Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA Ny.

”A”
DENGAN MASALAH HIPERTENSI DI RW IV DESA
KEMANTREN, KEC. JABUNG

OLEH:
POPY ANGGRAINI, S.Kep
2015611091

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2016

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Lansia Ny. ”A” Dengan Masalah Hipertensi di
RW IV, Desa Kemanten, Kec. Jabung, Kab. Malang 2016.
Laporan asuhan keperawatan gerontik ini berisi data-data yang didapatkan selama
melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, pengumpulan data, prioritas diagnosa,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, sampai evaluasi keperawatan yang
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan kompetensi Departemen Gerontik Profesi
Ners di Universitas Tribhuwana Tunggadewi Tahun Akademik 2015/2016.
Selama penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapat dukungan, bimbingan, dan
motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
terutama kepada:
1. Ibu Neni Maemunah, S.Kp selaku Ketua Program Studi Profesi Ners yang telah
memberikan kesempatan untuk belajar Praktek Profesi Ners Departemen Gerontik.
2. Ibu Erlisa C, S.Kep.,Ns selaku Pembimbing Institusi Praktek Profesi Ners Departemen
Gerontik yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingan dalam penyusunan
laporan.
3. Ny.”A” yang telah bersedia menjadi subjek penyusunan laporan Asuhan Keperawatan
Gerontik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini.

Malang, April 2016

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Nogroho, Wahyudi 2000).
Proses menua menyebabkan perubahan struktur dan fungsi fisik tubuh. Sebagai
contoh, laki-laki kehilangan kira-kira 3% massa tulang kortikalnya tiap dekade setelah
umur 40 tahun. Pada perempuan kecepatan kehilangan sama, tetapi akan semakin
meningkat setelah menopause. Massa otot, jumlah dan ukuran miofibra, jumlah dan besar
unit motoris juga berkurang. Penurunan area penampang lintang otot tungkai dimulai
sejak awal dewasa dan akan dipercepat setelah umur 50 tahun. Pengurangan area
penampang lintang ini diikuti oleh meningkatnya struktur nonkontraktil seperti lemak dan
jaringan ikatnya.
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah
mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi,
perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama
dibidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan
penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk
yang berusia lanjut meningkat dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2008).
Menurut Undang-Undang RI No. 13 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pasal
1 ayat (2): Lanjut Usia adalah sesorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Sedangkan
proses menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau1mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Dengan terjadinya proses menua ini maka terjadi berbagai macam penyakit
degeneratif yang dapat menimbulkan masalah fisik, mental, ekonomi, dan psikologis.
Selain itu proses menua juga dapat menimbulkan ketakutan-ketakutan yang dialami oleh
lanjut usia meliputi: Ketergantungan fisik dan ekonomi, sakit kronis (Arthritis 44 %,
Hipertensi 39%, berkurangnya pendengaran atau tuli 28%, penyakit jantung 27%),
kesepian, kebosanan yang disebabkan rasa tidak diperlukan (Nugroho, 2000).

3
Dilihat dari data di atas Hipertesi merupakan penyakit terbanyak ke dua yang
dialami oleh lansia. Menurut Jose Roesma, dari divisi nefrologi ilmu penyakit dalam
FKUI-RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta mengungkapkan bahwa pada orang tua
umumnya terjadi hipertensi dengan sistolik terisolasi yang berhubungan dengan hilangnya
elastisitas arteri atau bagian dari penuaan.
Dilihat dari latar belakang di atas maka penulis tertarik mengangkat Asuhan
Keperawatan Pada Ny. “N” dengan Diagnosa Medis Hipertensi di Dusun Alas Kulak Desa
Kemantren di RW 05 RT 7, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang.

B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum:
Dapat melakukan perawatan gangguan pemenuhan rasa aman nyaman dan dapat
memahami tentang penyakit hipertensi.
b. Tujuan Khusus :
1. Penyusun mampu mengkaji data pasien
2. Penyusun mampu menganalisa data yang diperoleh
3. Penysun dapat merumuskan diagnosa keperawatan
4. Penyusun dapat memprioritaskan masalah-masalah yang terjadi dan yang
mungkin terjadi.
5. Penyusun dapat menentukan tujuan tindakan keperawatan
6. Penyusun dapat menerapkan pelaksanaan tindakan keperawatan
7. Penyusun dapat melakukan evaluasi tindakan keperawatan.

C. Metode Penulisan
Dalam mengumpulkan data untuk menyusun laporan ini, penulis menggunakan
beberapa pendekatan antara lain :
1. Observasi
Melakukan pengamatan terhadap pasien dalam melakukan kegiatan dan aktivitas.
2. Wawancara
Penulis mewancarai pasien dan melakukan sesi tanya jawab serta menyesuaikan
kemampuan pasien dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan.
3. Studi Kasus
Penulis melakukan atau mempelajari kasus yang akan di lakukan pengkajian.
4. Studi Kepustakaan

4
Penulis mempelajari kasus dengan menggunakan berbagai teori atau literature yang
diambil dari buku dan kepustakaan.
5. Sumber Data
a. Primer : Yang di peroleh dari pasien itu sendiri.
b. Sekunder : Yang di peroleh dari orang terdekat,
team kesehatan lain serta hasil pemeriksaan fisik.

D. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam penyusunan dan pemahaman dari Asuhan
Keperawatan ini, maka sistematika penulisan ini dapat di bagi dalam lima bab yaitu:
BAB I :
Merupakan bab pendahuluan meliputi: Latar Belakang Masalah, Tujuan Penulisan,
Metode Penulisan, dan Sistematika.
BAB II :
Berisi tinjauan teori yang meliputi : Konsep Dasar (masalah utama) yang terdiri dari:
pengertian, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, penatalaksanaan medis, dan konsep
dasar asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
BAB III :
Berisi tinjauan kasus yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
BAB IV :
Pembahasan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi. Dimana semua yang ada dalam pembahasan ini merupakan perbandingan
antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.
BAB V :
Berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran

5
BAB II
KONSEP TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang menurut: Proses menua,
Konsep dasar Hipertensi dan Konsep dasar Asuhan Keperawatan Hipertensi.

