkan RPJMD 2016-2021
%Capaian
Capaian Capaian
Target kinerja
No Indikator Kinerja Program Kinerja Kinerja
2016 terhadap
2015 2016
target
Persentase Usaha Mikro dan kecil
1 98,78% 98,79% 99,83% 101,05
terhadap UKM
Persentase kenaikan tenaga kerja
2 2% 4% 4% 100,00
Koperasi
Persentase kenaikan tenaga kerja
3 0,10% 0,15% 0,16% 106,67
UMKM
Persentase Penambahan jumlah
4 2% 2,50% 2,51% 100,40
wirausaha baru
Persentase koperasi terhadap jumlah
5 2% 2,1% 2,20% 104,76
UMKM
6 Persentase kenaikan Jumlah UMKM 3% 5,0% 6,00% 120,00
7 Persentase kenaikan Aset UMKM 3% 5,0% 5,10% 102,00
Persentase kenaikan Omset UMKM
8 3% 5,0% 5,00% 100,00
(juta)

115 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
%Capaian
Capaian Capaian
Target kinerja
No Indikator Kinerja Program Kinerja Kinerja
2016 terhadap
2015 2016
target
Persentase Koperasi yang mampu
9 mengakses pembiayaan dari Lembaga 65% 71% 71% 100,00
Keuangan
Persentase UMKM yang mampu
10 mengakses pembiayaan dari Lembaga 4% 7% 7% 100,00
Keuangan
11 Persentase UMKM memiliki perijinan 60% 64% 65% 101,56
12 Persentase kenaikan Aset Koperasi 1,20% 2,20% 2,21% 100,45
13 Persentase kenaikan Omset Koperasi 1,20% 2,20% 2,21% 100,45
Persentase koperasi sehat terhadap
14 50,00% 55,00% 57,00% 103,64
koperasi aktif
Persentase jumlah koperasi aktif
15 63% 65% 66% 101,54
terhadap jumlah koperasi
Sumber : Kantor Koperasi dan UMKM Kabupaten Wonosobo tahun 2016

Dari tabel capaian kinerja program yang dilaksanakan Urusan Koperasi


dan UKM Kabupaten Wonosobo pada tahun 2016 menunjukkan diantaranya
presentase usaha kecil terhadap UKM mencapai 99,83% atau meningkat 1,05%
dari tahun 2015, presentase kenaikan tenaga kerja koperasi sebesar 4%,
presentase kenaikan tenaga kerja UMKM sebesar 0,16%, presentase
penambahan jumlah wirausaha baru sejumlah 2,51%, persentase koperasi
terhadap jumlah UMKM sebesar 2,2%, persentase kenaikan jumlah UMKM
sebesar 6% persentase kenaikan aset UKM 5,1% persentase kenaikan omset
UMKM sebesar 5%, persentase koperasi yang mampu mengakses pembiayaan
dari lembaga keuangan sejumlah 71%, persentase UMKM yang mampu
mengakses pembiayaan dari lembaga keuangan sejumlah 7%, persentase
UMKM yang memiliki perijinan 65%, persentase kenaikan aset koperasi 2,21%,
persentase kenaikan omset koperasi 2,21%, persentase koperasi sehat terhadap
koperasi aktif 57%, dan persentase jumlah koperasi aktif terhadap jumlah
koperasi 66%. Berdasarkan pencapaian tersebut diharap di tahun-tahun
mendatang dapat terjadi peningkatan yang lebih baik lagi.
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam rangka pelaksanaan
urusan koperasi dan UKM serta upaya yang perlu dilakukan antara lain :
Tabel III.40
Matriks Permasalahan dan Solusi
No Permasalahan Solusi/ Upaya yang dilakukan
1 Rendahnya daya saing koperasi dan Peningkatan kapasitas dan produktivitas koperasi
UMKM dalam mengakses pasar dan UMKM dalam rangka pengembangan produk
yang berkualitas, inovatif dan kreatif
2 Masih kurangnya kemampuan Peningkatan nilai tambah produk dengan
koperasi dan UMKM dalam pemanfaatan teknologi yang inovatif, agar mampu
penguasaan teknologi informasi bersaing baik di pasar domestik maupun
mancanegara
3 Promosi dan pemasaran yang belum Peningkatan promosi produk Koperasi dan UKM di
optimal serta terbatasnya informasi pasar domestik maupun internasional, melalui
pasar mengenai produk unggulan promosi produk unggulan, menyediakan informasi
daerah pasar berbasis IT, dan menyediakan sumber daya
manusia untuk menjalankan fungsi pemasaran.

116 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
No Permasalahan Solusi/ Upaya yang dilakukan
4 Belum optimalnya kemitraan usaha Peningkatan pengembangan kemitraan yang
antara koperasi dan UMKM dengan melibatkan koperasi dan UMKM dalam
pelaku usaha lainnya pengembangan produk-produk unggulan yang
berbasis rantai nilai, subkontrak, alih teknologi,
pemasaran/ekspor, atau investasi
5 Masih sulitnya akses koperasi dan Fasilitasi akses koperasi dan UMKM kepada jenis
UMKM terhadap sumber-sumber sumber pembiayaan, sesuai dengan kebutuhan dan
pembiayaan dan permodalan perkembangan koperasi dan UMKM (sejenis
KUR/KKPE dsb), kemudahan pembiayaan dan
sertifikasi tanah, yang didukung adanya regulasi
yang jelas

h. Urusan Pariwisata
1) Program Pengembangan Ekonomi Kreatif (Program Penyediaan Fasilitas
Kreasi bagi Orang Kreatif)
Program ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah industri kreatif dan
SDM yang berkarya di bidang ekonomi kreatif sehingga mendukung
pengembangan dunia kepariwisataan di Kabupaten Wonosobo. Dengan
makin meningkatnya jumlah industri kreatif dan SDM kreatif, diharapkan pula
akan meningkatkan kunjungan wisatawan dan lama tinggal wisatawan yang
diharapkan berdampak pada meningkatnya pendapatan masyarakat.
Kegiatan yang telah dilaksanakan pada Tahun 2016 untuk mendukung
program ini adalah:
- Pembuatan Ruang Pamer Ekonomi Kreatif
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mempromosikan produk-produk ekonomi
kreatif berbahan baku lokal dengan lokasi di Kantor Parekraf Kabupaten
Wonosobo, yang pembuatannya bekerja sama dengan CV. Sumber Berkah.
- Fasilitasi Kreatifitas Komunitas pada Ruang Terbuka Hijau
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan apresiasi dan profesionalisme
para seniman dan pelajar. Kegiatan berupa lomba melukis dan kreasi rangka
besi di Kalianget pada tanggal 13 Agustus 2016
- Kegiatan Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kreatif
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan dan pendapatan
masyarakat berupa pelatihan Sablon dan Kriya Kaca yang telah dilaksanakan
pada tanggal 10 sampai 12 Mei 2016 di Gedung Korpri Kabupaten Wonosobo.

2) Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata


Program ini merupakan program yang harus dilaksanakan guna
kemajuan dunia kepariwisataan. Majunya suatu usaha adalah karena adanya
pemasaran. Inovasi dan kreatifitas harus selalu digali dan dikembangkan agar
pemasaran pariwisata semakin meluas. Dengan meluasnya pemasaran
diharapkan kunjungan wisatawan pun juga meningkat.
- Promosi Lewat Forum Java Promo
Kegiatan ini berupa kerjasama promosi Dinas Pariwisata se- Jawa Tengah
dan DIY yang dilaksanakan melalui sharing kepariwisataan
- Pemilihan Duta Wisata
Kegiatan ini merupakan agenda tahunan guna memilih generasi muda yang
berpotensi menjadi duta wisata, dan telah dilaksanakan pada tanggal 1
sampai 13 Mei 2016
- Fasilitasi Promosi Pariwisata

117 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Kegiatan ini berupa pengadaan sarana promosi pariwisata secara
swakelola.
- Festival Kesenian
Dalam rangka melestarikan kesenian tradisional, pada tanggal 20 Nopember
2016 telah dilaksanakan festival seni musik di Alun-alun Wonosobo yang
diikuti oleh budayawan, seniman, pelajar dan masyarakat.
- Wonosobo Expo Dalam Rangka Peringatan Hari Jadi Wonosobo
Kegiatan ini berupa pameran produk lokal dan pameran wisata guna
promosi potensi daerah, yang diikuti oleh masyarakat maupun swasta
- Pembinaan Pokdarwis
Kegiatan ini berupa pembinaan Pokdarwis dan pengiriman peserta konvensi
ke Klaten. Dalam upaya pengembangan dunia pariwisata, anggota
Pokdarwis perlu memperoleh pembinaan agar bertambah wawasannya.
- Fasilitasi Wonosobo Mencari Bakat
Guna menyalurkan bakat dan minat para pelajar serta pelaku seni, pada
tanggal 10 Desember 2016 telah dilaksanakan berbagai ajang lomba
pencarian bakat
- Fasilitasi Pameran Pariwisata
Fasilitasi Pameran Wisata telah dilaksanakan pada bulan Maret dan Juni
berupa pameran produk unggulan dan wisata
- Fasilitasi Lomba Foto Potensi Pariwisata dan Budaya
Fasilitasi ini merupakan ajang promosi melalui media cetak yang telah
dilaksanakan pada bulan Desember 2016

3) Program Pengembangan Destinasi Pariwisata


Program ini bertujuan untuk mengembangkan obyek wisata yang
menjadi kunjungan wisatawan, maupun sarana dan prasarana pendukung
obyek wisata. Dengan meningkatnya arus kunjungan wistawan, akan
berdampak pada peningkatan industri pariwisata, seperti jasa kuliner, jasa
penginapan, jasa angkutan dan sebagainya. Oleh karena itu, pada Tahun 2016
ini Pemerintah Daerah Wonosobo melaksanakan kegiatan yang mendukung
agar Destinasi Wisata semakin berkembang. Kegiatan-kegiatan tersebut
adalah:
- Kegiatan Pelatihan Pengolahan Industri Pariwisata
Kegiatan ini berupa pelatihan dan pembinaan yang diikuti oleh pemilik home
stay dan rumah makan, dan telah dilaksanakan pada bulan April 2016

- Fasilitasi Sertifikasi Usaha Pariwisata


Kegiatan ini berupa pelatihan bagi pelaku usaha yang belum memiliki TDUP
- Pembangunan Jalan Lingkar Obyek Wisata Lubang Sewu
Guna memperlancar kunjungan wisatawan ke Obyek Wisata Lubang Sewu di
Kecamatan Wadaslintang, maka dilaksanakan pembangunan jalan lingkar
bekerjasama dengan CV. Rizky Perdana.

118 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III. 41
Data indikator Kinerja Urusan Kepariwisataan Berdasarkan RPJMD 2016 – 2021
%Capaian
Capaian
Target Capaian kinerja
Indikator Kinerja Program Kinerja
No 2016 Kinerja 2016 terhadap
2015
target
Persentase kenaikan kunjungan per
1 obyek wisata terhadap seluruh 5,00% 6,00% 28,95% 482,50
kunjungan wisata
Persentase kontribusi sektor pariwisata
2 7,62% 8% 1,86% 23,25
terhadap PAD
Persentase kenaikan kunjungan
3 5,00% 6,00% 28,95% 482,50
wisatawan
Persentase kunjungan wisatawan
4 5,00% 6,00% 29,41% 490,17
nusantara
Persentase kunjungan wisatawan
5 mancanegara terhadap seluruh 5,00% 0,22% #DIV/0!
wisatawan
6 Rata-rata lama tinggal wisatawan 2 2,2 2 90,91
7 Jumlah komunitas ekonomi kreatif 4 4 4 100,00
Persentase komunitas kreatif yang
8 DTD 20% DTD #VALUE!
terafiliasi dalam ruang/ arena kreasi
Persentase orang kreatif yang menjadi
9 DTD 5% DTD #VALUE!
wirausaha
Persentase produk kreatif yang
10 DTD 5% DTD #VALUE!
terfasilitasi pameran
Persentase kerjasama pariwisata
11 DTD 0 DTD #VALUE!
terhadap seluruh MOU
Sumber: Kantor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Wonosobo (2016)

Berdasarkan RPJMD Tahun 2016 – 2021, ada beberapa capaian kinerja yang
melebihi target yakni persentase kenaikan kunjungan per obyek wisata terhadap
seluruh kunjungan wisata, persentase kenaikan kunjungan wisatawan, persentase
kunjungan wisatawan nusantara. Kunjungan wisata per obyek wisata pada tahun
2016 terealisir sebesar 28,95% atau meningkat 23,95% dibadingkan tahun
sebelumnya. Kunjungan wisatawan pada tahun 2016 meningkat sebesar 251.784
orang atau 28,95% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2015 kunjungan
wisatawan sejumlah 869.791 orang sedangkan pada tahun 2016 kunjungan
wisatawan meningkat menjadi 1.121.575 orang. Demikian pula dengan kunjungan
wisatawan nusantara mengalami kenaikan sebesar 29,41%. Sedangkan capaian
kinerja yang belum dapat memenuhi target adalah persentase kontribusi sektor
pariwisata terhadap PAD, persentase kunjungan wisatawan mancanegara terhadap
seluruh wisatawan, rata-rata lama tinggal wisatawan dan jumlah komunitas
ekonomi kreatif.

Dalam rangka mendukung pencapaian target kinerja urusan pariwisata,


perlu adanya sinergisitas antara berbagai pihak sehingga tujuan dapat tercapai.
Berbagai upaya telah dilakukan melalui pembinaan, pelatihan dan berbagai fasilitasi
bagi pelaku usaha pariwisata. Saat ini telah terbentuk beberapa klaster di
Kabupaten Wonosobo, salah satu diantaranya adalah Klaster Desa Wisata. Melalui
Desa Wisata kita tawarkan seluruh potensi pedesaan yang ada untuk dikembangkan
melalui komponen pariwisata seperti atraksi khas desa, kuliner, cinderamata,
penginapan/ home stay, pemandu wisata dan sebagainya. Dengan pengembangan
119 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
pola pengembangan Desa Wisata diharapkan akan berdampak terjadinya
pergerakan ekonomi di berbagai sektor pendukung kehidupan masyarakat, yang
tentunya akan berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam urusan pariwisata dan upaya


yang telah dilakukan antara lain:
Tabel III.54
Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Pariwisata
No Masalah Upaya yang dilakukan
1. Sering terjadi tanah longsor dan banjir di Koordinasi dengan OPD dan pemangku
Dataran Tinggi Dieng, sehingga kepentingan terkait untuk perbaikan,
mempengaruhi tingkat kunjungan wisata pemeliharaan dan peningkatan infrastruktur
di Dataran Tinggi Dieng
2. Kurangnya kesadaran masyarakat di sekitar Membentuk Desa Wisata dan kelompok
obyek wisata terhadap kebersihan Sadar Wisata (Pokdarwis) di sekitar obyek
lingkungan dan wisatawan yang berkunjung wisata, serta melaksanakan pembinaan Sapta
Pesona bagi Pokdarwis di setiap Desa Wisata

i. Urusan Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Keuangan


1) Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah
Untuk meningkatkan dan mengembangkan pengelolaan keuangan
daerah yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel sehingga tercapai tujuan
dan sasaran sesuai dengan program, kegiatanj dan anggaran maka perlu
diadakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : Intensifikasi dan Ekstensifikasi
Retribusi Daerah, Pengadaan Sistem Pelaporan Host to Host, Penyuluhan /
Sosialisasi Pajak dan Retribusi Daerah, Optimalisasi Teknologi Informasi dalam
Pelayanan Pajak dan Retribusi Daerah, Penyesuaiaan Aplikasi I-PBB Desa /
Kelurahan, Penilaian Individu PBB-P2, Fasilitasi Penyelesaian Permasalahan
PBB-P2, Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pajak Daerah, Perangsang Lunas Awal
PBB, fasilitasi Penyampaian PBB-P2 ke Kecamatan, Desa, Kelurahan, Fasilitasi
Pemberian Tanda Lunas Pajak Daerah, Verifikasi Data Piutang PBB-P2,
Pemutakhiran Data PBB-P2 di 2 Kelurahan, Fasilitasi Penyesuaian NJOP PBB-P2
Kabupaten Wonosobo, Fasilitasi Pemutakhiran data Pajak Penerangan Jalan
Umum (PPJU), Fasilitasi Gaji Outsorching PBB-P2, Peningkatan Pelayanan Pajak
dan Retribusi Daerah, Pencetakan SPPT PBB, Pengembangan Sistem Informasi
Pengelolaan Keuangan Daerah, Fasilitasi Penyusunan DPA dan DPPA SKPD
Tahun 2016, Penyusunan Perubahan APBD Tahun 2016, Penyusunan APBD
tahun 2017, Penyusunan Sisdur Pengelolaan Keuangan Daerah, Fasilitasi Dana
Transfer, Penerbitan SPT PPh Pasal 21 Gaji PNS Tahun 2016, Penyusunan
Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD tahun 2015, Implementasi
Akuntansi Berbasis Akrual, Pengadaan Plang Papan Nama Barang Milik Daerah,
Penghapusan Barang Milik Daerah, Penelusuran Barang Milik Daerah,
Penyusunan RKB BMD dan Mutasi BMD, MPTPTGR dan Sekretariat TP-TGR,
Pembinaan Pengelolaan BMD, Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Keuangan
Daerah dan Studi Komparasi Implementasi Pengelolaan Keuangan Daerah
Dalam Rangka Persiapan Perubahan.
Kinerja pengelolaan keuangan dapat dilihat dari ketaatan terhadap azas
pengelolaan keuangan salah satunya adalah opini BPK. Pemerintah Kabupaten
Wonosobo mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) karena
pengelolaan aset daerah yang belum tertib. Penyampaian laporan keuangan
dan kinerja belum semuanya tepat waktu hal ini terjadi karena adanya
120 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
perubahan SOTK OPD. Terjadi penurunan persentase belanja pegawai terhadap
total belanja dan kenaikan rasio PAD terhadap total pendapatan daerah
merupakan indikator adanya peningkatan kinerja pengelolaan keuangan
daerah. Secara lengkap capaian indikator RPJMD tahun 2016 tersaji dalam tabel
berikut ini :
Tabel III.42
Capaian Indikator Keuangan Daerah
%Capaian
Capaian Target Capaian kinerja
Indikator Kinerja Program
No Kinerja 2015 2016 Kinerja 2016 terhadap
target

1 Persentase kenaikan PAD 4,16% 4,16% 7,40% 177,88

2 Rasio realisasi PAD 105% 100% 110% 110,00

Rasio PAD terhadap total


3 10,62% 12,18% 12,54% 102,96
pendapatan daerah
Persentase peningkatan BUMD
4 70% 70,00% 70,00% 100,00
bekerja baik
Persentase kontribusi
5 pendapatan BUMD terhadap 7% 6,9% 6,12% 88,57
PAD

j. Urusan Penanaman Modal


1) Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
Program ini bertujuan untuk membawa citra daerah sebagai daerah
tujuan investasi yang menarik dengan sasaran meningkatnya jumlah minat
investor untuk melakukan investasi. Melalui program ini telah dilaksanakan
kegiatan berupa:
− Monitoring dan Evaluasi dan Pelaporan LKPM dilaksanakan untuk
mengetahui perkembangan investasi dikabupaten Wonosobo dengan
sasaran 20 PMA/PMDN dikabupaten Wonosobo dalam bentuk Monitoring
dan peninjauan pelaksanaan penanaman modal.
− Penyusunan Profil Investasi dalam rangka menyediakan data dan
informasi sebagai bahan pengambilan keputusan atau kebijakan
penanaman modal di Kabupaten Wonosobo , kegiatan ini diwujudkan
dalam penyusunan profil investasi, leaflet, booklet dan tas promosi
− Fasilitasi Promosi Investasi untuk meningkatkan kerjasama dan
penanaman modal di Kabupaten Wonosobo serta penyampaian informasi
potensi Investasi dilaksanakan dalam bentuk promosi dan kerjasama
investasi didalam daerah ( Jawa Tengah dan Luar daerah ( Luar Jawa
Tengah )
− Penyediaan Sarana Prasarana Promosi di Kabupaten Wonosobo
2) Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi
Program ini bertujuan untuk meningkatkan daya dukung daerah dalam
rangka mendorong investasi agar semakin meningkat didukung iklim investasi
yang kondusif. Melalui program ini telah dilaksanakan kegiatan berupa :
− Sosialisasi Perijinan dalam rangka Peningkatan jumlah pemohon perijinan
dilaksanalkan di Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Kejajar, Kec. Garung ,
Kecamatan Kertek dan Kecamatan Wadaslintang

121 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
− Pengkajian Perijinan di Kabupaten Wonosobo dalam rangka penerbitan ijin
sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan dengan dilaksanakan
sidang pengkajian Perijinan
− Monitoring dan Evaluasi untuk mengetahui kesesuaian antara ijin yang
diajukan dengan usaha yang dilaksanakan dalam bentuk kegaiatan
Monitoring dan Evaluasi serta Peningkatan Pelayanan Perijinan dan
Penyusunan SOP BPMPPT di Kabupaten Wonosobo
− Penyusunan Naskah Akademik Pemetaan Tata Ruang IUTM dalam rangka
Peningkatan kecukupan regulasi dalam mendukung investasi daerah di
Kabupaten Wonosobo.

3) Program Penyiapan Potensi Sumber daya, sarana dan Prasarana Daerah


Program ini ditetapkan untuk dapat tercapainya tujuan organisasi dalam
jangka panjang yaitu terwujudnya kelancaran pelaksanaan tugas-tugas
kedinasan yaitu dengan melalui kegiatan :
− Pengadaan dan Pemeliharaan Panggung Spanduk. Kegaiatan ini bertujuan
untuk menyediakan fasilitas promosi bagi masyarakat di Kabupaten
Wonosobo dalam bentuk Penyediaan dan pemeliharaan panggung
spanduk, space reklame.
− Pengadaan Sistem Aplikasi Managemen Kegiatan ini berupa pengadaan
sistem Manajemen untuk perijinan dan penanaman modal dan sosialisasi
dan pelatihan aplikasi sistem penanaman modal dan perijinan terintegrasi
untuk meningkatkan kualitas dan pelayanan perijinan dan penanaman
modal di Kabupaten Wonosobo.
Tabel III.43
Capaian Kinerja Urusan Penanaman Modal Tahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJMD 2016-2021
%Capaian
Capaian
Target Capaian kinerja
No Indikator Kinerja Program Kinerja
2016 Kinerja 2016 terhadap
2015
target
Persentase kenaikan Jumlah
1 10% 10% 0 0,00
kerjasama investasi
Persentase Kenaikan jumlah investor
2 0 0 0
berskala nasional (PMDN )
1,09 1,37
3 Jumlah Nilai Investasi 1,86 trilyun 135,77
triilyun trilyun
Daya Serap Tenaga Kerja (
Perbandingan antara jumlah tenaga
4 kerja yang bekerja pada perusahaan 33 33 97,9 296,67
PMA/ PMDN tehadap PMDN dan
PMA
Persentase pelayanan perijinan dan
5 non perijinan bidang penanaman 66,67% 66,67% 38,19% 57,28
modal melalui PTSP
6 Persentase implementasi SPIPISE 70% 80% 100% 125,00
7 Rata –rata lama proses perijinan 7 hari 7 hari 7 hari 100%
Persentase investasi ramah
8 20% -
lingkungan
Persentase potensi investasi yang
9 0 10% 16% 160,00
sudah memeiliki FS
Sumber: BPMPPT, 2016

122 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Capaian kinerja urusan Penanaman Modal Kabupaten Wonosobo dapat
dilihat dari jumlah Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di mana pada tahun
2016 realisasi penanaman modal dilihat dari jumlah modal usaha berdasarkan
penerbitan Ijin usaha sebesar 768,1 milyar rupiah ,-. Apabila dibandingkan dengan
tahun 2015 ada kenaikan sebesar 145,41% . Nilai investasi sampai dengan tahun
2016 ini sudah melampaui target RPJMD 2016-2021 sebesar 496,96 milyar Rupiah.
Sampai dengan tahun 2016 penanaman modal di Kabupaten Wonosobo sudah
mencapai 1,86 trilyun rupiah, mengalami kenaikan 69,9% . Pada tahun 2016
persentase implementasi perijinan yang melalui SPIPISE sudah 100%. Sedangkan
rata- rata lama proses Perijinan adalah 7 ( tujuh ) hari.

Berdasarkan sektor usaha, sebagaimana dapat dilihat pada tabel IV.B.9.4,


investasi yang ada di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2016 terbanyak di sektor
Listrik, Gas dan Air sebesar Rp 311.979.989.780,- diikuti sektor jasa lainnya.
Sedangkan daya serap tenaga kerja pada penanaman modal ini sektor industri
kayu menyerap tenaga kerja yang paling banyak yaitu 1.676 orang.

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam rangka pelaksanaan urusan


penanaman modal dan upaya yang dilakukan antara lain :
Tabel III.44
Matriks Permasalahan dan Solusi
pada Urusan Penanaman Modal
No. Permasalahan Solusi
1 Belum adanya informasi kebutuhan investasi di Mengkaji kebutuhan investasi daerah dan
Kabupaten Wonosobo penyusuna profil investasi daerah
2 Keterbatasan sarana dan prasarana kerja yang Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan kerja, termasuk di dalamnya pengembangan
program termasuk apilkasi sistem informasi dan penyempurnaan aplikasi sistem informasi
dan komunikasi yang dimiliki masih belum dan komunikasi
memadai dala memperlancar pelayanan publik
3 Kondisi wilayah Wonosobo yang kurang Peningkatan dan perbaikan infrastruktur
strategis serta dukungan infrastruktur yang
kurang memadai
4 Keseriusan calon investor yang masih kurang Mencermati setiap investor yang akan
baik, setelah sebelumnya menyatakan menanamkan modalnya di Kabupaten
kepeminatan. Wonosobo.
k. Urusan Perpustakaan
1) Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan
Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan dilakukan
melalui beberapa kegiatan, diantaranya yaitu Pengadaan
komputer/mainframe/server/software, pengadaan mobil keliling, pembuatan
taman belajar/panggung, lomba mocopat siswa SD, pelatihan pengelola
perpustakaan dan rumah belajar, seminar perpustakaan, forum komunikasi dan
road show arpusda, lomba perpustakaan desa/kelurahan dan sekolah, lomba
bercerita siswa SD, pemasangan jaringan internet untuk pengambangan e-
library, pelatihan keterampilan pemasaran on-line (DBHCHT), pembuatan
profile arpusda, lomba menulis cerita legenda desa serta lomba mendongeng
guru TK/PAUD.
− Pengadaan komputer/mainframe/server/software, pemasangan jaringan
internet untuk pengembangan e-library bertujuan meningkatkan
pelayanan perpustakaan berbasis TIK.

123 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
− Pengadaan mobil keliling untuk menambah jangkauan layanan
perpustakaan keliling.
− Pembuatan taman belajar/panggung berupa panggung sebagai sarana
ajang kreativitas kepada pengunjung perpustakaan maupun masyarakat.
− Lomba mocopat siswa SD , lomba bercerita siswa SD , lomba menulis cerita
legenda desa serta lomba mendongeng guru TK/PAUD untuk menambah
keterampilan bercerita/mendongeng, menulis dan menyanyi bahasa jawa
serta meningkatkan jumlah kunjungan ke perpustakaan.
− Pengadaan alat peraga pendidikan, alat permainan edukatif untuk anak
dan story telling merupakan stimulan untuk meningkatkan kunjungan ke
perpustakaan serta meningkatkan minat baca kepada anak.
− Pelatihan pengelola perpustakaan dan rumah belajar , seminar
perpustakaan, forum komunikasi dan road show arpusda, pelatihan
keterampilan pemasaran on-line (DBHCHT), pembuatan profile arpusda
untuk meningkatkan pemahaman/ pengetahuan tentang kepustakaan,
wawasan hasil koordinasi se-jateng, maupun pemasaran secara on-line.
− Lomba perpustakaan desa/kelurahan dan sekolah dalam rangka
pembinaan kepada lembaga perpustakaan yang ada di lima belas (15)
kecamatan, dimana masing-masing kecamatan mengajukan masing-masing
satu (1) perpustakaan ditingkat SD, SMP, dan desa/kelurahan. Diharapkan
pengelola perpustakaan terus berpacu untuk meningkatkan mutu dan
pelayanan yang pada akhirnya akan menarik minat dan membudayakan
membaca.

Kegiatan Tahun 2016 yang tertuang dalam RPJMD 20116 – 2021 masih
ada yang belum terlaksana (Lomba Membaca Cepat) karena belum adanya
alokasi anggaran dan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga
SKPD belum siap untuk melaksanakannya.
Tabel III.45
Capaian Kinerja Urusan Perpustakaan Berdasarkan
Indikator RPJMD 2016-2021
%Capaian
Capaian
Capaian kinerja
No. Indikator Kinerja Program Kinerja Target 2016
Kinerja 2016 terhadap
2015
target
Rata-rata Kemampuan Membaca 120
1 DTD
Cepat Anak SD kata/menit
Rata-rata Kemampuan Membaca 200
2 DTD
Cepat Anak SMP kata/menit
Rata-rata Kemampuan Membaca 250
3 DTD
Cepat Anak SMA kata/menit
4 Jumlah Perpustakaan 798 813 798 98,15

5 Jumlah Pengunjung Perpustakaan 255.842 207.674 79,58


260.959
6 Jumlah Referensi Digital 817 880 817 92,84
Jumlah Pelajar/Mahasiswa yang
7 179.089 182.671 156.356 85,59
Berkunjung
Sumber : Kantor Arpusda Kab. Wonosobo, 2016

Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan membaca cepat anak


SD, SMP dan SMA belum ada capaian karena belum adanya petunjuk teknis
pelaksanaan untuk lomba membaca cepat anak, sedangkan jumlah pengunjung
124 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
perpustakaan kabupaten mengalami penurunan salah satunya disebabkan oleh
semakin mudahnya memperoleh informasi/bahan pustaka melalui akses internet yang
sudah terjangkau hingga rumah tangga hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
semakin melek terhadap teknologi informasi yang ada dan hal ini dapat dimanfaatkan
untuk perkembangan dalam hal perpustakaan.

Pelaksanaan urusan perpustakaan masih dihadapkan pada beberapa


hambatan sehingga upaya yang perlu dilakukan antara lain :
Tabel III.46
Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Perpustakaan
No Masalah Solusi
1  Kemampuan Membaca Cepat Anak  Mengalokasikan anggaran dan membuat juknis
SD, SMP dan SMA belum untuk mengadakan Lomba Membaca Cepat Anak
terfasilitasi SD, SMP dan SMA untuk mengetahui kemampuan
membaca cepat anak
2  Perlunya stimulasi terhadap  Meningkatkan kerjasama dengan sekolah-
kalangan pelajar dan mahasiswa sekolah/perguruan tinggi baik dalam maupun luar
yang berdomisili di desa-desa untuk daerah
menumbuhkan Budaya dan Minat  Mengaktifkan perpustakaan keliling, kecamatan,
Baca masyarakat dan desa.
 Peragaman layanan seperti membentuk klub
pembaca, klub penulis, klub peneliti, layanan
lifeskill/kecakapan hidup, klub blogger, klub
programer dan lain-lain serta pelayanan
perpustakaan secara online dan galeri seni budaya
3  Belum maksimalnya pembinaan  Pembinaan yang intensif terhadap perpustakaan
yang dilakukan oleh seksi yang ada di masing-masing SKPD, Kecamatan,
Perpustakaan terhadap Desa, Sekolah dalam hal status organisasi,
perpustakaan yang ada di masing- pembiayaan, gedung atau ruang perpustakaan,
masing SKPD, Kantor Kecamatan, koleksi bahan pustaka, peralatan dan
Desa, serta Lingkungan Sekolah perlengkapan perpustakaan, ketenagaan
(pengelola perpustakaan), teknik layanan,
promosi, dan kerjasama perpustakaan serta
jaringan informasi
4  Masih minimnya penyelenggaraan  Penyelenggaraan apresiasi perpustakaan,
diklat/pelatihan bagi pengelola penyuluhan, pendidikan dan latihan, pameran,
perpustakaan baik tingkat seminar serta peningkatan kapasitas SDM
kabupaten ataupun SKPD, perpustakaan melalui program magang
Kecamatan, Desa dan Sekolah
5  Belum berkembangnya  Pengembangan digitalisasi koleksi, baik buku,
perpustakaan digital/digital library dokumen maupun naskah-naskah lain (referensi
untuk pengembangan e-library digital bertambah)
6  Perlunya peningkatan kemampuan  Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT)
terhadap teknologi informasi bagi Perpustakaan serta magang ke perpustakaan yang
pengelola perpustakaan telah menerapkan sistem otomasi/digital/on line

l. Urusan Kepemudaan Dan Olahraga


1) Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan
Dalam rangka mempersiapkan pemuda sebagai calon pemimpin bangsa
serta meningkatkan jiwa kepemimpinan pemuda sebagai potensi yang perlu
dipersiapkan sangat matang dari dalam diri pribadi pemuda, pada tahun 2016
diselenggarakan kegiatan School of Leader yang diikuti oleh pelajar SMA/SMK
sebanyak 100 orang dengan nara sumber dari Organisasi Masyarakat, Pemuda
dan Kodim 0707 Wonosobo.

125 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Gerakan Pramuka sebagai penyelenggara pendidikan kepanduan
Indonesia yang merupakan bagian pendidikan nasional, bertujuan untuk
membina kaum muda dalam mencapai sepenuhnya potensi-potensi spiritual,
sosial, intelektual dan fisiknya. Sebagai bagian dari pendidikan nasional maka
kegiatan kepramukaan yang selama ini dilaksanakan di sekolah sebagai
kegiatan ekstrakulikuler perlu ditunjang dengan fasilitas kelengkapan buku
penunjang kepramukaan serta tenda pramuka untuk SD dan SMP, sehingga
pada tahun 2016 melalui APBD kabupaten melaksanakan Pengadaan Buku
Penunjang Ekstrakurikuler Wajib Pramuka Jenjang SD serta kursus mahir
tingkat dasar pramuka.

Salah satu upaya untuk membina mental dan watak serta jiwa
nasionalisme pemuda adalah melaui kegiatan paskibra yang meliputi seleksi
calon paskibra dari siswa siswi SMA di Kabupaten Wonosobo, pelatihan serta
pelaksanaan upacara bendera 17 agustus. Paskibra dibentuk dengan tujuan
membina watak, kemandirian dan profesionalisme, memelihara dan
meningkatkan rasa persaudaraan, kekeluargaan, persatuan dan kesatuan,
mewujudkan kerjasama yang utuh serta jiwa pengabdian kepada bangsa dan
negara, memupuk rasa tanggng jawab dan daya cipta yang dinamis serta
kesadaran nasional dikalangan para anggota dan keluarganya.

Untuk meningkatkan prestasi di kalangan pelajar khususnya olahraga


telah dilaksnaakan kegiatan PORKAB yang melibatkan atlet atlet kecamatan
pada 12 cabang olahraga. Melalaui PORKAB ini diharapkan akan muncul bibit –
bibit atlet baru yang akan mewakili kabupaten dalam kejuaran di tingkat
provinsi maupun nasional.

2) Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga


Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga diselenggarakan
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan manfaat olahraga untuk
kesehatan jasmani dan rohani. Untuk mendukung hal tersebut diselenggarakan
kegiatan yang mendukung perkembangan olahraga rekreasi maupun olahraga
prestasi.

Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) di kabupaten menjadi


bagian penting dalam pembinaan olahraga. Sekretariat KONI yang difasilitasi
pemerintah daerah bertugas membantu pemerintah membuat kebijakan dalam
pembinaan olahraga dan tugas lainnya sebagaimana tercantum dalam Undang-
undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Melalui
kegiatan Pembinaan Prestasi Atlet melalui Fasilitasi KONI ini diharapkan dapat
membantu pemerintah daerah dalam pembinaan, dan pengembangan
olahraga prestasi serta menyiapkan, melaksanakan, dan mengoordinasikan
keikutsertaan cabang olahraga prestasi dalam kegiatan olahraga yang bersifat
lintas daerah dan nasional.
Sebagai dukungan pemerintah daerah dalam pembinaan atlet, secara
rutin telah dianggarkan alokasi untuk memfasilitasi para atlet dalam mengikuti
kejuaraan di tingkat provinsi maupun nasional mulai dari proses seleksi sampai
dengan pengiriman atlet.

126 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Selain pembinaan atlet, keberadaan sarana olahraga juga perlu
mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah, Secara bertahap GOR
mulai dibenahi dengan pembuatan jalan masuk stadion, pembagunan saluran
air dan pemasangan instalasi listrik

Capaian kinerja urusan Pemuda dan Olahraga berdasarkan evaluasi kinerja

Tabel III.47
Capaian Kinerja Urusan Pemuda dan Olahraga Tahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJMD 2016-2021
%Capaian
Capaian Capaian
kinerja
NO Indikator Kinerja Program Kinerja Target 2016 Kinerja
terhadap
2015 2016
target
Persentase organisasi pemuda yang
1 10% 10% 10% 100,00
berbadan hukum
Persentase organisasi pemuda yg
difasilitasi dalam peningkatan
2 5% 5% 6% 120,00
kapasitas dan manajemen
kepemudaan
3 Persentase organisasi pemuda aktif 40% 40% 45% 112,50
4 Persentase komunitas olahraga aktif 25% 25% 25% 100,00
Rasio klub olahraga terhadap jumlah
5 0,652 0.652 0,863 190,60
penduduk
Persentase kenaikan prestasi
6 DTD DTD 1%
olahraga tk prov , nasional
Rasio Gelanggang Olah Raga per
7 1,81 1,81 1,96 108,29
1.000 Penduduk
Rasio Lapangan Olah Raga per
8 0,0024 0,0024 0,0052 216,67
10.000 Penduduk
Persentase kenaikan jumlah pemuda
9 DTD DTD 1%
berprestasi
Sumber: Disdikbupora, Kantor Kesbangpollinmas (diolah)

Kegiatan-kegiatan kepemudaan berkembang dengan tujuan untuk


meningkatkan partisipasi dan peran serta pemuda dalam berbagai bidang
pembangunan. Kegiatan tersebut di antaranya adalah - dialog pemuda,
pelatihan kewirausahaan pemuda, pengembangan kepemimipinan dan
kepeloporan serta kegiatan lain dalam wadah organisasi kepemudaan baik
yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Tema dan fokus kegiatan
bervariasi namun dari jumlah kegiatan dan jumlah organisasi kepemudaan
masih berkisar di 142 organisasi. Beberapa prestasi yang telah diraih putra putri
terbaik Kabupsaten Wonosobo antara lain : pada tingkat nasional melalui
cabang bulutangkis, Yodhi Satrio berhasil memperoleh juara 2 tingkat
internasional, di tingkat nasional, tim tenis meja ganda putra berhasil merebut
juara 1. Pada cabang pencak silat Beny Andriawan berhasil memperoleh juara 1
tingkat nasional. Di tingkat karisidenan, 78 penghargaan dan kejuaraan berhasil
diraih pelajar baik tingkat SD maupun SMA meliputi kejuaraan sepak
takraw,taekwondo, karate, bulutangkis ,renang dan pencak silat.

Beberapa masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan urusan pemuda


dan olahraga antara lain :
− krisis jati diri, krisis kepemimpinan, dan lemahnya karakter generasi muda
− Daya saing dan kemandirian pemuda belum optimal dalam menghadapi
127 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
pasar kerja
− Gaya hidup pemuda yang kurang sehat yang berakibat menurunnya kualitas
dan mental kompetensi.
− Belum tuntasnya pembangunan sarana dan prasarana olahraga
− Terbatasnya upaya pembinaan atlet terkait dengan pendanaan maupun
fasilitas latihan
− Belum optimalnya manajemen pembinaan olahraga unggulan di daerah.

Adapun langkah yang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan


tersebut adalah:
− Meningkatkan peran pemerintah daerah untuk memfasilitasi organisasi dan
komunitas pemuda dalam beraktivitas dan berkreasi secara positif .
− Memperkaya muatan pendidikan karakter di berbagai kegiatan pembinaan
kepemudaan maupun kurikulum sekolah sehingga pemuda dan remaja
memiliki semangat untuk maju dan etos kerja yang tinggi serta mampu
beradabtasi.
− Meningkatkan wawasan pemuda tentang gaya dan pola hidup sehat
− Meningkatkan kapasitas pemuda untuk membentuk jiwa kewirausahaan
dan melalui pendidikan formal maupun non formal.
− Penyelesaian pembangunan sarana dan prasarana olahaga yang telah
dimulai untuk mencegah kerusakan bangunan dan dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat
− Peningkatan kemitraan pemerintah, masyarakat dan swasta dalam
penyediaan sarana prasarana olahraga, pemberian beasiswa kepada atlit
berprestasi dan pendanaan event olah raga.
− Pembibitan dan pembinaan olahragawan berbakat berdasarkan cabang
olahraga prioritas daerah.

