Laporan Kerja Praktek 2
Laporan Kerja Praktek 2
PENDAHULUAN
1
Laporan keuangan yang akan disusun oleh suatu perusahaan di Indonesia, harus
mengacu pada aturan yang berlaku, yaitu seperti tertuang pada Standart 3
berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk menilai efisiensi dan profitabilitas
operasi. Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses penguraian laporan
keuangan kedalam laporan kedalam komponen laporan keuangan dan penelaahan
masing-masing komponen laporan keuangan serta hubungan antar komponen, dengan
menggunakan teknik analisis yang ada agar diperoleh pengertian yang tepat dan
gambaran yang komprehensif tentang laporan keuangan tersebut, agar analisis
laporan keuangan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Analisis terhadap
laporan keuangan digunakan metode dan teknik analisis untuk menentukan dan
mengukur hubungan antara pos-pos dalam laporan keuangan, sehingga dapat
diketahui perubahan-perubahan masing-masing pos bila diperbandingkan. Hasil dari
perbandingan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui tingkat rasio likuiditas,
solvabilitas, dan rentabilitas yang dapat menggambarkan kondisi keuangan dan
kinerja perusahaan. Untuk menilai kinerja perusahaan pada PT Sanghiang Perkasa
Kalbe Nutritionals, peneliti mengunakan metode/teknik analisis rasio keuangan
berdasarkan laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus
kas periode 2011, 2012 dan 2013. Dengan laporan neraca dan laporan rugi-laba ,
peneliti dapat mengetahui tingkat rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas dan
dapat menilai kineja dari suatu perusahaan. Sedangkan dengan laporan arus kas dapat
lebih akurat dalam memperoleh informasi mengetahui kondisi keuangan perusahaan.
Dalam penulisan Laporan Kerja Praktek ini, akan mengambil judul : “ANALISIS
LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PT. SANGHIANG
PERKASA KALBE NUTRITIONALS”.
Tujuan dari penelitian Laporan Kerja Praktek ini adalah: 1. Mengetahui tingkat
rasio likuiditas PT Sanghiang Perkasa pada periode 2011, 2012 dan 2013. 2.
2
Mengetahui tingkat rasio solvabilitas PT Sanghiang Perkasa pada periode 2011, 2012
dan 2013. 3. Mengetahui tingkat rasio rentabilitas PT Sanghiang Perkasa pada
periode 2011, 2012 dan 2013. 4. Untuk memberikan penilaian terhadap kondisi
keuangan dan kinerja PT Sanghiang Perkasa selama periode 2011, 2012 dan 2013.
1.3.1 Waktu KP
Kerja Praktek Dilaksanakan pada tanggal 1-31 Maret 2018
3
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pt. Sanghiang Perkasa berdiri pada tanggal 2 Desember 1982 dan mulai
beroperasai pada tahun 1985 dengan nama PT. Tatas Mulya. Perusahaan ini bergerak
di bidang makanan dan minuman kesehatan (Health Food) yang merupakan salah satu
anak perusahaan Kalbe Farma Group. Pada pertengahan tahun 1986 juga diproduksi
makanan dalam bentuk tepung yang membantu memberikan tambahan nutrisi bagi
wanita hamil dan menyusui. Tahun 1992 perusahaan ini direkstrukturisasi oleh Kalbe
Farma Group menjadi PT. Sanghiang Perkasa dengan produk yang dihasilkan berupa
”hospital diet” (Entramil, Entrasol, Peptisol), makanan penurun berat badan dalam
bentuk ”drink´dan ”pudding”. Saat ini produk-produk PT. Sanghiang Perkasa
dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu Baby Food (BF), Mother Infant Food (MIF),
