Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN POST OP HERNIA PADA Tn.

D DI RUANG
LAVENDER BAWAH PRIA RSUD KARDINAH TEGAL

NAMA : ANANG WIJI SAPUTRO


NIM: 180104010

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN MEDIKAL


BEDAH UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
TAHUN 2018
POST OPERASI HERNIA

A. Definisi
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti
penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada
dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu
kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di
daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made
Kusala, 2009)
Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan dinding
perut (Sjamsuhidayat, 2004).
Hernia adalah proporsi abnormal organ jaringan atau bagian organ
melalui stuktur yang secara normal berisi bagian ini. Hernia paling sering
terjadi pada rongga abdomen sebagai akibat dari kelemahan muskular
abdomen konginental atau didapat .
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari
tempatnya yang normal melalui sebuah defek kongenital atau yang
didapat.

B. Etiologi
a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria
maupun wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena
kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring
dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah
berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus
atau karena adanya penyakit yang menyebabkan
peningkatan tekanan dalam rongga perut.
b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis
hernia Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada
daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan
alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena
penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh
angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar
pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya
peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi
hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
c. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada
kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung
kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis,
sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat
memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat
menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah.
d. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena
hernia.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada
tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus
hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus
terjadinya penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus
memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat
menjadi pencetus terjadinya hernia.
g. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat
barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan
tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan
tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau
penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
h. Kelahiran premature
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal
daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis
belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi
keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut.
Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan
mengalaminya lagi.(Giri Made Kusala, 2009).
C. Pathway

Mengangkat beban berat


D. Kehamilan PPOK Kelemahan dinding abdomen

Kantung hernia melewati


Hernia
dinding abdomen
Masuknya
Benjolan pada
omentum organ ke Posturasi hilang
region abdomen
kantung hernia timbul
Ligamentum
Aliran darah inguinal yang kecil Ketidaknyamanan
terhambat abdominal
Intervensi
Gangguan suplai Pembedahan pembedahan Gangguan rasa
darah di intestinal relative/konservatif nyaman

Nekrosis Intestinal

Insisi bedah

Asupan gizi kurang Mual, muntah

Nafsu makan
Terputusnya Peristaltic usus
Risiko Infeksi
jaringan saraf
Intake makanan
Konstipasi
Nyeri Akut
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
D. Manifestasi Klinis
1. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering
tampak menonjol. Benjolan ini dapat menghilang ketika berbaring
atau tidur.
2. Adanya rasa nyeri di daerah benjolan
3. Obstruksi usus parsial dapat menyebabkan anoreksia, nyeri, nyeri
tekan, massa yang tidak dapat direposisi, bising usus yang
berkurang, mual dan muntah
4. Obstruksi total dapat menimbulkan syok, demam tinggi, bising
usus yang tidak terdengar, feses yang mengandung darah
5. Nyeri punggung hebat pada punggung bagian bawah yang menjalar
hingga gluteus, tungkai, kaki, dan biasanya unilateral

E. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami
pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang
berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan
perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal, tekanan yang
berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu
kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak
cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan
abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat
kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-
organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung
dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan
mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya
menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut mengalami kelemahan.
F. Periksaan Penunjang
1. Laboratorium
2. Rontsgen
3. EKG
4. USG
5. Keadaan umum penderita biasanya baik. bila benjolan tidak tampak
maka penderita disuruh menejan dengan menutup mulut dalam
keadaan berdiri. Bila ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila
benjolan itu dapat dimasukan kembali. Penderita dalam posisi tidur,
bernafas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra abdominal,
lalu angkat skrotum perlahan-lahan. Bila benjolan itu dapat masuk,
maka diagnosis pasti hernia dapat ditegakan. Diagnosis pasti hernia
juga dapat ditegakan bila terdengar bising usus pada benjolan tersebut.
6. Keadaan cicin hernia perlu pula diperiksa.