4. Misi 4: Meningkatkan pelayanan dasar dan sarana prasarana publik untuk kesejahteraan
yang merata
Pencapaian misi keempat didorong dengan melaksanakan penyelenggaraan urusan
pemerintahan di sektor :
− Pendidikan
− Kesehatan
− Sosial
− Perumahan rakyat dan kawasan permukiman
− Pekerjaan umum dan penataan ruang
− Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
− Pengendalian penduduk dan keluarga berencana
− Tenaga kerja
− Pemberdayaan masyarakat dan desa
− Kependudukan dan catatan sipil
− Pertanahan
− perhubungan

128 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.48
Capaian Kinerja Misi 4

CAPAIAN S.D.
TARGET
INDIKATOR TARGET CAPAIAN 2016
TUJUAN SASARAN 2015 %CAPAIAN AKHIR
SASARAN 2016 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
Misi 4: Meningkatkan pelayanan dasar dan sarana prasarana publik untuk kesejahteraan yang merata
Terwujudnya 1 Terpenuhinya layanan dan hak dasar IPM 65,71 66 65,71 98,99 69,74 94,22
pertumbuhan yang untuk kesejahteraan masyarakat
berkeadilan dalam aspek
ekonomi, sosial dan
lingkungan untuk
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat dan
penanggulangan
kemiskinan
Rata-rata Lama 6,11 6 6,11 98,95 7,11 85,94
Sekolah
Angka Melek 96,1 96,75 98,91 102,23 99,99 98,92
Huruf penduduk
15 tahun ke atas
Rata-Rata Usia 71,02 71,35 71,35 100,00 73 97,74
Harapan Hidup
Angka Kematian 83,14 79,81 116,56 146,05 63,18 54,20
Ibu
Angka Kematian 9,66 9,3 12,82 137,85 7,5 58,50
Bayi
Prevalensi Balita 2,20% 2,02% 2,56% 126,92 1,1% 42,97
Gizi kurang
Prevalensi balita 0,82% 0,12% 0,60% 20,00
gizi buruk

129 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
CAPAIAN S.D.
TARGET
INDIKATOR TARGET CAPAIAN 2016
TUJUAN SASARAN 2015 %CAPAIAN AKHIR
SASARAN 2016 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
Persentase KK 47,95% 0,53375 0,12 22,48 80,50% 14,91
yang
mendapatkan
akses sanitasi
dasar
Persentase 63,17% 64,31% 60,37% 93,88 70% 86,24
panjang jalan
kabupaten
dalam kondisi
baik dan sedang
2 Terpenuhinya layanan penunjang IPG (Indeks 92,51 92,926 92,91 99,98 92,93 99,98
untuk pemenuhan kebutuhan Pembangunan
masyarakat secara lebih berkeadilan Gender)
IDG (Indeks 45,36 45,7 47,72 104,42 45,70 104,42
Pemberdayaan
Gender)
Prevalensi 3,11 2,925 2,7 92,31 2,93 92,31
Kekerasan
Terhadap Anak
TFR (Total 2,2 2,1834 2,13 97,55 2,18 97,55
Fertility Rate)
Prosentase 79,03% 81% 79,48% 97,89 81,19% 97,89
Penduduk
Berakte
Kelahiran
Presentase 97,7 98,0833 91,57 93,36 98,08 93,36
Penduduk Ber
KTP

130 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
CAPAIAN S.D.
TARGET
INDIKATOR TARGET CAPAIAN 2016
TUJUAN SASARAN 2015 %CAPAIAN AKHIR
SASARAN 2016 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
3 Terwujudnya kesetaraan Indeks Gini 0,34 0,34 0,34 100 0,34 100,00
pertumbuhan ekonomi antar Indeks 0,35 0,35 0,35 100 0,35 100,00
wilayah Williamson
4 Meningkatnya kesejahteraan Persentase 21,40% 19,74% 21,40% 108,41% 11,40% 53,27
ekonomi Angka
Kemiskinan
Indeks 3,54 3,44 3,54 102,91 2,90 81,92
Kedalaman
Kemiskinan
Indeks 1,04 1,035 1,04 100,48 1,010 97,12
Keparahan
Kemiskinan
5 Berkembangnya lapangan kerja dan Tingkat 5,31 5,25 4,47 85,14 5,25 85,14
kesempatan kerja Pengangguran
Terbuka
Partisipasi 73,9 74,28 74,75 100,63 74,28 100,63
Angkatan Kerja
Dependency 56,76 56,06 50,51 90,10 56,06 110,99
Ratio
Tingkat 94,66 94,7 95,52 100,87 94,70 100,87
Kesempatan
Kerja

131 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Berikut disampaikan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menopang pencapaian misi ke-
empat dari Pemerintah kabupaten Wonosobo
a. Urusan Pendidikan
1) Program Pendidikan Anak Usia Dini
Program Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan untuk memperluas akses dan
meningkatkan mutu layanan PAUD melalui lembaga PAUD, Taman Kanak-Kanak (TK),
Raudhatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat, serta, berbentuk Kelompok
Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang sederajat, dan jalur
informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh
lingkungan.

Anggaran Program bersumber dari APBD Kabupaten dan Bantuan Keuangan


Provinsi Jawa Tengah yang disalurkan melalui APBD Kabupaten. Sebanyak 4 lembaga
PAUD mendapatkan bantuan peningkatan prasarana pendidikan seperti rehab ruang
kelas, pembangunan senderan dan pagar keliling serta pembangunan ruang kelas baru.
Untuk meningkatkan daya tampung anak-anak, dibangun Unit Gedung Baru (UGB)
PAUD di Desa Jetis Pacarmulyo Kecamata Leksono. . Untuk meningkatkan keamanann
dan kenyamanan, telah dilaksanakan Pembangunan Senderan dan Pavingisasi Halaman
PAUD Al-Falah Dusun Boralan Kel. Garung Kec. Garung ( luncuran APBD 2015), dan
Penyempurnaan Gedung dan Pagar keliling PAUD Rofiqul A.la Desa Ngadisono Kec
Kaliwiro.Pada kelompok TK, Rehab ruang TK ABA Desa Tanjunganom Kecamatan Kepil,
Kelas TK ABA VI Sumberan Kec. Wonosobo, TK ABA I Wonosobo, TK ABA III Sruni Kota
Kec Wonosobo, Senderan dan Pavingisasi PAUD Muara Kasih dan TK Pertiwi Desa
Jangkrikan Rehabilitasi TK ABA Beran Kecamatan Kepil. Untuk merangsang tumbuh
kembang anak, Pemerintah Kabupaten Wonosobo mengalokasikan anggaran untuk
Bantuan Pengadaan APE PAUD TKN Pembina Selomerto

Secara berjenjang diselenggarakan acara Gebyar PAUD sebagai salah satu


upaya untuk menumbuhkan, menggugah serta meningkatkan kesadaran dan peran
serta masyarakat terhadap pentingnya PAUD. Bentuk kegiatan adalah festival
keterampilan bermain peserta didik pada program Kelompok Bermain (KB) dan Taman
Kanak-kanak( TK). Untuk menimgkatkan kualitas dan motivasi pendidik
diselenggarakan Apresiasi Gugus PAUD dan Apresiasi Bunda PAUD.

2) Program Wajardikdas Sembilan Tahun


Realisasi Program Wajardikdas Sembilan Tahun diwujudkan dalam kegiatan-
kegiatan untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana bagi sekolah dasar dan
SLTP, peningkatan mutu pembelajaran serta fasilitasi kejuaraan dalam rangka
meningktakna prestasi siswa serta pendidik. Untuk tingkat SD kegiatan Pengadaan
sarana penunjang proses pembelajaran sekolah dasar negeri dilaksanakan untuk
pengadaan alat peraga pendidikan, alat kesenian dan pengadaan mebelai SD yang
antara lain diterima oleh SDN 10 Wonoosbo dan SD1 Garung. Sedangkan
pembangunan / rehabilitasi ruang kelas dilaksanakan di 17, SD, pembangunan senderan
/pagar/pavingisasi di 58 SD negeri serta 11 SD/SMP swasta yang mendapatkan bantuan
berupa peningkatan prasarana sekolah seperti rehab ruang kelas, pagar keliling,
betonisasi dan pavingisasi. pembangunan ruang perustakaan untuk 47 SD dan yang
tidak kalah penting sarana sanitasi berupa WC sekolah juga telah difasilitasi.
Selanjutnya melalui anggaran bantuan provinsi, telah dilaksanakan pengadaan mebeler
pengganti SD sejumlah 74 sekolah dengan anggaran Rp. 1.520.000.00 dan pengadaan
132 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
mebeler untuk 58 SMP dengan anggaran Rp. 1,180.000.000 yang tersebar di wilayah
Kabupaten Wonosobo

Untuk tingkat SMP, telah dialokasikan kegiatan pembangunan prasarana


pendidikan bagi 18 SMP, pengadaan buku perpustakaan dan alaat kesenian, Melalaui
dana bantuan provinsi juga telah dilaksanakan rehabilitasi ruang kelas baik SD maupun
SMP.

Anggaran bantuan provinsi juga dialokasikan pada upaya peningkatan mutu


pembelajaran yang dilaksanakan melalui kegiatan pengadaan alat peraga kegiatan,
pengadaan alat TIK bagi 35 SD.

Dana Alokasi Khusus bidang pendidikan pada tahun 2016 dialokasikan untuk
kegiatan pengadaan koleksi Perpustakaan SD, media pendidikan sekolah, perangkat
lunak, peralatan laboratorium bahasa, alat peraga pendidikan, pembangunan jamban,
serta rehab ruang dan penambahan kelas baru.

Pemerintah Kabupaten Wonosobo juga memberikan perhatian bagi satuan


pendidkan swasta dengan memberikan alokasi anggaran untuk rehab ruang kelas,
pembangunan ruang kelas baru, pembangunan senderan dan juga alat-alat penunjang
proses pembelajaran.

Kegiatan Kejar Paket A dan Paket B merupakan program pendidikan kesetaraan


adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pemenuhan hak atas pendidikan dasar dan
peningkatan kualitas hidup penduduk di Kabupaten Wonosobo. Peningkatan akses dan
mutu layanan pendidikan pada lembaga pendidikan kesetaraan Paket A setara SD dan
paket B setara SMP.

Untuk meminimalisir jumlah anak putus sekolah seluruh SD/MI dan SMP/MTs
mendapatkan alokasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari Pemerintah Pusat
berdasarkan usulan dari sekolah. Penyaluran BOS dari pemerintah pusat melalui
mekanisme transfer langsung ke rekening sekolah. Selain itu Bantuan Keuangan
Provinsi Jawa Tengah juga memberikan anggaran Pendampingan BOS bagi SD/SDLB/MI
dan SMP/SMPLB/MTs dengan mekanisme penyaluran oleh Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga ke rekening sekolah penerima.

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga menyelenggarakan berbagai seleksi


dan kompetisi sebagai media bagi para siswa untuk meningkatkan prestasi dan
motivasi siswa dilakukan berbagai kompetisi baik yang bersifat akademik dan non
akademik seperti Olimpiade Sains Nasional, Festival dan Lomba Seni Nasional ( FLS2N)
dan Lomba MAPSI bagi siswa SD/MI, Lomba Cerdas Cermat, Lomba Pdato Bahasa Jawa
serta Lomba Siswa Berprestasi.

Adapun untuk jenjang SMP/MTs diselenggarakan Lomba Mata Pelajaran,


Lomba MAPSI, Cerdas Cermat SMP, Festival dan Lomba Seni Nasional ( FLS2N ) SMP
dan dan Bahasa Inggris SMP. Kegiatan Olimpiade Sains Nasional (OSN) merupakan
salah satu sarana peningkatan mutu wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas) dan
merupakan ajang untuk mencari bibit-bibit siswa berprestasi dalam bidang matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) sebagai calon peserta pada Olimpiade Tingkat
133 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Provinsi, Nasional, dan Internasional. Kegiatan ini diikuti oleh siswa yang berkompetisi
di mata pelajaran Matematika, Biologi, Fisika dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Untuk prestasi non akademis penyelenggaraan Festival dan Lomba Seni Siswa
Nasional (FLS2N) menjadi wadah bagi siswa SMP untuk menunjukkan kelebihan
mereka di seni kriya, vocal group, seni tari, seni baca Al-Qur’an, cipta cerpen Bahasa
Indonesia, story telling, festival music tradisional, menyanyi tunggal, seni lukis, cipta
puisi, cipta lagu, desain motif batik. Sedangkan bagi siswa yang berbakat di olahraga,
Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) adalah media bagi peserta didik untuk
mengekspresikan potensinya dalam bidang Olahraga. Selain itu, lomba dan
pertandingan ini diharapkan dapat meningkatkan atmosfer olahraga yang positif antar
sekolah dalam rangka memotivasi dan memberikan pelayanan bagi peserta yang
berpotensi dalam bidang olahraga. Terpilihnya para juara cabang olah raga jenjang
SMP untuk mewakili Kabupaten Wonosobo ke tingkat Provinsi dan Nasional.

Untuk menekan angka putus sekolah dan menjamin pelayanan pendidikan


dasar guna memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk 484 SD/SLB adalah sebesar Rp
58.272.800.000 dan untuk 109 SMP/MTS sebesar Rp 22.771.297.500. Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah menyalurkan dana BOS Pendamping untuk SD/MI sebesar Rp
2.737.231.200 dan untuk Rp. 1.797.648.000 untuk jenjang SMP/MTs. BOS Pendamping
dibelanjakan untuk membiayai item yang belum dipenuhi oleh BOS APBN.

3) Program Pendidikan Menengah


Upaya Peningkatan akses terhadap pendidikan menengah yang berkualitas
selalu diupayakan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Pada tahun 2016,
Pembangunan Prasarana Pendidikan SMA/SMK baik berupa rehabilitasi ruang kelas
baru, senderan maupun penataan lingkungan. Ruang belajar sebagai prasarana utama
proses pembelajaran menjadi perhatian yang harus dipenuhi untuk meningkakan
kenyamanan siswa.

Untuk menimgkatkan partisipasi sekolah pada tingkat menengah telah


diselenggarakan Bantuan Beasiswa Siswa SMA/SMK dari Keluarga Kurang Mampu.
Selain untuk jalur pendidikan formal, pemerintah juga mengakomodasi bantuan
untuk penyelenggaraan pendidikan non formal setara SMA, yaitu penyelenggaran
pendidikan kesetaraan Paket C setara SMA.Bantuan penyelenggaraan Paket C
disalurkan yang digunakan oleh lembaga untuk pengadaan bahan belajar, pengadaan
alat tulis dan biaya transportasi tutor.

Perhatian pemerintah Kabupaten Wonosobo untuk meningkatkan angka


partisipasi pendidikan menengah adalah dengan menyalurkan anggaran untuk
pembangunan prasarana sekolah dengan bersumber dari APBD Murni. Selain itu untuk
menjaga keamanan lingkungan sekolah dan warga sekolah, pembangunan senderan
dan pagar keliling sekolah menjadi salah satu prioritas. pengadaan alat laboratorium
juga diselenggarakan terutama untuk laboratorium bahasa dan multimedia.

134 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
4) Program Pendidikan Non Formal
Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang dimaksud dengan pengertian pendidikan non formal adalah jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Tujuan Program Pendidikan Non Formal (PNF) adalah meningkatkan
ketersediaan dan keterjangkauan layanan pendidikan keaksaraan usia 15 tahun ke atas
dengan berbasis pemberdayaan, berkesetaraan gender dan relevan dengan kebutuhan
individu dan masyarakat. Selain itu layanan PNF ditujukan untuk meningkatkan
ketersediaan dan keterjangkauan layanan pendidikan kecakapan hidup, kursus dan
pelatihan serta pendidikan kewirausahaan yang bermutu dan berdaya saing serta
relevan dengan kebutuhan pemerbdayaan masyarakat, dunia usaha dan dunia industri,
khususnya bagi penduduk putus sekolah dalam dan antar jenjang sehingga dapat
bekerja dan atau berusaha secara produktif, mandiri dan profesional. Beberapa
kegiatan yang didanai dalam rpgram ini anatara lain pembangunan ruang kelas untuk
AGAPE, pembangunan taman belajar AL Salaf kalianget dan pembangunan gedung
PKBM Wonokasian Kecamatan Selomerto.

Pendidikan keaksaraan merupakan metode dalam pendidikan non formal untuk


meningkatkan angka melek huruf. Keaksaraan (Literacy) secara sederhana diartikan
sebagai kemampuan untuk membaca, menulis dan berhitung. Bagi orang dewasa yang
buta aksara, kecakapan keaksaraan tidak hanya sekedar dapat membaca, menulis dan
berhitung, akan tetapi lebih menekankan fungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan keaksaraan mencakup keaksaraan dasar, keaksaraan usaha mandiri,
keaksaraan keluarga dan keaksaraan komunitas khusus. Untuk keaksaraan dasar 8
(delapan) organisasi mitra PNF mendapatkan bantuan untuk kegiatan pendidikan
keaksaraan dasar. Keaksaraan dasar adalah upaya pemberian kemampuan keaksaraan
bagi penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas agar memiliki kemampuan membaca,
menulis, berhitung, mendengarkan, dan berbicara untuk mengomunikasikan teks lisan
dan tulis dengan menggunakan aksara dan angka dalam bahasa Indonesia

Upaya untuk meningkatkan literasi dilakukan juga dengan pengembangan


Taman Baca Masyarakat (TBM). TBM merupakan upaya meningkatkan akses bahan-
bahan bacaan bagi masyarakat dan melayani kegiatan membaca dan menulis bagi
masyarakat. Pada tahun 2016 sesuai ketentuan, kegiatan fasilitasi pendidikan non
formal dalam belanja langsung telah dialihkan ke belanja tidak langsung melalaui
belanja hibah. Pada tahun 2016 ini sebanyak 850 penduduk telah mendapatkan
sertifikat Surat Melek Aksara atau SUKMA dan 200 orang mendapatkan sertifikat
kelayakan mengikuti pendidikan lanjutan kejar paket A di 10 Kecamatan yaitu Sapuran,
kepil, Wadaslintang, Kaliwiro, Selomerto, Kalikajar, Kertek, Watumalang, Garung dan
Sukoharjo

5) Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik maupun kependidikan, setiap
tahun diadakan pemilihan guru berprestasi dan pengawas berdedikasi secara
berjenjang mulai tingkat kabupaten, provinsi dan nasional. Kabupaten mengadakan
seleksi untuk menentukan guru yang mewakili ke tingkat provinsi sehingga terpilih
wakil guru prestasi untuk jenjang TK, SD, SMP, SLTA, tutor PNF ke provinsi. Untuk
menunjang keberhasilan program ini kegiatan Gelar Prestasi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan diselenggarakan, sehingga dapat terpilih wakil dari Kabupaten
135 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Wonosobo yang berprestasi sampai dengan tingkat Nasional. Melalui pemilihan ini
diharapkan dapat menambah minat guru dan tutor untuk berkompetisi dan
meningkatkan kinerja dalam kerangka profesionalitas guru.

Peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan PAUD, SD, SMP


SMA/SMK dilakukan dengan penyelenggaraan bintek dan pelatihan sesuai dengan
kebutuhan masing-masing. Sebagai ilustrasi untuk jenjang PAUD, pelatihan
dikonsentrasikan pada pengembangan kurikulum dan manajemen pengelolaan PAUD,
dimana masih cukup banyak lembaga PAUD yang pengelolannya belum memenuhi
standar yang telah ditetapkan. Untuk jenjang SMA/SMK focus pelatihan terbagi pada
manajemen sekolah, penelitian tindakan kelas dalam rangka merespon system
penilaian kinerja guru, pengelolaan perpustakaan dan pengelolaan laboratorium.

6) Program Manajemen Pendidikan


Tata kelola pelayanan urusan pendidikan menjadi salah satu indikator mutu
penopang keberhasilan pembangunan pendidikan. Melalui Kegiatan Optimalisasi
Manajemen Informasi dan Pendataan Pendidikan dalam bentuk sistem informasi suatu
sistem pendataan dan pengelolaan data-data pendidikan yang bersifat mikro secara
online dan real time. Terdapat 3 (tiga) jenis data utama pendidikan yang dikelola pada
sistem dapodik, meliputi: data sekolah, data siswa dan data guru/karyawan. Sistem
Dapodik dirancang bangun dengan menerapkan sistem database terpusat dan aplikasi
berbasis web. Dengan sistem tersebut maka pengelolaan riwayat data sekolah, siswa,
guru/karyawan lebih mudah diterintegrasikan dan disimpan secara terpusat dan dapat
diakses dengan lebih mudah dan terbuka oleh masyarakat dalam batasan tertentu
melalui internet. Selain itu proses pemutakhiran data dapat dilakukan secara langsung
online dan real time oleh setiap Dinas Pendidikan baik di tingkat propinsi, kota atau
kabupaten di seluruh Indonesia memanfaatkan koneksi internet.

Dalam rangka meningkatkan partisipasi pendidikan baik tingkat dasar maupun


menengah melalui jalur sekolah formal telah dilaksanakan kegiatan kemitraan wajib
belajar 12 tahun berupa fasilitasi forum group discussion di 15 kecamatan yang diikuti
oleh para guru, kepala desa/kelurahan dengan tujuan mengidentifikasi permasalahan
dan pemetaan solusi peran dan tanggung jawab baik lembaga sekolah maupun
pemerintah desa/kelurahan maupun kecamatan dalam rangka meningkatakan angka
melanjutkan. Selain itu, dalam rangka meningkatkan rata- rata lama sekolah bagi
penduduk usia 15 tahun keatas, pada tahun 2016 telah dimulai upaya – upaya fasilitasi
dan peningkatan motivasi bagi orang tua dan masyarakat untuk mengikuti pendidikan
non formal terutama bagi penduduk usia produktif.

Upaya meningkatkan partsisipasi pendidikan juga telah menjadi perhatian


pemerintah desa dengan mengalokasikan sebagain dana transfer untuk kegiatan
fasilitasi bagi siswa yang kurang mampu dalam bentuk pemberian beasiswa, bantuan
alat sekolah, seragam dan pemberian stimulan bagi siswa berprestasi.Bahkan sesuai
kewenangannya desa telah mengalokasikan anggaran untuk fasilitasi lembaga PAUD
yang ada di desanya.

Keberadaan anak berkebutuhan khusus di Kabupaten Wonosobo juga menjadi


perhatian melalui fasilitasi Sekolah inklusi. Sekolah inklusi adalah sekolah yang
menggabungkan layanan pendidikan khusus dan regular dalam satu sistem
136 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
persekolahan, dimana siswa berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan khusus
sesuai dengan potensinya masing-masing dan siswa regular mendapatkan layanan
khusus untuk mengembangkan potensi mereka sehingga baik siswa yang
berkebutuhan khusus ataupun siswa regular dapat bersama-sama mengembangkan
potensi masing-masing dan mampu hidup eksis dan harmonis dalam masyarakat.
Meskipun beberapa sekolah telah ditetapkan sebagai sekolah inklusi, ada beberapa
siswa berkebutuhan khusus yang mengikuti pendidikan sekolah formal diluar sekolah
yang ditunjuk karena alasan keterjangkauan. Untuk itu pada tahun 2016 dilaksanakan
kegiatan penguatan pendidikan inklusi bagi guru SD,SMP dan SMA yang memiliki siswa
berkebutuhan khusus dengan tujuan memberikan bekal pengetahuan bagi guru dalam
menstimulasi siswa berkebutuhan khusus. Harapannya dengan menamnah jumlah guru
terlatih semakin banyak sekolah yang bisa menerima anak- anak berkebutuhan khusus
untuk mengikuti pendidikan di sekolah formal. Sekolah yang telah mengikuti pelatihan
juga didorong untuk mensosialisasikan kepada masyarakat tentang akses sekolah bagi
anak berkebutuhan khusus sehingga tidak ada lagi anak- anak yang tidak bersekolah.

Untuk mengapresiasi keberhasilan peserta didik, pendidik,satuan pendidikan


serta penyelenggara pendidikan dalam memajukan pendidikan di Kabupaten
Wonosobo, telah dilaksanakan Festival Pendidikan Teknologi dan Informasi Tahun 2016
yang dikemas dalam acara edutechfest sebagai festival edukasi ilmu pengetahuan dan
teknologi, memberi ruang dan wawasan kepada pelajar, pendidik maupun masyarakat
umum dalam mengembangkan diri terutama dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Kegiatan ini diisi dengan workshop robotik bagi siswai SD dan
SMP/SMA, Workshop cerdas bermedsos dengan narasumber staf ahli kepresidenan
dan dosen UIN Yogyakarta, Workshop pengenalan TIK, lomba mading digital, lomba
cerdas cermat digital serta lomba komik strip.
Tabel III.49
Capaian Kinerja Urusan Pendidikan Tahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJMD 2016-2021
Capaian % Capaian
Capaian
No Indikator Kinerja Program Kerja Target terhadap target
Kerja 2016
2015 2016
1 APM SD 94,23 95 95,49 100,52
2 APK SD 103,92 103,91 107,38 103,34
3 APM SMP 75,71 76 81,03 106,62
4 APK SMP 100,3 100,3 96,31 96,02
5 Angka Partisipasi sekolah penduduk usia 86,4 97,2
87 111,72
13-15 tahun
6 Angka Partisipasi sekolah penduduk usia 7- 95,69 97,23
95,7 101,60
12 tahun
7 Angka Putus Sekolah SD 0,08 0,079 0,18 227,85
8 Angka Putus Sekolah SMP 0,27 0,25 0,65 260,00
9 Rasio APK SMP penduduk usia sekolah 20% DTD 0,81
penduduk termiskin dibanding 20% terkaya 0,6 135,00

10 Angka Kelulusan (AL) SD 99,23 99,25 100 100,76


11 Angka Kelulusan (AL) SMP 100 100 99,84 99,84
12 Angka Melanjutkan (AM) dari SD ke SMP 93,22 93,3 91,97 98,57

137 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Capaian % Capaian
Capaian
No Indikator Kinerja Program Kerja Target terhadap target
Kerja 2016
2015 2016
13 Angka Melanjutkan (AM) dari SMP ke 74,1 70,73
75 94,31
SMA/SMK
14 Persentase ruang kelas SD yang memenuhi 66% 70%
standar nasional pendidikan 68% 102,94

15 Persentase ruang kelas SMP yang 76% 78%


memenuhi standar nasional pendidikan 77% 101,30

16 Persentase indeks nilai sikap siswa kategori 75% 80%


76% 105,26
baik
17 % PAUD formal yang terakreditasi 10% 11% 20% 181,82
18 APK PAUD 37,34 38,34 39 101,72
19 Persentase SMK minimal berakreditasi B 55% 56% 55% 98,21
20 Persentase satuan pendidikan non formal 6,80% 10%
6.80% 147,06
terakreditasi
21 Angka Melek Huruf Penduduk 15 -45 Tahun 98,3 98,5 98,9 100,41
22 Persentase pendidik SD dengan kualifikasi 74,12 87,18
pendidikan S1/D4 dan bersertifikat pendidik 75 116,24

23 Persentase pendidik SMP dengan 94,07 91,46


kualifikasi pendidikan S1/D4 dan 94,8 96,48
bersertifikat pendidik
24 Persentase pendidik PAUD dengan 48% 46,71%
49% 95,33
kualifikasi pendidikan S1/D4
25 persentase SD berakreditasi B 82% 83% 83% 100,00
26 Persentase SMP Minimal Berakreditasi B 79% 80% 80% 100,00
27 Persentase SMA minimal berakreditasi B 80,90% 81,00% 82% 101,23
28 Rata-rata Nilai Ujian Sekolah SD 7,12 7,2 7,18 99,72
29 Rata-rata Nilai Ujian Sekolah SMP 6,25 6,4 6,38 99,69
30 Rata - rata nilai ujian sekolah SMA 6 6,25 6,2 99,20
31 Persentase sekolah SD yang menerapkan 0,85% 0,85%
0,85% 100,00
sistem inklusi
32 Persentase sekolah SMP yang menerapkan 0 1
1,43% 6993,01
sistem inklusi
33 Persentase Sekolah yang website aktif 30% 35% 50% 142,86
34 Rasio Guru / Murid SD (jumlah guru PNS SD 42,87 42,87
per 1000 murid SD) 42,87 100,00

35 Rasio Guru / Murid SMP (jumlah guru PNS 35 35


SMP per 1000 murid 35 100,00
SMP)
36 Rasio Guru/ Murid SMA (jumlah guru PNS 40 40
40 100,00
SMA per 1000 murid SMA)
37 Persentase Sekolah Ramah Anak 0 0,003 1,06% 353,33
38 Persentase kompetensi keahlian SMK 55% 60%
56% 107,14
minimal berakreditasi B
39 Persentase ruang kelas SMA yang 86% 88%
87% 101,15
memenuhi standar nasional pendidikan
40 Angka Partisipasi sekolah penduduk usia 43,66 43,72 57,15% 1,31

138 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Capaian % Capaian
Capaian
No Indikator Kinerja Program Kerja Target terhadap target
Kerja 2016
2015 2016
16-18 tahun
41 Persentase indeks nilai sikap siswa SMA 75% 76%
75% 101,33
kategori baik
42 Rasio APK SMA penduduk usia sekolah 20% 0,52 0,55 91,67
0,6%
penduduk termiskin dibanding 20% terkaya

Secara umum capaian kinerja urusan pendidikan terdapat peningkatan. Angka


Partisipasi Kasar jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada kategori TK/RA
mengalami kenaikan yang signifikan. Pendidikan PAUD yang oleh sebagian masyarakat
masih diabaikan mulai dirasakan manfaatnya untuk menghadapi persiapan ke jenjang
sekolah dasar, sehingga secara bertahap APK PAUD meningkat. Meningkatknya animo
masyarakat untuk mengikutsertakan anak- anaknya dalam pendidikan PAUD ini sejalan
dengan upaya- upaya yang telah dilaksanakan dalam meningkatkan kualitas
penyelenggaran pendidikan usia dini diantaranya melalui peningkatan sarana dan
prasarana PAUD baik negeri maupun swasta, bantuan alat permainan edukatif serta
penyelenggaraan kegiatan kreativitas bagi peserta didik PAUD maupun apresiasi bagi
bunda PAUD.
Capaian Angka Partisipasi Murni atau APM pada jenjang pendidikan dasar
mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada jenjang SD APM
meningkat dari 94,23 menjadi 95,49 pada tahun 2016 dan pada jenjang SMP/MTs APM
meningkat 7 % dari tahun sebelumnya menjadi 81,03. Hal ini menunjukkan bahwa anak-
anak usia pendidikan dasar yaitu SD dan SMP sebagian besar sudah memasuki sekolah
sesuai usia yang ditetapkan. Angka Partisipasi sekolah yang menunjukkan jumlah anak
usia sekolah yang sedang mengenyam pendidikan juga mengalami peningkatan. Pada
tingkat usia 7-12 tahun hanya 2,77% saja yang tidak bersekolah karena putus sekolah
atau sebab lain. Pada usia 13-15 partisipasi sekolah telah mencapai 97,2. Namun
demikian, angka putus sekolah juga masih terjadi pada siswa usia sekolah pendidikan
dasar. Pada tahun 2015 angka putus sekolah usia SD adalah sebesar 0,08 dan
meningkat menjadi 0,18 pada tahun 2016, sedangkan untuk usia SMP angka putus
sekolah sebesar 0,65 meningkat dibandingkan tahun 2015. Peningkatan ini terjadi
karena perbedaan perhitungan angka putus sekolah dimana pada tahun 2015 angka
pembaginya adalah jumlah siswa yang bersekolah sedangkan pada tahun 2016 angka
pembaginya adalah jumlah penduduk usia sekolah.
Pelaksanaan ujian sekolah di jenjang SD/MI/Paket A dan ujian nasional jenjang
SMP/MTs dan SMA/MA/SMK masih merupakan metode untuk mengukur hasil proses
pembelajaran. Terjadi peningkatan angka kelulusan di tingkat SD dan SMA sedangkan
di tingkat SMP angka kelulusan menurun. Keberhasilan kualitas pendidikan juga
ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata- rata ujian sekolah maupun ujian nasional.
Keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan ditunjukkan dengan diraihnya
prestasi oleh siswa dan siswi baik dalam lomba-lomba dibidang akademik dan non
akademik baik di tingkat provinsi, nasional dan internasional. Beberapa prestasi yang
berhasil diraih siswa- siswi di Kabupaten Wonosobo antara lain : Alfandani Iqbal Putra
dari SDLB Karya Bhakti Wonosobo berhasil meraih juara 1 tingkat provinsi dan nasional
pada lomba melukis SDLB di tahun 2016 sedangkan Yesika Ayu Daraningrum dari SDLB
Dena Ukapara meraih juara 1 tingkat provinsi lomba desain grafis. Pada tingkay SMA,
Satya Lathifa Putra mewakili delegasi Indonesia dalam Sakura Programme (Program
139 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Pelajar ke Jepang). Di bidang olimpiade sains Dema Tata Laksana berhasil meraih
medali perak dalam lomba OSN tingkat nasional sedangkan Cristina SetiaNingrum
berhasil memperoleh juara 2 dalam lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional.Bintang
Mega Pratiwi berhasil memeperloleh medali emas dalam Festival Inovasi
Kewriausahaan Siswa Indonesia FIKSI Boga. Untuk tingkat pendidik Sri EndahSetiarini,
S.Pd, M.Si menjadi juara favorit dalam lomba menulis artikel tingkat nasional. Predikat
sebagai kepala sekolah terbaik tingkat Jawa Tengah juga telah berhasil diraih oleh
Nurul Hidayati dari SD N 1 Wonosobo.
Dukungan anggaran baik pemerintah pusat maupun pemerintah kabupaten
untuk urusan pendidikan terus mengalami peningkatan yang signifikan. Memenuhi
amanat Undang-undang dan komitmen pemerintah akan pemenuhan kebutuhan dasar,
tahun 2014 anggaran pendidikan urusan pendidikan mencapai mencapai 38 % dari total
APBD Kabupaten Wonosobo.
Upaya pemerintah dalam memenuhi sarana dan prasarana sekolah ditunjukkan
dengan peningkatan persentase ruang kelas yang telah memenuhi standar nasional
dan berakreditasi minimal B. Pada tahun 2016 persentase ruang kelas SD yang
memenuhi standar nasional pendidikan sebesar 70% sedangkan pada tingkat SMP 78%.
Dari sisi tenaga pendidik, persentase tenaga pendidikan dengan kualifikasi pendidikan
DIV/S1 dan bersertifikat pendidik pada tingkat SD mengalami peningkatan dari 74,12 %
pada tahun 2015 menjadi 87,18% pada tahun 2016., namun untuk tingkat SMP dan SMA
mengalami penurunan karena guru dengan kualifikasi S1/DV dan bersertifikat pendidik
telah memasuki purna tugas.
Rata- rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun keatas pada tahun 2015 di
Kabupaten Wonosobo masih rendah yaitu 6,11 tahun yang artinya sebagian besar
penduduk di usia 25 tahun ke atas hanya menikmati pendidikan sampai dengan kelas 1
SMP. Perlu upaya keras dan kerjasama berbagai pihak untuk dapat meningkatkan rata-
rata lama sekolah karena bukan merupakan hal yang mudah dan instan. Dari sisi
penyediaan sarana sekolah menjadi tanggung jawab pemerintah untuk dapat
memberikan layanan pendidikan yang dapat terjangkau bagi masyarakat baik formal
maupun non formal serta motivasi dan kemauan yang tinggi dari orang tua dan peserta
didik untuk secara sadar untuk menruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Beberapa kendala yang masih dihadapi dalam pelaksanaan urusan pendidikan


antara lain:
Tabel III.50
Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Pendidikan
Permasalahan Solusi
1. Belum meratanya kualitas dan kompetensi Melakukan pemerataan kompetensi guru melalui
guru pemetaan, penyebaran dan rotasi guru serta
peningkatan kompetensi.
2. Rendahnya motivasi siswa dan masyarakat • Melakukan upaya peningkatan motivasi
untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang masyarakat melalui pemberian beasiswa
lebih tinggi • Kolaborasi dengan masyarakat berprestasi di
wilayah setempat untuk pemberian motivasi
pentingnya pendidikan.
• Meningkatkan kerjasama dan berbagi peran
antara pemerintah, sekolah dan masyarakat
dalam upaya meningkatkan partisipasi sekolah.

140 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Permasalahan Solusi
3. Masih rendahnya kualitas lembaga Mendorong dan memfasilitasi akreditasi lembaga
pendidikan masyarakat pendidikan masyarakat

4. Masih minimnya sekolah inklusi baik jenjang Menambah jumlah guru yang terlatih baik di sekolah
SD,SMP maupun SMA karena katerbatasan inklusi maupun di sekolah yang memiliki siswa
jumlah guru yang terlatih. berkebutuhan khusus melalui pelatihan.
5. Kemampuan pengoperasian komputer di Mengintegrasikan mata pelajaran TIK dalam
tingkat sekolah masih rendah. pembelajaran umum.

b. Urusan Kesehatan
1) Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
Sebagaimana diamanatkan dalam UU no. 36 tahun 2009, Pemerintah daerah
berwenang merencanakan kebutuhan perbekalan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
daerahnya namun dengan tetap memperhatikan pengaturan dan pembinaan standar
pelayanan yang berlaku secara nasional. Pada tahun 2016 Pemerintah Kabupaten
Wonosobo berupaya untuk memenuhi kecukupan obat dan perbekalan kesehatan
melalui pengadaan obat generik esensial dan perbekalan kesehatan baik untuk rumah
sakit maupun puskesmas, pustu dan PKD. Untuk kebutuhan obat diluar obat generic,
dilakukan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan diluar DOEN bagi pelayanan
kesehatan dasar serta pengembangan Puskesmas Rawat Inap.disamping hal tersebut,
bahwa pelayanan kesehatan di puskesmas dan tuntutan masyarakat semakin
komprehensif. Hali ini harus dicukupi kebutuhannya

Untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan


sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan/atau
keamanan dan/atau khasiat/kemanfaatan, telah dilaksanakan pembinaan-pembinaan,
pemantauan dan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian di sarana pelayanan
kesehatan dasar. Selain itu Dinas Kesehatan dan RSU juga melaksanakan kegiatan
pengelolaan vaksin, obat dan perbekalan kesehatan.

Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budaya


bangsa dan banyak dimanfaatkan masyarakat sejak berabad-abad lalu, namun
demikian pada umumnya efektivitas dan keamanannya belum diketahui secara ilmiah
atau didukung oleh penelitian yang memadai. Untuk melindungi masyarakat dari
bahaya penggunaan obat tradisional yang belum diketahui tingkat keamanannya dan
kemanfaatannya atau khasiatnya disamping tidak memenuhi syarat.Maka dinas
kesehatan melakukan kegiatan pembinaan,pemantauan dan pengendalian distribusi
obat, jamu/obat tradisional termasukk jenis herbal lainnya.

2) Program Upaya Kesehatan Masyarakat


Upaya kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi individu atau masyarakat melalui peningkatan aksesibilitas dan
kualitas pelayanan kesehatan sesuai standart bagi masyarakat baik ditingkat dasar
(Puskesmas, Pustu dan PKD) maupun rujukan (Rumah Sakit). Pada tahun 2016,
program upaya pelayanan kesehatan masyarakat memperoleh alokasi anggaran
sebesar Rp 24.391.315. 800,- dan realisasi Rp.22.552.650.046 yang dilaksanakan oleh
Dinas Kesehatan. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan antara lain: Pengadaan sapras,
rehab puskesmas, Bantuan opresional kesehatan, akriditasi puskesmas, jampersal,
141 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
pengembangan jaminan kesehatan masyarakat, peningkatan pelayanan KIA,
Peningkatan kesehatan anak dan remaja, Evaluasi ISO dinkes, fasilitasi jamkesda,
peningkatan sapras lab untuk akriditasi, peningkatan lab kesda dan penngkatan yankes
khusus.

3) Program Pengadaan, Peningkatan, dan Perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas,


Pustu dan Jaringannya.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat, pada
Tahun 2016 ini, program pengadaan peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana
puskesmas, pustu dan jaringannya memperoleh alokasi anggaran sebesar Rp
1.000.000.000 dan realisasi Rp 999.892.402,- yang dilaksanakan oleh dinas kesehatan.
Beberapa kegiatan yang dilaksanakan diantaranya : Pengembangan puskesmas rawat
inap puskesmas kepil II, Pembangunan dan rehab PKD, pembangunan dan
pemasangan IPAL di laboratorium kesehatan dinas kesehatan dan puskesmas,
pengadaan sarana prasarana untuk penanganan penyakit paru dan jantung, pengadaan
gas medis puskesmas rawat inap, pengadaan alat deteksi dini kebakaran, pengadaan
meubelair puskesmas rawat inap.

4) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan masyarakat


Menurut WHO (1984) promosi kesehatan merupakan proses yang
memungkinkan masyarakat untuk dapatmelakukan kontrol dalam memperbaiki dan
meningkatkan kesehatan mereka. Strategi promosi kesehatan yang dilakukan adalah
dengan menciptakan advokasi, terjalinnya dukungan sosial dari seluruh elemen
masyarakat, serta melakukan pemberdayaan masyarakat.

Secara umum kegiatan pada program ini terbagi dalam beberapa kelompok
kegiatan yaitu kampanye perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), percepatan desa
siagaaktif , pembinaan pos kesehatan pondok pesantren (Poskestren), saka bakti
husada dan pengembangan dan integrasi posyandu melalui stratanya. Sasaran yang
ingin dicapai melalui Kegiatan-kegiatan pada program ini yaitu terdapat peningkatan
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

5) ProgramPerbaikan Gizi Masyarakat


Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi
perorangan dan masyarakat melalui perbaikan pola makan yang sesuai dengan pesan
gizi seimbang, perubahan perilaku gizi (sadar gizi), aktivitas fisik dan kesehatan,
peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi, yang sesuai kemajuan iptek dan
peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi. Pemerintah Kabupaten Wonosobo
pada tahun 2016 telah melaksanakan kegiatan untuk mencapai upaya – upaya tersebut
yag diharapkan akan membawa dampak pada peningkatan dan perbaikan status gizi
perorangan dan masyarakat, kegiatan tersebut antara lain: Penanggulangan balita
kekurangan energi dan protein (KEP), dan upaya perbaikan gizi keluarga, upaya
perbaikan gizi institusi, penanganan gizi balita odha, penanggulangan anemi pada ibu
hamil dan remaja putri, penanggulangan kekurangan vitamin A, kampanye asi eksklusif
dan menguatkan sistem kewasdaan pangan dan gizi. Sedangkan perbaikan gizi
Kelompok perorangan dan masyarakat yang menjadi target pembangunan perbaikan
gizi adalah Bayi, balita, ibu hamil, ibu nifas, anak remaja, pasangan usia subur, anak
sekolah, dan usia lanjut.

