Oleh:
1611016
TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN HIPERTENSI
A. Konsep Keluarga
1. Definisi
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap – tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain(Mubarak,2011).
2. Fungsi keluarga
Keluarga memppunyai 5 fungsi yaitu:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan
dan kegembiraan dari seluruh anggota keuarga.
b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap
ayah, ibu dan orang orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat
membina hubungan social pada anak, membentuk norma norma tingkat laku
sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan menaruh nilai nilai budaya
keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk
memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk
keluarga adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan,
yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti
sangguo menyelesaikan masalah kesehata.
3. Tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga dibagi
menjadi 8:
a. Keluarga baru (berganning family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan
keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang
memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan
keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki anaka atau KB, persiapan
menjadi orang tua dan memahami prenatal care (pengertian kehamilan,
persalinan dan menjadi orang tua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (child bearing )
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu
adaptasi perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan tanggung jawab,
bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
konseling KB post partum 6 minggu.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada
anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang proses belajar dan kontak
sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.
d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga
seperti membantu sosialisasi anka terhadap lingkungan luar rumah,
mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual, dan
menyediakan aktifitas anak.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap
remaja, memelihara komunikasi terbuka,mempersiapkan perubahan sistem
peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada
dalam keluarganya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak
waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai,
memulihkan hubungan antara generasi muda-tua serta persiapan masa tua.
h. Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap
masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian pasangan,
dan mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa lalu.
4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan sebagai berikut:
a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit
d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat
B. Konsep Lansia
1. Definisi
Lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun keatas. Lansia bukan penyakit,
namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia
adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
2. Klasifikasi
Depkes RI (2003) mengklasifikasikan lansia dalam kategori, antara lain:
a. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
d. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Menurut WHO, dalam Dewi (2014) lansia diklasifikasikan menjadi 3,
yaitu:
1) Elderly : 60-70 tahun.
2) Old : 75-89 tahun.
3) Very Old : > 90 tahun.
3. Karakteristik Lansia
Depkes RI (2003) mengklasifikasikan lansia dalam kategori, antara lain:
a. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
d. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Menurut WHO, dalam Dewi (2014) lansia diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1. Elderly : 60-70 tahun.
2. Old : 75-89 tahun.
3. Very Old : > 90 tahun.
4. Tipe tipe lansia
Lansia dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe yang bergantung pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dam ekonominya, tipe ini
antara lain :
a. Tipe Optimis
Lansia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, memandang lansia dalam
bentuk bebas dari tanggung jawab dan sebagai kesempatan untuk meuruti
kebutuhan pasifnya.
b. Tipe Konstruktif
Mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup, mempunyai toleransi
tinggi, humoris, fleksibel dan sadar diri. Biasanya sifat ini terlihat sejak muda.
c. Tipe Ketergantungan
Lansia ini masih dapat diterima ditengah masyaraka, tetapi selalu pasif, tidak
berambisi, masih sadar diri, tidak mempunyai inisiatif dan tidak praktis dalam
bertindak.
d. Tipe Defensif
Sebelumnya mempunyai riwayat jabatan/pekerjaan yang tidak stabil, selalu
menolak bantuan. Sering tidak terkontrol, memegang teguh kebiasaan, bersifat
kompulsif aktif, takut mengahadi “menjadi tua” dan menyenangi masa pensiun.
e. Tipe Militan dan Serius
Lansia yang tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang, dan bisa menjadi
panutan.
f. Tipe Pemarah dan Frustasi
Lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu menyalahkan
orang lain, menunjukkan penyesuaian yang buruk, dan sering mengekspresikan
kepahitan hidupnya.
g. Tipe Bermusuhan
Lansia yang selalu mengganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan,
selalu mengeluh, bersifat agresif dan curiga. Umumnya memiliki pekerjaan
yang tidak stabil di saat muda, menganggap tua sebagai hal yang tidak baik,
takut mati, iri hati terhadap orang yang masuh muda, senang mengadu unruk
pekerjaan, dan aktif menghindari masa yang buruk.
h. Tipe Putus Asa, Membenci dan Menyalahkan Diri Sendiri
Bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak memiliki ambisi,
mengealami penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri, lansia
tidak hanya mengalami kemarahan, tetapi juga depresi, menganggap usia lanjut
sebagai masa yang tidak menarik dan berguna.
