Kimia Koordinasi Bag I A - Ponco PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

4/8/2012

Materi Perkuliahan (Silabus):


1. Pendahuluan (mgu 1)
- kontrak perkuliahan, sejarah perkembangan teori koordinasi,
pengetahuan umum ttg senyawa kompleks
Kimia Koordinasi 2. Teori Ikatan Valensi (mgu 2)
- Teori ikatan valensi, prinsip elektronetralitas dan ikatan balik,

Bagian I kemagnetan
3. Teori Medan Kristal (mgu 3-4)
- Teori medan kristal, CFSE, splitting orbital d (simetri oktahedral,
tetragonal dan beberapa simetri lain), pairing energy (P), faktor yang
mempengaruhi nilai Δ, warna dan deret spektrokimia, aplikasi teori
medan kristal
4. Teori Orbital Molekul (mgu 5-6)
- Teori orbital molekul (LFSE), kompleks oktahedral-tetrahedral-
segiempat planar, ikatan pi, kuis
5. Spektra Elektronik dan Distorsi / Efek Jahn-Teller (mgu 7-8) – in English
Yuniar Ponco Prananto, MSc
- spektra elektronik senyawa kompleks, diagram Tanabe Sugano, distorsi
tetragonal dari simetri oktahedral / efek Jahn-Teller, spektra transfer
muatan
6. UTS (mgu 9)

Pustaka
Sistem Penilaian: Huheey, J.E., Keiter, E.A., and Keiter, R.L., 1993, Inorganic Chemistry,
1. Tugas Individu = 10% Principles of Structure and Reactivity, 4th ed., Harper Collins
College Publisher, New York
2. Tugas Kelompok = 10%
3. UTS = 30% Effendy, 2007, Perspektif Baru Kimia Koordinasi, Jilid ke-1,
Bayumedia Publishing, Malang
Miessler, D. L. and Tarr, D. A., 2004, Inorganic Chemistry, 3rd ed.,
Tugas Kelompok:
Prentice Hall International, USA
Membuat poster berukuran A3 tentang aplikasi senyawa
kompleks dalam bidang teknologi, kesehatan atau lingkungan. Atkins, P., Overton, T., Rourke, J., Shriver, D. F., Weller, M., and
Amstrong, F., 2009, Shriver and Atkins’ Inorganic Chemistry, 5th
Tiap kelompok 5 org, dikumpulkan (soft copy) pada minggu
ed., Oxford University Press, UK
terakhir sebelum UTS.
Sugiyarto, K. H., 2012, Dasar – Dasar Kimia Anorganik Transisi,
Graha Ilmu, Yogyakarta

1
4/8/2012

Pustaka (online) 1. Pendahuluan


 Coordination Chemistry Review • Kimia koordinasi mempelajari tentang teori, sintesis, struktur,
(http://www.sciencedirect.com/science/journal/00108545) sifat dan reaktifitas senyawa kompleks.
 Journal of Coordination Chemistry • Senyawa kompleks atau senyawa koordinasi merupakan
(http://www.tandf.co.uk/journals/titles/00958972.html) senyawa yang pembentukkannya melibatkan ikatan kovalen
 Inorganic Chemistry Communications koordinasi antara logam atau ion logam sebagai atom pusat dan
(http://www.sciencedirect.com/science/journal/13877003) ligan.
NH3 3+
 Inorganica Chimica Acta
(http://www.sciencedirect.com/science/journal/00201693) H3N NH3 3Cl–
Co (counterion)
 European Journal of Solid State and Inorganic Chemistry H3N NH3
(http://www.sciencedirect.com/science/journal/09924361)
NH3
 Australian Journal of Chemistry H
(http://www.publish.csiro.au/nid/51.htm) N M ligand (coordination sphere)

H
H N forms a coordinate covalent bond to the metal

2. Sejarah Perkembangan Teori Koordinasi Teori Werner


• Teori Ammonium Graham
• Teori Senyawa Molekuler Kekule Werner mengusulkan untuk menuliskan semua molekul
dan ion di dalam kurung persegi, sedangkan anion ion
• Teori Rantai Blomstrand-Jorgensen bebas (yang terdisosiasi dari ion kompleks ketika larut
• Teori Werner dalam air) ditulis di luar kurung

Tugas Individu 1:
Buat rangkuman perkembangan teori koordinasi dari ke-4
teori di atas, jelaskan kelebihan dan kelemahan teori tsb!