Preventive Clinical Foods (PCF). PT. Sanghiang Perkasa juga mendapat lisensi dari
Morinaga Milk Industry Co,Ltd. Jepang. Perusahaan ini juga menerapkan Out
Sourcing System yaitu kegiatan produksi yang merupakan kerjasama dengan
beberapa perusahaan besar lainnya yaitu PT. Sari Husada, PT. Ultrajaya, Sugizindo,
Gizindo, Arnotts Indonesia, dan Prima Aneka Berjaya. PT. Sanghiang Perkasa
menerapkan sistem HACCP dan telah memperoleh sertifikat untuk meningkatkan
kualitasnya melalui jaminan kualitas sistem kerja dan 6 produksinya. Pada bulan Mei
2005 memperoleh sertifikat OHSAS 18001 yang berupa keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja; ISO 14001 mengenai lingkungan hidup, SMK3-L (Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta Lingkungan) dengan tingkat keberhasilan
95% serta mendapat penghargaan Bendera Emas yang diserahkan oleh Presiden pada
hari K# yaitu bulan Februari 2005, merupakan sertifikasi dari Departemen Tenaga
4
Kerja dan Transmigrasi. Ketiga jenis sertifikasi tersebut harus melalui audit internal
dan eksternal. Sertifikasi OHSAS 18001 dan ISO 14001 diberikan oleh Sucofindo
International Certificate Service. Selain itu juga memperoleh sertifikat GMP (Good
Manufacturing Process) dengan Grade A dari badan POM. Program-program yang
dilaksanakan di PT. Sanghiang Perkasa diantaranya 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat,
dan Rajin) yang diaudit secara internal, serta SJH (Sistem Jaminan Halal) yang
diaudit secara internal dan eksternal oleh badan POM, MUI dan Departemen Agama.
Sanghiang Perkasa, PT
Kategori :
5
Pabrik, Manufaktur
Alamat :
Graha Kirana, 5th Floor Suite 501, Jl. Yos Sudarso Kav. 88, Sunter
PT. Sanghiang Perkasa (SHP) merupakan divisi Kalbe Farma, Tbk yang
memproduksi makanan kesehatan. Badan usaha SHP berbentuk perseroan terbatas
dengan pucuk pimpinan perusahaan dipegang oleh Presiden Direktur. Gambar 2.1
Bagan struktur organisasi di PT. Sanghiang Perkasa Karyawan yang bekerja di
perusahaan ini, adalah karyawan tetap dan karyawan tidak tetap, minimum berusia 18
tahun dan lulusan SMU, dan sebagian besar karyawan produksi direkrut dari Yayasan
Cakra KaryaGemilang. Sedangkan untuk karyawan di Departemen QC, sebagian
besar direkrut dari Sekolah Menengah Analis Kimia Caraka, Pulogebang, Bekasi. Jam
kerja karyawan PT Sanghiang Perkasa yaitu jam kerja reguler bagi karyawan staf dan
jam kerja shift bagi karyawan produksi. Jam kerja reguler adalah hari Senin sampai
dengan Jumat, pukul 08.00 – 16.30 WIB. Jam kerja shift adalah Shift I pukul 06.30 –
15.00 WIB, shift II pukul 15.00 – 22.30 dan shift III pukul 22.30 – 06.30 WIB. Lama
waktu istirahat adalah 30 menit. Untuk kesejahteraan karyawan, perusahaan 8 hari
Senin sampai dengan Jumat, pukul 08.00 – 16.30 WIB. Jam kerja shift adalah Shift I
6
pukul 06.30 – 15.00 WIB, shift II pukul 15.00 – 22.30 dan shift III pukul 22.30 –
06.30 WIB. Lama waktu istirahat adalah 30 menit. Untuk kesejahteraan karyawan,
perusahaan memberikan fasilitas antara lain: penggantian biaya pemeriksaan dokter
dan perawatan rumah sakit; tunjangan uang makan bagi karyawan yang bekerja
lembur; makan siang untuk semua karyawan pada jam kerja saat itu; uang
transportasi; Tunjangan Hari Raya (THR) dan Tunjangan Akhir Tahun (TAT); cuti
tahunan, cuti sakit, cuti hamil, dan cuti melahirkan; serta asuransi (Jamsostek,
kecelakaan kerja, dan asuransi jiwa).