142 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
6) ProgramPengembanganLingkungan Sehat
Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, mauppun sosial yang memungkinkan setiap orang
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, lngkungan sehat itu meliputi
lingkungan pemukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas
umum lingkungan sehat harus bebas dari unsur – unsur yang menimbulkan gangguan
kesehatan, antara lain : limbah cair, limbah padat, limbah gas, sampah, binatang
pembawa penyakit, zat kimia yang berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang batas,
sinar radiasi, dan air yang tercemar.

Pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersedian lingkungan yang


sehat dan tidak mempunyai dampak resikko buruk bagi kesehatan.Untuk itu, pada
tahun 2016 Pemerintah Kabupaten Wonosobo telah melaksanakan beberapa kegiatan
antara lain: Pembinaan dan Pengawasan Kualitas Air pada Penyelenggara Air Bersih /
Air Minum dan Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih / Minum dan Pemeriksaan Kualitas
Air..Pembinaan, Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Pondok Pesantren,
CLTS/STBM dan Sosialisasi pemanfaatan jamban sehat, Pengawasan dan pembinaan
TTU (Tempat-Tempat Umum), Pembuatan Dokumen UKL dan UPL pada Puskesmas,
Pengawasan pada pengelola/penjual pestisida dan pemeriksaan collinetrase, Fasilitasi
Upaya Penanggulangan Kemiskinan Melalui Perbaikan Sanitasi Masyarakat.

7) ProgramPencegahandan Penanggulangan Penyakit Menular


Upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular
dilakukan untuk melindungi masyarakat dari tertularnya penyakit, menurunkan jumlah
yang sakit, cacat dan/atau meninggal dunia, serta untuk mengurangi dampak sosial dan
ekonomi akibat penyakit menular melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif bagi individu atau masyarakat. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada
tahun 2016 ini adalah kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit TBC, DBD,
HIV/AIDS dan IMS,serta kegiatan pelayanan imunisasi bagi bayi dan balita yang meliputi
hepatitis, campak, polio, dipteri, pertusis dan tetanus. Kegiatan penangulangan TBC
dilaksanakan untuk mencegah penularan TBC di masyarakat dengan penemuan kasus TBC
sedini mungkin untuk dilakukan pengobatan dengan strategi DOTS (Direct Observed
Treatment Short)-Course Chemotherapy). Pencegahan dan penanggulangan penyakit
Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS dilaksanakan dengan meningkatkan
pengetahuan tentang HIV/AIDS serta pelacakan penderita untuk dilakukan upaya
pembinaan. Sementara itu, untuk pencegahan penyakit tidak menular dan penyakit
degeneratif, upaya yang dilakukan antara lain melalui surveilans dan pengendalian
penyakit tidak menular.

8) Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit


Jiwa/Rumah Sakit Paru-paru/Rumah Sakit Mata
Kegiatan ini bertujuan melengkapi sarana prasarana alat kesehatan dan
kedokteran sesuai standar Rumah Sakit pada Kelas B, memenuhi tuntutan kebutuhan
pelayanan kepada masyarakat yang semakin meningkat serta meningkatkan
kemampuan RS sebagai pusat rujukan medis diwilayah kabupaten Wonosobo dan
sekitarnya. Untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat. RSUD Setjonegoro telah
mengadakan peralatan yang ditujukan untuk peningkatan pelayanan di IGD, pelayanan
persalinan, rawat jalan (penyakit dalam, klinik syaraf, kebidanan, ortopedi, rehab
medik, dan klinik paru).dsamping hal tersebut RSUD Setjonegoro telah mengadakan
143 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
peralatan kesehatan penunjang yang diperuntukan pada pelayanan IGD, peralatan
diruang rawat inap, pelayanan gigi, pelayanan hemodialisa, pelayanan CSSD, IBS, Klinik
penyakit dalam, kebiidanan, peristi, Gizi, laundri, pelayanan diruang perawatan, dan
ruang radiologi. Disamping hal tersebut RSUD juga meningkatakan pelayanan di klinik
paru dan jantung dengan menambaha peralatan untuk IDG, ICU, dan peralatan diruang
perawatan berikut alat sterilisasi ruangan.

9) Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Kesehatan


Rujukan
Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong terwujudnya optimalisasi mutu
pelayanan rumah sakit sesuai dengan harapan dan tuntutan masyarakat. Kegiatan pada
program ini meliputi pemenuhan fasilitas, sarana dan prasarana terutama dalam hal
penyediaan alat kedokteran/kesehatan antara lain berupapengadaan kendaraan
bermotor untuk petugas, alat procesing, meubelair, komputer, alat kesehatan
penunjang perawatan dan bangunan fisik kesehatan.

10) Program KemitraanPeningkatan Pelayanan Kesehatan


Program kemitraan ini masih terus dilanjutkan oleh karena kebutuhan akan
tenanga ahli kesehatan yang disyarakat dalam pelayanan yaitu upaya untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang terstandar, dan rumah sakit belum mampu
untuk mencukupi ketenagaan ahli untuk merekrutmen disebabkan kemampuan
pemerintah daerah belum mendapatkan jatah untuk pengangkatan tenaga baru CPNS.
Maka hal ini menjadi upaya untuk memenuhi ketenagaan dokter ahli.Untuk itu
kemitraan antar stake holder yang terkait terus dilakukan.

11) Program Pelayanan Kesehatan BLUD Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit
Program ini meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja barang
dan jasa BLUD, belanja sarana prasarana aparatur dan belanja modal lainnya. Untuk
pelayanan adiminstrasi perkantoran telah dicukupinya beberapa kebutuhan
diantaranya peralatan tekhnologi, meubeler, pengadaan alat rumah tangga,pengadaan
printer,alat-alat kesehatan dan pembangunan gedung poliklinik rumah sakit dan
puskesmas. Pembelian hal tersebut digunakan untuk melaksanakan kegiatan -kegiatan
diantaranya penyediaan jasa surat menyurat, penyediaan jasa komunikasi, konsultasi
keluar daerah, rapat-rapat koordinasi dan konsultasi dalam daerah, penyelesaian
pekerjaan kantor dan penyediaan jasa pelayanan umum pemerintah. Sedangkan untuk
pelayanan sarana dan prasarana aparatur dicukupinya kendaraan dinas dan yang
lannya. Untuk program disiplin aparatur diwujudkan dalam bentuk kegiatan pengadaan
yaitu: pengadaan pakaiankhusus hari-hari tertentu pada Dinas Kesehatan dan
pengadaan pakaian kerja lapangan pada RSUD Setjonegoro. Sedangkan program untuk
penigkatan kapasitas sumberdaya aparatur dilaksanakan dalam bentuk kegiatan
pendidikan dan pelatihan. Program yang bertujuan untuk meningkatan pengetahuan
dan ketrampilan petugas kesehatan

144 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.51
Capaian kinerja Urusan Kesehatan Tahun 2016
berdasarkan Indikator Kinerja RPJMD 2016-2021
Capaian
Capaian Kinerja %Capaian kinerja
NO Indikator Kinerja Program Target 2016 Kinerja
2015 terhadap target
2016
Cakupan kunjungan Ibu Hamil
1 89,64 89,64 90,27 100,70
K4
Cakupan komplikasi
2 123,1 100 100 100,00
kebidanan yang ditangani
Cakupan persalinan ditolong
3 nakes yang mempunyai 99,7 99,7 99,36 99,66
kompetensi kebidanan
Cakuan kunjungn nifas
4 97,8 97,8 99,46 101,70
lengkap
Cakupan penduduk yang
5 58,76 58,76 58,76 100,00
memiliki jaminan kesehatan
Persentase puskesmas
6 melaksanakan pemeriksaaan 100 100 100 100,00
dan survailans jamaah haji
Cakupan kesehatan bayi
7 99,2 99,35 100 100,65
(kunjungan bayi)
Angka kelangsungan hidup
8 99,03 99,03 98,8 99,77
bayi
Cakupan pelayanan kesehatan
9 100 100 65,25 65,25
anak balita
Persentase ketersediaan obat
10 90 90 100 111,11
dan vaksin di Puskesmas
Persentase penggunaan obat
11 42 45 45 100,00
raisional di Puskesmas
Rasio kebutuhan :
12 1:06 1:06 1:08 103,03
Ketersediaan obat
Persentase pelayanan
13 41,6 41,6 41,67 100,17
kefarmasian sesuai standart
Persentase apotik, toko obat,
14 dan toko alat kesehatan yang 90 90 100 111,11
punya izin
Ratio bed rawat inap
15 1: 6507 1: 6507 100,00
persatuan penduduk
Rasio puskesmas, poliklinik
16 1:1:10.073 1:10.073 1:10.073 100,00
,pustu, persatuan penduduk
Persentase puskesmas yang
17 mempunyai sarana dan 41,6 41,6 33,33 80,12
prasarana sesuai standart
Indek kepuasan pelanggan
18 elayanan kesehatan rawat 68,3 68,3 100 146,41
jalan
Indek kepuasan pelanggan
19 elayanan kesehatan rawat 83,5 83,5 79,78 95,54
inap
Angka kematian BBLR (1.500
20 4,5 4,5 7,06 63,74
gr2500 gr) di rumah sakit
Ketersedian obat dirumah
21 98 98 97 98,98
sakit
Lama tunggu pelayanan rawat
22 75 75 57 131,58
jalan

145 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Capaian
Capaian Kinerja %Capaian kinerja
NO Indikator Kinerja Program Target 2016 Kinerja
2015 terhadap target
2016
23 Lama tunggu pelayanan obat 29 29 122 23,77
Persentase puskesmas
24 16 33 33,33 101,00
terakriditasi
Persentase fasilitas pelayanan
25 kesehatan yang memiliki 96,3 96,3 88,37 91,77
izioperasional
Penanganan penderita TB
26 - 100 100 100,00
sesuai standart
27 Prevalensi HIV 0,038 4,00% 0,04 100,00
Cakupan penemuan penderita
28 23,3 23,3 23,47 100,73
pneumonia Balita
Persentase kasus DBD yang
29 100 100 100 100,00
ditangani
30 Angka Kematian DBD 4,4 4,4 22,44 510,00
Persentase penemuan
31 46,7 46,7 78,8 168,74
penderita diare
Persentase anak usia 0-11
32 bulan yang mendapat 99,3 98,3 101,7 103,46
imunisasi dasar lengkap
Cakupan desa/kelurahan
33 Universal Vhild Imunizatio 100 100 99,24 99,24
(UCI)
Penemuan kasus AFP Non
34 2,3 2 2,3 115,00
polio usia < 15 tahun
Persentase kejadian luar biasa
35 (KLB) penyakit yang dilakukan 100 100 100 100,00
penanggulangan <24 jam
36 Angka kematian malaria 0,02 0,02 0,02 100,00
Persentase penanganan
37 100 100 100 100,00
penderita malaria
Persentase kasus filariasis
38 yang mendapatkan 100 100 100 100,00
pengobatan
Persentase cakuan penemuan
39 82 82 100 121,95
kasus kusta baru tanpa cacat
Persentase tekanan darah
40 1,19 1,19 0,74 62,18
tinggi
Persentase wanita usia 30-50
41 tahun yang dideteksi dini 1,5 1,5 0,9 60,00
kanker serviks dan payudara
Prevalensi obesitas penduduk
42 20 20 0,13 0,65
usia > 18 tahun
Persentase penderita
43 95 95 95 100,00
gangguan jiwa bebas pasung
Prevalensi ibu hamil (KEK)
44 11,95 11,8 9,25 78,39
kurang enegi kronik
Persentase bayi usia kurang
45 dari 6 bulan mendapat Asi 62,9 62,9 68,93 109,59
Eksklusif
Prevalensi bayi dengan berat
46 4,71 4,71 5,1 108,28
badan lahir rendah(BBLR)

146 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Capaian
Capaian Kinerja %Capaian kinerja
NO Indikator Kinerja Program Target 2016 Kinerja
2015 terhadap target
2016
Persentase anak balita gizi
47 buruk yang mendapat 100 100 100 100,00
perawatan
Prevalensi stunting(pendek
48 dan sangat pendek) pada anak 16,85 16,85 11,14 66,11
baduta bawah dua tahun
Prevalensi gizi kurang
49 (underweight) pada anak 2,2 2,2 2,56 116,36
balita
Cakupan pemberian makanan
50 pendamping ASI balita usia 6- 100 100 100 100,00
24 bulan
Persentase balita gizi kurang
51 dari keluarga miskin tang 80 85 100 117,65
tertangani
Persentase balita gizi buruk
52 dari keluarga miskin tang 80 85 100 117,65
tertangani
Cakupan desa siaga aktif
53 5 5 6,7 134,00
strata mandiri
54 Cakupan rumah tangga sehat 71 71 74 104,23
Persentase posyandu dengan
55 20 20 20,6 103,00
strata mandiri
Persentase makanan di kantin
56 sekolah dan industri rumah 42 45 54,8 121,78
tangga yang memenuhi syarat
Prsentase industri rumah
tangga pangan yang memiliki
57 82,5 82,5 79,06 95,83
sertifikat produksi pangan
(SPP-IRT)
Jumlah desa / keurahan yang
58 melaksanakan sanitasi total 1 1 1 100,00
berbasis masyarakat (STBM)
59 Persentase desa ODF 4,9 6 6,03 100,50
Persentase tempat tempat
60 umum(TTU) yang memenuhi 70,11 70,11 75,9 108,26
syarat kesehatan
Persentase tempat
pengolahan makanan (TPM)
61 45 48 51,69 107,69
yang memenuhi syarat
kesehatan
Persentase fasilitasi pelayanan
62 10 45 39,28 87,29
kesehatan ramah lingkungan
Persentase rumah tangga
63 33,57 40 -
miskin berakses sanitasi layak
64 Cakupan pelayanan lansia 99,7 99,7 69,98 70,19
Sumber : Dinas Kesehatan, 2016

Pembangunan urusan kesehatan pada tahun 2016 menunjukkan sedikit adanya


penurunan. Hal ini terlihat dari beberapa indikator seperti Angka Kematian Ibu (AKI)
tahun 2016 yang mengalami peningkatan dari 84,33 (per seratus ribu kelahiran hidup)
menjadi116,56 (per seratus ribu kelahiran hidup). Angka ini belum mencapai target yang
147 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
ditetapkan pada indikator kinerja utama (IKU) yaitu AKI Kabipaten Wonosobo dibawah
102 per (per seratus ribu kelahiran hidup). Dan pada angka prevalensi gizi kurang,
terjadi peningkatan persentase yaitu 1.74 % di tahun 2015 menjadi 2,56 % di tahun
2016.Angka ini memang sudah melampaui target jawa tengah dan nasional, Kabupaten
Wonosobo sudah berhasil menurunkan angka gizi kurang dikalangan anak balita
walaupun pada tahun 2016 terjadi adanya peningkatan, dikarenakan adanya
peningkatan jumlah anak balita dan kesehatan lingkungan yang belum baik dan pola
asuh serta pola makan yang cendrung belum baik dikalangan masyarakat.

Selain dua indikator tersebut diatas, terdapat indikator yang masih bertahan
dan ada kecendrungan menurun yaitu capaian pembangunan kesehatan dalam
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan (menurun menjadi 99,36% di tahun 2016, tahun sebelumnya adalah 99,77%),
dan indikator yang masih bertahan adalah cakupan komplikasi kebidanan yang
ditangani sebesar 100% tahun lalu dan tahun 2016 ini tetap 100%.Namun ada indikator
yang lain juga masih bertahan, antara lain: cakupan balita gizi buruk mendapat
perawatan sebesar 100%, cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC
BTA positif sebesar 100%. Dan cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit
DBD juga masih bertahan 100%.serta cakupan kunjungan bayi.

Pembangunan kesehatan di Kabupaten Wonosobo dapat dikatakan mencapai


atau memenuhi target Nasional dan Jawa Tengah Namun demikian pembangunan
urusan kesehatan masih dihadapkan pada beberapa permasalahan yang mendasar
yaitu naiknya angka kematian ibu (AKI) yang meningkat dari 84,33 per Seratus ribu
kelahiran hidup menjadi 116,56 per seratus ribu kelahiran hidup dan pada angka
kematian Ibu ini jumlah kasusnya yaitu 14. Adapun penyebab dari 14 Kasus Kematian
Ibu ini lebih banyak karena adanya penyakit penyerta yang diderita oleh Ibu tersebut,
diantaranya yaitu Jantung, Hipertensi, Ginjal, Asma, kanker, HIV,TB Paru. Disamping
faktor penyakit penyerta ada hal lain yang menjadi penyebab kematian ibu yaitu tidak
punya akses pelayan yang berkualitas terutama pada pelayanan kegawatdaruratan
tepat waktu, terlambat mengenal tanda bahaya kehamilan, terlambat mengambil
keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatanserta kondisi hamil itu sendiri yang
mempunyai resiko yaitu terlalu tua, terlalu muda, dan terlalu banyak anak atau
melahirkan.

Untuk mengatasi hal tersebut diatas, Dinas Kesehatan terus berupaya menekan
angka tersebut melalui kegiatan kelas Ibu hamil yang dianjurkan bahwa setiap desa di
Wonosobo melaksankan kelas ibu hamil untuk dapat mendeteksi lebih dini adanya
resiko tinggi pada ibu hamil sehingga bisa dicegah agar tidak terjadi kematian ibu
melahirkan. Dan peningkatan cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
antenatal, menurunkan angka anemia pada ibu hamil dan remaja putri, meningkatkan
peran dan fungsi posyandu serta memberikan edukasi dan informasi mengenai resiko
tinggi kehamilan.serta memperkuat peran PKD sehingga dimungkinkan untuk
pelayanan persalinan, sehingga dapat meningkatkan akses pelayanan, begitu juga
halnya peran desa siaga dan UKBM lainnya, perlu ditingaktkan agar semakin mudah
masyarakat mendapatkan pertolongan persalinan dan juga rujukan.

Meningkatnya penemuan kasus penyakit TBC sampai pada tahun 2016


merupakan salah satu hasil yang ingin dicapai dalam penanggulangan penyakit
148 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
menular oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo yang bekerjasama dengan lintas
sektor terkait yaitu kecamatan dan desa serta kelurahan dan SKPD terkait yanng lain
dan sekaligus menjadi permasalahan serius yang harus segera ditangani biasanya
penyakit ini disertai dengan pengidap Penyakit HIV. Pada Tahun 2016 penemuan kasus
TBC sebesar 814 kasus yang tersebar hampir di 15 kecamatan yang ada di Kabupaten
Wonosobo. Jumlah total penemuan kasus TBC sampai dengan tahun 2016 sebanyak
814 kasus dengan jumlah tahun sebelumnya 297 kasus, ini meningkat hampir 3 kali
lipatnya. Dengan semakin meningkatnya pemeuan kasus penyakit TBC ini, permaalahan
kesehatan pada penyakit menular dapat diturunkan atau ditekan. Walaupun secara
pencapaian target belum mencapai seperti yang diharapkan. Upaya dinas kesehan
dalam penanggulangan penakit ini adalah dengan meningkatkan peran Puskesmas
beserta jajarannya, dan UKBM (Upaya Kesehatan Berdayasumber Masyarakat seperti
Posyandu, Pos TB, Desa Siaga, dan PKD) melakukan sosialisasi tentang pencegahan dan
penanggulangan TBS di masyarakat. Dan pengambilan dahak kepada masyarakat yang
dicurigai penderita TBC.

Kartu Indonesia sehat (KIS) adalah tanda kepesertaan jaminan kesehatan


nasional (JKN) untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang komprehensif pada
fasilitas kesehatan melalui mekanisme sistem rujukan berjenjang dan atas indikasi
medis. KIS diterbitkan oleh BPJS Kesehatan untuk seluruh peserta jaminan kes
termasuk penerima bantuan iuran (PBI). Kepesertaan KIS ada 2 kelompok yaitu : 1)
Kelompok masyarakat yang wajib mendaftarkan dan membayar iuran , baik membayar
sendiiri, atau pun berkontribusi bersama pemberi kerjanya. 2) Kelompok masyarakat
miskin dan tidak mampu yang didaftarkan oleh pemerintah dan iurannya dibayar oleh
pemerintah. Kartu lainnya, kartu eks askes. Eks jamkesmas, KJS,kartu JKN BPJS
kesehatn, masih tetap berlaku sesuai ketentuan sepanjang belum diganti dengan kartu
indonesia sehat (KIS).

Dengan diberlakukannya UU nomor 24 tahun 2011 tentang Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial, maka Setiap warga negara Indonesia dan warga asing
yang sudah berdiam di Indonesia selama minimal enam bulan wajib menjadi anggota
BPJS. Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa dimulai secara bertahap
pada 2014 dan pada 2019, diharapkan seluruh warga Indonesia sudah memiliki jaminan
kesehatan baik masyarakat tidak mampu dengan kategori Penerima Bantuan Iuran
(PBI) ataupun masyarakat yang berkemampuan dengan kategori peserta non PBI.
Dengan UU baru ini, maka pemilik kartu jamkesmas yang selama ini berlaku otomatis
beralih menjadi peserta BPJS kategori PBI. Cakupan masyarakat miskin yang
berkunjung ke pelayanan tingkat I pelayanan dasar sebesar 4,2% pada tahun 2016 lebih
tinggi dibandingakan dengan tahun 2015 yang cakupan kunjungannya sebesar 1,7%
dengan adanya kenaikkan kunjungan pasien miskin ke pelayanan kesehatan dasar
tingkat 1, hal ini menggambarkan semakin meningkatnya jumlah warga miskin yang
mendapatkan kartu BPJS kesehatan. Dengan demikian adanya peningkatan pelayanan
kesehatan masyarakat miskin pada tahun 2016 ini di Kabupaten Wonosobo.

Beberapa permasalahan dalam urusan kesehatan antara lain :


− Adanya peningkatan angka kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian bayi (AKB) dan
anak gizi kurang di tahun 2016 ini. masih tinggi kematian ibu dan bayi ini masih
dipengaruhi oleh Pengetahuan ibu dan keluarga tentang resiko tinggi kehamilan
masih terbatas sehingga kemauan memeriksakan kehamilan secara lengkap ke
149 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
tenaga kesehatan khususnya bidan dan menggunakan fasilitas kesehatan untuk
melahirkan masih kurang. Begitu juga halnya dengan kasus anak balita gizi kurang
disebabkan dengan pola asuh yang salah dan belum maksimalnya penerapan pola
makan yang baik.
− Masih rendahnya angka penemuan kasus penyakit TBC dan penyakit diare di
masyarakat
− Kesadaran sebagian masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) serta sadar gizi masih kurang.
− Pelayanan sanitasi dasar yaitu jamban sehat, air bersih dan pembuangan limbah
rumah tangga masih kurang.
− Masih tingginya kasus HIV/AIDS di Wonosobo.
− Tingginya stigma dan diskriminasi terhadap HIV/AIDS, Pengembangan dan
penguatan pelayanan penanggulangan HIV/AIDS belum bisa optimal, serta
terbatasnya SDM di puskesmas yang sudah terlatih dalam penanggulangan
HIV/AIDS.
− Masih rendahnya pelayanan kesehatan yang memenuhi standart
− Belum optimalnya standarisasi pelayanan kesehatan di Puskesmas.
− Fungsi pelayanan di PKD belum optimal
− Jumlah tempattidur sebanyak 266 unit tidak mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan rawat inap, sehingga banyak pasien yang
membutuhkan rawat inap harus inden kamar atau dirujuk kerumah sakit lain.

Beberapa solusi pemecahan yang dapat dilakukan diantaranya:


− Revitalisasi Posyandu dan peran kader, partisipasi keluarga, tokoh masyarakat dan
peran aktif tenaga puskesmas dan bidan desa terus ditingkatkan dalam peningkatan
pengetahuan ibu dan keluarga tentang bahaya resiko tinggi kehamilan sehingga
bisa meningkatkan jumlah kunjungan ibu hamil yang mau memeriksakan
kehamilannya secara lengkap. Serta meningkatkan promosi keluarga sadar gizi , dan
juga upaya untuk menerapkan pola makan yag baik
− Peningkatan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) terkait perilaku hidup bersih
dan sehat.Pelibatan tokoh-tokoh kunci seperti tokoh agama dan tokoh masyarakat
agar masyarakat mendapatkan pemahaman yang benar secara medik dan
peneguhan secara kultural terkait pencegahan penularan HIV melalui transmisi
seksual. Keterlibatan para tokoh agama dan tokoh masyarakat adalah bentuk
tanggungjawab sosial untuk memberikan perlindungan terhadap masyarakat luas
agar tidak terinfeksi IMS dan HIV. Dan mengupayakan pembinaan tempat – tempat
yang menjadi tempat penyebarluasan penyakit menular tersebut.
− Meningkatkan peran upaya kesehatan yang berdaya sumber masyarakat (UKBM)
dalam membantu penemuan kasus penderita TBC di masyarakat dan penyakit diare
− Penggiatan sosialisasi tentang HIV/AIDS ke masyarakat dan sekolah-sekolah serta
peningkatan kapasitas SDM di puskesmas dalam penanganan dan penanggulangan
HIV/AIDS serta mendorong kemandirian masyarakat untuk dapat melakukan upaya
penanggulangan HIV&AIDS. Serta mengalang promosi maindset hidup sehat
disemua lapisan masyarakat.
− Pelaksanaan akreditasi Puskesmas yang menyeluruh sampai puskesmas benar-benar
terstandarisasi serta memenuhi pelayanan yang standart.
− Revitalisasi PKD dengan perbaikan dan pemenuhan sarana dan prasarananya
dilanjutkan dengan pemenuhan tenaga bidan desa sampai standar operasional
150 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
presedur pelanannya agar pelayanan PKD menjadi optimal dan kedepannya akan
menjadi Pos UKM Desa sesuai dengan Perda Sistem Kesehatan Daerah yang telah
disusun pada tahun 2014.
− Meningkatkan pemenuhan alat kesehatan terrmasuk menambah jumlah tempat
tidur rumah sakit , sehingga masyarakat yang membutuhkan pelayanan rawat bisa
segera ditanngani.
− Mengkatkan peran UKBM, Toma dan Toga dalam upaya menyadarkan mayarakat
tentang pentingnya sanitasi dasar seperti jamban sehat air bersih dan pembuangan
limbah.

c. Urusan Sosial
1) Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya
Tujuan program ini adalah untuk mengurangi beban pengeluaran bagi
kelompok masyarakat miskin dan kurang mampu. Kegiatan yang telah dilaksanakan
yaitu: Pemberdayaan PMKS, Pendampingan Program Keluarga Harapan,
Pendistribusian Raskin dan Kegiatan Pasar Murah Menjelang Lebaran.

Kegiatan pemberdayaan PMKS dilaksanakan melalui kegiatan pembinaan


terhadap keluarga rawan sosial dan ekonomi dalam bentuk Kelompok Usaha Bersama
bagi 100 KRSE (Kelompok Rawan Sosial Ekonomi).

Untuk mengurangi beban pengeluaran bagi masyarakat miskin, pemerintah


meluncurkan Program Keluarga Harapanmerupakan program nasional berupa bantuan
sosial bersyarat. Persyaratan tersebut yaitu bagi keluarga kurang mampu yang sedang
menyekolahkan anaknya dan atau yang sedang hamil dan atau mempunyai anak balita,
dengan harapan agar terjadi perubahan perilaku masyarakat kurang mampu di bidang
pendidikan dan kesehatan. Pada tahun 2016 penerima bantuan PKH untuk wilayah
Kabupaten Wonosobo sejumlah 35.646 Rumah Tangga, meningkat 34,5%, jika
dibandingkan dengan Tahun 2015 yaitu sejumlah 26.500 RTSM. Untuk mengurangi
beban pengeluaran pada saat menjelang hari raya idul fitri diselenggarakan kegitan
pasar murah, yang dilaksanakan di 15 Kecamatan.

2) Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial


Tujuan program ini adalah untuk memberikan pelayanan kepada PMKS,
memperbaiki dan berusaha menembalikan PMKS ke dalam tataran sosial masyarakat
agar PMKS bisa berperan kembali dalam kehidupan masyarakat. Beberapa kegiatan
yang telah dilakukan yaitu pemberian bantuan peralatan bagi penyandang cacat
sebanyak 253 orang berupa 228 unit kursi roda, 3 unit kruk, 5 unit long brace, 3 unit
kaki palsu, 1 unit tangan palsu dan 4 unit alat bantu dengar disamping itu juga
dilakukan bimbingan dan bantuan UEP bagi 169 Orang.

Upaya perlindungan kepada PMKS dilakukan melalui pelayanan dan


perlindungan hukum bagi korban eksploitasi, perdagangan perempuan dan anak,
pemulangan orang terlantar dan kehabisan bekal, serta melakukan pembayaran biaya
rumah sakit termasuk biaya pengiriman dan pemulangannya. Sebagai upaya
pemantauan dan pembinaan kepada tuna susila dan PGOT dilakukan melalui razia dan
penertiban oleh bagian Sosial dan Kesra bekerjasama dengan Satpol PP.

151 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
3) Program Pembinaan Anak Terlantar
Fenomena merebaknya anak terlantar merupakan persoalan sosial yang
kompleks, keberadaan mereka tidak jarang menjadi masalah bagi banyak pihak baik
keluarga, masyarakat dan negara. Karena anak merupakan aset generasi penerus
bangsa yang perlu ditingkatkan kualitasnya melalui pembinaan anak terlantar dalam
bentuk kegiatan Penanganan Anak Terlantar dan putus sekolah bekerja sama dengan
Balai Rehabilitasi Anak Putus Sekolah, Anak Nakal dan Anak Berhadapan dengan
hukum yang tersebar diwilayah Jawa Tengah dengan mengadakan pengiriman
pelatihan ketrampilan Boga, Salon dan perbengkelan bagi remaja putus sekolah
sehingga mereka dapat meningkatkan kemauan dan kemampuan berwirausaha.

4) Program Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial (Eks Narapidana, PSK, Narkoba
dan Penyakit Sosial Lainnya)
Program ini merupakan upaya rehabilitasi bagi penyandang penyakit sosial,
yang bertujuan untuk menyiapkan masa depan para penyandang penyakit sosial agar
mereka dapat kembali hidup bermasyarakat secara mandiri. Pola pembinaan yang
dilakukan yaitu dengan melalui penyuluhan, pelatihan ketrampilan dan pemberian
modal usaha kepada 35 orang eks penyandang penyakit sosial.

5) Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial


Lembaga Kesejahteraan Sosial adalah organisasi sosial atau perkumpulan
sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh
masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.
Lembaga Kesejahteraan sosial merupakan lembaga yang sangat dibutuhkan dalam
pembangunan kesejahteraan sosial. dibutuhkan LKS yang berfungsi sebagai tiang
penopang pertumbuhan dan perkembangan masyarakat secara mandiri dan
berkelanjutan. Lembaga kessos diharapkan bisa menjawab permasalahan
kesejahteraan utama masyarakat, yaitu kemiskinan, disamping dapat merubah potensi
menjadi sumber kessos. Melalui LKS demikian, diharapkan masyarakat tidak hanya
mampu mengatasi masalah kemiskinan warganya tetapi juga mampu menopang
dinamika perkembangan warganya secara mandiri, tidak tergantung pada bantuan
pihak lain. Melalui pemberdayaan sosial masyarakat demikian diharapkan
pembangunan kessos tidak hanya semakin terintegrasi dengan pembangunan sektor
lain tetapi secara langsung memberi kontribusi mendukung pembangunan sektor-
sektor lain.

Melihat peran yang begitu besar sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk
membina dan mendukung keberadaan lembaga kesejahteraan sosial ini. Wujud
pembinaan terhadap lembaga ini yaitu berupa pelatihan dan bintek penanganan PMKS
yang diikuti oleh 40 PSM dan 40 pengurus karang taruna, pengiriman pelatihan kader
social ke stakeholder terkait selama tahun 2016 sebanyak 114 orang.

Untuk mendukung keberadaan kelembagaan sosial masyarakat dalam


kerangka mendukung penanganan PMKS, telah dialokasikan anggaran untuk
operasional TKSK, pengadaan kamera digital sebanyak 16 unit dan 1 unit handycamp
untuk mendukung kinerja TKSK, juga dilakukan reorganisai karang taruna untuk
menata kembali karang taruna Kabupaten Wonosobo.

Sebagai bagian dari masyarakat tentunya mereka juga membutuhkan wahana


152 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
kreatifitas untuk mengaktualisasi kemampuan dan potensinya yang dilakukan melalui
lomba porseni bagi lembaga kesejahteraan sosial, yang diselenggarakan pada tanggal
12 sampai 13 november 2016.

Tabel III.52
Capaian Kinerja Urusan Sosial Tahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJM 2016 – 2021
Target %Capaian
Capaian 2016 Capaian Kinerja
Indikator Kinerja Pembangunan
No. Kinerja Kinerja dibandingkan
Daerah
2015 2016 dengan
target
Persentase PMKS yang terlayani
1 88,40 88,40% 90 101,81
jaminan sosial
2 Persentase PMKS yang mendapat
44,20 42,20% 26 61,61
bansos
3 Persentase penyandang cacat fisik NA
dan mental serta lanjut usia tidak
NA 19 #VALUE!
potensial yang menerima jaminan
sosial
4 Persentase PMKS yang menerima
program pemberdayaan melalui
32 32% 8 25,00
KUBE atau kelompok sosial
ekonomi sejenis lainnya
5 Persentase anak terlantar, balita 46,40% 61,61
terlantar, ABH, anak dengan
46,40 71,2
kecacatan yang terpenuhi
kebutuhan dasarnya
6 Jumlah panti sosial 17 17 17 100,00
7 Presentase panti sosial berbadan
60 60% 94,1 156,83
hukum
8 Presentase lembaga sosial yang 40%
40 45 61,61
berbadan hukum
9 Presentase PMKS yang 42,84%
memperoleh bantuan sosial untuk 42,84 26 60,69
pemenuhan kebutuhan dasar
10 Cakupan Raskin terhadap Rumah 61,60%
61,60 61,60 100,00
Tangga Miskin
11 Persentase rata-rata kenaikan PMKS 2% 101,81
DTD 11,5
yang memiliki kemandirian ekonomi
Sumber: Bagian Sosial dan Kesra Setda Tahun 2016

Berdasakan tabel di atas terdapat peningkatan capaian kinerja pada urusan


sosial. Persentase PMKS yang memperoleh jaminan sosial yang didasarkan pada
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBIJK) meningkat 1,6 % dan bantuan
sosial yang didasarkan pada Penerima bantuan Asisistensi Sosial bagi Penyandang
Cacat Berat, dan bantuan bagi Lanjut Usia Non Potensial 31,16 % jika dibandingkan
dengan capaian tahun 2015.

Panti sosial sebagai sarana pembinaan dan penampungan bagi PMKS di


Kabupaten Wonosobo sejumlah 17 panti terdiri dari 12 panti asuhan anak, 1 panti sosial

153 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
tresna werda (panti jompo), 1 panti sosial bina laras, 2 panti sosial bina rungu wicara, 1
rumah singgah/ Shelter dan pada tahun 2016, 16 panti telah berbadan hukum artinya
secara kelembagaan panti tersebut sudah mendapat pengakuan dari kementerinan
Hukum dan HAM. Sedangkan Kelembagaan Sosial yang sudah berbadan hukum
mencapai 45 % meningkat 5 % dibandingkan tahun 2015.

Upaya pemberdayaan PMKS dimaksudkan agar PMKS bisa hidup mandiri.


Kenaikan rata-rata PMKS mandiri mencapai 4,5 %, sehingga pada tahun 2016 PMKS
mandiri mencapai 663 orang.

Permasalahan dihadapi dalam pelaksanaan urusan sosial serta upaya yang perlu
dilakukan adalah:
Tabel III.53
Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Sosial
NO PERMASALAHAN SOLUSI
1. Data PMKS belum valid/lengkap Menyusun rencana dan mekanisme pendataan
PMKS yang ter update
2. Tidak terlayaninya penyandang masalah Keterlibatan sejumlah pekerja sosial dan
kesejahteraan sosial dalam keluarga menyalurkan para penyandang PMKS ke
miskin oleh berbagai program akibat beberapa unit-unit rehabilitasi (UPT dan
ketidaktahuan keluarga maupun Panti Asuhan Negeri/ Swasta)
ketidakmampuan program menjangkau
keberadaannya
3. Keterbatasan kapasitas (SDM, sarana dan • Meningkatkan kualitas SDM kesejahteraan
prasarana) bagi penyelenggaraan kegiatan sosial masyarakat, antara lain TKSM/relawan
pelayanan/rehabilitasi dan keberagaman sosial, karang taruna, organisasi sosial, dan
kondisi dan keberadaan penyandang kelembagaan sosial di tingkat lokal.
masalah kesejahteraan sosial • Melakukan prioritasi dalam penentuan sasaran

d. Urusan Perumahan Rakyat Dan Kawasan Permukiman


1) Program Lingkungan Sehat Perumahan
Program lingkungan sehat perumahan dilaksanakan untuk menunjang sasaran
pokok pencapaian indikator peningkatan cakupan lingkungan yang sehat dan aman
yang didukung prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) dijabarkan dalam lima
kegiatan yaitu Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) yang
dibiayai melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Infrastruktur Sub Bidang Sanitasi,
Pembinaan Kelompok Pengelola Air Limbah, Fasilitasi Penunjang PPSP (Program
Percepatan Sanitasi Permukiman), Pembangunan Akses Air Limbah Setempat
(Septictank) Kabupaten Wonosobo dan Fasilitasi Kegiatan Bidang Perumahan dan
Permukiman.

Pada tahun 2016 upaya peningkatan akses sanitasi khususnya air limbah rumah
tangga dilaksanakan melalui kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM)
yang berkonsentrasi menuntaskan di wilayah perkotaan Wonosobo. Kegiatan ini
dilaksanakan di satu lokasi yaitu pada RW 11 Kelurahan Kalibeber Kecamatan
Mojotengah dengan anggaran yang terealisasi sebesar Rp 450.222.400,00 berupa
bantuan langsung masyarakat yang diterimakan kepada KSM Munggang Resik, dengan
output berupa pembangunan 1 (satu) unit septictank komunal yang dapat melayani 78
KK di lingkungan tersebut.
154 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Selain kegiatan SLBM untuk menunjang pencapaian universal accses,
Kabupaten Wonosobo juga mendapat alokasi kegiatan Pembangunan Akses Air
Limbah Setempat (Septictank). Kegiatan tersebut berupa pembangunan septictank
individu dan septictank komunal terbatas dengan realisasi anggaran sebesar Rp.
980.784.496,00 yang menghasilkan output berupa pembangunan 132 unit septictank
yang dapat melayani 168 KK untuk 148 rumah.

Kegiatan Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) yang dilaksanakan oleh


Pemerintah Pusat bertujuan untuk menyempurnakan dan memutakhirkan informasi
rumah tangga dan individu yang terdapat dalam Basis Data Terpadu (BDT) dan
digunakan sebagai dasar penetapan sasaran program perlindungan sosial dan
penanggulangan kemiskinan, yang salah satu programnya adalah bantuan penanganan
Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Karena data tersebut akan dijadikan sebagai data
dasar semua usulan bantuan penanganan RTLH baik yang bersumber dari APBN
maupun APBD maka perlu dilakukan validasi untuk mendukung keakuratan data.
Melalui kegiatan Fasilitasi Kegiatan Bidang Perumahan dan Permukiman pada tahun
2016, Pemerintah Kabupaten Wonosobo berhasil melakukan validasi data terhadap
8.245 rumah tidak layak huni yang masuk dalam daftar PBDT.

Sanitasi merupakan perilaku dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud


mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan
berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan
kesehatan manusia. Ada tiga hal pokok dalam sanitasi yang menjadi perhatian yaitu air
limbah, sampah dan drainase. Fokus Pemerintah Daerah dalam penanganan masalah
sanitasi adalah pemenuhan prasarana penampung air limbah berupa jamban.
Persentase akses jamban untuk Kabupaten Wonosobo masih rendah, termasuk.
perilaku buang air besar sembarangan (BABS) masih banyak dilakukan oleh
masyarakat. Pemerintah berupaya menangani permasalahan tersebut melalui kegiatan
Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (DAK) dan Pembangunan
Akses Air Limbah Setempat (Septictank) yang diharapkan dapat meningkatkan capaian
rumah tangga bersanitasi.