5. Perubahan system tubuh lansia
Perubahan sistem tubuh pada lansia, antara lain:
a. Perubahan Fisik
1) Sel
Pada lansia jumlah selnya akan lebih sedikit dan ukurannya akan lebih
besar, cairan tubuh dan cairan intraseluler akan berkurang, proporsi protein
di otak, otot, ginjal, darah, dan hati juga ikut berkurang. Jumlah sel otak
akan menurun, mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan otak menjadi
menjadi atrofi.
2) Sistem Persarafan
Rata-rata berkurangnya saraf neocortical sebesar 1 per detik, hubungan
persarafan cepat menurun, lambat dalam merespon baik dalam gerakan
maupun jarak waktu, khususunya dengan stres, mengecilnya saraf
pancaindra, serta menjadi kurang sensitif terhadap sentuhan.
3) Sistem Pendengaran
Gangguan pada pendengaran (presbiakusis), membran timpani mengalami
atrofi, terjadi pengumpulan dan pengerasan serumen karena peningkatan
keratin, pendengaran menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stres.
4) Sistem Penglihatan
Timbul sklerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respons terhadap sinar,
kornea lebih berbentuk seperti bola (sferis), lensa lebih suram (keruh)
dapat menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar dan
daya adaptasi terhadap kegalapan menjadi lambat dan sulit untuk melihat
dalam keadaan gelap, hilangnya daya akodomosi, menurunnya lapang
pandang, dan menurunnya daya untuk membedakan antara warna biru
dengan hijau pada skala pemeriksaan.
5) Sistem Kardiovaskular
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal, kemampuan
jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh
darah perifer untuk iksigenais, sering terjadi postural hipotensi, tekanan
darah meningkat diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh
darah perifer.
6) Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu rubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis + 35 derajat celcius,
hal ini diakibtkan oleh metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks
menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga
terjadi rendahnya aktifitas otot.
7) Sistem Pernapasan
Otot-otot prnapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas
residu meningkat, menarik napas lebih berat, kapasitas pernpasan
maksimum menurun. Ukuran alveoli melebar dari normal dan jumlahnya
berkurang, omsigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, kemampuan
untuk batuk berkurang dan penurunan kekuatan otot pernapasan.
8) Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecapan mengalami penurunan, esofagus
melebar, sensitivitas akan rasa lapar menurun, produksi asam lambung dan
waktu pengososngan lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya
timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun, hati (liver) semakin mengecil
dan menurunnya tempat penyimpanan, serta berkurangnya suplai aliran
darah.
9) Sistem Genitourinaria
Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun
hingga 50%, fungsi tubulu berkurang (berakibat pada penurunan
kemampuan ginjal untuk mengonsentrasikan urine, berat jenis urin
menurun, proteinuria biasanya +1), blood urea nitrogen (BUN) meningkat
hingga 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Otot –
otot kandung kemih (vesica urinaria) melemah, kapasitasnya menurun
hingga 200 ml dan menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat,
kandung kemih sulit dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine.
Pria usia dengan 65 tahun ke atas sebagian besar mengalami pembesaran
prostat hingga + 75% dari besar normalnya.
10) Sistem Endokrin
Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktivitas tiroid, basal
metabolic rate (BMR), daya pertukaran gas, produksi aldosteron, serta
sekresi hormon kelamin seperti progesteron, esterogen, dan testosteron.
11) Sistem Integumen
Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit
kasar dan bersisik, menurunna respon terhadap trauma, mekanisme
proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna
kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisit
akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih
lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara
berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan
fungsinya. Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
12) Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan kepadatannya (desity) dan semakin rapuh, kifosis,
persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami
sklerosis, atrofi serabut otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat.
b. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik,
kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan, tingkat
kecerdasan (intellegence quotient-IQ), dan kenangan (memory). Kenangan dibagi
menjadi dua, yaitu kenangan jangka panjang (berjam-jam sampai berhari-hari yang
lalu) mencakup beberapa perubahan dan kenangan jangka pendek atau seketika (0-
10 menit) biasanya dapat berupa kenangan buruk.
c. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial terjadi terutama setelah seseorang mengalami pensiun.
Berikut adalah hal-hal yang akan terjadi pada masa pensiun.
1) Kehilangan sumber finansial atau pemasukan (income) berkurang.
2) Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan segala fasilitasnya.
3) Kehilangan teman atau relasi.
4) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan.
5) Merasakan atau kesadaran akan kematian (sense of awareness of mortality).
6. Proses Menua
a. Pengertian Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai pada
satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Proses menua
merupakan kombinasi berbagai macam faktor yang saling berkaitan. Sampai saat ini
banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang proses menua yang tidak seragam.
Secara umum proses menua di definisikan sebagai perubahan yang terkait waktu,
bersifat universal, intrinsik, profresif dan detrimental. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungna untuk
dapat bertahan hidup. Proses menua yang terjadi bersifat individual, yang berarti
tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda, setiap lansia memiliki
kebiasaan yang berbeda dan tidak ada satu faktor pun yang dapat mencegah proses
menua.
b. Teori Menua
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi,
teori psikologis, teori sosial dan teori spiritual :
1) Teori Biologis
Teori genetik
Teori ini menyebutkan bahwa manusia dan hewan terlahir dengan program genetil
yang mengatur proses menua selama rentang hidupnya. Setiap spesies di dalam inti
selnya memiliki suatu jam genetik. jam biologis sendiri dan setiap spesies
mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi
tertentu sehingga bila jam ini berhenti berputar maka ia akan mati.
Wear and Tear Theory
Menurut teori “pemakaian dan perusakan” (Wear and Tear Theory) disebutkan
bahwa proses menua terjadi akibat kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan
sel tubuh menjadi lelah dan tidak mampu meremajakan fungsinya. Proses menua
merupakan suatu proses fisiologis.
Teori Nutrisi
Teori nutrisi menyatakan bahwa proses menua dan kualitas proses menua
dipengaruhi intake nutrisi seseorang sepanjang hidupnya. Intake nutrisi yang bauk
pada setiap tahap perkembangan akan membantu meningkatkan kualitas kesehatan
seseorang. Semakin lama seseorang mengkonsumsi makanan bergizi dalam
rentang hidupnya, maka ia akan hidup lebih lama dengan sehat.
Teori Mutasi Somatik
Menurut teori ini penuaan terjadi karena adanya mutasi omatik akibat pengarung
llingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA dan
RNA dan dalam proses translasi RNA protein / enzim. Kesalahan ini terjadi terus
menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan
sel normal menjadi sel kanker atau penyakit.
Teori Stress
Teori stres mengungkapkan bahwa proses menua terjadi akibat hilangnya sel-sel
yang bisa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan sel yang menyebabkan sel
tubuh lelah terpakai.
Slow Immunology Theory
Menurut teori ini, sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
6) Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu
vangkir kopi dapat meningkatkan tekanan darah 5-10 mmHg.
7) Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus yang akan meningkatkan frekuensi
jantung, curah jantung dan resistensi vaskuler, efek samping ini akan
meningkatkan tekanan darah. Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan
darah sebesar 30 mmHg.
Daftar Pustaka
Armilawaty, Amalia H, Amirudin R.(2007) Hipertensi Dan Factor Resikonya Dalam Kajian
Epidemiologi. Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanudin Makasar
Buckman. (2010). Apa Yang Anda Ketahui Tentang Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta:
Citra Aji Pratama
H. Hadi Martono Kris Pranaka. (2014-2015). Geriatric Edisi Ke-5. Jakarta: Fkui
Mubarak, Wahid Iqbal. (2009). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba Medika
Who. (2014). Global Target 6:A 25% Relative Reduction In The Prevalence Of Reise Blood
Pressure Or Contain The According To National Circumstances
DEPARTEMEN KEPERAWATAN KELUARGA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
STIKes PATRIA HUSADA BLITAR
1. DATA UMUM
a. Nama Kepala Keluarga : Ny.K
b. Umur KK : 70 Tahun
c. Alamat dan telepon : Ds. Karang Rejo RT 01 RW 06
d. Pekerjaan KK : Petani
e. Pendidikan KK : SD
f. Agama KK : Islam
g. Suku bangsa KK : Jawa
h. Komposisi keluarga :-
No Nama JK Hub. dg Umur Pendidikan Agama Pekerjaan
KK Terakhir
1 Ny.K P Istri 70 thn SD Islam Petani
2 Ny. T P Anak 35 Th SMP Islam Ibu Rumah Tangga
3 Tn. K L Menantu 40 Th SD Islam Kuli Bangunan
4 Tn. P L Anak 26 Th SD Islam Kuli Bangunan
5 Nn.D P Cucu 18 Th SMK Islaam Pelajar
i. Genogram
×
Keterangan :
: Laki-laki : Klien
j. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ny. K yaitu extended family yang terdiri dari ibu, anak, menantu,cucu.
k. Suku bangsa
Keluarga Ny.K termasuk dalam suku bangsa jawa atau Indonesia kebudayaan yang
dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasa sehari hari yang
digunakan yaitu bahasa jawa.