2
4/8/2012

3. Teori Ikatan Valensi B.K Geometri Hibridisasi


• Logam atau ion logam: asam Lewis 4 tetrahedral sp3
Ligan: basa Lewis dsp2
4 segi empat planar
• Ligan mendonorkan PEB kepada logam dan membentuk dsp3 or sp3d
5 trigonal bipiramida
ikatan kovalen koordinasi
6 oktahedral d2sp3 (orbital dalam)
• Ikatan tsb melibatkan hibridisasi orbital s, p, d sp3d2 (orbital luar)
• Teori ini dapat menjelaskan hubungan antara hibridisasi,
geometri dan sifat kemagnetan senyawa kompleks

• Pembentukan senyawa kompleks dapat terjadi melalui dua


hal yaitu: Tanpa melibatkan eksitasi elektron
(1) tanpa melibatkan proses eksitasi elektron (promosi) Contoh : [CoF6]3–
- seringkali menghasilkan senyawa kompleks Co [Ar] 3d7 4s2
paramagnetik kecuali bila orbital d berisi e- penuh
Co3+ [Ar] 3d6
(2) dengan melibatkan proses eksitasi elektron (promosi)
- menghasilkan senyawa kompleks paramagnetik dan
diamagnetik tergantung jenis promosi, yaitu
(a) pemasangan e- dalam satu orbital, 3d 4s 4p 4d
(b) transfer e- ke orbital yg lebih tinggi, sp3d2
(c) transfer e- ke orbital yg lebih tinggi kemudian oktahedral
dilanjutkan dgn pemasangan e dalam orbital tsb
Jika kompleks bersifat paramagnetik

3
4/8/2012

Tanpa melibatkan eksitasi elektron Dengan melibatkan eksitasi elektron

Contoh : [NiCl4]2–

:
Contoh : [Co(NH3)6]3+
Ni2+ [Ar] 3d8 Co [Ar] 3d7 4s2
Co3+ [Ar] 3d6

3d 4s 4p 3d 4s 4p 4d
4sp3 d2sp3
tetrahedral oktahedral

Jika kompleks bersifat paramagnetik Jika kompleks bersifat diamagnetik

Dengan melibatkan eksitasi elektron Sifat kemagnetan

Contoh: [PtCl4]2– • Sifat kemagnetan ion kompleks merupakan resultan dari


momen spin dan momen orbital dari ion atom pusat
Pt2+ [Xe] 4f14 5d8
• Semakin banyak elektron tidak berpasangan dalam suatu
orbital maka sifat kemagnetan semakin tinggi
• Ada dua jenis yaitu paramagnetik dan diamagnetik
• Penentuan sifat kemagnetan suatu senyawa kompeks
dapat dilakukan dengan metoda Gouy dan metoda Evans
5d 6s 6p • Faktor lain yang mempengaruhi sifat ini adalah suhu
dsp2
Segi empat planar

Jika kompleks bersifat diamagnetik

4
4/8/2012

Konfigurasi elektron senyawa kompleks dn


Prinsip Kelektronetralan Pauling
berdasarkan sifat paramagnetik dan diamagnetik
Magnet on: • Suatu senyawa kompleks akan cenderung memiliki
Magnet off
Paramagnetic kestabilan yang lebih baik apabila memiliki muatan formal
nol atau negatif rendah

• Hal ini dapat terjadi bila atom pusat berikatan dengan atom
donor (dari ligan) yang memiliki keelektronegatifan tinggi
sehingga pada atom pusat terbentuk parsial positif,
misalnya:
[CoF6]4- > [CoCl6]4- > [CoBr6]4- > [Col6]4-
Magnet on: [Be(H2O)4]2+ > [Be(H2O)6]2+
diamagnetic [Al(H2O)6]2+ > [Al(NH3)6]2+, dll