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang padanan kata
dalam bahasa inggris adalah performance. Menurut Suyadi Prawirosentono
mengatakan bahwa: “performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang
atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang
bersangkutan secara legal dengan tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral
maupun etika”. (1999:2)
Untuk memutuskan suatu badan usaha atau perusahaan memiliki kualitas yang
baik maka ada dua penilaian yang paling dominan yang dapat dijadikan acuan untuk
melihat badan usaha atau perusahaan tersebut telah menjalankan kaidah-kaidah
manajemen yang baik. Penilaian ini dapat dilakukan dengan melihat sisi kinerja
keuangan dan kinerja non keuangan . Kinerja keuangan melihat pada laporan
keuangan yang dimiliki perusahaan atau badan usaha yang bersangkutan dan dari
informasi yang diperoleh pada neraca, laporan labarugi dan laporan arus kas.
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh
mana perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan 8 aturan pelaksanaan
keuangan secara baik dan benar.
Ada 5 tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan secara
umum, yaitu:
1. Melakukan review terhadap data laporan keuangan.
2. Melakukan perhitungan.
8
3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh.
4. Melakukan penafsiran terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan.
5. Mencari dan memberikan pemecahan masalah terhadap berbagai permasalahan
yang ditemukan.
9
daftar itu adalah neraca atau daftar posisis keuangan dan daftar pendapatan atau
daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-
perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang
tak dibagikan (laba ditahan). Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari Neraca
dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan modal, dimana neraca
menunjukkan / menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu
perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan lab-rugi memperlihatkan
hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang 10 terjadi pada periode
tertentu dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau
alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan”(2001:5).
Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Laporan Keuangan adalah
ringkasan laporan keuangan yang meliputi neraca,laporan rugi lab, laporan perubahan
modal, catatan dan laporan lainnya. Hasil dari pelaporan tersebut dapat digunakan
sebagai informasi dalam pengambilan keputusan untuk memenuhi tujuan perusahaan
serta sebagai laporan kepada pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan
perusahaan ataupun perkembangan suatu perusahaan.
10
Pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan tujuan dari laporan keuangan
yaitu memberikan informasi keuangan yang mencakup perubahan dari unsur-unsur
laporan keuangan, memberikan informasi keuangan yang ditujukan pihak-pihak yang
berkepentingan dalam menilai kinerja keuangan terhadap perusahaan
11
3.5 Analisis Laporan Keuangan
12
perubahan-perubahan dari masing-masing pos bila 14 diperbandingkan dengan
laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu. Tujuan dari setiap
metode dan teknik analisis adalah untuk menyederhanakan data sehingga dapat lebih
dimengerti oleh orang-orang yang berkepentingan terhadap data tersebut. Ada dua
metode analisis yang dapat digunakan oleh analisis laporan keuangan, yaitu:
1. Analisis horizontal adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara
membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode, sehingga dapat
diketahui perkembangan dan kecenderungannya.
2. Analisis vertikal adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis
laporan keuangan pada tahun tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos
yang satu dengan pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk
periode yang sama.
Analisis laporan keuangan akan memberikan penilaian atas dasar data dan
informasi yang diperoleh dan laporan keuangan, yang ditunjukan dalam bentuk rasio-
rasio atau presentase. Menurut Munawir menyatakan bahwa rasio menggambarkan
suatu hubungan atau pertimbangan atara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang
lain untuk menilai tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu
usaha (2001:64). Sedangkan menurut Warsidi dan Bambang yang dikutip oleh Irham
13
Fahmi (2012:45), “Analisis rasio keuangan merupakan instrument analisis prestasi
perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang
ditunjukkan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi
operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut,
untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan
yang bersangkutan.
Pada dasarnya angka-angka rasio ini dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan, yaitu:
A. Berdasarkan sumber data yang digunakan, rasio tersebut dibedakan menjadi: 1)
Rasio 16 keuangan, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari
neraca dan laporan laba rugi.
B. Berdasarkan tujuan analisis, yaitu untuk mengevaluasi keadaan ekonomi suatu
perusahaan, analisis rasio-rasio tersebut dibedakan menjadi:
1. Analisis Rasio Likuiditas Rasio likuiditas mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini
penting karena kegagalan dalam membayar kewajiban dapat menyebabkan
kebangkrutan perusahaan. Mengukur kemampuan dengan melihat aktiva
lancar perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap
utang lancar. Suatu perusahaan mempunyai keuangan jangka pendek yang
kuat apabila mampu memenuhi tagihan dari kreditur jangka pendek tepat
pada waktunya, mampu memelihara modal kerja yang cukup untuk
membelanjai operasi perusahaan yang normal, mampu membayar bunga
utang jangka pendek dan deviden, dan mampu memelihara kredit ranting
yang menguntungkan.