A. Proses Menua (Ageing Proses)


1. Pengertian Proses Menua (Ageing Proses)
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu proses yang
berangsur-angsur yang mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar
tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008).
Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Nogroho, 2008).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah.
Dimulai sejak lahir dan umunya dialami pada semua makhluk hidup. Pada setiap
individu memiliki kecepatan yang berbeda dalam proses menua. Adakalanya orang
yang belum tergolong lanjut usia tetapi kekurangan-kekurangan yang menyolok
(Nogroho, 2008).
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Mubarak, 2010).
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Menurut Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada bab I pasal 1
ayat 2, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun
keatas (Azizah, 2011).
2. Teori-Teori Proses Menua
a. Teori Biologis
Teori biologis tentang penuaan dibagi menjadi teori itrinsik dan
ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan yang berkaitan dengan usia timbul akibat
penyebab di dalam sel sendiri, sedang teori ekstrinsik menjelaskan bahwa

6
perubahan yang terjadi di akibatkan pengaruh lingkungan. Teori biologis dibagi
dalam (Mubarak, dkk 2010) :
1) Teori Genetic Clock
Teori ini mengatakan bahwa menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam inti selnya suatu
jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan
menghitung mitosis dan menghentikan replikasi tertentu. Jadi menurut teori
ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai
kecelakaan lingkungan atau penyakit.
2) Teori Error Catastrophe (Teori Mutasi Somatik)
Menurut teori ini, menua disebabkan kesalahan beruntun dalam jangka
waktu yang lama dalam transkipsi dan translasi. Kesalahan tersebut
menyebakan terbentuknya enzim yang salah dan berakibat metabolisme
yang salah sehingga megurangi fungsional sel, walaupun dalam batas-batas
tertentu ksalahan dalam pembentukan RNA dapat diperbaiki, namun
kemampuan dalam memperbaiki diri terbatas pada transkripsi yang tentu
akan menyebabkan kesalahan sintesis protein atau enzim yang dapat
menimbulkan metabolit berbahaya, begitu juga jika kesalahan terjadi pada
translasi maka kesalahan juga akan semakin banyak.
3) Teori Auto Immune
Teori menjelaskan bahwa dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat
diproduksi zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan
terhadap zat tersebut sehngga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel
tidak beregenerasi. Di dalam tubuh bersiap merusak, dapat dinetralkan
dalam tubuh oleh enzim atau senyawa non enzim contohnya vitamin C
betakarotin, vitamin E.
5) Teori Pemakaian dan Rusak
Teori ini menjelaskan bahwa kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah (rusak).
6) Teori ”immunology slow virus”

7
Sistem imun menjadi kurang efektif dengan bertambahnya usia dam
masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

7) Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yag biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
8) Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurang elastis,
kekakuan dan hilangnya fungsi.
9) Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati.
b. Teori Kejiwaan Sosial
1) Aktivitas atau Kegiatan (activity theori)
a) Teori aktivitas, menurut Havighusrt dan Albrecht 1953 berpendapat
bahwa sangat penting bagi individu usia lanjut untuk tetap beraktivitas
dan mencapai kepuasan hidup.
b) Ketentuan akan meingkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini meyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
c) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut
usia.
d) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap
stabil dari dari usia pertengahan ke lanjut usia.
2) Kepribadian berlanjut (continuity theori)
Dasar kehidupan atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi
oleh tipe personality yang dimiliki.
3) Teori pembebasan (disengagement theori)

8
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan
ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kuantitas
maupun kualitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (Tripple Loss),
yakni :
a) Kehilangan peran (Loos of role),
b) Hambatan kontak sosial (restraction of Contacts and relation Ships),
c) Berkurangnya komitmen (to Social Mores and Values)
c. Teori Psikologi
Teori-teori psikologi dipengaruhi juga oleh biologi dan sosiologi salah
satu teori yang ada. Teori tugas perkembangan, menurut Hanghurst (1972) setiap
individu harus memperhatikan tugas perkembangan yang spesifik pada tiap
tahap kehidupan yang akan memberikan perasaan bahagia dan sukses. Tugas
perkembangan yang spesifik ini tergantung pada maturasi fisik, pengharapan
kultural dan masyarakat dan nilai serta aspirasi individu.
3. Perubahan-perubahan Pada Lanjut Usia
a. Perubahan Fisik
Perubahan fisik dan fungsi akibat proses menua meliputi (Nugroho,
2008):
1) Perubahan sel: Jumlah sel menurun, jumlah sel otak menurun, terganggunya
mekanisme perbaikan sel, otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%.
2) Sistem persarafan: Setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap
harinya mengakibatkan menurun hubungan persarafan sehingga lambat
dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.
Mengecilnya saraf panca indra mengakibatkan berkurangnya penglihatan,
hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih
sensitif terhadap perubahan suhu, rendahnya ketahanan terhadap dingin, dan
kurang sensitif terhadap sentuhan serta defisit memori.
3) Sistem pendengaran: Presbiakusis (gangguan pendengaran) akibat terjadinya
pengumpulan serumen yang dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
4) Sistem penglihatan: Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon
terhadap sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang
(berkurangnya luas pandangannya).

9
5) Sistem kardiovaskuler: Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun hal ini menyebabkan kontraksi
dan volume menurun. Selain itu terjadi kehilangan elastisitas pembuluh
darah.
6) Sistem pengaturan suhu tubuh: Suhu tubuh menurun (hipotermi) secara
fisiologik ±35ºC ini akibat metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks
menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi
rendahnya aktifitas otot.
7) Sistem respirasi: Otot-otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi,
kehilangan kekuatan, dan menjadi kaku. Menurunnya aktifitas silia, paru-
paru kehilangan elastisitas.
8) Sistem pencernaan: kehilangan gigi menyebabkan periodontal disease yang
biasanya terjadi setelah berumur 30 tahun, indra pengecap menurun,
esophagus melebar, sensitifitas lapar menurun.
9) Sistem genitourinaria: otot-otot kandung kemih menjadi lemah sehingga
sering menyebabkan inkontinensia dan retensi urin.
10) Sistem endokrin: menurunnya aktifitas tiroid, menurunnya produksi
aldosteron, menurunnya produksi hormon kelamin.
11) Sistem reproduksi: Pada wanita, vagina mengalami kontraktur dan
mengecil, uterus dan payudara mengalami atrofi. Sedangkan pada pria testis
masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada penurunan secara
berangsur-angsur.
12) Sistem kulit: Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit kasar dan bersisik, menurunnya respon terhadap trauma.
13) Sistem musculoskeletal: Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin
rapuh, kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra,
pergelangan, dan paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada
area tulang tersebut. Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan
terbatas. Persendian membesar dan menjadi kaku.
b. Perubahan Mental
Perubahan-perubahan ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik,
keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan serta situasi
lingkungan.Intelegensi diduga makin mundur terutama faktor penolakan abstrak