G. Penatalaksanaan
1. Secara konservatif (non operatif)
b) Reposisi hernia
- Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan
tangan
- Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan
sementara, misalnya pemakaian korset
2. Secara operatif
a) Hernioplasti
Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah, hernioplasti
sering dilakukan pada anak – anak
b) Herniographi
Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia di masukkan,
kantong diikat, dan dilakukan bainy plasty atau teknik yang lain
untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Ini sering
dilakukan pada orang dewasa
c) Herniotomi
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan
pada klien dengan hernia yang sudah nekrosis

H. Komplikasi
1) Terjadi pelekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia,
sehingga isi hernia tidak dapat dimasuki kembali, keadaan ini disebut
hernia irrepponsibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan
penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan
irreponsibel adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding
hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak.
Usus besar lebih sering menyebabkan irreponsibel dari pada usus halus.
2) Terjadi tekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus
yang masuk, keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti
dengan gangguan vaskular ( proses strangulasi). Keadaan ini disebut
hernia inguinalis strangulata. Pada keadaan strangulata akan timbul
gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan obstipasi. Pada
strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan
menjadi merah dan pasien menjadi gelisah

I. Fokus Pengkajian
1 Inspeksi : secara umum akan terlihat penonjolan abnormal pada
abdomen. Apabila tidak terlihat dan terdapat riwayat adanya
penonjolan, maka dengan pemeriksaan sederhana pasien didorong
untuk melakukan aktivitas peningkatan intraabdominal, seperti
mengedan untuk menilai adanya penonjolan pada lipat paha.
2 Palpasi : Palapsi pada kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba
pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong
yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini
disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tandi ini sukar
ditentukan. Kantong hernia mungkin berisi organ, tergantung isinya,
pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau
ovarium, dengan jari telunjuk atau jari kelingking, pada anak, dapat
dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui
annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat
direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu
jari masih berada adalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan.
Apabila ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis,
dan apabila bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia
inguinalis medialis
3 Perkusi : akan terdengar suara hipertimpani
4 Auskultasi : penurunan bising usus atau tidak ada bising usus
menandakan gejala obstruksi intestinal.

J. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring.
3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik.
4) Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
5) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif.
6) Resiko infeksi
7) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai penyakitnya.
NO Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

( NOC ) ( NIC )

1 Nyeri Akut berhubungan dengan Pain control Pain management


agen cedera fisik
Criteria hasil : Lakukan pengkajian
nyeri secara
Mampu mengontrol nyeri
kompersensif
Melaporkan bahwa nyeri
Gunakan teknik
berkurang dengan
terapeutik untuk
menggunakan manajemen
mengetahui
nyeri
pengalaman nyeri
Mampu mengenali nyeri pasien

Menyatakan rasa nyaman Control lingkungan


setelah nyeri berkurang yang dapat
mempengaruhi nyeri

Kurangi factor
presipitasi nyeri

Pilih dan lakukan


penanganan nyeri (
farmakologis,
nonfarmakologis dan
interpersonal)

Ajarkan tentang
teknik non
farmakologis

Tingkatkan istirahat
Analgesic
administration

cek instruksi dokter


tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi

tentukan pilihan
analgesic tergantung
tipe dan beratnya
nyeri

monitor vital sign


ebelum dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kali

berikan analgesic
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat

2 Intoleransi aktivitas berhubungan Energy conservation Activity therapy


dengan tirah baring
Activity tolerance Bantu klien untuk
mengidentifikasi
Selft care : ADLs
aktivitas yang
Criteria hasil : mampu dilakukan

Tanda vital normal Bantu untuk memilih


aktivitas konsisten
Mampu melakukan
yang sesuai dengan
aktivitas sehari – hari
kemampuan fisik,
secara mandiri
psikologis, dan
Mampu berpindah dengan social.
atau tanpa bantuan alat
Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai

Bantu klien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas

3 Kerusakan integritas kulit Tissue integrity : skin and Pressure


berhubungan dengan factor mucous membrane management
mekanik.
Criteria hasil : Anjurkan pasien
menggunakan
Integritas kulit yang baik
pakaian yang longgar
dipertahankan
Jaga kebersihan kulit
Tidak ada luka/lesi pada
agar tetap bersih dan
kulit
kering
Mampu melindungi kulit
Monitor kulit akan
dan mempertahankan
adanya kemerahan
kelembabab kulit dan
perawatan alami Oleskan lotion atau
minyak pada daerah
yang tertekan

Monitor aktivitas dan


mobilisasi pasien

Insision site care

Membersihkan,
memantau dan
meningkatkan proses
penyembuhan pada
luka yang ditutup
dengan jahitan