Selain peningkatan akses sanitasi, pemenuhan kebutuhan air bersih juga


menjadi perhatian pemerintah untuk ditangani. Salah satu kebutuhan dasar manusia
adalah tercukupinya air bersih yang merupakan air sehat yang dipergunakan untuk
kegiatan sehari-hari dan harus bebas dari kuman-kuman penyebab penyakit dan bebas
dari bahan-bahan kimia yang dapat mencemarinya. Karena pentingnya ketersediaan air
bersih tersebut sehingga Pemerintah selalu berusaha untuk dapat memenuhi
kebutuhan akan air bersih. Capaian rumah tangga pengguna air bersih di Kabupaten
Wonosobo selalu didorong untuk dapat ditingkatan. Salah satunya adalah dengan
penyediaan air bersih melalui PDAM Tirta Aji Kabupaten Wonosobo, yang mencatat
peningkatan jumlah pelanggan/sambungan air dari 79.155 sambungan di tahun 2015
menjadi 81.999 sambungan pada tahun 2016. Pemenuhan air bersih juga dilakukan
melalui kegiatan Pembangunan sarana dan prasarana air bersih perdesaan yang
dilaksanakan oleh Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan serta Kecamatan.
Selain itu ditopang dengan kegiatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat
(PAMSIMAS) untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh layanan PDAM. Pada
tahun 2016 program PAMSIMAS telah memasuki periode III dan melaksanakan tahapan
perencanaan untuk menyusun Rencana Kerja Masyarakat (RKM) bagi 12 desa di enam
155 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
kecamatan yaitu Kecamatan Kalikajar (Desa Butuh, Simbang, Kembaran, Tegalombo,
Lamuk dan Rejosari), Kecamatan Kertek (Desa Candiyasan), Kecamatan Kepil (Desa
Kagungan dan Tegalgot), Kecamatan Kejajar (Desa Jogogan), Kecamatan Garung (Desa
Maron) serta Kecamatan Mojotengah (Desa Derongisor) sebagai penerima kegiatan,
yang mana realisasi kegiatan fisiknya dilaksanakan tahun 2017. Kolaborasi kegiatan-
kegiatan penyediaan air bersih tersebut mampu melayani sejumlah 204.825 KK yang
sehinga capaian Rumah tangga pengguna air bersih meningkat menjadi 86,71 % atau
naik 0,046 % dari capaian tahun 2015.

Disamping menangani sanitasi dan air bersih, pemerintah juga memperhatikan


kawasan dan permukiman kumuh. Kawasan kumuh adalah wilayah dalam batasan
fungsional tertentu dimana rumah dan kondisi hunian masyarakat di lokasi tersebut
sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan
standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan
rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan
prasarana jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya. Sedangkan
permukiman kumuh adalah lingkungan permukiman yang telah mengalami penurunan
kualitas, dengan kondisi yang memburuk baik secara fisik, sosial ekonomi maupun
sosial budaya sehingga tidak memungkinkan dicapainya kehidupan yang layak. Melalui
Keputusan Bupati Wonosobo Nomor 653/247/2014 telah ditetapkan lokasi perumahan
dan permukiman kumuh perkotaan di Kabupaten Wonosobo yang meliputi 7 kawasan
yaitu Jaraksari, Sambek, Mlipak, Longkrang (Wonosobo Timur), Sumberan Barat,
Puntuk, Kliwonan (Wonosobo Barat), yang kesemuanya berlokasi di Kecamatan
Wonosobo. Sehingga penanganan permukiman kumuh lebih difokuskan pada kawasan
tersebut. Pada tahun 2016 melalui kegiatan yang bersumber dari anggaran Pusat yaitu
Pembangunan Akses Air Limbah Setempat (Septictank) dan kegiatan
Pembangunan/Rehabilitasi Infrastruktur Pedesaan di kecamatan/kelurahan yang
termasuk dalam SK Kumuh tersebut dapat menurunkan luas lingkungan permukiman
kumuh menjadi 64,364 Ha atau turun 7.033 m2 dari tahun 2015 sehingga capaian
lingkungan permukiman kumuh menjadi 0,788 % atau turun 1,005 % dari capaian tahun
sebelumnya.

Penanganan permasalahan berikutnya adalah pada sektor perumahan. Rumah


merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga pemenuhannya diharapkan sesuai
dengan standar rumah layak huni yaitu rumah yang memenuhi persyaratan
keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan
penghuninya. Pemerintah berupaya untuk memenuhi kebutuhan akan kekurangan
jumlah rumah yang tersedia dan memperbaiki kondisi rumah yang tidak layak melalui
sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pada tahun 2016 dilakukan kegiatan yang
sasarannya untuk mengurangi jumlah rumah tidak layak huni di Kabupaten Wonosobo
melalui berbagai macam program. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat melalui program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Reguler
memberikan bantuan untuk 258 KK dengan total anggaran sebesar Rp
3.025.000.000,00 dengan rincian 14 KK kategori rusak ringan ringan menerima @ 7,5
juta, 148 KK dengan kategori rusak sedang menerima @ 10 juta serta 96 KK kategori
rusak berat menerima @ 15 juta. Diikuti program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya (BSPS) Strategis yang juga diberikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat yang ditujukan untuk membantu 150 KK dengan total anggaran
sebesar Rp 2.250.000.000,00 dimana masing-masing menerima bantuan sebesar 15
156 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
juta. Sedangkan dari dana APBD Provinsi mendapat bantuan untuk 338 KK dengan
anggaran sebesar Rp 3.380.000.000,00 dengan rincian @ 10 juta. Serta 236 KK
menerima bantuan perbaikan rumah tidak layak huni dari sumber anggaran lainnya,
misalnya Dana Desa. Dari program-program tersebut, berkontribusi menurunkan
jumlah rumah tidak layak huni (RTLH) sebanyak 982 rumah. Data tersebut menjadi
faktor pengurang bagi jumlah seluruh rumah di Kabupaten Wonosobo tahun 2016 yaitu
sebanyak 236.218 rumah dan mendapatkan data jumlah rumah layajk huni sebanyak
177.050 rumah. Sehingga dapat diketahui capaian rumah layak huni tahun 2016 adalah
sebesar 74,95 %.
Tabel III.54
Capaian Kinerja Urusan Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman Berdasarkan Indikator RPJMD 2016-2021

Kondisi
% capaian
Kinerja Pada 2016
No. Indikator Kinerja Program terhadap
Awal RPJMD
target
2015 Target Capaian
1 Rasio Rumah layak huni 0,885 0,890 0,750 84,27
Kekurangan tempat tinggal (backlog)
2 34,416 33,666 37.608
berdasarkan perspektif menghuni 111,71
3 Cakupan rumah layak huni terjangkau 3,57 % 4% 3,8 % 95,00
4 Tempat pemakaman umum 865 865 865 100,00
Sumber: Bappeda, DCKTRK, KPM (Analisis, 2016)

Dari tabel Capaian Kinerja Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan


Permukiman berdasarkan indikator RPJMD 2016-2021 di atas memberi gambaran
bahwa capaian Rasio rumah layak huni mengalami penurunan dari tahun 2015, hal ini
disebabkan adanya peningkatan jumlah rumah tinggal tidak layak huni (RTLH) di
Kabupaten Wonosobo yang merupakan dampak dari kesepakatan Pemerintah Pusat
dan Provinsi untuk menggunakan data PBDT (Pemutakhiran Basis Data Terpadu)
sebagai data dasar penanganan permasalahan rumah tinggal tidak layak huni (RTLH).
Pada tahun lalu menggunakan data dasar dari Kantor Pemberdayaan Masyarakat
dimana data awal rumah tinggal tidak layak huni (RTLH) sebanyak 24.888 rumah.
Sedangkan tahun ini sudah menggunakan data dasar PBDT dengan data awal rumah
tinggal tidak layak huni sebanyak 60.151 rumah. Dan data ini selanjutnya akan
dipergunakan sebagai acuan untuk perhitungan tahun-tahun berikutnya. Sedangkan
capaian kinerja kekurangan tempat tinggal (Backlog) berdasarkan perspektif menghuni
juga mengalami penurunan, hal ini diindikasikan dari penambahan jumlah rumah
tinggal tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah rumah tangga, yang
dimungkinkan karena tingginya urbanisasi, tambahan warga nikah dan sebagainya. Hal
ini juga terkait dengan capaian cakupan rumah layak huni terjangkau yang mengalami
kenaikan tipis tetapi masih di bawah target. Sedangkan untuk tempat pemakaman
umum tidak mengalami pertumbuhan, sesuai dengan yang ditargetkan dalam RPJMD
2016-2021.

Kabupaten Wonosobo mempunyai tingkat kemiskinan yang relatif tinggi, yang


antara lain disumbangkan oleh rendahnya akses sanitasi dan angka rumah tidak layak
huni yang masih tinggi. Hal ini menjadi permasalahan utama dalam pencapaian urusan
perumahan. Penanganan masalah sanitasi dilakukan diantaranya melalui program
157 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) dan Pembangunan Akses Air Limbah
Setempat (Septictank). Program-program tersebut menjadi tumpuan dalam
peningkatan capaian kinerja khususnya yang terkait dengan sanitasi. Namun demikian
masih diperlukan upaya percepatan dan penyebarluasan program ini melalui dukungan
sumber daya, baik berupa pendanaan maupun peran aktif berbagai stakeholder untuk
bersama pemerintah melaksanakan program tersebut.

Sebagai salah satu program wajib pemerintah daerah urusan perumahan rakyat
dan kawasan permukiman mempunyai tantangan yang berat terkait anggaran.
Sehingga diperlukan strategi yang dapat dilakukan dalam pengentasan masalah
sanitasi berupa tahapan prioritas penanganan. Tahap awal pengentasan permasalahan
sanitasi diprioritaskan di kawasan kumuh yang terdapat di perkotaan dengan
kepadataan tinggi. Pengembangan sanitasi lingkungan berskala komunitas sangat
tepat dilakukan di wilayah perkotaan. Namun terkendala permasalahan terbatasnya
lahan yang tersedia di lapangan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah dengan memanfaatkan lahan-lahan kosong milik umum/individu
maupun jalan lingkungan yang telah disepakati bersama. Beberapa upaya lain
dilakukan terhadap pengembangan sanitasi lingkungan berskala komunitas berbasis
masyarakat melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk
menjamin keberlanjutan pengelolaan. Selain itu untuk menuntaskannya diperlukan
integrasi antar program maupun antar kegiatan.

Kecenderungan tingginya tingkat kemiskinan akan berdampak pada


meningkatnya RTLH, yang selalu akan terjadi apabila tidak disertai dengan upaya
menurunkan tingkat kemiskinan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah
Daerah dalam upaya menurunkan angka rumah tidak layak huni. Pengentasan rumah
tidak layak huni dengan prioritas rumah yang benar-benar tidak layak dengan penilaian
baik dari fisik bangunan rumah, kesehatan lingkungan maupun ekonomi. Untuk
penanganan permasalahan rumah tidak layak huni (RTLH) pada tahun 2016 dilakukan
melalui anggaran APBN dengan kegiatan BSPS baik Reguler maupun Strategis serta
anggaran APBD Provinsi Jawa Tengah dengan kegiatan bantuan hibah rumah tidak
layak huni,. Namun Dengan keterbatasan kemampuan yang dimiliki pemerintah baik di
tingkat pusat maupun daerah, diperlukan upaya-upaya terobosan termasuk
menggunakan dana non APBN/APBD berupa dana CSR dari BUMN/BUMD, lembaga
maupun perusahaan swasta lainnya. Sehingga diharapkan kedepannya keterlibatan
berbagai pihak tersebut dapat lebih ditingkatkan lagi.

Dalam rangka pencapaian indikator dalam SPM urusan Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman, maka perlu dilakukan strategi yang mementingkan
keterpaduan semua sumber daya berupa :
−Penanganan tuntas sasaran
Penangananan kawasan kumuh perlu dilakukan secara tuntas dan menyeluruh pada
suatu wilayah, tidak dilakukan secara parsial. Hal ini mempermudah capaian kinerja
penanganan kawasan kumuhyang didasarkan pada identifikasi kekumuhan suatu
kawasan. Untuk kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Wonosobo termasuk
dalam tingkat kekumuhan yang ringan.
−Penanganan terintegrasi dengan program lain
Dengan masih banyaknya rumah tidak layak huni yang harus diselesaikan maka
sosialisasi dan pengarusutamaan penanganan urusan perumahan dengan indikator
158 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
utama berupa penanganan rumah tidak layak huni (RTLH) dan penyediaan lingkungan
permukiman yang aman dan sehat melalui sarana prasarana dan utilitas pada
program-program pemberdayaan dan pemanfaatan dana transfer desa dapat
memperluas sasaran program dan meningkatkan pembiayaan.Untuk itu seluruh
program-program pengentasan kemiskinan dapat lebih difokuskan pada penanganan
rumah tidak layak.
−Penanganan langsung pada sasaran
Upaya peningkatan kemampuan kepemilikan rumah merupakan salah satu strategi
yang perlu dikembangkan. Hal ini dapat dilaksanakan melalui peningkatan akses
kredit kepemilikan rumah dimana pemerintah berperan sebagai fasilitator dan
penjamin pelaksanaan program. Kerjasama dengan perbankan merupakan salah satu
alternatif yang dapat ditempuh.

e. Urusan Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang


1) Program Pembangunan Jalan dan Jembatan
Jalan dan jembatan merupakan salah satu infrastruktur yang terpenting dalam
pembangunan. Infrastrukur jalan dan jembatan selain akan mendukung distribusi dan
pencapaian ke suatu wilayah juga secara tidak langsung menjadi. Namun demikian
pembangunan jalan dan jembatan terutama di daerah Wonosobo bukanlah
permasalahan yang sederhana. Kondisi alam Wonosobo dengan tipikal topografi
pegunungan dan berbukit-bukit serta beberapa wilayah memiliki struktur tanah yang
labil memerlukan upaya yang lebih dalam membangun jalan dan jembatan tersebut.
Penanganan infrastruktur jalan jembatan terbagi dalam 2 (dua) bagian pokok
yaitu program pembangunan badan jalan dan jembatanyang dilaksanakan oleh Dinas
Sumber Daya Air dan Bina Marga sertapembangunan fasilitas pendukung dan
aksesoris jalan oleh Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan. Kedua perangkat
daerah tersebut berupaya meningkatkan sinergitas agar sarana prasarana jalan yang
terbangun dapat memberi manfaat secara optimal bagi pelayanan kebutuhan
infrasrtuktur jalan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.
Pada program pembangunan jalan dan jembatan, Pemerintah Kabupaten
Wonosobo melalui Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga pada tahun 2016
mengalokasikan anggaran sebesar Rp93.281.757.016,00 untuk 35 kegiatan
pembangunan jalan dan jembatan. Sebagian besar kegiatan pembangunan jalan
tahun 2016 ditujukan untuk meningkatkan aksebilitas terutama diwilayah selama ini
mengalami kesulitan untuk dijangkau serta pembukaan jalur baru guna mengurangi
kepadatan di jalur utama. Lokasi tersebut diantaranya peningkatan jalan Larangan-
Lamuk sepanjang 5,325 km dengan anggaran Rp7.651.705.000,00, peningkatan jalan
Keseneng-Candiyasan dengan anggaran Rp3.410.013.000,00, peningkatan
jalan ngalian-kalidadap sepanjang 2,690 km dengan anggaran
Rp5.445.665.000,00,peningkatan jalan Sapuran-Kaliwiro sepanjang 3,800 km dengan
anggaran Rp5.952.844.000,00 peningkatanjalan Lancar-Kaligowong sepanjang 3,840
km dengan anggaran Rp7.222.342.000,00, peningkatan jalan ruas Rejosari-Sikatok
sepanjang 2,400 km denan anggaran Rp5.828.000.000,00,peningkatan jalan
Binangun-Watumalang sepanjang 1,140 km dengan anggaran Rp1.900.000.000,00,
peningkatan ruas jalan Tanjungsari-Ngadisalam-Banyumudal dengan anggaran
Rp950.000.000,00,peningkatan ruas jalan Pringapus-Bowongso-Kalikajar dengan
anggaran Rp1.250.000.000,00,peningkatan ruas jalan Leksono-Kuripan dengan
anggaran Rp1.915.000.000,00, peningkatan ruas jalan Beran-Warangan-Rimpak
dengan anggaran Rp1.150.000.000,00, serta beberapa ruas jalan lain yang merupakan
159 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
jalur penghubung utama antar wilayah di Kabupaten Wonosobo.Selain itu, pada
tahun 2016 dialokasikan pembangunan jembatan yaitu pembangunan/penggantian
jembatan Pingit Desa Wonosroyo dengan anggaran Rp2.900.000.000,00 dan
peningkatan jalan dan jembatan ruas jalan Jaraksari-Wonolelo dengan anggaran
Rp2.000.000.000,00.
Disamping itu, program pembangunan jalan dan jembatan juga dilaksanakan
oleh Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan berupa fasilitas pendukung dan
aksesoris jalan khususnya di kawasan perkotaan. Kegiatan pada program tersebut
meliputi pembuatan trotoar dan drainase di kawasan perkotaan dengan anggaran
keseluruhan mencapai Rp8.103.000.000,00.

2) Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan


Penyelenggaraan jalan menjadi tanggung jawab pemerintah, termasuk di
dalamnya kewajiban untuk mengatur, membina, membangun, mengawasi dan
merehabilitasi jalan dan jembatan. Dalam upaya untuk menjaga kelangsungan fungsi
jalan dan jembatan, pemerintah daerah melakukan kegiatan pemeliharaan jalan dan
jembatan dengan tujuan mempertahankan kondisi pelayanan infrastruktur
jalan/jembatan untuk tetap pada kondisi baik sehingga umur ekonomis jalan dan
jembatan yang telah terbangun dapat dicapai secara maksimal.
Sasaran dari kegiatan ini adalah untuk mengembalikan fungsi infrastruktur dan
dilakukan pada obyek yang mengalami penurunan fungsi dan tingkat kapasitas
pelayanan sebagai akibat dari penggunaan atau pemanfaatan infrastruktur tersebut.
Hal ini dilakukan dengan perbaikan struktural jalan maupun jembatan sehingga fungsi
pelayanan dari jalan dan jembatan tersebut dapat kembali normal. Program ini
dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan pemeliharaan baik berupa pemeliharaan rutin
maupun kegiatan pemeliharaan berkala terhadap infrastruktur jalan dan jembatan
yang ada.
Dalam rangka pelaksanaan rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan, pada
Tahun 2016dialokasikan anggaran sebesar Rp5.838.000.000,00. Angka ini jauh lebih
kecil dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 8.618.212.099,00. Ke
depannya, kegiatan pemeliharaan jalan dan jembatan baik berupa penanganan
pemeliharaan rutin jalan maupun pemeliharaan berkala merupakan kegiatan yang
harus terus ditingkatkan seiring dengan target peningkatan capaian pembangunan
jalan yang harus dicapai. Kegiatan pemeliharaan ini ditujukan untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut infrastruktur jalan dan jembatan yang dapat berakibat pada
tingginya biaya penanganan.

3) Program Inspeksi kondisi jalan dan jembatan


Program inspeksi kondisi jalan merupakan salah satu langkah pembangunan
jalan yang dilakukan pemerintah melalui pemetaan kondisi jalan di Kabupaten
Wonosobo. Upaya ini ditempuh dalam rangka menilai/mengukur kebutuhan biaya
yang diperlukan untuk pembangunan jalan. Selain itu, inspeksi kondisi jalan juga
diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan perencanaan dan
menentukan prioritas lokasi pembangunan.

Pada tahun 2016, untuk program inspeksi jalan dianggarkan sebesar


Rp100.000.000,00. Namun demikian dari anggaran yang tersedia belum bisa
memetakan kondisi jalan Kabupaten Wonosobo secara menyeluruh sehingga hasil
yang diharapkan belum tercapai secara maksimal. Pada tahun mendatang,
160 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
diharapkan kegiatan pemetaan kondisi jalan ini dapat dilanjutkan mengingat
ketersediaan peta kondisi jalan akan dijadikan acuan dalam penyusunan prioritas
pembangunan jalan maupun penyusunan perencanaan.

4) Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan


Program ini merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan pelayanan
urusan pekerjaan umum bidang bina marga dalam bentuk pengadaan peralatan
kebinamargaan serta laboratorium teknik kebinamargaan. Tersedianya peralatan
kebinamargaan tersebut akan dapat mendukung dalam proses pembangunan
maupun pemeliharaan jalan. Selain itu, dengan adanya peralatan laboratorium teknik
kebinamargaan akan dapat digunakan membantu mengontrol kualitas pekerjaan
bidang bina marga.

Pada tahun 2016, alokasi anggaran untuk pengadaan peralatan kebinamargaan


sebesar Rp1.603.000.000,00. Anggaran tersebut digunakan untuk pengadaan alat
berat Exavator PC100, dan Mini Tandem Rollersebesar Rp1.500.000.000,00
sedangkan untuk pengadaan peralatan laboratorium teknik terdiri dariElectric
Compression Machin, Drilling Set, dan Timbangan Ohaus 30 Kg dengan anggaran
sebesar Rp103.000.000,00.

5) Program peningkatan sarana dan prasarana keciptakaryaan


Sarana dan prasarana diperlukan dalam rangka mendukung kinerja aparatur di
lapangan khusunya bidang keciptakaryaan. Pada tahun 2016, dialokasi kan anggaran
sebesar RP3.020.000.000,00 untuk pengadaan peralatan bidang keciptakaryaan yang
terdiri dari Buldoser, Exavator PC-129, Alat Sedot WC, Pengadaan mobil tangki air
penyiram tanaman, dan Pengadaan Genset. Melalui program ini pula,dialokasikan
anggaran untuk penanganan pasar induk pasca kebakaran. Kegiatan tersebut
meliputi pembangunan relokasi pasar darurat, pemindahan pasar darurat, dan
pembangunan kembali pasar induk sebagai bagian dari anggaran multi years sebesar
Rp70.570.000.000,00. Akan tetapi, pembangunan kembali pasar induk belum bisa
dilaksanakan pada tahun 2016 karena masih belum adanya kesepahaman desain
antara pemerintah daerah dengan pedagang pasar. Adanya perbedaan persepsi
terhadap desain pasar induk antara pemerintah dan pedagang tersebut dikawatirkan
akan menjadi kendala ketika penempatan pedagang pasca pembangunan selesai.
Oleh karena itu, pemerintah masih mengupayakan solusi agar pedagang dan
pemerintah satu pemahaman terhadap desain pesar induk agar proses pembangunan
berjalan dengan lancar serta memberikan manfaat secara maksimal bagi pedagang
maupun masyarakat secara luas.

Selain itu, program peningkatan sarana dan prasarana keciptakaryaan juga


ditujukan untuk pembangunan/rehabilitasi bangunan gedung prasarana umum yang
terdiri dari penyempurnaan halaman gedung pramuka, penyempurnaan Masjid Jami’,
dan restorasi Masjid Almansyur. Namun demikian terdapat kegiatan yang belu bisa
selesai dilaksanakan yaitu restorasi masjid almansyur dikarenakan adanya
keterlambatan penyedia dalam melaksanakan pekerjaan sesuai waktu yang sudah
ditentukan. Hal ini disebabkan salah satunya kondisi cuaca yang hampir terjadi hujan
disepanjang tahun sehingga menghambat proses pengerjaan.

161 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
6) Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan
Pengairan lainnya.
Sebagai daerah dengan sebagian besar kondisi geografis pegunungan,wilayah
Kabupaten Wonosobo secara langsung dibebani oleh fungsinya sebagai daerah
tangkapan dan sumber air bagi wilayah di sekitarnya. Bagi daerah yang mayoritas
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, pengembangan sektor sumber
daya air menjadi salah satu kunci penting pengembangan sektor pertanian. Oleh
karena itu, merupakan upaya yang tepat bila kebijakan pembangunan sumber daya
air diarahkan untuk menunjang sektor pertanian menuju peningkatan ketahanan
pangan, dalam hal ini kebijakan teknis operasional yang dirasakan sesuai adalah
rehabilitasi dan peningkatan kapasitas jaringan irigasi.

Rehabilitasi dan peningkatan kapasitas jaringan irigasi mempunyai nilai yang


strategis dan penting, karena secara langsung akan menjadi salah satu faktor
pendorong meningkatnya produksi pertanian dan perputaran roda perekonomian di
Kabupaten Wonosobo, dengan kata lain, dengan potensi air irigasi yang
dimanfaatkan secara optimal diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sekitarnya. Hal ini sejalan dengan peran sektor pertanian pada PDRB
Kabupaten Wonosobo yang menyumbang sebesar 33% pada tahun 2015.

Rehabilitasi dan peningkatan kapasitas jaringan irigasi dilaksanakan melalui


program dan kegiatan yang terkait dengan pembangunan infrastruktur penunjang
pertanian. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan
Jaringan Pengairan lainnya ini merupakan suatu prioritas utamapemerintah
Wonosobo dalam upaya penanganan sarana irigasi yang bertujuan untuk menjamin
ketersediaan air pertanian melalui efektifitas distribusi air pertanian dengan
ketersediaan infrastruktur yang baik.

Pada tahun 2016, Pemerintah Kabupaten Wonosobo mengalokasikan dana


untuk program ini sebesar Rp25.478.631.000,00. Jumlah ini meningkat tiga kali lipat
dari anggaran tahun 2015 yang hanya sebesar Rp8.989.851.000,00. Alokasi anggaran
tersebut dipergunakan untuk rehabilitasi daerah irigasi sejumlah 64 lokasi. Dianatara
lokasi daerah irigasi yang mendapat alokasi terbesar yaitu Rehabilitasi DI Kedung
Nongko sebesar Rp2.473.106.000,00, Rehabilitasi DI Jimat sebesar
Rp1.749.997.000,00, dan Rehabilitasi DI Aji Pagedangan sebesar Rp1.582.500.000,00.
Selain itu, penggunaan alokasi anggaran juga untuk penyusunan dokumen
perencanaan sebagai persiapan dalam peningkatan maupun rehabilitasi daerah irigasi
pada tahun mendatang.

7) Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Infrastruktur


Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan pekerjaan umum kepada
masyarakat dan peningkatan kualitas infrastruktur daerah diperlukan kemampuan
atau kapasitas kelembagaan pemerintahyang memadai. Hal tersebut dapat
diwujudkan dalam bentuk pengawasan kualitas pembangunan infrastruktur melalui
kegiatan pengawasan dan monev ke lapangan. Mengingat pentingnya pengawasan
dan monev, pada tahun 2016 dianggarkan dana sebesar Rp60.000.000,00 untuk
monitoring pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur kebinamargaan dan
sumberdaya air serta Rp 50.000.000,00 untuk monitoring pelaksanaan kegiatan
pembangunan infrastruktur keciptakaryaan.
162 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Pengembangan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah senantiasa
mengandung sebuah pemahaman tentang berbagai upaya meningkatkan kinerja
pelayanan kepada masyarakat. Berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi urusan
umum sebagai salah satu organisasi sektor publik, maka penting bagi perangkat
daerah untuk melaksanakan apa yang dimaksud dengan capacity building. Hal
tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk kegiatan fasilitasi forum kemitraan
bidang infrastruktur baik pada tingkat regional maupun nasional. Dengan adanya
forum kemitraan bidang infrastruktur, maka dapat menjadi referensi bagi pemerintah
daerahdalam peningkatan infrastruktur daerah serta sebagai wadah diskusi dalam
mencari solusi permasalahan bidang infrastruktur secara umum.

8) Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam


Perencanaan merupakan tahapan penting dalam pembangunan infrastruktur.
Perencanaan yang baik akan dapat menentukan hasil yang baik pula. Perencanaan ini
disusun untuk mempersiapkan kagiatan yang akan dilaksanakan pada tahun
mendatang. Disamping untuk efektivitas pelaksanaan kegiatan pada tahun
berikutnya, perencanaan juga menjadi bagian dari persyaratan untuk memperoleh
sumber pendanaan khususnya kegiatan yang didanai di luar APBD kabupaten.
Dalam rangka penyusunan dokumen perencanaan, pada tahun 2016 dialokasikan
anggaran sebesar Rp1.328.500.000,00. Anggaran tersebut dipergunakan untuk
penyusunan dokumen perencanaan bidang infrastruktur baik berupa master plan,
DED, maupun perencanaan teknis T-1 sebagai persyaratan untuk pendanaan yang
bersumber dari pemerintah pusat atau provinsi pada tahun anggaran yang akan
datang.

9) ProgramPembangunan Infrastruktur Perdesaaan


Konsep pembangunan infrastruktur perdesaan pada dasarnya mempunyai
tujuan penyediaan infrastruktur dasar pendukung kehidupan di perdesaan untuk
mengurangi kesenjangan antar wilayah, dukungan terhadap kawasan terpencil
maupun kawasan yang mempunyai aksesibilitas rendah.Kebijakan ini didasari oleh
adanya kesenjangan kualitas infrastrukturnya antara kawasan perkotaan dan
perdesaan.
Sebagai satu kebijakan pembangunan yang bertujuan membantu
meningkatkan aksesibilitas masyarakat pedesaaan, program pembangunan aparatur
pedesaan harus mampu menjadi faktor pendorong pertumbuhan wilayah perdesaan
sekaligus mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan masyarakat
perdesaan. Dalam konteks ini, pendekatan pembangunan infrastruktur berbasis
wilayah pedesaan semakin penting untuk diperhatikan. Banyak fakta menunjukkan
bahwa pembangunan infrastruktur jalan berperan besar untuk membuka isolasi
wilayah, serta ketersediaan infrastruktur pengairan merupakan prasyarat kesuksesan
pembangunan pertanian dan sektor-sektor lainnya.

Kabupaten Wonosobo yang wilayah pedesaanya mencapai lebih dari 70%


mengalokasikan anggaran terbesar melalui program pembangunan infrastruktur
pedesaan ini. Jumlah anggaran yang dikucurkan pada tahun 2016mencapai
Rp96.839.701.000,00.Program ini dilaksanakan oleh kecamatan dan kelurahan yang
ada di Kabupaten Wonosobo sebagai bentuk pembangunan infrastruktur berbasis
wilayah.

163 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Disamping itu, untuk memperjelas kewenangan terkait dengan pembangunan
jalan/jembatan sekaligus untuk kebutuhan pendataan asset daerah, sudah diterbitkan
SK Bupati No 620/303/2014 tentang Penetapan Jalan Kabuapten di Wilayah
kabupaten Wonosobo. Sk tersebut digunakan sebagai acuan jaringan jalan yang
masuk kewenangan Pemerintah Kabupaten Wonosobo dan dapat dibiayai
pembangunanya dengan dana APBD. Untuk sementara panjang jalan yang masuk
kewenangan pemerintah kabupaten adalah sepanjang 779,891 km yang tersebar di
semua wilayah Kabupaten Wonosobo.

Program infrastruktur perdesaan juga dilaksanakan oleh Dinas Cipta Karya Tata
Ruang dan Kebersihan dengan alokasi anggaran sebesar Rp532.265.000,00. Program
ini dilaksanakan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat terhadap kebutuhan air
bersih. Kegiatan yang dilaksanakan berupa pembangunan sarana dan prasarana air
bersih tersebut berlokasi di tiga lokasi yaitu Desa Mlandi, Desa Slukatan, dan Desa
Besuki.

10) Program Perencanaan Tata Ruang


Program ini bertujuan untuk menjaga keserasian pembangunan antar sektor
dalam rangka penyusunan program-program pembangunan dalam jangka
panjangserta mewujudkan pemanfaatan ruang sesuai arahan/fungsi. Dalam jangka
pendek, program ini dimaksudkan untuk , yaitu untuk memberikan arah dalam
pemanfaatan ruang, juga merupakan arahan dalam investasi, dengan tetap
menjagakeseimbangan dan kelestarian lingkungan.

Secara garis besar, melalui program perencanaan tata ruang ini dilakukan
penyusunandokumen dan regulasi tata ruangrencana makro (Perda RTRW) dan
rencana mikro (rencana rest area dan penataan kota) sebagai acuan bagi
pengembangan dan pembangunan kawasan di Wonosobo agar lebih efektif dan
efisien sesuai dengan daya tampung dan daya dukung dari kawasan. Dalam program
Perencanaan Tata Ruang ini terdapat 6 item kegiatan yang kesemuanya dilaksanakan
oleh Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Kabupaten Wonosobo yaitu :
 Fasilitasi Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah(BKPRD)
 Ortorectifikasi Citra Satelit Dan Pemetaan Dasar Skala Detail.
 Penyusunan Review Materi Teknis dan Perda RTRW Kabupaten Wonosobo.
 Penyusunan Rencana Rest Area.
 Perencanaan Pengembangan Kota Kertek.
 Pelestarian dan Pengembangan Kota Pusaka.

Secara tugas pokok dan fungsi Organisasi Perangkat Daerah (OPD)di tingkat
kabupaten, terdapat 2 instansi pemerintah daerah (Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dan Dinas Ciptakarya, Tata Ruang dan Kebersihan) dan satu
instansi vertikal (Kantor ATR BPN) yang berwenang menangani urusan penataan
ruang di daerah.Sebagai langkah koordinatif maka sejak 2010 di Wonosobo dibentuk
lembaga adhock yaitu Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Kabupaten
Wonosobo. Keberadaan Badan ini ditujukan untuk menjembatani masing-masing
kewenangan yang dimiliki oleh 3 institusi tersebut sekaligus sebagai langkah untuk
mewujudkan sinergitas yang kokoh dari masing-masing stakeholder. Sesuai arahan
Peraturan Mentri Dalam negeri No 50 tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi
Penataan Ruang Daerah, BKPRD diketuai oleh Sekretaris Daerah dengan sekretariat
164 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
BKPRD berada di Bappeda. Untuk menjamin berfungsinya badan adhock tersebut
maka pada tahun 2016 dianggarkan fasilitasi untuk mendukung fungsi BKPRD.
Fasilitasi BKPRD diwujudkan dalam bentuk rapat/sidang tim pokja perencanaan tata
ruang dan pokja pengendalian pemanfaatan ruang. Selain untuk kebutuhan
rapat/sidang fasilitasi juga diberikan untuk membiayai cek lapangan atas dugaan
pelanggaran tata ruang maupun koordinasi ke BKPRD Provinsi Jawa Tengah dan juga
pemerintah pusat. Besarnya anggaran yang dialokasikan adalah sejumlah Rp.
54.000.000,- guna membiayai operasional BKPRD selama satu tahun penuh.

Penyusunan Review Materi Teknis dan Perda RTRW Kabupaten Wonosobo


adalah memfasilitasi Dokumen Akademik tentang Review Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Wonosobo 2011-2031 setelah diberlakukan selama 5 tahun.
Kegiatan ini berupa penyusunan perbaikan substansi materi yang sudah ada
berdasarkan implementasi penyelenggaraan penataan ruang sejak 2011. Kegiatan
Review Materi Teknis dan Perda RTRW Kabupaten Wonosobo menjadi sangat
penting karena merupakan salah satu tahapan perbaikan aturan tata ruang sebelum
dilanjutkan dengan tahapan revisi. Tahapan review meliputi penilaian sampai sejauh
mana keberhasilan implementasi perda RTRW Kabupaten Wonosobo selama 5 tahun
dan apakah diperlukan perubahan pada materi teknis aturan tersebut. Dari alokasi
sebesar Rp. 300.000.000,- sebagian besar diperuntukan untuk kegiatan belanja
barang dan jasa konsultansi review materi teknisnya dengan melibatkan pihak
penyedia jasa konsultansi yang kompeten. Dari hasil review yang sudah dilakukan,
secara prinsip memang diperlukan adanya revisi dan perbaikan terhadap perda No. 2
tahun 2011 tersebut. Revisi dan perbaikan perlu untuk dilakukan pada beberapa aspek
teknis penataan ruang, aspek teknis pada beberapa aturan zonasi dan penyesuaian
pada lampiran petanya.
Selanjutnya, untuk mendukung kegiatan Review Materi Teknis dan Perda RTRW
Kabupaten Wonosobo juga dianggarakan dari APBD Kabupaten Wonosobo 2016
sejumlah Rp. 150.000.000,- untuk kegiatan Ortorectifikasi Citra Satelit Dan Dan
Pemetaan Dasar Skala Detail.

Ortorektifikasi citra satelit merupakan proses memposisikan kembali citra


sesuai lokasi sebenarnya, dikarenakan pada saat pengambilan data terjadi pergeseran
(displacement) yang diakibatkan posisi miring pada satelit dan variasi topografi.
Faktor posisi satelit memang suatu kondisi yang tidak bisa dihindari, akan tetapi
untuk citra satelit wilayah Wonosobo kondisi pergeseran tersebut semakin
diperparah dengan kondisi topografi yang relatif ekstrem.

Kegiatan Ortorectifikasi Citra Satelit dan Pemetaan Dasar Skala Detail perlu
dilakukan sejalan dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional yang menyebutkan bahwa seluruh kegiatan
pembangunan harus direncanakan berdasarkan data spasial yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Terlebih lagi, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi


Geospasial (UU IG) khususnya pada pasal 7 yang menyebutkan bahwa peta rupabumi
Indonesia yang merupakan salah satu komponen informasi geospasial dasar yang
diselenggarakan secara bertahap dan sistematis untuk seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan wilayah yuridiksinya harus didasari dengan
165 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
informasi geospasial yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk kebutuhan
Ortorektifikasi citra satelit seluruh wilayah Wonosobo telah dilibatkan pihak penyedia
jasa untuk memproses citra satelit resolusi tinggi yang didapatkan dari Badan
Informasi Geospasial (BIG). Citra resolusi tinggi yang telah terkoreksi tersebut
nantinya akan menjadi salah satu bahan penyempurnaan lampiran peta ruang dalam
Revisi RTRW Kabupaten Wonosobo sekaligus sebagai acuan bagi penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).

Kegiatan Penyusunan Rencana Rest Area dan Perencanaan Pengembangan


Kota Kertek masing-masing senilai Rp. 100.000.000,- dan Rp. 50.000.000,- adalah 2
kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi persoalan di wilayah perkotaan Kertek yang
perlu untuk segera diatasi. Kegiatan tersebut adalah sebagian dari kegiatan penataan
Kota Kertek guna dipersiapkan sebagai salah satu pusat pengembangan kawasan di
Kabupaten Wonosobo. Sebagai kota terbesar ke dua setelah Kota Wonosobo, Kota
Kertek mempunyai karakteristik dan permasalahan tersendiri. Masalah aspek
keamanan transportasi jalan dan kemacetan menjadi permasalahan yang krusial
disamping kondisi kota kertek yang makin lama semakin tidak tertata.

Kegiatan Penyusunan Rencana Rest Area dilakukan sebagai salah satu langkah
antisipasi untuk mengurangi potensi kecelakan di pusat Kota Kertek. Keberadaan rest
area kendaraan diharapkan akan dapat mengurangi resiko kecelakaan yang
diakibatkan oleh kondisi rem kendaraan yang terlalu panas karena geometrik jalan
yang curam maupun kecelakaan yang disebabkan oleh faktor manusia.

Kegiatan Perencanaan Pengembangan Kota Kertek sebagian besar


dimaksudkan untuk melakukan Focus Group Dicussion berbagai kelompok
masyarakat di perkotaan Kertek guna mendengarkan keinginan dan kebutuhan
masyarakat sekaligus mendapatkan masukan untuk upaya penataan dan
pengembangan Kota Kertek.

Dibutuhkan kerja keras dan yang lebih baik lagi untuk memenuhi target (yang
diamanatkan oleh RPJMD) serta meningkatkan kinerja pembangunan daerah dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat akan keberadaan infrastruktur yang lebih merata
dan berkeadilan.

Kemampuan daerah dalam menyediakan informasi mengenai rencana tata


ruang (RTR) wilayah kabupaten beserta rencana rincinya melalui peta analog dan
peta digital selama kurun waktu 2016 telah terjadi peningkatan sebesar 5,21 %.
Peningkatan kinerja ini dipicu oleh perbaikan pada penyediaan informasi, kajian dan
rekomendasi untuk arahan pemanfaatan ruang yang dikeluarkan oleh masing-masing
OPD terkait dan juga oleh BKPRD. Sesuai dengan arahan Peraturan Bupati No. 2
Tahun 2015 tentang Ijin Pemanfaatan Ruang maka semua kegiatan yang dilakukan
oleh masyarakat harus dilandasi oleh informasi atau rekomendasi tata ruang yang
dikeluarkan secara resmi oleh BKPRD. Meskipun masih banyak di dapati pemanfaatan
ruang yang tidak memperhatikan arahan tata ruangnya akan tetapi dari tahun ke
tahun terdapat peningkatan jumlah pemohon informasi atau rekomendasi tata ruang.

Dalam kaitannya dengan indikator Persentase RDTR yang dilegalisasi, masih


belum ada peningkatan yang signifikan dari tahun 2015 yaitu masih 0 %. Dari
166 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
keseluruhan RDTR yang diamanatkan oleh Perda RTRW Kabupaten Wonosobo, baru
tersusun 13naskah studi RDTR kecamatan, itupun masih belum memenuhi
persyaratan teknis yang dibutuhkan. Secara umum, penyusunan RDTR di Jawa
Tengah memang masih menemui kendala. Dari Keseluruhan 35 Kabuapten/kota
hingga 2016 belum ada satupun yang berhasil menetapkan perda RDTR.