10
mulai lupa terhadap kejadian baru, masih terekam baik kejadian masa lalu. Dari
segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan
tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan
timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi
(Mubarak, 2010).
c. Perubahan Psikososial
Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dan identitasnya
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun
(purnatugas), seseorang akan mengalami kehilangan, antara lain: kehilangan
finansial, kehilangan status, kehilangan teman/kenalan atau relasi dan
kehilangan pekerjaan/kegiatan (Nugroho, 2008).
Perubahan mendadak dalam kehidupan rutin barang tentu membuat
lansia merasa kurang melakukan kegiatan antara lain: minat, isolasi dan
kesepian, peranan iman (Mubarak, 2010).
d. Perubahan Kognitif
Perubahan pada fungsi kognitif diantaranya adalah:
1) Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang membutuhkan
kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek.
2) Kemampuan intelektual mengalami kemunduran.
3) Kemampuan verbal dalam bidang vokabulator (kosakata) akan menetap bila
tidak ada penyakit.
e. Perubahan Spiritual (perkembangan spiritual)
Maslow, 1970 mengatakan pada lansia agama atau kepercayaan makin
terintegrasi dalam kehidupannya. Selain itu juga menurut Murray dan Zentner,
1970 mengatakan lanjut usiasemakin matur dalam kehidupan agamanya, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Mubarak, 2010).

B. Konsep Dasar Hipertensi


a. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih (Barbara
Hearrison, 1997).

11
Pengertian Hipertensi adalah tekanan darah sistolik  140 mmHg dan tekanan
darah diastolik  90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti hipertensi. (Gunawan,
2001).
b. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardia output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1) Genetic : respon neurology terhadap stress atau kelainan arteri atau transportnya
2) Obesitas : terkait dengan kadar insulin yang tinggi yang menyebabkan tekanan
darah meningkat
3) Stress lingkungan
4) Hilangnya elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah (Mansjoer, 2007)
Berdasarkan etiologinya hipertansi dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1) Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktifitas, susunan saraf simpatik, sisten rennin
angiatensin, obesitas, merokok, dan stress.
2) Hipertensi Sekunder
Dapat di akibatkan karena penyakit parenkim renal/ vakular renal. Penggunaan
kontrasepsi oral yaitu pil, gangguan endokrin, dll (Mansjoer, 2007).
c. Manifetasi Klinis
Manifestasi klinis pada kelayan dengan hipertensi adalah meningkatkan tekanan
darah >140/90 mmHg, sakit kepala, epetaksis, pusing/migrant, rasa berat di tengkuk,
sukar tidur, mata berkunag-kunang, lemah dan lelah, muka pucat dan suhu tubuh
rendah (Mansjoer, 2007).

12
d. Patofisiologi

13
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan 2 cara yaitu :
a. Pemeriksaan yang segera seperti :
1. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
2. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
3. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
6. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler)
7. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi.
8. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
9. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
10. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
11. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
13. EKG : perbesaran jantung gangguan konduksi (Smeltzer, 2001)
b. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama ) :
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.

14
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
e. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien.
e. Penatalaksanaan
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan :
1) Penatalaksanaan non farmakologis
a) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin
dalam plasma dan kadar adostrogen dalam plasma.
b) Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperi berjalan, jogging,
bersepeda dan berenang.
2) Penatalaksanaan farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu :
a. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d. Tidak menimbulkan intoleransi.
e. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh kelayan.
Golongan obat-obatan yang diberikan pada kelayan hipertensi seperti golongan
diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat
konversi rennin angitensin.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemasan, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, arterosklerosis, penyakit jantung koroner dan
penyakit serebravaskuler.

15
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, murnius stenosis valvular, takikardia,
berbagai distnenia, DJV/kongesti vena, ekstermitas (perubahan warna kulit, suhu
dingin, pengisian kapiler mingkin lambat/tertunda), kulit (pucat, sianosis dan
kemerahan).
c. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah
kronik.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continu perhatian tangisan
yang meledak.
d. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau tidak.
e. Makanan/ cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan yang tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol, mual muntah, perubahan berat badan dan
riwayat pengggunaan dierutik.
Tanda : BB normal atau obesitas dan adanya edema, kongesti vena, DJV,
glikosuria.
f. Neurosensoris
Gejala : keluhan pusing, sakit kepala suboksipital, episode kebas dan atau
kelemahansatu sisi tubuh, dan gangguan penglihatan (mis, penglihatan kabur)
Tanda : Status mental (perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek,
proses piker atau memori). Respon motorik (penurunan kekuatan genggaman
tangan dan atau ferleks tendo dalam). Perubahan rentina optic.
g. Nyeri/ ketidak nyamanan
Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tungkai dan nyeri abdomen/massa.
h. Pernafasan
Gejala : dipnea berkaitan dengan aktivitas/kerja, fakipnnea, batuk dengan atau
tanpa pembentukan sputum dan riwayat merokok.
i. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan, episode parastesi unirateral
fransie, hipotesi postural.
j. Pembelajaran/ penyuluhan

16
Gejala : factor-faktor resiko keluarga: hipertensi,ateroskleris, penyakit jantung,
DM, penyakit ginjal. Faktor-faktor resiko anelik, penggunaan pil KB atau
hormon lain (Doengoes, 2000).

2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut atau sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan ansietas
yang dialami kelayan.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
d. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi penyakit berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan.

3. Perencanaan
DX Tujuan Intervensi Rasional
I Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tekanan 1. Untuk mengetahui
keperawatan diharapkan darah kelayan. gambaran lebih lengkap
resiko tinggi penuruna curah tekanan darah dalam
jantung dapat teratasi rentang normal atau
dengan criteria hasil : tidak.
 Pelayan mau 2. Observasi warna kulit, 2. Untuk mengetahui
berpartisipasi dalam kelembaban, suhu dan adanya pucat, dingin,
aktivitas yang masa pengisian kapiler kulit lembab dan masa
menurunkan TD dan pengisian kapiler lambat
frekuensi jantung stabil. berkaitan dengan
 Mempertahankan TD vasokonstriksi atau
dalam rentang individu penurunan curah jantung.
yang dapat diterima. 3. Catat keberadaan, 3. Denyutan karotis,
kualitas denyutan jugularis, radialis dan
sentral dan perifer. femoralis
4. Berikan lingkungan teramati/terpalpasi.
tenang, nyaman, 4. Membantu untuk
kurangi menurunkan rangsang
aktivitas/keributan simpatis, meningkatkan
lingkungan . relaksasi.
5. Kolaborasi dan 5. Untuk menentukan
pemberian terapi. intervensi selanjutnya.

II Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan klien untuk 1. Untuk mengurangi


keperawatan diharapkan penghematan energi. penggunaan energi, dan
intoleransi aktivitas baik, membantu keseimbangan
dengan criteria hasil : antara suplai dan
 Berpartisipasi dalam kebutuhan oksigen.

17
aktivitas yang di 2. Beri dorongan kepada 2. Memberikan bantuan
inginkan. klien untuk melakukan hanya sebatas kebutuhan
 Menunjukkan aktivitas secara bertahap akan mendorong
penurunan dalam tanda- jika dapat ditoleransi. kemandirian dalam
tanda intoleransi melakukan aktivitas.
fisiologi 3. Anjurkan kelayan untuk 3. Untuk meminimalkan
mempertahankan tirah stimulasi/ meningkatkan
baring selama fase akut. relaksasi

III Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji intesitas nyeri 1. Untuk mengetahui skala
keperawatan diharapkan nyeri kelayan
nyeri kepala berkurang/ 2. Anjurkan kelayan untuk 2. Untuk menurunkan
tidak ada dengan criteria kompres hangat pada tekanan vaskuler serebral
hasil dahi dan leher bagian
 Nyeri/ketidaknyamanaa belakang.
n hilang atau terkontrol. 3. Latih kelayan untuk 3. Memperlambat respon
melakukan teknik simpati efektif dalam
relaksasi dan distraksi menghilangkan sakit.

IV Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keefektifitas 1. Mekanisme adaptif perlu


keperawatan diharapkan strategi koping dengan untuk mengubah pola
mekanisme koping individu mengobsevasi perilaku. hidup seseorang.
baik, dengan criteria hasil : 2. Catat laporan gangguan 2. Manifestasi mekanisme
 Kelayan dapat tidur, peningkatan koping maladapif
mengidentifikasi keletihan, kerusakan merupakan indicator
prilaku koping efektif konsentrasi, penurunan marah yang ditekan dan
dan konsekuensinya toleransi sakit kepala. diketahui menjadi
 Menyatakan kesadaran penentu utama TD
kemampuan diastolic.
koping/kekuatan 3. Libatkan kelayan dalam 3. Untuk memperbaiki
pribadi. perencanaan perawatan. keterampilan koping dan
meningkatkan kerjasama
dalam regimen terapeutik

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan pada asuhan keperawatan dapat disesuaikan
dengan perencanaan keperawatan yang telah ditentukan sesuai dengan diagnosa yang
ada.

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan pada asuhan keperawatan yang diberikan kepada
kelayan dapat dibuat sesuai dengan perkembangan dari kelayan. Evaluasi
keperawatan disusun berdasarkan pendekatan SOAP.

18
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Nama : Ny.A
b. Umur : 60 Tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Status perkawan : Kawin
e. Agama : Islam
f. Suku/Bangsa : Jawa
g. Tingkat pendidikan : SD
h. Alamat : RT 08/RW 04 Desa Kemantren Kec. Jabung
i. Tanggal Pengkajian : 24 April 2016
2. Riwayat Keluarga
- Susunan anggota keluarga
No Nama L/P Hub. Keluarga Pendidikan Pekerjaan
1. Ny. Aminah P Lansia SD Petani
2. Tn. Durani L Suami 𝑆𝐷 Petani
3. Tn. Ahmad Rizal L Anak Madrasah Buruh bangunan
4. Tn. Ahmad Rivai L Anak Madrasah Buruh bangunan
5. Ny. Jumati P Anak Madrasah TKI

- Genogram

19
Keterangan Gambar:
Perkawinan
: Laki-laki

: Perempuan Garis keturunan

: Laki-laki meninggal
Tinggal serumah
: Perempuan meninggal
Klien

3. Riwayat Pekerjaan
a. Riwayat pekerjaan saat ini: Petani
b. Riwayat pekerjaan dahulu: Petani
4. Riwayat Lingkungan Hidup
Sekarang klien tinggal dengan anak-anak dan menantu. Jumlah kamar 3 buah dengan
kondisi kamar kurang bersih, peralatan makan tertata cukup rapi di lemari tempat
perabotan makanan, tidak ada pakaian kotor yang menumpuk atau bergantungan,
kondisi tempat tidur cukup bersih. Pertukaran udara dan cahaya matahari tidak baik.
Tingkat kenyamanan cukup.
5. Riwayat Rekreasi
1. Hobi/minat : Memasak
2. Keanggotaan organisasi : Tidak ada
3. Liburan perjalanan : Dirumah saja
6. Sistem Pendukung
- Tenaga kesehatan : Poskedes tidak ada
- Rumah sakit /klinik : puskesmas, dengan jarak 3 Km
- Pelayanan kesehatan dirumah :Dilakukan oleh keluarga (anak)
- Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga berupa : bantuan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari seperti masak dan menyiapkan air
- Lain-lain:-
7. Diskripsi kekhususan
- Klien mengatakan selalu shalat 5 waktu (beragama islam)
- Kegiatan rohani yang lain : mengikuti pengajian

20
8. Status Kesehatan
- Status kesehatan umum selama 1 bulan yang lalu : pusing
- Status kesehatan saat ini : klien mengatakan pusing, pegal, darah tinggi
- Keluhan utama saat ini : Pusing, susah tidur dan linu-linu
Provokatif/ paliative: Nyeri kepala(pusing) dan mata kunang-kunang
Quality : Sangat nyeri, dan muncul tiba-tiba
Region : pusing kepala disertai nyeri
Severity Scale : 4
Timming: kadang –kadang siang hari tapi lebih sering pada malam hari dan nyeriny
a hilang timbul
- Pemahaman tentang masalah yang dihadapi dan penatalaksanaan masalah:
pemahaman masalah cukup baik, namun ketika terasa pusing dan linu, hanya
dibiarkannya saja.
- Obat –obatan
Saat ini, Ny. A tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan khusus (seperti obat
hipertensi,dll).sebelumnya pernah minum obat bodrex.
- Status Imunisasi
Tetanus, difteri:-
Influenza:-
Pneumothorak:-
- Alergi
Obat-obatan:-
Makanan :-
Faktor Lingkungan: pengaruh hawa dingin (terasa linu/kram dikaki)
- Penyakit yang sedang diderita saat ini: hipertensi dan linu-linu.
9. Aktifitas Hidup Sehari-hari
Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien discor A karena
berdasarkan pengalaman mahasiswa, klien mampu memenuhi kebutuhan makan,
kontinen berpindah, kekamar kecil dan berpakaian secara mandiri,bersih-bersih rumah,
Psikologi klien meliputi:
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya, klien memandang penyakitnya sangat
mengganggu
b. Konsep diri baik karena klien mampu memandang dirinya secara positif dan mau
menerima kehadiran orang lain.