14
Current Ratio adalah perbadingan antara jumlah aktiva lancar dengan
hutang lancar. Secara matematis dapat dirumuskan:
2) Quick Ratio
15
uang kas, walaupun kenyataannya mungkin persediaan lebih likwid
daripada piutang. Rasio ini lebih tajam daripada current ratio, karena hanya
membandingkan aktiva yang sangat likwid dengan hutang lancar. Jika
current ratio tinggi tapi quick rationya rendah menunjukkan adanya
investasi yang sangat besar dalam persediaan.
2. Analisis Rasio Solvabilitas Analisis rasio solvabilitas merupakam
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila
perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban keuangan jangka pendek
maupun jangka panjang. Perusahaan dikatakan solvable apabila perusahaan
mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua
hutang-hutangnya.
Ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan adalah:
16
bahwa setiap total utang sebesar Rp 1,00 harus dijamin dengan modal
sendiri Rp 2,00.
a) Baik : <70%
b) Baik sekali : >70% - 100%
c) Cukup baik : >100% - 150%
d) Kurang baik : >150% - 200%
e) Tidak baik : >200% 20
3. Rasio Rentabilitas
17
Rasio rentabilitas ialah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba perusahaan selama periode tertentu. Rentabilitas perusahaan diukur
dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya
secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat
diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam
suatu periode dengan jumlah aktiva atau modal perusahaan tersebut.
Adapun beberapa rasio rentabilitas yang akan di hitung meliputi :
1) Net Rate of Return On Investment
2) Return On Equity
18
Total Aktiva
19
1) Debt to Equity Ratio = Total Hutang x 100%
Modal Sendiri
2) Debt to Total Assets Ratio = Total Hutang x 100%
Total Aktiva
3. Analisis Rasio Rentabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan dari modal yang digunakan. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
20
BAB IV
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
21
Tabel 2. Rekapitulasi data keuangan untuk menghitung rasio solvabilitas PT
Sanghiang Perkasa Kalbe Nutritionals pada tahun 2011-2013.
Keterangan Tahun 2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013(Rp)
Total aktiva 17.537.701.310,90 13.679.123.605,18 14.828.830.747,69
Total hutang 110.098.833,00 237.887.000,92 97.201.416,00
Modal sendiri 17.427.602.477,90 13.441.236.604,25 14.731.629.331,69
Sumber: Laporan Keuangan PT Sanghiang Perkasa Kalbe Nutritionals.
22
Rasio ini adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban
jangka panjang. Cara pengukurannya adalah sebagai berikut:
Current Ratio = Total Aktiva Lancar x 100%
Total Kewajiban Lancar
Dari tabel hasil analisis rasio likuiditas yang telah dilakukan, maka dapat
diketahui bahwa: Tahun 2011 diperoleh Current Ratio sebesar 7537,42%, yang berarti
setiap Rp 1,00 utang lancar akan dijamin oleh Rp 75,3742 dari aktiva lancar. Tahun
2012 Current Ratio menurun menjadi 2097,68% yang berarti setiap Rp 1,00 utang
lancar akan dijamin dengan aktiva lancar perusahaan sebesar Rp 20,9768. Tahun
2013 Current Ratio sebesar 14354,31% hal ini berarti setiap Rp 1,00 utang lancar
akan dijamin oleh Rp 14,35431 aktiva lancar. Apabila tahun 2012 dibandingkan tahun
2011, maka current ratio mengalami penurunan sebsesar 5437,74%. Tahun 54 2013
23
current ratio sebesar 14354,31% mengalami kenaikan rasio sebesar 12.256,63% bila
dibnding tahun 2012.
24
Sumber: Data yang telah diolah Dari tabel hasil Analisis Rasio Likuiditas yang telah
dilakukan, maka dapat diketahui bahwa :
Tahun 2011 diperoleh Quick Ratio sebesar 6077,40% berarti setiap utang
lancar sebesar Rp 1,00 akan dijamin sebesar Rp 60,7740 aktiva lancar dikurangi
persediaan . Tahun 2012 Quick Ratio sebesar 1709,18% berarti setiap utang lancar
sebesar Rp 1,00 akan dijamin sebesar Rp 17,0918 aktiva lancar dikurangi persediaan .