Pemasalahan dalam penyediaan dan penanganan infrastruktur merupakan


tantangan bagi pemerintah dalam melayani kebutuhan masyarakat terhadap
infrastruktur yang harus disediakan oleh pemerintah. dimana.Di sisi lain, infrastruktur
merupakan prasarana dasar untuk perkembangan perekonomian maupun
pemerataan perkembanan wilayah.Beberapa permasalahan yang terkait dengan
penyediaan infrastruktur anatar lain:
− Kondisi geografis yang berupa pegunungan banyak jalan yang menyusuri lereng,
beberapa wilayah memiliki struktur tanah yang labil.
− Tingginya curah hujan dan beban muatan kendaraan besar angkutan barang yang
melebihi kemampuan beban jalan menyebabkan umur teknis jalan maupun
bangunan daerah irigasi lebih cepat rusak dari semestinya
− Pesatnya laju pertambahankendaraan yang tidak sebanding dengan laju
pertambahan luas maupun ruas jalan.
− Penyebaran alokasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur yang masih
belum merata pada semua wilayah menyebabkan ketimpangan perkembangan
antar wilayah.
− Alokasi anggaran yang belum sesuai dengan kebutuhan ruas jalan yang
menyebabkan perbaikan infrastruktur jalan belum bisa tuntas untuk satu ruas
jalan.
− Meningkatnya kebutuhan permukiman yang masih sulit untuk dikendalikan
mengakibatkan ancaman eksistensi daerah irigasi yang dihadapkan dengan laju
alih fungsi lahan pertanian.

Dalam menghadapi tantangan yang ada, maka yang diperlukan adalah


pematangan sistem perencanaan pembangunan kabupaten yang lebih terintegrasi
dengan pelaksanaan urusan lainnya. Sistem perencanaan tersebut akan menghasilkan
strategi yang optimal dalam upaya pemenuhan kebutuhan infrastruktur. Dengan
demikian, hal yang terpenting adalah bagaimana mengimbangi antara kebutuhan
yang harus dipenuhi dengan tuntutan kemajuan dan perkembangan wilayah.
Beberapa hal yang bisa diupayakan untuk menjawab tanangan kebutuhan
infrastruktur kedepan adalah :
− Penyusunan perencanaan konstruksi infrastruktur sesuai dengan kondisi
geografis lokasi pembangunan.
− Mengupayakan pembangunan jalan yang dibarengi dengan kelengkapan
pendukungnya seperti drainase sehingga ruang aliran air tidak menggerus badan
jalan.
− Mengupayakan pembukaan ruas jalan baru yang diaharapkan akan mengurangi
dapat mengurangi kepadatan jalan dan memperancar arus pergerakan maupun
distribusi barang, serta membuka daerah pertumbuhan baru.
− Mendorong alokasi anggaran dengan memperhatikan faktor kewilayahan
sehingga pembangunan tidak hanya terkonsentrasi pada wilayah tertentu, akan
tetapi tersebar ke semua wilayah yang akan menciptakan pemerataan.

167 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
− Mendorong penetapan pagu kegiatan infrastruktur dengan pendekatan tuntas
ruas sehingga akan emberikan manfaat ruas jalan yang lebih besar bagi
masyarakat.
− Permasalahan infrastruktur terkait perkembangan kewilayahan dapat
diminimalisair melalui pengendalian pemanfaatan ruang dengan kebijakan yang
lebih terarah termasuk pelaksanaan insentif dan disinsentif.

Permasalahan dalam urusan penataan ruang di Kabupaten Wonosobo:


1) Aspek Regulasi, Kelembagaan, Pendanaan
- Masih belum adanya kejelasan teknis khususnya aspek perpetaan sebagai data
dasar awal penyusunan RDTR di tataran Pemerintah Pusat. Semua verifikasi
pengolahan data spasial harus melalui BIG, sementara kemampuan dan
kapasitas kelembagaan BIG masih belum mampu untuk melayani semua
wilayah di Indonesia.
- Proses menuju legalisasi raperda RDTR masih panjang karena dinamika
perubahan tataran kebijakan penataan ruang di tingkat pusat dan provinsi
- Belum ada produk hukum skala rinci/detail (RDTR) yang dapat dijadikan
operasional dan pertimbangan perijinan lebih tepat
- Belum lengkapnya Syarat minimal raperda RDTR untuk dapat diajukan di
BKPRD Provinsi
- Belum optimalnya kelembagaan BKPRD sebagai lembaga adhoc dalam
koordinasi penataan ruang
- Rencana tata ruang belum sepenuhnya efektif menjadi acuan dalam
pemanfaatan ruang
- Masih lemahnya pengendalian dan penegakan hukum terhadap pemanfaatan
ruang karena belum didukung oleh penyidik pegawai negeri sipil (PPNS)
Penataan Ruang di Wonosobo
2) Aspek Teknis
- Sulitnya penerapan delineasi aspek pola ruang ideal karena Penyusunan
rencana tata ruang kebanyakan dilakukan pada kawasan yang sudah terlanjur
terbangun secara organik.
- Belum sesuainya materi naskah studi akademik RDTR yang telah disusun
dengan pedoman RDTR terbaru (dari 12 naskah studi akademik yang disusun
sejak tahun 2008, sebagian besar harus direvisi agar sesuai dengan ketentuan
terknis tata ruang terbaru.
- Belum optimalnya kualitas hasil rencana tata ruang, kompetensi dan kapasitas
penyusun dokumen tata ruang yang belum memadai terutama dalam aspek
spasial/keruangan
- Belum tersedianya sebaran data spasial yang pasti terkait lahan pertanian
(lahan basah dan kering) yang akan ditetapkan menjadi Lahan pertanian
pangan berkelanjuta (LP2B), meskipun secara angka sudah ditetapkan.

3) Aspek Sosial Budaya, Pembangunan, Lingkungan


- Belum optimalnya partisipasi masyarakat dalam penataan ruang (masih
terbatas pada partisipasi saat penyusunan perencanaan tata ruang, belum
meningkat pada tahap pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang).
- Kesadaran masyarakat masih rendah dalam upaya pelaksanaan pembangunan

168 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
ruang sesuai arahan tata ruang (hal ini ditandai dengan permohonan informasi
tata ruang yang meningkat karena syarat mengikat atas hal-hal yang memang
dibutuhkan masyarakat seperti proses perijinan IMB untuk syarat pinjaman di
bank, proses sertifikasi lahan yang akan digunakan sebagai covernote di bank,
jadi bukan atas kesadaran dan kemauan masyarakat sendiri untuk mengetahui
rencana peruntukan lahan miliknya).
- Belum dipahaminya secara benar terkait bahwa hak kepemilikan lahan pribadi
yang diakui pemerintah, namun penggunaannya dibatasi mengikuti ketentuan
ataupun arahan penataan ruang).
- Pengembangan suatu kawasan acapkali tidak sejalan dengan rencana tata
ruang yang telah disusun (rencana tata ruang akan tetap menjadi dokumen
sedangkan pelaksanaan pembangunan tetap berjalan berdasarkan permintaan
pasar).
- Munculnya konflik sektoral dalam memanfaatkan ruang seperti: kehutanan,
pertambangan, perindustrian, pertanian, lingkungan hidup, pariwisata dan
sebagainya.
- Penurunan luas dan fungsi kawasan resapan air menjadi kawasan terbangun

Rumusan solusi yang dapat dilakukan, antara lain:


1) Peningkatan koordinasi penyelenggaraan penataan ruang antarsektor, antar
wilayah dan antar pemangku kepentingan.
2) Optimalisasi BKPRD Kabupaten dalam penyelenggaraan penataan ruang
daerah
3) Peningkatan kapasitas SDM daerah dibidang penataan ruang melalui diklat dan
bimtek penataan ruang tingkat daerah maupun pusat
4) Mengalokasikan anggaran untuk pengadaan, pengolahan dan pengelolaan peta
dasar yang berkualitas dan citra satelit resolusi tinggi. Pada proses ini
terintegrasi dari pengadaan citra satelit, koreksi geometrik, radiometrik, survei
GCP, digitasi peta dasar.
5) Revisi ulang peta dasar dan naskah studi 13 RDTR kecamatan yang telah disusun
6) Analisis spasial sebagai bahan penetapan LP2B/sawah lestari.
7) Penyusunan Aturan Teknis Persiapan Mekanisme Pemberian Insentif dan
Disinsentif Tata Ruang
8) Pengendalian pemanfaatan ruang untuk mewujudkan tertib tata ruang dan
memastikan bahwa proses pemanfaatan ruang telah sesuai dengan rencana
tata ruang.
9) Intensifikasi sosialisasi penataan ruang sampai pada skala lingkungan RT
10) Penyediaan informasi tata ruang berbasis teknologi informasi dan komunikasi
dan SIG
11) Peningkatan level skala partisipasi masyarakat dalam penataan ruang.
12) Mendorong terbentuknya Forum Tata Ruang sebagai wujud konsultasi publik.

169 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.55
Matriks Permasalahan dan Solusi
pada Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
No Permasalahan Solusi
1. Masih rendahnya tingkat kesadaran Dilakukan sosialisasi masalah PHBS dan Kesehatan
masyarakat akan sanitasi Lingkungan kepada masyarakat secara berjenjang
dengan integrasi berbagai sektor. Penanganan
masalah sanitasi dilakukanmelalui program Sanitasi
Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) dan menjadi
tumpuan peningkatan capaian kinerja khususnya
yang terkait dengan sanitasi. Diperlukan percepatan
dan penyebarluasan program ini melalui dukungan
sumber daya, baik berupa pendanaan maupun peran
aktif berbagai stakeholder untuk bersama pemerintah
melaksanakan program tersebut
2. Terbatasnya dana pembangunan Dengan terbatasnya alokasi dana untuk
sanitasi pembangunan sanitasi, maka perlu dilakukan
pentahapan prioritas penanganan. Tahap awal
pengentasan masalah sanitasi diprioritaskan
diwilayah perkotaan yang mempunyai kepadataan
tinggi. Pengembangan sanitasi lingkungan berskala
komunitas sangat tepat dilakukan diwilayah
perkotaan dan diintegrasikan dengan program lain.
3. Terbatasnya lahan yang tersedia untuk Salah satu strategi dalam penanganan sanitasi terkait
lokasi IPAL Komunal dengan keterbatasan anggaran adalah dengan
pembangunan IPAL komunal, namun karena
minimnya lahan yang tersedia di permukiman
khususnya perkotaan maka upaya yang dilakukan
adalah dengan memanfaatkan lahan-lahan kosong
milik umum/individu maupun jalan lingkungan yang
telah disepakati bersama.
4. Tingginya angka rumah tidak layak huni Penanganan masalah rumah tidak layak huni, telah
(RTLH) dilakukan beberapa upaya diantaranya integrasi
berbagai program termasuk melibatkan CSR dan dana
non APBN/APBD. Diharapkan kedepannya
keterlibatan berbagai pihak tersebut dapat
ditingkatkan lagi.
5. Rendahnya kepemilikan rumah Penanganan langsung pada sasaran melalui upaya
peningkatan akses kredit kepemilikan rumah, dimana
pemerintah berperan sebagai fasilitator dan
penjamin pelaksanaan program ini. Kerjasama dengan
perbankan merupakan salah satu alternatif yang
dapat ditempuh.

f. UrusanTenaga Kerja
1) Program Perlindungan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan
Program perlindungan pengembangan lembaga ketenagakerjaan dilakukan dalam
dua bentuk kegiatan yaitu sosialisasi serta pengawasan dan perlindungan. Rincian
kegiatan pada program ini adalah sebagai berikut:

170 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
− Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi yang dilakukan meliputi sosialisasi prosedur
penyelesaian PHI (Perselisihan Hubungan Industrial), sosialisasi berbagai
peraturan pelaksanaan tentang ketenagakerjaan, dan BPJS Ketenagakerjaan dan
penyelesaian klaim. Dalam kegiatan Pembinaan Fasilitasi Prosedur Penyelesaian
Hubungan Industrial (PHI), selain dilakukan sosialisasi, juga dilaksanakan
penanganan kasus perdata PHI/PHK.

Sosialisasi berbagai peraturan pelaksanaan ketenagakerjaan dilaksanakan


karena beberapa alasan, yaitu 1). belum adanya persamaan persepsi tentang
pentingnya pembentukan sarana hubungan industrial di perusahan, 2). supaya
terbentuk sarana HI di perusahaan 3). agar lebih dipahaminya sistempengupahan
di perusahaan, sistem outsourching,fungsi kelembagaan K3 diperusahaan 4).
mendorong terbentuknya lembaga K3 diperusahaan.

Sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan dan penyelesaian klaim dimaksudkan


agar tenaga kerja memahami tentang BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan
serta tidak mengalami kesulitan ketika mengajukan klaim BPJS Ketenagakerjaan,
Selain itu juga dilakukan fasilitasi dan pendampingan kepada tenaga kerja yang
mengalami kesulitan dalam proses klaim JHT (Jaminan Hari Tua) Ketenagakerjaan.

− Pengawasan dan Perlindungan


Kegiatan pengawasan dan perlindungan meliputi beberapa kegiatan, yaitu
kegiatan peningkatan pengawasan dan perlindungan serta penegakan hukum
terhadap K3, pemeriksaan dan pengujian alat obyek K3, peningkatan Lembaga
Ketenagakerjaan LKS Bipartit, Tripartit dan Serikat Pekerja, serta peningkatan
Kegiatan Dewan Pengupahan Kabupaten.

Peningkatan pengawasan dan perlindungan serta penegakan hukum


terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K-3) bertujuan untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya,
melalui upaya-upaya pengendalian semua bentuk pelanggaran bahaya yang ada di
lingkungan tempat kerja.Selain itu, melalui kegiatan ini diharapkan juga
dipahaminya pentingnya penggunaan alat pelindung diri dan tata cara
penggunaan APD yang benar. Kegiatan dilaksanakan melalui pembinaan dan
pemeriksaan norma kerja dan pelaksanaan K3 di perusahaan-perusahaan yang ada
di kabupaten Wonosobo. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan dan pengujian alat
obyek K3 dengan melakukan pemeriksaan pada perusahaan-perusahaan di
kabupaten Wonosobo yang diperkirakan menggunakan peralatan obyek K3.
Tujuannnya adalah untuk mengidentifikasi berbagai peralatan yang dipergunakan
di perusahaan dan juga untuk mengidentifikasi peralataan yang belum memiliki
kelengkapan perijinan.

Peningkatan Lembaga Ketenagakerjaan LKS Bipartit, Tripartit dan Serikat


Pekerja merupakan kegiatan untuk memfasilitasi permusyawaratan dan konsultasi
antara pekerja/buruh, pengusaha dan pemerintah dalam rangka meminimalkan
perselisihan hubungan industrial melalui penciptaan hubungan yang harmonis
antara ketiganya. Upaya ini akan berimplikasi terhadap iklim investasi Kabupaten
Wonosobo yang membaik dan dilakukan melalui beberapa kegiatan, yaitu :
171 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
sosialisasi yang diikuti unsur pekerja dan pengusaha,sidang pleno LKS Tripartit dan
sidang Badan Pekerja LKS Tripartit, pembinaan serikat pekerja, serta porseni
tripartit.

Peningkatan Kegiatan Dewan Pengupahan bertujuan untuk memberikan


perlindungan bagi tenaga kerja melalui usulan penetapan standar Upah Minimum
Kabupaten (UMK) berdasarkan hasil survey Kebutuhan Hidup Layak (KHL) setiap
tahun.Tujuan dari kegiatan ini adalah teridentifikasinya KHL Kabupaten setiap
tahun, tercapainya keputusan UMK setiap tahunnya, teridentifikasinya
pelaksanaan UMK tahun sebelumnya, serta agar UMK yang baru diketahui seluruh
perusahaan. Penetapan UMK biasanya dilakukan melalui survey KHL untuk
menentukan nilai KHL Kabupaten Wonosobo, kemudian hasilnya dirapatkandan di
ajukan kepada Dewan Pengupahan untuk menentukan nilai UMK. Selanjutnya
diajukan usulan penetapan UMK melalui sidang Depekab yang direkomendasikan
oleh Bupati Wonosobo ke Gubernur untuk di setujui. Kegiatan Survey KHL
dilaksanakan di beberapa pasar seperti Pasar Wonosobo, Pasar Kertek, dan Pasar
Garung, dengan obyek yang disurvey berupa sandang, pangan, papan untuk
pekerja lajang sesuai dengan ketentuan Dewan Pengupahan Nasional. Tim survey
KHL terdiri dari unsur Apindo, unsur Serikat Pekerja, unsur Pakar dan perwakilan
dari BPS serta dari Disnakertrans.

Pada tahun 2016 ini terdapat perbedaan indikator kineja berdasar RPJMD
dibanding degan tahun sebelumnya. Mengacu pada RPJMD 2016-2021 setidaknya
terdapat 3 program yang masuk dalam urusan ketenagakerjaan yaitu Program
Pengembangan Hubunan Industrial dan Peningkatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
Progra Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja, dan Program
Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif. Ketiga program
tersebut diarahkan pada upaya pencapaian indikator RPJMD di atas.
Indikator capaian Program Pengembangan Hubunan Industrial dan
Peningkatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja antara lain adalah Persentase Kenaikan
Kepersertaan Pekerja Dalam Jaminan Kesehatan, Persentase Sengketa Pengusaha
Pekerja Per Tahun Yang Diselesaikan, Persentase Perusahaan Yang Menerapkan
Syarat Kerja Non Diskriminatif, dan Angka Sengketa Pengusaha - Pekerja Per
Tahun Yang Diselesaikan.

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada indikator Persentase Kenaikan


Kepersertaan Pekerja Dalam Jaminan Kesehatan terjadi penurunan persentase
kepesertaan pekerja pada jaminan kesehatan/sosial sebesar 10,08% dimana pada
tahun 2015 terdapat 66,93% pekerja yang telah menjadi peserta aktif BPJS
Ketenagakerjaan, namun pada tahun 2016 hanya terdapat 56,85% pekerja yang
tercatat sebagai peserta aktif BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini terjadi karena
banyaknya pekerja yang mengundurkan diri dari kepesertaan BPJS
Ketenagakerjaan karena menyatakan mundur dari karyawan perusahaan. Hal
tentunya menjadi catatan bagi Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian untuk
mengefektifkan program perlindungan tenaga kerja melalui BPJS
Ketenagakerjaan dengan terus mendorong keterlibatan aktif perusahaan untuk
memenuhi hak pekerja termasuk dalam keikutsertaan pekerja sebagai peserta
aktif BPJS Ketenagakerjaan.

172 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Sementara itu, melalui pemberlakuan Undang-Undang Ketenagakerjaan
Nomor 13 Tahun 2003 yang dapat dipatuhi oleh pekerja dan pengusaha, akan
menciptakan kondisi iklim kerja yang kondusif dan perhatian terhadap kesehatan
dan keselamatan kerja sebagai hak dasar pekerja akan lebih terjamin.
Implementasi program ini dalam beberapa kegiatan yaitu penyelesaian
perselisihan hubungan industrial, pemutusan hubungan kerja, peningkatan
pengawasan, perlindungan dan penegakan hukum tehadap keselamatan dan
kesehatan kerja, peningkatan kegiatan dewan pengupahan kabupaten,
penyelesaian kasus TKI bermasalah, penyelesaian klaim JHT Jamsostek,
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja, dan peningkatan lembaga ketenagakerjaan
LKS bipartit, tripartit, dan serikat pekerja sehingga diharapkan adanya hubungan
harmonis antara pemerintah, perusahaan dan serikat pekerja yang akan
mendukung terciptanya iklim usaha kondusif, pada akhirnya mampu menarik
investor masuk ke Wonosobo.

2) Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja


Program ini bertujuan untuk menyediakan fasilitas sarana prasarana yang layak
dan baik untuk meningkatkan kualitas pelayanan pelatihan keterampilan, keahlian,
kompetensi , produktivitas tenaga kerja, kewirausahaan,meningkatkan kemampuan
dan kompetensi angkatan kerja melalui berbagai kegiatan pelatihan ketrampilan serta
pengembangan kewirausahaan, sehingga diharapkan mampu meningkatkan
produktivitas tenaga kerja.dan menumbuhkan wirausaha baru .
Rincian kegiatan dalam program peningkatan kualitas dan produktifitas tenaga
kerja pada tahun 2016 adalah sebagai berikut :
a) Kegiatan Revitalisasi BLK
Kegiatan revitalisasi BLK diarahkan pada upaya menyediakan sarana
pelatihan yang memadai baik berupa gedung dan ruang pelatihan yang
representatif maupun penyediaan peralatan pelatihan yang layak , disamping
upaya perbaikan tata kelola Balai Latihan Kerja.
Dengan tersedianya perangkat yang dapat mendukung kelancaran proses
pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung ,Tenaga Pengajar
(Trainer) yang mempunyai kompetensi handal di bidang yang dilatihkan. Dan juga
memiliki kemampuan melatih agar peserta pelatihan dapat dengan mudah untuk
mengadop materi yang dilatihkan , sehingga akan memberikan kenyamanan ,
kepercayaan dan kepuasan para pemangku kepentingan sehingga diharapkan
menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pelatihan , Hasil lain yang
diharapkan dari kegiatan revitalisasi gedung Balai Latihan Kerja ini adalah
terakreditasinya Balai Latihan Kerja Kabupaten Wonosobo sebagai tempat
pendidikan dan pelatihan dengan sertifikat standar internasional.
Rincian kegiatan revitalisasi Balai Latihan Kerja tahun 2016 :
− Rehabilitasi gedung pelatihan, dimana melakukan perubahan fungsi gedung
dari semula gedung garasi dan gudang diubah menjadi gedung pelatihan
teknologi informasi dan pelatihan administrasi perkantoran, mengingat untuk
kejuruan teknologi informasi dan administrasi perkoantoran belum memiliki
gedung pelatihan yang representatif ;
− Pengadaan peralatan pelatihan pada kejuruan otomotif dan menjahit. Dua
kejuruan ini diprioritaskan mengingat tingginya minat masyarakat untuk
mengikuti pelatihan pada kejuruan menjahit dan otomotif. Tingginya minat
tersebut belum didukung oleh ketersediaan peralatan yang memadai. Kondisi
173 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
peralatan pelatihan yang sudah out of date dan jumlah yang tidak mencukupi,
menjadi salah satu kendala dalam memenuhi kebutuhan pelatihan dan
mencapai tujuan pelatihan. Pengadaan peralatan menjahit dan pelatihan
otomotif ini diharapkan bisa membantu memecahkan salah satu
permasalahan pelatihan ; serta
− Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana BLK, dalam bentuk
perawatan rutin bangunan gedung BLK, belanja pemeliharaan alat listrik,
kebersihan, serta perawatan kendaraan bermotor.

b) Pelatihan Kerja Non-Institusional (DBHCHT)


Pelatihan Kerja Non-Institusional adalah adalah proses pembelajaran yang
lebih menekankan praktek dari pada teori yang dilakukan seserorang atau
kelompok dengan menggunakan pendekatan pelatihan orang dewasa dan
bertujuan meningkatkan kemampuan dalam satu atau beberapa jenis
keterampilan tertentu (LAN 2001)
Berdasarkan pengertian tersebut bahwa pelatihan didasarkan adanya
kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan peserta terhadap jenis kompetensi
tertentu. Pelatihan harus dapat menjawab kebutuhan peserta sehingga nantinya
akan bermanfaat.
Kegiatan pelatihan ketrampilan kerja yang dilaksanakan di masyarakat ini
pada dasarnya adalah kegiatan pelatihan berbasis kompetensi, yaitu pelatihan
yang diarahkan pada pencapaian komptensi tertentu bagi peserta pelatihan,
berdasarkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Kegiatan ini
dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga kerja yang terlatih dan siap pakai serta
memungkinkan untuk menjadi wirausaha atau membuka usaha sendiri, maupun
bekerja pada dunia industri atau dunia usaha yang ada di Kabupaten Wonosobo
maupun daerah lainnya.
Alokasi AnggaranPelatihan Kerja Non-Institusional Pada Tahun 2016, Rp.
200.000.000,- dengan 8 (delapan) paket pelatihan , adapun lokasi pelatihan
adalah sebagai berikut :
− Pelatihan Prosesing Hasil Pertanian di 3 lokasi, yaitu di Kelurahan Mudal
Kecamatan Mojotengah, Desa Sitiharjo Kecamatan Garung, dan Desa
Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo. Kegiatan ini masing-masing diikuti oleh 16
orang peserta;
− Pelatihan Ketrampilaan Salon Kecantikan, dilaksanakan di 2 lokasi, yaitu di
Kelurahan Wadaslintang Kec. Wadaslintang dan Kelurahan Garung kec.
Garung yang masing-masing diikuti oleh 16 orang peserta;
− Pelatihan Perbengkelan Sepeda Motor (DBHCHT) di Desa Tanjunganom Kec.
Kepil, yang diikuti oleh 16 orang peserta ;
− Pelatihan Desain Grafis (DBHCHT) berlokasi di Desa Dieng Wetan Kecamatan
Kejajar, yang diikuti oleh 16 orang peserta ; dan
− Pelatihan menjahit di Desa Selokromo Kecamatan Leksono, yang diikuti oleh
16 orang peserta.

c) Peningkatan Ketrampilan Bagi Pencari Kerja (Pelatihan Institusional) (DBHCHT)


Bentuk kegiatan berupa pelatihan ketrampilan kerja yang dilaksaakan di BLK
(pelatihan institusional). Kegiatan pelatihan ketrampilan yang dilaksanakan baik di
BLK ini pada dasarnya adalah kegiatan pelatihan berbasis kompetensi, yaitu

174 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
pelatihan yang diarahkan pada pencapaian komptensi tertentu bagi peserta
pelatihan, berdasarkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia).
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga kerja yang terlatih dan siap
pakai serta memungkinkan untuk menjadi wirausaha atau membuka usaha sendiri,
maupun bekerja pada dunia industri atau dunia usaha yang ada di Kabupaten
Wonosobo maupun daerah lainnya.
Pada Tahun 2016, dengan alokasi anggaran Rp. 200.000.000,- Kegiatan
Pelatihan Ketrampilan Bagi Pencari Kerja /Pelatihan Institusional (DBHCHT)
sebanyak 8 (delapan) paket pelatihan, berupa pelatihan Tata rias, Menjahit,
Mekanik Sepeda Motor, Meubelair, Komputer, Mekanik Mobil Bensin, Administrasi
Perkantoran, Prosesing Hasil pertanian, AutoCAD, Instalasi Tenaga, Teknisi HP.
Semua kegiatan tersebut dilaksnakan di BLK yang masing-masing paket kejuruan
diikuti oleh 16 orang peserta. Dengan demikian selama pelaksanaan kegiatan,
kegiatan ini diikuti oleh 128 orang peserta pelatihan.

d) Skill Competition
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memacu masyarakat pencari kerja dan
pelajar khususnya di sekolah kejuruan meningkatkan skill / ketrampilan pada
beberapa kejuruan. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk kompetisi ketrampilan
bagi masyarakat umum dan pelajar sekolah kejuruan, untuk ketrampilan pada
kejuruan teknologi informasi, akuntansi, otomotof sepeda motor, dan tata
busana. Kompetisi ini dibagi dalam dua kategori, yaitu masyarakat umum dan
pelajar.
Tabel III.56
Capaian Kinerja Urusan KetenagakerjaanTahun 2016
Berdasarkan Indikator RPJMD 2016-2021
No Capaian Kinerja Capaian Target Capaian %Capaian
Kinerja 2016 Kinerja kinerja
2015 2016 terhadap
target
1 Persentase kenaikan kepersertaan
0.4% 30% 33,60
pekerja dalam jaminan kesehatan 10,08%
2 Persentase sengketa pengusaha
100% 100% 100% 100,00
pekerja per tahun yang diselesaikan
3 Persentase perusahaan yang
menerapkan syarat kerja non NA 70% 75 % 107,14
diskriminatif
4 Angka sengketa pengusaha -
4 4 2 50,00
pekerja per tahun yang diselesaikan
5 Persentase angkatan kerja yang
mendapatkan pelatihan berbasis 47% 47% 43,19% 91,89
kompetensi
6 Persentase angkatan kerja yang
mendapat pelatihan berbasis 60,7% 60,7% 44,4% 73,15
masyarakat
7 Persentase peserta pelatihan yang
NA NA 0
mendapatkan sertifikat kompetensi
8 Persentase warga miskin yang
mendapatkan pelatihan
0 0 12 %
ketrampilan

175 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
No Capaian Kinerja Capaian Target Capaian %Capaian
Kinerja 2016 Kinerja kinerja
2015 2016 terhadap
target
9 Persentase instruktur bersertifikat
NA NA 18,73 %
kompetensi
10 Persentase Lembaga kursus dan
NA NA 0
Pelatihan bersertifikat Nasional
Sumber: Kantor Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2016

g. Urusan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak


1) Program Penguatan Kelembagaan pengurusutamaan Gender dan Anak
Program ini dilaksanakan melalui berbagai kegiatan rapat koordinasi, rapat
evaluasi, sosialisasi, workshop, bintek dan pelatihan-pelatihan oleh Bagian PPPA Setda
dalam rangka mendorong danmembantu SKPD-SKPD di lingkungan Pemkab
Wonosobo untuk melaksanakan PPRG (Perencanaan dan Penganggaran Responsif
Gender). Rapat Koordinasi Pelaksanaan PUG di Kabupaten Wonosobo bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman dan komitmen bersama, serta meningkatkan koordinasi
dan sinergitas pelaksanaan program dan kegiatan padaurusan wajib pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak.

Kegiatan Implementasi Penyusunan Perencanaan Pembangunan yang Responsif


Gender (PPRG) pada SKPDdigunakan untuk mefasilitasi sub kegiatan Bimbingan Teknis
PPRG bagi PPEP OPD Kabupaten Wonosobo, Bimbingan Teknis bagi Tim Peneliti DPA
Kabupaten Wonosobo dan Refresh Peraturan Bupati Nomor 6 tahun 2014. Tujuan
utama dari kegiatan ini adalah agar terlaksananya perencanaan yang responsif gender,
sehingga mempercepat terwujudnya kesetaraan dan keadilan bagi kesejahteraan laki-
laki perempuan melalui manfaat yang adil dari penggunaan belanja pengeluaran
pembangunan.

Kegiatan Penguatan Kelembagaan Pengurustamaan Hak Anak dilaksanakan


melalui kegiatan Pertemuan Forum Anak Kreatif Wonosobo (Forkos), Fasilitasi
reorganisasi pengurus Forkos 2016-2018, pelatihan Capacity Building Forkos 2016-2018,
Sosialisasi Undang-Undang PKDRT dan Undang-undang Perlindungan Anak, serta
Pembentukan dan Pelatihan Forum anak Tingkat kecamatan. Tujuan dari setiap sub
kegiatan pada Kegiatan Penguatan Kelembagaan Pengurustamaan Hak Anak adalah
sebagai bentuk usaha mengkampanyekan hak-hak anak dan perlindungan anak.

Kegiatan Penguatan Kapasitas Pusat Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan


Berbasis Gender dan Anak memfasilitasi kegiatan sosialisasi layanan PPT berbasis
Gender dan Anak di Kabupaten Wonosobo yang diikuti oleh guru BK
SMP/MTs/SMA/MAN/SMK, mensosialisasi Undang-undang PKDRT dan Undang-undang
perlindungan anak, Pelatihan Basis Komunitas (Baskom), Sosialisasi Perda nomor 2
tahun 2012 tentang Perlindungan Sosial Perempuan dan Anak, serta Fasilitasi
penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) atau Renstra Pusat Pelayanan Terpadu
Berbasis Gender dan Anak di Kabupaten Wonosobo. Tujuan dari setiap kegiatan yang
dilaksanakan adalah sebagai upaya pencegahan, penanganan dan pendampingan
korban kekerasan terhadap perempuan dan anak, sehingga angka kekerasan terhadap
perempuan dan anak di kabupaten Wonosobo menurun.

176 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Kegiatan Peningkatan Kapasitas Kelompok Bina Keluarga TKI dilaksanakan
melalui sub kegiatan Rapat Koordinasi Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang
(TPPO), sub kegiatan ini bertujuan untuk pencegahan kasus Perdagangan Orang
(human trafficking).Sub kegiatan lain yang difasilitasi oleh kegiatan ini adalah
Sosialisasi Program Bidang PP dan PA bagi Bina Keluarga TKI, dilaksanakan melalui
sosialisasi Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Nomor 20 Tahun 2010 tentang Panduan Umum Bina Keluarga TKI.Sub Kegiatan
Identifikasi dan Pembentukan kelompok Bina Keluarga TKI di 4 desa kantong TKI, yaitu
Kelurahan Tawangsari, desa Krasak Selomerto, desa Gunturmadu Mojotengah dan
Desa Dempel Kalibawang. Dilaksanakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi
kebutuhan eks TKI guna mencari solusi terkait kesejahteraan bagi keluarga sekaligus
mendorong pembentukan kelompok-kelompok BK TKI.Selain itu, kegiatan ini juga
memfasilitasi kegiatan Rakor Pokja Bina Keluarga TKI Tingkat Kabupaten Wonosobo
yang bertujuan untuk mengkoordinasi pelaksanaan /penyelenggaraan sosialisasi,
identifikasi dan pembentukan kelompok BK TKI serta pendataan buruh migran.

Kegiatan Perumusan Kebijakan Kualitas Hidup Perempuanmemfasilitasi sub


kegiatan Sosialisasi kanker servik dan payudara, sebagai usaha pencegahan dan
deteksi dini kanker servik dan payudara, dengan lokasi desa Model GISB di Desa
Pungangan Kecamatan Mojotengah, diikuti oleh 50 orang peserta.Selain itu,
terfasilitasi sub kegiatan Rapat penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pusat
Pelayanan Terpadu, sebagai acuan pelaporan kasus kekerasan yang tepat, cepat dan
mudah. Selain Itu dilaksanakan pula, pelatihan SPM bidang layanan korban kekerasan
yang bertujuan agar upaya penanganan kasus kekerasan bagi perempuan dan anak
dapat tepat sasaran dan terpadu. Kedua, kegiatan pelatihan ini juga diharapkan
mampu meningkatkan keterampilan bagi peserta pelatihan dalam menangani kasus
sesuai dengan 5 jenis layanan serta guna menyediakan SDM terlatih mulai dari layanan
pengaduan sampai dengan rehab sosial.Sub kegiatan lain yang terfasilitasi adalah
kegiatan pemeriksaan kesehatan gratis bekerjasama dengan DKK Kabupaten
Wonosobo bagi buruh gendong dan buruh pikul di Pasar Induk Wonosobo.

Kegiatan Optimalisasi Gerakan sayang ibu dan bayi dilaksanakan melalui rakor
Gerakan sayang ibu dan anak yang diikuti oleh Tim GSIB Kabupaten dan Tim KSIB
Kecamatan, yang bertujuan untuk melaksanakan koordinasi kegiatan program kerja
GSIB tahun 2016 dalam rangka penurunan angka kematian ibu dan bayi di kabupaten
Wonosobo.Rakor GSIB tingkat desa dan pembinaan SATGAS GSIB juga dilaksanakan
dalam upaya evaluasi program serta implementasi kegiatan GSIB di tingkat Kabupaten
, kecamatan dan Desa Model GSIB. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Pungangan
Mojotengah.Melalui kegiatan ini, terfasilitasi pula Kegiatan Penghargaan Pemenang
Gerakan sayang Ibu dan Bayi Tingkat Kabupaten Wonosobo dengan hasil, Pemenang
Terbaik I Kecamatan Mojotengah, Juara Pemenang Terbaik II Kecamatan Kalikajar dan
Pemenang terbaik III Kecamatan Garung.

Kegiatan Aplikasi Sistem Informasi Gender dan Anak SIGAdilaksanakan melalui


beberapa sub kegiatan yaitu rapat persiapan pelaksanaan Sistem Informasi Gender dan
Anak kabupaten Wonosobo, Rapat Ekspose Sistem Informasi Gender dan Anak serta
pengembangan aplikasi WEB SIGA. SIGA adalah managemen pendokumentasian data
gender dan anak yang berbasis aplikasi web yang dapat digunakan sebagai
perencanaan, pelaksanaan dan monev terkait dengan ketersediaan data pilah gender.
177 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Kegiatan Fasilitasi Upaya Perlindungan Perempuan dan Anak dari Tindak
kekerasandigunakan untuk mefasilitasi kegiatan pendampingan kasus kekerasan
terhadap perempuan dan anak. Pada tahun 2016, bekerjasama dengan UPIPA, telah
terdampingi 162 kasus kekerasan perempuan dan anak di kabupaten Wonosobo.
Pendampingan dilakukan dengan mendampingi korban melalui konseling,
pendampingan layanan medis, layanan hukum dan spiritual. Pendampingan juga
dilaksanakan dalam rangka penguatan bagi perempuan dan anak korban kekerasan.

Kegiatan Peningkatan Kapasitas KPPI dan Organisasi Wanita dalam


kepemimpinan dan pengambilan keputusan memfasilitasi kegiatan Pendidikan Politik
Masyarakat yang dikuti oleh 95 orang pengurus dan anggota KPPI, Organisasi Wanita
serta TP PKK Kabupaten wonosobo, serta pelatihan Kepemimpinan dan Pengambilan
Keputusan bagi anggota KPPI dan GOW yang diikuti oleh 65 orang anggota KPPI dan
Organisasi Wanita di Wonsobo. Kegiatan tersebut diselenggarakan dengan tujuan
meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan program dan kegiatan pada
urusan PP PA dengan PKK , KPPI dan GOW Kabupaten Wonosobo, meningkatkan
kapasitasOrganisasi Wanita Kabupaten Wonosobo dalam hal pendidikan politik
masyarakat/perempuan, mengemukakan pendapat dan pengambilan keputusan,
meningkatkan wawasan dan pengetahuan berbagai persoalan dan isu perempuan dan
anak di kabupaten Wonosobo, serta bertujuan untuk meningkatkan keterwakilan
perempuan di lembaga legislatif minimal 30%. Selain itu, terfasilitasi juga sub kegiatan
lain berupa rapat koordinasi Organisasi Wanita yang diselenggarakan di Gedung wanita
Kabupaten Wonosobo, yang diikuti oleh 55 orang anggota Organisasi Wanita di
Kabupaten Wonosobo. Kegiatan ini bertujuan sosialisasi undang-undang nomor 17
tahun 2013 tentang Organisasi kemasyarakatan dan syarat mengajukan Surat
Keterangan Terdaftar di Kesbangpol, sosialisasi dampak psikososial korban pelecehan
seksual pada anak serta sosialisasi undang undang nomor 23 tahun 2014 terkait dengan
pemetaan urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

2) Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan


Pelaksanaan Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup, peran
dan kedudukan perempuan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan dan
meningkatkan perlindungan bagi perempuan terhadap berbagai bentuk kekerasan,
eksploitasi dan diskriminasi.

Kegiatan Bimbingan Teknis Managemen Kewirausahaan (DBHCHT)memfasilitasi


beberapa sub kegiatan yaitu :
- Rakor Sinergisitas PPEP yang dilaksanakan di desa Ropoh , diikuti 25 orang
peserta. Tujuan dari kegiatan ini adalah persiapan kegiatan pendampingan PPEP
dari BP3AKB Provinsi Jawa Tengah, peningkatan semangat dan produktifitas
ekonomi perempuan, peningkatan kapasitas kelompok usaha kecil melalui
peningkatan partisipasi perempuan dengan metode ABCD (Aset Based Community
Development) serta guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa
khususnya bagi perempuan.
- Sosialisasi Pembentukan Jaringan Perempuan Usaha Kecil (JARPUK) yang diikuti
oleh 70 orang peserta, dilaksanakan di RM sari Rasa. Kegiatan ini bertujuan untuk
membahas permasalahan perempuan/isu isu gender yang terkait dengan ekonomi
di kabupaten Wonosobo, Meningkatkan Kapasitas Perempuan Usaha Kecil (PUK),

178 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
membangun kesepakatan untuk menginisiasi jaringan yang perduli terhadap isu
perempuan dan pengembangan ekonomi mikro bagi perempuan tingkat
kabupaten serta sebagai sarana sosialisasi pembentukan jaringan perempuan
usaha kecil (JARPUK) di kabupaten Wonosobo.
- Rakor desa Peningkatan Produktifitas Ekonomi Perempuan yang dilaksanakan di
desa Pulosaren , diikuti oleh 25 orang pengurus anggota PPEP. Tujuan sub
kegiatan ini adalah mengadakan pembentukan kelompok PPEP dan BKKB PP dan
PA Kabupaten Wonosobo di Desa Miskin, meningkatkan semangat dan
produktifitas ekonomi perempuan, peningkatan kapasitas kelompok usaha kecil
melalui peningkatan partisipasi perempuan dengan metode ABCD (Aset Based
Community Development) serta guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa khususnya bagi perempuan.

Dilaksanakan pula subkegiatan pelatihan Pengorganisasian kelompok,


Penguatan dan Pengembangan kelompok, Pelatihan Penyadaran Gender, Pelatihan
Analisis sosial, Pelatihan pengolahan sumber daya lokal, pelatihan diskusi kampung dan
monev partisipatif yang kesemuanya bertujuan untuk membangun sikap terhadap hak-
hak perempuan untuk meningkatkan ekonomi perempuan/keluarga, memberikan
pemahaman kepada kelompok PPEP, bahwa PPEP diawali dari analisis sumber daya
lokal, managemen ekonomi rumah tangga, lembaga keuangan, kelompok maupun
jaringan perempuan usaha kecil serta sebagai upaya penyadaran kritis perempuan
terhadap kesetaraan dan keadilan gender.

Dilaksanakan Pelatihan Tataboga dan packaging yang dilaksanakan di desa


Kaliwiro, Kelurahan Wonosobo timur dan desa Pulosaren. Tujuan pelatihan ini adalah
untuk memberikan pelatihan tataboga dan packaging aneka kue kering dan kue basah ,
meningkatkan produktifitas ekonomi perempuan khususnya perempuan usaha kecil,
meningkatkan kapasitas dan keterampilan kelompok usaha kecil melalui pelatihan
tataboga dan packaging serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa terutama
perempuan.

Kegiatan Kampanye Peningkatan Perlindungan Perempuan dan Anak melalui hari


Kartini, Hari Anak Nasional dan Hari Ibu. Kegiatan ini mefasilitasi beberapa sub
kegiatan, yaitu :
- Seminar Peningkatan Capacity Building bagi Perempuan yang diikuti oleh 100
orang peserta terdiri dari perwakilan unsur KUA, PGRI, TP.PKK, KUPT Dikbudpora
dan kelompok Basis Komunitas. Seminar ini mengangkat isu tentang peningkatan
usia perkawinan pertama bagimasyarakat terkait dampaknya terhadap kesehatan
reproduksi perempuan, pendidikan, dan perkembangan fisik, mental spiritual.
- Seminar jiwa interpreneur bagi remaja yang diikuti oleh 100 orang peserta, siswa
siswi SLTP dan SLTA serta Tim Panita Hari Anak Nasional, yang mengangkat tema
tentang penghormatan terhadap hak-hak anak dan pemberian jaminan terhadap
pemenuhan tanpa perlakuan diskriminatif
- Seminar Perlindungan Perempuan yang menganggkat tema Perempuan Anti
Korupsi (SAPK) dengan narasumber Ketua TP PKK Provinsi Jawa Tengah, diikuti
oleh 100 orang peserta yang terdiri dari Forkompinda beserta isteri, Kepala OPD,
Organisasi wanita, TP PKK, Dharma wanita serta tokoh perempuan. Didalam

179 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Seminar ini juga dibahas tentang macam tindak pidana korupsi sesuai dengan UU
Nomor 31/1999 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20/2001.
- Kegiatan ini juga mefasilitasi sub kegiatan pelaksanaan upacara dan resepsi hari
Kartini yang iikuti oleh 315 orang peserta, terdiri dari unsur Forkompinda beserta
istri, OPD, Organisasi Peremuan , TP PKK, Dharmawanita.
- Selain hari kartini, sub kegiatan lain yang difasilitasi adalah upacara resepsi Hari
anak Nasional dan Upacara resepsi Hari Ibu.

Peningkatan Kegiatan Kapasitas dan Jaringan Kelembagaan Pemberdayaan


Perempuan dan Anak. Ada beberapa sub kegiatan yang difasilitasi elalui kegiatan ini,
yaitu:Sarasehan Pernikahan Dini, Lomba pidato Bahasa jawa, HUT GOW, Musyawarah
kerja GOW, Sarasehan Parenting, sarasehan bagi remaja, tentang peanggulangan
perilaku seksual, Lomba dolanan anak, seminar kesehatan lansia, pelatihan pembuatan
aksesoris dari manik-manik, raker penyusunan renstra yang dikaitkan dengan
prorogram kerja yang bersinergis dengan pemberdayaan perempuan.Selain itu,
terfasilitasi juga rapat koordinasi BKOW, pelatihan packaging, pendidikan politik bagi
perempuan, lomba jurnalistik dengan tema pemberdayaan perempuan, pelatihan
protokoler, penertiban buletin Lentera serta sarasehan sehat ceria di hari tua.

Kegiatan Pemberdayaan Istri PNS melalui Organisasi Dharma Wanita


memfasiitasi beberapa sub kegiatan, yaitu : Sosialisasi yang bertema Save The Children
berisi tentang gerakan anti kekerasan seksual dan bahaya narkoba bagi anak, Pelatihan
etika Pergaulan, pengembangan pribadi, dan table manner, Pembinaan Administrasi
Dharma Wanita Persatuan Munas II, Sosialisasi Program Dharma Wanita melalui
Talkshow di radio Pesona FM, Fasilitasi peningkatan kapasitas SDM dalam rangka
pemberdayaan ekonomi perempuan, Fasilitasi kegiatan HUT ke 16 DWP Kabupaten
Wonosobo, fasilitasi rapat pengurus dan raker bulanan Dharma Wanita, serta Fasilitasi
pemasangan website Dharma Wanita yang bertujuan untuk menyebarluaskan semua
kegiatan Dharmawanita kabupaten Wonosobo terkait dengan program kerja dan
kegiatan serta mengembangkan DWP sebagai organisasi modern dengan
perkembangan teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Implementasi Pemberdayaan Perempuan dan


Perlindungan anak memfasilitasi tiga sub kegiatan yaitu, Rapat Koordinasi Pengisian
Formulir PP dan PA, Rapat Koordinasi Pengecekan Pengisian Format APE dan rapat
Koordinasi Persiapan verifikasi evaluasi pelaksanaan pembangunan PP dan PA. Tujuan
dari kegiatan Monitoring dan Evaluasi Implementasi Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan anak adalah untuk mensikronisasi peran masing-masing OPD dalam
rangka perolehan APE Kabupaten Wonosobo tahun 2016.

Kegiatan Penguatan Kelembagaan Pengurustamaan Gender dilaksanakan melalui


sub kegiatan Rapat Koordinasi Penyusunan data pilah Gender dan anak, Croscek data
pilah gender, Rakor pokja PUG Persiapan data pilah gender 2017, FGD Pemaparan draft
RAD PUG, rapat pembahasan RAD PUG.Tujuan dari keseluruhan kegiatan ini adalah
ketersediaan data pilah yang dapat digunakan sebagai acuan pembuatan perencanaan,
kebijakan berperspektif gender.

180 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
3) ProgramPeningkatanPeran Serta dan Kesetaraan Gender dalam Pembangunan
Pelaksanaan program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas SDM
perempuan dan juga meningkatkan kapasitas manajemen organisasi perempuan.
Adapun Rincian Kegiatannya sebagai berikut:
- Pencegahan Kekerasan Pada Anak sekolah dan Kesejahteraan Gender dalam
Pembangunan yang dilaksanakan oleh Dinas pendidikan kebudayaan pemuda dan
olahraga
- Kegiatan PKK yang dilaksanakan oleh Kecamatan wadaslintang dan sukoharjo

Tabel III.57
Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Perempuandan Perlindungan Anak
Berdasarkan RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021
% Capaian
Capaian Capaian
Target kinerja
No Indikator Kinerja Kinerja Kinerja
2016 terhadap
2015 2016
target
1 Indek Pembangunan Gender (IPG) 92,51 92,51 #DIV/0!
2 IndekPemberdayaan Gender (IDG) 45,36 45,36 #DIV/0!
3 Persentase Anggaran Reponsif gender 0,13 0,13 0,13 100,00
4 Persentase APBDes Responsif gender dan 10 10 20 200,00
PUHA
5 Persentase anak berhadapan dengan hukum 100% 100% 100% 100,00
yang tertangani
6 Persentase pengaduan korban kekerasan anak 100% 100% 100% 100,00
yang ditangani
7 Persentase pengaduan korban kekerasan 100% 100% 100% 100,00
terhadap perempuan yang ditangan
8 Jumlah lembaga layanan aktif tingkat desa 5 5 6 120,00
9 Persentase Lembaga penyedia layanan PP dan 5 5 6 120,00
PA
10 Persentase perempuan sebagai tenaga 38,21% 38,21% 38,21% 100,00
profesional
11 Persentase keterwakilan perempuan dalam 4,44% 4,44% 4,44% 100,00
parlemen
12 Partisipasi perempuan dalam lembaga 42,71% 42,71% 2,05% 4,80
pemerintahan
13 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan 63,81% 63,81% 63,85% 100,06
14 Rasio KDRT perempuan (kasus yang 4,11% 4,11% 4,11% 100,00
terlaporkan dan tertangani)
15 Persentase Jumlah Tenaga Kerja di bawah 20% 20% NA #VALUE!
umur
16 Angka melek huruf perempuan usia 15 th ke 96,49 96,49 98,69 102,28
atas
17 Prevalensi Kekerasan Terhadap Anak (kasus 2,7 2,7 2,7 100,00
yang terlaporkan dan tertangani)
18 Persentase desa ramah anak 1,50% 1,50% 1,51% 100,67
19 Persentase puskesmas ramah anak 18% 18% 16,67% 92,61
20 Persentase sekolah ramah anak 0 NA #VALUE!
Sumber: Badan KBPPPA, 2016

181 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Dengan melihat tabel di atas dapat dilihat bahwaangka capaian Indeks
Pembangunan Gender (IPG) dan Indek Pemberdayaan Gender (IDG) tahun 2016 belum
dapat ditampilkan karena masih dalam proses penghitungan. Sementara itu untuk data
tahun 2015, capaian Indeks Pembangunan Gender (IPG) adalah 92,51 dan Indek
Pemberdayaan Gender (IDG) adalah 45,36 Capaian angka IPG dan IDG tersebut
menunjukkan bahwa upaya pemberdayaan perempuan dan pengarusutamaan gender
di Kabupaten Wonosobo masih perlu ada penekanan kegiatan.

Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak pada tahun 2016
mengalami penurunan yaitu sebanyak 161kasus yang pada tahun 2015 yang lalu
sejumlah 178 kasus. Walaupun mengalami penurunan, namun angka ini tetap
menunjukkan bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak masih cukup
tinggi. Kondisi ini selayaknya menjadi perhatian bersama baik pihak Pemkab
Wonosobo maupun masyarakat secara umum, dan menjadi alasan kuat untuk lebih
menguatkan kembali fungsi dan peran keluarga sebagai benteng pertahanan utama
dimana perempuan dan anak-anak tinggal dan tumbuh berkembang.

Dalam penyelenggaraan urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan


Anak selamatahun 2016masih terdapat beberapa permasalahanserta upaya yang perlu
diupayakan yaitu:
Tabel III.58
Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak
No. Permasalahan Solusi
1. Kurangnya tenaga yang berkompeten Diperlukan kerjasama dan pelibatan pihak-pihak luar
menangani, memberikan pelayanan yang berkompeten dalam masalah perlindungan
danmelakukan pendampingan terhadap perempuan dan anak dalam penanganan kasus
kasus-kasus kekerasan perempuan dan anak kekerasan berbasis gender dan kekerasan terhadap
anak

2. Belum terintegrasinya penanganan kasus Mendorong agar korban mau melapor supaya pelaku
kekerasan dalam rumah tangga dengan kekerasan dapat ditindaklanjuti sesuai dengan aturan
institusi kejaksaan dan pengadilan yang berlaku

3. Konsep dan strategi Pengarusutamaan Masih perludilakukanupayapenguatankelembagaan


Gender (PUG) dan PengarusUtamaan Hak pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
Anak(PUHA) belum sepenuhnya difahami
oleh semua pihak, sehingga dalam
implementasinya kurang maksimal.
4. Masih lemahnya koordinasi antar lembaga Perlu dilakukan secara lebih intensif pertemuan dan
pengarusutamaan gender dan rapat koordinasi bagi kelembagaan pengarusutamaan
pengarusutamaan hak anak (PUHA) gender dan pengarusutamaan hak anak (PUHA)
5. Adanya Kesenjangan gender dalam hal akses, Meningkatkan peran serta perempuan dalam proses
manfaat dan control serta partisipasi dalam pembangunan.
pembangunan.
6. Proses dan mekanisme perencanaan yang Perlu proses pendampingan dalam proses
responsif gender sudah difahami oleh semua perencanaan program dan kegiatan di semua SKPD
perencana tetapi belum diimplementasikan yang terkait, karena pada prinsipnya program dan
secara maksimal di SKPD sehingga program kebijakan responsif gender masih perlu diintegrasikan
dan kegiatan yang responsif gender belum kedalam seluruh bidang pembangunan melalui
sepenuhnya terlaksana. berbagai kegiatan di berbagai SKPD yang terkait

182 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
h. Urusan Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana
1) Program Keluarga Berencana
Prioritas utama Program Keluarga Berencana dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2016-2021 adalah peningkatan kualitas dan
jangkauan layanan KB melalui klinik pemerintah dan swasta. Untuk meningkatkan
jangkauan layanan KB pada Tahun 2016 telah dilaksanakan kegiatan Fasilitasi Layanan
KB gratis untuk masyarakat miskin di Kecamatan Kepil, Kaliwiro, kalikajar, Wonosobo
dan Garung melalui kegiatan Bhakti Sosial Pelayanan KB bagi keluarga Pra Sejahtera
dan Keluarga Sejahtera I ( Pra KS dan KS 1).

Pengelolaan Data Program KB dilakukan untuk pengumpulan dan pengolahan


data kependudukan (demografi), data PUS dan kesertaan ber KB dan data tahapan
keluarga sejahtera baik secara manual maupun aplikasi. Pendataan ini dilaksanakan
oleh, dari dan untuk masyarakat yang dilakukan mulai dari tingkat RT/RW, Dusun dan
kelurahan/ desa. Harapannya data yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk
kepentingan masyarakat itu sendiri sebagai dasar penyusunan perancanaan program
pembangunan di masyarakat.

Refresh RR untuk petugas RR dilakukan dalam bentuk pertemuan yang diikuti


oleh petugas RR dari petugas lapangan keluarga berencana dan mendatangkan
narasumber yang berkompeten untuk merefres mengenai pelaporan pengendalian
lapangan ditingkat Kecamatan, sehingga dapat meningkatkan keakuratan dan
cakupan pelaporan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan hasil program di lapangan
yang sebelumnya dilaksanakan monitoring dan evaluasi ke lapangan.

Untuk meningkatkan partisipasi kaum pria dalam KB dan KR dan meningkatkan


pemahaman tentang KB bagi kaum pria, dilakukan kegiatan pertemuan/pembinaan,
paparan materi/ceramah, tertimoni pengalaman dari salah satu anggota peserta Kb
vasektomi kelompok KB pria (Prio Utomo) pada bulan Mei dan Juli tahun 2016
berlokasi di 5 kelompok Prio Utoma yang ada di 5Kecamatan yaitu desa Jonggolsari
Leksono, Tempurejo Kalibawang, Ngadikusuman Selomerto, Karangsasi Sapuran dan
desa Pagerojo Kertek.

Untuk meningkatkan pengetahuan dan dukungan masyarakat terhadap


program KB, serta memotivasi para calon akseptor KB dilakukan beberapa kegiatan
diantaranya : pameran pembangunan KB, kegiatan penggerakan sasaran calon
akseptor, kegiatan TNI Manunggal KB Kesehatan (TMKK), dan kegiatan kesatuan
gerak PKK KB kesehatan yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pencanangan dan
bakti sosial.

Dalam rangka memberikan penerangan kepada masyarakat tentang program


KB dengan tujuan agar masyarakat memahami program KB dan PUS mau menjadi
peserta KB, diadakan berbagai kegiatan yaitu : pembuatan leaflet, umbul-umbul KB,
dan penyuluhan pemutaran film tentang pentingnya KB dengan menggunakan Mobil
Unit Penerangan (MUPEN) yang dilaksanakan di 10 desa yang ada di 8 .
• Persentase peserta KB aktif tahun 2016 sebanyak 134.651 akseptor atau 80,46 %
dari pasangan usia subur sebanyak 167.357 pasangan.
• Jumlah peserta KB Pria tahun 2016 adalah 3.133 orang dan Persentasenya adalah
2,33 %.
183 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
• Penyediaan data mikro di desa/keluarahan sebesar 100 %, ini berarti bahwa di
setiap desa/kelurahan sudah tersedia data mikro keluarga.
• Rasio PLKB dengan desa/kelurahan sebesar 4,02, ini beraryi bahwa setiap
PLKBmempunyai wilayah binaan lebih dari empat desa.
• Age specific fertility rate (ASFR 15-19 tahun) tahun 2016 tidak tersedia data
dimaksud, ini disebabkan pada tahun 2016 tidak ada kegiatan survey demografi
yang dilaksanakan oleh BPS atau lintas sector., tetapi hasil Susenas Tahun 2015
bahwa ASFR 15-19) tahun sebesar 65.

2) Program Kesehatan Reproduksi Remaja


Dalam rangka memberikan pemahaman tentang kesehatan reproduksi remaja,
meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi remaja, serta mengurangi perilaku
pergaulan bebas di kalangan remaja, diadakan beberapa kegiatan diantaranya :
pembinaan PIK KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja),
orientasi pengurus KRR, serta jambore PIK remaja. Kegiatan jambore PIK remaja
diikuti oleh Kelompok Saka Kencana dan Kelompok PIK Remaja se kabupaten
Wonosobo dan dilaksanakan dilapangan desa di Menjer kecamatan garung pada
bulan November 2016 dengan melakukan kegiatan pengelolaan Pusat Informasi dan
Konseling Remaja dengan pola pendidikan luar ruangan dengan lomba-lomba,
outbond, penyuluhan dan kegiatan sosial remaja didesa.

3) Program Pelayanan Kontrasepsi


Untuk meningkatkan partisipasi atau jumlah peserta KB baru dan KB aktif
diperlukan peralatan dan obat kontrasepsi yang memadai, namun alat atau obat
kontrasepsi yang berasal dari BKKBN melalui Perwakilan BKKBN Propinsi Jawa
Tengah tahun 2016 belum mencukupi, oleh karena itu, Badan Kependudukan
Keluarga Berencana Pemberdayaan perempuan dan perlindungan Anak Kabupaten
Wonosobo melaksanakan pengadaan alat kontrasepsi implant yang merupakan alat
kontrasepsi jangka panjang (MKJP), dan alat kontrasepsi atau obat pil KB yang
merupakan jenis alat kontrasepsi pemakaian tiap hari (jangka pendek). Diharapkan
dengan pengadaan alat kontrasepsi implant dan pil KB dapat melayani para peserta
KB baik peserta KB baru maupun peserta KB aktif secara lebih optimal.

4) Program Pemberdayaan Keluarga


Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan ketahanan keluarga
dengan membentuk keluarga yang mandiri dan sejahtera. Melalui program ini telah
dilaksanakan beberapa kegiatan diantaranya pelatihan dan pembinaan Panca Bina
Keluarga bagi para kader guna meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam
membina kelompok bina keluarga. Selanjutnya untuk meningkatkan peran PPKBD
disediakan operasional PPKBD yang digunakan untuk melaksanakan pertemuan
setiap bulan untuk menyampaikan informasi-informasi tentang perkembangan
program KB dan KS. Sementara itu untuk kelancaran pemasaran produk anggota
kelompok UPPKS yaitu dengan memperkuat organiss]asi pendukung kegiatan melalui
AKU dan Posdaya yang ada di kabupaten Wonosobodi. Untuk memantau dan
mencatat perkembangan anak dalam pola asuh tumbuh kembang anak balita
dilakukan melalui pengadaan KKA (Kartu Kembang Anak) yang kemudian dibagikan
melalui KA.UPT KB kecamatan dan diteruskan oleh penyuluh KB ke kelompok BKB di
wilayah masing-masing.

184 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Keluarga merupakan penopang dasar perkembangan individu dalam
masyarakat. Semua aspek kehidupan berawal dari keluarga. Unggl dan kuatnya
individu dalam masyarakat pada awal selalu ditopang oleh institusi keluarga yang
baik, Keluarga yang bahagia dan sejahtera akan membentuk masyarakat Kabupaten
Wonosobo saling asih, asuh bergotong royong dan terdorong untuk maju.

Capaian kinerja Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera juga dapat
dilihat berdasarkan beberapa indikator kinerja berdasarkan RPJMDyang tersaji pada
tabel berikut:
Tabel III.59
Indikator Kinerja Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Berdasarkan RPJMD Tahun 2016-2021
%Capaian
Capaian Target Capaian kinerja
Indikator Kinerja
No Kinerja 2015 2016 Kinerja 2016 terhadap
target
1 Total fertility Rate (TFR) 2,13 2,13
2 Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) 0,55 0,5
Cakupan Penyediaan alat dan obat kontrasepsi untuk
3 8,81% 8,81% 8,81% 100,00
memenuhi permintaan masyarakat 30% setiap tahun
CPR/ Contraceptive Prevalancy Rate (Prevalensi
4 80,20% 80,2 80,46 100,32
Peserta KB aktif)
Cakupan penyediaan informasi data mikro keluarga
5 100% 100% 100% 100,00
di setiap desa/kelurahan 100% setiap tahun
6 Rasio petugas KB /desa 3,1 3,1 4,03 130,00
Age Spesific Fertility Rate (ASFR) 15-19 (Angka
7 95% 90% 65% 72,22
Kelahiran Menurut Golongan Umur)
8 Unmetneed 7,93% 7,80% 8,36% 107,18
Cakupan kepersertaan KB pada PUS keluarga pra
9 45% 48% 30,01% 62,52
sejahtera
Persentase Peserta KB MKJP (Metode Kontrasepsi
10 41,08% 42% 41,02% 97,67
Jangka Panjang)
11 Drop out KB 18,15% 17,90% 17,20% 96,09
12 % Kepersertaan KB Pria 2,50% 2,55% 1,56% 61,18

13 Jumlah Kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) 450 451 432 95,79

14 % anggota Bina Keluarga Balita (BKB) ber-KB 87,33% 87,34% 87,36% 100,02

Jumlah Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) yang


15 222 223 233 104,48
terbentuk dan terbina
Jumlah Kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL) yang
16 15 18 6 33,33
terbentuk dan terbina

17 Rata-rata usia kawin pertama perempuan 16,9 17 16,9 99,41

18 Rata-rata usia melahirkan pertama perempuan 17 18 17 94,44

% Pasangan Usia Subur (PUS) yang isterinya dibawah


19 3,26 3,10% 5,12% 165,16
usia 20 tahun %
Sumber : Badan KKBPPPA, 2016

185 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tujuan Program Keluarga Berencana secara demografi adalah untuk
menurunkan angka kelahiran dan secara filosofis adalah untuk mewujudkan keluarga
kecil bahagia dan sejahtera. Jumlah anak dalam keluarga yang dianjurkan oleh
Pemerintah adalah 2 (dua) anak lebih baik. Berkaitan dengan hal di atas, dapat
diketahui bahwa Total Fertility Rate (TFR) di Kabupaten Wonosobo tahun 2016 tidak
tersedia data, tetapi TFR kabupaten wonosobo tahun 2015 sebesar 2,13. Sedangkan
prevalensi peserta KB Aktif tahun 2016 mengalami penurunan 0,44 % dari 80,90 %
menjadi 80,46 % yang didukung dengan peserta KB Baru sebanyak 23.800 akseptor
yang terdiri dari peserta KB baru murni dan peserta KB ganti cara.

Persentase keluarga pra sejahtera dan sejahtera I tidak mengalami perubahan,


ini disebabkan karena pada tahun 2016 belum ada data jumlah keluarga Pra S dan KS 1
hasil pendataan keluarga, karena proses pengolahan hasil Pendataan keluarga atau
Pengelolaan Data keluarga belum selesai sampai dengan akhir tahun 2016.

Menurut hasil Updating data keluarga tahun 2016 bahwa Pasangan Usia Subur
(PUS) yang istrinya dibawah usia 20 tahun di kabupaten Wonosobo masih sangat
tinggi dan ini merupakan persentase tertinggi di jawa tengah juga Age Specific
Fertility Rate juga masih tergolong tinggi. Di lain sisi, tingkat partisipasi pria dalam ber
KB jika dilihat dari data persentase peserta KB baru pria, terlihat masih sangat rendah
yaitu sebesar 2,33 % dan sedikit mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Data
tersebut menunjukkan bahwa persentasepeserta KB pria sangat rendah
dibandingkan dengan peserta KB aktif wanita. Hal ini disebabkan karena masih
adanya anggapan sebagian masyarakat bahwa KB merupakan urusan wanita saja,
selain itu juga adanya kekhawatiran pria dalam kontrasepsi MOP dapat menurunkan
libido.

Cakupan Pasangan Usia Subur yang ingin ber KB tapi tidak terpenuhi
(Unmetneed) di kabupaten Wonosobo masih tinggi yaitu sekitar 8,36 %.Hal ini
berkaitan dengan tingkat pengetahuan, akses terhadap layanan dan kualitas
pelayanan. Sementara angka drop out KB juga cukup tinggi sebesar17,20 % . Meskipun
menurun dari tahun sebelumnya, tetapi masih perlu perlu mendapat perhatian dari
semua pihak karena nilai ini masih tergolong tinggi.

Berbagai permasalahan yang masih dihadapai sebagaimana disebutkan di atas


dapat diatasi salah satunya melalui pendekatan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi)
bagi seluruh masyarakat terutama Pasangan Usia Subur (PUS), selain juga berusaha
meningkatkan partisipasi keluarga pra KS dan KS I untuk menjadi peserta KB,
sehingga kebutuhan Pasangan Usia Subur yang ingin ber KB dapat terpenuhi, dan
angka drop out tidak terlalu tinggi.

Terlepas dari beberapa permasalahan di atas, beberapa capaian tersebut


mengindikasikan bahwa program dan kegiatan keluarga berencana dan keluarga
sejahtera telah mencapai sasarannya dan dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam urusan Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera tahun 2016 diantaranya:

186 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.60
Matriks Permasalahan dan Solusi pada Urusan
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
No. Permasalahan Solusi
1. Masih lemahnya dukungan dan komitmen Lebih meningkatkan promosi dalam menggerakkan
para stake holder dalam program Program Kependudukan dan Keluarga Berencana juga
kependudukan, Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di masyarakat dengan melakukakan
pembangunan keluarga kerjasama dengan Tim Penggerak PKK, TNI, Polri, Muslimat
dan Aisiyah, serta organisasi masyarakat lainnnya
2. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat Perlu adanya revitalisasi program dan kegiatan
tentang Program Kependudukan, KB dan Kependudukan dan keluarga berencana , serta
Pembangunan Keluarga perencanaan program dan kegiatan yang lebih
terintegratif.
3. Pengetahuan remaja tentang kesehatan Peningkatan jumlah dan peran PIK KKR di setiap
reproduksi masih rendah, ini ditandai kecamatan untuk meningkatkan pengetahuan remaja
dengan Usia Kawin pertama perempuan tentang kesehatan reproduksi dalam upaya untuk
masih tinggi, meningkatkan usia kawin pertama perempuan.
4. Terbatasnya sarana/media dalam upaya Perlunya subsidi biaya pelayanan untuk keluarga
mensosialisasikan Program Kependudukan, Prasejahtera dan sejahtera 1 dalam upaya untuk
KB dan Pembangunan Keluarga meningkatkan partisipasi keluarga tersebut didalam ber
KB.
5. Belum merata Ketertarikan PUS akan KB Melakukan pembinaan dan pendampingan serta
MOW dan MOP disemua wilayah, hal ini memberikan pengetahuan kepada keluarga terutama
disebabkan pemahaman masyarakat akan pasangan usia subur baik yang sudah ber KB maupun yang
KB Mantap masih beragam belum.
6. Masih rendahnya tingkat partisipasi kaum Mengoptimalkan peran aktifpaguyuban ”Priyo Utomo”
pria dalam ber-KB. dan lebih melakukan promosi tentang KB pria untuk
meningkatkan peran pria dalam ber KB
7. Usia kawin pertama perempuan masih Perlu dilaksanakan kampanye pendewasaan usia
rendah perkawinan.
8. Terbatasnya jumlah dan kualitas sumber Optimalisasi Panca Bina Keluarga dalam rangka
daya manusia sebagai penggerak program pemberdayaan keluarga
di tingkat desa/rw maupun RT untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan program
KKBPK

i. Urusan Wajib Non Pelayanan Administrasi Kependudukan Dan Pencatatan Sipil


1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Program ini bertujuan untuk mendukung pelayanan administrasi
kependudukan dimana penerapan KTP Elektronik (e-KTP) harus dilaksanakan di
seluruh wilayah Indonesia. E-KTP adalah pembuatan KTP (Kartu Tanda Penduduk)
berbasis NIK (Nomor Induk Kependudukan) yang berlaku secara nasional sebagai SIN
(Single Identity Number) dengan menggunakan teknologi computer dan basis data
yang integrative. NIK hanya bisa diterbitkan oleh instansi pelaksana dengan
menggunakan SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan). Perangkat
teknologi : identifikasi biometric, chip data berbasis NIK, up-dating (pemutakhiran)
secara elektronik. Tujuan : kepastian hukum, tidak ada penggandaan, mencegah
pemalsuan, keamanan data, efisiensi proses kependudukan. Guna mendukung
pelaksanaan tersebut, SKPD pengampu Urusan Administrasi Kependudukan dan
Pencatatan Sipil diharuskan menyiapkan Sumber Daya Manusia dan perangkat-
perangkat elektronik yang cukup memadai.
187 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Beberapa kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan e-KTP
tersebut diantaranya : Penyediaan Jasa Surat Menyurat, Penyediaan Jasa Komunikasi,
Sumber Daya Air dan Listrik, Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan, Penyediaan
Alat Tulis Kantor, Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan, Penyediaan
Komponen Instalasi Listrik/Penerangan Bangunan Kantor, Penyediaan Peralatan dan
Perlengkapan Kantor, Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-
undangan, Penyediaan Makanan dan Minuman, Rapat-rapat Koordinasi dan
Konsultasi ke Luar Daerah, Rapat-rapat koordinasi dan Konsultasi Dalam Daerah,
Penyediaan Jasa Kebersihan dan Keamanan, Penyelesaian Pekerjaan Kantor dan
Penyediaan Jasa Pelayanan Umum Pemerintahan.

2) Program Penataan Administrasi Kependudukan


Dalam rangka mewujudkan tertib administrasi kependudukan dan pencatatan
sipil pada tahun 2016, Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui Kantor Administrasi
Kependudukan dan Pencatatan Sipil melakukan kegiatan Jemput Bola Pelayanan Akta
Kelahiran, KTP dan KK dengan mobil keliling, Bintek Operator Kependudukan dan
Pencatatan Sipil, Penerbitan KTP Elektronik (KTP El), Pengadaan Sarana dan
Prasarana KTP Elektronik, Pemeliharaan Jaringan Komunikasi Data, Pengadaan
Komputer, server dan Printer, Pemeliharaan Database Kependudukan, Sosialisasi
bidang kependudukan dan capil, Peningkatan Kapasitas Aparat Kependudukan dan
Capil.

Melihat topografis wilayah Wonosobo dengan banyak bukit dan kurang


tersentralistik, maka layanan jemput bola menjadi sebuah tuntutan dalam
peningkatan bstesel aktif sebagaimana amanat Undang-undang 24 Tahun 2013 yaitu
dilaksanakannya pelayanan keliling Jemput Bola Pelayanan Akte Kelahiran, Akte
Kematian dan KTP. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan secara bergilir sesuai
kemampuan. Ketiga pelayanan tersebut sangat vital dalam kehidupan warga karena
menjamin keberadaan, identitas warga dan hak-hak sipil lainnya.

Dalam rangka peningkatan persentase jumlah pemilik KTP berbasis NIK maka
dilakukan melalui kegiatan Penerbitan KTP Elektronik (e-KTP) dengan pemberian
upah petugas operator, belanja modal peralatan dan mesin-Pengadaan Alat
Penyimpan Perlengkapan Kantor (Almari Arsip Elektronik ) dan belanja modal
pengadaan printer.
Kegiatan Bintek Operator Kependudukan tidak dapat dilaksanakan 100 %,
disebabkan karena Tahun 2016 semula direncanakan menggunakan SIAK 5,7 namun
karena tahun 2016 masih menggunakan SIAK 4 maka apabila Bintek tersebut
dilaksanakan akan sia-sia karena peralatan SIAK 5,7 belum siap sedangkan Nara
Sumber dari Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Bintek Operator dan Pelayanan
Kependudukan akan dilaksanakan di Tahun 2017 dengan menggunakan APBD Tahun
2017.

Monitoring Administrasi Kependudukan dilakukan dalam rangka untuk


mengetahui dan mengoptimalkan hasil penataan administrasi kependudukan yang
meliputi mutasi dan perkembangan penduduk secara alamiah di wilayah Kabupaten
Wonosobo.

188 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.61
Capaian Kinerja Pembangunan
Urusan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonosobo
Tahun 2016 berdasarkan Indikator RPJMD 2016 -2021
% Capaian
Capaian Target Capaian kinerja
Indikator Kinerja
No Kinerja 2015 2016 Kinerja 2016 terhadap
target
1 Rasio Kepemilikan KTP berbasis NIK 88,52 90 91,57 101,74
Rasio Kepemilikan Akta Kelahiran bag+
2 99,58 99,6 98,81
bayi (0-1 tahun) 99,21
Rasio Kepemilikan Akta Kelahiran (semua
3 79,03 79,6 79,48
penduduk) 99,85
4 Rasio Kepemilikan Akta Kematian 10,74 10,75 5,5 51,16

Rasio Kepemilikan Akta Kelahiran bagi bayi


5 0 0
(0-1 tahun) dari rumah tangga miskin

Rasio Kepemilikan Kartu Identitas Anak


6 0 10 0
(usia 0 – 16 tahun) 0,00
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, 2017

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi


Kependudukan, bahwa setiap penduduk wajib memiliki Nomor Induk Kependudukan
(NIK) yang berlaku se umur hidup yang tertera di dalam KTP (Kartu Tanda Penduduk).
Sampai dengan kondisi saat ini kesadaran masyarakat akan kepemilikan KTP tersebut
belum sepenuhnya dimiliki. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel di atas bahwa
persentase jumlah pemilik KTP berbasis NIK hingga Tahun 2016 masih berada pada
angka 91,57 %. Angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2015 namun
sangat jauh dari capaian pada tahun 2014.

Penurunan jumlah tersebut antara lain disebabkan oleh masih banyaknya


penduduk wajib KTP baik itu wajib KTP baru (Usia 17 tahun) maupun wajib KTP lama
yang belum melaksanakan perekaman KTP-E. Penyebab lain dalam penurunan angka
tersebut yaitu karena keterbatasan jumlah blangko e-KTP yang diterbitkan oleh
kementrian pusat. Dalam hal perencanaan kebutuhan jumlah blangko e-KTP tersebut,
Kantor Admindukcapil sebenarnya sudah menyesuaikan dengan kebutuhan
kekurangan kepemilikan KTP tersebut. Hanya saja praktek di lapangan masih banyak
kasus pergantian KTP baru dikarenakan rusak, hilang dan peralihan status dalam KTP
terebut. Keterbatasan blangko e-KTP tersebut juga berdampak pada indikator lain,
yaitu lama pengurusan Akte Kelahiran dan lama pengurusan KTP, karena jumlah
penumpukan pemohon data kependudukan yang setiap hari semakin bertambah.

Kenaikan jumlah persentase kepemilikan Kartu Keluarga (KK), kepemilikan


Akta Kelahiran, penduduk yang teregristrasi dan Anak Lahir yang membuat Akta
Kelahiran di tahun 2016 ini salah satunya dikarenakan dukungan alat, software dan
sumber daya kantor melalui kegiatan-kegiatan pengadaan sarana prasarana kantor
pada tahun 2016 ini.

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam rangka pelaksanaan Urusan


Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil dan solusi yang diajukan antara lain:
189 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.62
Matriks Permasalahan dan Solusi
pada Urusan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Wonosobo
No Permasalahan Solusi/Upaya Yang Dilakukan

1 Hasil evaluasi dan pengendalian belum • Melakukan pembagian tugas yang


dimanfaatkan secara optimal sebagai input proporsional kepada seluruh pegawai Kantor
bagi Kantor Administrasi Kependudukan dan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan
Pencatatan Sipil. Sipil;
• Melakukan peningkatan hubungan dengan
instansi vertikal untuk meringankan beban
masyarakat dalam memperoleh akta catatan
sipil dan pendaftaran penduduk.
2 • Topografis Kabupaten Wonosobo yang • Peningkatan perangkat pendukung
berupa wilayah perbukitan dengan luas SIAK/Pencetakan e-KTP di semua kecamatan
wilayah 98.468 hektar atau 984,68 km2 guna mengoptimalkan pencetakan di
terbagi dalam 15 kecamatan dan 265 desa kecamatan-kecamatan;
menjadi salah satu factor kendala dalam • Meningkatkan jumlah pelayanan keliling
rangka pembinaan administrasi administrasi kependudukan dengan
kependudukan dan pencatatan sipil di menambah jumlah armada mobil keliling dan
tingkat desa. Selain itu juga menjadi factor petugas administrasi.
pemicu bagi masyarakat enggan untuk
mengurus atau memiliki dokumen
kependudukan;
• Jarak tempuh masyarakat selaku pengguna
layanan dengan tempat layanan
kependudukan dan pencatatan sipil yang
jauh.

3 Upaya kearah terintegrasinya peraturan antar Meningkatkan secara intensif dan maksimal
sector dalam pemanfaatan data dan dokumen koordinasi dengan lintas SKPD, lembaga vertical,
kependudukan masih perlu di tingkatkan. DPRD, LSM, Perguruan Tinggi dan Pemangku
kepentingan lainnya.

4 Masih rendahnya kesadaran masyarakat • Memberikan pengetahuan dan informasi


tentang pentingnya dokumen kependudukan kepada SKPD, LSM dan masyarakat tentang
dalam menunjang aktivitasnya sehingga mekanisme dan peraturan tentang proses
kesadaran untuk mengurus atau memiliki administrasi kependudukan dan pencatatan
dokumen kependudukan atas inisiatif sendiri sipil;
masih rendah. • Melakukan sosialisasi, memberikan
pemahaman dan pengertian kepada DPRD,
LSM, masyarakat dan pemangku
kepentingan lainnya bahwa proses
administrasi kependudukan dan pencatatan
sipil itu memerlukan prosedur, proses dan
waktu.

190 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
No Permasalahan Solusi/Upaya Yang Dilakukan

5 Kemampuan Sumber Daya Manusia dan • Pelatihan secara intensif bagi pegawai
pelaksana teknis yang tidak merata mulai dari Kecamatan maupun pegawai Kantor
Kecamatan sampai Kabupaten Administrasi Kependudukan dan Pencatatan
Sipil terutama untuk memahami dan
mengerti peraturan-peraturan urusan
administrasi ;
• Memberikan pengertian dan arahan bahwa
pelaksanaan administrasi kependudukan dan
pencatatan sipil Kabupaten Wonosobo tidak
bias sporadic tapi harus sitemik dan bertahap
karena keterbatasan sumder daya.

j. Urusan Pertanahan
1) Program Penataan, Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
Tujuan dari program ini adalah untuk penataan administrasi pertanahan serta
pengadaan dan penyediaan sarana prasarana pemerintahan yang digunakan untuk
menunjang program pemerintah baik di bidang pendidikan, kepariwisataan maupun
fasilitas kepentingan umum lainnya yaitu di bidang pertahanan keamanan.
Berdasarkan data Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo, pada tahun 2016 dari
keseluruhan luas wilayah Kabupaten Wonosobo yaitu 98.468 Ha tanah yang telah
bersertifikat seluas 43.237 Ha atau sekitar (43.91%). Dilihat dari sisi luasan, persentase
tanah yang telah bersertitifikat di Kabupaten Wonosobo dari tahun-ke tahun
mengalami peningkatan. Namun demikian, perlu upaya dan strategi untuk memacu
kesadaran masyarakat akan arti pentingnya sertifikat sebagai salah satu alat/bukti
kepemilikan tanah yang sah.
Pada tahun 2015, lahan pemerintah daerah yang telah disertifikatkan seluas 36.79%.
Selama tahun 2016, sertifikat tanah aset pemerintah daerah yang berhasil diterbitkan
adalah 121 sertifikat.
Pada tahun 2016, Tim fasilitasi penyelesaian permasalahan pertanahan telah berhasil
memediasi berbagai permasalahan diantaranya 13 permasalahan tukar menukar
tanah, 10 permasalahan sengketa tanah dan fasilitasi 3 paket kegiatan pengadaan
tanah untuk kepentingan umum.
2) Program Penyelesaian Konflik-Konflik Pertanahan
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa historis dan data tanah serta
pemahaman tentang aturan tentang pertanahan menjadi modal utama dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan dan penanganan permasalahan bidang pertanahan.
Oleh karena itu program ini digunakan untuk fasilitasi penataan database dan
peningkatan kapasitas bidang pertanahan.

Pemerintah Kebupaten Wonosobo berinisiatif melakukan integrasi data dan historis


tanah dengan beberapa OPD terkait yang telah mengembangkan peta atau data
tanah seperti Bappeda, Dispenda, Bagian Keuangan & Aset Daerah Setda Kabupaten
Wonosobo serta Kantor Pertanahan Wonosobo. Dengan melakukan kolaborasi data
peta yang telah ada seperti peta satelit Bappeda, SISMIOP Dispenda dan Peta
Pendaftaran Tanah BPN, Bagian Pemerintahan mengimplementasikan
pengintegrasian data dan historis tanah tersebut dalam bentuk Sistem Informasi
191 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Pemetaan Tanah Partisipatif (SIPETA) di Kabupaten Wonosobo. Pelaksanaan
kegiatan ini dibantu oleh jasa pihak ketiga, CV. Geodata, Yogyakarta.

Tahapan proses dalam Pembuatan Aplikasi SIPETA, meliputi :


− Pekerjaan studio dengan menganalisa peta dari beberapa sumber data yang
dijadikan sebagai master peta;
− Pekerjaan lapangan, dimana dalam pekerjaan ini melibatkan Kelurahan
sebagai sumber informasi histori tanah di wilayah masing-masing, melakukan
survey lapangan dan pencocokan data kepemilikan serta guna lahan;
− Pekerjaan pengembangan Aplikasi sehingga sistem informasi dapat
menyajikan data pemetaan tanah berdasarkan bidang, status kepemilikan,
penggunaan lahan dan batas antar wilayah.