21
c. Emosi klien stabil
d. Kemampuan adaptasi klien baik.
e. Mekanisme pertahanan diri, klien mengatakan senang tinggal bersama suaminya
berdua di rumah.

10. Tinjauan Sistem


a. Keadaan umum : Tubuh segar, terlihat sehat dan dapat beraktivitas secara
penuh
b. Tingkat kesadaran : compos mentis
c. GCS : E4 V5 M6 Total : 15
d. Tanda vital : S: 37 oC, Nadi : 80 X/mnt, TD : 180/100. RR : 19
X/menit
e. Sistem penglihatan : Baik, mata kiri dan kanan normal
f. Pendengaran : Baik, telinga kiri dan kanan normal
g. Sistem kardiovaskular
- Inspeksi : Pergerakan dada simetris
- Perkusi : Perkusi terdapat suara pekak
- Auskultasi : Irama Jantung Teratur, Suara S1 S2 tunggal
h. Sistem pernafasan
- Inspeksi : Dada kanan kiri terlihat simetris,tidak ada retraksi otot bantu
pernafasan
- Perkusi : Suara paru kanan kiri sama sonor
- Auskultasi : Vesikuler, Wheezing (-) , Ronchi (-)
i. Sistem integument
Inspeksi tekstur kulit terlihat kendur,keriput (+), peningkatan pigmen (-), dekubitus
(-), bekas luka (-), palpasi turgor kulit normal, terdapat bekas luka (-).
j. Sistem perkemihan
Klien mengatakan biasa buang air besar di kamar mandi,frekuensi 1-2x sehari,
ngompol(-)

22
k. Sistem muskuloskeletal
ROM klien baik atau penuh, klien seimbang dalam berjalan tetapi nyeri pada sendi-
sendi, kemampuan mengenggam kuat, otot ekstermitas kaki kiri sama kuat, tidak
ada kelainan tulang, atrofi dll
l. Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita DM, palpasi tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid
m. Sistem immune
Klien mengatakan tidak mengerti imunisasi , riwayat penyakit berkaitan dengan
imunisasi, klien mengatakan tidak tahu
n. Sistem gastrointestinal
Klien mengkonsumsi makanan yang disediakan sendiri dengan frekuensi 3x sehari
dan setiap makan habis 1 porsi. kebiasaan minum kopi (+),susu (-), peristaltic (+).
klien mengatakan BAB tiap hari sekali dengan konsistensi lembek
o. Sistem reproduksi
Klien mengatakan memiliki anak 3 orang yaitu 2 anak laki-laki dan 1 perempuan
p. Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil.respon klien terhadap
pembicaraan positif dengan bicara yang normal dan jelas, suara pelo(-), interpretasi
klien terhadap lawan bicara cukup baik
11. Status Kognitif / Afektif / Sosial
a. Indeks KATZ
Skore A (0) : Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi
b. SPMSQ (Short Portable Mental status Questioner) :
Jumlah kesalahan 5-7 yang berarti fungsi intelektual klien sedang.
c. MMSE (Mini Mental State Exam) :
Menguji aspek-aspek kognitif dari fungsi mental dengan total nilai yang didapatkan
adalah 25 yang berarti fungsi kognitif dan mental klien masih dalam taraf baik.
d. IDB (Inventaris Depresi Bock) Untuk Mengetahui Tingkat Depresi :
Nilai yang didapatkan 0, yang berarti tingkat depresi klien tidak ada.
e. APGAR keluarga : Dengan jumlah skor adalah 5 yang berarti fungsi sosial klien
baik.

23
INDEKZ KATZ
Indeks Kemandiran Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari

Nama Klien : Ny. “A”


Kelamin :P
Umur : 60 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : RW IV RT 08, Desa Kemantren, Kec. Jabung
SKORE KRITERIA
Kemandiran dalam hal makan,kontinen,berpindah,ke kamar
A kecil,berpakaian dan mandi (0)
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,kecuali satu fungsi
tersebut (1)
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,kecuali mandi dan
satu fungsi (2)
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,kecuali
mandi,berpakaian dan satu fungsi tambahan (3)
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, dsn satu fungsi tambahan (4)
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,kecuali
mandi,berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
(5)
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut (6)
Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
sebagai C,D,E, atau F.

INDEKS KATZ: A (Mandiri)

24
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTINARE (SPMQS)
Penelitian Untuk Mengetahui fungsi Intelektual Lansia

SKORE NO PERTANYAAN JAWABAN


+ 1 Tanggal berapa hari ini? 27 April 2016
+ 2 Hari apa sekarang ini? Rabu
+ 3 Apa nama tempat ini? -
+ 4 Berapa nomor telephone Anda? atau -
dimana alamat Anda?
+ 5 Berapa umur Anda? 60 tahun
+ 6 Kapan Anda lahir? -
+ 7 Siapa Presiden Indonesia sekarang? Jokowi
+ 8 Siapa Presiden sebelumnya? SBY
+ 9 Siapa nama kecil ibu Anda? -
+ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap -
pengurangan 3 dari setiap angka baru
semua secara menurun?
Jumlah kesalahan total 5

Keterangan :
Kesalahan 0-2 : Fungsi Intelektual Utuh
Kesalahan 3-4 : Kerusakan Intelektual Ringan
Kesalahan 5-7 : Kerusakan Intelektual Sedang
Kesalahan 8-10: Kerusakan Intelektual Berat

Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 kesalahan bila subyek hanya berpendidikan SD
Bisa dimaklumi kurang dari 1 kesalahan bila subyek mempunyai pendidikan di atas SMA