• Apabila atom donor memiliki keelektronegatifan rendah Kelemahan teori ikatan valensi
maka prinsip ini tidak dapat digunakan karena pasangan
elektron ikatan tertarik sama kuat antara atom pusat dan • Teori ini tidak dapat menjelaskan perubahan sifat
atom donor. kemagnetan senyawa kompleks karena perubahan suhu
• Misalnya [Ni(CO)4]: • Teori ini tidak dapat menjelaskan kestabilan senyawa
– Bersifat stabil karena CO mampu menerima pasangan kompleks
elektron dari Ni • Teori ini tidak dapat menjelaskan dengan baik tentang
– Elektron tsb kemudian digunakan untuk warna senyawa kompleks ion, misalnya: [Cr(H2O)6]3+,
membentuk ikatan balik (back bonding) [Cr(H2O)4Cl2]+.
berupa ikatan π sehingga senyawa
[Ni(CO)4] mengalami resonansi.

5
4/8/2012

Latihan soal 4. Teori Medan Kristal


• PEB ligan dianggap memiliki muatan negatif yang
• Gambarkan struktur dan hibridisasi senyawa berikut berinteraksi (secara elektrostatik) dengan orbital d pada
apabila bersifat paramagnetik maupun diamagnetik! atom pusat. Sifat alamiah ligan dan kecenderungan
– [NiL6]2+ ; [NiL4]2- Ar Ni = 28 terhadap ikatan kovalen diabaikan.
– [FeL6]2+ ; [FeL4]2- Ar Fe = 26 • Interaksi elektrostatik:
– [CrL6]3+ ; [CrL6]3- Ar Cr = 24 – Muatan (+) dari ion logam tertarik ke muatan (-) ligand
(anion atau dipol) dan menghasilkan kestabilan
• Berikan masing – masing contoh senyawa kompleks yang – Elektron bebas (ligan) bertolakan dengan elektron bebas
memiliki spin rendah dan spin tinggi! Dari contoh tsb, di orbital d (logam)
manakah yang memiliki kemagnetan paling tinggi! – Interaksi ini disebut dengan medan kristal dan
mempengaruhi energi orbital d yang mana setiap orbital
d memberikan efek yang berbeda

Medan kristal oktahedral Orbital d

-
Muatan (-) ligan tertarik ke muatan (+) ion
logam; menyediakan kestabilan

- -
Elektron pada orbital d bertolakan dengan
+ muatan (-) ligan; energi potensial orbital d
meningkat
- -

-
ligan mendekat searah sumbu x, y, z

6
4/8/2012

Tolakan elektrostatik lebih besar = energi potential lebih tinggi Tolakan elektrostatik lebih kecil = energi potential lebih rendah

Splitting orbital d __ __ e
(oktahedral) g
dz2 dx2_ y2
0.6∆o ∆o
__ __ __ __ __
Medan bulat (spherical)
bary-centre __ 0.4∆
__o __ t
2g
dxy dxz dyz
Medan oktahedral
Pada beberapa literatur, ∆o bernilai 10Dq.
Bagian atas (eg) naik sebanyak 6Dq, dan bagian bawah (t2g) turun sebanyak
4Dq.
Pengukuran harga 10Dq untuk logam dengan satu
Misal: satu e- di dxy memiliki energi -0,4∆o atau -4Dq relatif thd bary-centre
Nilai sebenarnya bervariasi tergantung jenis logam dan ligannya. elektron pada orbital d misalnya [Ti(H2O)6]+

7
4/8/2012

Crystal Field Stabilization Energy (CFSE)


If the splitting of the d-orbitals in an octahedral field is Δo, the
• Merupakan energi yang terlibat dalam penstabilan senyawa kompleks three t2g orbitals are stabilized relative to the barycenter by 2/5
yang diakibatkan oleh splitting orbital d karena adanya medan ligan
Δoct, and the eg orbitals are destabilized by 3/5 Δoct.
• CFSE melibatkan orbital yang memiliki energi yang lebih rendah dan
sebagian lagi memiliki energi yang lebih tinggi serta pairing energy (P).
Contoh:
Kompleks d5 (low spin)
Contoh pada kasus oktahedral: terdapat 5 elektron pada orbital t2g sehingga nilai CFSE adalah
The t2g set becomes lower in energy than the orbitals in the barycenter. 5 x 2/5 Δo = 2Δo.
As a result of this, if there are any electrons occupying these orbitals,
Kompleks d5 (high spin)
the metal ion is more stable in the ligand field relative to the
barycenter by an amount known as the CFSE. terdapat 3 elektron pada orbital t2g dan 2 elektron pada orbital
Conversely, the eg orbitals are higher in energy than in the barycenter,
eg sehingga nilai CFSE adalah (3 x 2/5 Δo) - (2 x 3/5 Δo) = 0
so putting electrons in these reduces the amount of CFSE.
in this case, the stabilization generated by the electrons in
e-
• Pentidakstabilan kompleks juga dapat terjadi bila dipasangkan dgn e- the lower orbitals is canceled out by the destabilizing effect
lain pada orbital t2g atau eg → faktor P mengurangi nilai CFSE of the electrons in the upper orbitals.

• distribusi elektron orbital d (oktahedral)


Menghitung nilai CFSE (tanpa melibatkan P)
• kompleks d1 atau t2g1 maka
d2 d3
CFSE = (1 x 0,4∆o) – (0 x 0,6∆o) = 0,4∆o = -4Dq
• kompleks d2 atau t2g2 maka
CFSE = (2 x 0,4∆o) – (0 x 0,6∆o) = 0,8∆o = -8Dq
• kompleks d3 atau t2g3 maka
CFSE = (3 x 0,4∆o) – (0 x 0,6∆o) = 1,2∆o = -12Dq Bagaimana dengan d4 – d7?
• kompleks d4 hingga d7 bagaimana?
CFSE = (… x 0,4∆o) – (… x 0,6∆o) = …∆o
d4 d4
• kompleks d8 hingga d10 bagaimana?
CFSE = (… x 0,4∆o) – (… x 0,6∆o) = …∆o

8
4/8/2012

Pairing energy (P) vs ΔO

• Apabila elektron ke-4 menempati orbital eg maka perlu d4


energi sebesar 10Dq
• Apabila elektron ke-4 menempati posisi orbital t2g dan
berpasangan maka perlu energi sebesar P (pairing energy)

Bila ΔO < P maka diperoleh kompleks medan lemah


contoh: [Cr(OH2)6]2+
high spin low spin
Δ<P Δ>P
Bila ΔO > P maka diperoleh kompleks medan kuat
contoh: [Cr(CN)6]4–

d5 d6

high spin low spin high spin low spin


Δ<P Δ>P Δ<P Δ>P

9
4/8/2012

d7

d8 d9

high spin low spin


Δ<P Δ>P
d10

The pairing energy (P), is made up of two parts:

1) Coulombic repulsion energy caused by having two


electrons in same orbital. Destabilizing energy contribution
of Pc for each doubly occupied orbital.

2) Exchange stabilizing energy for each pair of electrons


having the same spin and same energy. Stabilizing
contribution of Pe for each pair having same spin and same
energy

P = sum of all Pc and Pe interactions

10
4/8/2012

Splitting orbital d untuk kompleks tetrahedral

Jarak splitting orbital d pada kompleks ini (∆T) lebih kecil


daripada kompleks oktahedral (∆O). Hal ini karena pada
kompleks tetrahedral hanya terbentuk 4 ikatan, dan orbital
t2
e
logam yang digunakan untuk berikatan tidak mengarah
langsung ke ligan sebagaimana terjadi pada kompleks
oktahedral
Secara umum, nilai ∆T ≈ 4/9 ∆o.
Indeks g tidak ada karena
Karena kecilnya nilai ini, maka kompleks tetrahedral
tetrahedral tidak memiliki
pusat simetri umumnya medan lemah atau spin tinggi.

Splitting orbital d untuk kompleks segiempat planar

Struktur ini dapat


dianggap sbg
turunan oktahedral
namun tidak
menggunakan
sumbu z, sehingga
∆SP
orbital z2, dyz dan
dxz mengalami
penstabilan Karena nilai Δ3 relatif besar, maka kompleks segiempat planar umumnya
medan kuat (10Dq > P). Secara umum, nilai ∆sp ≈ 1,3∆o (untuk jenis logam,
(menurun)
ligan dan panjang ikatan yang sama).

11
4/8/2012

Splitting orbital d untuk geometri lain


• Pentagonal bipiramida • Piramida segiempat

12
4/8/2012

2. Jenis atom pusat 3. Jumlah dan Geometri Ligan


Untuk ion dgn muatan sama (satu gol), interaksi elektrostatik antara Interaksi elektrostatik antara atom pusat dgn ligan akan semakin
atom pusat dgn ligan akan semakin kuat dengan bertambahnya kuat dengan bertambahnya jumlah ligan, dimana untuk atom pusat
muatan inti efektif atom pusat karena efek shielding orbital 5d > 4d dan ligan yang sama, kompleks oktahedral (6L) memiliki kekuatan
> 3d. medan kristal ± 2 kali lipat kekuatan kompleks tetrahedral (4L).
Muatan inti efektif meningkat → ligan lebih tertarik ke atom pusat Jumlah ligan meningkat → peluang interaksi langsung antara orbital
→ interaksi elektrostatik antara atom pusat dgn ligan akan semakin d atom pusat dgn ligan meningkat → medan ligan meningkat →
kuat → splitting orbital d meningkat → medan kristal semakin kuat splitting orbital d meningkat → medan kristal semakin kuat
Contoh: Contoh:
Nilai 10Dq untuk Co4+, Rh4+ dan Ir4+ : Nilai 10Dq untuk [Ti(H2O)4]3+ = 9.000 cm-1 ;
[CoF6]2- = 20.300 cm-1 ; [RhF6]2- = 20.500 cm-1; [RhF6]2- = 27.000 cm-1 Nilai 10Dq untuk [Ti(H2O)6]3+ = 20.300 cm-1
Nilai 10Dq untuk Fe3+ dan Ru3+ : Tugas:
[Fe(H2O)6]3+ = 14.000 cm-1 ; [Ru(H2O)6]3+ = 28.600 cm-1 Manakah yang memiliki kekuatan medan kristal lebih kecil dan
jelaskan! (a) segiempat planar vs tetrahedral; (b) TBP vs segiempat
piramida

4. Jenis Ligan
Warna senyawa kompleks
Interaksi elektrostatik antara atom pusat dgn ligan akan semakin
kuat apabila: Warna senyawa kompleks dihasilkan
- konsep HSAB: ligan bersifat keras sebagai akibat adanya splitting orbital d
- elektro(-): atom donor memiliki elektro(-) rendah (ligan netral) atom pusatnya. Cahaya pada daerah
sinar tampak akan diserap apabila
- back bonding: ligan memiliki kemampuan back bonding yang besar
terdapat elektron yang ditransisikan dari
- orbital hibrida atom donor: karakter s atom semakin rendah t2g yang rendah ke eg yang lebih tinggi
- khelat: ligan mudah membentuk khelat / sepit (oktahedral).
Splitting akibat adanya ligan tsb dapat
Berdasarkan hal tsb, Fajans dan Tsuchida membuat urutan relatif diamati dan diukur dgn menggunakan
kekuatan beberapa ligan yang disebut deret Fajans dan Tsuchida spektrofotometer.
atau deret spektrokimia: Untuk kompleks Ni, nilai ∆o yang kecil
I- < Br- < S2- < SCN- < Cl- < NO3- < F- < urea ≈ OH- < C2O42- ≈ O2- < H2O menghasilkan warna di sekitar hijau
< NCS- < CH3CN < NH3 ≈ py < en < bipy ≈ phen < NO2- < phosphine < sedangkan nilai ∆o yang besar akan
benzyl < CN- < CO. menggeser warna ke arah kuning.

13
4/8/2012

Senyawa kompleks yang memiliki warna:


Spektra Sinar Tampak – Menyerap pada panjang gelombang tertentu dari cahaya
tampak (400 –700 nm)
• Panjang gelombang yang tidak diserap akan ditransmisikan
(panjang gelombang ≈≈≈ warna)
• Warna yang teramati = warna komplementer dari warna
yang diserap

400 nm 700 nm

Energi lebih tinggi Energi lebih rendah


Warna yang Warna yang
terserap teramati
putih = semua warna (panjang gelombang)

• Beberapa kompleks memberikan warna yang berbeda


karena:
– Warna dari cahaya yang diserap tergantung pada Δo
• Semakin besar harga Δo = cahaya yang memiliki
energi rendah akan diserap  lambda lebih panjang
• Semakin kecil harga Δo = cahaya yang memiliki energi
tinggi akan diserap  lambda lebih pendek
– magnitud dari Δo tergantung pada :
• ligan The larger the gap, the shorter the wavelength of light absorbed
by electrons jumping from a lower-energy orbital to a higher one.
• (ion) logam
Thus, the wavelength of light observed in the complex is longer
(closer to the red end of the spectrum).

14
4/8/2012

Aplikasi teori medan kristal


• Menjelaskan sifat magnet dan spektra warna senyawa kompleks
• Menjelaskan pola energi kisi dari senyawa MX2 (X = Cl, Br, I)
mulai dari Ca hingga Zn, dimana jari-jari logam makin kecil shg
diprediksi nilai energi kisi akan semakin meningkat namun
ternyata energi kisi pada Mn dan Zn lebih rendah (nilai CFSE = 0)
• Menjelaskan kestabilan logam transisi dgn biloks tertentu,
misalnya Co3+ yang relatif mudah direduksi menjadi Co2+ dalam
air. Namun bila Co3+ berikatan dgn ligan tertentu dalam deret
spektrokimia membentuk senyawa kompleks maka nilai
potensial reduksi (E0) Co3+/Co2+ menjadi semakin kecil / negatif
Senyawa kompleks Cobalt(III) menunjukkan pergeseran warna dgn semakin meningkatnya nilai CFSE-nya.
karena perbedaan ligan:
(a) CN–, (b) NO2–, (c) phen, (d) en, (e) NH3, (f) gly, (g) H2O, (h) ox2–, (i) CO3 2–
.

Kelemahan teori medan kristal 5. Teori Orbital Molekul


• Teori ini menganggap bahwa semua interaksi yang terjadi • Disebut juga teori medan ligan (Ligand Field Theory) sebagai
antara ligan dgn atom pusat adalah murni elektrostatik, hasil modifikasi dari teori medan kristal (Crystal Field
namun terdapat beberapa keganjilan dalam menjelaskan Theory), yaitu dgn memasukkan faktor interaksi kovalen
fakta yang ada, misalnya: yang dapat terjadi antara atom pusat dgn ligan.
- interaksi ligan netral H2O vs ligan anion OH- • Termasuk teori yang paling lengkap dalam menjelaskan
senyawa kompleks karena melibatkan interaksi kovalen dan
- ligan dgn µ besar H2O vs ligan dgn µ kecil NH3
elektrostatik, namun teori ini relatif rumit.
- kestabilan kompleks dgn biloks atom pusat nol dan
• Dalam teori ini, orbital – orbital dari atom pusat akan saling
ligan netral seperti [Ni(CO)4]
berinteraksi dgn orbital – orbital dari ligan membentuk
• Kelemahan tsb mengindikasikan bahwa interaksi kovalen orbital – orbital molekul.
memiliki peran dalam menjelaskan beberapa fakta tsb.

15
4/8/2012

• Diagram Orbital
Molekul Kompleks
Oktahedral

• Diagram Orbital • Diagram Orbital


Molekul Kompleks Molekul Kompleks
Tetrahedral Segiempat planar

16
4/8/2012

Considering pi (π) bonding Kuis ( 1 sks)


1. Semua ligan merupakan donor σ. Secara umum, ligan –
ligan yang hanya terikat secara σ berada di tengah deret • Gambarkan skema orbital molekul dari senyawa
spektrokimia. Beberapa ligan donor σ yang sangat kuat kompleks [M(CN)6]4-, dimana M = Mn(II), Fe(II),
seperti CH3- dan H- berada di deret yang lebih atas. Co(II), dan Ni(II), dan tentukan urutan sifat
2. Ligan – ligan yang orbital p dan d nya terisi, dapat juga kemagnetan dari senyawa kompleks tersebut,
bertindak sebagai donor π. Hal ini mengakibatkan semakin
jelaskan! (Ar Mn = 25, Fe = 26, Co = 27, Ni = 28)
kecilnya nilai ∆o.
3. Ligan – ligan yang orbital p, d dan π* nya kosong, dapat
bertindak sebagai akseptor π. Hal ini mengakibatkan
semakin besarnya nilai ∆o.
I- < Br- < Cl- < F- < H2O < NH3 < PPh3 < CO
π donor < weak π donor < σ only < π acceptor

17

Anda mungkin juga menyukai