Tahun 2013, Quick Ratio sebesar 11579,04% yang berarti bahwa setiap Rp 1,00
utang lancar akan dijamin sebesar Rp 115,7904 oleh aktiva lancar yang dikurangi
dengan persediaan. Apabila tahun 2012 dibandingkan tahun 2011, maka Quick Ratio
mengalami penurunan sebesar 4368,22% yang disebabkan turunnya aktiva lancar
dikurangi persediaan dan naiknya utang lancar. Tahun 2013 Quick Ratio sebesar
11579,04 mengalami kenaikan sebesar 9869.86%.
B. Rasio Solvabilitas
25
a). Tahun 2011 = 110.098.833 x100%
17.537.701.310,90
= 0,63%
b). Tahun 2012 =237.887.000,92 x100%
13.441.236.604
= 1,77 %
c). Tahun 2013 = 97.201.416 x 100%
14.731. 629.331,69
= 0,66 %
Dari tabel hasil analisis rasio solvabilitas yang telah dilakukan, maka dapat diketahui
bahwa:
Tahun 2011, Debt to Equity Ratio sebesar 0,63% dari rasio ini dapat
dikatakan bahwa setiap Rp 1,00 utang dijamin dengan Rp 0,00627 modal sendiri.
Tahun 2012 diperoleh Debt to Equity Ratio sebesar 1,77% yang berarti setiap Rp 1,00
utang dijamin dengan Rp 0,177 modal sendiri. Pada tahun ini mengalami kenaikan
sebesar 1,14% dari tahun 2011, yang disebabkan oleh naiknya total utang dan
menurunnya modal sendiri. Penurunnan modal sendiri disebabkan menurunnya
akumulasi kerugian. Tahun 2013 sebesar 0,66% ini berarti setiap Rp 1,00 utang
dijamin dengan Rp 0,0066 modal sendiri. Rasio pada tahun 2013 mengalami
penurunan 1,11% dari tahun 2012, hal ini disebabkan menurunnya utang dan
26
meningkatnya modal sendiri. Kenaikan modal sendiri disebabkan naiknya kekayaan
dari pemda.
Tabel 7. Hasil Analisis Rasio Solvabilitas dengan perhitungan Debt to Total Asset
Ratio
Keterangan Tahun 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%)
Debt to Total Assets Ratio 0,63 1,74 0,66
Sumber : Data yang telah diolah
Dari tabel hasil analisis rasio solvabilitas yang telah dilakukan, maka dapat diketahui
bahwa:
Tahun 2011, Debt to Total Assets Ratio sebesar 0,63% menunjukkan bahwa
setiap total utang Rp 1,00 dijamin dengan Rp 0,00627 aktiva perusahaan. Tahun
2012, Debt to Total Assets Ratio mencapai 1,74% menunjukkan bahwa setiap total
27
utang Rp 1,00 dijamin dengan Rp 0,01739 aktiva perusahaan. Rasio tahun ini
mengalami kenaikan sebesar 1,11% yang disebabkan turunnya aktiva dan modal.
Tahun 2013 Debt to Total Assets Ratio sebesar 0,66% yang artinya bahwa setiap total
utang sebesar Rp 1,00 dijamin dengan Rp 0,004069 aktiva perusahaan. Debt to Total
Assets Ratio pada tahun 2013 mengalami penurunan disebabkan naiknya total aktiva
dan turunnya total utang.
C. Rasio Rentabilitas
28
= 0,86% 61
Tabel 8. Hasil Analisis Rasio Rentabilitas dengan perhitungan Net Rate of ROI
Keterangan Tahun 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%)
Net Rate of ROI 0,73 0,63 0,86
Sumber: Data yang telah diolah
Dari tabel hasil analisis rasio solvabilitas yang telah dilakukan, maka dapat diketahui
bahwa:
Tahun 2011, Net Rate of Return on Investment sebesar 0,73% berarti bahwa
setiap Rp 1,00 dari total aktiva dapat digunakan untuk menghasilkan laba bersih Rp
0,073. Pada tahun 2012 rasio sebesar 0,63%, ini berarti setiap Rp 1,00 keseluruhan
aktiva dapat menghasilkan laba bersih Rp 0,063. Rasio tahun 2012 menurun jika
dibandingkan dengan tahun 2011, yang disebabkan adanya penurunan jumlah laba
dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 rasio sebesar 0,86%, ini berarti Rp 1,00
keseluruhan aktiva dapat menghasilkan dari tahun 2012 yang laba bersih sebesar Rp
0,086. Rasio tahun 2013 mengalami kenaikan yang disebabkan naiknya laba
perusahaan.
29
=0,64
c) Tahun 2013 = 127.106.787,66 x 100%
14.731.629.331,69
=0,86%
Dari tabel analisis rasio rentabilitas yang telah dilakukan, maka dapat diketahui
bahwa:
Tahun 2011, Return On Equity sebesar 0,74% yang artinya bahwa setiap Rp
1,00 modal dapat mengasilkan laba bersih sebesar Rp 0,00735. Tahun 2012, Return
on Equity sebesar 0,64% yang artinya bahwa setiap Rp 1,00 modal dapat
menghasilkan laba sebesar Rp 0,0064. Pada tahun 2012 mengalami penurunan dari
tahun 2011 yang disebabkan menurunnya modal dan laba brsih. Tahun 2013, Return
on Equity sebesar 0,86% yang artinya bahwa setiap Rp 1,00 dapat menghasilkan laba
sebesar Rp 0,0086 dari modal sendiri yang tersedia bagi pemegang saham
perusahaan. Pada tahun 2013 perusahaan mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya
yang disebabkan kembali meningkatnya laba dan modal perusahaan.
Hasil Analisis terhadap data keuangan baik analisis rasio likuiditas, solvabilitas
dan rentabilitas untuk menilai kinerja PT Sanghiang Perkasa. Analisis rasio likuiditas
30
dan solvabilitas digunakan untuk menilai posisi keuangan PT Sanghiang Perkasa dan
analisis rasio rentabilitas digunakan untuk menilai kinerja PT Sanghiang Perkasa.
A. Posisi keuangan PT Sanghiang Perkasa dilihat dari tingkat rasio likuiditas dari
tahun 2011 sampai 2013 dalam posisi sangat baik karena aktiva lancar lebih besar
dari hutang lancar. Hasil dari perhitungan Current Ratio pada tahun 2011, 2012
dan 2013 masing-masing 7537,42%, 2097,68% dan 14354,31%. Sedangkan hasil
dari perhitungan Quick Ratio pada tahun 2011, 2012 dan 2013 masing- masing
6077,40%, 1709,18% dan 11579,04%. Dengan demikian PT Sanghiang Perkasa
dapat dikatakan dalam keadaan likuid.
B. Dari perhitungan rasio solvabilitas yang telah dilakukan maka terlihat bahwa
presentase Debt to Equity Ratio selama tahun 2011 sampai 2013 adalah sebesar
0,63%, 1,77% dan 0,66%. Berdasarkan perhitungan tersebut secara 64
keseluruhan posisi keuangan perusahaan sangat baik karena nilai hutang lebih
sedikit dari nilai modal sendiri. Sedangkan dilihat dari Debt to Total Assets Ratio
tahun 2011 sampai 2013 sebesar 0,63%, 1,74%, 0,66%, rasio ini juga termasuk
dalam kriteria sangat baik karena total hutang lebih rendah dari total aktiva.
Dengan demikian PT Sanghiang Perkasa dapat dikatan perusahaan solvable.
Karena perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka
panjang, apabila perusahaan dilikuidasi.
C. Tingkat rentabilitas PT Sanghiang Perkasa bila dilihat dari perhitungan Net Rate
of Return on Investment pada tahun 2011 sampai 2013 adalah sebesar 0,73%,
0,63%, dan 0,86%. Sedangkan Return on Equity pada tahun2011 sebesar 0,74%,
tahun 2012 menurun menjadi 0,64% dan pada tahun 2013 meningkat sebesar
0,86%.
D. Dari hasil analisis tersebut maka dapat diketahui bahwa kondisi keuangan dan
kinerja perusahaan setiap tahun mengalami kenaikan sehingga secara keseluruhan
kondisi rentabilitas perusahaan dalam kondisi yang baik. Dengan demikian PT
Sanghiang Perkasa merupakan perusahaan yang profit.
31
4.4 Tugas-tugas yang Dilakukan
A. Menjurnal transaksi penerimaan dan pengeluaran pada bukti kas yang telah
direalisasi.
B. Menjurnal transaksi penerimaan dan pengeluaran kas pada bukti kas yang telah
direalisasi. Kegiatan ini merupakan bagian proses akuntansi dan penyusunan
laporan keuangan.
C. Membuat laporan produksi
Membuat laporan produksi yaitu menghitung hasil produksi perbulan, kemudian
menjumlah hasil keseluruhan untuk mendapatkan hasil Mean, Median, dan
Modus. Dari situlah bisa diketahui nilai rata-rata (Mean) sekaligus target produksi
perbulannya.
4.5.1 Permasalahan
D. Penjelasan dari pembimbing magang yang terlalu cepat dan hanya menjelaskan
bagian-bagian terpenting sehingga mahasiswa kesulitan memahami dan
mempraktekkannya.
32
E. Karena item yang banyak dan memiliki kode tertentu sehingga mahasiswa
kurang teliti dalam pemasukan kode dan angka yang mengakibatkan kesalahan
dalam penginputan.
4.5.2 Solusi
A. Mahasiswa harus lebih giat dalam belajar terutama penggunaan Ms. Excel,
dibutuhkan untuk pembiasaan mengoperasikan Ms. Excel dengan rumus-rumus
yang ada dan sering digunakan dalam perhitungan, bila perlu mengikuti kursus
komputer agar nantinya memiliki nilai lebih dalam pengoperasian komputer saat
kerja nanti.
C. Ketelitian menjadi sangat penting, jika mahasiswa bisa teliti dalam memasukkan
kode pekerjaan akan cepat selesai.
D. Pemasukan kode dilakukan dengan dua orang, diantaranya satu untuk mendikte
sekaligus mencocokkan angka dan yang satu untuk menulis.
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
A. Jika dilihat dari rasio likuiditasnya maka posisi keuangan PT Sanghiang Perkasa
dari tahun 2012 sampai tahun 2013 dalam posisi sangat baik. Hal ini dapat dilihat
dari persentase Current Ratio tahun 2011 sebesar 7537,42%, tahun 2012 sebesar
2097,68%, dan tahun 2013 sebesar 14354,3%. Quick Ratio tahun 2011 sebesar
6077,40%, tahun 2012 sebesar 1709,18% dan tahun 2013 sebesar 11579,04%.
Dengan demikian PT Sanghiang Perkasa dapat dikatakan perusahaan yang likuid.
B. Berdasarkan rasio solvabilitas maka dapat diketahui bahwa posisi keuangan
perusahaan dilihat dari Debt to Equity Ratio tahun 2011 sampai 2013, maka dapat
dikatakan bahwa tingkat solvabilitas PT Sanghiang Perkasa dalam tiga tahun
terakhir adalah baik.
34
C. Berdasarkan hasil analisis rasio rentabilitas, manajemen perusahaan dapat
mengetahui seberapa besar kemampuan peusahaan dalam menghasilkan laba dan
kemajuan kinerja perusahaan selama tiga tahun terakhir, sehingga perusahaan
dapat mengambil keputusan keputusan yang bertujuan untuk lebih meningkatkan
kinerja perusahaan serta efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam menjalankan
kegiatan operasinya.
D. Kondisi keuangan dan kinerja PT Sanghiang Perkasa dinilai dari perhitungan
rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas selama tiga tahun terakhir cukup baik
karena selalu menghasilkan laba.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dan kesimpulan yang telah diambil,
maka penulis mengajukan saran, agar perusahaan lebih meningkatkan kinerja
perusahaan melalui peningkatan keuntungan dengan cara lebih menekankan
biaya-biaya perusahaan. Peningkatan laba dengan cara meningkatkan pendapatan
dan menekankan biaya perusahaan yang terjadi.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
37