25
B. ANALISA DATA
No Symptom Etiologi Problem
I DS : Hilangnya elastisitas Nyeri akut
P : Klien mengatakan sering merasakan pembuluh darah
nyeri dan pusing jika sudah lama
beraktivitas. Penyempitan pembuluh
Q : Klien mengatakan nyeri kepalanya darah
seperti ditusuk-tusuk dengan
frekuensi kadang-kadang. Skala Aliran darah ke jantung
nyeri saat nyeri muncul yakni pada menurun
rentang 4-5, dengan nyeri sedang.
R : Klien mengatakan nyeri terasa di Peningkatan tekanan
kepala sampai ketengkuk dan leher vaskuler suvebral
S : Klien mengatakan merasa tidak
nyaman jika nyeri timbul Nyeri akut (sakit kepala)
T : Klien mengatakan nyeri kambuh
jika sudah terlalu lama beraktivitas
dan sakitnya terasa pada malam
hari menjelang tidur.
Do :
 TTV :
o N : 80 x/menit
o RR : 19 x/menit
o TD : 180/100 mmHg
o S : 37 0C
II Ds : Keterbatasan paparan Kurang
 Klien mengatakan penyakit yang informasi tentang pengetahuan
dideritanya adalah penyakit yang hipetensi
biasa diderita oleh orang tua
seusianya dan Klien tidak tau tentang Keterbatasan kognisi
penangganan penyakitnya.
 Klien mengatakan selama sakitnya Kurangnya pengetahuan
tidak sampai mengganggu, maka
tidak terlalu dipikirkannya.
26
Do :
 Klien tampak bersemangat saat
dibertahukan diberikan informasi
tentang penyakitnya.
 Klien bertanya-tanya tentang
penyakitnya.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut (nyeri kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral
2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan Keterbatasan paparan informasi tentang
penyakitnya

27
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/tgl/
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
jam
Senin, 25 April Nyeri akut (sakit Memahami 1. Kaji tingkat nyeri. 1. Menentukan kebutuhan
2016 kepala) penatalaksanaan nyeri 2. Klien melakukan kompres hangat manajemen nyeri.
Pukul: 16.30 berhubungan dengan kriteria hasil klien pada daerah nyeri. 2. Panas dapat meningkatkan
WIB dengan dapat mendemonstrasikan 3. Anjurkan klien melakukan masase relaksasi otot.
peningkatan teknik manajemen nyeri pada daerah nyeri. 3. Mengurangi ketegangan
tekanan vascular yang diajarkan. 4. Anjurkan klien melakukan teknik 4. Memberikan rasa nyaman
serebral  Skala nyeri 1 – 3 nyeri relaksasi. 5. Memberikan ketenangan
ringan 5. Anjurkan klien untuk mendapatkan
 Nyeri terkontrol posisi yang nyaman jika nyerinya
 Tidak mengeluh nyeri kambuh.

28
Hari/tgl/
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
jam
Senin, 25 April Kurangnya Setelah dilakukantindakan 1. Kaji pengetahuan klien tentang 1. Menentukan kebutuhan
2016 pengetahuan keperawatan diharapkan penyakitnya informasi yang dibutuhkan
Pukul: 16.30 berhubungan klien mengerti tentang 2. Berikan HE (health education) klien.
WIB dengan penyakitnya dengan tentang penyakit dan perawatannya. 2. Klien mengerti tentang
Keterbatasan kriteria hasil : 3. Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya sehingga tau
paparan informasi  Klien menunjukkan penatalaksanaan yang paling mudah bagaimana
tentang pemahaman tentang untuk klien lakukan penatalaksanaannya.
penyakitnya kondisi/prognosis, 3. Membantu klien untuk
perawatan diri. mengurangi keluhan
 Klien tidak bertanya dengan mudah.
tentang penyakitnya.

29
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/
No Dx. Kep. Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
1. Rabu, 27 I 1. Mengkaji tingkat nyeri klien. 1. Skala nyeri 4-5 (nyeri sedang).
April 2016 2. Menganjurkan klien melakukan kompres hangat 2. Klien kooperatif.
Pukul: 16.00 pada daerah nyeri. 3. Klien memperhatikan dengan seksama setiap
WIB 3. Menganjurkan klien melakukan masase pada penjelasan yang diberikan.
daerah nyeri. 4. Klien aktif mengikuti percobaan penggunaan
4. Menganjurkan klien melakukan teknik relaksasi. teknik relaksasi yang diajarkan.
5. Menganjurkan klien untuk mendapatkan posisi 5. Klien tampak kooperatif dan akan mencari posisi
yang nyaman jika nyerinya kambuh. nyaman jika nyeri.
2. Rabu, 27 II 1. Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakitnya. 1. Klien menjelaskan tentang penyakitnya, rasa sakit
April 2016 2. Memberikan HE (health education) tentang yang dirasakan pada bagian kepala, tengkuk
Pukul: 16.00 penyakitnya dan perawatannya. merupakan penyakit orang tua yang sering terjadi
WIB 3. Mendiskusikan dengan klien tentang jika seusianya.
penatalaksanaan yang paling mudah untuk klien 2. Klien mengatakan baru mengetahui apa yang
lakukan. menyebabkan sakitnya.
3. Keluarga tampak antusias dan mengerti

30
Hari/
No Dx. Kep. Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
3. Kamis , 28 I 1. Mengkaji kembali tingkat nyeri klien. 1. Skala nyeri 4 (nyeri sedang)
April 2016 2. Mengingatkan kembali klien untuk melakukan
Pukul: 16.00 kompres hangat pada daerah nyeri. 2. Klien tampak mengompres kepala bagian
WIB 3. Mengingatkan kembali klien untuk melakukan belakang(daerah nyeri).
masase pada daerah nyeri. 3. Keluarga klien tampak memijit kepala klien yang
nyeri.

4. Kamis, 28 II 1. Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakitnya. 1. Klien menjelaskan tentang pengertian, penyebab,
April 2016 2. Memberikan HE (health education) tentang tanda dan gejala, serta penatalaksanaannya dari
Pukul: 16.00 penyakitnya dan perawatannya. penyakitnya.
WIB 2. Klien menjelaskan tentang penyakitnya hipertensi
(darah tinggi) dan cara perawatannya adalah
mengurangi makanan yang mengandung tinggi
garam.