Monitor proses
kesembuhan area
insisi

Monitor tanda dan


gejala infeksi pada
area insisi

Bersihkan area
sekitar jahitan
menggunakan lidi
kapas steril

Ganti balutan pada


interval waktu yang
sesuai dengan
program

Dialysis Access
Maintenance

4 Kebutuhan nutrisi kurang dari Nutritional status : food Nutrition


kebutuhan tubuh berhubungan and fluid intake management
dengan ketidakmampuan untuk
Nutritional status : Kaji adanya alergi
mencerna makanan.
nutrient intake makanan

Criteria hasil : Kolaborasi dengan


ahli gizi untuk
Berat badan ideal sesuai menentukan jumlah
dengan tinggi badan kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
Tidak ada tanda – tanda
pasien
malnutrisi
Yakinkan diet yang
Tidak terjadi penurunan
dimakan
berat badan yang berarti
mengandung banyak
serat untuk mencegah
konstipasi

Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi

Nutrition
monitoring

Berat badan pasien


dalam batas normal

Monitor ada
penurunan berat
badan

Monitor turgor kulit

Monitor mual
muntah

Monitor kadar
albumin, jumlah
protein, Hb, dan
kadar Ht
Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan pada
konjungtiva

Monitor kalori dan


intake nutrisi

5 Kekurangan volume cairan Fluid balance Fluid management


berhubungan dengan kehilangan
Hydration Pertahankan intake
cairan aktif.
dan output yang
Nutritional status : food
akurat
and fluid intake
Monitor status
Criteria hasil :
dehidrasi
Tekanan darah, nadi, suhu
Monitor vital sign
tubuh dalam batas normal
Monitor status nutrisi
Tidak adanya tanda
dehidrasi, turgor kulit baik,
membrane mukosa lembab,
tidak ada rasa haus yang
berlebihan

6 Risiko infeksi Risk control Infection control

kriteria hasil : Bersihkan


lingkungan setelah
klien bebas dari tanda dan
dipakai pasien lain
gejala infeksi
Batasi pengunjung
menunjukkan kemampuan
bila perlu
untuk mencegah timbulnya
infeksi Cuci tangan sebelum
jumlah leukosit dalam dan sesudah tindakan
jumlah normal keperawatan

menunjukkan perilaku Gunakan baju,


hidup sehat sarung tangan
sebagai alat
pelimdung

Pertahankan
lingkupan aseptic
selama pemasangan
alat

Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kemih

Tingkatkan intake
nutrisi

Infection protection

Monitor tanda dan


gejala infeksi
sistemik dan local

Monitor granulosit,
WBC

Monitor kerentangan
infeksi

Batasi pengunjung

Inspeksi kulit dan


membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase

Inspeksi kondisi
luka/insisi beda

Dorong masukkan
cairan

Dorong istirahat yang


cukup

Dorong masukkan
nutrisi yang cukup

Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotic sesuai
resep

Ajarkan pasien dan


keluarga tanda dan
gejala infeksi

Ajarkan cara
menghindari infeksi

Laporkan kecurigaan
infeksi

7 Defisiensi pengetahuan Knowledge : disease Teaching : disease


berhubungan dengan kurangnya process process
informasi mengenai
Knowledge : health Berikan penilaian
penyakitnya.
tingkat pengetahuan
behaviour pasien tentang proses
penyakit yang
Criteria hasil :
spesifik
Pasien dan keluarga
Gambarkan tanda
menyatakan pemahaman
dan gejala yang bisa
tentang penyakit, kondisi,
muncul pada
prognosis dan program
penyakit dengan cara
pengobatan
yang tepat
Pasien dan keluarga mempu
Jelaskan patofisiologi
melaksanakan prosedur
dari penyakit dan
yang dijelaskan secara
bagaimana hal ini
benar
berhubungan dengan
Pasien dan keluarga mampu anatomi fisiologi
menjelaskan kembali apa dengan cara yang
yang dijelaskan perawat/tim tepat
kesehatan lainnya
Gambarkan proses
terjadinya peyakit
yang tepat

Identifikasi
kemungkinan
penyebab dengan
cara yang tepat

Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi dengan cara
yang tepat

Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan dengan
cara yang tepat
Daftar Pustaka

Giri Made Kusala, 2009. Kumpulan Penyakit Dalam. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media


Aesculapius. 2000
Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah I. Jakarta . EGC. 1992
Syamsuhidayat, et.al. 2004. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai