Laporan Pendahuluan Post Op Hernia
Laporan Pendahuluan Post Op Hernia
D DI RUANG
LAVENDER BAWAH PRIA RSUD KARDINAH TEGAL
A. Definisi
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti
penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada
dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu
kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di
daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made
Kusala, 2009)
Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan dinding
perut (Sjamsuhidayat, 2004).
Hernia adalah proporsi abnormal organ jaringan atau bagian organ
melalui stuktur yang secara normal berisi bagian ini. Hernia paling sering
terjadi pada rongga abdomen sebagai akibat dari kelemahan muskular
abdomen konginental atau didapat .
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari
tempatnya yang normal melalui sebuah defek kongenital atau yang
didapat.
B. Etiologi
a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria
maupun wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena
kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring
dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah
berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus
atau karena adanya penyakit yang menyebabkan
peningkatan tekanan dalam rongga perut.
b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis
hernia Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada
daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan
alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena
penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh
angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar
pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya
peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi
hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
c. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada
kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung
kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis,
sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat
memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat
menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah.
d. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena
hernia.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada
tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus
hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus
terjadinya penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus
memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat
menjadi pencetus terjadinya hernia.
g. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat
barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan
tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan
tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau
penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
h. Kelahiran premature
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal
daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis
belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi
keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut.
Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan
mengalaminya lagi.(Giri Made Kusala, 2009).
C. Pathway
Nekrosis Intestinal
Insisi bedah
Nafsu makan
Terputusnya Peristaltic usus
Risiko Infeksi
jaringan saraf
Intake makanan
Konstipasi
Nyeri Akut
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
D. Manifestasi Klinis
1. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering
tampak menonjol. Benjolan ini dapat menghilang ketika berbaring
atau tidur.
2. Adanya rasa nyeri di daerah benjolan
3. Obstruksi usus parsial dapat menyebabkan anoreksia, nyeri, nyeri
tekan, massa yang tidak dapat direposisi, bising usus yang
berkurang, mual dan muntah
4. Obstruksi total dapat menimbulkan syok, demam tinggi, bising
usus yang tidak terdengar, feses yang mengandung darah
5. Nyeri punggung hebat pada punggung bagian bawah yang menjalar
hingga gluteus, tungkai, kaki, dan biasanya unilateral
E. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami
pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang
berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan
perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal, tekanan yang
berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu
kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak
cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan
abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat
kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-
organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung
dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan
mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya
menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut mengalami kelemahan.
F. Periksaan Penunjang
1. Laboratorium
2. Rontsgen
3. EKG
4. USG
5. Keadaan umum penderita biasanya baik. bila benjolan tidak tampak
maka penderita disuruh menejan dengan menutup mulut dalam
keadaan berdiri. Bila ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila
benjolan itu dapat dimasukan kembali. Penderita dalam posisi tidur,
bernafas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra abdominal,
lalu angkat skrotum perlahan-lahan. Bila benjolan itu dapat masuk,
maka diagnosis pasti hernia dapat ditegakan. Diagnosis pasti hernia
juga dapat ditegakan bila terdengar bising usus pada benjolan tersebut.
6. Keadaan cicin hernia perlu pula diperiksa.
G. Penatalaksanaan
1. Secara konservatif (non operatif)
b) Reposisi hernia
- Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan
tangan
- Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan
sementara, misalnya pemakaian korset
2. Secara operatif
a) Hernioplasti
Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah, hernioplasti
sering dilakukan pada anak – anak
b) Herniographi
Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia di masukkan,
kantong diikat, dan dilakukan bainy plasty atau teknik yang lain
untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Ini sering
dilakukan pada orang dewasa
c) Herniotomi
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan
pada klien dengan hernia yang sudah nekrosis
H. Komplikasi
1) Terjadi pelekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia,
sehingga isi hernia tidak dapat dimasuki kembali, keadaan ini disebut
hernia irrepponsibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan
penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan
irreponsibel adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding
hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak.
Usus besar lebih sering menyebabkan irreponsibel dari pada usus halus.
2) Terjadi tekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus
yang masuk, keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti
dengan gangguan vaskular ( proses strangulasi). Keadaan ini disebut
hernia inguinalis strangulata. Pada keadaan strangulata akan timbul
gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan obstipasi. Pada
strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan
menjadi merah dan pasien menjadi gelisah
I. Fokus Pengkajian
1 Inspeksi : secara umum akan terlihat penonjolan abnormal pada
abdomen. Apabila tidak terlihat dan terdapat riwayat adanya
penonjolan, maka dengan pemeriksaan sederhana pasien didorong
untuk melakukan aktivitas peningkatan intraabdominal, seperti
mengedan untuk menilai adanya penonjolan pada lipat paha.
2 Palpasi : Palapsi pada kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba
pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong
yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini
disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tandi ini sukar
ditentukan. Kantong hernia mungkin berisi organ, tergantung isinya,
pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau
ovarium, dengan jari telunjuk atau jari kelingking, pada anak, dapat
dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui
annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat
direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu
jari masih berada adalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan.
Apabila ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis,
dan apabila bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia
inguinalis medialis
3 Perkusi : akan terdengar suara hipertimpani
4 Auskultasi : penurunan bising usus atau tidak ada bising usus
menandakan gejala obstruksi intestinal.
J. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring.
3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik.
4) Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
5) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif.
6) Resiko infeksi
7) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai penyakitnya.
NO Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
( NOC ) ( NIC )
Kurangi factor
presipitasi nyeri
Ajarkan tentang
teknik non
farmakologis
Tingkatkan istirahat
Analgesic
administration
tentukan pilihan
analgesic tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
berikan analgesic
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
Bantu klien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Membersihkan,
memantau dan
meningkatkan proses
penyembuhan pada
luka yang ditutup
dengan jahitan
Monitor proses
kesembuhan area
insisi
Bersihkan area
sekitar jahitan
menggunakan lidi
kapas steril
Dialysis Access
Maintenance
Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
Nutrition
monitoring
Monitor ada
penurunan berat
badan
Monitor mual
muntah
Monitor kadar
albumin, jumlah
protein, Hb, dan
kadar Ht
Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan pada
konjungtiva
Pertahankan
lingkupan aseptic
selama pemasangan
alat
Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kemih
Tingkatkan intake
nutrisi
Infection protection
Monitor granulosit,
WBC
Monitor kerentangan
infeksi
Batasi pengunjung
Inspeksi kondisi
luka/insisi beda
Dorong masukkan
cairan
Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotic sesuai
resep
Ajarkan cara
menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan
infeksi
Identifikasi
kemungkinan
penyebab dengan
cara yang tepat
Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi dengan cara
yang tepat
Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan dengan
cara yang tepat
Daftar Pustaka