l. Agama
Keluarga Ny.K semua beragam islam
m. Status sosial ekonomi keluarga
Ny. K bekerja sebagai petani. Mereka bekerja biasanya mulai dari jam 06.30 sampai
dengan jam 12.00 lalu istirahat kurang lebih 1-2 jam, lalu bekerja lagi sampai jam
16.00. Untuk penghasilan Ny. K tidak menentu karena tergantung dari hasil
panennya. Dalam 1 tahun ada 2x panen dan dalam 1x panen penghasilannya kurang
lebih Rp. 3.000.000 Anak Ny. K yaitu Tn.K, Tn.P bekerja juga sebagai seorang kuli
bangunan dan tinggal bersama dan Ny. K.
n. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga Ny.K setiap sore Berkumpul untuk mengobrol atau menonton TV bersama.
2. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Ny.K tugas perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga dengan anak
dewasa , yang harus mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan. Adaptasi
dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan,
Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat serta mempertahankan
hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas perkembangan keluarga yang seharusnya dilalui oleh keluarga saat ini
keluarga merasa belum terpenuhi, karena anaknya yang sudah menikah masih tinggal
serumah dengan Ny.K.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
Keluarga semuanya sehat.
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Keluarga tidak mempunyai masalah kesehatan yang serius hanya Ny.K mempunyai
riwayat hipertensi.
3. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah
1) Denah rumah
U
Teras
R. Tamu B T
K. Tidur K. Tidur
S
K. Tidur
Dapur K.M
2) Keadaan lingkungan dalam rumah
Lantai ubin, ruang tamu dan tempat tidur cukup bersih. Pada bagian ruang tamu
memiliki jendela. Setiap kamar tidur memiliki 1 jendela. Keadaan rumah cukup
terang dan cukup luas.
Total Score :
120
Total score : 7
Jadi klien mengalami : fungsi intelektual sedang karena klien menjawab 10
pertanyaan dan salah 3.
Fungsi intelektual utuh : jika jumlah salah 0-3
Fungsi intelektual ringan : jika jumlah salah 4-5
Fungsi intelektual sedang : jika jumlah salah 6-8
Fungsi intelektual berat : jika jumlah salah 9-10
Total Score : 29
Aspek kognitif dan fungsi mental baik : jika total skor > 23
Kerusakan aspek fungsi mental ringan : jika total skor 18-22
Terdapat kerusakan aspek fungsi : jika total skor < 17
mental berat
Jadi fungsi kognitif dan fungsi mental klien baik
11. Pengkajian Status Mental Gerontik
Nilai 1 : Jika klien menunjukkan kondisi di bawah ini
Nilai 0 : Jika klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini
Komponen Langkah Kriteria Nilai
utama dalam
bergerak
Perubahan Mata dibuka Tidak bangun dari tempat duduk
posisi/gerakan Bangun dari dengan satu gerakan, tetapi mendorong
keseimbangan kursi tubuhnya keatas dengan tangan atau
bergerak ke depan kursi terlebih 0
dahulu, tidak stabil pada saat berdiri
pertama kali
Duduk ke Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk
kursi ditengah kursi 0
Menahan Pemeriksa mendorong sternum
dorongan pada (perlahan-lahan sebanyak 3 kali).
sternum Klien menggerakkan kaki, memegang
objek untuk dukungan, kaki tidak 0
menyentuh sisi-sisinya
Mata ditutup Kriteria sama dengan kriteria untuk
Bangun dari mata terbuka 0
kursi
Total Score : 2
Klien termasuk dalam kategori risiko jatuh rendah
0-5 : Resiko jatuh rendah
6-10 : Resiko jatuh sedang
11- 15 : Resiko jatuh tinggi
12. Status Depresi
Lingkari angka yang menjadi penilaian
Skor Uraian
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih
B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia & sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa & memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis / kecil hati tentang masa depan
C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal
D KETIDAK PUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas
E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat beuruk / tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah
I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat berkerja ± sebaik-baiknya
L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya
M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
Keterangan : klien termasuk dalam depresi tidak ada/minimal
0–4 : Depresi Tidak Ada / Minimal
5–7 : Depresi Ringan
8– 15 : Depresi Sedang
>16 : Depresi Berat
106
13. Apgar Keluarga
Penilaian :
Pertanyaan-pertanyaan yang di Jawab :
a) Selalu : Skore 2
b) Kadang-kadang : Skore 1
c) Hampir Tidak Pernah : Skore 0
No Uraian Fungsi Skore
1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga (teman-teman) saya untuk membantu ADAPTATION 2
2. pada waktu
Saya puas sesuatu
dengan menyusahkan
cara keluargasaya.
(teman-teman)
saya membicarakan sesuatu dengan saya & PARTNERSHIP
mengungkap- kan masalah dengan saya 2
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)
saya menerima & mendukung keinginan saya GROWTH 2
4. untuk melakukan
Saya puas aktivitas
dengan / arah baru
cara keluarga (teman-teman)
saya mengekspresikan afek & berespons terhadap AFFECTION 2
emosi-emosi saya seperti marah, sedih /
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya & saya
mencintai.
menyediakan waktu bersama-sama. RESOLVE 2
TOTAL 10
Keterangan :
Skor >6 : Tidak terjadi disfungsi sosial
Skor 4 – 6 : Tejadi disfungsi sosial menengah
Skor ≤3 : Tejadi disfungsi sosial tinggi
Kesimpulan : klien tidak terjadi disfungsi social
ANALISA DATA
Evaluasi
No Hari, Tanggal, Diagnosa Evalusi TTD
Jam Keperawatan
1 Sabtu, 16 Mei, Ketidakefektifan S: keluarga mampu menerima informasi yang diberikan
15.00 pemeliharaan O: Keluarga sudah bisa menjelaskan bagaimana cara memelihara penyakit
kesehatan keluarga (hipertensi)
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
Satuan Acara Penyuluhan
Hipertensi
A. Tujuan
I. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan keluarga dapat memahami tentang
hipertensi.
II. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan :
a. Menyebutkan pengertian hipertensi
b. Menyebutkan faktor resiko hipertensi
c. Menyebutkan gejala – gejala hipertensi
d. Menjelaskan komplikasi hipertensi
e. Menjelaskan pencegahan dan cara diit pada hipertensi
B. Media
Leaflet
C. Rencana Pelaksanaan Penyuluhan
Sasaran : Keluarga Lansia
Tempat : Ds. Karang Rejo RT 01 RW 06
Hari / Tanggal : 16 Mei 2020
Waktu : 30 menit
Metode : Ceramah
D. Kegiatan Penyuluhan
E. Evaluasi
Evaluasi proses
Mengetahui bagaimanakah proses kegiatan penyuluhan berjalan
Evaluasi hasil
Mengetahui apakah :
1. Peserta dapat menyebutkan pengertian hipertensi
2. Peserta dapat menyebutkan gejala – gejala hipertensi
3. Peserta dapat menyebutkan faktor resiko hipertensi
4. Peserta dapat menjelaskan tentang komplikasi
5. Peserta dapat menjelaskan pencegahan dan diit pada hipertensi
Materi Penyuluhan Hipertensi
A. Pengertian hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik dan diastolic
meningkat melebihi batas normal yaitu ≥ 130/90 mmHg.
B. Gejala hipertensi
a. Sakit kepala bagian tengkuk
b. Epistaksis (Mimisan)
c. Kejang
d. Telinga berdenging
e. Sukar tidur
f. Mata berkunang – kunang
C. Faktor resiko
a. Stress psikososial
b. Obesitas (kegemukan)
c. Kurang olah raga
d. Rokok
e. Alkohol
f. Penyakit ginjal dan DM
D. Komplikasi hipertensi
Pada mata : penyempitan pembuluh darah karena penumpukan kolesterol dapat
mengakibatkan retinopati, dan efek yang ditimbulkan pandangan mata kabur.
Pada jantung : jika terjadi vasokonstriksi vaskuler pada jantung yang lama dapat
menyebabkan sakit lemah pada jantung, sehingga timbul rasa sakit dan bahkan
menyebabkan kematian yang mendadak.
Pada ginjal : suplai darah vaskuler pada ginjal turun menyebabkan terjadi
penumpukan produk sampah yang berlebihan dan bisa menyebabkan sakit pada
ginjal.
Pada otak : jika aliran darah pada otak berkurang dan suplai O2 berkurang bisa
menyebabkan pusing. Jika penyempitan pembuluh darah sudah parah mengakibatkan
pecahnya pembuluh darah pada otak ( Stroke ).
E. Pencegahan hipertensi
Menerapkan pola hidup tenang dan sehat, serta menghindari stress.
Olahraga sesuai kemampuan dan teratur istirahat yang cukup
Hindari merokok
Mengurangi makanan yang mengandung banyak lemak dan garam.
Banyak makan buah dan sayuran
Berobatlah atau kontrol yang teratur bila sudah lama terjangkit darah
tinggi (hipertensi)
Periksakan tekanan darah sedini mungkin
Elva Budhy Cristiningtyas
1611016