31
Hari/
No Dx. Kep. Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
5. Jum’at, 29 I 1. Mengkaji kembali tingkat nyeri klien. 1. Skala nyeri 3 (nyeri ringan)
April 2. Mengingatkan kembali klien untuk melakukan 2. Klien menceritakan keluarga selalu memijit
2016 masase pada daerah nyeri. kepala bagian belakang klien ketika nyeri.
Pukul : 16.30 3. Mengingatkan kembali klien untuk mendapatkan 3. Klien tampak kooperatif dan tidur dengan posisi
WIB posisi yang nyaman jika nyerinya kambuh. terlentang ketika nyeri.
6. Jum’at, 29 II 1. Mengkaji kembali pola kebutuhan istirahat/tidur 1. Klien menceritakan pola kebutuhan tidurnya
April klien. sudah teratur.
2015 2. Menciptakan lingkungan tetap nyaman. 2. Klien merasa nyaman dengan lingkungan
Pukul : 16.30 sekitarnya.
WIB

32
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan kesenjangan antara konsep dasar teori dengan kenyataan
yang ditemukan dilahan praktek berkaitan dengan asuhan keperawatan pada lansia dengan
diagnosa medis Hipertensi.
A. Pengkajian
Dalam konsep dasar teori asuhan keperawatan lansia dengan hipertensi data yang
perlu dikaji adalah nyeri, aktivitas/istirahat, neurosensori, kardiovaskular, makanan/cairan,
hygiene, interaksi sosial, keamanan dan integritas ego, sedangkan pada pengkajjian kasus
ditampilkan data demografi, riwayat pekerjaan, riwayat lingkungan hidup, riwayat
rekreasi, sistem pendukung, deskripsi kekhususan, alasan mengapa klien masuk panti,
keluhan utama yang dirasakan klien, aktivitas sehari-hari, tinjauan sistem, status kognitif,
afektif dan sosial klien.
Dalam proses pengkajian kasus, didapatkan data-data yang menunjukkan masalah-
masalah kesehatan klien, antara lain :
1. Nyeri pada kepala sampai leher
2. Gangguan istirahat tidur
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya
Di dalam konsep teori, tidak ditampilkan diagnosa intoleransi aktivitas, karena
pada kenyataannya hal tersebut tidak di alami oleh klien, sehingga penulis tidak
mengangkat masalah tersebut karena nantinya sangat menghambat proses pemberian
asuhan keperawatan jika masalah tersebut diangkat.

B. Diagnosa Keperawatan
Pada tinjauan teori tentang konsep dasar asuhan keperawatannya, terdapat 4
diagnosa, sedangkan pada tinjauan kasus penulis mengangkat 3 diagnosa yang ada di
teori. Dalam proses pengkajian penulis mendapatkan sedikit hambatan, yakni keterbatasan
dalam hal bahasa.

C. Perancanaan
Dalam perencanaan teoritis, terdapat rencana kolaborasi dengan keluarga. Tidak
semua perencanaan yang ada diperencanaan teoritis dimasukkan dalam perencanaan kasus
karena disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan asuhan keperawatan.

33
D. Pelaksanaan
Pemberian tindakan keperawatan kepada klien disesuaikan dengan perencanaan
yang telah dibuat. Fokus pelaksanaan tindakan keperawatan adalah health education
tentang bagaimana penanganan jika nyeri kepala sampai ke leher dirasakan lagi. Tidak ada
tindakan keperawatan yang langsung menangani nyeri klien karena pada saat pengkajian
klien sedang tidak merasakan nyeri. Sedangkan penanganan untuk masalah gangguan
istirahat tidur, tindakan difokuskan bagaimana menciptakan lingkungan yang nyaman dan
melatih tehnik relaksasi. Untuk masalah kurang pengetahuan, tindakan di fokuskan pada
health education tentang penyakit hipertensi dan sedikit memberikan informasi tentang
hipertensi (tekanan darah tinggi).

E. Evaluasi
Dalam mengevaluasi keberhasilan pencapaian pelaksanaan asuhan keperawatan
kepada klien dilakukan setelah 3 x 24 jam, tetapi eveluasi tindakan dilakukan setiap
selesai melaksanakan tindakan keperawatan.
Pada saat evaluasi akhir, menunjukkan pencapaian kriteria evaluasi, misalnya
untuk diagnosa I klien mampu mendemonstrasikan cara menangani keluhan nyeri yang
berarti sesuai dengan kriteria hasil pada perencanaan.

34
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah proses pemberian asuhan keperawatan pada klien Ny.”A” penulis dapat
menyimpulkan :
1. Dalam memberitahukan asuhan keperawatan pada lansia, banyak ditemukan
hambatan-hambatan sehingga kita harus benar-benar mengenal lansia itu agar kita bisa
mencari jalan keluar jika muncul hambatan terutama pada proses pengkajian.
2. Dalam proses memberikan asuhan keperawatan pada lansia, kita harus sabar
menghadapi perubahan emosi pada lansia.
3. Memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan khusus seperti klien
dengan sulit berkomunikasi menggunakan bahasa indonesia tapi harus memiliki trik-
trik tersendiri agar komunikasi lancar.

B. Saran
1. Bagi Klien
Hendaknya klien tetap menjaga kesehatan, jangan terlalu memaksakan diri untuk
bekerja dan lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan di mayarakat.
2. Bagi Puskesmas Pembantu,
Lebih meningkatkan pelayanan terutama pelayanan kesehatan agar klien menderita
suatu penyakit lebih dini ditangani.
3. Bagi Masyarakat Dempok
Hendaknya selalu menjaga kesehatan, memperhatikan asupan makanan/minuman dan
sering berolahraga.
4. Bagi Perawat/Mahasiswa
Hendaknya lebih meningkatkan pengetahuan agar lebih peka terhadap masalah-
masalah yang dialami lansia serta meningkatkan kerjasama.

35
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L.M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu

Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta: Kanisius


Mansjoer, A, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI

Mubarak, W. I., dkk. 2010. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Salemba Medika

Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, edisi 3. Jakarta : EGC.

36
Lampiran Materi
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Penyakit Hipertensi


Sasaran : Ny.”A”
Tempat : Rumah Ny.”A”
Hari / tanggal : 27 April 2016
Waktu : 30 menit

A. ANALISA SITUASI
1. Peserta
Jumlah peserta 3 orang yaitu Ny.”A” berumur 60 tahun dengan pendidikan
tidak sekolah. Ny.”A” tidak memiliki pengetahuan yang relevan tentang penyakit
Hipertensi yang di deritanya.
2. Ruangan
Ruangan yang digunakan yaitu ruangan tamu rumah, situasi pencahayaan
terang, dengan suasana sekitar rumah yang tenang karena tetangga dan anggota
keluarga yang lain sedang beraktivitas diluar rumah.
3. Pengajar
Fasilitator yaitu mahasiswa profesi ners Unitri Malang

B. TUJUAN
1. Tujuan instruksional umum
Setelah dilakukan penyuluhan, lansia diharapkan mampu mengenal penyakit
hipertensi dan dapat melakukan perawatan terhadap penderita penyakit hipertensi.
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, lansia diharapkan mampu:
a. Menyebutkan pengertian hipertensi
b. Menyebutkan penyebab hipertensi
c. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
d. Menyebutkan upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi.
e. Menyebutkan sumber makanan/minuman yang dapat meningkatkan Tekanan
Darah serta sumber makanan/minuman yang dapat menurunkan Tekanan Darah