Melalui pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Pemetaan Tanah Partisipatif


(SIPETA) di Tahun 2016 ini, dihasilkan peta bidang dari 8 (delapan) kelurahan yang
menjadi sasaran dalam kegiatan penataan database pertanahan ini yaitu :

• Peta Bidang Kelurahan Wonosobo Barat


• Peta Bidang Kelurahan Wonosobo Timur
• Peta Bidang Kelurahan Kejiwan
• Peta Bidang Kelurahan Kalianget
• Peta Bidang Kelurahan Jlamprang
• Peta Bidang Kelurahan Mudal
• Peta Bidang Kelurahan Pagerkukuh
• Peta Bidang Kelurahan Jaraksari

Aplikasi SIPETA tersebut menjadi salah satu alat bantu bagi Bagian Pemerintahan
Setda untuk menangani permasalahan dan penyelesaian konflik – konflik pertanahan.
Sehingga upaya dalam mewujudkan tertib administrasi pertanahan seperti pemetaan
batas wilayah dan pengamanan tanah aset pemerintahdaerah melalui penataan
database pertanahan dapat segera terwujud. Harapan ke depan Sistem Informasi
Pemetaan Tanah Partisipatif dapat membantu percepatan mewujudkan penerapan
One Map Policy di Kabupaten Wonosobo.

Dalam mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut, untuk meningkatkan kinerja dan


kualitas pelayanan dan penanganan permasalahan bidang pertanahan, dilaksanakan
kegiatan peningkatan kapasitas berupa pelatihan operasionalisasi aplikasi SIPETA dan
pelaksanaanForum Group Discussion (FGD) bidang pertanahan yang diikuti Kepala
Kelurahan se-Kabupaten Wonosobo dan Kepala Desa dengan menghadirkan
narasumber dari Bappeda, Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo dan Kantor
Pertanahan Kabupaten Grobogan. Dalam FGD ini dibahas mengenai permasalahan-
permasalahan pertanahan dan langkah penyelesaiannya.

Keseluruhan program dan kegiatan urusan pertanahan tahun 2016 ditujukan pada
penertiban dan pensertifikatan aset tanah milik daerah maupun milik masyarakat, hal
tersebut didukung pula dari kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh Badan
Pertanahan Nasional (BPN).

192 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Permasalahan yang dihadapi di bidang pertanahan antara lain :
− Adanya permohonan ganti rugi dari warga masyarakat dan juga dari
Pemerintah Desa karena tanahnya digunakan untuk fasilitas Pemerintah
Daerah (fasilitas pendidikan, kesehatan dan fasilitas umum lainnya), hal
tersebut belum dapat difasilitasi pemberian ganti ruginya mengingat
keterbatasan dana yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah.
− Tanah aset Pemerintah Daerah masih banyak yang belum bersertifikat atas
nama Pemerintah Daerah;
− Proses pensertifikatan tanah aset pemerintah daerah cenderung lambat
proses penyelesaiannya;
− Pemanfaatan aset milik Pemerintah Daerah berupa tanah yang belum
maksimal dan sesuai peruntukannya;
− Aset desa yang berupa tanah masih banyak yang belum bersertifikat;
− Penataan database pertanahan idealnya dapat serempak dilaksanakan di
Kabupaten Wonosobo sehingga dapat mempercepat implementasi One Map
One Policy.
Masih terdapat pengadaan tanah yang tidak didasarkan pada rencana kebutuhan
daan tidak sesuai dengan rencana pemanfaatan pada Rencana Tata Ruang dan
Wilayah Kabupaten Wonosobo.
Sedangkan untuk mengatasi permasalahan tersebut, upaya yang dilakukan antara
lain:
− Melakukan pengecekan dan meneliti serta mengkaji permohonan ganti rugi
yang diajukan dan apabila sesuai dan memenuhi syarat diupayakan
dianggarkan untuk pemberian ganti rugi;
− Pensertifikatan tanah milik Pemerintah Daerah secara rutin dan bertahap
guna terciptanya tertib administrasi aset Daerah;
− Perlunya dibangun koordinasi yang baik dengan Kantor Pertanahan
Wonosobo, jika memungkinkan ke depan perlu dibangun Perjanjian
Kerjasama tentang penyelesaian pensertifikatan tanah aset pemerintah
daerah;
− Melakukan inventarisasi terhadap tanah-tanah yang belum berfungsi
maksimal sesuai dengan rencana penggunaannya, untuk kemudian dilakukan
pengkajian untuk pemanfaatannya;
− Mendorong desa agar berupaya mensertifkatkan aset desa yang berupa
tanah secara bertahap dengan menganggarkannya melalui Dana Transfer ke
Desa;
− Mendorong implementasi SIPETA pada 21 kelurahan lainnya dan pada 236
desa di Kabupaten Wonosobo;
− Kabupaten Wonosobo perlu segera menyusun Rencana Umum Pengadaan
Tanah Untuk Kepentingan Umum yang mendasarkan pada Rencana Tata
Ruang dan Wilayah Kabupaten Wonosobo.

k. Urusan Perhubungan
1) Program Peningkatan Pelayanan Angkutan
Tujuan dan sasaran program ini adalah untuk meningkatkan pelayanan angkutan
kepada masyarakat. Dari alokasi sebesar Rp. 992.095.600,- , 99,17 % diantaranya telah
direalisasikan melalui 9 item kegiatan. Khusus untuk program peningkatan pelayanan
angkutan pada tahun anggaran 2016 selain didanai melalui APBD, program ini juga

193 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
didanai melalui DAK yaitu untuk kegiatan DAK perhubungan sebesar Rp. 235.790.000,-
dan kegiatan DAK Pengadaan Sarana dan Prasarana Transportasi Pedesaan sebesar Rp.
521.305.600,-.

Realisasi program peningkatan pelayanan angkutan yang bersumber dari APBD


digunakan untuk kegiatan Kalibrasi alat uji kendaraan bermotor yang memang sudah
membutuhkan kalibrasi ulang. Sesuai dengan SOP yang ada kalibrasi alat uji memang
harus dilakukan secara berkala untuk menjaga agar hasil pengujian kendaraan
bermotor tetap dapat dipertanggung jawabkan ketepatannya. Penyediaan bus
angkutan lebaran juga menjadi salah satu kegiatan yang dianggarkan melalui program
ini guna menambah dukungan terhadap armada angkutan lebaran bagi masyarakat
Wonosobo.

Selain itu, kegiatan Operasi terpadu dan fasilitasi kegiatan Forum LLAJ juga menjadi
item yang direalisasikan. Operasi terpadu termasuk upaya krusial yang harus dilakukan
untuk memonitor kondisi riel di lapangan sekaligus upaya secara preventif agar
pelayanan angkutan terutama angkutan umum dan angkutan barang tetap dalam
kondisi yang optimal dan pelaksanaan di lapangan sudah sesuai dengan aturan.

Untuk kegiatan yang bersumber dari DAK, Dinas Perhubungan melaksanakan 2 item
kegiatan yaitu DAK perhubungan dan DAK Pengadaan Sarana dan Prasarana
Transportasi Pedesaan. Realisasi DAK Perhubungan sebesar Rp. 232.285.000,- sebagian
besar dialokasikan untuk pemasangan rambu-rambu pengaturan serta pembuatan
Zebra Cross di beberapa titik yang memerlukan fasilitas penyeberangan jalan.
Sedangkan realisasi DAK Pengadaan Sarana dan Prasarana Transportasi Pedesaan
sebesar Rp. 517.157.750,- dimanfaatkan untuk pembelian 1 buah mobil angkutan barang
guna mendukung kelancaran angkutan terutama di daerah-daerah yang belum
terlayani dengan baik.

2) Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan


Program ini diwujudkan dalam kegiatan Revitalisasi Tempat Pengujian Kendaraan
Bermotor. Anggaran sebesar Rp 45.000.000,- telah direalisasikan 98,88 % untuk
renovasi dan penyempurnaan sekaligus menambah kapasitas dan daya tampung jalur
uji agar bisa digunakan oleh beragam jenis kendaraan. Langkah Revitalisasi perlu untuk
dilakukan agar proses pelayanan pengujian tetap dapat dilakukan dengan baik
mengingat jumlah kendaraan setiap tahunnya semakin meningkat.

3) Program Pengendalian Dan Pengamanan Lalu Lintas


Program ini bertujuan meningkatkan upaya pengendalian dan pengamanan lalu lintas.
Beberapa aktifitas untuk mendukung program ini antara lain kegiatan Pemeliharaan
Rambu-rambu Lalu Lintas sebesar RP. 48.500.000,- (97% dari alokasi yang dianggarkan).
Pemeliharaan rambu –rambu lalu lintas dan papan peringatan di tepi jalan raya
bertujuan agar sarana tersebut dapat berfungsi secara baik, masyarakat dapat
membaca atau mendapat informasi yang jelas daerah daerah mana saja yang rawan
kecelakaan lalu lintas sehingga bagi para pengguna moda transportasi darat dapat
merasa aman lancar dan nyaman. Sebagai bagian dari upaya nasional peningkatan
keselamatan jalan, fasilitas rambu yang layak akan dapat mengurangi angka tingkat
kecelakaan lalu lintas yang juga akan berbanding lurus dengan meminimalisasi jumlah
korban kecelakaan penumpang umum dan kecelakaan lalu lintas jalan.
194 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
4) ProgramPeningkatan Tertib Lalu Lintas
Program ini diwujudkan dalam kegiatan pembuatan Zona selamat sekolah (ZSS),
pemindahan traffic light Sawangan dan kegiatan peningkatan penghargaan di bidang
LLAJ. Termasuk di dalam penghargaan yang ditingkatkan adalah Wahana Tata nugraha
(WTN), Awak Kendaraan Umum Teladan AKUT dan Indonesia Road Safety Award
(IRSA).

Pembuatan Zona Selamat Sekolah direalisasikan sebesar 92,50% untuk satu titik di
deakat SD Negeri Kertek guna meningkatkan keamanan bagi siswa yang lokasi
sekolahnya berada di tepi jalan raya Wonosobo-Parakan tersebut.

Pemindahan traffic light Sawangan dilaksanakan sebagai upaya untuk lebih


mengoptimalkan sarana prasarana lalu lintas. Di Lokasi yang sebelumnya traffic light
ternyata kurang berfungsi sebagai yang diharapkan dan bahkan malah menyebabkan
kemacetan di titik perempatan Sawangan tersebut. Masyarakat pengguna jalan juga
kesulitan untuk dapat melihat dengan jelas insruksi yang di berikan oleh lampu
pengatur tersebut. Dengan pemindahan ke lokasi yang baru maka diharapkan kondisi
lalu lintas di perempatan Sawangan akan lebih aman, tertib dan nyaman.

Khusus untuk program Peningkatan Tertib Lalu Lintas juga diampu oleh Kecamatan
Kertek yaitu melalui kegiatan Penanganan kemacetan arus lalu lintas di pertigaan
kertek dengan anggaran sebesar Rp. 150.000.000,- yang direalisasikan seluruhnya (100
%) untuk membantu kelancaran pengaturan lalu-lintas di perempatan Pasar Kertek
terutama pada jam-jam sibuk. Permasalahan kemacetan dan kerawanan kecelakaan di
Kertek adalah permasalahan yang harus ditangani dan diselesaikan. Titik perempatan
Pasar Kertek menjadi salah satu titik macet yang paling parah di Wonosobo
dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain kondisi geometrik jalan, letak pusat Kota
Kertek yang kurang menguntungkan (tusuk sate) yang diperparah dengan dekatnya
pertigaan Kertek dengan pasar. Dari beberapa alternatif penyelesaian diantaranya
adalah penambahan tenaga pengatur lalu lintas guna membantu petugas kepolisian di
Perempatan Pasar Kertek.
Kinerja Urusan Perhubungan dapat dilihat melalui indikator yang sudah dituangkan
dalam dokumen RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021. Pada sebagian besar
indikator, semakin tinggi nilai indikator terkait maka akan semakin tinggi pula
kemampuan daerah tersebut dalam menyelenggarakan urusan perhubungan. Capaian
kinerja perhubungan dapat dilihat dalam tabel dibawah sebagai berikut dibawah ini :

195 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.63
Capaian Kinerja Urusan Perhubungan
Berdasarkan Indikator RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021
Capaian Capaian %Capaian
Target
Capaian Kinerja Kinerja Kinerja kinerja
No 2016
2015 2016 terhadap target
Persentase Spot Parkir On street yang
1 60% 65% 71% 109,23
tertata
2 Persentase Tersedianya gedung parkir 0 10% 0 0,00
Persentase tersedianya halte terhadap
3 10% 12% 10% 83,33
total kebutuhan halte
Rasio jumlah kendaraan (SMP) per
4 95 95 95 100,00
panjang jalan (Km)
Persentase terminal kewenangan
5 33% 33% 40% 121,21
kabupaten yang direvitalisasi
6 Persentase angkutan umum laik pakai 60% 67% 69% 102,99
Persentase jaringan trayek yang sudah
dilayani angkutan umum yang
7 60% 61% 70% 114,75
menghubungkan daerah tertinggal dan
terpencil
Persentase pelayanan pengujian
8 56,34% 59,45% 59,45% 100,00
kendaraan bermotor
9 Jumlah titik blackspot yang tertangani 28,57% 28,57% 28,57% 100
Persentase sekolah di tepi jalan protokol
10 yang terpasang Zona Selamat Sekolah 30% 35% 50% 142,86
(ZSS)
Jumlah persimpangan wajib APILL yang
11 4 4 4 100
sudah terpasang APILL
Sumber : Kantor Perhubungan, 2016

Apabila diperhatikan, dari beberapa indikator yang ditampilkan, terdapat beberapa


indikator yang mengalami peningkatan. Diantara indikator-indikator tersebut,
persentase Spot Parkir On street yang tertata meningkat hampir 11 % dari tahun
sebelumnya. Peningkatan ini merupakan hasil dari kegiatan penataan parkir on street di
jalan Angkatan 45 Kota Wonosobo yang berupa perubahan arah parkir yang
mempermudah kendaraan untuk melakukan manuver tanpa mengganggu pengguna
jalan. Perubahan ini dibarengi dengan pengaturan sudut parkir yang tidak terlalu
menyita badan jalan.

Pada indikator Persentase terminal kewenangan kabupaten yang direvitalisasi, adanya


peningkatan sebesar 7 % dari tahun sebelumnya pada dasarnya bukan dikarenakan
upaya yang memang ditujukan untuk merevitalisasi melainkan karena adanya
pelimpahan kewenangan pengelolaan Terminal Mendolo ke pemerintah pusat
sehingga kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo tinggal
Terminal Sawangan Saja. Adanya pelimpahan ini berakibat pada kewenangan yang
makin kecil yang mengakibatkan perubahan perhitungan besaran indikator Persentase
terminal kewenangan kabupaten yang direvitalisasi.

Penambahan persentase angkutan umum laik pakai sebagian besar dipicu oleh
penyegaran armada angkutan umum yang memang sudah habis masa umur teknisnya.

196 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Meskipun ada kecenderungan bahwa sebagian besar armada angkutan umum sudah
mulai menurun kelayakan teknisnya akan tetapi sebagian besar yang beroperasi yaitu
sebesar 69 % masih dapat dikatakan layak secara teknis.

Peningkatan pada indikator Persentase sekolah di tepi jalan protokol yang terpasang
Zona Selamat Sekolah (ZSS) mengalami peningkatan hampir 20% dari tahun
sebelumnya dengan adanya pembangunan Zona Selamat Sekolah (ZSS) di wilayah
Kertek. Hingga tahun 2016, dari keseluruhan 6 titik yang secara teknis membutuhkan
fasilitas Zona Selamat Sekolah (ZSS) hanya tinggal 3 titik yang belum terpasang.

Tabel III.64
Permasalahan dan Solusi Urusan Perhubungan Tahun 2016
Permasalahan Solusi
 Laju pertambahan kendaraan pribadi ini  Pengembangan sistem pelayanan
terutama sepeda motor. transportasi angkutan umum yang lebih
 Pertumbuhan mobilisasi sarana nyaman dan dapat diandalkan bagi
transportasi yang sudah tidak seimbang penumpang sehingga akan dapat
dengan penyediaan prasarana mengurangi pemakaian kendaraan
transportasi terutama prasarana jalan pribadi.
yang menyebabkan kemacetan di  Pembangunan gedung parkir
beberapa titik/simpul jalan pada saat jam terintegrasi yang dekat dengan pusat-
sibuk. pusat kegiatan ekonomi.
 Lalu lintas campur antara pergerakan  Pengaturan parkir progresif dan
antar kabupaten dengan pergerakan berlangganan pada beberapa kantong
lokal seringkali menimbulkan konflik parkir.
baik kemacetan, kecelakaan maupun  Menggalakan program safety riding dan
ketidaknyamanan di dalam perjalanan. sosialisasi kesadaran berlalu lintas.
 kondisi topografis pegunungan  Penambahan pemasangan
mengakibatkan banyaknya turunan perlengkapan keselamatan jalan.
curam yang rawan kecelakaan.  Audit keselamatan jalan
 Kurang seimbangnya antara jumlah  Pemberian training terutama untuk
trayek kendaraan umum dengan pengemudi angkutan umum
pengguna angkutan menyebabkan  Pengontrolan muatan pada untuk
banyaknya angkutan yang mangkal atau angkutan barang di Kabupaten
mengetem di pinggir jalan. Akibatnya Wonosobo dengan menggunakan
timbul terminal bayangan/pangkalan timbangan portabel untuk mengukur
kendaraan angkot/microbus pada titik tonase angkutan barang dan dilakukan
titik tertentu. penertiban secara berkala
 Tidak meratanya persebaran angkutan,  Pembangunan kawasan terminal
sehingga ada yang kelebihan angkutan angkutan barang
(over supply) dan ada yang kekurangan  Pengujian KIR kendaraan bermotor
angkutan (over demand) pada pelayanan sampai dengan pada uji kendaraan
angkutan umum yang a pribadi.
 Belum optimalnya pelaksanaan  Penggalakkan program uji secara priodik
manajemen transportasi perhubungan pada ruas jalan terpilih untuk uji emisi.
darat  Pengembangan sistem pelayanan
 Makin banyaknya angkutan barang transportasi angkutan umum yang lebih
yang melebihi muatan sehingga nyaman dan dapat diandalkan bagi
berakibat pada rusaknya jaringan jalan penumpang sehingga akan dapat
akibat beban yang kurang sesuai dengan mengurangi pemakaian kendaraan
kapasitas tonase jalan. pribadi.
 Belum optimalnya pengoperasian  Pembangunan gedung parkir

197 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Permasalahan Solusi
terminal tipe A Mendolo terintegrasi yang dekat dengan pusat-
 Belum optimalnya penataan parkir pusat kegiatan ekonomi.
terutama pada badan jalan yang  Pengaturan parkir progresif dan
mengakibatkan kemacetan dan tundaan berlangganan pada beberapa kantong
perjalanan karena manuver parkir parkir.
 Belum optimalnya manajemen  Menggalakan program safety riding dan
transportasi perhubungan darat sosialisasi kesadaran berlalu lintas.
 Masih rendahnya kualitas prasarana  Penambahan pemasangan
perhubungan darat perlengkapan keselamatan jalan.
 Masih kurangnya jaringan transportasi  Audit keselamatan jalan
perhubungan darat  Pemberian training terutama untuk
pengemudi angkutan umum
 Pengontrolan muatan pada untuk
angkutan barang di Kabupaten
Wonosobo dengan menggunakan
timbangan portabel untuk mengukur
tonase angkutan barang dan dilakukan
penertiban secara berkala
 Pembangunan kawasan terminal
angkutan barang
 Pengujian KIR kendaraan bermotor
sampai dengan pada uji kendaraan
pribadi.
 Penggalakkan program uji secara priodik
pada ruas jalan terpilih untuk uji emisi.
 Pengembangan angkutan umum massal
dan teknologi mesin ramah lingkungan

l. Urusan Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa


Jumlah BUMDes juga meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2015, hal tersebut diikuti
pula oleh meningkatnya persentase BUMDes yang aktif, hal tersebut tidak terlepas dari
upaya pembinaan dan pelatihan pengelolaan BMUMDes yang telah dilakukan secara
berkelanjutan.

Tabel III.65
Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Berdasarkan Indikator RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021

%Capaian
Capaian Capaian
Target kinerja
No Indikator Kinerja Kinerja Kinerja
2016 terhadap
2015 2016
target
1 jumlah BUMDes 20 20 56 280
2 Persentase BUMDes aktif 75% 78% 83% 106,41

198 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
5. Misi 5: Melakukan harmonisasi prinsip berkelanjutan dan berkesinambungan dalam
pembangunan daerah
Untuk mencapai misi ke-5 urusan pemerintahan yang diselenggarakan oleh pemerintah
kabupaten adalah sebagai berikut :

− Pekerjaan umum dan penataan ruang


− Lingkungan hidup
− Perumahan rakyat dan kawasan permukiman
− Ketentraman ketertiban umum dan perlindungan masyarakat

199 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.66
Capaian Kinerja Misi 5

CAPAIAN
TARGET
INDIKATOR TARGET CAPAIAN S.D. 2016
TUJUAN SASARAN 2015 %CAPAIAN AKHIR
SASARAN 2016 2016 TERHADAP
RPJMD
RPJMD
Misi 5: Melakukan harmonisasi prinsip berkelanjutan dan berkesinambungan dalam pembangunan daerah
Terwujudnya 1 Terwujudnya pengelolaan SDA dan
pengelolaan SDA dan LH LH secara berkelanjutan Indeks Kualitas
secara berkelanjutan berkesinambungan Lingkungan 58 58,15 61,42 105,62 68,15 90,12
berkesinambungan Hidup

Ketaatan
78,15% 79,25% 79% 99,68 85% 92,94
Terhadap RTRW
2 Berkembangnya pemanfaatan energi Rasio
dan energi baru/terbarukan Elektrifikasi DTD 91,96 91,96 100,00 100,00 91,96
Rumah Tangga
3 Meningkatnya upaya pengurangan
resiko bencana melalui adaptasi dan Indeks Resiko
135 129 135 95,56 75 55,56
mitigasi Bencana

200 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
m. Urusan Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang
Kinerja Urusan Penataan Ruang dapat dilihat melalui indikator yang sudah
dituangkan dalam dokumen RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 yaitu
Persentase Tersedianya informasi mengenai rencana tata ruang (RTR) wilayah
kabupaten beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital.
Disamping indikator tersebut Capaiaan Kinerja Urusan Penataan Ruang juga
dapat di dilihat melalui indikator Persentase RDTR yang dilegalisasi. Kedua
Indikator ini merupakan indikasi kemampuan suatu daerah untuk mengelola,
merencanakan dan mengendalikan pemanfaatan ruang yang dimiliki. Semakin
tinggi nilai indikator ini, semakin tinggi kemampuan daerah tersebut dalam
menyelenggarakan urusan tata ruang. Capaian kinerja penataan ruang dapat
dilihat dalam tabel dibawah sebagai berikut.

Tabel III.67
Capaian Kinerja Urusan Penataan Ruang Tahun 2016
berdasarkan Indikator RPJMD Kabuapten Wonosobo 2016-2021

Capaian Capaian %Capaian


Target
Indikator Kinerja Kinerja Kinerja kinerja
No 2016
2015 2016 terhadap target
Persentase Tersedianya informasi
mengenai rencana tata ruang (RTR)
1 wilayah kabupaten beserta rencana 68,75% 0,74 73,96% 100,00
rincinya melalui peta analog dan peta
digital
2 Persentase RDTR yang dilegalisasi 0 0

n. UrusanLingkungan Hidup
1) Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
Peningkatan jumlah dan aktivitas penduduk kabupaten tentunya juga
menyebabkan kenaikan jumlah sampah sebagai sisa hasil kegiatan.
Penanganan sampah dituangkan melalui program pengembangan kinerja
pengelolaan persampahan. Program ini diampu oleh Dinas Cipta Karya, Tata
Ruang dan Kebersihan serta Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Untuk
kegiatan yang berada di Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan yaitu
Pelatihan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat, Pengadaan Mesin
Pencacah Plastik dan Mesin Blower Pengering Sampah Plastik, Pengadaan
Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah (Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu/TPST) (DBHCHT) yang diarahkan di Kelurahan Wonoroto
Watumalang. Adapun kegiatan yang diampu Dinas cipta Karya, Tata Ruang
dan Kebersihan terkait persampahan yaitu peningkatan operasi dan
pemeliharaan sarana dan prasarana persampahan dengan subkegiatan
berupa pengadaan peralatan penunjang persampahan di TPA, pengadaan
mesin-mesin pengomposan, pembuatan/perbaikan TPS wilayah RIK, rehab
garasi excavator TPA, pembangunan pagar TPA, pavingisasi TPA, studi
kelayakan Tempat pembuangan limbah B3, rehab/perbaikan gerbong toilet
keliling, masterplan penanganan sampah, pengadaan sarana persampahan,
penyempurnaan rehab garasi/excavator TPA.

201 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
2) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Aktivitas pembangungan tentunya harus dikendalikan agar tidak mencemari
dan merusak lingkungan hidup. Upaya itu dituangkan dalam program
pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup yang dituangkan
dalam beberapa kegiatan, yaitu DAK Bidang Lingkungan Hidup yang
merupakan dana alokasi khusus bidang lingkungan hidup dari Pemerintah
pusat. Kegiatan DAK ini meliputi subkegiatan seperti pengadaan tempat
pemilah sampah untuk bank sampah, sekolah adiwiyata dan kelurahan se-
Kecamatan wonosobo, pengadaan bangunan komposter, pengadaan sepeda
motor trail, sepeda motor roda 3. Kegiatan lainnya yaitu fasilitasi kajian
kerusakan lingkungan akibat pertambangan minerba, Fasilitasi Pembinaan
Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Sosialisasi Pengendalian Pencemaran
Lingkungan Hidup, Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup Kemitraan
Bersama Masyarakat.

3) Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumberdaya Alam dan


Lingkungan Hidup
Kualitas dan akses informasi terkait sumberdaya alam dan lingkungan hidup
harus ditingkatkan. Oleh karena itu dalam implementasi program ini telah
dilaksanakan kegiatan Penyusunan SLHD (Status Lingkungan Hidup Daerah),
Pendataan/Inventarisasi sumber Mata Air, Penyusunan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis, Penyusunan Database Pencemaran Lingkungan di
lingkungan daerah aliran sungai wilayah Kecamatan Wonosobo. Kegiatan
penyusunan kajian lingkungan hidup strategis pada tahun 2016 sebagai materi
wajib pendamping dokumen RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021.

4) Program Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Lingkungan Hidup


Upaya menjaga lingkungan tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah
tapi perlu ada peran masyarakat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat.
Program ini dituangkan dalam kegiatan fasilitsi kegiatan adiwiyata, dan
fasilitasi kegiatan adipura, fasilitasi kegiatan K3, fasilitasi pembangunan
berwawasan lingkungan di Kecamatan Desa/Kelurahan.

5) Program Pengendalian Dampak Perubahan Iklim


Perubahan iklim merupakan hal yang perlu diantisipasi dan dikendalikan
karena akan memberikan dampak bagi keberlanjutan lingkungan. Hal yang
dilakukan dalam prgram ini yaitu penghijauan lingkungan.

6) Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam


Upaya perlindungan dan konservasi sumber daya alam dilakukan melalui
kegiatan peningkatan arboretum/taman koleksi yang ada di Kalianget. Upaya
ini lebih pada konservasi sumber daya alam berupa tanaman/vegetasi.

7) Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Laju pertumbuhan ruang perkotaan menjadi area terbangun seharusnya
diantisipasi dengan pengaturan penyediaan ruang terbuka hijau. RTH yang
telah ada baik secara alami maupun buatan diharapkan dapat menjalankan
202 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
fungsi ekologis, sosial budaya, ekonomi dan estetika. Sampai pada tahun
2016, Keberadaan RTH perkotaan publik (yang di) di Kabupaten Wonosobo
masih 16%. Standar yang ada yaitu untuk RTH publik minimal 20%. Namun jika
dilihat secara keseluruhan, untuk capaian RTH perkotaan Wonosobo sudah
diatas 30%. Perhitungan RTH perkotaan ini masih dibatasi pada perkotaan
ibukota kabupaten Wonosobo beserta wilayah aglomerasinya.

Kegiatan yang dilakukan dalam program pengelolaan RTH yaitu pemeliharaan


taman luar kota dan taman ruas jalan dalam kota, penataan ruang terbuka
hijau koridor wisata dieng (pedestrian dan taman), rehabilitasi/pemeliharaan
taman dalam kota. Selain itu, pada program ini juga mendapat dana dari
APBN sektoral yaitu revitalisasi Taman Plaza, dan pembuatan Taman Garung
Keren yang termasuk dalam proyek strategis nasional taman revolusi mental.
Sementara itu terdapat kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan yaitu
pembangunan/penataan kembali Patung Garuda RTH Ngasinan yang
disebabkan oleh karena tidak cukup waktu pelaksanaan.

8) Program peningkatan kapasitas sumberdaya Aparatur


Program ini mencakup kegiatan Penguatan Kapasitas SDM di Bidang
Lingkungan Hidup dalam bentuk pelatihan AMDAL.

Capaian pelaksanaan Urusan Lingkungan Hidup juga didasarkan pada


Indikator Kinerja Pembangunan Daerah berdasar Indikator Kinerja RPJMD.
Adapun capaiannya dapat diuraikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel III.68
Capaian kinerja Urusan Lingkungan Hidup Tahun 2016
berdasarkan Indikator Kinerja RPJMD
%Capaian
Capaian Capaian
Target kinerja
Indikator Kinerja Kinerja Kinerja
No 2016 terhadap
2015 2016
target
Persentase panjang sempadan sungai utama
1 88% 88% 88% 100
berupa ruang terbuka hijau

Persentase jumlah usaha dan atau kegiatan


2 yang mentaati persyaratan administrasi dan 68% 73,33% 68% 92,73
teknis pencegahan pencemaran air

Persentase jumlah usaha dan atau kegiatan


sumber tidak bergerak yang memenuhi
3 76% 80% 78% 97,5
persyaratan administratif dan teknis
pencegahan pencemaran udara

Persentase luasan lahan dan atau tanah untuk


4 produksi biomassa yang telah ditetapkan dan 14,87% 29% 14,87% 51,28
diinformasikan status kerusakannya

5 Persentase Kualitas sumber mata air Kelas A 75% 79% 75% 94,94

6 Indeks Kualitas udara DTD 70 50 71,43

203 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
%Capaian
Capaian Capaian
Target kinerja
Indikator Kinerja Kinerja Kinerja
No 2016 terhadap
2015 2016
target
7 Indeks kualitas air sungai 60 62 65 105,41
8 Indeks tutupan vegetasi 91,28 91,28 91,28 100

Persentase usaha dan atau kegiatan yang


9 0 15% 12% 80
berdampak besar dan penting yang diawasi

Persentase jumlah pengaduan masyarakat


akibat adanya dugaan pencemaran dan
10 100% 100% 100% 100
perusakan lingkungan hidup yang
ditindaklanjuti
Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan
11 100% 100% 100% 100
AMDAL

12 Persentase luas lahan kritis yang direhabilitasi 25% 29 4,83% 0,17

Persentase KRP wajib KLHS yang dilengkapi


13 10 22% 10% 45,45
dokumen KLHS

Persentase ibukota kecamatan yang terpasang


14 0 0 #DIV/0!
informasi status kualitas udara dan air

Persentase peningkatan kunjungan portal


15 0 0% 0 #DIV/0!
lingkungan Kab. Wonosobo
Rasio motivator lingkungan thd 10000
16 30 75 33 44
penduduk
DTD-data
Persentase kendaraan roda empat yang lolos uji
17 tidak 5% 55,42% 1108,4
emisi
tersedia
Persentase usaha yang memiliki IPAL thd
18 35% 35% 27,81% 79,46
industri wajib IPAL

Persentase luas lahan kritis pada kawasan


19 37.86% 36% 38% 106,45
budidaya dan lindung diluar hutan

DTD-data
20 Persentase sumber mata air yang rusak tidak 5% 6,25% 125
tersedia
21 Persentase tutupan vegetasi 74,83% 74,83% 74,83% 100

22 Rata-rata indeks seluruh jasa ekosistem D3TLH 0,44 0,45 0,44 97,417

23 Persentase penanganan sampah 6,94% 15,78% 31,66% 200,634


Rasio tempat pembuangan sampah per satuan
24 0,3 0,4 0,36 90
penduduk
Jumlah Tempat Pengolahan Sampah Terpadu
25 0 1% 0 0
(TPST) 3R skala kecamatan
Persentase Tempat Pengolahan Sampah
26 1,13% 5% 1,51% 29,61
Terpadu (TPST) skala desa/kelurahan

27 Persentase RW yang memiliki bank sampah 11,30% 26% 6,85% 26,25

28 Persentase pengurangan sampah di perkotaan 7,50% 8% 5% 66,67

29 Persentase pengoperasian TPA 0% 10% 0% 0,00


204 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
%Capaian
Capaian Capaian
Target kinerja
Indikator Kinerja Kinerja Kinerja
No 2016 terhadap
2015 2016
target
Persentase luas RTH perkotaan per luas wilayah
30 38,78% 39,98% 38,80% 97,04
perkotaan
Persentase tersedianya luasan RTH publik
31 70% 73% 75% 103,45
sebesar 20% dari luas perkotaan

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Bappeda, 2016

Pada tahun pertama implementasi RPJMD Kabupaten Wonosobo tahun 2016-2021,


terdapat dinamika capaian target indikator RPJMD dalam urusan lingkungan hidup.
Indikator penanganan sampah merupakan yang cukup terlihat dalam capaian dari awal
6,94% menjadi 31,66%. Hal itu juga didukung dengan indikator lainnya berupa Persentase
RW yang memiliki bank sampah. Indikator tersebut menunjukkan adanya tren
pembentukan bank sampah di tingkat RW dalam rangka pengurangan sampah dari
sumbernya. Untuk indikator utama dalam urusan lingkungan hidup yaitu indeks kualitas
lingkungan hidup, Indikator ini merupakan komposit dari indeks kualitas udara, indeks
kualitas air sungai dan indeks tutupan vegetasi. Komposit indeks tersebut dianggap
mencerminkan kondisi kualitas lingkungan hidup yang ada di Kabupaten Wonosobo.
Selanjutnya indikator yang masih perlu mendapatkan perhatian yaitu persentase
tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas perkotaan yang masih tercapai 75%
dari target standar pelayanan minimal 100%.

Permasalahan dalam penyelenggaraan urusan lingkungan hidup dan alternative


solusi yang bisa dilakukan termuat dalam tabel berikut :

Tabel III.69
Matriks Permasalahan dan Solusi Urusan Lingkungan Hidup
No Permasalahan Solusi
1 Persentase Penyediaan RTH Publik - Menyusun regulasi spesifik kawasan terkait Ruang
yang masih relatif kecil terbuka Hijau
- Menambah luasan RTH publik
2 Belum optimalnya penanganan - Implementasi penegakan perda pengelolaan
persampahan sampah
- Optimalisasi operasional TPA minimal controlled
landfill yang teratur
- Mencari alternatif pengolahan sampah TPA
dengan berbagai teknologi yang palling optimal
- Mengurangi sampah dari sumbernya (rumah
tangga, perkantoran, industri, dll)
- Edukasi gerakan buang sampah pada tempatnya
secara masif dan berkelanjutan
- Perluasan jangkauan pelayanan persampahan
- Optimalisasi bank sampah tingkat RW
- Pengolahan sampah mandiri di lokasi objek wisata
3 Terbatasnya upaya pengawasan - Melakukan pengawasan secara rutin dan periodik
rutin terhadap jenis terhadap semua jenis usaha dan industri yang
usaha/kegiatan yang berpotensi berpotensi mencemari lingkungan
polutan (anggapan DPPLH hanya - Monev secara intensif implementasi dokumen

205 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
No Permasalahan Solusi
sekedar persyaratan pengelolaan lingkungan hidup (SPPL, UKL/UPL,
adminiistratif) AMDAL)
4 Masih maraknya praktik pertanian - Edukasi petani praktik pertanian ramah
yang mencemari lingkungan (olah lingkungan
lahan dan pestisida, pupuk kimia - Demplot pertanian ramah lingkungan
yang berlebihan)
5 Terjadinya luapan banjir limpasan - Pembuatan sumur resapan
hingga permukiman dan jalan - Pengaturan ketat persentase kawasan terbangun
di kawasan resapan
- Mengurangi pengolahan lahan budidaya yang
merusak lingkungan di daerah hulu

6 Terbatasnya SDM, sarana dan - Peningkatan kapasitas SDM dalam urusan


prasarana pengelolaan lingkungan lingkungan hidup
hidup - Optimalisasi oeprasional laboratorium lingkungan
hidup

B. REALISASI ANGGARAN
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan penguatan kapasitas fiskal daerah,
Pemerintah Daerah diberi kewenangan yang lebih besar untuk mewujudkan kemandirian
keuangan melalui desentralisasi fiskal yang diatur dengan peraturan perundang-
undangan. Beberapa peraturan yang terkait langsung dengan hal tersebut adalah
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015, kemudian Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Kemandirian keuangan daerah menjadi sangat penting, baik dari sisi pendapatan
(revenue), maupun dari sisi pengeluaran (expenditure) agar Pemerintah Daerah memiliki
kemampuan yang lebih kuat untuk mendesain dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
bersifat strategis bagi peningkatan kesejahteraan rakyat sesuai dengan aspirasi dan
karakteristik masyarakatnya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah disusun
sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan kemampuan
pendapatan daerah dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk
mencapai tujuan bernegara. Pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Wonosobo telah
diupayakan agar sesuai dengan azas umum pengelolaan keuangan daerah yaitu tertib,
taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan
bertanggungjawab dengan tidak mengesampingkan keadilan, kepatutan dengan tujuan
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat
Wonosobo. Pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah selama satu tahun anggaran 2016
diawali dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 5 Tahun
2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 tanggal 30
Desember 2015, kemudian Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 11 Tahun
2016 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016
tanggal 8 Nopember 2016.

206 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 pasal 4 Azas Umum
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah sebagai berikut :
1. Tertib adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna
yang didukungdengan bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Taat adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada Peraturan
Perundang-Undangan.
3. Efektif adalah merupakan hasil program dengan target yang telah ditetapkan yaitu
dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.
4. Efisien adalah merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan
tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.
5. Ekonomis adalah merupakan perolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas pada
tingkat harga yang terendah.
6. Transparan adalah merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat
untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang
keuangan daerah
7. Bertanggung jawab adalah merupakan perwujudan kewajiban seseorang untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan.
8. Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya dan/ atau
keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif.
9. Kepatutan adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan
proporsional.
10. Manfaat adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat.
Kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah terbagi dalam 3 (tiga) aspek yaitu
pengelolaan pendapatan daerah, pengelolaan belanja daerah dan pengelolaan
pembiayaan daerah.

1. Pengelolaan Pendapatan Daerah


Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih, pendapatan daerah dimaksud meliputi semua penerimaan uang
melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas, merupakan hak daerah
dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.
Dalam struktur APBD Tahun Anggaran 2016 disusun berdasarkan sistem
penganggaran yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah beserta perubahannya,
bahwa pendapatan daerah dirinci menurut kelompok pendapatan yang terdiri atas
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan danLain-lain Pendapatan Daerah Yang
Sah.

a. Kebijakan Umum Pendapatan Daerah


Secara umum, kebijakan pendapatan daerah tahun anggaran 2016 diarahkan pada
optimalisasi pendapatan daerah melalui penetapan alokasi rencana pendapatan
daerah secara rasional dan terukur yang dapat dicapai untuk setiap sumber
pendapatan dengan memperhatikan realisasi penerimaan pendapatan tahun
sebelumnya, estimasi penerimaan pendapatan tahun berkenaan, serta dasar

207 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
hukum penerimaan pendapatan dengan memperhatikan pedoman penyusunan
APBD tahun anggaran 2016. Hal ini dilakukan agar penetapan target pendapatan
daerah dapat dilakukan secara realistis sehingga tidak terjadi over estimateatau
sebaliknya terjadi under estimate yang signifikan dalam penetapan rencana
pendapatan daerah yang dapat berdampak kontra produktif terhadap
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta pembangunan
daerah secara keseluruhan baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
pada tahun anggaran yang akan datang.
Sumber Pendapatan Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun Anggaran 2016 masih
tergantung dari Pemerintah Pusat dan Provinsi, baik berupa Dana Perimbangan
maupunLain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah, sementara kontribusi Pendapatan
Asli Daerah (PAD) terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) masih
relatif kecil. Hal ini dikarenakan masih terbatasnya sumber pendapatan daerah
yang ada. Kebijakan pengelolaan keuangan daerh dibidang pendapatan dapat
diuraikan sebagi berikut :
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari PAD memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
a. Penganggaran pajak daerah dan retribusi daerah:
1) Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah berpedoman
pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang
Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin
Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.
2) Penetapan target pajak daerah dan retribusi daerah didasarkan pada data
potensi pajak daerah dan retribusi daerah yang berpotensi terhadap target
pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah serta realisasi penerimaan
pajak daerah dan retribusi daerah tahun sebelumnya.
3) Dalam rangka mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari
pajak daerah dan retribusi daerah, Pemerintah Daerah melakukan kegiatan
penghimpunan data obyek dan subyek pajak daerah dan retribusi daerah,
penentuan besarnya pajak daerah dan retribusi daerah yang terhutang
sampai dengan kegiatan penagihan pajak daerah dan retribusi daerah
kepada wajib pajak daerah dan retribusi daerah serta pengawasan
penyetorannya.
4) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor, dialokasikan
untuk mendanai pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta
peningkatan moda dan sarana transportasi umum sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 8 ayat (5) Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009.
5) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Rokok, dialokasikan paling sedikit
50% (lima puluh per seratus) untuk mendanai pelayanan kesehatan
masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009.
6) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Penerangan Jalan sebagian
dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan sebagaimana

208 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
diamanatkan dalam Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009.
b. Penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
memperhatikan rasionalitas dengan memperhitungkan nilai kekayaan daerah
yang dipisahkan dan memperhatikan perolehan manfaat ekonomi, sosial
dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu, dengan berpedoman
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pengelolaan Investasi Daerah.
c. Penganggaran Lain-lain PAD Yang Sah:
1) Pendapatan bunga atau jasa giro dari dana cadangan, dianggarkan pada
akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-Lain PAD Yang Sah, obyek
Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangan, rincian obyek Bunga atau Jasa Giro
Dana Cadangan sesuai peruntukannya
2) Pendapatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik pemerintah daerah yang belum
menerapkan PPK-BLUD mempedomani Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun
2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan
Kesehatan Nasional pada FKTP Milik Pemerintah Daerah dan Surat Edaran
Menteri Dalam Negeri Nomor 900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014 Hal Petunjuk
Teknis Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan serta
Pertanggungjawaban Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada FKTP
Milik Pemerintah Daerah.
3) Pendapatan atas denda pajak daerah dan retribusi daerah dianggarkan pada
akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-Lain PAD Yang Sah dan
diuraikan ke dalam obyek dan rincian obyek sesuai kode rekening
berkenaan.