37
C. Sasaran
Ny.“A”

D. Materi
a. Pengertian hipertensi
b. Penyebab Hipertensi
c. Tanda dan gejala hipertensi
d. Upaya untuk mencegah Hipertensi
e. Faktor Resiko Hipertensi
f. Penanggulangan Hipertensi

E. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi / tanya jawab

KEGIATAN PENYULUHAN
No WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN LANSIA

1. 3 menit Pembukaan :
 Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam
mengucapkan salam.
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan dari penyuluhan  Memperhatikan
 Menyebutkan materi yang akan  Memperhatikan
diberikan
2. 15 menit Pelaksanaan :
 Menjelaskan tentang pengertian  Memperhatikan
penyakit hipertensi
 Menjelaskan tentang penyebab,  Memperhatikan
tanda-tanda dan gejala penyakit
hipertensi
 Memberi kesempatan kepada lansia  Bertanya
untuk bertanya
 Menjelaskan hal-hal yang  Memperhatikan

38
berhubungan dengan pencegahan
dan penatalaksanaan hipertensi
 Memberi kesempatan kepada lansia  Bertanya
untuk bertanya
3. 10 menit Evaluasi :
 Menanyakan kepada lansia tentang  Menjawab
materi yang telah diberikan, dan pertanyaan
reinforcement kepada peserta yang
dapat menjawab pertanyaan.
4. 2 menit Terminasi :
 Mengucapkan terimakasih atas  Mendengarkan
peran serta lansia.
 Mengucapkan salam penutup  Menjawab salam

F. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta mengikuti kegiatan penyuluhan
b. Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan di rumah Ny.”N”
c. Pengorganisasian kegiatan sebelum hari pelaksanaan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a) Peserta antusias mengikuti kegiatan penyuluhan.
b) Peserta penyuluhan tidak ada yang meninggalkan tempat penyuluhan sebelum
kegiatan selesai.
c) Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
Diharapkan peserta mengikuti penyuluhan mampu menyebutkan :
a. Pengertian Hipertensi
b. Penyebab Hipertensi
c. Tanda dan gejala Hipertensi
d. Upaya untuk mencegah Hipertensi
e. Penatalaksanaan Hipertens

39
MATERI PENYULUHAN
HIPERTENSI

A. Pengertian
Pengertian Hipertensi adalah tekanan darah sistolik  140 mmHg dan tekanan darah
diastolik  90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti hipertensi. (Kapita Selekta
Kedokteran, 2001).

B. Penyebabnya
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus .
2. Hipertensi skunder atau hipertensi renal, penyebab spesifiknya diketahui terdapat
sekitar 5 % kasus.

C. Efek Hipertensi
Efek letal dari hipertensi terutama disebabkan oleh tiga hal berikut :
1. Kelebihan beban kerja pada jantung, yang menimbulakan perkembangan awal dari
penyakit jantung kongestif, penyakit jantung koroner atau keduanya, yang seringkali
menyebabkan kematian akibat serangan jantung.
2. Tekanan yang tinggi seringkali menyebabkan robeknya pembuluh darah utama di
otak, yang diikuti oleh kematian pada sebagian besar otak, keadaan ini disebut infark
serebral, yang secara klinis dikenal dengan nama “stroke“. Bergantung pada bagian
otak mana yang terkena, stroke dapat menyebabkan kelumpuhan, kebutaan, demensia,
atau berbagai gangguan otak yang serius lainnya.
3. Tekanan yang tinggi hampir selalu menyebabkan berbagai perdarahan pada ginjal,
yang menimbulkan kerusakan pada area ginjal, dan akhirnya terjadi gagal ginjal, air
kencing bercampur darah dan kematian. (Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 1997)

D. Faktor Resiko Hipertensi


Faktor resiko hipertensi adalah faktor yang bila semakin banyak menyertai
penderita maka dapat menyebabkan orang tersebut akan menderita tekanan darah tinggi
yang lebih berat lagi. Ada faktor resiko yang dapat dihindari atau dirubah dan ada juga
yang tidak dapat dihindari. Faktor resiko yang tidak dapat dihindari atau dirubah adalah
keturunan/genetik, suku bangsa dan umur. Berbagai macam faktor resiko yang dapat
40
dihindari karena dapat memperberat keadaan hipertensi antara lain makanan yang
mengandung lemak dan kolesterol tinggi, garam, makanan asin atau yang diasinkan,
daging kambing, buah durian, minuman alkohol yang berlebihan, makanan dan minuman
yang mengandung bahan pengawet, rokok, kopi, kegemukan (obesitas) dan stress (MKI.
2000 : 58).

E. Gejala Hipertensi
Ada gejala yang tidak boleh diabaikan oleh penderita tekanan darah tinggi karena gejala
tersebut berhubungan dengan organ-organ yang menderita kerugian karena hipertensi
yang tidak terkendali, antara lain :
1. Serangan pusing,
2. Kekakuan,
3. Kehilangan keseimbangan,
4. Sakit kepala (terutama di tengkuk)
5. Jantung berdebar-debar
6. Sukar tidur
7. Napas pendek
8. Penglihatan yang memburuk, semuanya secara bersama-sama menunjukkan adanya
masalah dengan peredaran darah di otak.
9. Kelumpuhan anggota badan, khususnya sebelah badan atau salah satu bagian muka,
atau salah satu tangan, atau kemampuan berbicara menurun dapat menjadi tanda
peringatan adanya stroke.
10. Terengah-engah pada waktu bekerja, dengan rasa sakit pada dada yang menjalar ke
rahang, lengan, punggung atau perut bagian atas, menjadi tanda permulaan nyeri
dada.
11. Susah nafas dapat menjadi tanda yang berkaitan dengan tekanan darah tinggi
kegagalan jantung.
12. Sering bangun setiap malam untuk buang air kecil dan lebih banyak serta lebih sering
mengeluarkan urine siang hari dapat menjadi tanda pertama gangguan ginjal (Tom
Smith. 1986 : 144).

41
F. Penanggulangan Hipertensi
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
penatalaksanaan non farmakologis dan farmakologis. Pengobatan non farmakologis sama
pentingnya dengan pengobatan farmakologis, terutama pada hipertensi ringan,
diantaranya:
1. Menurunkan berat badan
2. Olahraga secara teratur
3. Mengurangi konsumsi daging untuk mencegah kolesterol berlebih.
4. Mengurangi asupan garam
5. Menghindari merokok, minum alkohol, hiperlipedemia dan stress (MKI. 2000).

42

Anda mungkin juga menyukai