2) Dana Perimbangan
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari pendapatan perimbangan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Penganggaran Dana Bagi Hasil (DBH):
Pendapatan dari DBH dianggarkan sesuai Peraturan Presiden mengenai
Rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Alokasi DBH-Pajak Tahun Anggaran 2016 dan dengan
memperhatikan perkembangan realisasi pendapatan DBH selama 3 (tiga)
tahun terakhir.
b. Penganggaran Dana Alokasi Umum (DAU):
Penganggaran DAU sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai Rincian
APBN Tahun Anggaran 2016.
c. Penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK):
DAK dan/atau DAK Tambahan dianggarkan sesuai Peraturan Presiden
mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atau Peraturan Menteri
Keuangan mengenai Alokasi DAK Tahun Anggaran 2016.

3) Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah


Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-Lain Pendapatan
Daerah Yang Sah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

209 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
1) Penganggaran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dialokasikan sesuai
dengan Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana
Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2016.
2) Penganggaran Tunjangan Profesi Guru (TPG) dialokasikan sesuai dengan
Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi
Tunjangan Profesi Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah Tahun Anggaran 2016.
3) Pendapatan yang diperuntukan bagi desa dan desa adat yang bersumber dari
APBN dalam rangka membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, dan pembinaan kemasyarakatan serta pemberdayaan
masyarakat desa, dan kemasyarakatan sebagaimana maksud Pasal 72 ayat (1)
huruf b dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Pasal 294 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dianggarkan dalam
APBD pemerintah kabupaten/kota Tahun Anggaran 2016 dengan
mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana
Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
sebagaiman diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Penganggaran Dana Desa dialokasikan sesuai dengan Peraturan Presiden
mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atau Peraturan Menteri
Keuangan mengenai Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2016
4) Penganggaran Dana Transfer lainnya dialokasikan sesuai dengan Peraturan
Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atau Peraturan Menteri
Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana Transfer lainnya Tahun
Anggaran 2016.
5) Penganggaran pendapatan yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak Daerah yang
diterima dari pemerintah provinsi didasarkan pada alokasi belanja Bagi Hasil
Pajak Daerah dari pemerintah provinsi Tahun Anggaran 2016.
6) Penganggaran pendapatan hibah yang bersumber dari pemerintah, pemerintah
daerah lainnya atau pihak ketiga, baik dari badan, lembaga, organisasi swasta
dalam negeri/luar negeri, kelompok masyarakat maupun perorangan yang tidak
mengikat dan tidak mempunyai konsekuensi pengeluaran atau pengurangan
kewajiban pihak ketiga atau pemberi hibah, dianggarkan dalam APBD setelah
adanya kepastian pendapatan dimaksud.
7) Penganggaran pendapatan yang bersumber dari sumbangan pihak ketiga, baik
dari badan, lembaga, organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat
maupun perorangan yang tidak mengikat dan tidak mempunyai konsekuensi
pengeluaran atau pengurangan kewajiban pihak ketiga atau pemberi
sumbangan, dianggarkan dalam APBD setelah adanya kepastian pendapatan
dimaksud.

210 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
b. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah tahun anggaran 2016 setelah perubahan dianggarkan sebesar
Rp1.723.957.430.560,00 dapat direalisasi Rp1.575.601.733.680,00 atau 91,39 % yang
berarti kurang dari anggaran sebesar Rp148.355.696.880,00 dengan rincian sebagai
berikut:

Tabel III.70
Uraian Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2016

NO.
URAIAN ANGGARAN REALISASI LEBIH / (KURANG)
URUT
1 2. 3. 4. 5.

1 PENDAPATAN 1.723.957.430.560,00 1.575.601.733.680,00 (148.355.696.880,00)


1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 177.947.569.560,00 199.894.667.510,00 21.947.097.950,00
1.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 27.612.500.000,00 30.274.645.410,00 2.662.145.410,00
1.1.2 Hasil Retribusi Daerah 9.918.981.500,00 11.013.505.521,00 1.094.524.021,00
1.1.3 Hasil Pengelolaan 11.876.999.390,00 12.070.308.915,00 193.309.525,00
Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli 128.539.088.670,00 146.536.207.664,00 17.997.118.994,00
Daerah yang Sah
1.2 DANA PERIMBANGAN 1.223.065.453.000,00 1.079.170.500.015,00 (143.894.952.985,00)
1.2.1 Bagi Hasil Pajak/Bagi 38.219.809.000,00 38.789.323.015,00 569.514.015,00
Hasil Bukan Pajak
1.2.2 Dana Alokasi Umum 841.407.175.000,00 841.407.175.000,00 0,00
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 343.438.469.000,00 198.974.002.000,00 (144.464.467.000,00)
1.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN 322.944.408.000,00 296.536.566.155,00 (26.407.841.845,00)
DAERAH YANG SAH
1.3.1 Pendapatan Hibah 6.000.000.000,00 5.940.000.000,00 (60.000.000,00)
1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari 100.681.550.000,00 79.333.708.155,00 (21.347.841.845,00)
Provinsi dan Pemerintah
Daerah Lainnya
1.3.5 Bantuan Keuangan dari 66.209.389.000,00 61.209.389.000,00 (5.000.000.000,00)
Provinsi atau Pemerintah
Daerah Lainnya
1.3.6 Dana Desa 150.053.469.000,00 150.053.469.000,00 0,00
JUMLAH PENDAPATAN 1.723.957.430.560,00 1.575.601.733.680,00 (148.355.696.880,00)

211 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Dari tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa realisasi pendapatan yang bersumber dari
Pendapatan Asli Daerah melebihi anggaran, namun disisi lain terdapat realisasi pendapatan
yang kurang dari anggaran cukup besar antara lain pendapatan yang bersumber dari :

- Dana Alokasi Khusus Rp. 144.464.467.000,00

- Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan

Pemerintah Daerah Lainnya Rp 21.347.841.845,00

- Bantuan Keuangan dari Provinsi atau

Pemerintah Daerah Lainnya Rp 5.000.000.000,00

Selanjutnya realisasi pendapatan daerah menurut organisasi pengelola pendapatan dapat


dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel III.71
Uraian Pendapatan Menurut Organisasi Pengelola Pendapatan
Tahun Anggaran 2016
ANGGARAN
SETELAH BERTAMBAH/
NO SKPD REALISASI
PERUBAHAN (BERKURANG)

1 2 3 4 5
DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
1 1.000.000,00 4.309.019,00 3.309.019,00
PEMUDA DAN OLAH RAGA
2 DINAS KESEHATAN 37.582.972.920,00 37.301.195.091,00 (281.777.829,00)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
3 72.000.000.000,00 76.344.703.018,00 4.344.703.018,00
(RSUD) SETJONEGORO
DINAS SUMBERDAYA AIR DAN BINA
4 290.000.000,00 924.041.750,00 634.041.750,00
MARGA
DINAS CIPTAKARYA, TATA RUANG
5 85.000.000,00 119.198.900,00 34.198.900,00
DAN KEBERSIHAN
6 KANTOR PERHUBUNGAN 1.077.000.000,00 1.176.246.300,00 99.246.300,00
KANTOR ADMINISTRASI
7 KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN 600.000.000,00 542.270.000,00 (57.730.000,00)
SIPIL
KANTOR TENAGA KERJA DAN
8 5.000.000,00 6.100.000,00 1.100.000,00
TRANSMIGRASI
KANTOR KOPERASI DAN USAHA
9 10.000.000,00 10.766.630,00 766.630,00
MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
BADAN PENANAMAN MODAL DAN
10 1.165.730.000,00 851.870.113,00 (313.859.887,00)
PELAYANAN PERIJINAN TERPADU
11 SEKRETARIAT DAERAH 30.471.215.140,00 44.276.230.015,00 13.805.014.875,00
12 DINAS PENDAPATAN DAERAH 33.334.616.000,00 36.644.465.518,00 3.309.849.518,00
13 PPKD 1.546.009.861.000,00 1.375.707.066.170,00 (170.302.794.830,00)
14 KECAMATAN WONOSOBO 342.620.500,00 437.975.000,00 95.354.500,00
15 KECAMATAN KERTEK 120.200.000,00 155.383.000,00 35.183.000,00
16 KECAMATAN SELOMERTO 213.315.000,00 321.698.500,00 108.383.500,00
17 KECAMATAN LEKSONO 175.400.000,00 192.890.000,00 17.490.000,00
18 KECAMATAN WATUMALANG 47.200.000,00 16.350.000,00 (30.850.000,00)
19 KECAMATAN MOJOTENGAH 53.900.000,00 101.505.000,00 47.605.000,00
20 KECAMATAN GARUNG 8.300.000,00 11.550.000,00 3.250.000,00
21 KECAMATAN KEJAJAR 32.800.000,00 47.800.000,00 15.000.000,00
212 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
ANGGARAN
SETELAH BERTAMBAH/
NO SKPD REALISASI
PERUBAHAN (BERKURANG)

1 2 3 4 5
22 KECAMATAN KALIKAJAR 31.400.000,00 65.650.000,00 34.250.000,00
23 KECAMATAN SAPURAN 61.500.000,00 102.700.000,00 41.200.000,00
24 KECAMATAN KEPIL 8.400.000,00 39.850.000,00 31.450.000,00
25 KECAMATAN KALIWIRO 8.700.000,00 15.790.000,00 7.090.000,00
26 KECAMATAN WADASLINTANG 22.000.000,00 2.200.000,00 (19.800.000,00)
KANTOR ARSIP DAN
27 16.000.000,00 19.770.000,00 3.770.000,00
PERPUSTAKAAN DAERAH
28 DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN 183.300.000,00 162.159.656,00 (21.140.344,00)

JUMLAH PENDAPATAN 1.723.957.430.560,00 1.575.601.733.680,00 (148.355.696.880,00)

Dilihat dari Tabel III.A.2 diatas, nampaklah bahwa kontribusi pendapatan asli daerah
terhadap total pendapatan daerah relatif kecil yaitu sebesar 12,69% hal ini
mencerminkan bahwa keuangan pemerintah kabupaten Wonosobo masih sangat
tergantung dari pemerintah pusat maupun provinsi.
2. Pengelolaan Belanja Daerah
Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih, belanja daerah dimaksud meliputi semua pengeluaran dari
rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban
daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali
oleh daerah. Belanja daerah tahun anggaran 2016 merupakan formulasi kebijakan
yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan Pemerintah Kabupaten Wonosobo
dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan dan pembangunan, pelayanan
masyarakat, dan upaya penyelesaian berbagai persoalan yang dihadapi daerah, yang
dikelompokkan ke dalam Belanja Tidak langsung dan Belanja Langsung.
Penyelenggaraan pemerintahan di daerah tidak terlepas dari pengelolaan belanja
daerah. Hal ini berkaitan erat dengan upaya pelaksanaan pembangunanan yang
efektif dan efisien serta dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Upaya ini pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.
a. Kebijakan Umum Belanja Daerah.
Berdasarkan ketentuan pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, disebutkan bahwa dalam menyusun
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, penganggaran pengeluaran harus
didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang
cukup. Hal ini berarti bahwa APBD disusun tidak saja berdasarkan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan daerah, melainkan juga harus disesuaikan
dengan kemampuan pendapatan daerah. Secara umum permasalahan dalam
belanja daerah adalah adanya ketidakseimbangan kebutuhan belanja daerah
dengan kemampuan pendapatan daerah yang direncanakan.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas guna tercapainya pelayanan yang optimal
kepada masyarakat dan pelaksanaan pembangunan serta jalanya pemerintahan
maka diperlukan kebijakan dibidang belanja daerah. Kebijakan dimaksud
213 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
tentunya adalah menjamin kelancaran pendanaan program/kegiatan dan biaya
operasional pemerintah daerah yang telah direncanakan dalam APBD dalam
upaya mendorong peningkatan kinerja pelayanan kepada masyarakat, yang
diharapkan akan meningkatkan partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan.
Secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Kebijakan terkait Pemenuhan Belanja Mengikat dan Belanja Wajib (Pasal 106
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006) :
1. Memenuhi Belanja Mengikat yaitu belanja yang dibutuhkan secara terus-
menerus dan dialokasikan oleh Pemda dengan jumlah yang cukup untuk
keperluan setiap bulan dalam tahun anggaran bersangkutan seperti Belanja
Pegawai, Belanja Barang dan Jasa.
2. Memenuhi Belanja Wajib yaitu belanja untuk terjaminnya kelangsungan
pemenuhan pendanaan pelayanan dasar masyarakat antara lain :
Pendidikan dan Kesehatan dan/atau melaksanakan kewajiban kepada pihak
ketiga.
2) Kebijakan terkait Pemenuhan Belanja Prioritas
1. Mengedapankan program-program yang menunjang pertumbuhan
ekonomi, peningkatan penyediaan lapangan kerja dan upaya
pengentasan kemiskinan.
2. Melaksanakan program-program yang bersifat mengikat seperti halnya
dukungan pencapaian 9 prioritas pembangunan nasional (Nawa Cita)
sebagaimana diamanatkan pada RPJMN 2015 - 2019 serta pemenuhan
ketentuan perundang-undangan.
3. Melaksanakan pendampingan terhadap program-program pemerintah
pusat
4. Mengakomodir seluruh program pembangunan yang dijaring melalui
Aspirasi Masyarakat dalam Musrenbang.
5. Mengakomodir Hasil telaahan pokok-pokok pikiran DPRD, yang
merupakan hasil kajian permasalahan pembangunan daerah yang
diperoleh dari DPRD berdasarkan risalah rapat dengar pendapat dan/atau
rapat hasil penyerapan aspirasi melalui reses yang dituangkan dalam
daftar permasalahan pembangunan yang ditandatangani oleh Pimpinan
DPRD
6. Mendukung Wonosobo sebagai kabupaten Ramah HAM.
3) Kebijakan terkait pengalokasian belanja penyelenggaraan urusan pemerintah
daerah (Pasal 12 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014):
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Pekerjaan umum dan penataan ruang
4. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman
5. Ketenteraman
6. Ketertiban umum
7. Pelindungan masyarakat sosial

214 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
4) Kebijakan terkait belanja hibah, bantuan sosial, subsidi, bantuan keuangan
dan belanja tidak terduga (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun
2011 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006) :
1. Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari pemerintah daerah
kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah,
masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta
tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang
penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.
2. Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari
pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau
masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang
bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
Sedangkan resiko sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat
menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh
individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis
sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam
yang jika tidak diberikan belanja bantuan sosial akan semakin terpuruk
dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar.
3. Bantuan keuangan adalah bantuan dalam bentuk uang antar pemerintah
daerah, dari pemerintah provinsi kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota maupun dari pemerintah daerah kepada pemerintah
desa dengan tujuan untuk mengatasi kesenjangan fiskal antar daerah
diwilayah tertentu dalam rangka meningkatkan kapasitas fiskal baik untuk
kepentingan yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus.
4. Belanja tidak terduga adalah merupakan alokasi anggaran untuk kegiatan-
kegiatan yang sifatnya tidak biasa/tanggap darurat dalam rangka
pencegahan dan gangguan terhadap stabilitas penyelenggaraan
pemerintahan demi terciptanya keamanan dan ketertiban di daerah dan
tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan
bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk
pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun
sebelumnya yang telah ditutup.

b. Target dan Realisasi Belanja Daerah


Rencana Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 setelah Perubahan sebesar
Rp1.945.936.335.686,00 dapat direalisasi sebesar Rp1.619.140.120.460,00
atau 83,21% kurang dari anggaran sebesar Rp326.796.215.226,00 yang terdiri
dari :
1. Belanja Tidak Langsung direncanakan sebesar Rp1.182.219.037.421,00 dapat
direalisasi sebesar Rp1.005.524.738.867,00 atau 85,05%, kurang dari
anggaran sebesar Rp176.694.298.554,00
2. Belanja Langsung direncanakan sebesar Rp763.717.298.265,00 dapat
direalisasi sebesar Rp613.615.381.593,00 atau 80,35% kurang dari anggaran
sebesar Rp150.101.916.672,00. Adapun rincian anggaran dan realisasi belanja
sebagai berikut :

215 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Tabel III.72
Uraian Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016

KODE URAIAN ANGGARAN REALISASI LEBIH / (KURANG)


1 2. 3. 4. 5.

5 BELANJA 1.945.936.335.686,00 1.619.140.120.460,00 (326.796.215.226,00)


5.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 1.182.219.037.421,00 1.005.524.738.867,00 (176.694.298.554,00)
5.1.1 Belanja Pegawai 919.902.362.071,00 745.596.498.059,00 (174.305.864.012,00)
5 . 1 . 1 . 01 Belanja Gaji dan Tunjangan 849.853.275.719,00 688.981.683.756,00 (160.871.591.963,00)
5 . 1 . 1 . 02 Belanja Tambahan Penghasilan PNS 63.998.950.000,00 50.876.614.597,00 (13.122.335.403,00)
5 . 1 . 1 . 03 Belanja Penerimaan lainnya Pimpinan dan 4.002.000.000,00 3.844.130.000,00 (157.870.000,00)
anggota DPRD serta KDH/WKDH
5 . 1 . 1 . 05 Insentif Pemungutan Pajak Daerah 1.545.250.000,00 1.524.456.257,00 (20.793.743,00)
5 . 1 . 1 . 06 Insentif Pemungutan Retribusi Daerah 502.886.352,00 369.613.449,00 (133.272.903,00)
5.1.4 Belanja Hibah 10.433.600.000,00 8.728.200.000,00 (1.705.400.000,00)
5 . 1 . 4 . 03 Belanja Hibah Kepada Pemerintahan Desa 70.000.000,00 64.600.000,00 (5.400.000,00)
5 . 1 . 4 . 05 Belanja Hibah kepada 1.045.000.000,00 1.045.000.000,00 0,00
Badan/Lembaga/Organisasi
5 . 1 . 4 . 06 Belanja Hibah kepada Kelompok/Anggota 1.800.000.000,00 100.000.000,00 (1.700.000.000,00)
Masyarakat
5 . 1 . 4 . 08 Belanja Hibah Dana BOP 7.518.600.000,00 7.518.600.000,00 0,00
5.1.5 Belanja Bantuan Sosial 85.500.000,00 73.000.000,00 (12.500.000,00)
5 . 1 . 5 . 01 Belanja Bantuan Sosial kepada Organisasi Sosial 85.500.000,00 73.000.000,00 (12.500.000,00)
Kemasyarakatan
5.1.6 Belanja Bagi Hasil kepada 4.096.273.050,00 4.096.273.050,00 0,00
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa
5 . 1 . 6 . 03 Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada 3.090.500.000,00 3.090.500.000,00 0,00
Pemerintahan Desa

216 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
KODE URAIAN ANGGARAN REALISASI LEBIH / (KURANG)
1 2. 3. 4. 5.
5 . 1 . 6 . 05 Belanja Bagi Hasil Retribusi Daerah Kepada 1.005.773.050,00 1.005.773.050,00 0,00
Pemerintah Desa
5.1.7 Belanja Bantuan Keuangan kepada 239.701.302.300,00 239.582.160.300,00 (119.142.000,00)
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
5 . 1 . 7 . 03 Belanja Bantuan Keuangan kepada Desa 238.801.302.300,00 238.759.302.300,00 (42.000.000,00)
5 . 1 . 7 . 05 Belanja Bantuan Kepada Partai Politik 900.000.000,00 822.858.000,00 (77.142.000,00)
5.1.8 Belanja Tidak Terduga 8.000.000.000,00 7.448.607.458,00 (551.392.542,00)
5 . 1 . 8 . 01 Belanja Tak Terduga 8.000.000.000,00 7.448.607.458,00 (551.392.542,00)
5.2 BELANJA LANGSUNG 763.717.298.265,00 613.615.381.593,00 (150.101.916.672,00)
5.2.1 Belanja Pegawai 24.320.974.643,00 22.606.209.724,00 (1.714.764.919,00)
5 . 2 . 1 . 01 Honorarium PNS 9.570.301.700,00 8.702.735.000,00 (867.566.700,00)
5 . 2 . 1 . 02 Honorarium Non PNS 640.460.000,00 607.439.000,00 (33.021.000,00)
5 . 2 . 1 . 03 Uang Lembur 1.357.302.900,00 1.167.325.400,00 (189.977.500,00)
5 . 2 . 1 . 05 Uang untuk diberikan kepada Pihak 2.437.945.000,00 2.379.816.794,00 (58.128.206,00)
Ketiga/Masyarakat
5 . 2 . 1 . 06 Belanja Pegawai BLUD 10.314.965.043,00 9.748.893.530,00 (566.071.513,00)
5.2.2 Belanja Barang dan Jasa 363.491.263.527,00 314.099.521.034,00 (49.391.742.493,00)
5 . 2 . 2 . 01 Belanja Bahan Pakai Habis 6.420.345.399,00 5.943.614.137,00 (476.731.262,00)
5 . 2 . 2 . 02 Belanja Bahan/Material 22.471.537.580,00 20.575.775.750,00 (1.895.761.830,00)
5 . 2 . 2 . 03 Belanja Jasa Kantor 100.773.201.119,00 68.890.161.575,00 (31.883.039.544,00)
5 . 2 . 2 . 04 Belanja Premi Asuransi 314.110.000,00 298.997.703,00 (15.112.297,00)
5 . 2 . 2 . 05 Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor 6.382.225.940,00 5.684.974.366,00 (697.251.574,00)
5 . 2 . 2 . 06 Belanja Cetak dan Penggandaan 4.422.917.950,00 4.175.618.327,00 (247.299.623,00)
5 . 2 . 2 . 07 Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir 2.154.363.648,00 2.069.455.158,00 (84.908.490,00)
5 . 2 . 2 . 08 Belanja Sewa Sarana Mobilitas 1.017.235.000,00 931.779.000,00 (85.456.000,00)
5 . 2 . 2 . 09 Belanja Sewa Alat Berat 385.674.000,00 371.241.000,00 (14.433.000,00)

217 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
KODE URAIAN ANGGARAN REALISASI LEBIH / (KURANG)
1 2. 3. 4. 5.
5 . 2 . 2 . 10 Belanja Sewa Perlengkapan dan Peralatan 568.635.000,00 525.857.500,00 (42.777.500,00)
Kantor
5 . 2 . 2 . 11 Belanja Makanan dan Minuman 13.358.766.052,00 12.321.520.094,00 (1.037.245.958,00)
5 . 2 . 2 . 12 Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya 467.570.000,00 447.167.150,00 (20.402.850,00)
5 . 2 . 2 . 13 Belanja Pakaian Kerja 413.610.000,00 393.428.000,00 (20.182.000,00)
5 . 2 . 2 . 14 Belanja Pakaian khusus dan hari-hari tertentu 1.187.672.000,00 1.159.110.800,00 (28.561.200,00)
5 . 2 . 2 . 15 Belanja Perjalanan Dinas 22.664.626.921,00 19.885.808.224,00 (2.778.818.697,00)
5 . 2 . 2 . 16 Belanja Beasiswa Pendidikan PNS 47.000.000,00 47.000.000,00 0,00
5 . 2 . 2 . 17 Belanja kursus, pelatihan, sosialisasi dan 1.026.867.000,00 634.267.616,00 (392.599.384,00)
bimbingan teknis PNS
5 . 2 . 2 . 18 Belanja Perjalanan Pindah Tugas 41.410.000,00 41.410.000,00 0,00
5 . 2 . 2 . 20 Belanja Pemeliharaan 161.500.000,00 158.046.000,00 (3.454.000,00)
5 . 2 . 2 . 21 Belanja Jasa Konsultansi 2.692.535.000,00 2.164.422.000,00 (528.113.000,00)
5 . 2 . 2 . 22 Belanja Barang Dana BOS 0,00 0,00 0,00
5 . 2 . 2 . 23 Belanja Hibah Barang atau Jasa kepada 73.604.312.000,00 68.912.755.976,00 (4.691.556.024,00)
Masyarakat/Pihak Ketiga
5 . 2 . 2 . 25 Belanja Operasional Sekolah Negeri 2.431.600.000,00 2.412.441.860,00 (19.158.140,00)
5 . 2 . 2 . 26 Belanja Barang dan Jasa BLUD 98.679.374.918,00 96.010.168.798,00 (2.669.206.120,00)
5 . 2 . 2 . 27 Belanja Bantuan Sosial Barang kepada Pihak 1.804.174.000,00 44.500.000,00 (1.759.674.000,00)
Ketiga / Masyarakat
5.2.3 Belanja Modal 375.905.060.095,00 276.909.650.835,00 (98.995.409.260,00)
5 . 2 . 3 . 11 Belanja Modal Tanah - Pengadaan Tanah Untuk 650.000.000,00 321.386.000,00 (328.614.000,00)
Bangunan Gedung
5 . 2 . 3 . 13 Belanja Modal Tanah - Pengadaan Tanah Untuk 60.000.000,00 55.940.000,00 (4.060.000,00)
Bangunan Bukan Gedung
5 . 2 . 3 . 14 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 3.950.000.000,00 3.912.436.532,00 (37.563.468,00)
Alat-Alat Besar Darat
5 . 2 . 3 . 16 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 9.758.000,00 8.758.860,00 (999.140,00)
Alat-alat Bantu

218 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
KODE URAIAN ANGGARAN REALISASI LEBIH / (KURANG)
1 2. 3. 4. 5.
5 . 2 . 3 . 17 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 9.116.365.600,00 8.112.740.568,00 (1.003.625.032,00)
Alat Angkutan Darat Bermotor
5 . 2 . 3 . 18 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 0,00 0,00 0,00
Alat Angkutan Darat Tak Bermotor
5 . 2 . 3 . 19 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 116.250.000,00 91.313.100,00 (24.936.900,00)
Alat Angkut Apung Bermotor
5 . 2 . 3 . 22 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 171.000.000,00 169.645.000,00 (1.355.000,00)
Alat Bengkel Bermesin
5 . 2 . 3 . 24 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 141.122.000,00 127.724.000,00 (13.398.000,00)
Alat Ukur
5 . 2 . 3 . 25 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 823.951.000,00 584.185.500,00 (239.765.500,00)
Alat Pengolahan
5 . 2 . 3 . 26 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 1.982.449.000,00 1.946.912.400,00 (35.536.600,00)
Alat Pemeliharaan Tanaman/Alat Penyimpan
5 . 2 . 3 . 27 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 2.069.216.125,00 1.968.517.719,00 (100.698.406,00)
Alat Kantor
5 . 2 . 3 . 28 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 6.006.254.275,00 5.657.257.320,00 (348.996.955,00)
Alat Rumah Tangga
5 . 2 . 3 . 29 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 6.311.079.125,00 5.820.689.998,00 (490.389.127,00)
Komputer
5 . 2 . 3 . 30 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 24.718.000,00 24.715.200,00 (2.800,00)
Meja Dan Kursi Kerja/Rapat Pejabat
5 . 2 . 3 . 31 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 539.229.920,00 421.607.407,00 (117.622.513,00)
Alat Studio
5 . 2 . 3 . 32 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 174.419.125,00 169.567.100,00 (4.852.025,00)
Alat Komunikasi
5 . 2 . 3 . 33 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 1.500.000,00 1.500.000,00 0,00
Peralatan Pemancar
5 . 2 . 3 . 34 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 384.977.818,00 333.348.034,00 (51.629.784,00)

219 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Alat Kedokteran
KODE URAIAN ANGGARAN REALISASI LEBIH / (KURANG)
1 2. 3. 4. 5.
5 . 2 . 3 . 35 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 20.834.340.530,00 20.633.797.938,00 (200.542.592,00)
Alat Kesehatan
5 . 2 . 3 . 36 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 556.240.000,00 550.702.719,00 (5.537.281,00)
Unit-Unit Laboratorium
5 . 2 . 3 . 37 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 2.644.213.150,00 2.583.252.000,00 (60.961.150,00)
Alat Peraga/Praktek Sekolah
5 . 2 . 3 . 43 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan 4.400.000,00 3.250.000,00 (1.150.000,00)
Peralatan Laboratorium Hidrodinamika
5 . 2 . 3 . 48 Belanja Modal Peralatan dan Mesin -Pengadaan 393.648.000,00 391.471.200,00 (2.176.800,00)
Alat Keamanan dan Perlindungan
5 . 2 . 3 . 49 Belanja Modal Gedung dan Bangunan - 155.047.065.411,00 73.337.457.252,00 (81.709.608.159,00)
Pengadaan Bangunan Gedung Tempat Kerja
5 . 2 . 3 . 53 Belanja Modal Gedung dan Bangunan - 375.000.000,00 368.363.000,00 (6.637.000,00)
Pengadaan Bangunan Tugu Peringatan
5 . 2 . 3 . 55 Belanja Modal Gedung dan Bangunan - 700.000.000,00 0,00 (700.000.000,00)
Pengadaan Bangunan Monumen/Bangunan
Bersejarah lainnya
5 . 2 . 3 . 57 Belanja Modal Gedung dan Bangunan - 150.000.000,00 3.490.000,00 (146.510.000,00)
Pengadaan Bangunan Rambu-Rambu
5 . 2 . 3 . 59 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan - 118.627.573.016,00 110.086.902.725,00 (8.540.670.291,00)
Pengadaan Jalan
5 . 2 . 3 . 60 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan - 6.468.250.000,00 5.889.965.500,00 (578.284.500,00)
Pengadaan Jembatan
5 . 2 . 3 . 61 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan - 24.419.381.000,00 21.245.824.455,00 (3.173.556.545,00)
Pengadaan Bangunan Air Irigasi
5 . 2 . 3 . 62 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan - 25.000.000,00 24.530.000,00 (470.000,00)
Pengadaan Bangunan Air Pasang Surut
5 . 2 . 3 . 64 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan - 161.699.000,00 160.880.000,00 (819.000,00)
Pengadaan Bangunan Pengaman Sungai dan

220 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Penanggulangan Bencana
KODE URAIAN ANGGARAN REALISASI LEBIH / (KURANG)
1 2. 3. 4. 5.
5 . 2 . 3 . 67 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan - 4.063.046.000,00 3.984.725.475,00 (78.320.525,00)
Pengadaan Bangunan Air Kotor
5 . 2 . 3 . 69 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan - 607.265.000,00 593.747.900,00 (13.517.100,00)
Pengadaan Instalasi Air Minum/Air Bersih
5 . 2 . 3 . 70 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan - 2.310.000.000,00 2.026.641.096,00 (283.358.904,00)
Pengadaan Instalasi Air Kotor
5 . 2 . 3 . 71 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan - 172.000.000,00 168.668.000,00 (3.332.000,00)
Pengadaan Instalasi Pengolahan Sampah
5 . 2 . 3 . 74 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan - 675.000.000,00 170.204.000,00 (504.796.000,00)
Pengadaan Instalasi Gardu Listrik
5 . 2 . 3 . 82 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya - Pengadaan 4.574.769.000,00 4.401.946.687,00 (172.822.313,00)
Buku
5 . 2 . 3 . 85 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya - Pengadaan 563.880.000,00 555.586.150,00 (8.293.850,00)
Barang Bercorak Kebudayaan
JUMLAH BELANJA 1.945.936.335.686,00 1.619.140.120.460,00 (326.796.215.226,00)

221 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
Dari tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa penyerapan belanja daerah tahun anggaran 2016
sebesar 83,21% dan menyisakan anggaran yang cukup besar, hal ini disebabkan berbagai
masalah antara lain jumlah paket pekerjaan yang banyak tetapi tidak sebanding dengan jumlah
SDM yang menangani paket pekerjaan tersebut, waktu pelaksaan pekerjaan tidak cukup
disebabkan adanya kegiatan dalam proses lelang gagal.

3. Pengelolaan Pembiayaan Daerah


Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Kebijakan Pembiayaan Daerah dibagi dua
yaitu penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan, yang dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Kebijakan Pembiayaan Daerah
1) Penerimaan Pembiayaan
a. Penganggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun sebelumnya (SiLPA)
didasarkan pada penghitungan yang cermat dan rasional dengan
mempertimbangkan perkiraan realisasi anggaran Tahun Anggaran 2015 dalam
rangka menghindari kemungkinan adanya pengeluaran pada Tahun Anggaran
2016 yang tidak dapat didanai akibat tidak tercapainya SiLPA yang
direncanakan. Selanjutnya SiLPA dimaksud diuraikan pada obyek dan rincian
obyek sumber SiLPA Tahun Anggaran 2015.
b. Penerimaan kembali dana bergulir dianggarkan dalam APBD pada akun
pembiayaan, kelompok penerimaan pembiayaan daerah, jenis penerimaan
kembali investasi pemerintah daerah, obyek dana bergulir dan rincian obyek
dana bergulir dari kelompok masyarakat penerima.
2) Pengeluaran Pembiayaan
a. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, pemerintah daerah dapat
menganggarkan investasi jangka panjang non permanen dalam bentuk dana
bergulir sesuai Pasal 118 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
b. Penyertaan modal pemerintah daerah pada badan usaha milik negara/daerah
dan/atau badan usaha lainnya ditetapkan dengan peraturan daerah tentang
penyertaan modal.
c. Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit anggaran sebagaimana
diamanatkan Pasal 28 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
dan Pasal 61 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2011.
3) SisaLebih Pembiayaan (SILPA) Tahun Berjalan
a. SisaLebih Pembiayaan (SILPA) Tahun Anggaran 2016 bersaldo nol.
b. Dalam hal perhitungan penyusunan Rancangan APBD menghasilkan SILPA
Tahun Berjalan positif, akan dimanfaatkan untuk penambahan program dan
kegiatan prioritas yang dibutuhkan, volume program dan kegiatan yang telah
dianggarkan, dan/atau pengeluaran pembiayaan.
c. Dalam hal perhitungan SILPA Tahun Berjalan negatif, akan dilakukan
pengurangan bahkan penghapusan pengeluaran pembiayaan yang bukan

222 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
merupakan kewajiban daerah, pengurangan program dan kegiatan yang
kurang prioritas dan/atau pengurangan volume program dan kegiatannya.

b. Target dan Realisasi Pembiayaan Daerah


Realisasi Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2016 dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Penerimaan Pembiayaan direncanakan sebesar Rp238.009.495.126,00 dapat
direalisasi sebesar Rp238.104.871.956,00 atau 100,04%, melebihi dari anggaran
sebesar Rp95.376.830,00 yang terdiri dari :
− Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (SILPA) direncanakan Rp
238.009.495.126,00 dapat direalisasi sebesar Rp 238.041.000.946,00 atau
100,01%.
− Penerimaan Piutang Daerah direncanakan Rp0,00 dapat direalisasi sebesar Rp
63.871.010,00.
2) Pengeluaran Pembiayaan direncanakan sebesar Rp 16.030.590.000,00 dapat
direalisasi sebesar Rp 16.030.590.000,00 atau 100,00 % berupa Penyertaan
Modal (Investasi) Pemerintah Kab. Wonosobokepada BUMD yaitu :
- Bank Jawa Tengah Rp. 5.000.000.000,00
- Bank Wonosobo Rp. 2.750.000.000,00
- PDAM Rp. 8.280.590.000,00
Uraian lebih lanjut penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan sebagaimana
pada tabel dibawah ini.
Tabel III.73
Uraian Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2016

NO. LEBIH /
URAIAN ANGGARAN REALISASI
URUT (KURANG)
1 2. 3. 4. 5.
3 PEMBIAYAAN
3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 238.009.495.126,00 238.104.871.956,00 95.376.830,00
3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran 238.009.495.126,00 238.041.000.946,00 31.505.820,00
Tahun Anggaran Sebelumnya
3.1.5 Penerimaan kembali Pemberian 0,00 63.871.010,00 63.871.010,00
Pinjaman
3.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 16.030.590.000,00 16.030.590.000,00 0,00
3.2.2 Penyertaan Modal (Investasi) 16.030.590.000,00 16.030.590.000,00 0,00
Pemerintah Daerah

PEMBIAYAAN NETTO 221.978.905.126,00 222.074.281.956,00 95.376.830,00

223 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
c. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA).
SILPA Tahun Anggaran 2016 sebesar Rp178.535.895.176,00 yang berasal dari realisasi
pendapatan dikurangi realisasi belanja ditambah pembiayaan netto sebagai berikut :
1. Realisasi pendapatan Rp. 1.575.601.733.680,00
2. Realisasi Belanja Rp. 1.619.140.120.460,00
Surplus/(Devisit) (Rp. 43.538.386.780,00)

3. Penerimaan Pembiayaan Rp. 238.104.871.956,00


4. Pengeluaran Pembiayaan Rp. 16.030.590.000,00
Pembiayaan Netto Rp. 222.074.281.956,00
SILPA Rp. 178.535.895.176,0

224 | A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A
BAB IV
PENUTUP

Proses penyelenggaraan pemerintahan Daerah tahun 2016 mempedomani dokumen


RKPD 2016. Adapun ikhtisar keuangan penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten
Wonosobo tahun 2016, yang merupakan tahun ke-1 dari tahapan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2016-2021 adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan dianggarkan sebesar Rp 1.723.957.430.560,00 dapat direalisasi sebesar Rp
1.575.601.733.680,00 atau 91,39% yang berarti kurang dari anggaran sebesar Rp.
148.355.696.880,00

2. Rencana Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 setelah Perubahan sebesar


Rp 1.945.936.335.686,00 dapat direalisasi Rp 1.619.140.120.460,00 atau 83,21% kurang dari
anggaran sebesar Rp 326.796.215.226,00.

3. Realisasi Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2016 dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pembiayaan Penerimaan direncanakan sebesar Rp 238.009.495.126,00 dapat direalisasi
sebesar Rp 238.104.871.956,00 atau 100,04%, lebih dari anggaran sebesar Rp
95.376.830,00 yang terdiri dari :
− Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (SILPA) direncanakan Rp
238.009.495.126,00 dapat direalisasi sebesar Rp 238.041.000.846,00.
− Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah direncanakan Rp 0,00 dapat
direalisasi sebesar Rp 63.871.010,00.
b. Pembiayaan Pengeluaran direncanakan sebesar Rp 16.030.590.000,00 dapat direalisasi
sebesar Rp 16.030.590.000,00 atau 100,00 % berupa :
− Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Kabupaten Wonosobo dengan
dianggarkan Rp 16.030.590.000,00 dapat direalisasi sebesar Rp 16.030.590.000,00
atau 100,00%
c. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun Anggaran 2016 sebesar Rp
178.535.895.176,00

Sebagaimana disampaikan di bab 3 sub bab Realisasi Anggaran, Belanja APBD


sebagaimana diuraikan di atas digunakan untuk mendanai semua urusan pemerintahan daerah
berdasarkan pemrioritasan RPJMD 2016-2021 pada tahapan tahun 2016.

Sesuai dengan kerangka logis RPJMD tersebut, input dana pembangunan melalui
belanja APBD, secara akumulatif memiliki pengaruh terhadap capaian Indikator Kinerja Utama
Wonosobo pada tahun 2016. Secara berkesinambungan, diharapkan target bisa tercapai sesuai
dengan tahapan RPJMD 2016-2021.

Sebagai catatan akhir, capaian penyelenggaraan pemerintahan tahun 2016 masih


terdapat beberapa kelemahan, dan harus diperbaiki di masa mendatang. Bagaimanapun,
beberapa hasil yang dicapai tahun 2016 ini semoga bisa memberikan basis yang lebih kuat bagi
pembangunan Kabupaten Wonosobo di tahun mendatang, pada periode masa pemerintahan
di bawah kepemimpinan pasangan Bupati Eko Purnomo, S.E., M.M. bersama Wakil Bupati Ir.
Agus Subagiyo, M.Si., berdasarkan RPJMD Kabupaten Wonosobo tahun 2016-2021. Oleh
karena itu, jajaran Pemerintah Kabupaten terbuka menerima evaluasi objektif, saran, masukan
konstruktif dan alternatif solusi dari berbagai pihak untuk perbaikan penyelenggaraan
pemerintah daerah ke depan, sesuai visi “Wonosobo bersatu untuk maju, mandiri, dan
sejahtera untuk semua”.

225 | P E N U T U P
LAMPIRAN
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
(LKjIP)

Anda mungkin juga menyukai